Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KEBUTUHAN DASAR ISTIRAHAT DAN TIDUR


TUGAS KEPERAWATAN DASAR 2

Fasilitator: Caturia Sasti S ,S.Kep.Ns. M.Kep

Disusun Oleh :
Nama Kelompok : 4
1. Elvina Ramadhani
2. Nabila Nurmalina
3. Nabila Auria Pangestu
4. Nur Astitin Febriani

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN ADI HUSADA SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjat kan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah mata kuliah Kebutuhan Dasar II tentang
“Kebutuhan istirahat dan tidur” dapat terselesaikan dengan baik dengan waktu
yang telah ditentukan.

Pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas kami dalam menempuh
pembelajaran di semester ini, kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Caturia Sasti S ,S.Kep.Ns. M.Kep. sebagai dosen pembimbing mata
kuliah Kebutuhan Dasar II.

Kami menyadari apabila makalah yang kami susun ini jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu kami memohon saran serta kritiknya baik dari Bapak/Ibu Dosen
maupun teman-teman, untuk kami dapat merefisi makalah kami sehingga menjadi
lebih baik.
Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat, memberikan
tambahan wawasan bagi teman-teman mahasiswa Keperawatan dan semoga bisa
menjadi bahan revisi untuk pembelajaran kita bersama.

1
DAFTAR ISI

COVER/JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….2
BAB I : KONSEP DASAR TEORI ............................ Error! Bookmark not defined.
1.1 Definisi. ............................................................ Error! Bookmark not defined.
1.2 Faktor yang mempengaruhi ............................................................................... 4
1.3 Patofisiologi/Pathway. ........................................................................................ 5
1.4 Manifestasi Klinis ............................................................................................... 6
1.5 Masalah Tidur ..................................................................................................... 6
1.6 Penatalaksanaan .................................................................................................. 7
BAB II : Asuhan keperawatan ................................................................................... 13
2.1 Pengkajian. ....................................................................................................... 13
2.2 Pemerikasaan penunjang .................................................................................. 13
2.3 Diangnosa keperawatan . .................................................................................. 14
2.4 Intervensi Keperawatan (tujuan, kriteria hasil, intervensi&rasional) ............... 14
BAB III : KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 16
3.1. Kesimpulan. ..................................................................................................... 16
3.2. Saran. ................................................................................................................ 16
Daftar Pustaka ............................................................................................................. 17

2
BAB I
KONSEP DASAR TEORI

1.1 DEFINISI
2 Kebutuhan aktivitas atau pergerakan, istirahat dan tidur merupakan satu
kesatuan yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Tubuh
membutuhkan aktivitas untuk kegiatan fisiologis dan membutuhkan istirahat
dan tidur untuk pemulihan (Tartowo & Wartonah, 2010).
3 Kata istirahat mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai
menyegarkan diri, diam dan menganggur setelah melakukan aktivitas, serta
melepaskan diri dari apa pun yang membosankan, menyulitkan atau
menjengkelkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa istirahat merupakan
keadaan yang tenang rileks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari
kecemasan (ansietas) (Asmadi, 2009).
4 Tidur merupakan suatu keadaan dimana persepsi dan reaksi individu terhadap
lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan
indra atau rangsangan yang cukup. Tujuan seseorang tidur untuk menjaga
keseimbangan mental emosional, fisiologis dan kesehatan (Asmadi, 2009).

1.2 KLASIFIKASI TIDUR


Bentuk bioritme yang paling umum adalah ritme sirkadian yang melengkapi
siklus selama 24 jam. Tidur adalah suatu irama biologis tubuh yang sangat
kompleks. Sinkronisasi sirkadian terjadi jika individu memiliki pola tidur –
bangun yang mengikuti jam biologisnya, yaitu individu akan bangun pada saat
ritme fisiologis dan psikologi paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada
saat ritme tersebut paling rendah. (Wahit Iqbal Mubarak, 2015)
1. Tahapan Tidur
Sejak adanya alat EEG ( electroencephalograph ), maka aktivitas di dalam
otak dapat direkam dalam suatu grafik. Alat ini juga memperlihatkan fluktuasi
energy ( gelombang otak ) pada kertas grafik. Pada penelitian dilakukan dapat
dilakukan dengan elektroensefalogram ( EEG ), elektro – okulogram ( EOG ),
dan elektromiogram ( EMG ) diketahui ada dua tahapan tidur, yaitu gerakan

3
mata tidak cepat ( non- rapid eye movement – NREM ) dan gerakan mata cepat
(rapid eye movement – REM ).
1) Tidur NREM
Tidur NREM juga disebut juga sebagai tidur gelombang pendek karena
gelombang otak yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih pendek dari
pada gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan orang yang sadar. Pola tidur
NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologis tubuh. Di samping itu,
semua proses metabolic termasuk tanda – tanda vital metabolisme, dan kerja
otot melambat. Fase NREM atau tidur biasa ini berlangsung ± satu jam dan
pada fase ini biasanya orang masih bisa mendengarkan suara di sekitarnya,
sehingga dengan demekian akan mudah terbangun dan tidurnya. Tanda –
tanda tidur NREM sendiri terbagi atas empat tahap (I-IV ). Tahap I-II
disebut sebagai tidur ringan (light sleep) dan tahap III – IV disebut sebagai
tidur dalam (deep sleep atau delta sleep ). (Wahit Iqbal Mubarak, 2015)
a. Tahap 1. Tahap ini merupakan transisi antara bangun dan tidur,
berlangsung selama lima menit yang seseorang beralih dari sadar menjadi
tidur. Seseorang masih sadar dengan lingkungan, rileks, mengantuk, mata
bergerak ke kanan dan ke kiri, serta kecepatan jantung fan pernapasan
turun secara jelas. Gelombang sewaktu seseorang masih sadar diganti
dengan gelombang gelombang beta yang lebih lambat seseorang yang
tidur ada tahap I dapat dibangunkan dengan mudah.
b. Tahap II. Tahap ini merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh
terus menerus . Mata masih bergerak – gerak ( umumnya menetap ).
Kecepatan jantung dan pernapasan turun dengan jelas, serta tubuh dan
metabolisme menurun. Gelombang otak sleep spindles dan gelombang K
kompleks. Tahap II berlangsung pendek dan berakhir dalam waktu 10
sampai sekarang dengan 15 menit.
c. Tahap III. Pada tahap ini kecepatan jantung, pernapasan, serta proses
tubuh berlanjut mengalami penurunan akibat dominasi sistem saraf
parasimpatik. Seseorang mnjadi sulit dibangunkan. Gelomnbang otak
menjadi lebih teratur dan terdapat penambahan gelombang deltan yang
lambat.

4
d. Tahap IV. Tahap ini merupakan tahap tidur dalam dengan
predominasi gelombang delta yang melambat. Kecepatan jantung dan
pernapasan turun. Seseorang keadaan relaks, jarang bergerak dan sulit
dibangunkan gerak, bola mata cepat, sekresi lambung turun, tonus otot (
mengenai gambar grafik gelombang dan dapat dilihat dalam gambar ).
Siklus tidur sebagian besar merupakan tidur NREM dan berakhir dengan
tidur REM. Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur NREM, maka
akan menunjukkan gejala – gejala seperti menarik diri, apatis, dan respons
menurun, merasa tidak enak badan, ekspresi wajah layu, serta malas bicara
dan kantuk yang berlebihan. Sementara apabila seseorang kehilangan tidur
kedua – keduanya, yakni tidur REM dan NREM, maka akan menunjukkan
manifiestasi sebagai berikut.
a) Kemampuan memberikan keputusan atau pertimbangan menurun.
b) Tidak mampu untuk konsentrasi ( kurang perhatian ).
c) Terlihat tanda – tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual, dan
pusing.
d) Sulit melakukan aktivitas sehari – hari.
e) Daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan
atau pendengaran.
2) Tidur REM atau pola tidur paradoksikal.
Tidur tipe ini disebut paradoksikal karena bersifat paradoks, yaitu
seseorang dapat tetap tertidur walaupun aktivitas otaknya nyata.
Ringkasnya, tidur REM / paradoks ini merupakan pola / tipe tidur yang
otak benar – benar dalam keadaan aktif. Aktivitas otak tidak disalurkan
kearah yang sesuai agar orang tanggap penuh terhadap sekelilingnya.
Tidur REM biasanya terjadi pada tidur malam rata – rata setiap 90 menit
dan berlangsung selama 5 – 20 menit atau 5 – 30 menit.periode pertama
terjadi selama 80 – 100 menit, tetapi bila kondisi seseorang sangat lelah
maka awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada. Tidur REM
tidak senyenyak tidur NREM, dan sebagian besar mimpi terjadi tahap ini.
Pada tahap ini individu menjadi sulit untuk dibangunkan atau justru dapat
bangun dengan tiba – tiba, tonus otot terdepresi, sekresi lambung

5
meningkat, serta frekuensi jantung dan pernapasan sering kali tidak
teratur . saraf – saraf simpatik bekerja selama tidur REM. Pola / tipe tidur
ini, ditandai dengan hal berikut.
a. Mimpi yang bermacam – macam. Perbedaan antara mimpi yang timbul
sewaktu tahap tidur NREM dan tahap tidur REM adalah bahwa mimpi
yang timbul pada tahap REM dapat diingat kembali. Sedangkan mimpi
selama NREM biasanya tidak dapat diingat.
b. Mengigau atau bahkan mendengkur.
c. Otot – otot kendur ( relaksasi total ).
d. Perubahan tekanan darah meningkat dan fluktuasi.
e. Gerakan otot menjadi tidak teratur.
f.Gerakan mata cepat tertutup dan cepat terbuka.
g. Pembebasan steroid.
h. Sekresi lambung meningkat
i. Ereksi penis pada pria meningkat.
3) Siklus Tidur.
Selama tidur, individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus
tidur yang kompleks normalnya berlangsung selama 1.5 jam dan setiap
orang biasanya melalui empat hingga lima siklus 7 – 8 jam tidur. Siklus
tersebut dimulai dari tahap NREM yang berlanjut ke tahap REM. Tahap
NREM I – III berlangsung selama 30 menit, kemudian diteruskan ke tahap I
NREM muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit. (Wahit Iqbal
Mubarak, 2015)
4) Pola tidur berdasarkan tingkat perkembangan ( usia ).
Usia merupakan salah satu factor penentu lamanya tidur yang
dibutuhkan seseorang. Semakin tua usia, maka semakin sedikit pula lama
tidur yang dibutuhkan.
a.Bayi baru lahir / masa neonatus ( 0 – 1 bulan )
b.Tidur 14 – 18 jam sehari – hari, pernapasan teratur , gerak tubuh
sedikit,50% tidur NREM banyak waktu tidurnya dilewatkan pada tahap 3
dan 4 NREM . Setiap sekitar 45-60 menit.
c.Masa bayi (1-18 bulan )

6
d.Tidur 12 – 14 jam sehari, 20-30 % tidur REM, tidur lebih lama pada
malam hari dan punya pola terbangun sebentar.
e.Toodler / masa anak ( 18 – 3 tahun )
f.Tidur sekitar 10 – 11 jam sehari ada teori yang menyatakan 11 – 12 jam
sehari, 25 % tidur REM , banyak tidur malam hari, terbangun dini hari
berkurang, siklus bangun tidur normal sudah menetap pada umur 2- 3
tahun.
g.Prasekolah ( 3 – 6 tahun )
h.Tidur sekitar 11 jam sehari, 18,5 % tidur REM , periode terbangun akan
kedua hilang pada umur 3 tahun. Pada umur 5 tahun, tidur siang tidak ada
kecuali kebiasaan tidur sore hari.
i.Sekolah ( 6 – 12 tahun )
j.Tidur sekitar 10 jam sehari, 18,5 % Tidur REM . Sisa waktu tidur relative
constant.
k.Remaja ( 12 – 18 tahun )
l.Tidur sekitar 8,5 jam sehari, 20 % tidur REM.
m.Dewasa muda ( 18 – 20 tahun )
n.Tidur sekitar 7 – 9 jam sehari, 20 – 25 % tidur REM, 5 – 10 % tidur
tahap I, 50 % tidur tahap II dan 10 – 20 % tidur tahap III dan IV.
5) Tidur paradoks
Tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur malam, yang terjadi selama
5 – 20 menit, rata – rata timhul 90 menit. Periode pertama terjadi selama 80
– 100 menit, akan tetapi apabila kondisi orang sangat lelah, maka awal tidur
sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada. Ciri tidur paradoks adalah
sebagai berikut :
a. Biasanya disertai dengan mimpi aktif .
b. Lebih sulit dibangunkan dari pada tidur nyenyak gelombang lambat.
c. Tonus otot selama tidur nyeyak sangat tertekan, menunjukkan inhibisi
kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis.
d. Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur.
e. Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yangb tidak teratur

7
f. Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat irregular, tekanan darah
meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan metabolisme
meningkat.
g. Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan
dalam belajar memotivasi dan adaptasi.

Secara umum, siklus tidur normal adalah sebagai berikut :

Bangun REM

NREM I NREM II NREM II

NREM II NREM III

NREM III

NREM IV

1.3 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


1. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari
normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau
tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernafasan seperti
asma, bronchitis, penyakit kardiovaskuler dan penyakit persarafan.
2. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman
kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan
menghambat tidurnya.

8
3. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk
tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
4. Kelelahan
Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM
5. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis
sehingga maenggangu tidurnya.
6. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alcohol
dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah.
7. Obat – obatan
Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain : diuretic,
menyebabkan insomnia, anti depresan, supresi REM, kafein meningkatkan
saraf simpatis, beta bloker menimbulkan insomnia dan narkotika, mensupresi
REM

9
1.4 MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis ditandani dengan :
1. Perasaaan lelah.
2. Gelisah.
3. Emosi.
4. Apatis.
5. Adanya kehitaman di daerah kelopak mata.
6. Kelopak mata bengkak/ sembab.
7. Konjungtiva merah.
8. Mata perih.
9. Perhatian tidak fokus.
10. Serta sakit kepala (Hidayat A. A., 2012).

1.5 MASALAH TIDUR


1. Insomnia
Merupakan suatu keadaan ketidak mampuan mendapatkan tidur yang
adekuat, baik kualitas maupun kuantitas, dengan keadaan tidur yang hanya
sebentar atau susah tidur. Insomnia terbagi menjadi 3 jenis yaitu:
1) Initial insomnia
Merupakan ketidak mampuan untuk jatuh tidur atau mengawali tidur.
2) Intermitten insomnia
Merupakan ketidak mampuan tetap tidur karena selalu terbangun pada
malam hari.
3) Terminal insomnia
Merupakan ketidak mampuan untukjhuh nj tidur kembali setelah bangun
tidur pada malam hari.
2. Hypersomnia
Merupakan ganguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan, pada umumnya
lebh dari 9 jam pada malam hari.
3. Parasomnia
Merupakan kumpulan beberapa penyakit yang dapat menggangu pola tidur
seperti berjalan-jalan pada waktu tidur.
4. Enuresis
Merupakan buang air kecil yang tidak disengaja pada waktu tidur atau
biasa juga disebut dengan istilah mengompol.
5. Apnea tidur dan mendengkur
Pada umumnya tidak termasuk dalam gangguan tidur tetapi mendengkur
yang disertai dengan keadaan apnea dapat menjadi masalah, mendengkur
sendiri disebabkan oleh adanya rintangan dalam pengaliran udara di hidung
dan mulut pada waktu tidur.
6. Narkolepsy
Merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan diri untuk tidur,
misalnya tertidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, atau
disaat sedang membicarakan sesuatu. Hal ini merupakan suatu gangguan
neurologis.
7. Mengigau
Dikategorikan dalam gangguan tidur bila terlalu sering dan diluar
kebiasaan. Dari hasil pengamatan, ditemukan bahwa hampir semua orang
pernah mengigau dan terjadi sebelum tidur REM.
8. Gangguan pola tidur secara umum
Merupakan suatu keadaan individu yang mengalami atau mempunyai
resiko perubahan dalam jumlah dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan
ketidak nyamanan (Hidayat A. A., 2012).

1.6 PENATALAKSANAAN
Tindakan keperawatan pada orang dewasa:
1. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi tidur.
Factor yang menyebabkan gangguan tidur bermacam-macam. Biasanya,
pasien dapat mengidentifikasi penyebab masalah-masalah gangguan tidur,
seperti nyeri, takut, kecemasan, dan lain-lain. Perawat dan pasien dapat
mengidentifikasi penyebab atau mengkaji riwayat tidur pasien.

1
a. Apabila terjadi pada pasien rawat inap, masalah tidur dihubungkan
dengan lingkungan rumah sakit dan penyakitnya, maka tindakan yang
dapat diberikan adalah :
1. Libatkan pasien dalam membuat jadwal aktivitas.
2. Berikan obat analgesik sesuai dengan program terapi.
3. Berikan lingkungan yang suportif.
4. Jelaskan dan berikan dukungan kepada pasien agar tidak takut dan
cemas.
b. Apabila faktor insomnia, maka hal yang dapat dilakukan untuk
mengatasinya adalah :
1. Anjurkan pasien untuk makan makanan berprotein tinggi sebelum
tidur, seperti keju dan susu.
2. Anjurkan pasien untuk tidur pada waktu yang sama dan hindari tidur
siang atau sore hari.
3. Anjurkan pasien untuk tidur hanya saat mengantuk dan tidak pada
waktu kesadaran masih penuh.
4. Anjurkan pasien untuk menghindari kegiatan yang membangkitkan
minat sebelum tidur.
5. Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik pelepasan otot serta
meditasi sebelum tidur.
c. Apabila terjadi somnambulisme, maka tindakan yang dilakukan untuk
mengatasinya adalah :
1. Berikan keamanan pada diri pasien dengan melindunginya dari
lingkungan yang tidak aman, misalnya memasang kunci pintu yang
baik.
2. Lakukan kolaborasi dalam tindakan pengobatan dengan diazepam.
3. Cegah timbulnya cedera.
d. Apabila terjadi enuresa, maka tindakan yang dilakukan untuk
mengatasinya adalah :
1. Anjurkan pasien untuk mengurangi minum beberapa jam sebelum
tidur.

2
2. Anjurkan pasien untuk melakukan penolongan kandung kencing
sebelum tidur.
3. Bangunkan pasien pada malam hari untuk buang air kecil.
e. Apabila terjadi narkolepsi, maka tindakan yang dilakukan untuk
mengatasinya adalah :
1. Berikan obat seperti kelompok amfetamin atau kelompok
metilfenidat hidroklorida (ritalin) yang digunakan untu mengendalikan
narkolepsi sebagai tindakan kolaboratif.
2. Mengurangi distraksi lingkungan dan hal-hal yang mengganggu
tidur.
Distraksi lungkungan adalah masalah utama untuk pasien rawat inap.
Cara mengurangi distraksi lingkungan antara lain :
1) Tutup pintu pasien
2) Pasang kerambu atau gorden tempat tidur.
3) Matikan pesawat telepon.
4) Bunyikan music yang lembut.
5) Redupkan atau matikan lampu.
6) Berikan lampu tidur (malam).
7) Kurangi jumlah stimulus.
8) Tempatkan pasien dengan kawan sekamar yang cocok.
3. Meningkatkan aktivitas pada siang hari
1) Buat jadwal aktivitas yang dapat menolong pasien. Jadwal harus
disesuaikan dengan status kesehatan pasien atau sesuai dengan
kebutuhan istirahat dan tidur.
2) Usahakan pasien tidak banyak tidur pada siang hari karena jika
bayak tidur pada siang hari, malamnya tidak bisa tidur.
4. Membuat pasien untuk memicu tidur
1) Anjurkan pasien untuk mandi sebelum tidur.
2) Anjurkan pasien untuk minum susu hangat.
3) Anjurkan pasien untuk membaca buku.
4) Anjurkan pasien untuk menonton televise.
5) Anjurkan pasien untuk menggosok gigi sebelum tidur.

3
6) Anjurkan pasien untuk membersihkan muka sebelum tidur.
7) Anjurkan pasien untuk membersihkan tempat tidurnya terlebih
dahulu sebelum tidur.
5. Mengurangi potensial cedera selama tidur
Banyak pasien takut untuk pergi tidur karena takut jatuh dari tempat
tidur, takut untuk jalan ke kamar mandi, atau tersandung furniture.
Cara penanganan yang spesifik mengenai masalah ini adalah :
1) Gunakan cahaya lampu malam.
2) Posisikan tempat tidur yang rendah.
3) Letakkan bel dekat pasien.
4) Ajarkan pasien bagaimana cara meminta bantuan.
5) Jika pasien menggunakan selang drainase, gantungkan ditempat
tidur dan ajarkan bagaimana cara memindahkannya.
6. Memberikan pendidikan kesehatan dan rujukan
1) Ajarkan rutinitas jadwal tidur di rumah dengan cara mengatur
jadwal bekerja, istirahat, tidur dan bangun pada waktunya.
2) Ajarkan pentingnya latihan regular kurang lebih ½ jamtiap tiga
kali seminggu untuk menurunkan stress dan meingkatkan tidur.
3) Jelaskan bahwa obat hipnotik tidak boleh digunakan untuk jangka
waktu yang lama karena beresiko terhadap terjadinya toleransi obat.
4) Apabila gangguan tidur kronis, lakukan rujukan segera.
5) Untuk wanita hamil, ajarkan untuk tidak berdiri jika mampu
duduk, tinggikan kaki ketika duduk, jangan duduk jika bisa tidur,
sesuaikan jadwal untuk bisa tidur siang, dan lain-lain.

4
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 PENGKAJIAN
1. Riwayat keperawatan
1) Riwayat penyakit sekarang (RPS)
a.perasaan lelah
b.gelisah
c.emosi
d.apatis
e.adanya kehitaman didaerah sekitar mata
f.kelopak mata bengkak
g.konjungtiva merah
h.mata perih
i.perhatian tidak focus
2) Riwayat penyakit dahulu (RPD)
Adanya riwayat penyakit menahun seperti DM atau penyakit-penyakit
lain. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,
tindakan medis yang pernah didapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.
a. Alergi
b. Imunisasi
c. Kebiasaan pola hidup
3) Riwayat tidur
Pengkajian riwayat tidur antara lain kuantitas (lama tidur) dan kualitas
tidur disiang maupun malam hari, aktivitas dan rekreasi yang dilakukan
sebelumnya, kebiasaan sebelum ataupun pada saat tidur, lingkungan
tidur, dengan siapa pasien tidur, obat yang dikonsumsi sebelum tidur,

5
asupan dan stimulan, perasaan pasien mengenai tidurnya, apakah ada
kesulitan tidur, dan apakah ada perubahan pola tidur.

4) Penyimpangan tidur
Penyimpangan tidur meliputi perubahan tingkah laku dan auditorik,
meningkatnya kegelisahan, gangguan persepsi, halusinasi visual dan
auditorik, bingung dan disorientasi tempat dan waktu, gangguan
koordinasi, serta bicara rancu, tidak sesuai dan intonasinya tidak teratur
(Hidayat & Uliyah, 2015).
2. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum (kesadaran secara kualitatif maupun kuantitatif), tanda-
tanda vital seperti tekanan darah, pernapasan, nadi, dan suhu.
a. Kesadaran, CM
b. Pemeriksaan TTV
Pernapasan : Tidak teratur, kadang dengan apnea 24x/menit.
Nadi : Cepat dan ireguler 108x/menit.
Tekanan Darah : Meningkat atau fluktuasi 130/90 mmHg.
Metabolisme : Meningkat, temperature tubuh naik 38⁰C. (Tartowo &
Wartonah, 2010).
2) Pengkajian fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
a. Kepala
1. Rambut, rambut berserabut, kusam, kusut, kering, tipis, dan kasar,
penampilan, depigmentasi
2. Muka/wajah, simetris atau tidak ? apakah ada nyeri tekan ?
penampilan berminyak ? diskolorasi bersisik, bengkak,kulit gelap,
dipipi dan dibawah mata, tidak halus atau kasar pada kulit sekitar
hidung dan mulut.
3. Mata, konjungtiva anemis/ pucat, sklera putih, tidak ada odema,
kelopak mata terdapat lingkaran hitam dibawah mata, reflex pupil
baik pupil isokor.
4. Hidung, hidung bersih, tidak ada secret dan darah, tidak ada nyeri
tekan, penciuman baik

6
5. Telinga, telinga bersih, tidak ada secret dan darah, tidak ada nyeri
tekan, pendengaran baik.
6. Mulut, mukosa lembab, gigi lengkap dan bersih, lidah bersih, tidak
ada pembesaran tonsil dan faring radang.
b. Leher, tidak ada distensi vena jugularis dan distensi kelenjar tiroid,
tidak ada pembesaran limfe dan tidak ada tumor.
c. Thorax, bentuk dada simetris, gerakan dada bebas terbatas, suara
jantung S1 S2 tunggal regular, suara paru vesikuler +/+.
d. Abdomen, tidak ada distensi dan ansietas, peristaltic 8 x/menit, nyeri
tekan epigastrium (-), suara abdomen timpani.
e. Kulit, turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembapan dan suhu kulit di daerah sekitar stoma, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku,
f. Genitalia, pasien mengeluh nyeri di genitalia nya, genitalia tidak
terkaji.
g. Anus, tidak dikaji
h. Ektremitas
- Atas, tidak ada luka dan odema, terpasang infus dilengan kiri
- Bawah, tidak ada luka dan odem.

2.2 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan diagnostik
1) Elektroencefalogram (EEG).
2) Elektromiogram (EMG).
3) Elektrookulogram (EOG) (Tartowo & Wartonah, 2010).

2.3 ANALISA DATA


DS : pasien mengeluh sulit tidur, mengeluh istirahat tidak cukup, mengeluh
tidak puas tidur
DO : - adanya kehitaman didaerah sekitar mata
- kelopak mata bengkak

7
- konjungtiva merah

2.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan pola tidur b/d kurang kontrol tidur dibuktikan dengan adanya
kehitaman didaerah sekitar mata kelopak mata bengkak konjungtiva
merah.
2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan dibuktikan dengan sianosis atau
kebiruan pada kulit rendahnya kadar O2 dalam darah.
3. Keletihan b/d gaya hidup monoton dibuktikan dengan merasa kurang
tenaga, lelah dan tidak mampu mempertahankan aktivitas secara rutin.

2.5 INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Diagnosa Keperawatan:
Gangguan pola tidur b/d kurang kontrol tidur dibuktikan dengan adanya
kehitaman didaerah sekitar mata kelopak mata bengkak konjungtiva
merah.
Tujuan : Gangguan istirahat dan tidur pada klien kembali efektif setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan 3x24 jam.
Kriteria Hasil: 1. Pasien mengatakan dapat tidur 8 jam setiap malam.
2. Pasien tampak lebih rileks dan segar.
3. Tidak ada lingkaran hitam di area mata

INTERVENSI
GANGGUAN POLA TIDUR
Observasi
1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
2. Identifikasi factor pengganggu tidur (fisik dana tau psikologis)
3. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur. Misalnya,
kopi, teh, alcohol, makan mendekati waktu tidur, minum banyak air
sebelum tidur
4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi

8
Terapeutik
1. Modifikasi lingkungan. Missal pencahayaan, kebisingan, suhu, matras dan
tempat tidur
2. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
3. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
4. Tetapkan jadwal tidur rutin
5. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan. Missal, pijat,
pengaturan posisi, terapi, akupresur
6. Sesuaikan jadwal pemberian obat atau tindakan untuk menunjang siklus
tidur-terjaga
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
2. Anjurkan menempati kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari makanan atau minuman yang mengganggu tidur
4. Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor
terhadap tidur REM
5. Ajarkan factor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur.
Misalnya psikologis, gaya hidup sering berubah, shift bekerja
6. Ajarkan relaksasi otot autogenic atau non farmakologi lainnya.

2. Diagnosa keperawatan
Intoleransi aktivitas b/d kelemahan dibuktikan dengan sianosis atau kebiruan
pada kulit rendahnya kadar O2 dalam darah.

Tujuan : intoleran aktifitas klien terpenuhi setelah dilakukan tindakan asuhan


keperawatan 3x24 jam

Kriteria Hasil : 1. Dapat melakukan mobilisasi.


2. Aktivitas kembali normal.
3. Oksigen dalam darah kembali normal.

9
INTERVENSI
INTOLERANSI AKTIVITAS
Observasi
1. Identivikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
1. Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat
2. Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahraga secara rutin
2. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain atau
aktivitas lainnya
3. Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
4. Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (misalnya : kelelahan,
sesak napas saat aktivitas)
5. Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai kemampuan

3 Diagnosa Keperawatan
Keletihan b/d gaya hidup monoton dibuktikan dengan merasa kurang tenaga,
lelah dan tidak mampu mempertahankan aktivitas secara rutin.

Tujuan : keletihan pada klien kembali pulih serta bertenaga setelah dilakukan
tindakan asuhan keperawatan 3x24 jam

Kriteria Hasil : 1.kepulihan energy membaik.


2.mampu melakukan aktivitas rutin.
3. peningkatan pada tenaga.

INTERVENSI
KELETIHAN

10
Observasi
1. Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidakmampuan berkonsentrasi,
atau gejala lain yang mengganggu kemampuan kognitif
2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya
4. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum
dan sesudah latihan
5. Monitor respon terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan terang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan
suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia (missal
: music, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
2. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi
3. Anjurkan mengambil posisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
5. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
6. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (missal : napas dalam,
peregangan, atau imajinasi terbimbing)

11
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

2.1 KESIMPULAN
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua
orang. Untuk dapat berfungsi secara normal, maka setiap orang memerlukan
istirahat dan tidur yang cukup. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan
proses pemulihan untuk mengembalikan stamina tubuh hingga berada dalam
kondisi yang optimal.

3.2 SARAN
Menjaga pola istirahat dan tidur dapat membantu terpenuhnya kebutuhan
dasar manusia, maka mulai dari sekarang mari kita mengatur waktu agar
kebutuhan istirahat dan tidur dapat terpenuhi dan sesuai dengan kebutuhan setiap
individu.

12
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2009). Teknik prosedural keperawatan: konsep dan aplikasi kebutuhan


dasar klien. Jakarta: Salemba Medika.
Tarwoto, & Wartonah. (2011). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
keperawatan. jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta selatan: Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan pengurus pusat persatuan perawat Indonesia.

13

Anda mungkin juga menyukai