LAPORAN KASUS
1.2 Anamnesis
Keluhan utama : Sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sesak napas dialami sejak 2 bulan yang lalu, dirasakan hilang timbul dan
sesak dirasakan saat berjalan. Sesak napas dirasakan semakin memberat 3 hari
sebelum masuk rumah sakit, dirasakan terus menerus dan dirasakan bahkan
saat berbaring. Riwayat terbangun malam hari karena sesak napas disangkal.
Sesak baru pertama kali dirasakan. Pasien juga mengeluhkan batuk. Sejak 1
tahun yang lalu, terus menerus, tidak dipengaruhi cuaca. Disertai dengan
lendir berwarna putih dan berbusa. Riwayat batuk berlendir berwarna hijau
ada 1 tahun yang lalu dan dialami terus menerus. Nyeri dada ada bersamaan
dengan keluhan utama. Demam disangkal. Keringat malam yang tidak
dipengaruhi aktivitas disangkal. Mual ada saat masuk rumah sakit Wahidin.
Muntah disangkal. Nyeri ulu hati disangkal. Ada riwayat penurunan berat
badan namun tidak diketahui secara pasti. Nafsu makan dirasakan menurun.
BAB lancar. BAK lancar. Riwayat merokok disangkal. Riwayat trauma atau
kecelakaaan sebelumnya disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat dirawat dengan keluhan yang sama di RS di Barru sebelum
masuk RS Wahidin.
Pasien telah dirawat di RS Wahidin Sudirohusodo selama 21 hari, awal
masuk di RS Wahidin sudirohusodo pasien didiagnosis dengan efusi
1
pleura massif sinistra dan telah dipasangkan chest tube dan WSD
namun pada tanggal 26 April 2017 hasil WSD adalah produksi 150
cc/24 jam, warna purulent, undulasi ada, dan buble ada. Untuk itu
direncanakan dilakukan foto thorax ulang.
Riwayat mengkonsumsi Obat Anti Tuberkulosis disangkal
Riwayat Diabetes Melitus disangkal
Riwayat Hipertensi disangkal
Riwayat penyakit Jantung disangkal
Riwayat Asma disangkal
2
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, massa tumor tidak ada,
krepitasi tidak ada, vocal fr emitus menur un
pada selur uh lapangan par u kir i.
Perkusi : Paru kanan : sonor
Paru kiri : hiper sonor pada apeks dan pekak
setinggi ICS IX ke bawah.
Auskultasi : Bunyi pernapasan vesikular, menur un pada
lapangan par u kir i, Ronkhi tidak ada, weezhing
tidak ada.
3. Jantung :
– Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
– Palpasi : Ictus cordis teraba,Thrill ()
– Perkusi :
oBatas atas jantung ICS II parasternal sinistra
oBatas kanan jantung ICS II parasternal sinistra
oBatas kiri jantung ICS V linea medioclavicularis
– Auskultasi : Bunyi jantung S I/II regular, murmur tidak ada
4. Abdomen
Inspeksi : Datar mengikuti gerak napas, idak ada benjolan
asites tidak ada.
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, hepar tidak teraba, lien
tidak teraba.
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal.
5. Ekstremitas
Akral hangat, Udema ekstremitas tidak ada, pigmentasi normal.
3
1.4 Pemer iksaan Penunjang
1.4.1 Labor ator ium (14042017)
Keterangan Hasil Nilai Rujukan
Darah Rutin
• WBC ↑ 20.3 103/uL + 4,0 – 10,0 x 103/uL
• RBC ↓ 3.48 x 106/uL 3.8, – 5.8, x 106/uL
• HGB ↓ 10.2 g/dL 11.5 16g/dL
• HCT ↓ 31.9 % 3747 %
• MCV 92 fL 80 – 100 fL
• MCH 29.3 pg 2732 pg
• MCHC 32 g/dL – 32,0 36,0 g/dL
• PLT 411 .000 /uL + 150 – 500 x 103/uL
• Neutr ofil ↑ 81,5% + 33,0 –66,0 %
• Lymphosit ↓ 11 % 20,0 – 45,0 %
• Monosit 5.3 % 1,0 – 8,0 %
• Eosinofil 1.6 % 1,0 – 3,0 %
• Basofil 0,6% 0–1%
Laboratorium (05/04/2017)
Keterangan Hasil Nilai Rujukan
KIMIA DARAH
Fungsi ginjal
4
• Klorida 102 97111 mmol/l
Koagulasi
PT 13.1 10 – 14 detik
INR 1.25
1.4.2 Radiologi
Foto Thor aks PA (04052017)
Hasil pemeriksaan :
Terpasang WSD pada hemithorax sinistra dengan tip setinggi costa
IV kiri depan
Hiperlusen avaskular pada hemithorakssinistra dari apeks sampai
5
ICS VIIIdisertai perselubungan homogen dengan air fluid level
di ICS VIII ke bawah yang menutupi sinus costofrenicus
sinistra, diafragma sinistra, dan batas kiri jantung, pleura white
line di para hilar hemitoraks sinistra kolaps paru kiri.
Cor : sulit dievaluasi, aorta normal
Sinus dan diafragma kanan baik
Tulangtulang intak
Kesan :
Hidropneumothoraks sinistra disertai kolaps paru sinistra
6
pemeriksaan foto thorax terakhir menunjukkan adanya hydropneumothorax pada
paru sinistra disertai kolaps paru sinistra.
1.6 Diagnosis
Hidropneumotoraks Sinistra
1.7 Ter api
- O2 24 L/menit/nasal kanul
- IVFD Ringer Laktat 28 tetes/menit
- Ceftriaxone 1gr/12jam/intravena
- Ranitidine 50mg/12jam/intravena
- Ketorolac 30 mg/ 8 jam/ intravena
- Awasi Pemasangan WSD
- Takar produksi WSD / 24 jam
BAB 2
7
DISKUSI
2.1 Pendahuluan
Pleura terdiri atas pleura visceral dan pleura parietal dengan rongga yang
berisi sedikit cairan sebagai fungsi pelumas dalam pengerakan pernapasan. Dalam
keadaan normal, pada foto thoraks tidak dapat diperlihatkan lapisan pleura.
Kelainankelainan yang sering dijumpai adalah cairan berlebih dalam rongga
pleura (efusi pleura), udara dalam rongga pleura (pneumothoraks), cairan berlebih
dan udara dalam rongga pleura (hidropneumothoraks), infeksi (pleuritis), dan
tumor pleura. Hydropneumothorax adalah suatu keadaan dimana terdapat udara
dan cairan di dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan paru.
Cairan ini bisa juga disertai dengan nanah (empyema) dan hal ini di namakan
dengan pyopneumothorax. Sedangkan pneumothorax itu sendiri ialah suatu
keadaan, di mana hanya terdapat udara di dalam rongga pleura yang juga
mengakibatkan kolaps jaringan paru (Bahar, 1999).
Pencatatan tentang insiden dan prevalensi hydropneumothorax belum ada
dilakukan, namun insiden dan prevalensi pneumothorax berkisar antara 2,4 – 17,8
per 100.000 penduduk per tahun. Menurut Barrie dkk, seks ratio lakilaki
dibandingkan dengan perempuan 5:1.Ada pula peneliti yang mendapatkan 8:1.
Pneumothorax lebih sering ditemukan pada hemithorax kanan dari pada
hemithorax kiri. Pneumothorax bilateral kirakira 2% dari seluruh pneumothorax
spontan. Insiden dan prevalensi pneumothorax ventil 3 – 5 % dari pneumothorax
spontan. Kemungkinan berulangnya pneumothorax menurut James dan Studdy
20% untuk kedua kali dan 50% untuk yang ketiga kali. Insiden empiema di bagian
paru RSUD . Dr. Soetomo surabaya, pada tahun 2013dirawat 3,4% dari 2.192
penderita rawatinap. Dengan perbandingan pria : wanita = 4:1.
8
Anatomi dan Fisiologi
Saluran pernafasan terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, faring, laring,
trakea, dan paru. Paru merupakan salah satu pasangan organ respirasi, satu pada
kanan dan lainnya pada toraks kiri, yang dipisahkan satu dengan yang lainnya
oleh jantung dan struktur mediastinum. Paru kanan terdiri atas lobus superior,
medius, dan inferior dan pada paru kiri terdiri atas lobus superior dan inferior
(Virtual Medical Centre, 2012).
Tiaptiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen.
Paruparu kiri mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus
superior, dan lima buah segmen pada inferior. Paru kanan mempunyai sepuluh
segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dua buah segmen pada
lobus medial, dan tiga buah segmen pada lobus inferior (Putz R dan Pabst R,
2003).
Cabang terkecil dikenal sebagai bronkiolus. Di ujungujung bronkiolus
terkumpul alveolus, kantung udara kecil tempat terjadinya pertukaran gasgas
antara udara dan darah. Bronkiolus yang lebih kecil tidak memiliki tulang rawan
yang dapat menahannya tetap terbuka.Dinding bronkiolus mengandung otot polos
yang dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan peka terhadap hormon zat kimia
lokal tertentu. Faktorfaktor ini, dengan mengubahubah derajat kontraksi otot
9
polos bronkiolus, mampu mengatur jumlah udara yang mengalir antara atmosfer
dan setiap kelompok alveolus(Sherwood Lauralee, 2011).
10
penting diketahui sebagai dasar pemahaman patofisiologi kelainan pleura dangan
gguan proses respirasi (Putz R dan Pabst R, 2003).
11
tekanan intraalveolus menurun karena molekul dalam jumlah yang sama kini
menempati volume paru yang lebih besar. Pada inspirasi biasa, tekanan intra
alveolus menurun 1mmHg menjadi 759 mmHg.Karena tekanan intraalveolus
sekarang lebih rendah daripada tekanan atmosfer, udara mengalir masuk ke paru
mengikuti penurunan gradien tekanan dari tekanan tinggi ke rendah(Putz R dan
Pabst R, 2003).
Selama inspirasi, tekanan intrapleura turun ke 754 mmHg akibat
pengembangan toraks. Peningkatan gradien tekanan transmural yang terjadi
selama inspirasi memastikan bahwa paru teregang untuk mengisi rongga toraks
yang mengembang(Putz R dan Pabst R, 2003). Sebaliknya selama ekspirasi
normal, tekanan intraalveolar meningkat menjadi hampir +1 mmHg, yang
menyebabkan aliran udara keluar melalui saluran pernafasan. Selama usaha
ekspirasi maksimum dengan glottis tertutup, tekanan intaralveolar dapat
meningkat menjadi lebih dari 100 mmHg pada pria sehat dan kuat , dan selama
usaha inspirasi maksimum ia dapat berkurang menjadi serendah 80 mmHg(Putz
R dan Pabst R, 2003).
Rongga pleura berperan penting dalam proses pernapasan dengan
mengikuti gerakan dinding dada bersama paru melalui du acara : (1) ruang vakum
relatif rongga pleura menjaga pleura visceralis dan pleura parietalis tetap saling
berdekatan, (2) sejumlah kecil cairan pleura dalam hal ini sebagai pelumas untuk
memfasilitasi gerakan dari permukaan kedua pleura yang saling bergerak selama
proses pernapasan(Putz R dan Pabst R, 2003).
2.2 Patofisiologi
a. Pneumothor ax
Pneumothoraks adalah adanya gas di ruang pleura. Normalnya udara
tidak dapat masuk ke cavum pleura karena tidak terdapat hubungan antara
cavum dengan alveoli maupun udara atmosfer (Kasper, et al. 2005)..
Pneumothoraks spontan adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan suatu pneumothoraks yang terjadi secara tibatiba dan tidak
terduga dengan atau tanpa penyakit paru yang mendasarinya. Pneumothoraks
spontan diperkirakan terkait dengan peningkatan tekanan yang tinggi pada
12
apex paru. Pneumothoraks spontan dibagi menjadi primer dan sekunder.
Pneumotoraks spontan primer disebabkan akibat pecahnya kantong udara
yang berada di dalam atau di bawah pleura viseral. Pneumothoraks spontan
sekunder disebabkan oleh komplikasi penyakit paruparu (Kasper, et al. 2005).
Pneumothoraks traumatik adalah pneumothoraks yang terjadi akibat
dari trauma penetrasi dan nonpenetrasi dada.Pneumothoraks traumatik tidak
harus disertai dengan fraktur iga maupun luka penetrasi terbuka. Trauma
tumpul atau kontusio pada dinding dada juga dapat menimbulkan
pneumothoraks(Kasper, et al. 2005).
Tension pneumothraks merupakan kondisi yang terjadi akibat gangguan
yang melibatkan pleura viseral, pleura parietal, atau trakeobronkial yang
berkembang ketika jaringan yang cedera membentuk katup satu arah,
memungkinkan masuknya udara ke cavum pleura saat inhalasi (J Daley,
Brian, et al. 2016).
b. Efusi pleur a
Cavum pleura normalnya terdapat sedikit cairan. Saat jumlah cairan
pleura berlebih pada cavum pleura hal ini disebut efusi pleura (Kasper, et al.
2005). Keseimbangan cairan pleura diatur oleh tekanan onkotik, tekanan
hidrostatik, dan drainase limfatik(Guyton AC, Hall JE. 2010). Peningkatan
cairan pleura terjadi ketika pembentukan cairan pleura melebihi kapasitas
penyerapan sistem limfatik atau penurunan cairan yang dikeluarkan oleh
limfatik.Cairan juga dapat memasuki ruang pleura dari ruang interstisial paru
melalui pleura viseral atau dari rongga peritoneal melalui lubang kecil di
diafragma (Kasper, et al. 2005).
Efusi pleura seringkali dibagi dalam katagori eksudat dan transudat.
Cairan transudat diakibatkan oleh ketidakseimbangan tekanan onkotik dan
hidrostatik misalnya pada gagal jantung kongestif. Transudasi juga dapat
terjadi pada hipoproteinemia seperti pada penyakit ginjal dan liver. Cairan
Eksudat merupakan hasil radang pleura atau penurunan drainase limfatik.
Eksudat diproduksi oleh berbagai kondisi peradangan seperti peradangan
pleura atau paruparu, gangguan drainase limfatik pada ruang pleura, gerakan
transdiaphragmatik cairan inflamasi dari ruang peritoneal, permeabilitas
13
permulaan membran pleura yang berubah, dan peningkatan permeabilitas
dinding kapiler atau gangguan vaskular. (Jeffrey Rubins et al. 2017)
c. Hydr opneumothor ax
Hydropneumothorax dapat disebabkan oleh adanya trauma dan
peradangan yang dapat menyebabkan akumulasi cairan dan udara pada rongga
pleura yang menyebabkan tekanan pada rongga dada menjadi positif.
Beberapa penyebab umum dari hydropneumothorax yaitu: trauma,
pembedahan, riwayat terkini thoracosintesis untuk mengeluarkan cairan
pleura, fistula bronchopleural yang merupakan akibat dari suatu tumor,
pembedahan atau infeksi (Herring, William. 2016).
2.4 Diagnosis
Manifestasi klinis hidropneumothorax sebagai mana pneumothorax. Pada
kondisi akut pasien merasakan nyeri dada dan napas yang memendek (6485%
pasien). Nyeri dada dirasakan berat dan / menusuk menjalar hingga ke punggung
serta meningkat dengan inspirasi (pleuritik). (Rasad Sjahriar, 2015) Adapun pada
pemeriksaan fisis paru dapat ditemukan beberapa hal sebagai berikut:
Distress pernapasan atau henti napas.
Takipneu.
Ekspansi paru asimetris.
Hilangnya suara napas.
Hipersonor pada perkusi.
Meredupnya focal fremitus.
Takikardi
Pulsus paradoksus
Hipotensi
Distensi vena jugular
Perpindahan apeks cor (jarang)
14
Diagnosis :
Anamnesis
Ditemukan anamnesis yang khas, yaitu rasa nyeri dada seperti
ditusuk tusuk setempat pada sisi paru yang terkena, kadang kadang
menyebar ke arah bahu, hipokondrium dan scapula disertai sesak nafas.
Rasa nyeri dan sesak nafas ini makin lama dapat berkurang atau
bertambah hebat dan rasa sakit bertambah saat bernafas dan batuk (Rasad
Sjahriar, 2015).
Pemer iksaan Fisik
Inspeksi: mungkin terlihat sesak nafas, pergerakan dada berkurang, batuk
batuk, sianosis serta iktus kordis tergeser kearah yang sehat.
Palpasi: mungkin dijumpai satium intercostalis yang melebar stemfremitus
melemah, trakea tergeser kearah yang sehat dan iktus kordis tidak
teraba atau tergeser ke arah yang sehat.
Perkusi: mungkin dijumpai sonor, hipersonor sampai timpani.
Auskultasi: mungkin di jumpai suara nafas yang melemah sampai
menghilang (Rasad Sjahriar, 2015)
2.5 Radiologi
15
2.5.1 Pneumothor aks
Adanya udara yang berada di rongga pleura disebut dengan
pneumothoraks. Gambaran radiologi dari pneumothoraks yaitu adanya
bayangan radiolusen yang tanpa struktur jaringan paru (avasculer pattern)
dengan batas paru berupa garis radioopak tipis berasal dari pleura visceral
(Lee SN dkk, 2012).
Jika pneumothoraks luas, akan menekan jaringan paru ke arah hilus
atau paru menjadi kuncup/kolaps di daerah hilus dan mendorong mediastinum
ke arah kontralateral. Selain itu sela iga menjadi lebih lebar. Bila udara berasal
dari paru melalui suatu robekan yang berupa katup (ventil) maka tiap kali
menarik napas sebagian udara yang masuk kedalam rongga pleura tidak dapat
keluar lagi, kejadian ini bila lama akan menyebabkan semakin banyak udara
yang terkumpul dalam rongga pleura sehingga kantong udara pleura mendesak
mediastinum dan paru yang sehat. Keadaan ini dapat mengakibatkan fungsi
pernapasan sangat terganggu yang disebut tension pneumothoraks.Sedangkan
jika pada pneumothoraks dimana kantong udara pleura tidak
mendesakmediastinum dan paru yang sehat maka keadaan ini disebut dengan
simple pneumothoraks.(Sjahriar, 2009)
Hiperlusen
avaskuler
Pleura white
line
Kolaps paru
16
2.5.2 Efusi pleur a
17
tegak. Hal ini menghasilkan gambaran meniskus, dimana efusi tampak
lebih tinggi pada bagian sisi dan lebih rendah pada bagian tengah.Pada
proyeksi lateral, cairan akan terlihat seperti bentuk huruf U, dengan posisi
sama tinggi anterior dan posterior. Adanya gambaran meniskus sangat
mengindikasikan adanya sebuah efusi (Herring W, 2016).
18
kondisi yang terjadi pada paru – paru, CTscan umumnya digunakan untuk
menilai paruparu yang tertutupi gambaran efusi (Herring W, 2016).
19
Gambar 2.14. Hidropneumothoraks. (a) Efusi pleura dan pneumothoraks pada
foto thoraks konvensional tegak. Panah hitam menunjuk pada cairan dan sudut
costophrenicus yang tumpul pada hemothoraks. Panah putih menunjuk pleural
line dan tanda pneumothoraks. (b) Tampakan lapangan atas paru kiri,
menunjukkan pleural line dan tanda pneumothoraks (Tsuei, 2002).
2.6 Gambar an Hasil Pemer iksaan
Pemeriksaan :Foto thorax PA
20
Berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan:
Terpasang WSD pada hemithorax sinistra dengan tip setinggi costa IV
kiri depan
Hiperlusen avaskular pada hemithorakssinistra dari apeks sampai ICS
VIIIdisertai
perselubungan homogen dengan air fluid level di ICS VIII ke bawah
yang menutupi
sinus costofrenicus sinistra, diafragma sinistra, dan batas kiri jantung,
pleura white line di para hilar hemitoraks sinistra kolaps paru kiri.
Cor : sulit dievaluasi, aorta normal
Sinus dan diafragma kanan baik
Tulangtulang intak
Kesan:
Hidropneumothoraks sinistra disertai kolaps paru sinistra
2.7 Difer ensial Diagnosis Radiologi
2.7.1 Abses par u
Pada hidropneumothoraks salah satu gambaran radiologis yang tampak
pada foto terjadi gambaran pembentukan air fluid level akibat adanya udara
dan air yang memberikan tampilan densitasnya masingmasing. Diagnosis
banding dari hidropneumothoraks yang sama berdasarkan gambaran
pembentukan air fluid level yaitu abses paru.
Abses Paru merupakan proses supurasi yang berlokalisir pada parenkim
paru (Pratomo, 2013).Gambaran radiologis dari abses paru yang terutama
yaitu air fluid level, dimana syarat dikatakan abses paru harus didapatkannya
empat hal yaitu :
1) Adanya cavitas
2) Membentuk Air fluid level,yang memberikan densitas udara yang
mengisi ruang atas cavitas dan densitas air yang menempati bagian
bawah ruang cavitas.
3) Memiliki dinding tebal (thick wall) yang mengelilingi cavitas atau
membatasi cavitas (jaringan paru yang sakit) dengan jaringan paru
yang sehat. Dinding ini memberikan gambaran densitas opak
21
(Sudoyo, 2012).
4) Irreguler border , yaitu dinding luar dari kavitas yang tidak beraturan
atau rata (smooth).
Abses paru dapat disebabkan baik oleh proses infeksi (seperti
Tuberculosis) maupun proses keganasan yaitu carsinoma paru, dimana yang
membedakan keduanya yaitu dilihat dari inner margin atau dinding dalam cavitas,
dimana pada infeksi biasanya mulus (smooth) dan carsinoma paru nodular (kasar
atau rough) (Pratomo, 2013).
Berikut contoh gambaran dari abses paru:
Gambar 2.15. Cavitas dengan dinding tebal disertai dengan air fluid level (panah hitam)
(Herring W, 2016)
2.7.2 Infected Bullae
Bulla termasuk salah satu jenis lesi pada paru yang berisi udara.
Sebuah bulla memiliki dinding yang tipis <1 mm, memiliki ruang berisi udara,
dan berukuran 1 cm atau lebih besar. Dindingnya dapat dibentuk oleh pleura,
septa, atau jaringan paru yang terkompresi.
Gejala klinis pada pasien dengan bulla yang terinfeksi cenderung
lebih ringan dibanding abses paru, namun dapat juga asimtomatik. Temuan
klinis yang sering dijumpai pada pasien ini seperti batuk, sputum purulen, dan
22
peningkatan sel darah putih.
Gambaran radiologis yang ditemukan pada foto thoraks konvensional
yaitu nampak lesi melingkar berdinding tipis, berbatas tegas, dan tidak
mengandung pembuluh darah. Sering berada di lobus atas paru dan cenderung
untuk menangkap udara sehingga dapat menjadi lebih besar pada ekspirasi.
Tanda paling baik untuk mementukan bulla yang terinfeksi adalah
adanya gambaran airfluid level. Adanya gambaran bulla yang tidak terinfeksi
sebelumnya di lokasi yang sama pada gambaran airfluid level membantu
diagnosis. Perbedaan bulla yang terinfeksi dengan abses paru ialah bulla
mengandung cairan yang lebih sedikit, dinding tipis, dan tidak ada tanda
pneumonitis disekitarnya.
Bulla dapat menjadi sangat besar sehingga membuat paruparu
normal yang tersisa hampir tidak terlihat. Kebanyakan bulla berhubungan
dengan emfisema dan juga dapat menyebabkan pneumotoraks (Herring,
2016).
2.8 Penatalaksanaan
23
Water Sealed Dr ainage (Wsd)
24
2. Anterolateral interkosta ke 1 2 untuk mengeluarkan udara bagian basal
25
2.9 Komplikasi
- Infeksi sekunder sehingga dapat menimbulkan pleuritis,empiema,
hidropneumotoraks.
- Gangguan hemodinamika.Pada pneumotoraks yang hebat, seluruh
mediastinum dan jantung dapat tergeser ke arah yang sehat dan
mengakibatkan penurunan kardiak "output", sehingga dengan demikian
dapat menimbulkan syok kardiogenik (Alsagaff Hood, 2010).
2.10 Pr ognosis
Prognosis bervariasi sesuai dengan etiologi yang mendasari kondisi ini.
Pasien yang mencari perawatan medis segera dalam perjalanan penyakitnya dan
yang mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat memiliki tingkat
komplikasi jauh lebih rendah dibandingkan pasien yang tidak (Rubins, 2016).
Morbiditas dan mortalitas berhubungan langsung dengan penyebab dan
tahap dari penyakit yang mendasari pada saat presentasi, dan temuan biokimia
dalam cairan pleura (Rubins, 2016).
2.11 Kesimpulan
Tandatanda hidropneumotoraks pada foto di atas adalah :
- Hiperlusen avaskuler : merupakan gambaran air density akibat adanya
udara bebas dalam cavum pleura yang menyebabkan kolaps bagian paru
yang berada dibawah pleura sehingga tidak terlihat corakan
bronkovaskular pada bagian tersebut.
- Air fluid level : merupakan gambaran radiologik dimana terlihat densitas
udara dan densitas cairan yang terpisah dimana densitas udara (air density)
selalu menempati bagian atas dan densitas cairan (fluid density)
menempati ruang di bawahnya. Pada kasus hidropneumothoraks terjadi
pembentukan air fluid level yang dapat di lihat pada pemeriksaan
radiologis, akibat adanya udara dan cairan secara beersamaan dalam
cavum pleura.
- Pleural white line : merupakan gambaran plera visceralis yang terpisah
dari pleura parietalis karena adanya udara dalam cavum pleura yang
26
memisahkan di antara kedua selaput tersebut. Tanda ini dilihat sebagai
garis putih
27