Anda di halaman 1dari 10

Gambaran Tingkat Persepsi Pasien Diabetes Mellitus di Kabupaten Kendal | 48

GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PASIEN DIABETES MELLITUS


DI KABUPATEN KENDAL

Livana PH1, Indah Permata Sari1, Hermanto1


1
Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Email: livana.ph@gmail.com;
indahbriliantgirl@gmail.com;hermantokomting@yahoo.com

ABSTRAK
Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang bersifat menahun, berhubungan dengan
suatu sistem dalam tubuh, disebabkan oleh berbagai faktor, yang ditandai dengan
hiperglikemia dan hiperlipidemia, akibat kurangnya sekresi atau ketidak efektifan insulin
yang telah disekresi oleh pankreas. Pasien Diabetes Mellitus harus melakukan terapi
pengelolaan farmakologis dan non farmakologis untuk mencegah terjadinya komplikasi
dan mengontrol kestabilan kadar gula darahnya. Terapi tersebut dapat menimbulkan
dampak fisik maupun psikologis bagi pasien DM. Dampak psikologis yang dapat
dirasakan oleh pasien Diabetes Mellitus adalah depresi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran tingkat depresi pada pasien Diabetes Mellitus di wilayah dokter
keluarga Djazariyah Kabupaten Kendal. Metode deskriptif kuantitatif. Besar sampel
penelitian 37 responden. Alat ukur menggunakan kuesioner Depression Anxiety Stres
Scale. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling.
Cara analisis data dengan analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi. Sebagian
besar pasien Diabetes Mellitus normal atau tidak mengalami depresi. Peneliti
memberikan saran bagi peneliti selanjutnya untuk menggunakan kuesioner Depression
Anxiety Stres Scale yang telah dimodifikasi agar mempermudah responden dalam
menjawab.

Kata kunci: Diabetes Mellitus, Depresi.

ABSTRACT
Diabetes Mellitus is a chronic disease associated with a system in the body, caused by
various factors, characterized by hyperglycemia and hyperlipidemia, due to a lack of
secretion or ineffectiveness of insulin secreted by the pancreas. Diabetes Mellitus patients
should perform pharmacological and nonpharmacologic management to prevent
complications and control the stability of their blood sugar levels. Therapy can cause
physical and psychological impact for DM patients. The psychological impact that can
be felt by Diabetes Mellitus patients is depression. This study aims to determine describe
the level of depression in Diabetes Mellitus patients in the Djazariyah family doctor area
of Kendal Regency. quantitative descriptive method. The sample size was 37 respondents.
The measuring instrument uses the Depression Anxiety Stress Scale questionnaire. The
sampling technique used in this study was purposive sampling. How to analyze data with
univariate analysis using frequency distribution. Most of Diabetes Mellitus patient is
normal or not depressed. The researcher gave suggestions for further researchers to use
the modified Depression Anxiety Stress Scale questionnaire to make it easier for
respondents to answer.

Keywords: Diabetes Mellitus, Depression.

Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 11(2), 2018, pages 48 – 57


Gambaran Tingkat Persepsi Pasien Diabetes Mellitus di Kabupaten Kendal | 49

PENDAHULUAN Pasien kasus PTM seperti DM harus


Diabetes Mellitus (DM) merupakan melakukan terapi pengelolaan sehingga
penyakit yang bersifat menahun, status kesehatannya dapat terkontrol dan
berhubungan dengan suatu sistem dalam terhindar dari komplikasi akibat penyakit
tubuh, dan disebabkan oleh berbagai faktor, tersebut (Tandra, 2008). Pengelolaan yang
yang ditandai dengan adanya jumlah kadar baik akan membantu pasien DM untuk
gula (glukosa) darah yang berlebihan hidup seperti orang normal pada umumnya
(hiperglikemia) dan jumlah kadar lemak dan memiliki umur yang panjang (Sutedjo,
(lipid) yang berlebihan (hiperlipidemia), 2010). Perkumpulan Endokrinologi
akibat kurangnya sekresi insulin, atau Indonesia (Perkeni) membagi dua macam
ketidak efektifan kerja insulin yang telah terapi yang harus dilakukan oleh pasien DM
disekresi oleh pankreas (Baradero, Dayrit, selama hidupnya yaitu secara farmakologis
& Siswadi, 2009). Penyakit DM menjadi berupa pemberian obat-obatan dan non
induk dari berbagai macam penyakit, farmakologis berupa pengaturan makanan,
sehinggapasien DM akan mengalami latihan jasmani, dan edukasi (Perkeni,
dampak berupa perubahan fisik maupun 2011).
psikologis. Hal tersebut akan
mempengaruhi motivasi pasien DM untuk Terapi yang dilakukan oleh pasien DM
menjaga kualitas hidupnya. tersebut akan menimbulkan suatu dampak
tertentu, baik secara fisik maupun
Prevalensi DM dari tahun ke tahun semakin psikologis (Solichah, 2009). Dampak
meningkat. Data yang diperoleh dari secara fisik yang dirasakan berupa
World Health Organization (WHO), perubahan berat badan, perubahan nafsu
terdapat 422 juta pasien DM di dunia makan, sering mengalami nyeri, keletihan,
(Global report on diabetes mellitus, 2016). dan gangguan tidur, sedangkan secara
Prevalensi DM di Indonesia menurut hasil psikologis pasien DM akan mengalami
Riset Kesehatan Daerah (Riskesdas) terus stres, cemas, takut, sering merasa sedih,
mengalami kenaikan yaitu dari 1,1% pada merasa tidak ada harapan, tidak berdaya,
tahun 2007 menjadi 2,1% pada tahun 2013 tidak berguna, dan putus asa
(Riskesdas, 2013). Prevalensi DM di Jawa (Tjokroprawiro, 2011). Permasalahan
Tengah juga mengalami kenaikan setiap emosional yang sering dialami pasien DM
tahunnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa antara lain penyangkalan (denial) terhadap
Tengah melaporkan terdapat 13,6% pasien penyakitnya sehingga mereka tidak patuh
DM pada tahun 2013, pada tahun 2014 dalam menerapkan pola hidup yang sehat,
meningkat menjadi 14,96%, dan pada tahun mudah marah dan frustrasi karena
2015 kembali meningkat menjadi 16,69% banyaknya pantangan atau merasa telah
(Dinkes Jateng, 2015). Prevalensi DM di menjalani berbagai jenis terapi tetapi tidak
Kabupaten Kendal mencapai 2.954 orang. terjadi perubahan kadar gula darah yang
Jumlah tersebut membuat DM menjadi signifikan, takut terhadap komplikasi dan
kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) resiko kematian, jenuh meminum obat yang
kedua tertinggi setelah kasus hipertensi harus dikonsumsi seumur hidup, atau
(Dinkes Kabupaten Kendal, 2012). bahkan mengalami depresi (Semiardji,
2009). Persoalan-persoalan psikologis
tersebut akan berdampak terhadap

Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 11(2), 2018, pages 48 – 57


Gambaran Tingkat Persepsi Pasien Diabetes Mellitus di Kabupaten Kendal | 50

kelangsungan atau kepatuhan proses menjadi bagian yang penting dari


pengelolaan DM. Penelitian yang dilakukan pengendalian penyakit (Kristiana, 2012).
oleh Gonzales, Peyrot, McCarl, Collins,
Serpa, Mimiaga, Safrien (2008) Keberhasilan atau kepatuhan pasien DM
menunjukkan bahwa depresi berpengaruh untuk melakukan pemantauan glukosa
secara signifikan pada perilaku darah harus melibatkan partisipasi atau
ketidakpatuhan penderita DM dalam peran dari keluarga pasien DM. Keluarga
menjalankan proses terapi atau pengobatan. pasien DM berperan sebagai pemberi
asuhan keperawatan secara informal yaitu
Penyakit DM cenderung menimbulkan dengan memberikan kesempatan kepada
dampak yang bersifat negatif, tetapi pasien DM untuk berlatih mengelola
penyakit ini juga dapat memberikan dirinya sendiri terutama untuk melakukan
dampak yang positif seperti adanya pemeriksaan kadar glukosa darahnya,
kesejahteraan psikologispasien DM yang dalam hal ini keluarga hanya memotivasi
meningkat. Kesejahteraan psikologis atau mengajak pasien DM untuk melakukan
merupakan suatu keadaan seseorang yang pemeriksaan kadar glukosa darahnya.
mampu menerima kekuatan dan kelemahan Masalah akan muncul pada pasien DM yang
dirinya, membina hubungan positif dengan tidak patuh dengan ajakan keluarganya
orang lain, mengarahkan perilakunya untuk memeriksakan kadar glukosa
sendiri, mengembangkan potensi diri secara darahnya, dan keluarga hanya memotivasi
terus menerus, menguasai lingkungan, dan tetapi tidak mendampingi pemeriksaan
memiliki tujuan dalam kehidupannya (Rfyy yang harus dilakukan di laboratorium,
& Singer, 2006). Kesejahteraan psikologis rumah sakit, klinik, puskesmas, atau
yang baik pada pasien DM akan melakukan pemeriksaan kadar glukosa
memberikan motivasi untuk meningkatkan darah secara mandiri. Pasien DM yang
kualitas hidupnya, sedangkan kesejahteraan belum menyadari pentingnya dan manfaat
psikologis yang buruk akan memberikan melakukan pemantauan kadar glukosa
pengaruh atau dampak yang negatif bagi darah secara rutin juga menjadi penyebab
pasien DM untuk menjalani kehidupannya. pasien DM tidak patuh terhadap ajakan
keluarganya untuk melakukan pemeriksaan
Upaya preventif atau pencegahan terjadinya tersebut (Sari, Susanti, dan Sumawati,
DM dapat dilakukan oleh semua orang, 2014).
sehingga dapat meminimalkan munculnya
dampak-dampak yang dapat memperburuk Hasil penelitian Tamara, Bayhakki, dan
kondisi kesehatan. Orang yang memiliki Nauli (2014) menunjukkan ada hubungan
resiko DM, pasien DM tanpa komplikasi antara dukungan keluarga dan kualitas
dan pasien DM dengan komplikasi harus hidup pasien DM tipe 2 di RSUD Arifin
melakukan pencegahan dengan cara Achmad Provinsi Riau. Dukungan keluarga
pencegahan primer, sekunder maupun yang diberikan dalam bentuk emosional,
tersier. Pemantauan kadar glukosa darah instrumental, penghargaan dan informasi
merupakan salah satu upaya pencegahan dapat memberikan rasa nyaman dan dapat
terjadinya DM tersebut (Baradero, Dayrit, meningkatkan motivasi pasien DM dalam
& Siswadi, 2009). Pemantauan kadar menjalani pengobatan dan perawatan diri.
glukosa darah rutin pada pasien DM Hasil penelitian Priharianto, Maliya, dan

Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 11(2), 2018, pages 48 – 57


Gambaran Tingkat Persepsi Pasien Diabetes Mellitus di Kabupaten Kendal | 51

Rosyid (2014) terdapat 21 pasien DM setiap satu bulan sekali, sehingga


(23,6%) mendapat dukungan yang kurang memudahkan peneliti untuk bertemu dan
dari keluarga, 16 (18%) diantaranya tidak melakukan penelitian dengan pasien DM
teratur kontrol kadar gula darah dan 5 tersebut. Populasi dalam penelitian ini yaitu
(5,6%) lainnya teratur melakukan kontrol pasien DM yang tercatat mengikuti
kadar gula darah, 46 pasien DM (51,7%) kegiatan Prolanis terakhir pada bulan
mendapat dukungan yang cukup dari September 2016 di wilayah kerja Dokter
keluarga, 20 (22,5%) diantaranya keluarga Djazariyah Kabupaten Kendal,
tidakteratur dan 26 (29,2%) lainnya teratur yang berjumlah 37 orang. Alat ukur
melakukan kontrol kadar gula darah, 22 menggunakan kuesioner Depression
responden (24,7%) mendapat dukungan Anxiety Stres Scale. Teknik sampling yang
yang baik dari keluarga, 7 (7,9%) digunakan dalam penelitian ini yaitu
diantaranya tidak teratur dan 15 (16,9%) purposive sampling. Cara analisis data
lainnya teratur melakukan kontrol kadar dengan analisis univariat menggunakan
gula darah. distribusi frekuensi.

Hasil studi pendahuluan yang peneliti HASIL DAN PEMBAHASAN


lakukan pada pasien DM yang tergabung Karakteristik pasien DM dalam penelitian
dalam Program Pengelolaan Penyakit ini disajikan melalui tabel 1 dan gambaran
Kronis (Prolanis) di wilayah kerja Dokter tingkat depresi pasien DM disajikan melalui
keluarga Djazariyah Kabupaten Kendal gambar 1 berikut.
pada bulan September 2016 terdapat 54
pasien DM. Rata–rata pasien DM yang 30
tergabung dalam Prolanis tersebut adalah 21
perempuan. Hasil wawancara didapatkan 20
10
bahwa 2 dari 3 pasien DM tidak melakukan 10 6
kontrol kadar gula darah secara rutin karena 00
terkendala biaya, dan tidak ada anggota 0
Depresi
keluarga yang mengantar. Mereka
mengalami perubahan selera makan, sering Normal Ringan
merasa letih, sering merasa mengantuk, Sedang Berat
mengalami gangguan tidur, merasa sedih, Sangat Berat
merasa tidak berdaya, cemas, dan takut
apabila penyakitnya dapat menimbulkan Gambar 1.
penyakit yang lain. Distribusi frekuensi tingkat
Depresi pasien DM
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif yang bersifat deskriptif.
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Tabel 1.
Dokter keluarga Djazariyah Kabupaten Karakteristik pasien DM
Kendal. Pemilihan tempat penelitian ini Karakteristik f %
berdasarkan adanya kelompok Prolanis Usia
pasien DM yang mengadakan kegiatan rutin 25-60 20 54

Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 11(2), 2018, pages 48 – 57


Gambaran Tingkat Persepsi Pasien Diabetes Mellitus di Kabupaten Kendal | 52

>60 17 46 30% dan memicu terjadinya resistensi


Jenis Kelamin insulin. Hasil penelitian yang dilakukan
Perempuan 20 54 oleh Jelantik dan Haryati (2014),
Laki-laki 17 46 menunjukkan bahwa terdapat hubungan
Pendidikan antara usia dengan kejadian DM tipe 2
Tidak sekolah 3 8 yaitu sebagian besar responden memiliki
SD 6 16 umur lebih dari 40 tahun. Hasil
SLTP 10 27 penelitian Yusra (2010), mengatakan
SLTA 13 35 bahwa dengan bertambahnya usia pada
PT 5 14 seseorang, maka dapat menimbulkan
Pekerjaan suatu perubahan baik secara fisik,
psikologis, maupun intelektual.
Bekerja 22 59
Perubahan tersebut dapat menyebabkan
Tidak bekerja 15 41
kerentanan terhadap berbagai penyakit
Pendapatan
dan dapat menimbulkan kegagalan
<UMR 16 43
dalam mempertahankan homeostatis
>UMR 13 35
terhadap stres.
UMR 8 22
Status Perkawinan
Peneliti menarik kesimpulan bahwa usia
Menikah 23 62
dapat meningkatkan resiko terjadinya
Belum menikah 3 8 DM. Seseorang dengan usia yang
Dunda/Janda 11 30 semakin bertambah, akan mengalami
Lama menderita DM perubahan dan penurunan fungsi
>5 tahun 23 62 anatomis, fisiologis, dan biokimiawi,
>6bulan – 13 35 selain itu usia juga dapat mempengaruhi
5tahun psikologis seseorang dalam menghadapi
<6 bulan 1 3 suatu perubahan kondisi atau masalah
yang muncul dikehidupan sehari-hari.
PEMBAHASAN 2. Jenis Kelamin
A. Karakteristik pasien DM Hasil penelitian menunjukkan bahwa
1. Usia mayoritas responden berjenis kelamin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan (54%). Hasil penelitian ini
mayoritas pasien DM berusia 25-60 sejalan dengan penelitian yang
tahun (54%). Hasil penelitian ini sejalan dilakukan oleh Zainuddin, Wasisto, dan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Herlina (2015), dalam penelitiannya
Sunjaya (2009), bahwa 47,5% kelompok terdapat 53,3% pasien DM berjenis
usia yang paling banyak menderita DM kelamin perempuan. Perempuan lebih
adalah kelompok usia 45-52 tahun. beresiko terkena DM, karena secara fisik
Proses penuaan pada kelompok usia perempuan memiliki peluang kenaikan
tersebut menyebabkan berkurangnya Indeks Massa Tubuh (IMT) yang lebih
kemampuan sel beta pankreas dalam besar, selain itu sindroma siklus bulanan
memproduksi insulin, selain itu terdapat (premenstrual syndrome) dan pasca
penurunan aktivitas mitokondria di sel- menopause membuat distribusi lemak-
sel otot, hal ini berhubungan dengan lemak tubuh menjadi mudah
kenaikan kadar lemak di otot sebesar
Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 11(2), 2018, pages 48 – 57
Gambaran Tingkat Persepsi Pasien Diabetes Mellitus di Kabupaten Kendal | 53

terakumulasi. Pendapat Taylor (2008), yang diberikan. Pendapat yang sama


mengatakan bahwa perubahan hormonal juga dikemukakan oleh Mihardja (2009),
seperti penurunan estrogen dan tingkat pendidikan dapat mempengaruhi
progesteron akibat menopause dapat kemampuan dan pengetahuan seseorang
mempengaruhi kadar gula darah. Hasil dalam menerapkan pola hidup sehat,
penelitian Hasanuddin, Kristofel, salah satunya upaya untuk mencegah
Mahatrisni, Winasis dan Satrio (2011), DM. Peneliti menarik kesimpulan bahwa
menyatakan bahwa perempuan dengan tingkat pendidikan tidak mempengaruhi
DM dapat mengalami penurunan terhadap resiko terjadinya DM, tetapi
kualitas hidup seperti mengalami pasien DM yang memiliki tingkat
gangguan dalam beraktivitas, pendidikan yang tinggi akan lebih
mengalami perubahan peran dan matang dalam proses perubahan dirinya
perubahan kondisi fisik, hal ini akan sehingga akan lebih mudah menerima
memicu timbulnya ansietas, stres, dan pengaruh dari luar yang bersifat positif,
depresi. Penelitian tersebut tidak sejalan obyektif dan terbuka terhadap berbagai
dengan penelitian yang dilakukan oleh informasi terkait pemahaman tentang
Yusra (2010), dalam penelitiannya penyakit DM, perawatan diri, dan
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pelaksanakan manajemen perawatan
antara jenis kelamin dengan kualitas DM termasuk pelaksanaan kontrol kadar
hidup, laki-laki dan perempuan memiliki gula darah.
kemampuan yang sama dalam 4. Pekerjaan
menyelesaikan masalah. Peneliti Hasil penelitian menunjukkan bahwa
menarik kesimpulan bahwa perempuan mayoritas responden tidak bekerja
lebih beresiko terkena DM karena (59%). Aktivitas fisik yang dilakukan
perempuan memiliki beberapa faktor oleh orang yang tidak bekerja seperti
yang dapat mempengaruhi toleransi pensiunan dan ibu rumah tangga
terhadap gula darah yang dapat kemungkinan besar lebih sedikit
meningkatkan resiko kejadian DM. dibandingkan dengan orang yang
3. Tingkat Pendidikan memiliki aktivitas atau pekerjaan diluar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah. Hasil penelitian ini sejalan
mayoritas responden berpendidikan dengan penelitian yang dilakukan oleh
SLTA (35%). Hasil penelitian ini sejalan Trisnawati (2013), pekerjaan seseorang
dengan penelitian yang dilakukan oleh dapat mempengaruhi tingkat aktivitas
Yusra (2010), bahwa terdapat hubungan fisik yang dilakukan. Aktivitas fisik
antara tingkat pendidikan dengan mengakibatkan insulin semakin
kualitas hidup. Pendapat dari meningkat sehingga kadar gula darah
Notoatmodjo (2007), mengatakan bahwa akan berkurang. Jika insulin tidak
tingkat pendidikan akan menentukan mencukupi untuk mengubah glukosa
mudah atau tidaknya perubahan menjadi energi maka akan timbul DM.
kemampuan dalam menjalankan Hasil penelitian tersebut sejalan dengan
perannya tersebut, hal ini dapat penelitian yang dilakukan oleh
meningkatkan resiko terjadinya Ramadhanisa, Larasati dan Mayasari
gangguan psikologis. seseorang dalam (2013), terdapat 96,3% responden dalam
menerima dan memahami pengetahuan penelitian tersebut memiliki aktivitas

Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 11(2), 2018, pages 48 – 57


Gambaran Tingkat Persepsi Pasien Diabetes Mellitus di Kabupaten Kendal | 54

yang kurang dan memiliki kadar HbA1c sehingga responden tidak dapat
yang buruk. Penelitian yang dilakukan beraktivitas seperti biasa dan berdampak
oleh Hartono (2012), ditemukan pada masalah ekonomi.
sebagian besar pasien DM tipe II bekerja Peneliti menarik kesimpulan bahwa
sebagai pegawai kantor. Pekerjaan tingkat ekonomi dari pasien DM dapat
mempengaruhi aktivitas fisik seseorang, mempengaruhi kondisi DM yang
selain itu mengkonsumsi makanan yang dialaminya. Keterbatasan ekonomi
tinggi kalori dan tidak melakukan dapat membatasi kemampuan dalam
olahraga teratur, dapat meningkatkan mencari informasi, perawatan dan
resiko obesitas. Faktor pencetus yang pengobatan yang harus didapatkan oleh
lain dikemukakan oleh Suiraoka (2012), pasien DM tersebut, selain itu
bahwa kemajuan teknologi dan keterbatasan ekonomi juga dapat
kemapanan ekonomi membuat gaya menimbulkan masalah psikologis yang
hidup seseorang menjadi berubah, dapat memperburuk kondisi
misalnya orang lebih cenderung pasif kesehatannya.
dalam bergerak seperti lebih memilih 6. Status Perkawinan
menggunakan kendaraan ketika keluar Mayoritas responden (62,1%) memiliki
rumah daripada berjalan kaki. Pendapat status perkawinan menikah. Penelitian
tersebut mendukung penelitian yang ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sunjaya (2009), dilakukan oleh Sari, Thobari dan
diketahui bahwa orang yang memiliki Andayani (2011), seseorang yang terikat
aktivitas fisik yang ringan memiliki dalam status pernikahan memiliki
risiko 4,36 kali lebih besar untuk kualitas hidup yang lebih baik
menderita DM dibandingkan dengan dibandingkan seseorang yang tidak
orang yang memiliki aktivitas yang terikat dalam status pernikahan.
sedang dan berat. Peneliti menarik Seseorang yang berstatus menikah akan
kesimpulan bahwa aktivitas fisik yang mempunyai harga diriyang lebih tinggi
ringan, yang dialami oleh orang yang dan mempunyai sumber koping yang
tidak bekerja dapat meningkatkan resiko adekuat dari pasangannya sehingga
kejadian DM. dapat lebih mengembangkan koping
5. Tingkat Ekonomi yang adaptif terhadap stressor yang
Mayoritas responden memiliki muncul. Penelitian tersebut mendukung
penghasilan dibawah UMR Kabupaten penelitian yang dilakukan oleh Putri,
Kendal (43%). Pendapat Fattah (2006), Yeni dan Handayani (2013), didapatkan
mengatakan bahwa kemampuan data bahwa 76,2% responden atau pasien
ekonomi masyarakat akan menentukan DM yang memiliki peran keluarga yang
tingkat partisipasi dalam pembangunan baik, memiliki gula darah yang
misalnya partisipasi dalam menjaga terkendali, sedangkan 23,8% pasien DM
kesehatan. Pendapat tersebut memiliki gula darah yang tidak
mendukung hasil penelitian yang terkendali. Penelitian yang dilakukan
dilakukan oleh Izzati, Wisnatul dan oleh Coffman (2008), pasien DM akan
Nirmala (2015), mayoritas pasien DM mendapatkan berbagai dukungan sosial
berusia lebih dari 60 tahun (56,3%), pada yang dapat meningkatkan kepercayaan
usia tersebut terjadi perubahan fisik diri. Dukungan sosial yang utama adalah

Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 11(2), 2018, pages 48 – 57


Gambaran Tingkat Persepsi Pasien Diabetes Mellitus di Kabupaten Kendal | 55

dukungan dari keluarga dan dukungan responden (16,0%) mengalami depresi


yang lain didapatkan dari teman dan sedang.
petugas kesehatan. Peneliti menarik Hal tersebut dapat diketahui dari pertanyaan
kesimpulan bahwa seseorang yang kuesioner DASS yang telah digunakan
memiliki ikatan pernikahan akan dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 100%
memiliki dukungan yang lebih baik dari pasien DM merasa bahwa hidupnya berarti.
pasangannya, hal tersebut akan Sebagian besar yaitu sebanyak 86,4%
meningkatkan motivasi dari pasien DM pasien DM tidak dapat merasakan
untuk memiliki kualitas hidup yang baik kenikmatan dari berbagai hal yang
dan terhindar dari gangguan psikologis. dilakukan. Hal ini terjadi pada pasien DM
7. Lama Menderita DM karena mereka merasa bahwa usia yang
Mayoritas responden (62,0%) telah semakin tua, tidak bekerja, dan penghasilan
menderita DM selama lebih dari lima yang rendah akan mempengaruhi
tahun, Pendapat Rahmat (2010), kehidupannya. Pasien DM akan mengalami
mengatakan bahwa pasien DM dapat penurunan produktifitas sehingga sesuatu
mengalami penurunan kualitas hidup yang mereka kerjakan tidak akan mencapai
setelah menderita DM minimal selama target tertinggi seperti yang diharapkan.
satu tahun, hal ini disebabkan karena Peneliti menarik kesimpulan bahwa pasien
dalam rentang waktu tersebut pasien DM yang memiliki depresi tetap memiliki
telah mengalami dan merasakan kepercayaan diri dan harga diri yang baik.
berbagai perubahan atau keluhan fisik Pasien DM harus selalu berpikir positif
dan psikis akibat penyakitnya tersebut. terhadap diri sendiri, orang lain, maupun
Pendapat tersebut tidak sejalan dengan situasi dan lingkungan sekitar karena
penelitian yang dilakukan oleh Izzati dan berpikir positif akan mempengaruhi emosi
Nirmala (2015), terdapat 87,5% dan tingkah laku, hal ini akan memberikan
responden telah menderita DM selama hasil kesehatan seperti yang diharapkan
lebih dari lima tahun. Lama waktu atau menjadi lebih baik.
menderita DM tersebut menyebabkan
munculnya berbagai pengalaman SIMPULAN DAN SARAN
misalnya munculnya komplikasi DM, Simpulan
sehingga pasien DM tersebut termotivasi Berdasarkan hasil penelitian dapat
untuk patuh menjalankan diet DM, disimpulkan bahwa mayoritas pasien DM
mengurangi stres, minum obat, sehingga berusia 25-60 tahun, berjenis kelamin
tidak mengalami kenaikan kadar gula perempuan, pendidikan terakhir SLTA,
darah. Peneliti menarik kesimpulan tidak bekerja, memiliki penghasilan kurang
bahwa lama waktu menderita DM dapat dari UMR Kabupaten Kendal, menikah, dan
mempengaruhi perubahan dalam lama menderita DM lebih dari lima tahun,
menerima dan menyikapi penyakit DM dan tidak mengalami depresi atau normal.
yang diderita.
Saran
B. Gambaran tingkat depresi pasien DM Peneliti memberikan saran kepada pasien
Terdapat 21 responden (57,0%) normal atau DM untuk dapat meningkatkan
tidak mengalami depresi, 10 responden pengetahuan terkait dengan gambaran
(27,0%) mengalami depresi ringan, dan 6 dampak psikologis seperti depresi yang

Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 11(2), 2018, pages 48 – 57


Gambaran Tingkat Persepsi Pasien Diabetes Mellitus di Kabupaten Kendal | 56

dapat muncul pada pasien DM, sehingga 90 insights for marketing to youth,
pasien DM mampu mendeteksi secara dini women, netizen. Jakarta: PT
tanda-tanda dampak psikologis yang Gramedia Pustaka Utama.
terganggu, dan dapat segera mengatasi Izzati, Wisnatul & Nirmala. (2015).
gangguan tersebut dengan meminta bantuan Hubungan tingkat stres dengan
ke tempat pelayanan kesehatan untuk peningkatan kadar gula darah pada
diberikan terapi atau pengobatan. pasien diabetes mellitus di wilayah
kerja Puskesmas Perkotaan
DAFTAR PUSTAKA Rasimah Ahmad Bukittinggi.
Baradero, M., Dayrid, M.W & Siswadi, Y. STIKes Yarsi Sumatera Barat
(2009). Pasien gangguan endokrin. Bukittinggi.
Jakarta: EGC. http://ejournal.stikesyarsi.ac.id.
Coffman, M.J. (2008). Effects of tangible (Diakses pada tanggal 25 November
social support and depression on 2016).
diabetes self-efficacy. Journal of Kristiana, F. (2012). Awas pankreas rusak
Gerontological Nursing. penyebab diabetes. Jakarta: Cerdas
Fattah, Nanang. (2006). Ekonomi dan Sehat.
pembiayaan pendidikan. Bandung: Perkeni. (2011). Konsensus pengelolaan
Remaja Posdakarya. dan pencegahan diabetes mellitus 2
Global report on diabetes mellitus. (2016). di Indonesia. Jakarta.
WHO Library Cataloguing-in- Ramadhanisa, Aqsha, Larasati dan
Pulication Data. World Health Mayasari (2013). Hubungan
Organization. aktivitas fisik dengan kadar HbA1c
Gonzales, J.S., Peyrot, M., McCarl, L.A., pasien diabetes melitus tipe II di
Collins, E.M., Serpa, L., Mimiaga, Laboratorium Patologi Klinik
M.J., Safrien, S.A. (2008). RSUD Dr. H Abdul Moeloek Bandar
Depression and diabetes treatment Lampung.
nonadherence: a meta-analysis. Http//httpjuke.kedokteran.unila.ac.i
http://care.diabetesjournals.org d. (Diakses pada tanggal 5 Februari
(Diakses pada tanggal 19 Desember 2017).
2016). Rfyy, C.D. & Singer, B.H. (2006). Best
Hartono, R (2012), Hubungan asupan serat news yet on the six-factor model of
larut (soluble dietary fiber) dan well being. Social Science Research.
aktivitas fisik dengan kejadian Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2013.
diabetes melitus tipe II pasien rawat http://www.depkes.go.id. (Diakses
jalan di RSUD Dr. Rubini pada tanggal 24 September
Mempawah Kalimantan 2016).
Barat.http://old.fk.ub.ac.id.
(Diakses pada tanggal 4 Februari
2017). Sari, Susanti & Sukmawati. (2014). Peran
keluarga dalam merawat pasien
Hasanuddin, Kristofel, Mahatrisni, Winasis diabetik di rumah. Jurnal Ners
& Satrio (2011). Anxieties/desires: LENTERA.

Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 11(2), 2018, pages 48 – 57


Gambaran Tingkat Persepsi Pasien Diabetes Mellitus di Kabupaten Kendal | 57

Sari, R. M., Thobari, J.A., & Andayani, M. Tandra, Hans. (2008). Segala sesuatu yang
T. (2011). Evaluasi kualitas hidup harus anda ketahui tentang
pasien DM tipe 2 yang diterapi diabetes: Panduan lengkap
rawat jalan dengan anti diabetik mengenal dan mengatasi diabetes
oral di RSUP dr. sardjito. Jurnal dengan cepat dan mudah. Jakarta:
Manajemen dan Pelayanan Farmasi. PT Gramedia Pustaka Utama.
http://jmpf.farmasi.ugm.ac.id. Taylor, C (2008). Gula darah dan
(Diakses pada tanggal 7 Januari menopause kenali tanda awal
2017). ketidakseimbangan menopause.
Semiardji, G. (2009). Stres emosional pada http://ezinearticles.com. (Diakses
penyandang diabetes. pada tanggal 7 Januari 2017).
Penatalaksanaan diabetes melitus Trisnawati, S., Setyorogo, S., (2013).
terpadu edisi kedua. Jakarta: Balai Faktor risiko kejadian diabetes
Penerbit FKUI. melitus tipe II di Puskesmas
Sunjaya, I. N. (2009). Pola konsumsi Kecamatan Cengkareng Jakarta
makanan tradisional Bali sebagai Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah
faktor risiko diabetes melitus tipe 2 Kesehatan.
di Tabanan. Jurnal Skala Husada. Yusra, Aini. (2010). Hubungan antara
Suiraoka I, P, (2012). Penyakit degeneratif, dukungan keluarga dan kualitas
mengenal, mencegah, mengurangi hidup pasien DM tipe 2 di Poliklinik
risiko 9 penyakit degeneratif. Penyakit Dalam Rumah Sakit
Yogyakarta: Nuha Medika. Umum Pusat Fatmawati Jakarta.
Tesis. www.lontar.ui.ac.id. (Diakses
Sutedjo. (2010). 5 strategi penderita
pada tanggal 7 Januari 2017).
diabetes mellitus berusia panjang.
Yogyakarta: Kanisius. Zainuddin, Wasisto & Herlina. (2015).
Hubungan stres dengan kualitas
Tamara, Bayhakki & Nauli (2014).
hidup penderita diabetes mellitus
Hubungan antara dukungan
tipe 2.
keluarga dan kualitas hidup pasien
http://download.portalgaruda.org.
diabetes mellitus tipe II di RSUD
(Diakses pada tanggal 7 Januari
Arifin Achmad Provinsi Riau.
2017).

Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 11(2), 2018, pages 48 – 57

Anda mungkin juga menyukai