Perencanaan Umum
Perencanaan Umum
1. PENDAHULUAN
Kondisi krisis ekonomi secara nasional yang telah berlangsung sejak 1998,
berdampak pula terhadap penurunan kondisi kebersihan diberbagai kota di
Indonesia secara signifikan.
1
2. TAHAPAN PERENCANAAN
Studi Kelayakan, merupakan bagian dari rencana induk yang secara jelas akan
diketahui kelayakannya, baik kelayakan teknis, ekonomi, lingkungan maupun
sosial. Pada tahap ini secara bersamaan juga dilakukan studi pemilihan lokasi TPA
dengan mengacu pada SNI atau metode lain dan studi AMDAL atau UKL/UPL
Secara umum substansi untuk setiap tahap perencanaan adalah sebagai berikut :
Master Plan
Identifikasi perumusan masalah
Prioritas penanganan
Skenario pengembangan (teknis, institusi dan finansial)
Proyeksi kebutuhan
Usulan program ( jangka pendek, menengah dan jangka panjang)
Kriteria desain
Studi Kelayakan
Review Skenario pengembangan
Analisis (kelayakan teknis, ekonomi, lingkungan dan kelembagaan)
Alternatif terpilih
Rencana pengembangan
3. KRITERIA PERENCANAAN
1) Aspek Institusi
Bentuk institusi adalah Perusahaan Daerah kebersihan, Dinas Kebersihan
atau minimal Seksi Kebersihan.
2
Struktur organisasi harus mencerminkan pola kerja yang jelas yang memiliki
fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian.
Tata laksana kerja cukup jelas mendefinisikan lingkup tugas, wewenang,
tanggung jawab serta bentuk interaksi antar unit, komponen, antar institusi
dan kerjasama antar kota (untuk kegiatan yang bersifat regional). Tata
laksana kerja harus memperhatikan pengendalian otomatis, tingkat
pembebanan yang merata, pendelegasian wewenang yang proporsional dan
berimbang, birokrasi yang pendek dan penugasan yang jelas / terukur.
Kualitas SDM harus memiliki kemampuan manajemen dan teknik, jumlah
personil 1 : 1000 jiwa yang dilayani
3
controlled landfill dengan fasilitas yang terdiri dari jalan masuk (tipe jalan
kelas 1 dengan lebar 6 m), saluran drainase (keliling TPA, dimensi
disesuaikan dengan curah hujan dan luas TPA dll), kantor TPA / pos jaga
(berfungsi sebagai kantor pengendali dan pencatatan sampah yang masuk ke
TPA, dilengkapi dengan kamar mandi / WC), pagar (berupa pagar hidup atau
menggunakan tanaman yang cepat tumbuh dan berdaun rimbun seperti
angsana), lapisan dasar kedap air (lapisan tanah lempung tebal 30 cm kali 2
atau lapisan geomambrane/geotextile), jaringan pengumpul leachate
(terletak didasar TPA, pipa berlubang yang dilindungi gravel), ventilasi gas
(pipa berlubang dengan casing atau beronjong bambu dan dipasang secara
bertahap sesuai ketebalan lapisan sampah, radius pipa gas 50 m),
pengolahan leachate (terdiri dari kolam anaerob, fakultatif, maturasi dan land
treatment serta kualitas efluen sesuai dengan standar yang berlaku yaitu nilai
BOD 30 - 150 ppm), sumur uji (minimal 3 unit, sebelum lokasi penimbunan,
di lokasi penimbunan dan sesudah lokasi penimbunan), alat berat (buldozer,
exavator, wheel / track loader ), tanah penutup (tebal lapisan tanah penutup
20 - 30 cm dan penutup akhir 50 cm - 100 cm), sarana pendukung (air
bersih, bengkel untuk perbaikan ringan dll). Masa pakai TPA minimal 5 - 10
tahun.
3) Aspek Pembiayaan
Biaya satuan investasi dan O/M tergantung pada pola teknis yang digunakan
dengan struktur pembiayaan kira-kira 30 % pengupulan, 40 %
pengangkutan dan 20 % pembaunangan akhir.
Tarif retribusi dihitung berdasarkan besarnya biya pengelolaan pertahun
(investasi dan O/M), kemampuan subsidi pemerintah kota/kabupaten,
kemampuan masyarakat membayar (willingness to pay,) subsidi silang,
volume sampah setiap sumber atau wajib retribusi dan prinsip cost recovery.
Peninjauan tarif dilaksanakan setiap 5 tahun.
Penarikan retribusi dilakukan berdasarkan sistem pengendalian yang efektif,
pembagian wilayah penagihan, target, penagihan dilaksanakan setelah
pelayanan diberikan secara teratur, menghindari terjadinya kesan double
tarif dan struktur tarif disosialisasikan kepada masyarakat.
4) Aspek Peraturan
Peraturan Daerah kebersihan harus meliputi pengaturan mengenai pembentukan
institusi pengelola, ketentuan penanganan sampah dari sumber sampai TPA
termasuk mengenai penanganan sampai medis dan B3. Peraturan Daerah
tersebut harus mempunyai jangka waktu berlaku yang terbatas, kesiapan
terhadap upaya penegakannya termasuk pemberian insentif dan disinsentif serta
mempunyai keluwesan tetapi tegas (tidak bermakna ganda).
4
Secara informal turut menerangkan arti kebersihan pada anggota masyarakat
lainnya
Mengikuti tata cara kebersihan yang ditentukan oleh pemerintah
kota/kabupaten
Membayar retribusi secara aktif
4. PROSES PERENCANAAN
2) Kebutuhan Data
Data yang dibutuhkan untuk merencanakan sistem pengelolaan sampah adalah
sebagai berikut :
5
c. Data Kondisi Sistem Pengelolaan Persampahan yang Ada
Aspek Institusi, meliputi bentuk institusi pengelola sampah, struktur
organisasi, tata laksana kerja, jumlah personil baik ditingkat staf maupun
operasional, pendidikan formal maupun training yang pernah diikuti di
dalam dan luar negeri.
Aspek Teknis Operasional, meliputi daerah pelayanan, tingkat pelayanan,
sumber sampah, komposisi dan karakterirstik sampah, pola operasi
penanganan sampah dari sumber sampai TPA, sarana/prasarana
persampahan yang ada termasuk fasilitas bengkel, kondisi pengumpulan
(frekuensi pengumpulan, ritasi, jumlah petugas dll), pengangkutan
(frekuensi, ritasi, daerah pelayanan, jumlah petugas dll), pengolahan
(jenis pengolahan, kapasitas atau volume, daerah pelayanan, jumlah
petugas dll), pembuangan akhir (luas, kondisi lokasi, fasilitas TPA,
kondisi operasi, penutupan tanah, kondisi alat berat dll). Selain itu juga
data mengenai penanganan sampai medis (incinerator, kapasitas, vol
sampah medis dll) dan sampah industri/ B3 (jenis sampah, volume,
metode pembuangan dll). Dilengkapi peta daerah pelayanan dan aliran
volume sampah dari sumber sampai TPA yang ada saat ini.
Aspek Pembiayaan, meliputi biaya investasi dan biaya
operasi/pemeliharaan (3 tahun terakhir), tarif retribusi, realisasi
penerimaan retribusi termasuk iuran masyarakat untuk pengumpulan
sampah (3 tahun terakhir) dan mekanisme penarikan retribusi
Aspek Peraturan, meliputi jenis perda yang ada, kelengkapan materi,
penerapan sangsi dll
Aspek Peran Serta Masyarakat dan Swasta, meliputi program penyuluhan
yang telah dilakukan oleh pemerintah kota / kab.
6
dapat mencapai cost recovery, peningkatan PSM agar secara bertahap dapat
melaksanakan minimalisasi sampah / 3 R, kemungkinan peningkatan peran
swasta dalam pengelolaan sampah dan lain-lain. Analisa dapat dilakukan
dengan berbagai metode seperti pendekatan sistem input / output, analisa
hubungan sebab akibat, analisa SWOT, analisa deskripsi dan metode lain
yang disesuaikan dengan kebutuhan. Dalam analisa tersebut juga
diproyeksikan jumlah penduduk yang akan mendapatkan pelayanan
termasuk proyeksi timbulan sampah selama masa perencanaan.
a. Pengembangan Institusi
Pengembangan institusi disesuaikan dengan hasil analisa terhadap kondisi
yang ada dan sedapat mungkin mengacu pada kriteria perencanaan. Bentuk
institusi Perusahaan Daerah dinilai cukup memadai untuk kota-kota yang
memiliki permasalahan persampahan kompleks. Bentuk institusi lainnya
disesuaikan dengan peraturan yang berlaku dengan tetap mengacu pada
kriteria perencanaan
7
Rencana Pengolahan, meliputi jenis pengolahan terpilih berdasarkan
kelayakan dan komposisi/karakteristik sampah. UDPK (usaha daur ulang
dan produksi kompos) skala kawasan (kapasitas 15 m3/hari) dapat
menjadi salah satu pilihan. Sedangkan pilihan insinerator skala kota
diprioritaskan untuk daerah yang tidak lagi memiliki lahan untuk TPA
serta teknologi yang ramah lingkungan (bebas SOx, NOx, COx dan
dioxin) serta memanfaatkan heat recovery. Pengurangan volume
sampah secara keseluruhan minimal 10 - 20 %.
Rencana Pengangkutan, meliputi pola pengangkutan sampah (door to
door truck dan pengangkutan dari transfer depo ke TPA), jumlah dan
jenis truck. Selain itu juga dilengkapi peta rute pengangkutan sampah
dari hasil time motion study (gambar dan spesifikasi truck dilampirkan).
Rencana Pembuangan Akhir, meliputi rencana lokasi sesuai dengan
ketentuan teknis (SNI tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA) dengan
luas yang dapat menampung sampah untuk masa 10 tahun dan fasilitas
Sanitary Landfill (SLF) dan rencana pemanfaatan lahan pasca TPA. Disain
fasilitas SLF tersebut meliputi jalan masuk, drainase, pagar (tanaman
hidup berdaun rimbun, contoh angsana), pos jaga (kantor), zone
pembuangan yang terdiri dari lapisan dasar kedap air, jaringan
pengumpul lindi, pipa ventilasi gas, kolam penampung dan pengolahan
lindi. Selain itu juga dilengkapi dengan fasilitas lain seperti air bersih,
tanah penutup, alat berat (buldozer, landfill compactor, loader dan
exavator) dan bengkel untuk perbaikan ringan. Disain masing2 fasilitas
dilengkapi gambar (skala 1 : 500) dan spesifikasi teknis. Selain itu Disain
TPA juga dilengkapi dengan SOP (standard operation procedure) untuk
pembuangan sistem sel. Pasca TPA disesuaikan dengan rencana
peruntukan lahan dan rekomendasi teknis
8
(perkantoran, sekolah, fasilitas kesehatan dll) dan fasilitas sosial (rumah
ibadah, panti sosial, dll). Pembobotan dapat dilaksanakan dengan
berbagai cara, antara lain dapat dilakukan dengan perbandingan income
dan volume sampah yang dihasilkan oleh setiap unit sumber sampah per
hari. Sebagai contoh untuk kelas perumahan dapat mengambil bobot
perbandingan income 1 : 3 : 6, sedangkan untuk kelas komersial bobot
merupakan hasil perhitungan perbandingan jumlah sampah per unit
dengan jumlah sampah perumahan high income (HI) dikalikan dengan
dengan bobot kelas perumahan HI (dalam contoh adalah 6). Demikian
pula dengan perhitungan bobot fasilitas umum yang disetarakan dengan
kelas midle income (MI) dan bobot fasilitas sosial disetarakan dengan LI.
9
dengan metode atau pola kemitraan yang jelas dan terukur serta bersifat
win-win solution.
5. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
10
2. Standar Nasional Indonesia (SNI) Bidang Persampahan. Departemen Pekerjaan
Umum
3. Rancangan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah tentang
Pedoman Penyelenggaraan Sarana dan Prasarana Persampahan, tahun 2000
4. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan
permukiman dan Pekerjaan Umum
5. MDGs Report Indonesia, Bappenas 2004
6. Agenda 21 Indonesia
7. Thobanoglous, G, Theisen, Integrated Solid Waste Management. Mc. Graw-Hill
International Edition, 1933
8. Syed R. Qasim, Walter Chiang. Sanitary Landfill Leachate. Technomic Publishing
Company, Inc, USA, 1994
11