Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

HIPOPITUITARISME DAN HIPERPITUITARISME

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK V
1. MELIAN ARIANTI
2. NISWATUN ASNAWATI
3. PARIJAN MAHMUD
4. ROSTITA WATI
5. ROSDIATUN
6. SALWA APRILIA
7. SRI ARLIZA FEBRIANI
8. WAHYU FIRMANSYAH

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya Makalah dengan judul Hipopituitarisme dan Hiperpituitarisme.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah KMB II, serta membantu
mengembangkan kemampuan pemahaman pembaca terhadap materi
Hipopituitarisme dan Hiperpituitarisme. Pemahaman tersebut dapat di pahami
melalui pendahuluan, pembahasan masalah, serta penarikkan garis kesimpulan
dalam makalah ini.
Makalah ini disajikan dalam konsep dan bahasa yang sederhana sehingga
dapat membantu pembaca dalam memahami makalah ini. Dalam menyusun
makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, untuk itu melalui kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang sudah membantu
Didalam makalah ini dapat kami temukan informasi yang berguna untuk
mengetahui dan menambah wawasan walau makalah ini jauh dari kata sempurna,
maka dari itu penulis membutuhkan kritik dan saran yang membangun.

Mataram 05 Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

1.3. Tujuan Masalah .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Konsep Dasar Penyakit ............................................................................. 3
2.1.1 Pengertian Hipopituitarisme Dan Hiperpituitarisme .................... 3
2.1.2 Etiologi ........................................................................................... 4
2.1.3 Faktor Resiko ................................................................................. 5
2.1.4 Tanda dan Gejala............................................................................ 6
2.1.5 Patofisiologi dan pathway .............................................................. 7
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang ................................................................. 14
2.1.7 Penatalaksanaan ............................................................................. 14
2.2.Asuhan Keperawatan ................................................................................. 15

BAB III PENUTUP


3.1.Kesimpulan ................................................................................................ 24
3.2.Saran ........................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipofisis merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak
di dalam struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak. Sela tursika
melindungi hipofisa tetapi memberikan ruang yang sangat kecil untuk
mengembang. Jika hipofisa membesar, akan cenderung mendorong ke atas,
seringkali menekan daerah otak yang membawa sinyal dari mata dan mungkin
akan menyebabkan sakit kepala atau gangguan penglihatan. Selain itu banyak
gangguan lain yang disebabkan karena kelebihan hormone yang dilepaskan
hipofisis yang bisa menghasilkan dampak yang cukup signifikan bagi pasien.
Kelenjar hipofisis kadang disebut kelenjar penguasa karena hipofisis
mengkoordinasikan berbagai fungsi dari kelenjar endokrin lainnya. Beberapa
hormone hipofisis memiliki efek langsung, beberapa lainnya secara sederhana
mengendalikan kecepatan pelepasan hormonnya sendiri melalui mekanisme
umpan balik, oleh organ lainnya, dimana kadar hormone endokrin lainnya
dalam darah memberikan sinyal kepada hipofisis untuk memperlambat atau
mempercepat pelepasan hormonnya. Jenisnya ada Kelenjar hipofisis anterior
dan posterior.
System endokrin mengkoordinasi tubuh dengan memproduksi dan
mengeluarkan hormone. Hormone bisa dipengaruhi oleh sel atau jaringan
tertentu apabila sel atau jaringan tersebut mempunyai reseptor (penerima)
untuk hormone tersebut. Sel, jaringa atau organ yang mengadakan respon
terhadap hormone tertentu disebut sel target atau organ target. Kadar hormone
harus dipertahankan pada batas yang tepat karena jumlah hormone sangat
perlu untuk mempertahankan kesehatan sel atau organ tertentu. Pada bagian
kepala, terdapat salah satu system endokrin yang dikenal dengan nama
HIpotalamus. Walaupun hipotalamus bagian terkecil otak, hipotalamus
menerima input baik langsung maupun tidak langsung dari semua bagian otak.
Hipotalamus juga pengendali utama hipofisis posterior dan anterior. Dengan
demikian hipotalamus menjadi pengendali global semua system endokrin.

1
Kelenjar hipofisis mempunyai dua komponen dan dua komponen ini memiliki
fungsi yang tidak sama. Komponen ini adalah adenohipifisis dan
neurohipofisis. Hipotalamus berhubungan dengan hipofisis anterior melalui
pembuluh darah, sedangkan berhubungan dengan hipofisis posterior melalui
system persyarafan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi hiperpituitarisme dan hipopituitarisme ?
2. Apa Faktor Resiko pada hiperpituitarisme dan hipopituitarisme ?
3. Apa etiologi hiperpituitarisme dan hipopituitarisme ?
4. Bagaimana tanda dan gejala hiperpituitarisme dan hipopituitarisme ?
5. Bagaimana patofisiologi dari hiperpituitarisme dan hipopituitarisme ?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang hiperpituitarisme dan hipopituitarisme
?
7. Bagaimana penatalaksanaan hiperpituitarisme dan hipopituitarisme ?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan hiperpituitarisme dan hipopituitarisme ?
9. Apakah ada jurnal-jurnal terkait hiperpituitarisme dan hipopituitarisme ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengethui definisi hiperpituitarisme dan hipopituitarisme ?
2. Untuk mengethui Faktor Resiko pada hiperpituitarisme dan
hipopituitarisme ?
3. Untuk mengethui etiologi hiperpituitarisme dan hipopituitarisme ?
4. Untuk mengethui tanda dan gejala hiperpituitarisme dan hipopituitarisme ?
5. Untuk mengethui patofisiologi dari hiperpituitarisme dan hipopituitarisme
?
6. Untuk mengethui pemeriksaan penunjang hiperpituitarisme dan
hipopituitarisme ?
7. Untuk mengethui penatalaksanaan hiperpituitarisme dan hipopituitarisme ?
8. Untuk mengethui Asuhan Keperawatan hiperpituitarisme dan
hipopituitarisme ?
9. Untuk mengethui apakah ada jurnal-jurnal terkait hiperpituitarisme dan
hipopituitarisme ?

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Pengertian Hipopituitarisme Dan Hiperpituitarisme
1. Hipopituitarisme
Hipopituitarisme adalah keadaan yang timbul sebagai
akibat hipofungsi hipofisis. Hipopituitarisme merupakan defisiensi
hormon tiroid, adrenal, gonadal dan hormon pertumbuhan akibat
penyakit hipofisis. Pada pasien dengan defisiensi hormonal ini,
kemungkinan adanya defisiensi lain harus dicari. kadang-kadang
timbul akut berupa apopleksi hipofisis dimana terdapat infark
hemoragik pada atumor hipofisis, biasanya disertai nyeri disertai
kepala berat mendadak dan seringkali bersama dengan defek lapang
pandang. Hipopituitarisme memiliki prevalensi 30/100.000. (Gledle
Jonathan, 2005:143)
Hipopituitarisme adalah suatu gambaran penyakit akibat
insufisiensi kelenjar hipofisis, terutama bagian anterior. Gangguan ini
menyebabkan munculnya masalah dan manifestasi klinis yang
berkaitan dengan defisiensi hormon-hormon yang dihasilkannya.
2. Hiperpituitarisme
Hiperpituitarisme adalah sekresi berlebihan hormone
hipofisis anterior. Hiperpitutarisme biasanya mengenai hanya satu
jenis hormone hipofisis. Hormon-hormon hipofisis lainya seing
dikeluarkan dalam kadar yang lebih rendah (Corwin J Elizabeth
2001)
Hiperpituitarisme yaitu suatu kondisi patologis yang terjadi
akibat tumor atau hyperplasia hipofisis sehingga menyebabkan
peningkatan sekresi slah satu hormone hipofisis atau lebih
(rumahorbo H 1999)
Hiperpituitary adalah keadaan patologis dimana terjadi
peningkatan produksi hormon hipofisis karena tumor atau
hiperplasia. keadaan yang sering dijumpai pada hiperpituitarisme

3
adalah kelebihan hormon somatotropin (GH), Laktotropik (PRL) dan
Kortikotropik (ACTH), namun demikian terkadang terdapat
peningkatan ACTH dengan MSH.
2.1.2 Etiologi
1. Hipopituitarisme
Sindrom ini disebabkan oleh kelainan destruitif pada kelenjar
hipofisis. penyebab yang sering ialah :
a. Sheehan’s postpartum pituitary necrosis
b. Adenoma khoromofob
c. Craniopharingioma
d. kelainan-kelainan lain yang m ungkin juga menimbulkan
hipopitutarisme ialah radang, trauma tuberculosis, sarcoidosis.
kadang-kadang penyebab dari pada destruksi hipofisis tidak jelas
dan hanya tampak sebagai fibrosis saja.
Hopopitutarisme dapat tejadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau
hipotalamus. penyebab menyangkut:
a. Infeksi atau peradangan oleh : jamur, bakteri piogenik.
b. Penyakit autoimun (Hipofisis limfoid autoimun).
c. Tumor, misalnya dari sejenis sel penghasil hormon yang dapat
mengganggu pembentukan salah satu atau semua hormon lain.
d. Umpan balik dari organ sasaran yang mengalami malfungsi.
Misalnya, akan terjadi penurunan sekresi TSH dari hipofisis
apabila kelenjar tiroid yang sakit mengeluarkan HT dalam kadar
yang berlebihan.
e. Nekrotik hipoksik (kematian akibat kekurangan O2) hipofisis atau
oksigenasi dapat meruak sebagian atau semua sel penghasil
hormon. Salah satu sindrom scheecan, yang terjadi setelah
perdarahan maternal.
2. Hiperpituitarisme
Hiperpituitarisme dapat menjadi akibat malfungsi kelenjar
hipofisis atau hipotalamus. penyebabnya mencangkup:

4
a. Adenoma primer salah satu jenis sel penghasil hormone, biasanya
sel penghasil GH, ATCH, atau prolaktin.
b. Tidak adanya umpan balik dari kelenjar sasaran misalnya,
peningkatan kadar TSH terjadi apabila sekresi HT oleh kelenjar
tiroid menurun atau tidak ada.
c. Faktor keturunan adanya riwayat keluarga dengan
hiperpitutarisme
d. Disfungsi hypothalamus
2.1.3 Faktor Resiko
1. Hipopituitarisme
Ada berbagai faktor yang dapat meningkatkan risiko
terkena hipopituitarisme:
a. Riwayat kehilangan darah yang berkaitan dengan kandungan
b. Riwayat trauma pada dasar tengkorak
c. Melakukan radioterapi pada kelenjar pituitari atau hipotalamus
setelah operasi tumor pituitary
d. Memiliki tumor pituitari atau tumor otak lainnya yang mendesak
lobus hipotalamus
e. Infeksi pada otak, kelebihan cairan di otak
f. Trauma atau perdarahan pituitary
g. Stroke, malformasi kongenital
2. Hiperpituitarisme
Tumor jinak merupakan penyebab utama di balik
hiperpituitarisme. Meski demikian, pemicu tumbuhnya tumor belum
diketahui hingga saat ini. Kadar hormon yang akan terpengaruh
tergantung pada jenis sel mana yang mengalami tumor atau
keganasan (kanker). Para pakar juga menduga bahwa faktor
keturunan turut andil sebagai pemicu kondisi ini.

5
2.1.4 Tanda dan Gejala
1. Hipopituitarisme
Hipopituitarisme mempengaruhi fungsi kelenjar endokrin yang
dirangsang oleh hormon-hormon hipofisa anterior, karena itu gejala
bervariasi tergantung kepada jenis hormon apa yang kurang. Gejala-
gejalanya biasanya timbul secara bertahap dan tidak disadari selama
beberapa waktu, tetapi kadang terjadi secara mendadak dan dramatis.
Bisa terjadi kekurangan satu, beberapa atau semua
hormon hipofisa anterior.
a. Kekurangan gonadotropin (LH dan FSH) pada wanita pre-
menopause bisa menyebabkan:
1) Terhentinya siklus menstruasi (amenore)
2) Kemandulan
3) Vagina yang kering
4) Hilangnya beberapa ciri seksual wanita.
b. Pada pria, kekurangan gonadotropin menyebabkan:
1) Impotensi
2) Pengkisutan buah zakar
3) Berkurangnya produksi sperma sehingga terjadi kemandulan
4) Hilangnya beberapa ciri seksual pria (misalnya pertumbuhan
badan dan rambut wajah).
c. Kekurangan gonadotropin juga terjadi pada sindroma Kallmann,
yang juga menderita:
1) Celah bibir atau celah langit – langit mulut
2) Buta warna
3) Tidak mampu membaui sesuatu.
d. Kekurangan hormon pertumbuhan pada dewasa biasanya
menyebabkan sedikit gejala atau tidak menyebabkan gejala; tetapi
pada anak-anak bisa menyebabkan lambatnya pertumbuhan,
kadang-kadang menjadi cebol (dwarfisme).
e. Kekurangan TSH menyebabkan hipotiroidisme, yang
menimbulkan gejala berupa :

6
1) Kebingungan
2) Tidak tahan terhadap cuaca dingin
3) Penambahan berat badan
4) Sembelit
5) Kulit kering.
f. Kekurangan kortikotropin saja jarang terjadi, bisa menyebabkan
kurang aktifnya kelenjar adrenal, yang akan menimbulkan gejala
berupa:
1) Lelah
2) Tekanan darah rendah
3) Kadar gula darah rendah
4) Rendahnya toleransi terhadap stres (misalnya trauma utama,
pembedahan atau infeksi).
g. Kekurangan prolaktin yang terisolasi merupakan keadaan yang
jarang terjadi, tetapi bisa menjelaskan mengapa beberapa wanita
tidak dapat menghasilkan air susu setelah melahirkan.
h. Sindroma Sheehan merupakan suatu komplikasi yang jarang
terjadi, dimanaterjadi kerusakan sebagian kelenjar hipofisa.
Gejalanya berupa lelah, rontoknya rambut kemaluan dan rambut
ketiak serta ketidakmampuan menghasilkan air susu.
2. Hiperpituitarisme
a. Perubahan bentuk dan ukuran tubuh serta organ – organ dalam
(seperti tangan, kaki, jari – jari,tangan, lidah, rahang,
kardiomegali)
b. Impotensi.
c. Visus berkurang.
d. Nyeri kepala dan somnolen.
e. Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita), infertilitas.
f. Libido seksual menurun.
g. Kelemahan otot, kelelahan dan letargi.

7
h. Tumor yang besar dan mengenai hipotalamus: suhu tubuh, nafsu
makan dan tidur bisa terganggu, serta tampak keseimbangan
emosi.
i. Gangguan penglihatan sampai kebutaan total.
2.1.5 Patofisiologi dan Pathway
1. Patofisiologi dan Pathway Hipopituitarisme
Infusiensi hipofisis pada umumnya memengaruhi semua
kelenjar hormon yang secara normal disekresi oleh kelenjar hipofisis
anterior. Oleh karena itu, manifestasi klinis dari hipopituitrisme
merupakan gabungan pengaruh metabolic akibat kekurangan sekresi
masing-masing hormon hipofisis.
Beberapa proses patologik dapat mengakibtakan infusiensi
hipofisis dengan cara merusak sel-sel hipofisis normal; tumor
hipofisis, trombosis vaskular yang mengakibatkan nekrosis kelenjar
hipofisis normal, penyakit granulomaltosa infiltrative, dan idiopatik
atau mungkin penyakit yang bersifat autoimun.
Sindrom klinis yang diakibatkan oleh hipopituitarisme pada
nak-anak dan orang dewasa berbeda. Pada anak-anak, terjadi
gangguan pertumbuhan somatic akibat defisiensi pelepasan
GH.Dwarfisme hipofisis (kerdil) merupakan konsekuensi dari
defisiensi tersebut. Ketika anak-anak tersebut mencapai pubertas,
maka tanda-tanda seksual sekunder dan genetalia eksterna gagal dan
berkembang. Selain itu sering pula ditemukan berbagai derajat
infusiensi adrenal dan hipotiroidisme; mereka mungkin akan
mengalami kesulitan di sekolah dan memperlihatkan perkembangan
intelektual yang lamban; kulit biasanya pucat karena tidak ada
Melanocyte Stimulating Hormone (MSH).
Kalau hipopituitarisme terjadi pada orang dewasa,
kehilangan fungsi hipofisis sering mengikuti kronologi sebagai
berikut; defisiensi Growt Hormone (GH), hipogonadisme,
hipotiroidisme dan insufisiensi adrenal. Karena orang dewasa dengan
hipopituitarisme adalah normal. Manifestasi defisiensi GH mungkin

8
dinyatakan dengan timbulnya kepekaan yang luar biasa terhadap
insulin dan terhadap hipoglikemia puasa. Bersamaan dengan
terjadinya hipogonadisme, pria menunjukkan penurunan libido,
impotensi dan pengurangan progresif pertumbuhan rambut dan bulu di
tubuh, jeggot dan berkurangnya perkembangan otot. Pada wanita,
berhentinya siklus menstruasi atau amenore, merupakan tanda awal
dari kegagalan hipofisis. Kemudian diikuti oleh atrofi payudara dan
genetalia eksterna. Baik laki-laki amupun perempuan menunjukkan
berbagai tingkatan hipotiroidsme dan infusiensi adrenal. Kurangnya
MSH akan mengakibatkan kulit pasien ini kelihatan pucat. Kadang
kala pasien memperlihatkan kegagalan hormon hipofisis saja. Dalam
keadaan ini, penyebab difisiensi agaknya terletak paa hipotalamus dan
mengenai hormon pelepasan yang bersangkutan. Pada pasein dengan
hipopitutarisme, tingkat dasar hormon tropic ini rendah, sama dengan
tingkat produksi hormon kelenjar target yang dikontrol oleh hormon-
hormon tropik ini.
Pasien dengan hipopituitarisme, selain memiliki tingkat
hormon basal yang rendah, juga tidak merespons terhadap pemberian
hormon perangsang sekresi. Uji fungsi hipofisis kombinasi dapat
dilakukan pada pasien ini dengan menyuntikkan; insulin untuk
menghasilkan hipoglikemia, CRH, TRH dan GnRH. Hipoglikema
dengan kadar serum glukosa yang kurang dari 40 mg/dl, normalnya
menyebabkan pelepasan GH, ACTH, dan kortisol; CRH merangsang
pelepasan ACTH dan kortisol; TRH merangsang pelepasan TSH dan
prolaktin; sedangkan GnRH merangsang pelepasan FSH dan LH.
Pasien dengan hipopitutarisme gagal untuk merespon empat
perangsang sekresi tersebut. Selain studi biokimia, juga disarankan
pemeriksaan radiografi kelenjar hipofisis pada pasien yang
diperkirakan menderita hipofisis, karena tumor-tumor hipofisis
seringkali menyebabkan gangguan-ganguan ini.

9
Pathway

Trauma, tumor, radiasi pada


kepala dan leher

Terjadi gangguan pada jaringan


dan kelenjardi sekitar

Mal fungsi kelenjar hipofisis


anterior

Produksi hormon terganggu

Hipopituitarisme

Defisiensi Defisit Perubahan Perubahan


kortiokotropi hormon struktur status
n gonadotropin tubuh dan kesehatan
fungsi tubuh
Menurunnya
kelemahan Menurunnya
produksi LH Kurangnya
otot Perubahan
dan FSH informasi
penampilan

Intoleransi Koping
Aktivias Gangguan Gangguan individu
Pola Seksual Citra Tubuh tidak efektif

Defisit perawatan
diri ANSIETAS

10
2. Patofisiologi dan Pathway Hiperpituitarisme
Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk
bergantung pada sel mna dari kelima sel-sel hipofise yang mengalami
hiperfungsi.
Kelenjar biasanya mengalami pembesaran disebut adenima
makroskopik bila diameternya lebih dari 10 mm atau adenoma
mikroskopik bila diameternya kurang dari 10 mm, ang terdiri atas 1 jenis
sel atau beberapa jenis sel. Adenoma hiposfisis merupakan penyebab
utama hiperpituitarisme. Penyebab adenoma hipofisis belum diketahui.
Adenoma ini hampir selalu menyekresi hormon sehingga sering disebut
functionong tumor.
Kebanyakan adalah tumor yang terdiri atas sel-sel penyekresi GH,
ACTH dan prolaktin. Tumor yang terdiri atas sel-sel pensekresi TSH-,
LH- atau FSH- sangat jarang terjadi. Functioning tumor yang sering di
temukan hipofisis anterior adalah:
a. Prolacting-secreting tumors (tumor penyekresi prolaktin) atau
prolaktinoma.
Prolaktinoma (adenoma laktotropin) biasanya adalah tumor kecil,
jinak, yang terdiri atas sel-sel pensekresi prolaktin. Gejala khas pada
kondisi ini sangat jelas pada wanita usia reproduktif dan dimana
terjadi tidak menstruasi, yang bersifat primer dan sekunder,
galaktorea (sekresi ASI spontan yang tidak ada hubungannya dengan
kehamilan), dan infertilitas.
b. Somatotroph tumors (hipersekresi pertumbuhan)
Adenoma samatotropik terdiri atas sel-sel yang mengsekresi hormon
pertumbuhan. Gejala klinik hipersekresi hormon pertumbuhan
bergantung pada usia klien saat terjadi kondisi ini. Misalnya saja pada
klien pubertas, dimana lempeng epifise tulang panjang belum
menutup, mengakibatkan pertumbuhan tulang-tulang memanjang
sehingga mengakibatkan gigantisme. Pada klien postpubertas,
adenoma somatotropik mengakibatkan akromegali, yang ditandai
dengan pembesaran ektremitas (jari, tangan, kaki), lidah, rahang, dan

11
hidung. Organ-organ dalam juga turut membesar
(misal;kardiomegali). Kelebihan hrmon pertumuhan menyebabkan
gangguan metabolik, seperti hiperglikemia dan hiperkalsemia.
Pengangkatan tumor dengan pembedahan merupakan pengobatan
pilihan. Gejala metabolik dengan tindakan ini dapat mengalami
perbaikan, namun perubahan tulang tidak mengalami reproduksi.
c. Corticotroph tumors (menyekresi ardenokortikotrofik/ACTH)
Adenoma kortikotropik terdiri atas sel-sel pensekresi ACTH.
Kebanyakan tumor ini adalah mikroadonema dan secara klinis
dikenal dengan tanda khas penyakit Cushing’s.
Ada dua perubahan fisiologis karena tumor hipofisis:
1) Perubahan yang timbul karena adanya space-occupying mass
dalam kranium.
2) Perubahan yang diakibatkan oleh hipersekresi hormone dari
tumornya itu sendiri.
Adenoma hipofisis adalahadenoma intraseluler (tumor di dalam
sella tursika), dengan besar diameter kurang dari 1 cm dengan
tanda-tanda hipersekresi hormone.
Perubahan neurologis bisa terjadi akibat tekanan jaringan tumor
yang semakin membesar, tekanan ini bisa terjadi saraf optic, saraf
karnial III (okulomotor), saraf karnial IV (roklear), dan saraf
karnial V (trigemenial). Tumor yang sangat besar bisa
menginfiltrasi hipotalamus.

12
Pathway

Peningkatan Adenoma Tidak ada umpan


TIK tumor jinak balik dari
kelenjar
Peningkatan
Hiperplasia
jaringan
kelenjar hipofisis
intrakranial

Kompresi pada
nervus occulomotoris Hiperfungsi
dan nervus troklearis Nyeri kepala kelenjar

Nyeri akut Hiperfungsi


Gangguan fungsi berhubungan kelenjar
penglihatan dengan
peningkatan
tekanan intra Hipersekresi
Penurunan kranial hormon
penglihatan
(visus menurun)
Peningkatan
Peningkatan
GH (Growth
ACTH
Hormone)
Gangguan persepsi sensori
perceptual (penglihatan)
berhubungan dengan Hipersekresi
Pertumbuhan
gangguan transmisi impuls hormone
jaringan
akibat kompresi pada syaraf adrenokortikal
oocculomotor
Pre-pubertas
Sekresi kortisol
dan aldosteron
Pertumbuhan tulang dan jaringan meningkat
lunak, pembesaran kepala,tumbuh
rambut berlebih, penebalan kulit.
Hiperglikemia
TD meningkat
Gigantisme

Gangguan citra tubuh


berhubungan dengan
perubahan penampilamn
fisik.

13
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang Hipopituitarisme dan Hiperpituitarisme
1. Pemeriksaan Laboratorik ditemukan Pengeluaran 17 ketosteroid dan
17 hidraksi kortikosteroid dalam urin menurun, BMR menurun.
2. Pemeriksaan Radiologik / Rontgenologis ditemukan Sella Tursika.
a. Foto polos kepala.
b. Poliomografi berbagai arah (multi direksional).
c. Pneumoensefalografi.
d. CTScan.
e. Angiografi serebral.
3. Pemeriksaan Lapang Pandang.
a. Adanya kelainan lapangan pandang mencurigakan.
b. Adanya tumor hipofisis yang menekankiasma optik.
4. Pemeriksaan Diagnostik.
a. Pemeriksaan kartisol, T3 dan T4, serta esterogen atau testosteron.
b. Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LH.
c. Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan
hormon, dan dengan melakukan pengukuran efeknya terhadap
kadar hormon serum.
d. Tes provokatif.
2.1.7 Penatalaksanaan
1. Hipopituitari
Pengobatan hipopituitari mencangkup penggantian
hormone-hormon yang kurang. GH manusia, hormone yang hanya
efektif pada manusia, dihasilkan dari tehnik rekombinasi asam
deoksiribonukleat (DNA), dapat digunakan untuk mengobati pasien
dengan defesiensi GH dan hanya dapat dikerjakan oleh dokter
spesialis.
GH manusia jika hanya diberikan padda anak-anak yang
menderita dwarfisme hopofisis, dapat menyebabkan peningkatan
tinggi badan yang berlebihan. GH manusia rekombinan juga dapat
digunakan sebagai hormone pengganti pada pasien dewasa dengan

14
panhipopituitarisme. Hormon hipofisis hanya dapat diberikan dengan
cara disuntikkan.
Sehingga, terapi harian pengganti hormone kelenjar target
akibat defesiensi hipofisis untuk jangka waktu yang lama, hanya
diberikan sebagai laternatif. (price Syvia A,20051217).
2. Hiperpituitarisme
a. Hipofisektomi melalui nasal atau jalur transkranial (pembedahan)
b. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti bromokriptin (parlodel)
c. Observasi efek samping pemberian bromokriptin
d. Kolaborasi pemberian terapi radiasi
e. Awal efek samping terapi radiasi.(Nelson,2000:227)
2.2 Asuhan Keperawatan
1. Hipopituitarisme
a. Pengkajian
1) Demografi
2) Riwayat Penyakit
a) Keluhan utama
Nyeri, Pertumbuhan lambat, Ukuran otot dan tulang kecil,
Tanda – tanda seks sekunder tidak berkembang, tidak ada
rambut pubis dan rambut axila, payudara dan penis tidak
berkembang, tidak mengalami haid, Interfilitas, Impotensi,
Libido menurun, Nyeri senggama pada wanita.
b) Riwayat penyakit masa lalu
Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah
diderita klien, serta riwayat radiasi pada kepala.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami
penyakit hipopituitarisme.
3) Pola Fungsi Kesehatan
a) Aktivitas/istirahat
 Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan
melakukan aktivitas

15
 Tanda : kelelahan otot, peningkatan kebutuhan tidur
b) Eliminasi
 Gejala : penurunan pengeluaran urin dan feses
c) Integritas ego
 Gejala : perasaan tak berdaya
 Tanda : ansietas, takut
d) Makanan/cairan
 Gejala : muntah, mual, penurunan berat badan
e) Neurosensori
 Gejala : pusing, sakit kepala
f) Nyeri/kenyamanan
 Gejala : sakit kepala
 Tanda : gelisah, perilaku berhati-hati
g) Keamanan
 Gejala : riwayat jatuh
h) Seksualitas
 Gejala : perubahan libido, perubahan aliran menstruasi
4) Pemeriksaan Fisik
a) B1 : vesikuler, tidak terjadi sesak napas. RR : 20-24x/menit
b) B2 : hipotensi
c) B3 : normal
d) B4 : poliuri
e) B5 : konstipasi
f) B6 : lemah, cepat lelah
g) Amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur BB dan TB, amati
bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut axila
dan pubis pada klien pria amati pula pertumbuhan rambut
wajah (jenggot dan kumis).
h) Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan
kasar. Tergantung pada penyebab hipopituitary,perlu juga
dikaji data lain sebagai data penyerta seperti bila
penyebabnya adalah tumor maka perlu dilakukan

16
pemeriksaan terhadap fungsi serebrum danfungsi nervus
kranialis dan adanya keluhan nyeri kepala.
i) Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemampuan
klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
j) Data penunjang dari hasil pemeriksaan diagnostik seperti :
 Foto kranium untuk melihat pelebaran dan atau erosi
sella tursika.
 Pemeriksaan serta serum darah : LH dan FSH GH,
androgen, prolaktin, testosteron, kartisol, aldosteron,
test stimulating yang mencakup uji toleransi insulin dan
stimulasi tiroid releasing hormone.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya kelemahan
otot.
2) Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan
penampilan fisik
3) Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan
4) Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya kekuatan
otot.
c. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi NIC
NOC
1 Intoleransi aktivitas berhubungan NOC: NIC:
dengan menurunnya kelemahan otot 1. Energi conservation Activity Therapy
Gejala dan tanda mayor : 2. Activiti tolerance 1. Kolaborasikan
Ds : 3. Self care : ADLs dengan tenaga
1. Mengeluh lelah Kriteria Hasil : rehabilitasi medic
1. Berpartisipasi dalam dalam
Do: aktivitas fisik tanpa merencanakan
1. Frekuensi jantung meningkat lebih disertai peningkatan program terapi yang
dari 20% dari kondisi istirahat tekanan darah, nadi dan tepat
Gejala dan tanda minor RR 2. Bantu klien
Ds : 2. Mampu melakukan mengidentivikasi
aktivitas sehari-hari aktivitas yang bisa
1. Dispnea saat/setelah aktivitas (ADLs) secara mandiri dilakukan
2. MMerasa tidak nyaman setelah 3. Tanda-tanda vital normal 3. Bantu untuk

17
aktivitas 4. Energy psikomotor memilih aktivitas
3. Merasa lemah 5. Level kelemahan konsisten yang
Do: 6. Status kardiopulmonari sesuai dengan
1. Frekuensi jantung meningkat lebih adekuat kemampuan fisik,
dari 20% dari kondisi istirahat 7. Sirkulas status baik psikologi dan sosial
2. Gambaran EKG menunjukkan 4. Bantu untuk
aritmia saat/setelah aktivitas mengidentifikasi
3. Gambaran EKG menunjukkan dan mendapatkan
iskemia sumber yang
4. Sianosis diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
5. Bantu klien untuk
mengembangkan
potensi diri dan
penguatan
6. Monitor respon
fisik, sosial, emosi
dan spiritual
Sosialization
Enhacement
1. Fasilitasi dukungan
kepada pasien oleh
keluarga, teman
dan komunitas
2. Dorong melakukan
aktivitas sosial dan
komunikasi
3. Gali kekuatan dan
kelemahan klien
dalam berinteraksi
sosial

2 Gangguan citra tubuh yang NOC: NIC:


berhubungan dengan perubahan -Body Image 1. Kaji secara
-Self esteem verbal dan
penampilan fisik
Kriteria hasil : nonverbal
Gejala dan tanda minor 1. Body image positif respon klien
Ds : 2. Mampu terhadap
mengidentifikasi tubuhnya
-Depersonalisasi kehilangan melalui
kekuatan personal 2. Meonitor

18
kata ganti yang netral 3. Mendeskripsikan frekuensi
- Penekanan pada kekuatan yang secara factual mengkritik
perubahan fungsi dirinya
tersisa
tubuh 3. Jelaskan tentang
-Ketakutan yerhadap reaksi orang lain 4. Mempertahankan pengobatan,
-Fokus pada penampilan masa lalu interaksi sosial perawatan,
kemajuan dan
-Pwerasaan negative tentang sesuatu
prognosis
-Fokus pada perubahan penyakit
-Mengungkapan perubahan gaya hidup 4. Dorong klien
mengungkapkan
Do:
perasaannya
-Perubahan actual pada fungsi 5. Fasilitasi kontak
- Perubahan aktual pada struktur dengan individu
-Perubahan terhadap keterlibatan sosial lain dalam
kelompok kecil
-Secara sengaja menyembunyikan
bagian tubuh
-Perubahan dalam kemampuan
memperkirakan hunbungan special
tubuh terhadap lingkungan

d. Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan tersusun, selanjutnya
rencana tindakan tersebut dilaksanakan sesuai dengan situasi yang
nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
pelaksanaan tindakan, perawat dapat langsung melaksanakan
kepada orang lain yang dipercaya dibawah pengawasan orang yang
masih seprofesi dengan perawat. (Nursalam, 2001:63)
e. Evaluasi
1. Pasien mampu melakukan ADLs tanpa mengalami kelemahan
dan kelelahan
2. Citra tubuh/ body image pasien kembali normal
3. Hiperpituitarisme
a. Pengkajian
1) Demografi

19
2) Riwayat kesehatan
a) Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ – organ
tubuh.
b) Perubahan tingkat energi, kellelahan, letargi.
c) Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman.
d) Dispaneuria dan pada pria disertai dengan impotensi.
e) Nyeri kepala.
f) Gangguan penglihatan.
g) Perubahan siklus menstrulasi, libido menurun, impotensia.
Riwayat penyakit sekarang
h) Tanyakan manifestasi klinis dari peningkatan hormone
hipofise mulai dirasakan
i) Adakah riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
3) Pemeriksaan fisik
a) Amati bentuk wajah.
b) Kepala, tangan/lengan, dan kaki bertambah besar, dagu
menjorok ke depan.
c) Adanya kesulitan menguyah.
d) Adanya perubahan pada persendian dimana klien mengeluh
nyeri dan sulit bergerak.
e) Peningkatan respirasi kulit.
f) Suara membesar karena hipertropi laring.
g) Pada palpasi abdomen, ditemukan hepatomegali.
h) Disfagia akibat lidah membesar.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intra
cranial (TIK).
2) Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan
penampilan fisik
3) Perubahan sensori perseptual (penglihatan) yang berhubungan
dengan gangguan transmisi impuls akibat kompresi pada syaraf
okulomotorius dan toklearis.

20
c. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil NOC Intervensi NIC

1 Nyeri akut berhubungan dengan NOC: NIC:


peningkatan tekanan intra Setelah dilakukan tindakan 5. Lakukan
cranial keperawatan selama 2x24 jam klien pengkajian nyeri
Gejala dan tanda mayor tidak mengalami nyeri, dengan secara
Ds : kriteria hasil : komperhensif
-Mengeluh nyeri 2. Mampu mengontrol nyeri (tahu termasuk lokasi,
Do: penyebab nyeri, mampu karakteristik,durasi
-Tampak meringis menggunakan tehnik non , frekuensi,
-Bersikap protektif, misalnya , farmakologi untuk mengurangi kualitas dan faktor
waspada, posisi menghindari nyeri, mencari bantuan) presipitasi
nyeri) 3. Melaporkaan bahwa nyeri 6. Observasi reaksi
-Gelisah berkurang dengan menggunakan nonverbal dari
-Frekuensi nadi meningkat manajemen nyeri ketidaknyamanan
-Sulit tidur 4. Mampu mengenali nyeri (skala, 7. Bantu pasien dan
Gejala dan tanda minor intensitas, frekuensi dan tanda keluarga untuk
Ds :- nyeri) mencaridan
Do : 5. Menyatakan rasa nyaman menemukan
-Tekanan darah meningkat setelah nyeri berkurang dukungan
-Pola nafas berubah 6. Tanda vital dalam rentan normal 8. Kontrol
-Nafsu makan berubah 7. Tidak mengalami gangguan lingkungan yang
-Proses berfikir terganggu tidur dapat
-Menarik diri mempengaruhi
-Berfokus pada diri sendiri nyeri seperti
-Diaforesis suhurungan,
kebisingan,
pencahayaan
9. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
10. Ajarkan tentang
tehnik
nonfarmakologi :
nafas dalam,
relaksasi, distraks.
11. Tingkatkan
istirahat
12. Monitor vital sighn
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesic pertama

21
kali.
13.

2 Gangguan citra tubuh yang NOC: NIC:


berhubungan dengan perubahan -Body Image 6. Kaji secara
-Self esteem verbal dan
penampilan fisik
Kriteria hasil : nonverbal
Gejala dan tanda minor 5. Body image positif respon klien
Ds : 6. Mampu mengidentifikasi terhadap
kekuatan personal tubuhnya
-Depersonalisasi kehilangan
7. Mendeskripsikan secara 7. Meonitor
melalui kata ganti yang netral factual perubahan fungsi frekuensi
- Penekanan pada kekuatan yang tubuh mengkritik
8. Mempertahankan interaksi dirinya
tersisa
sosial 8. Jelaskan
-Ketakutan yerhadap reaksi tentang
orang lain pengobatan,
-Fokus pada penampilan masa perawatan,
kemajuan dan
lalu prognosis
-Pwerasaan negative tentang penyakit
sesuatu 9. Dorong klien
mengungkapka
-Fokus pada perubahan
n perasaannya
-Mengungkapan perubahan gaya 10. Fasilitasi
hidup kontak dengan
individu lain
Do:
dalam
-Perubahan actual pada fungsi kelompok
- Perubahan aktual pada struktur kecil
-Perubahan terhadap keterlibatan
sosial
-Secara sengaja
menyembunyikan bagian tubuh
-Perubahan dalam kemampuan
memperkirakan hunbungan
special tubuh terhadap
lingkungan

22
d. Implementasi Keperawatan
Setelah rencana tindakan keperawatan tersusun,
selanjutnya rencana tindakan tersebut dilaksanakan sesuai dengan
situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam pelaksanaan tindakan, perawat dapat langsung melaksanakan
kepada orang lain yang dipercaya dibawah pengawasan orang yang
masih seprofesi dengan perawat. (Nursalam, 2001:63)
e. Evaluasi Keperawatan
1. Evaluasi nyeri pasien berkurang atau tidak
2. Body image pasien kembali normal

23
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Hipopituitarisme adalah keadaan yang timbul sebagai akibat hipofungsi
hipofisis. Hipopituitarisme merupakan defisiensi hormon tiroid, adrenal,
gonadal dan hormon pertumbuhan akibat penyakit hipofisis.
Hiperpituitarisme adalah sekresi berlebihan hormone hipofisis anterior.
Hiperpitutarisme biasanya mengenai hanya satu jenis hormone hipofisis.
Hormon-hormon hipofisis lainya seing dikeluarkan dalam kadar yang lebih
rendah (Corwin J Elizabeth 2001)
1.2 Saran
Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan dan
sasarannya. Kami selalu membuka diri untuk menerima kritik dan saran dari
semua pihak yang sama-sama bertujuan membangun makalah ini demi
perbaikan dan penyempurnaan dalam pembuatan makalah selanjutnya. Dan di
harapkan materi hipo dan hiperpituitarisme ini dapat bermanfaat bagi calon-
calon perawat seperti mahasiswa seperti kelompok utamanya agar taeori bisa
di samakan dengan praktik dilapangan kedepannya.

24
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPD PPNI
Nurarif Amin Huda & Kusuma Hrdhi.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA Nic-Noc, Edisi evisi Jilid 2.
Jogjakarta: Media Action Publishing
Nurzahrotin B, dkk.2015.Makalah Keperawatan Endokrin II “Asuhan
Keperawatan Hipopituitarisme”.Bojonegoro
.

Anda mungkin juga menyukai