Anda di halaman 1dari 52

Pemisahan Stearin dan Olein pada RBDPO dengan Filterpress di PT.

SMART Tbk
1. Home
2. Pendidikan
PEMISAHAN STEARIN DAN OLEIN PADA RBDPO DENGAN FILTERPRESS DI PT.
SMART TBK KARYA ILMIA
DITO HERKUNCAHYO 122401145
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Ii
PEMISAHAN STEARIN DAN OLEIN PADA RBDPO DENGAN FILTERPRESS DI PT.
SMART TBK KARYA ILMIA
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya DITO
HERKUNCAHYO 122401145
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN 2014
PERSETUJUAN

ii

Judul
Kategori Nama Nomor Induk Mahasiswa Program Studi Departemen Fakultas

: Pemisahan Stearin Dan Olein Pada RBDPO dengan Filterpress di PT. SMART Tbk
: Tugas Akhir
: Dito Herkuncahyo
: 122401145
: Diploma (D3) Kimia
: Kimia
: Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juni 2013

Disetujui Oleh Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dosen Pembimbing,

Dr. Rumondang Bulan, MS NIP.195408301985032001 Program Studi D3 Kimia Industri Ketua,

Dr.Darwin Yunus Nasution, MS NIP195508101981031006

Dra. Emma Zaidar, M.Si NIP. 195512181987012001


PERNYATAAN

ii

PEMISAHAN STEARIN DAN OLEIN PADA RBDPO DENGAN FILTERPRESS DI PT.


SMART TBK
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari
ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2013
Dito Herkuncahyo 122401145
PENGHARGAAN

ii

Bismillahirrahmanirrahim, Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya serta salawat beriring salam kita ucapkan pada kehadirat
nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini, sebagai syarat
untuk meraih gelar ahli madya pada program studi Diploma 3 Kimia di Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Selama penulisan tugas akhir ini penulis banyak mendapatkan dorongan, bantuan dan motivasi
dari semua pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih
kepada Dr.Darwin Yunus Nasution ,MS selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktunya selama penulisan tugas akhir ini. Terima kasih kepada Dr. Rumondang Bulan,MS dan
Albert Pasaribu selaku Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Kimia FMIPA USU, Dekan
dan Pembantu Dekan FMIPA USU, Seluruh Staff dan Dosen Kimia FMIPA USU, Pegawai
FMIPA USU, Rekan-rekan kuliah, serta Ayahanda, ibu dan segenap keluarga yang selama ini
memberikan dukungan yang diperlukan.
Hanya doa yang dapat penulis sampaikan kepada Allah SWT. Mudahmudahan kebaikan yang
diterima penulisdari semua pihak yang telah membantu, kiranya Allah SWT membalas kebaikan
tersebut.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi
yang membaca.
Medan, Juni 2014
Penulis
Ii
PEMISAHAN STEARIN DAN OLEIN PADA RBDPO DENGAN FILTERPRESS DI PT.
SMART TBK
ABSTRAK
Pada proses pemisahan Fraksi Stearin dan Olein pada RBDPO (Refine Blanch Deodorizen Palm
Oil) dilakukan dengan cara penurunan suhu dari 65oc sampai 26,5oc di dalam cristalizer dengan
pemutaran 12Rpm sampai 8Rpm. Tujuannya adalah untuk mendapatkan Kristal stearin.
Selanjutnya di pisahkan dengan menggunakan metode Dry Frasksinasi dengan menggunakan alat
Filterpress dengan penekan 2 barg – 12 barg. Lalu ditentukan Bilangan Iodine(Iodine Value),
Bilangan Peroksida(Peroxide Value), Warna (Color), Titik Keruh (Cloud Point), % Pengotor dan
Kadar Air (%M&I), %Asam Lemak Bebas (%Free Faty Acid) dan dibandingkan dengan standar
Quality di Laboratorium.
Ii
OLEIN STEARIN AND SEPARATION RBDPO ON WITH FILTERPRESS AT. SMART TBK
ABSTRACT
In the process of separation of stearin fraction and Olein on RBDPO (Refine Blanch Deodorizen
Palm Oil) is done by a decrease in temperature from 65octo 26.5 °C in the cristalizer with 12Rpm
playback until 8Rpm. The goal is to get the stearin crystals. Furthermore separated using cleaning
methods using tools Filterpress Frasksinasi with suppressor 2 barg - 12 barg. Then determined
Numbers Iodine (Iodine Value), Numbers Peroxide (Peroxide Value), Colour (Color), point Murky
(Cloud Point),% Impurity and Water Content (% M & I),% Free Fatty Acid (% Free Faty Acid)
and compared Quality standards in the laboratory.
DAFTAR ISI

ii

Persetujuan Pernyataan Penghargaan Abstrak Abstract Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Lampiran
Bab 1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang 1.2. Permasalahan 1.3. Tujuan 1.4. Manfaat Bab 2. Tinjauan Pustaka 2.1.
Sejarah Kelapa Sawit 2.2. Varietas Kelapa Sawit 2.3. Jenis-jenis Produk Kelapa Sawit 2.4. Sifat
Fisika-Kimia Kelapa Sawit
2.4.1. Sifat Fisika Minyak Kelapa Sawit 2.4.2. Sifat Kimia Minyak Kelapa Sawit 2.5. Komposisi
Kimia Minyak kelapa Sawit 2.6. Standar Mutu Minyak kelapa Sawit 2.7. Proses Pengolahan
Minyak kelapa Sawit (CPO) 2.7.1. Stasiun Penerimaan Buah
2.7.1.1. Jembatan Timbangan 2.7.1.2. Loading Ramp 2.7.2. Stasiun Rebusan (Sterilization stasion)
2.7.2.1. Perebusan (Sterilization ) 2.7.3. Stasiun Penebahan ( Treshing Stasion) 2.7.3.1. Hoisting
crane 2.7.3.2. Stripper ( Pemipilan ) 2.7.4. Stasiun Pengempaan ( Pressing Stasion ) 2.7.4.1.
Pengadukan ( Digesting ) 2.7.4.2. Pengempaan ( Pressan ) 2.7.5. Stasiun Pemurnian Minyak (
Clarification Stasion ) 2.7.5.1. Crude Oil Tank 2.7.5.2. Continous Settling Tank 2.7.5.3. Oil Tank (
Tangki Minyak ) 2.7.5.4. Sludge Tank ( Tangki Kotoran )

Halaman iii iv v vi vii viii x xi 1 1 3 3 3 4 4 5 6 7 7 9 10 11 12 13 13 14 14 14 15 15 15 16 16 16


16 16 17 17 17
2.7.5.5. Decanter 2.7.5.6. Sludge Separator 2.7.5.7. Vacuum Dryer ( Alat pengering ) 2.7.5.8. Fat-
pit 2.8 Pemurnian Kelapa sawit 2.9 Filterpress Bab 3. Metode Penelitian 3.1. Alat 3.2. Bahan 3.3.
Prosedur Bab 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Data 4.2. Pembahasan Bab 5. Kesimpulan dan Saran
5.1. Kesimpulan 5.2. Saran Daftar Pustaka Lampiran A Lampiran B

ii
18 20 20 20 21 22 26 26 27 27 29 29 30 34 34 35 36 37 38
Ii
PEMISAHAN STEARIN DAN OLEIN PADA RBDPO DENGAN FILTERPRESS DI PT.
SMART TBK
ABSTRAK
Pada proses pemisahan Fraksi Stearin dan Olein pada RBDPO (Refine Blanch Deodorizen Palm
Oil) dilakukan dengan cara penurunan suhu dari 65oc sampai 26,5oc di dalam cristalizer dengan
pemutaran 12Rpm sampai 8Rpm. Tujuannya adalah untuk mendapatkan Kristal stearin.
Selanjutnya di pisahkan dengan menggunakan metode Dry Frasksinasi dengan menggunakan alat
Filterpress dengan penekan 2 barg – 12 barg. Lalu ditentukan Bilangan Iodine(Iodine Value),
Bilangan Peroksida(Peroxide Value), Warna (Color), Titik Keruh (Cloud Point), % Pengotor dan
Kadar Air (%M&I), %Asam Lemak Bebas (%Free Faty Acid) dan dibandingkan dengan standar
Quality di Laboratorium.
Ii
OLEIN STEARIN AND SEPARATION RBDPO ON WITH FILTERPRESS AT. SMART TBK
ABSTRACT
In the process of separation of stearin fraction and Olein on RBDPO (Refine Blanch Deodorizen
Palm Oil) is done by a decrease in temperature from 65octo 26.5 °C in the cristalizer with 12Rpm
playback until 8Rpm. The goal is to get the stearin crystals. Furthermore separated using cleaning
methods using tools Filterpress Frasksinasi with suppressor 2 barg - 12 barg. Then determined
Numbers Iodine (Iodine Value), Numbers Peroxide (Peroxide Value), Colour (Color), point Murky
(Cloud Point),% Impurity and Water Content (% M & I),% Free Fatty Acid (% Free Faty Acid)
and compared Quality standards in the laboratory.
BAB 1 PENDAHULUAN

ii

1.1. Latar Belakang


PT. SMART Tbk Medan adalah perusahaan publik yang bergerak dibidang Palm Oil industri.
Pertama sekali berdiri pada tahun 1984 dengan nama IVO MAS TUNGGAL yang tergerak hanya
untuk pengolahan minyak goreng dan bahan baku CPO (Crude Palm Oil). Dilokasi yang sama,
pada tahun 1986 didirikan PT. SMART COORPORATION, yang mengolah Palm Kernel (PK)
menjadi Crude Palm Kernel Oil (CPKO) dan Palm Kernel oil Expeller (CPKO). Sejalan dengan
perkembangan usaha maka pada tahun 2000 kedua Perusahaan ini bergabung menjadi satu dan
berganti nama menjadi PT. SMART Tbk yang terdaftar pada departemen perindustrian dan
perdagangan dengan nomor 02.12.1.15.06479.
PT. SMART Thk (Sinarmas Argo Resourches & Technology) termasuk dalam sinarmas Group
yang berlokasi di 31. Belmera Baru III Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan Belawan Sumatra
Utara. Dalam melaksanakan operasional usaha, PT. SMART Tbk mempunyai pabrik beserta
kelengkapan fasilitas produksi utama dan pendukung yang berada di kawasan berikat Belawan
dengan status hak milik yang dikeluarkan oleh pejabat pembuat akta tanah kota medan dengan
nomor 65 dan oleh kantor agrania kota medan dengan nomor A 1424361 dan A
Ii
1424362 dengan total luas 64.970 meter persegi dilengkapi dengan dukungan instalasi tangki
timbun (bulking installation) yang berada di Jl. Ujung Baru Kelurahan I Kecamatan Medan
Belawan.
Tahun 2006 PT. SMART Tbk melakukan penambahan kegiatan proyek berupa pengolahan Crude
Palm kernel Oil (CPKO) untuk menjadi sejenis mentega atau shortening yang dibutuhkan
dipasaran local yaitu Cocoa Butter Subtitute (CBS) sebagai pengganti fat Cokat dengan kapasitas
100 ton perhari dan telah beroperasi pada tahun 2007.
Saat ini kegiatan Refenery, Expeller Plant dan CBS di PT. SMART Tbk didukung oleh ± 900
orang pekerja yang bekerja bulk non shift maupun shift. Kapasitas rata - rata produksi pertahun
produk utama yaitu Refined Bleached Deodorized Stearin (RBD Stearin) dan Refined Bleached
Deodorized Olein (RBD Olein) pada industri pengolahan minyak sawit menjadi minyak goreng
masingmasing adalah 270.000 ton pertahun dan 90.000 ton Pertahun sedangkan untuk Fatty Acid
Distillate (PFAD) dengan kapasitas produksi sekitar 16.320 ton pertahun.
Adapun penghargaan yang telah diperoleh PT. SMART Tbk antara lain: 1. Sertifikat GMP + B2
2010, SGS M’Sia. 2. Sertifikat ISO9000 — 2008 3. Sertifikat ISO 22000 — 2005 4. Sertifikat
SNI, KOSHER, HALLAL dari MUI 5. Sertifikat ISCC GUCERT
Ii
1.2. Permasalahan
Pada proses pemisahan fraksi olein dan stearin pada RBDPO (refine blanch deodorizen palm oil)
dilakukan dengan cara penurunan suhu dari 65 oc – 26,5oc secara bertahap. Jika penurunan suhu
secara drastis maka Kristal yang terbentuk besar dan lembek. Kristal yang besar dan lembek masih
mengandung olein yang terkurung di dalam Kristal starin. Selanjutnya dilakukan pemisahan
dengan menggunakan metode Dry Fraksination ( fraksinasi kering) dengan menggunakan alat
filterpress. Tekanan pada filterpress sebesar 2barg sampai 12 barg. Jika tekanan tersebut kurang
dari 12 barg maka olein tersebut tidak maksimal dan masih mengandung stearin. Olein yang
dihasilkan akan masuk ke storage tank atau tangki penampungan ,dan stearin akan masuk ke
melting tank untuk diproses ulang. Hasil dari fraksinasi tersebut adalah minyak goreng curah.
1.3. Tujuan
- Untuk mengetahuiproses pemisahan stearin dan olein pada RBDPO (refine blanch deodorizen
palm oil) dengan menggunakan filter tekan atau filterpress.
1.4. Manfaat
Manfaat dari penulisan tugas akhir ini ialah untuk mengetahui proses Pemisahan stearin dan olein
pada RBDPO (refine blanch deodorizen palm oil) dengan menggunakan filterpress dan tahap
tahapan filterpress.
Ii
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Kelapa Sawit
Kelapa sawit pertama kali diintroduksikan ke Indonesia oleh pemerintah kolonial belanda pada
tahun 1848, tepatnya di kebun raya bogor (s’Lands Plantetuin Buintenzorg). Pada tahun 1876, Sir
Yoseph Hoooker mencoba menanam 700 bibit tanaman kelapa sawit di Labuhan Deli, Sumatera
Utara. Setelah 10 tahun, tanaman yang benihnya dibawa dari Kebun Raya Kew (London) ini
ditebang habis dan diganti dengan kelapa.
Sesudah tahun 1911, K,Schadt seorang kebangsaan Jerman dan M.Adrien Hallet kebangsaan
Belgia mulai mempelopori tanaman kelapa sawit. Schadt mendirikan perusahaan perkebunan
kelapa sawit di Tanah Ulu (Deli), sedangkan Hallet mendirikan perusahaan di Pulau Raja (Asahan)
dan Sungai Liput (Aceh).
Sejak itulah mulai dibuka perkebunan-perkebunan baru. Pada tahun 1938, di Sumatera
diperkirakan sudah ada 90.000 Ha perkebunan kelapa sawit. Pada saat ini perkebunan kelapa sawit
telah berkembang lebih jauh sejalan dengan kebutuhan dunia akan minyak nabati dan produk
industri oleochemical. Produk minyak sawit merupakan komponen penting dalam perdangan
minyak nabati dunia. ( Pahan, 2006 ).
Ii

2.2. Varietas Kelapa Sawit

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas

itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah atau

berdasarkan warna kulit buahnya. Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging

buah, dikenal dengan beberapa varietas lain yaitu :

Tabel 2.1. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah

Varietas

Deskripsi

Dura Pisifera Tenera Marco carya

- Tempurung dura cukup tebal antara 2-8 mm - Tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian
luar tempurung - Daging buah relatif tipis antara 35-50% - Kernel (daging biji) biasanya besar
dengan
kandungan minyak yang rendah. - Dalam persilangan varietas dura dipakai
sebagai pohon induk betina. - Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan
hampir tidak ada - Daging buahnya tebal, sedangkan daging
bijinya sangat tipis. - Jenis pisifera tidak diperbanyak tanpa
menyilangkan dengan jenis yang lain dan dalam persilangan dipakai sebagai pohon jantan -
Mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu dura dan pisifera - Tempurung tipis
dengan ketebalannya berkisar antara 0,5 - 4 mm - Terdapat lingkaran serabut disekelilingnya -
Daging buah tebal antara 60-96% - Tandan buah yang dihasilkan oleh tenera lebih banyak dari
pada dura, tetapi relatif kecil. - Tempurung yang sangat tebal sekitar 5 mm

- Daging buahnya sangat tipis

(Tim Penulis,1997).

Berdasarkan warna kulit buahnya, varietas kelap sawit dapat dibedakan


Ii

menjadi tiga jenis, antara lain: Nigrescens, Virecens, dan Albescens.

Tabel 2.2. Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah

No Varietas Warna Buah Muda

Warna Buah Masak

1 Nigrescens Ungu kehitaman Jingga kehitam-hitaman

2 Virescens 3 Albescens

Hijau

Jingga kemerahan, tetapi ujung buah tetap hijau

Keputih-putihan Kekuning-kuningan dan ujungnya ungu kehitaman

(Fauzi, 2002).

2.3. Jenis-jenis Produk Kelapa Sawit Sekitar 90% minyak sawit digunakan untuk produk-produk
pangan
seperti minyak goreng, minyak salad, margarin, shortening (mentega putih), vanaspati dan
sebagainya. Sisanya (10%) digunakan untuk produk-produk non pangan. 1. Bentuk-bentuk Lemak
Pangan
Kekentalan minyak sawit mempunyai arti yang penting dalam pembuatan lemak makan.
Contohnya : minyak goreng dan minyak salad 100% cair, sedangkan margarin dan shortening
(mentega putih) mengandung lemak padat sebanyak 15-20% dan selebihnya cair. 2. Produk-
produk Non Pangan a. Industri asam lemak digunakan untuk pembuatan formulasi deterjen. B.
Industri gliserin digunakan untuk pembuatan sabun, shampoo, pasta gigi,
dan kosmetika. C. Industri pertambangan, minyak sawit digunakan sebagai pengapung
Ii
(floatation agent). ( Seto, 2001 ). 2.4. Sifat Fisika-Kimia Kelapa Sawit 2.4.1. Sifat Fisika Minyak
Kelapa Sawit
Sifat fisika minyak kelapa sawit meliputi: a. Warna
Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan,
karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan
adanya pigmen karotene yang larut dalam minyak. B. Bau dan flavour Bau dan flavour pada
minyak selain terdapat secara alamiah juga terjadi karena pembentukan asam-asam yang berantai
sangat pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau khas pada minyak kelapa sawit terdapat
beta ionone. C. Kelarutan Kelarutan dari minyak digunakan sebagai untuk mengekstraksi minyak.
D. Titik cair dan polimorphism Titik cair minyak berada dalam nilai kisaran suhu karena minyak
kelapa sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang berbeda-
beda. Sedangkan polimorphism pada minyak adalah suatu keadaan dimana terdapat lebih dari satu
bentuk kristal dan polimorphism mempunyai rantai karbon yang panjang sehingga pemisahan
kristal tersebut sangat sukar. E. Titik didih (boiling point) Titik didih dari asam-asam lemak sangat
meningkat dengan bertambah panjangnya rantai karbon asam lemak tersebut.
Ii
f. Titik lunak Titik lunak dari minyak sudah ditentukan dengan maksud untuk identifikasi minyak
tersebut, dimana temperatur pada saat permukaan dari minyak dalam tabung kapiler mulai naik.
G. Slipping point Slipping point digunakan untuk pengenalan minyak dengan temperatur pada saat
minyak mulai melincir.
H. Shot melting point Shot melting point adalah temperatur pada saat terjadi tetesan pertama dari
minyak.
I. Bobot jenis Pada penetapan bobot jenis, temperatur dikontrol dengan hati-hati dalam kisaran
temperatur yang pendek.
J. Indeks bias Indeks bias adalah derajat penyimpangan dari cahaya yang dilewatkan pada suatu
medium yang cerah. Indeks bias pada minyak dipakai pada pengenalan unsur kimia dan untuk
pengujian kemurnian minyak.
K. Titik kekeruhan Titik kekeruhan dikenal denan temperatur pada waktu mulai terjadinya
kekeruhan.
L. Titik asap, titik nyala dan titik api. Titik asap, titik nyala dan titik api pada minyak digunakan
untuk menggoreng, dimana titik asap adalah temperatur pada minyak yang menghasilkan asap tipis
yang kebiru-biruan pada pemanasan, sedangkan titik nyala adalah temperatur
Ii
pada saat campuran uap dari minyak dengan udara mulai terbakar, dan titik api adalah temperatur
pada saat dihasilkan pembakaran secara terus-menerus sampai habisnya contoh uji.
2.4.2. Sifat Kimia Minyak Kelapa Sawit
Sifat Kimia Minyak Kelapa Sawit meliputi : a. Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisa, minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi
hidrolisa yang dapat mengakibatkan kerusakan minyak terjadi karena terdapatnya sejumlah air
dalam minyak. Reaksi ini akan mengakibatkan ketengikan hidrolisa yang menghasilkan flavour
dan tengik pada minyak tersebut. B. Oksidasi
Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antar sejumlah oksigen dengan minyak.
Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada minyak. C. Hidrogenasi
Reaksi hidrogenase dilakukan dengan menggunakan hidrogen murni dan ditambahkan serbuk
nikel sebagai katalisator. Setelah proses hidrogenase selesai, minyak didinginkan dan katalisator
dipisahkan dengan cara penyaringan. Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras
tergantung pada derajat kejenuhannya. D. Esterifikasi
Ii

Proses esterifikasi ini bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak dari trigliserida dalam bentuk
ester. E. Pembentukan keton

Keton dapat dihasilkan melalui penguraian dengan cara hidrolisa ester.

Tabel 2.3. Nilai Sifat Fisika-Kimia Minyak Kelapa Sawit

Sifat Minyak sawit

Bobot jenis pada suhu kamar Indeks bias D 40oc

0,900 1,4565-1,4585

Bilangan iod

48-56

Bilangan penyabunan

196-205

Sumber : Krischenbauer (1960).

2.5. Komposisi Kimia Minyak kelapa Sawit


Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80% perikarp (kulit buah) dan 20% buah yang dilapisi
kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp (kulit buah) sekitar 34-40%. Minyak kelapa sawit
adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap. Rata-rata komposisi asam lemak
minyak kelapa sawit dapat dilihat dari tabel 2.4 bahan yang tidak dapat disabunkan jumlahnya
sekitar 0,3%.
Tabel 2.4. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit

Asam Lemak

Minyak Kelapa Sawit

(%)

Asam Kaprilat

Asam Kaproat

Asam Laurat

Asam Miristat

1,1 – 2,5

Asam Palmitat

40 – 46

Asam Stearat

3,6 – 4,7

Asam Oleat

39 – 45

Asam Linoleat

7 – 11

Sumber : Eckey, S.W. (1955)

ii

2.6. Standar Mutu Minyak kelapa Sawit


Standar mutu merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada
beberapa faktor yang menentukan standar mutu, yaitu kandungan air dan kotoran dalam minyak,
kandungan asam lemak bebas, warna dan bilangan peroksida.
Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1% dan kadar kotoran
lebih kecil dari 0,01%, kandungan asam lemak bebas serendah mungkin (lebih kurang 2%),
bilangan peroksida dibawah 2%, bebas dari warna merah dan kuning (harus berwarna pucat, tidak
berwarna hijau), jernih dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam.
Ii

Standar mutu Special Prime Bleach ( SPB ),dibandingkan dengan mutu ordinary dapat dilihat
dalam Tabel 2.5

Tabel 2.5. Mutu Minyak Sawit Kandungan


Asam lemak bebas (%) Kadar air (%) Kotoran (%) Besi p.p.m Tembaga p.p.m Bilangan iod
Karotene p.p.m Tokoferol p.p.m

SPB 1-2 0,1 0,002 10 0,5 53±1,5 500 800

Ordinary 3-5 0,1 0,01 10 0,5


45-56 500-700 400-600 (Ketaren, 2005).

2.7. Proses Pengolahan Minyak kelapa Sawit (CPO)


Proses pengolahan tandan buah segar kelapa sawit di PKS PT.Socfin Indonesia Kebun Aek Loba
dilakukan secara bertahap dalam beberapa stasiun yang berbeda dengan tujuan untuk memperoleh
minyak sawit yang berkualitas baik. Pada dasarnya ada 2 macam hasil olahan utama TBS di pabrik
yaitu : minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah ( Crude Palm Oil / CPO ) dan
minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstrak / inti sawit ( Palm Kernel Oil / PKO ).
Ii
Secara ringkas, tahap-tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak adalah sebagai
berikut :
1. Stasiun Penerimaan Buah ( Fruit Reception ) 2. Stasiun Rebusan ( Sterilization Station ) 3.
Stasiun Penebahan ( Thressing Station ) 4. Stasiun Pengempaan ( Pressing Station ) 5. Stasiun
Pemurnian Minyak ( Clarification Station )
2.7.1. Stasiun Penerimaan Buah ( Fruit Reception ) Sebelum diolah ke dalam pabrik kelapa sawit,
tandan buah segar (TBS)
yang berasal dari kebun pertama kali diterima distasiun penerimaan buah untuk ditimbang di
jembatan timbangan (weight bridge) dan ditampung sementara di penampungan buah ( loading
ramp ). 2.7.1.1. Jembatan Timbangan ( Weight Bridge )
Sebelum ditumpuk di lokasi penumpukan buah (loading ramp), terlebih dahulu tandan ditimbang
pada sebuah jembatan timbangan. Penimbangan bertujuan untuk mengetahui jumlah tandan buah
yang dihasilkan dari kebun dan jumlah bahan yang masuk ke pabrik.
Penimbangan dilakukan dua kali untuk setiap angkutan TBS yang masuk ke pabrik, yaitu pada
saat masuk (berat truk dan TBS) serta pada saat keluar (berat
Ii
truk). Dari selisih timbangan saat truk masuk dan keluar, diperoleh berat bersih TBS yang masuk
ke pabrik. 2.7.1.2. Loading Ramp
TBS yang telah ditimbang di jembatan timbang selanjutnya dibongkar di loading ramp dengan
menuangkan (drump) langsung dari truk. Loading ramp merupakan suatu bangunan dengan lantai
berupa kisi-kisi pelat besi berjarak 10 cm.
2.7.2. Stasiun Rebusan ( Sterilization Station ) 2.7.2.1. Perebusan ( Sterilization )
Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap pada temperatur sekitar 135 oc dan tekanan
2,0 - 2,8 kg/cm2 selama 80 - 90 menit. Proses perebusan dilakukan secara bertahap dalam tiga
puncak tekanan agar diperoleh hasil yang optimal. (Pahan, 2006).
Tujuan Perebusan TBS (Tandan Buah Segar) antara lain: a. Merusak enzim lipase yang
menstimulir pembentukan ALB b. Mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti cangkang c.
Memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan d. Untuk mengkoagulasikan
(mengendapkan) protein sehingga
memudahkan pemisahan minyak. (Tim Penulis.,1997).
Ii
2.7.3. Stasiun Penebahan ( Treshing Stasion)
2.7.3.1. Hoisting crane
Buah hasil rebusan yang telah keluar dari sterilizer diangkut keatas dengan menggunakan hoisting
crane, yang kemudian dituang dengan cara memutar lori pada titik sumbu. Buah akan jatuh
kemulut hopper yang dilengkapi dengan pipa penyanggah sehingga saat buah jatuh sudah dimulai
dengan proses pemipilan. ( Naibaho,P.M.,1996 ).
2.7.3.2. Stripper ( Pemipilan ) TBS berikut yang telah direbus dikirim kebagian pemipilan dan
dituangkan ke alat pemipil (thresher) dengan bantuan hoisting crane atau transfer carriage. Proses
pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS ikut berputar
sehingga membanting-banting TBS tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya.
Brondolan yang keluar dari bagian bawah pemipil dan ditampung oleh sebuah screw conveyor
untuk dikirim kebagian digesting dan pressing. Sementara, tandan kosong yang keluar dari bagian
belakan pemipil ditampung oleh elevantor. Kemudian, hasil tersebut di kirim ke hopper untuk
dijadikan pupuk tandan kosong dan jika masih berlebihan diteruskan incinerator untuk dibakar dan
dijadikan pupuk abu janjang. (Pahan,2006).
Ii
2.7.4. Stasiun Pengempaan ( Pressing Stasion )
2.7.4.1. Pengadukan ( Digesting )
Buah yang masuk kedalam digester disebut sebagai material passing to digester ( MPD ), diaduk
sedemikian rupa sehingga sebagian besar daging buah sudah terlepas dari biji. Proses pengadukan
dan pelumatan buah dapat berlangsung dengan baik bila isi digester selalu dipertahankan penuh.
Minyak bebas dibiarkan keluar secara kontinu melalui lubang dasar digester. Terhambatnya
pengeluaran minyak akan menyebabkan minyak berfungsi sebagai pelumas pisau sehingga
mengurangi efektifitas pelumatan pisau digester. Suhu massa digester harus selalu dipertahankan
90 – 95 oc. 2.7.4.2. Pengempaan ( Presuer )
Massa yang keluar dari digester diperas dalam screw press dengan menggunakan air pengencer
screw press bersuhu 90 – 95 oc sebanyak 15-20% TBS. Untuk menurunkan viskositas minyak,
penambahan air dapat pula dilakukan di oil gutter kemudian dialirkan melalui oil gutter ke stasiun
klarifikasi. Sedangkan ampas kempa dipecahkan dengan menggunakan cake breaker conveyor
untuk mempermudah pemisahan biji dan serat.
2.7.5. Stasiun Pemurnian Minyak ( Clarification Station )
2.7.5.1 Crude Oil Tank
Crude oil yang telah diencerkan dialirkan ke vibrating screen yang berukuran 20-40 mesh untuk
memisahkan bahan asing seperti pasir, serabut,
Ii
bahan-bahan lain yang masih mengandung minyak dan dapat dikembalikan ke digester. ( Tim
Standarisasi, 1997 ).
2.7.5.2. Continous Settling Tank
Continous tank berfungsi untuk memisahkan minyak dari lumpur. Perbedaan berat jenis ini
menyebabkan lapisan minyak berada dibagian atas sedangkan lapisan sludge dan lapisan lumpur
berada dibagian bawah tangki dan mengendap.
2.7.5.3. Tangki Minyak (Oil Tank)
Minyak yang telah dipisahkan pada tangki pemisah ditampung dalam tangki pemisah ditampung
dalam tangki ini untuk dipanasi lagi sebelum diolah lebih lanjut pada sentripusi minyak.
Diusahakan agar tangki ini tetap penuh untuk menjaga agar pemanasan tetap 90-95oc, Sistem
pemanasan dilakukan dengan pipa spiral yang dialiri uap dengan tekanan 3 kg/cm2. Saringan uap
dan ―steam trap‖ harus berfungsi baik dan kadar air minyak harus diusahakan kurang lebih
0,50,70% dan kadar kotoran diusahakan 0,10 – 0,30%. (Pahan, 2006)
2.7.5.4. Tangki Kotoran (Sludge Tank)
Tangki ini dipergunakan untuk menampung lumpur dari hasil pemisahan tangki pisahan yang
masih mengandung minyak 4,5 – 5,5%. Alat ini berbentuk tabung silinder yang bagian bawahnya
berbentuk kerucut. Pemanasan dalam tangki ini dilakukan dengan sistem injeksi uap dan suhu
cairan dalam tangki 95 – 115oc.
Ii
2.7.5.5. Decanter
Decanter adalah alat untuk memisahkan minyak, air dan padatan (solid) secara sentripusi datar.
Alat Decanter yang digunakan ada dua jenis yaitu berdasarkan keluaran yaitu: a. Two-Phase
Decanter
Alat ini bekerja memisahkan fraksi minyak dengan fraksi air dan fraksi padat atau fraksi padat
dengan cairan, dengan penggunaan tersendiri. Cairan minyak yang masuk dari Crude Oil Tank ke
dalam Decanter dipisahkan menjadi dua fraksi yaitu fraksi padat dan cair. Fraksi padat yang
berbentuk lumpur padat diangkut dengan bak trailer ke kebun, sedangkan fraksi cair dipompakan
ke dalam Settling Tank untuk diolah lebih lanjut. Tujuan pengolahan ini merupakan cara
pengurangan bahan padatan dalam cairan dengan maksud agar pemisahan minyak dalam settling
tank.
Decanter dapat ditempatkan sebagai pengganti Oil Purifier yakni minyak yang berasal dari Settling
Tank atau Buffer Tank diolah menjadi dua fraksi yaitu fraksi minyak dan fraksi cairan yang masih
mengandung Sludge. Karena prinsip kerja alat ini menggantikan Oil Purifier maka mekanisme
pemisahan berpegang kepada kemurnian minyak, akibatnya Sludge yang keluar masih
mengandung minyak, sehingga perlu diolah lagi dengan menggunakan Sludge Separator atau
Decanter, sedangkan fraksi minyak bersih langsung diolah ke Vacuum Drier.
Decanter sebagai pengganti Sludge Separator, yaitu mengolah cairan yang berasal dari Sludge
Tank dipisahkan. Cairan dipisahkan menjadi cairan minyak dan Sludge. Cairan minyak yang
dipisahkan dipompakan ke Settling Tank,
Ii
sedangkan fraksi Sludge dibuang ke Fat-Pit untuk diteruskan ke unit pengolah limbah. B. Three-
Phase Decanter
Alat ini bekerja dengan prinsip yang sama dengan two-phase Decanter, hanya terdapat perbedaan
dari fase fraksi. Pada alat ini dihasilkan 3 fraksi yaitu fraksi minyak, fraksi air (cair) dan fraksi
padat. Alat ini dapat ditempatkan sebagai pengganti Oil Purifier dan akan menghasilkan fraksi
minyak, fraksi air dan padatan. Fraksi air yang masih mengandung minyak dilanjutkan
pengolahannya pada Sludge Separator,dan Sludge dan minyak akan terpisah.
Pengolahan lumpur di Pabrik Kelapa Sawit PT.Socfin Indonesia Kebun Aek Loba menggunakan
Alat Three-Phase Decanter dimana lumpur (sludge) yang keluar dari bagian bawah sludge tank
diolah didalam decanter untuk memisahkan minyak, air, dan lumpur.
Proses pemisahan ini terjadi akibat adanya gaya sentrifugal yang dihasilkan oleh putaran bowl
yang menghasilkan : phase padat berupa solid yang akan langsung dibuang melalui solid conveyor
dan akan dijadikan sebagai pupuk di areal perkebunan kelapa sawit, phase minyak dipompakan ke
continous settling tank kembali, sedangkan phase cair yang masih mengandung minyak
dilanjutkan pengolahannya pada sludge seperator.
Dalam proses pemurnian minyak di unit decanter perlu diperhatikan kerugian minyak kelapa sawit
di water phase dan solid decanter yang tidak boleh melebihi standar yang telah ditetapkan oleh
perusahaan, yaitu standar untuk kerugian minyak dalam water phase decanter adalah 1,50% dan
kerugian minyak dalam solid decanter adalah 3,00%.
Ii
Dalam pengoperasian decanter, dapat dipengaruhi oleh : a. Komposisi umpan yang akan diolah,
karena ratio antara minyak, air dan
lumpur mempengaruhi terhadap daya pisah alat tersebut. B. Fungsi alat decanter tersebut. C.
Perimbangan kapasitas alat dengan jumlah sludge yang diolah.
2.7.5.6. Sludge Separator
Cairan sludge yang telah melalui pre cleaner, dimasukkan kedalam sludge seperator untuk dikutip
minyaknya. Dengan gaya sentrifugal minyak yang berat jenisnya lebih kecil bergerak menuju ke
poros dan terdorong keluar melalui sudusudu keruang pertama tangki pemisah (settling tank).
Cairan dan ampas yang mempunyai berat jenis lebih berat dari minyak terdorong kebagian dinding
bowl dan keluar melalui nozzle. (Tim Standarisasi, 1997).
2.7.5.7. Alat pengering (Vacuum Dryer)
Pengeringan minyak dipergunakan untuk memisahkan air dan minyak dengan cara penguapan
hampa. Tekanan yang digunakan yaitu: 0,8 – 1,0 kg/cm3. Air yang terbentuk dalam kondensor
langsung ditampung pada tangki air panas dibawah. (Pahan,2006)
2.7.5.8. Fat-pit
Fat-pit digunakan untuk menampung cairan-cairan yang masih mengandung minyak yang berasal
dari air condensat dan stasiun klarifikasi. Minyak yang terkutip akan dipompa ke continous
settling tank. (Tim Standarisasi, 1997).
Ii
2.8. Pemurnian dan penjernihan kelapa sawit
Minyak yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak kelapa sawit
kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel partikel dari tempurung dan serabut serta
40-45% air. Agar diperoleh minyak sawit yang bermutu baik, minyak sawit kasar tersebut
mengalami pengolahan lebih lanjut. Minyak sawit yang masih kasar kemudian di alirkan kedalam
tangki minyak kasar (crude oil tank) dan setelah melalui pemurnian atau klarisifikasi yang
bertahap , maka akan di hasilkan minyak sawit mentah (CPO). Proses penjernihan dilakukan untuk
menurunkan kandungan air di dalam minyak.
Minyak kelapa sawit dapat di tamping dalam tangki- tangki penampung dan siap di pasarkan atau
mengalami pengolahan lebih lanjut sampai dihasilkan minyak sawit murni (PPO) Processe Palm
oil. Sedangkan sisa olahan yang berupa lumpur , masih dapat di manfaakan dengan proses daur
ulang untuk diambil minyak sawitnya.
Tujuan utama dari proses pemurnian adalah untuk menghilangkan rasan dan bau yang tidak enak,
warna yang tidak menarik dan memperpanjang massa simpan minyak sebelum dikonsumsi atau
digunakan sebagai bahan mentah dalam industry. Cara pemurnian dilakukan dalam beberapa
tahap:
1. Pemisahan bahan suspense dan disperse koloid dengan cara penguapan, degumming dan
pencucian dengan asam
2. Pemisahan asam lemak bebas dengan cara netralisasi
3. Dekolorisai dengan proses pemucatan
Ii
4. Deodorasi 5. Pemisahan gliserida jenuh (stearin) dengan cara pendinginan (chilling) dan
pemfilteran dengan menggunakan filter tekan. (Tim penulis, ps, 1997)
2.9 Filterpress Suatu mesin press bersaringan berisi satu set plat yang didesain untuk menyediakan
serangkaian ruang atau kompartemen yang di dalamnya padatan dikumpulkan. Plat-plat tersebut
dilingkupi media penyaring seperti kanvas. Lumpur dapat mencapai tiap-tiap kompartemen dengan
tekanan tertentu, cairan melalui kanvas atau keluar melalui pipa pembuangan, meninggalkan
padatan cake basah dibelakangnya. Plat dari suatu mesin press bersaringan dapat berbentuk
persegi/lingkaran, horizontal, atau vertikal.
Pres filter terdiri atas elemen-elemen filter (hingga mencapai 100 buah) yang berdiri tegak atau
terletak mendatar, disusun secara berdampingan atau satu di atas yang lain. Elemen-elemen ini
terbuat dari pelat-pelat beralur yang dilapisi kain filter dan disusun pada balok-balok luncur
sehingga dapat digeser-geser. Dengan suatu sumbu giling atau perlengkapan hidraulik, pelat-pelat
itu dipres menjadi satu diantara bagian alat yang diam (bagian kepala) dan bagian yang bergerak.
Saluran masuk dan saluran keluar terdapat dibagian kepala (untuk sistem tertutup) atau saluran
keluarnya di samping pelat-pelat (untuk sistem terbuka).
Ii
Gambar1. Filter press Filter ini terdiri dari seperangkat lempengan yang dirancang untuk memberi
sederetan kompartemen untuk pengumpulan zat padat. Lempengan tersebut ditutup dengan
medium filter seperti kanvas. Slurry umpan masuk ke dalam masing-masing lempengan dan
medium filternya dengan tekanan, cairannya lewat melalui kanvas dan keluar melalui pipa
keluaran dan meninggalkan zat padat basah di antara lempengan tersebut.
Ii
Gambar2. Peralatan filter tekanan untukoperasi otomatis
Lempengan press yang digunakan ada yang berbentuk bujur sangkar atau lingkaran, ada yang
terletak vertikal dan horisontal. Tetapi umumnya lempengan untuk zat padat itu dirancang dengan
membuat tekukan pada permukaan lempeng, atau dalam bentuk plate-and-frame. Pada desain plate
and frame ini, lempengan berbentuk bujur sangkar dengan panjang sisi 6-28 in dan disusun silih
berganti dengan bingkai terbuka. Lempengan tersebut tebalnya berkisar 0,25 sampai 2 in,
sedangkan bingkainya setebal 0,25 sampai 8 inci. Lempengan dan bingkai itu didudukkan secara
vertikal pada rak logam dengan medium filter dipasang menutupi setiap bingkai dan dirapatkan
dengan bantuan sekrup dan rem hidraulik. Bubur umpan masuk pada satu ujung rakitan lempeng
dan bingkai tersebut. Slurry mengalir melalui saluran yang terpasang memanjang pada salah satu
sudut rakitan dari sudut tersebut melalui saluran tambahan mengalir ke dalam masing-masing
bingkai. Di sini zat padat itu diendapkan di atas permukaan pelat. Cairan mengalir menembus kain
filter, melalui alur atau gelombang pada permukaan lempeng, sampai keluar press filter tersebut.
Sesudah filter tersebut dirakit, slurry dimasukkan dari pompa atau tangki pendorong pada tekanan
3 sampai 10 atm. Filtrasi lalu diteruskan sampai tidak ada
Ii
lagi zat cair yang keluar dan tekanan filtrasi naik secara signifikan. Hal ini terjadi bila bingkai
sudah penuh dengan zat padat sehinggga slury tidak dapat masuk lagi. Filter itu disebut jammed.
Setelah itu, cairan pencuci dapat dialirkan untuk membersihkan zat padat dari bahan-bahan
pengotor yang dapat larut. Cake tersebut kemudian ditutup dengan uap atau udara untuk
membuang sisa zat cair tersebut sebanyak-banyaknya. Filter itu lalu dibongkar, cake padatnya
dikeluarkan dari medium filter sehingga jatuh ke konveyor menuju tempat penyimpanan. Pada
kebanyakan press filter, operasi tersebut berlangsung secara otomatis.
Sampai cake bersih, proses pencucian memakan waktu beberapa jam karena cairan pencuci
cenderung mengikuti jalur termudah dan melangkahi bagianbagian cake yang terjejal rapat. Jika
cake tidak terlalu rapat, sebagian besar cairan pencuci tidak efektif membersihkan cake. Jika
diinginkan pencucian sampai benar-benar bersih, biasanya dibuat sluury lagi dengan cake yang
belum tercuci sempurna. Pencucian lebih lanjut dapat menggunakan zat cair pencuci dalam
kuantitas besar dan menyaringnya kembali dengan shell-and-leaf filter sehingga memungkinkan
pencucian yang lebih efektif dari pada plate and frame filter.(teknologi filter press ,P. Arcana,
2004)
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Bahan
1. RBDPO (Refine Bleach Deodorized Palm Oil) 2. Air panas (Hot water) 65-80 0C 3. Air
Pendingin (cooling tower) 25-35 0C 4. Air ES (Chiller) 18-25 0C
3.2 Alat
1. Cristallizer Tank (Tangki pengkristal) 2. Olein tank (Tangki penampung) 3. PHE (palm head
excharger) 4. Storange tank (Tangki penyimpanan) 5. Filter press (Penyaring Membran) 6. Melting
tank (Tangki pelelehan) 7. Pompa 8. Steam uap 9. Flow meter (pengukur debit) 10.
Termotransmitter (pengukur suhu) 11. Valve (pengatur debit alir)

ii
12. Compressor 13. Tabung angin 14. Dryer (pengering udara) 15. Pipa besi 16. Isolator glasswool
17. Isolator aluminium 18. Computer 19. Panel kelistrikan 20. Evaporator 21. Cooling tower 22.
Tangki corblow

ii

3.3 Proses Fraksinasi


Proses fraksinasi dilakukan dengan dry fractionation (fraksinasi kering). Proses fraksinasi kering
adalah untuk memisahkan minyak sawit menjadi dua fraksi yaitu palm oil(fraksi cair) dan palm
steam (fraksi padat). Fraksinasi dapat dilakukan secara double fractionation dan double
fractionation stearin. Tahap proses fraksinasi adalah kristalisasi dan pemisahan fraksi olein dari
Kristal stearin.
3.3.1 Pemisahan Fraksi Olein dari Kristal Stearin 1. Dimasukkan minyak ke dalam membran filter
press (penekan penyaring
membrane). 2. Dipompakan minyak RBDPO dari kristalizer ke dalam membrane filter
press (penekan penyaring membrane).
Ii
3. Dilanjutkan dengan proses squeezing (pengukuran ) setelah proses filling (pengisian) selesai.
4. Dikompressikan udara sehingga akan terjadi penekanan yang mengakibatkan pemisahan antara
olein dan stearin
5. Fraksi olein (cair) akan mengalir melalui selang-selang di bagian kirikanan bawah filter press
menuju tanki olein. Sedangkan fraksi stearin (padat) akan membentuk lempengan padat diantara
membran-membran filter press.
6. Setelah proses ini angin akan ditiupkan untuk memisahkan sisa-sisa RBDPO yang masih ada
dalam bentuk Kristal dan dilanjutkan dengan proses blow (angin) melalui inflate (katup) yang
dilakukan untuk membersihkan sisa-sisa olein yangada dalam membran filter press.
7. Dilakukan washing filter press, pembersihan penekan penyaring untuk mencuci dan
membersihkan filter press yang sudah beberapa kali digunakan untuk mencairkan stearin yang
melekat pada filter cloth (kain penyaring)
Ii

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data

Data – data yang dikumpulkan adalah data-data tahapan filterpress untuk pemisahan fraksi stearin
dan olein pada RBDPO(refine blanch deodorizen palm oil) dengan filterpress di PT.SINARMAS
Tbk.

Tabel 4.1. Data tahapan filterpress

steps

Pv Sv Ramprote

OFF

Auto Standby

2,75%

Fill Ramp Up

0,00 barg 0,30 barg

Fill Constant Pressiure

0 sec

120 sec

Fill Ramping

0,00 barg

0,00 barg

Squeze Ramping 1

3,30 barg

3,00 barg

Squeze Hold 1

Squeze Ramping 2

3,30 barg 0 mm

Squeze Hold 2
0

2,5 ton/min

Squeze Ramping 3

3,30 barg 0 min

Squeze Hold 3

1 min

1,80

Down Ramping

3,80 barg 5,00 barg

Dicompress Membrane

0,25 barg 5,00 barg

Olein Blow

120 sec

Decompress Ram

1,80 barg 180 sec

Open Filter

trendpress
2,00 barg 2,00 barg 4,00 barg
12 barg
Plate Shifting Close Filter

ii

4.2 Pembahasan
Pada proses pemisahan pemisahan fraksi olein dan stearin pada RBDPO dilakukan penurunan
suhu dari 65o sampai 26,5oc dengan cara bertahap. Dibawah ini adalah gambar penurunan suhu
dari 65o sampai 26,5oc dengan cara bertahap

Gambar 4.1 RBDPO (Refine Blanch Deodorizen Palm Oil) pada suhu 65oc
Ii
Gambar 4.2 RBDPO (Refine Blanch Deodorizen Palm Oil) pada suhu 2,5,5oc Jika penurunan suhu
tersebut tidak bertahap makan Kristal yang dihasilkan besar besar
dan lembek. Kristal yang bagus berbentuk kecil dan keras. Dikarenakan Kristal yang keras tidak
mengandung olein dan 100% stearin. Kristal yang besar dan lembek itu mengandung 30% olein
yang terperangkap di dalam butiran Kristal tersebut. Dibawah ini adalah gambar Kristal yang besar
dan yang yang kecil merata.
Ii Gambar 4.3 Kristal yang besar dan lembek Gambar 4.4 stearin yang kecil dan keras
Ii Selanjutnya di filter dengan menggunakan filterpress dengan penekanan 2barg sampai 12bar.
Jika penekanan dibawah 12 barg maka hasil olein yang di dapat tidak maksimal. Alat filterpress
terbagi atas membrane, chamber dan filter cloth. Fungsi dari membrane ini adalah untuk menekan
RBDPO yang dingin dan sebagai jalur olein masuk ke selang olein, Chamber sebagai penahan
tekanan dari chamber dan mencetak cake stearin,dan filtercloth sebagai baju chamber dan
membrane agar pada saat pengepressan RBDPO tidak lolos dan tumpah ke bawah. Dibawah ini
adalah alat filterpress dan bagian bagian dari filterpress.
Gambar 4.5 Alat filterpress
Gambar 4.6 bagian bagian dari filterpress
Ii
Hasil dari pemisahan tersebut adalah stearin dan olein bulk atau minyak curah. Stearin dapat di
produksi berbagai macam produk, misalnya margarine.
Ii
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Proses pemisahan stearin dan olein pada RBDPO (refine blanch
deodorizen palm oil) dengan menggunakan filter tekan atau filterpress yaitu dilakukan dengan cara
penurunan suhu dari 65 oc – 26,5oc secara bertahap. Jika penurunan suhu secara drastis maka
Kristal yang terbentuk besar dan lembek. Kristal yang besar dan lembek masih mengandung olein
yang terkurung di dalam Kristal starin. Selanjutnya dilakukan pemisahan dengan menggunakan
metode Dry Fraksination ( fraksinasi kering) dengan menggunakan alat filterpress. Tekanan pada
filterpress sebesar 2barg sampai 12 barg. Jika tekanan tersebut kurang dari 12 barg maka olein
tersebut tidak maksimal dan masih mengandung stearin. Olein yang dihasilkan akan masuk ke
storage tank atau tangki penampungan ,dan stearin akan masuk ke melting tank untuk diproses
ulang. Hasil dari fraksinasi tersebut adalah minyak goreng curah.
Ii
5.2. Saran Untuk pengepresan RBDPO yang didinginkan sebaiknya diperhatikan hal hal seperti
berikut yaitu : - Pada saat di cristalizer sebaiknya di jaga penurunan suhunya agar Kristal yang
dihasilkan adalah Kristal yang keras. - Sebaiknya dilakukan penggantian filter cloth secata berkala.
- Pada saat pengepressan dijaga tekanannya agar olein yang dihasilkan maksimal.
DAFTAR ISI

ii

Fauzi, Y. 2002. Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Yogyakarta. Penebar Swadaya


[serialonline].http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23266/.../Cha pter%20II.pdf.[16
Februari 2013].
Ketaren, S. 2005. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Cetakan I. Jakarta.Universitas
Indonesia.
Naibaho, P. 1996. Teknologi Pengolahan Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta.
Universitasindonesia[serialonline].http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234
56789/23266/.../Chapter%20II.pdf. [16 Februari 2013].
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Medan. Pusat Penelitian Kelapa
sawit[serialonline].http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23266/...
/Chapter%20II.pdf.[16 Februari 2013].
Seto, S. 2001. Pangan & Gizi. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Tim Penulis. 1997. Kelapa Sawit. Jakarta. Penebar Swadaya [serialonline].
Http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20813/3/Chapter%20II.pdf[ 16 Februari 2013].
Tim Standarisasi. 1997. Pengolahan Kelapa Sawit Dan Pengolahan Limbah pabrikkelapa Sawit.
Indonesia. PT. Perkebunan Nusantara (PERSERO).
LAMPIRAN A

ii

Lampiran 1 Parameter lemak padat (stearin) Sesuai TDS No.Q704001-E034

PARAMETER FMCP/Consumer KMCP/Consumer

IV %FFA COLOR %M&I Peroxide Value

39-41 0,05 max 1,5 R Max 0,1 max


0 max

37-39 0,05 max 2,0 R Max 0,1 max


1 max

KMSC SEMI CONSUMER


37-39 0,10 max 2,5 R max 0,1 max
1 max

Bulk foam
32-35 0,10 max 2,5 R max 0,1 max
2 max

(sumber : PT.Smart, T.Bk)

Lampiran 2 bahan baku pembuat minyak (RBDPO) parameter, sesuai TDS Q-702001-E003

Parameter FMCP/Consumer KMCP/Consumer

IV %FFA COLOR %M&I Peroxide Value

52,5 min 0,05 max 1,5 R max 0,1 max 1,0 max

52,5 min 0,05 max 2,0 R max 0,1 max 1,0 max

KMSC SEMI CONSUMER


51,0 min 0,1 max 2,5 R max 0,1 max 1,0 max

Bulk foam
50,0 min 0,1 max 3,0 R max 0,1 max 2,0 max

(sumber : PT.Smart, T.Bk)

Lampiran 3 Minyak goreng (olein)parameter sesuai TDS Q-703001-

E006

Parameter

FMCP/Consumer KMCP/Consumer

KMSC SEMI
CONSUMER
IV

60,5 min

59,5 min

57,0 min

%FFA

0,05 max

0,05 max

0,10 max

COLOR Cloud Point

1,8 R max 7,0 max 0 C

2,52 max 7,4 max 0 C

2,5 R max 9,0 max 0 C

%M&I

0,1 max

0,1 max

0,1 max

Peroxide Value

0,5 max

0,5 max

1,0 max

(sumber : PT.Smart, T.Bk)

Bulk foam
56,0 min 0,10 max 3,0 R max 10,0 max 0 C 0,1 max 3,0 max
Ii

LAMPIRAN B

Bagan proses fraksinasi

CRISTALYZER

FILTERPRESS

OLEIN TANK

FILTERBAG

PHE (PALM HEAT ECHANGER)

TANK FARM

RECYCLE

MELTINGTANK

PHE (PALM HEAT EXCHANGER)

TANK FARM

Anda mungkin juga menyukai