Anda di halaman 1dari 5

PAJAK ATAS JASA BIDANG PERHOTELAN

Retnaningtyas Widuri
Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra
e-mail: widuri@peter.petra.ac.id

Abstrak: Tulisan ini ingin menguraikan aturan pajak yang berlaku saat ini untuk sektor jasa perhotelan di
Indonesia yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Meskipun secara substansi jasa
perhotelan mirip dengan jasa penyewaan ruangan, namun perlu dibedakan antara jasa penyewaan kamar
dengan jasa penyewaan ruangan untuk toko ataupun kantor. Jasa penyewaan kamar dianggap sebagai
kegiatan yang berhubungan dengan jasa di bidang perhotelan, dan dikenakan pajak hotel dan restoran sesuai
dengan aturan pemerintah daerah. Sedangkan jasa penyewaan ruangan untuk toko atau kantor akan
dikenakan pajak penghasilan final dan atas pengguna jasa tersebut harus dipungut pajak pertambahan nilai

Kata kunci: Jasa Bidang Perhotelan, Pajak Daerah, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penghasilan.

Abstract: This article is to describe the current tax legislation applied for hotel business, which is governed
by central authority and municipal or local authority. In substance, hotel services is similar with space rent
services, although it should be clear whether it was a room rent services or space rent services for shops and
offices. Room rent services is included in hotel services, hence, the municipal tax of hotel and restaurant will
be applied on this kind of income. While income from space rent services for shops or offices is subject to
final income tax and value added tax.

Keywords: Hotel Business Services, Hotel and Restaurant Tax, Final Income Tax, Value Added Tax.

Dalam praktik perpajakan yang tengah hangat Ditinjau dari segi hukum, pajak adalah perikatan
didengungkan oleh hampir seluruh lapisan yang timbul karena undang-undang yang mewajibkan
masyarakat, perbedaan persepsi masyarakat bukanlah seseorang untuk memenuhi syarat-syarat yang
hal yang tidak mungkin. Seringkali suatu aturan pajak ditentukan oleh undang-undang untuk membayar
mudah dipahami dan diaplikasikan dengan benar, sejumlah uang kepada Negara yang dapat dipaksakan,
namun tidak jarang dapat menimbulkan persepsi yang tanpa mendapatkan suatu imbalan yang secara
berbeda apabila terdapat kata atau kalimat yang langsung dapat ditunjuk, yang digunakan untuk
mempunyai kemiripan namun ternyata mempunyai membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara
perlakuan yang berbeda. Inilah yang akan coba (pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan)
dikupas dalam artikel berikut sehubungan dengan jasa dan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai
sewa dalam bidang perhotelan tujuan diluar bidang keuangan.
Pajak di Indonesia secara administratif dapat
DEFINISI PAJAK dibedakan berdasarkan golongan, sifat, dan lembaga
pemungutnya.
Definisi Pajak atau pengertian pajak menurut Menurut golongannya, pajak dibagi atas pajak
Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH.: langsung dan tidak langsung. Dasar penggolongan
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara langsung dan tidak ini sehubungan dengan
berdasarkan undang-undang (yang dapat pembebanan kepada wajib pajaknya,misal Pajak
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal peghasilan, ataukah dapat dibebankan dialihkan
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan kepada orang lain, misal Pajak Pertambahan Nilai.
dan yang digunakan untuk membayar Dalam hal Pajak hotel, Wajib Pajak untuk pajak hotel
pengeluaran umum. adalah orang atau badan yang membayar atas
pelayanan hotel dan pengusaha hotel. Sesuai dengan
Dari definisi diatas, pajak memiliki unsur-unsur Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang
penting yaitu iuran dari rakyat kepada negara, Pajak daerah yang dimaksud sebagai Wajib Pajak
berdasarkan undang-undang, tanpa kontrapretasi hotel hanya pengusaha hotel. Padahal secara logika
secara langsung dari negara dan digunakan untuk baik pembayar jasa hotel maupun pengusaha hotel
membayar pengeluaran umum yang bermanfaat bagi merupakan wajib pajak dimana pembayar jasa hotel
masyarakat luas. merupakan wajib pajak tidak langsung, sedangkan

67
68 JURNAL MANAJEMEN PERHOTELAN, VOL. 4, NO. 2, SEPTEMBER 2008: 67-71

bagi pengusaha hotel merupakan wajib pungut. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;
Pengusaha hotel berkewajiban menyetorkan pajak dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
hotel ini ke Kas Daerah. Sehubungan dengan penggolongan pajak
Pajak apabila ditinjau dari sifatnya, dibedakan berdasarkan lembaga pemungutnya, dalam pasal 4
menjadi pajak subyektif dan pajak obyektif. Jenis Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
pajak subyektif adalah pajak yang berpangkal atu Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memper- Daerah, disebutkan bahwa sumber Pendapatan Asli
hatikan keadaan diri wajib pajak. Misalnya pajak Daerah terdiri dari:
penghasilan, dalam pajak penghasilan keadaan diri 1. Hasil Pajak daerah
wajib pajak apakah berupa pribadi atau badan,menjadi Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan
pertimbangan dalam pengenaan pajak. Namun oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa
berbeda halnya pada pajak obyektif, dimana keadaan imbalan langsung yang seimbang, yang dapat
wajib pajak tidak menjadi menjadi perhatian dan dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-
hanya memperhatikan objeknya saja. Misalnya Pajak undangan yang berlaku, yang digunakan untuk
Pertambahan Nilai, dalam pengenaannya tidak membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah
mempertimbangkan siapa yang akan membayar (WP dan pembangunan daerah.
pribadi atau Badan) melainkan hanya kepada 2. Hasil Retribusi Daerah
obyeknya saja, misalnya barang atau jasanya. Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai
Dalam hal ini pajak hotel , dimana dasar
pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu
pengenaan pajak yang dimaksud adalah pembayaran
yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
atas pelayanan yang disediakan hotel, jadi pajak
pemerintah daerah untuk kepentingan orang
dikenakan atas setiap penggunaan jasa atau fasilitas
pribadi atau badan.
yang disediakan hotel tanpa memperhatikan kondisi
wajib pajak, maka dapat disimpulkan bahwa pajak 3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil
hotel merupakan Pajak obyektif. pengelolaan kekayaan milik daerah lainnya yang
Penggolongan selanjutnya adalah berdasarkan dipisahkan, antara lain bagian laba, dividen, dan
lembaga pemungutnya, dimana pajak digolongkan penjualan saham milik daerah.
menjadi Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pada 4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah, antara
hakekatnya tidak ada perbedaan pengertian yang lain berupa hasil penjualan aset tetap daerah dan
pokok antara Pajak Negara dan Pajak Daerah jasa giro.
mengenai prinsip-prinsip umum hukumnya.
Perbedaan yang ada hanya pada aparat pemungut dan Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan
penggunaannya. Melihat nama pajaknya, tentu kita bahwa Pajak Hotel yang menjadi bahasan dalam
sudah dapat memaknai bahwa pajak pusat adalah artikel ini merupakan pajak daerah yang dalam hal
pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan pelaksanaannya mengacu pada UU Nomor 28 Tahun
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. 2009 mengenai Pajak Daerah dan Restribusi Daerah
Pajak yang termasuk dalam Pajak Pusat ini antara lain didukung dengan Peraturan Daerah yang dikeluarkan
adalah Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan oleh masing-masing kota. Sehubungan dengan lokasi
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN penulisan artikel, maka peraturan pendukung yang
dan PPNBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan digunakan adalah Peraturan Daerah Kota Surabaya
Bea Materai. Sedangkan Pajak Daerah merupakan Nomor 09 Tahun 2003 tentang Pajak Hotel dan
pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
untuk membiayai rumah tangga daerah. Sesuai TERMINOLOGI HOTEL
dengan UU no 28 tahun 2009 mengenai Pajak Daerah
dan Restribusi Daerah, Pajak Daerah dibagi menjadi Sesuai dengan UU No. 28 Tahun 2009 mengenai
Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/Kota. Pajak yang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah, Pajak Hotel
termasuk dalam Pajak Daerah (Provinsi) adalah Pajak merupakan salah satu jenis Pajak Kabupaten/Kota
Kendaraan Bermotor; Pajak Bahan Bakar Kendaraan yang diatur dengan Peraturan Daerah. Dalam hal ini
Bermotor; Pajak Air Permukaan; dan Pajak Rokok penulis mengacu pada Peraturan Daerah (Perda) Kota
sedangkan yang termasuk dalam Pajak Daerah Surabaya Nomor 09 Tahun 2003 tentang Pajak Hotel.
(Kabupaten/Kota) adalah Pajak Hotel; Pajak Restoran; Sebelum lebih jauh mengupas mengenai pajak atas
Pajak Hiburan; Pajak Reklame; Pajak Penerangan jasa perhotelan, berikut merupakan definisi dari
Jalan; Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; Pajak beberapa istilah yang akan berhubungan dengan
Parkir; Pajak Air Tanah; Pajak Sarang Burung Walet; pembahasan mengenai pajak atas jasa perhotelan.
Widuri, Pajak Atas Jasa Bidang Perhotelan 69

Menurut Peraturan Daerah Kota Surabaya No Tahun atau kepada jasa penyedia layanan penerbangan,
2003: dimana kegiatan tersebut bisa dikategorikan sebagai
 Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan objek PPN dan PPh Pasal 4 (2).
bagi orang untuk dapat menginap/ beristirahat,
memperoleh bayaran, dan/atau fasilitas lainnya NAMA, OBJEK, SUBJEK DAN DASAR
dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan PENGENAAN SERTA TARIF PAJAK
lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh
pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan Menurut Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor
perkantoran. 09 Tahun 2003, Pajak Hotel adalah pajak yang
 Pengusaha Hotel, adalah orang atau badan hukum dipungut atas setiap pelayanan yang disediakan
yang menyelenggarakan usaha hotel untuk dan dengan pembayaran di hotel. Pelayanan yang menjadi
atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama objek pajak yang dimaksud meliputi:
pihak lain yang menjadi tanggungannya; a. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka
 Pembayaran, adalah jumlah yang diterima atau pendek, antara lain; gubuk pariwisata (cottage),
seharusnya diterima atas pelayanan sebagai motel, wisma pariwisata, pesanggrahan (hostel),
pembayaran yang dilakukan oleh pengunjung losmen dan rumah penginapan termasuk rumah
kepada hotel kos dengan jumlah kamar 10 (sepuluh) atau lebih
 Pajak Hotel, adalah pajak yang dipungut atas yang menyediakan fasilitas seperti rumah
pelayanan yang disediakan dengan pembayaran penginapan; serta Apartemen, termasuk yang tidak
kepada hotel berlokasi di lingkungan Hotel yang digunakan
kurang dari satu bulan.
Sebelum lebih dalam mengupas mengenai pajak b. Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas
hotel, hal yang sering merancukan mengenai jenis penginapan atau tinggal jangka pendek yang
pajak yang dikenakan atas jasa perhotelan ini adalah sifatnya memberikan kemudahan dan
adanya konsep sewa dalam definisi hotel. Apabila kenyamanan. Antara lain telepon, faximil, telex,
dilihat dari definisi hotel diatas, maka dapat diartikan fotocopy, pelayanan cuci, setrika, taksi dan
secara lebih sederhana yaitu bahwa hotel merupakan pengangkutan lainnya, yang disediakan atau
fasilitas yang dapat dinikmati oleh umum dengan dikelola hotel;
memberikan pembayaran ataupun sewa. Hal ini c. Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan
seringkali menimbulkan pemikiran bahwa jasa khusus untuk tamu hotel, bukan untuk umum
perhotelan merupakan objek PPh Pasal 4 ayat 2 Final antara lain Pusat Kebugaran (fitness center), kolam
yang mengacu pada PP no 29 Tahun 1996 jo PP no 5 renang, tennis, golf, karaoke, pub, diskotik, yang
Tahun 2002. Namun kerancuan ini dapat dijernihkan disediakan atau dikelola hotel;
apabila kita juga mencermati dan memahami Jasa di d. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau
bidang Perhotelan yang diuraikan dalam UU No 42 pertemuan di hotel;
Tahun 2009 Pasal 4A yang menyebutkan bahwa Jenis
jasa di bidang perhotelan adalah meliputi: Adapun yang tidak termasuk obyek pajak hotel
a. Jasa penyewaan kamar, termasuk tambahannya di adalah:
hotel, rumah penginapan, motel, losmen, hostel, a. Penyewaan rumah atau kamar, apartemen dan atau
serta fasilitas yang tekait dengan kegiatan fasilitas tempat tinggal lainnya yang tidak menyatu
perhotelan untuk tamu yang menginap; dan
dengan hotel; dalam hal ini apartmen yang tidak
b. Jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau
termasuk objek pajak adalah apartemen yang
pertemuan di hotel, rumah penginapan, motel,
digunakan lebih dari satu bulan dan tidak berlokasi
losmen dan hostel.
di lingkungan Hotel.
Berdasarkan pengertian diatas, penyewaan b. Pelayanan tinggal di asrama, dan pondok
ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel pesantren.
merupakan jasa di bidang perhotelan yang berarti c. Fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan
bukanlah menjadi objek PPh Pasal 4 (2) Final dihotel yang dipergunakan oleh bukan tamu hotel
melainkan merupakan objek Pajak Hotel. Namun dengan pembayaran.
akan berbeda penerapannya apabila penyewaan d. Pertokoan, perkantoran, perbankan, salon yang
ruangan bukan untuk kegiatan acara atau pertemuan, dipergunakan oleh umum di hotel
misalnya menyewakan ruangan kepada Bank untuk e. Pelayanan perjalanan wisata yang diselenggarakan
digunakan sebagai kantor oleh bank bersangkutan oleh hotel dan dapat dimanfaatkan oleh umum.
70 JURNAL MANAJEMEN PERHOTELAN, VOL. 4, NO. 2, SEPTEMBER 2008: 67-71

Sehubungan dengan objek pajak yang telah tidak dipenuhi, pajak yangterutang dihitung secara
diuraikan diatas dimana semuanya diatur dalam pasal jabatan, dan dikenakan sanksiadministrasi berupa
2, maka pada pasal 3 dinyatakan bahwa yang menjadi kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen)dari
Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan pokok pajak ditambah sanksi administrasi berupa
yang melakukan pembayaran di hotel. Wajib Pajak bungasebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari
Hotel adalah pengusaha hotel yang dalam hal ini pajak yang kurangatau terlambat dibayar untuk jangka
menerima sejumlah pembayaran. Sehingga dapat waktu paling lama 24 (duapuluh empat) bulan sejak
disimpulkan yang dimaksud wajib pajak untuk pajak saat terutangnya
hotel adalah orang atau badan yang membayar atas
pelayanan hotel dan pengusaha hotel. Dimana JATUH TEMPO DAN TATA CARA
pembayar hotel merupakan wajib pajak tidak PEMBAYARAN
langsung, sedangkan bagi pengusaha hotel merupakan
wajib pajak langsung karena merupakan wajib Dalam pelaksanaannya, saat jatuh tempo
pungut. Pengusaha hotel itu berkewajiban menyetor- pembayaran pajak ditetapkan oleh Kepala Daerah.
kan Pajak Hotel ini ke kas daerah. Pembayaran pajak dilakukan di Kas Daerah atau
Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai berupa uang tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah sesuai
yang dijadikan Dasar untuk menghitung Pajak yang waktu yang ditentukan dalamSKPD, SKPDKB,
terutang. Dasar Pengenaan Pajak dalam Pajak Hotel SKPDKBT dan STPD ;Pembayaran pajak dilakukan
ini adalah jumlah pembayaran yang dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah
(SSPD) dimana bentuk, jenis, isi dan ukuran Surat
penyewa ataupun pengguna kepada hotel.
Setoran Pajak Daerah(SSPD) ditetapkan oleh Kepala
Berdasarkan Pasal 35 UU No 28 Tahun 2009
Daerah
mengenai Pajak Daerah dan Resribusi Daerah, Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau
disebutkan bahwa Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling lunas namun dalam kasus tertentu, Kepala Daerah
tinggi adalah sebesar 10 % (sepuluh persen) dan dapat memberikan persetujuan untuk mengangsur
selanjutnya tarif tersebut akan ditetapkan dengan pajak terutang dalam jangka waktu tertentu, setelah
Peraturan Daerah. Pokok pajak terutang dihitung Wajib Pajak memenuhi persyaratan yang ditentukan ;
dengan cara mengalikan tarif pajak (10%) terhadap Angsuran pembayaran pajak harus dilakukan secara
dasar pengenaan pajaknya. teratur dan berurutan sesuai ketentuan yang berlaku,
Dalam tata cara pemungutan Pajak, Pengusaha dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen)
Hotel harus menambahkan Pajak Hotel atas sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang
pembayaran pelayanan di Hotel dengan mengenakan dibayar; Kepala Daerah dapat memberikan
tarif pajak. Apabila dalam pembayaran pelayanan di persetujuan kepada Wajib Pajak untuk menunda
Hotel, pengusaha tidak menambahkan pajak atas pembayaran pajak sampai batas waktu yang
pembayaran pelayanan maka dalam jumlah ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang
pembayaran dianggap telah termasuk Pajak Hotel. ditentukan dengan dikenakan bunga 2% (dua persen)
sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang
MASA PAJAK dibayar ; Persyaratan untuk dapat mengangsur dan
menunda pembayaran pajak serta tata cara
pembayaran angsuran dan ditetapkan oleh Kepala
Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada
Daerah.
saat pembayaran kepada Hotel sedangkan yang
dimaksudkan dengan masa pajak adalah jangka waktu KESIMPULAN
yang lamanya 1 (satu) bulan kalender. Dalam hal ini,
setiap Wajib Pajak wajib memiliki Pembukuan dan Jasa dalam bidang perhotelan yang meliputi
Wajib Pajak wajib menerima, mengisi dan penyewaan kamar dan fasilitas hotel yang dapat
menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah dinikmati oleh masyarakat umum dengan memberi-
(SPTPD) kepada Kepala Daerah selambat-lambatnya kan kontrapretasi berupa pembayaran merupakan
15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa Pajak; objek Pajak Daerah dan bukan merupakan objek
Apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka Pajak Penghasilan Pasal 4 (2) Final. Namun hal ini
waktu yang telah dan telah ditegursecara tertulis, akan tidak berlaku apabila penyewaan tersebut
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar merupakan penyewaan ruang yang dipunyai oleh
2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang hotel namun bukan merupakan fasilitas dari jasa
kurang atau terlambat dibayar, untuk jangka waktu perhotelan sehingga kegiatan penyewaan yang
paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak demikian akan menjadi objek Pajak Pertambahan
saat terutangnya ;Apabila kewajiban mengisi SPTPD Nilai dan Pajak Penghasilan Pasal 4 (2).
Widuri, Pajak Atas Jasa Bidang Perhotelan 71

DAFTAR PUSTAKA Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 28


Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Mardiasmo, 2009. Perpajakan, edisi revisi 2009. Restribusi Daerah.
Yogyakarta: Penerbit Andi. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 42
Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 09 Tahun Tahun 2009 tentang Perubahan ketiga atas
2003 tentang Pajak Hotel. Undang–Undang Nomor 8 Tahun 1983
Peraturan Pemerintah No 29 Tahun 1996 jo tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Peraturan Pemerintah No 5 Tahun 2002. Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah

Anda mungkin juga menyukai