Anda di halaman 1dari 7

A.

Revolusi: satu-satunya jalan keluar


Di dalam buku Isme-isme dewasa ini, karya Ebendtein, dkk.
menjelaskan mengapa pilihan revolusi menjadi satu-satunya jalan keluar yang
dipilih oleh Marx karena Marx melihat bahwasannya para pekerja atau para
kaum proletar hanya dimanfaatkan jerih upayanya untuk kepentingan para
kapitalis untuk mengumpulkan uang tanpa mempedulikan kesejahteraan dari
para pekerja tersebut. Maka karena hal itulah yang melandasi gagasan-
gagasan pemikiran Marx sebagai bentuk protes terhadap paham kapitalisme,
gagasan-gagasan tersebut dikenal dengan Marxisme, sebagaimana yang
dilansir dari marxist.co menurut Sewells, R., Woods, A. (2018, hlm. -)
memaparkan bahwa
Marxisme, atau Sosialisme ilmiah adalah sebutan untuk seperangkat
gagasan yang pertama dirumuskan oleh Karl Marx (1818-1883) dan
Friedrich Engels (1820-1883). Secara keseluruhan, gagasan-gagasan ini
menyediakan dasar teoritis yang sudah lengkap dijabarkan untuk
perjuangan kelas pekerja untuk mencapai bentuk masyarakat yang lebih
agung-sosialisme.

Namun keberadaan revolusi Marx ini rupanya ditentang oleh para


kaum kapitalis dengan alasan mereka menyebut dirinya sebagai pribadi
pemilik tanah dan kaum kapitalis industri tidak memiliki ketamakan yang
egoistis dalam usahanya menghalangi perubahan sosial. Hal ini membuat
Marx secara tegas menolak pendapat tersebut sehingga revolusi akhirnya tidak
dapat dihindari, hal ini menurut Ebendtein, dkk. (1994, hlm. 7) menyebutkan
bahwa justru karena mereka mengidentifikasikan nilai-nilainya dengan nilai-
nilai yang berlaku secara universal. Gagasan-gagasan Karl Marx ini dilandasi
dengan ilmu ekonomi karena menurut Karl Marx (dalam Magee, 2008, hlm.
164) memaparkan bahwa hal paling mendasar yang harus dilakukan manusia
agar dapat terus hidup adalah mendapatkan sarana untuk tetap bertahan hidup.
Apapun yang bisa menghasilkan pangan, sandang, papan bagi mereka, serta
untuk memenuhi kebutuhan dasar. Didukung oleh tulisan dilansir dari
marxist.co menurut Sewells, R., Woods, A. (2018, hlm. -) bahwasannya
adalah ekonomi, dalam analisis terakhir, yang menentukan kondisi-kondisi
hidup, kebiasaan dan kesadaran umat manusia.
Marx tidak dapat menemukan dalam sejarah suatu contoh dimana
suatu sistem sosial ekonomi yang berpengaruh dengan rela mengabdi pada
sistem penggantinya, sebagaimana yang dilansir dari marxist.co menurut
Sewells, R., Woods, A. (2018, hlm. -) filsafat Marxis menjelaskan bahwa
kekuatan pendorong sejarah bukanlah “Orang-Orang Besar” ataupun hal-hal
yang supernatural, namun tumbuh dari perkembangan kekuatan-kekuatan
produktif (industri, sains, teknik, dll.) Revolusi Marx ini berdasarkan
anggapan kaum komunis bahwa tujuan mereka dapat dicapai hanya dengan
merombak semua kondisi sosial yang ada dengan jalan kekerasan. Hal ini
sejalan dengan pendapat ortodoks Marxisme-Komunisme bahwa perubahan
sosial ekonomi yang mendasar tidak mungkin dicapai tanpa perang kelas,
kekerasan, dan revolusi. Maka dari itu dalam perekonomian masyarakat saling
bergantung karena munculnya spesialisasi kebutuhan yang berbeda dari setiap
individu, hal ini menjadikan produksi sarana hidup kini menjadi aktivitas
sosial bukan lagi aktivitas individu. Sebagaimana yang Marx ungkapkan
bahwa “Apa yang kulakukan seorang diri untuk penghidupanku menentukan
sebagian besar hal pokok dalam cara hidupku, dan sekaligus merupakan
kontribusiku terhadap masyarakat secara keseluruhan” Hal ini juga yang
kemudian menimbulkan konflik antar kelas hal ini sebagaimana yang
diungkapkan Marx dalam Communist Manifesto bahwa sejarah seluruh
masyarakat hingga sekarang merupakan sejarah perjuangan kelas.
Sejalan dengan pendapat-pendapat yang telah dipaparkan sebelumnya
maka benar terjadilah dua revolusi besar yang tidak begitu dihiraukan oleh
Marx yakni pada tahun 1832 terjadi Reform Act di Inggris dan Revolusi
Jackson di Amerika Serikat. Perubahan-perubahan di Inggris dan Amerika
Serikat ini lebih dari sekedar kemenangan politik, namun merupakan awal
dari pergeseran tetap dalam pembagian kekuasaan sosial ekonomi di kedua
negara. Namun sayangnya, dalam perubahan revolusi Marx ini hanya
dilandasi dengan ilmu ekonomi saja tanpa menyadari bahwa pentingnya faktor
politik dalam campur tangan revolusi ini, hal ini lah yang nantinya yang
membedakan Marxisme dengan Leninisme. Karena Marx berfikir bahwasanya
revolusi tidak perlu terjadi di beberapa negara yang secara politik sudah maju,
pemikirannya ini tentu mendapat tentangan dari kaum komunis salah satunya
Lenin. Dan juga Marx berfikir bahwa keunggulan ekonomi atas politik karena
seperti yang dilansir dari marxist.org menurut Lenin (dalam Collected Works,
1913, hlm. -) bahwasannya sistem ekonomi merupakan fondasi yang
diatasnya superstruktur politik didirikan. Hal ini bermakna bahwasannya
dalam produktivitas perekenomian suatu bangsa terdapat kepentingan politik
disebaliknya. Meski hal ini tidak disetujui oleh Lenin yang lebih berpendapat
bahwasannya Inggris dan Amerika Serikat telah menjadi semakin menindas,
otoriter, dan plutokratis.
Pendapat kaum komunis mengenai satu-satunya cara untuk melakukan
perubahan sosial adalah melalui revolusi, rupanya bertentangan dengan
doktrin Marx yang mana kondisi keberadaan manusia menentukan
kesadarannya, dan karena itu perubahan sosial tidaklah semata-mata
merupakan hasil kemauan dan pilihan yang bebas. Jika kondisi masyarakat
mengizinkan peralihan yang damai dari pemilikan alat-alat produksi secara
perorangan menjadi milik negara, penggunaan kekerasan dalam pengertian
Marx yang sesungguhnya, juga bertentangan dengan ajaran Marx sendiri.
Namun konsep komunis tentang revolusi dan kediktatoran universal sejalan
dengan teori marx tentang kesadaran hanya di dalam masyarakat di mana
kondisi-kondisi kehidupan sosial politiknya telah menciptakan kesangsian
umum mengenai kemungkinan terjadinya perubahan secara damai. Akan
tetapi, dengan berpegang teguh pada pendirian bahwa revolusi dan
kediktatoran universal sebagai satu-satunya jalan perubahan, kaum komunis
sesungguhnya memproklamasikan doktrin yang bukan Marxis lagi. Doktrin
ini mengandung pengertian bahwa terlepas dari kondisi historis, politik,
ekonomi, sosial, dan budaya, kesadaran yang tunggal dan seragam, yang
merupakan kredo kaum komunis dapat dipaksakan dimana saja, hanya dengan
kekerasan. Hal ini karena seperti yang dilansir dari marxist.org menurut Lenin
(dalam Collected Works, 1913, hlm. -) bahwasannya teori ekonomi yang
dijabarkan Marx menjelaskan posisi sebenarnya proletariat didalam sistem
kapitalisme. Dan karena menurut Marx masalah politik internasional karena
kekuatan dan kecenderungan ekonomi dianggap menentukan masalah-
masalah dunia.
Demikian pula terdapat dogma dari kalangan non-komunis yang ingin
sistem yang dianutnya dipraktekkan di seluruh dunia. Prefensi suatu
masyarakat untuk menjalankan perekonomian yang bersifat kapitalis bukanlah
masalah pilihan atau logika murni, melainkan merupakan dampak lingkungan
kesejarahan, warisan budaya, lembaga sosial, dan ideology politik dalam arti
lain bukan berasal dari kemauan individu melainkan budaya lingkungan yang
sudah mengakar. Meski “Filosofinya Mark merupakan filosofi materialism
terapan, yang mana membekali umat manusia khususnya kelas pekerja,
dengan alat-alat pengetahuan yang ampuh” (Lenin dalam Collected Works,
1913, hlm. -) hal-hal yang bersifat dogmatis seperti itu akan kalah dengan
perimbangan adat dan kebiasaan demokratis dan non-demokratis serta
perbedaan warna-warna budaya yang berbeda setiap negaranya.
B. Dari Marx hingga Lenin
Lenin selalu menganggap dirinya sebagai pengikut Marx yang setia,
namun ia memodifikasi Marxisme dalam penerapan praktisnya yang
revolusioner, modifikasinya itu menciptakan seperangkat pemikiran dan sikap
yaitu Marxisme-Leninisme yang mengkombinasikan beberapa pemikiran
Marx yang orisinal dengan berbagai reformulasinya yang disusun oleh Lenin.
Tujuan dari Marxisme-Leninisme ini agar pengembangan negara ke dalam
apa yang dianggap sebagai negara sosialis melalui kepemimpinan pelopor
revolusione terdiri dari revolusioner “professional” yang merupakan
kelompok-kelompok kecil yang terpenting dari para kelas pekerja yang datang
ke kesadaran sosialis sebagai akibat dari dialektika perjuangan kelas. Paham
Marxisme-Leninisme ini kemudian dijadikan ideologi politik yang dimiliki
Partai Komunis Uni Soviet dan Komintern. Menurut berbagaireviews, 2016,
hlm. – mengemukakan bahwa Istilah “Marxisme-Leninisme” sering
digunakan oleh mereka yang percaya bahwa warisan Lenin berhasil dibawa
kedepan oleh Joseph Stalin (Stalins). Namun, juga digunakan oleh beberapa
orang yang menolak aspek represif Stalinisme, seperti pendukung Nikita
Khrushchev. Berikut ini adalah perbadingan antara Lenin dan Marx:
MARX LENIN
Seorang ahli sarjana dan ahli polemik Seorang ahli organisasi, praktisi
politik, dan pemimpin.
Merubah dunia dengan pemikiran- Merebut kekuasaan yang baru sesuai
pemikirannya. dengan prinsip-prinsip komunis.
Tokoh Abad 19 Lahir Abad 19
Menggunakan suatu wawasan tentang Tumbuh ke arah kematangan dan
dunia yang khas dari abad 19 keunggulannya dalam abad 20, dan
sifat-sifatnya mencerminkan khas
abad 20
Keunggulan Ekonomi atas Politik Keunggulan Politik atas Ekonomi
Masalah politik internasional karena Melihat setiap masalah dalam
kekuatan dan kecenderungan perspektif globalnya.
ekonomi dianggap menentukan
masalah-masalah dunia.

Sesuai dengan jiwa zaman Marx yang dipengaruhi oleh abad 19 maka
pemikiran-pemikirannya pun demikian, karena terlalu terikat dengan
pemikiran ekonomi abad 19, Marx mengira bahwa revolusi komunis yang
pertama akan terjadi di Eropa Barat karena telah mengembangkan
perekonomian yang maju. Marx juga meyakini bahwas setiap negara pasti
melewati beberapa tahap kapitalisme sebelum suatu negara menjadi matang
untuk revolusi komunis. Sedangkan Lenin berfikir bahwa tugas
kepemimpinan komunis dan kaum revolusioner professional adalah
menyerang dan menghancurkan sistem sosial dan politik yang ada dalam
kondisinya yang paling lemah di negara-negara yang perekonomiannya belum
maju seperti di Eropa, Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
Kritik Lenin terhadap pemikiran Marx bahwa ia setuju apabila
revolusi komunis itu merupakan keniscayaan, tetapi mengapa harus
menunggu sampai kapitalisme matang, mengapa tidak menghancurkan
kapitalisme pada saat kondisinya secara politik paling lemah. Kritikannya itu
dilandasi dengan pola pikir yang dibangunnya sebagai orang Rusia. Lenin
meyakini bahwa dengan kekuatan perlawanan yang relatif kecil tapi
berdisiplin tinggi dan terorganisasi dengan baik kekuasaan dapat direbut dari
aparat sistem yang ada. Ia menganalogikannya dengan kondisi di negaranya
yang mana kekuatan kecil dari tentara dan aparat polisi dapat mengontrol
massa rakyat yang begitu besar dan tidak teorganisasi. Selain itu Marx juga
memiliki prasangka yang khas abad 19 yakni Eropa merupakan pusat dunia
dan wilayah terkebalakang lainnya hanyalah wilayah tambahan kolonial untuk
negara-negara besar Eropa. Lenin sadar betul, sebagai seorang Russia yang
satu kakinya berada di Asia ia tidak terlibat dalam kesombongan bangsa
Eropa ini. Sebaliknya, Lenin sebagai seorang jenius politik melihat
bahwasannya komunisme pertama-pertama akan ditegakkan di negara
terkebalakang sebelum inti dari perlawanan antikomunis yaitu Eropa Barat
dan Amerika Utara dijatuhkan. Diantara keduanya tidak hanya ada perbedaan
pandangan saja tetapi juga memiliki persamaan keyakinan bahwasannya
sama-sama yakin akan keniscayaan kemenangan komunisme di seluruh dunia.
Tetapi keyakinan yang sama ini ditandai oleh perbedaan-perbedaan yang
berarti. Marx mengharapkan bahwa revolusi komunis akan mengarah kepada
diktator proletariat yakni suatu masyarakat yang pada intinya terikat secara
ekonomi, menguasai kaum borjuois, dan yang pada dasarnya juga merupakan
kategori ekonomi. Tujuannya untuk menghancurkan sisa-sisa terakhir dari
kapitalisme. Sedangkan pandangan Lenin dilihat dari sudut pandang politik
mengenai diktator adalah diktator komunis atas kaum proletar, karena ia
kurang yakin bahwa kaum buruh memiliki pemahaman politik atau
kemampuan organisasi yang sesewaktu dapat digunakan untuk menjamin
eksistensi dan perluasan suatu negara komunis.
Marx percaya bahwa komunisme di suatu negara tertentu akan
didahului oleh krisis ekonomi dalam negeri dan setiap negaranya akan
mengembangkan gerakan revolusionernya sendiri tatkala kondisi yang ada
“secara objektif matang”. Sedangkan Lenin memiliki pandangan yang lebih
universal bahwa dengan menggabungkan universalitas dengan kepentingan
nasional Russia.
C. DAFTAR PUSTAKA
Sekar (Penerjemah), Sewell, R., & Woods, A. (2018). Apa itu Marxisme?
(Bagian Pertama: Materialisme Dialektis). [Online]. Diakses dari:
https://www.marxist.com
Ebendtein, W., Fogelman, E., & Jemadu, A. (1994). Isme-isme Dewasa ini.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Bryan, M. (2008). The Story of Philsophy. Yogyakarta: Kanisius.
Lembaga Penerbitan, Pendidikan, dan Pengembangan Pers Mahasiswa
(Penerjemah), Lenin, V., I. (1913). Tiga Sumber dan Tiga Komponen
Marxisme [1]. [Online]. Diakses dari: https://www.marxist.com. Dari
Collected Works, (19), hlm. 23-28.
Berbagireviews. (2016). Pengertian Marxisme-Leninisme. [Online]. Diakses
dari: berbagaireviews.com

Anda mungkin juga menyukai