HALUSINASI
A. Definisi
1. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa
stimulus yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang
tidak nyata tanpa stimulus/rangsangan dari luar (Stuart, 2007).
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori tebtang suatu
objek atau gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa ada
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem pengindraan
(Ermawati, 2009).
Halusinasi merupakan persepsi yang salah tentang suatu objek,
gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya pengaruh
rangsangan dari luar yang terjadi pada semua sistem pengindraan dan
hanya dirasakan oleh klien tetapi tidak dapat di buktikan dengan nyata
dengan kata lain objek tersebut tidak ada secara nyata (Erlinafsiah,
2010).
2. Macam-Macam Halusinasi
Menurut Erlinafsiah (2010), halusinasi terdiri dari enam jenis yaitu :
a. Pendengaran
Ditandai dengan mendengar suara, terutama suara-suara
orang, biasanya klien mendengar suara-suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu.
b. Penglihatan
Ditandai dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambar geometric, gambar kartun dan panorama
yang luas kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau
menakutkan.
c. Penghidung
Ditandai dengan adanya bau busuk, amis, dan bau yang
menjijikan seperti : darah, urine, atau feces. Kadang-kadang terhirup
bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang
dan dementia.
d. Perabaan
Ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
e. Pengecapan
Ditandai dengan meraskan sesuatu busuk. Amis dan
menjijikkam.
f. Sinestetik
Ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau
pembentukan urine.
2) Faktor Presipitasi
Menurut Stuart ( 2007) faktor presipitasi terjadinya gangguan
halusinasi adalah
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak ,
yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada
mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk di interpretasikan
2. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stresss yang berinteraksi
terhadaap stressor lingkungan untuk mennetukan terjadinya
gangguan prilaku
3. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor
2. Rentang Respon
Rentang Respon Neurobiologis menurut Stuart dan Laria 2001
Keterangan Gambar
a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma
norma sosial budaya yang berlaku . Dengan kata lain
individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi
suatu masalah akan dapat memecahkan masalah
tersebut ,
1. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada
kenyataan
2. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada
kenyataan
3. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan
yang timbul dari pengalaman ahli
4. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang
masih dalam batas kewajaran
b. Respon Psikososial meliputi
1. Proses pikir terganggu adalah proses fikir yang
menimbulkan gangguan
2. Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang
salah tentang penerapan yang benar benar terjadi
(objek nyata) karena rangsangan panca indra
3. Emosi berlebihan atau berkurang
4. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku
yang melebih batas kewajaran
5. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari
interaksi dengan orang lain
c. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam
menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-
norma sosial budaya dan ligkungan , adapn respon
maladaptif meliputi :
1. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain
dan bertentangan dengan kenyataan sosial
2. Halusinasi merupakan persepsisensori yang salah
atau persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak
ada
3. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu
yang timbul dari hati
4. Perilaku yang tidak terorganisir merupakan sesuatu
yang tidak teratur
5. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami
oleh individu dan diterima sebagai ketentuan oleh
orang lain dans ebagai suatu kecelakaan yang negatif
mengancam
3. Fase – Fase Halusinasi
Fase halusinasi Karakteristik Perilaku Klien
Fase I Klien mengalami ansietas - Tersenyum , tertawa yag tidak
Conforting Ansietas ,kesepian,rasa bersalah dan takut . sesuai
sedang halusinasi mencoba untuk berfokus pada fikiran - Menggerakan bibir tanpa suara
menyenangkan yang menyenangkan untuk meredakan - Pergerakan mata yang cepat
‘’Menyenangkan” asnisetas - Respon verbal yang lambat
Individu mengenali bahwa pikiran dan - Diam, dipenuhi rasa yang
pengalaman sensori dalam kendali mengasyikan
kesadaran jika ansietas dapat ditangani
(non psikotik)
Fase II Pengalaman sensori menjijikan dan - Meningkatkan tanda-tanda
Condemning Ansietas menakutkan klien lepas kendali dan sistem saraf otonom akibat
berat halusinasi menjadi mungkin mencoba untuk mengambil ansietas (Nadi,RR,TD)
menjijikan jarak dirinya dengan sumber yang meningkat
‘’Menyalahkan’’ dipersepsikan . klien mungkin - Penyempitan kemampuan
mengalami dipermalukan oleh untuk konsentrasi
pengalaman sensori dan menarik diri - Asyik dengan pengalaman
dari orang lain sensori dan kehilangan
Psikotik Ringan. kemampuan membedakan
halusinasi dan realita
Kerusakan Komunikasi
Perilaku kekerasan
Effect
Isolasi Sosial
Causa
Gambar 2.1
Pohon Masalah
SP 2
- Evaluasi kemampuan SP1
- Latih keluarga merawat klien
- Jadwal keluarga untuk merawat pasien
SP 4
- Evaluasi kemampuan keluarga (SP1,2)
- Evaluasi kemampuan klien
- RTL Keluarga
- Follow Up
- Rujukan
(Ermawati Dalami, S.Kp, 2009)
6. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus
pada respon klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan, evaluasi
dapat dibagi dua jenis yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan
selesai melaksanakan tindakan, evaluasi somatif atau hasil dilakukan
dengan membandingkan respon klien pada tujuan umum dan tujuan
khusus yang telah ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
SOAP sebagai pola pikir.
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
O: Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A : Analisa ulang terhadap data subjektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada
data kontradiksi dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon klien. (Ermawati Dalami, S.Kp, 2009).
1. Evaluasi pasien
a. Setelah 2x pertemuan klien dapat menyebutkan isi waktu
frekuensi, situsi pencetus perasaan dan mampu
memperagakan cara mengontrol halusinasi.
b. Setelah 1x pertemuan klien mampu menyebutkan kegiatan
yang sudah dilakukan dan mampu menjadwal kegiatan
sehari-hari dan mampu memperagakan.
c. Setelah 1x pertemuan klien mampu menyebutkan kegiatan
yang sudah dilakukan dan menjadwal kegiatan sehari-hari.
d. Setelah 1x pertemuan pasien mampu menyebutkan kegiatan
yang sudah dilakukan dan mampu menyebutkan manfaat
dan dari program.
2. Evaluasi keluarga
a. Setelah 1x pertemuan klien mampu menjelaskan tentang
halusinasi.
b. Setelah 1x pertemuan keluarga mampu menyebutkan
kegiatan yang sudah dilakuan dan mampu memperagakan
cara merawat serta membuat RTL.
c. Setelah 1x pertemuan keluarga mampu menyebutkan
kegiatan yang sudah dilakukan dan melaksanakan Pollow Up
dan tujuan.