Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI
A. Definisi
1. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa
stimulus yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang
tidak nyata tanpa stimulus/rangsangan dari luar (Stuart, 2007).
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori tebtang suatu
objek atau gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa ada
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem pengindraan
(Ermawati, 2009).
Halusinasi merupakan persepsi yang salah tentang suatu objek,
gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya pengaruh
rangsangan dari luar yang terjadi pada semua sistem pengindraan dan
hanya dirasakan oleh klien tetapi tidak dapat di buktikan dengan nyata
dengan kata lain objek tersebut tidak ada secara nyata (Erlinafsiah,
2010).
2. Macam-Macam Halusinasi
Menurut Erlinafsiah (2010), halusinasi terdiri dari enam jenis yaitu :
a. Pendengaran
Ditandai dengan mendengar suara, terutama suara-suara
orang, biasanya klien mendengar suara-suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu.
b. Penglihatan
Ditandai dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambar geometric, gambar kartun dan panorama
yang luas kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau
menakutkan.
c. Penghidung
Ditandai dengan adanya bau busuk, amis, dan bau yang
menjijikan seperti : darah, urine, atau feces. Kadang-kadang terhirup
bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang
dan dementia.
d. Perabaan
Ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
e. Pengecapan
Ditandai dengan meraskan sesuatu busuk. Amis dan
menjijikkam.
f. Sinestetik
Ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau
pembentukan urine.

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Etiologi
1) Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi yang
menyebabkan halusinasi adalah :
1. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak
mampu mandiri sejak kecil , mudah frustasi, hilang percaya diri
dan lebih rentan terhadap stress
2. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan nya
sejak bayi akan merasa disingkirkan,kesepian,dan tidak percaya
pada lingkungannya
3. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Adanya stress yang berlebihan dialami seseorag maka di dalam
tubuh akan di hasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan resfon neurobiologis yang maladaptif baru mulai di
pahami. Ini ditunjukan oleh penelitian – penelitian yang berikut :
a. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan
otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi
pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan
dengan prilaku psikotik
b. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter
yang berlebihan dan masalah pada sistem reseptor dopamin
dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia
c. Pembesaran ventrikel dan penurunan masa kortikal
menunjukan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis
ditemukan pelebaran lateral ventrikel , atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum) . temuan kelainan
anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi ( post-mortem)
4. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab
mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif . hal ini
berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam mengambil
keputusan yang tepat demi masa depannya . Klien lebih memilih
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5. Faktor Genetik Dan Pola Asuh
Penelitian menunjukan bahwa anak sehat yang di asuh
oleh orang tua yang skizofrenia cenderung mengalami
skizofrenia. Hasil studi menunjukan bahwa faktor keluarga
menunjukan hubungan yang sangat berpengaruh pada
penyakit ini.

2) Faktor Presipitasi
Menurut Stuart ( 2007) faktor presipitasi terjadinya gangguan
halusinasi adalah
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak ,
yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada
mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk di interpretasikan
2. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stresss yang berinteraksi
terhadaap stressor lingkungan untuk mennetukan terjadinya
gangguan prilaku
3. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor

2. Rentang Respon
Rentang Respon Neurobiologis menurut Stuart dan Laria 2001
Keterangan Gambar
a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma
norma sosial budaya yang berlaku . Dengan kata lain
individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi
suatu masalah akan dapat memecahkan masalah
tersebut ,
1. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada
kenyataan
2. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada
kenyataan
3. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan
yang timbul dari pengalaman ahli
4. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang
masih dalam batas kewajaran
b. Respon Psikososial meliputi
1. Proses pikir terganggu adalah proses fikir yang
menimbulkan gangguan
2. Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang
salah tentang penerapan yang benar benar terjadi
(objek nyata) karena rangsangan panca indra
3. Emosi berlebihan atau berkurang
4. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku
yang melebih batas kewajaran
5. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari
interaksi dengan orang lain
c. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam
menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-
norma sosial budaya dan ligkungan , adapn respon
maladaptif meliputi :
1. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain
dan bertentangan dengan kenyataan sosial
2. Halusinasi merupakan persepsisensori yang salah
atau persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak
ada
3. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu
yang timbul dari hati
4. Perilaku yang tidak terorganisir merupakan sesuatu
yang tidak teratur
5. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami
oleh individu dan diterima sebagai ketentuan oleh
orang lain dans ebagai suatu kecelakaan yang negatif
mengancam
3. Fase – Fase Halusinasi
Fase halusinasi Karakteristik Perilaku Klien
Fase I Klien mengalami ansietas - Tersenyum , tertawa yag tidak
Conforting Ansietas ,kesepian,rasa bersalah dan takut . sesuai
sedang halusinasi mencoba untuk berfokus pada fikiran - Menggerakan bibir tanpa suara
menyenangkan yang menyenangkan untuk meredakan - Pergerakan mata yang cepat
‘’Menyenangkan” asnisetas - Respon verbal yang lambat
Individu mengenali bahwa pikiran dan - Diam, dipenuhi rasa yang
pengalaman sensori dalam kendali mengasyikan
kesadaran jika ansietas dapat ditangani
(non psikotik)
Fase II Pengalaman sensori menjijikan dan - Meningkatkan tanda-tanda
Condemning Ansietas menakutkan klien lepas kendali dan sistem saraf otonom akibat
berat halusinasi menjadi mungkin mencoba untuk mengambil ansietas (Nadi,RR,TD)
menjijikan jarak dirinya dengan sumber yang meningkat
‘’Menyalahkan’’ dipersepsikan . klien mungkin - Penyempitan kemampuan
mengalami dipermalukan oleh untuk konsentrasi
pengalaman sensori dan menarik diri - Asyik dengan pengalaman
dari orang lain sensori dan kehilangan
Psikotik Ringan. kemampuan membedakan
halusinasi dan realita

Fase III Klien berhenti atau menghentikan - Lebih cenderung mengikuti


Controlling Ansietas berat perlawanan terhadap halusinasi dan petunjuk halusinasinya
pengalaman sensori menyerah pada halusinasi tersebut . isi - Kesulitan berhubungan dengan
menjadi berkuasa halusinasi menjadi menarik , klien orang lain
‘’mengendalikan’’ mungkin mengalami pengalaman - Rentang perhatian hanya dalam
kesepian jika sensori halusinasi berhenti beberapa menitt atau detik
. - Gejala fisik ansietas berat
Psikotik . Berkeringat ,tremor,tidak
mampu mengikuti petunjuk
Fase IV Pengalaman sensori menjadi - Prilaku teror akibat panik
Conquering panik mengancam jika klien mengikuti - Potensial suicide atau homicide
umumnya menjadi perintah halusinasi . halusinasi berakhir - Aktivitas fisik merefleksikan isi
menebur dalam dari beberapa jam atau hari jika ada halusinasi seperti kekerasan
halusinasi nya intervensi terapeutik ,agitasi,menarik diri,katatonia
Psikotik Berat
- Tidak mampu merespon
terhadap periintah yang
kompleks
- Tidak mampu merespon >1
orang
4. Tanda dan Gejala Halusinasi
Menurut Lilik Ma’rifatul Azizah (2016), tanda dan gejala halusinasi
penting perlu diketahui oleh perawat agar dapat menetapkan masalah
halusinasi, antara lain :
a. Berbicara, tertawa dan tersenyum sendiri
b. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
c. Berhenti berbicara sesaat ditengah-tengah kalimat untuk
mendengarkan sesuatu
d. Disorientasi
e. Tidak mampu atau kurang konsentrasi
f. Cepat berubah pikiran
g. Alur pikir kacau
h. Respon yang tidak sesuai
i. Menarik diri
j. Suka marah dengan tiba-tiba dan menyerang orang lain tanpa
sebab
k. Sering melamun
5. PATHWAY HALUSINASI

Kerusakan Komunikasi

Bicara , tersenyum, tertawa sendiri


Konsentrasi mudah berubah,kekacauan arus fikir
Resiko mencederai diri,
orang lain dan lingkungan

Perubahan Proses Pikir, Arus, Bentuk,Isi

Mendengar bisikan yang menyuruh membunuh


Mempengaruhi Neurotransmitter otak

Stimulus SSO, Internal Meningkat, Perubahan persepsi sensori :


Halusinasi
Eksternal Menurun

Tidak Peduli Pada Lingkungan Sekitar Merangsang Keluarnya zat Halusinogen

Fokus Pada Diri Sendiri

HDR Koping Maladaptif


C. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Pada tahap ini ada beberapa faktor yang perlu di eksplorasi
baik pada klien sendiri maupun keluarga berkenaan dengan
kasus halusinasi yang meliputi :
1) Faktor Predisposisi
a. Faktor Genetis
Telah diketahui bahwa secara genetis skizofrenia
diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu .
namun demikian kromosom yang keberapa yang
menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang
masih dalam tahap penelitian. Diduga kromosom
skizofrenia ada kromosom gangguan dengan
kontribusi genetis tambahan nomor 4,8,15, dan 22
b. Faktor Biologis
Adanya gangguan pada otak menyebabkan
timbulnya respon neurobiological maladaptive. Peran
pre frontal dan limbik cortices dalam regulasi stress
berhubungan dengan aktivitas dopamine . saraf pada
fre frontal penting untuk memori , penurunan neuro
pada area ini dapat menyebabkan kehilangan asosiasi
c. Faktor Presipitasi Psikologis
Keluarga,pengasuh,lingkungan. Pola asuh anak
adekuat. Pertengkaran orang tua,penganiayaan,
tindak kekerasan
d. Sosial Budaya
Kemiskinan , konflik sosial budaya, peperangan
dan kerusuhan
2) Faktor Presipitasi
1. Biologi
Berlebihnya proses informasi pada sistem syaraf
yang menerima dan memproses informasi di thalamus
dan frontal otak. Mekanisme penghantaran listrik di
syaraf terganggu (mekanisme gatthing abnormal
2. Stress lingkungan
3. Gejala gejala pemicu seperti kondisi kesehatan
,lingkungan,sikap,dan prilaku
a. Kesehatan meliputi nutrisi yang kurang, kurang
tidur, kelelahan,infeksi,obat-obat sistem syaraf
pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan
b. Lingkungan meliputi lingkungan yang memusuhi
,kritis rumah tangga,kehilangan kebiasaan hidup,
perubahan kebiasaan hidup, pola aktifitas sehari-
hari, kesukaran dalam berhubungan dengan
orang lain, isolasi sosial,kurangnya dukungan
sosial, tekanan kerja (kurang keterampilan dalam
bekerja) stigmasisasi,kemiskinan,kurangnya alat
transportasi ,dan ketidak mampuan mendapat
pekerjaan
c. Sikap atau prilaku seperti harga diri rendah ,putus
asa, merasa gagal , kehilangan kendali diri,
(demoralisasi) ,merasa punya kekuatan,tidak
dapat memenuhi kebutuhan spiritualatau merasa
malang,bertindak seperti orang lain dari segi usia
atau budaya , rendahnya kemampuan sosialisasi,
perilaku agresif, perilaku kekerasan.
3) Pemeriksaan Fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat
badan , dan tanyakan apakah ada keluhan fisik yang
dirasakan klien
4) Psikososial
1. Genogram
Pembuatan genogram minimal 3 generasi yang
menggambarkan hubungan klien dengan keluarga,
masalah yang terkait dengan komunikasi,
pengambilan keputusan, pola asuh , pertumbuhan
individu dan keluarga
2. Konsep Diri
a. Gambaran Diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya,
bagian tubuh yang disukai, reaksi klien terhadap
bagian tubuh yang disukai dan bagian tubuh yang
tidak disukai
b. Identitas Diri
Klien dengan halusinasi tidak puas akan dirinya
sendiri merasa bahwa klien tidak berguna
c. Fungsi Peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan
/ kelompok masyarakat , kemampuan klien dalam
melaksanakan fungsi atau perannya , dan bagaimana
perasaan klien akibat perubahan tersebut . pada klien
halusinasi bisa berubah atau berhenti fungsi peran
yang disebabkan penyakit , trauma akan masa lalu,
menarik diri dari orang lain, perilaku agresif
d. Ideal Diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal
,posisi tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau
sekolah, harapan klien terhadap lingkungan , harapan
klien tehadap penyakitnya, pada kkien yang
emngalami halusinasi cenderung tidak perduli dengan
diri sendiri maupun sekitarnya
e. Harga Diri
Klien yang mengalami halusinasi cenderung
menerima diri tanpa syarat meskipun telah melakukan
kesalahan, kekalahan dan kegagalan ia tetap merasa
dirinya sangat berharga
3. Hubungan Sosial
Tanyakan siapa orang trdekat di kehidupan klien
tempat mengadu,berbicara,minta bantuan, atau
dukungan. Serta tanyakan organisasi yang diikuti
dalam kelompok / masyarakat . klien dengan
halusinasi cenderung tdak emmpunyai orang terdekat
dan jarang mengikuti kegiatan di masyarakat . lebih
senang menyendiri dan asyik denga nisi halusinasinya
4. Spiritual
Nilai dan keyakinan , kegiatan ibadah / menjalankan
keyakinan ,kepuasan dalam menjalankan keyakinan,
apakah isi halusinasinya mempengaruhi keyakinan
klien dengan Tuhannya
5) Status Mental
1. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai
ujung kaki . pada klien dengan halusinasi mengalami
deficit perawatan diri (penampilan tidak rapi
,penggunaan pakaian tidak sesuai ,cara berpakaian
tidak seperti biasanya, rambut seperti tidak pernah
disisir ,gigi kuning, , kuku panjang dan hitam , raut
wajah Nampak takut , kebingungan , dan cemas
2. Pembicaraan
Klien dengan halusinasi cenderung suka berbicara
sendiri , ketika diajak bicara tidak focus, terkadang
yang dibicarakan tidak masuk akal
3. Aktivitas Motoric
Klien dengan halusinasi tampak gelisah, kelesuan,
ketegangan, tremor, klien terlihat sering menutup
telinga , menunjuk-nunjuk kearah tertentu .
menggaruk garuk permukaan kulit, sering meludah,
menutup hidung .
4. Afek emosi
Pada klien halusinasi tingkat emosi lebih tinggi
,prilaku agresif, ketakutan yang berlebih,eforia
5. Interaksi selama wawancara
Klien dengan halusinasi cenderung tidak kooperatif
dan kontak mata kurang
6. Persefsi sensori
a. Jenis-jenis halusinasi
- Halusinasi visual
- Halusinasi suara
- Halusinasi pengecap
- Halusinasi kinestetik
- Halusinasi visceral
- Halusinasi perintah
b. Waktu
Perawat juga perlu mengkaji waktu
munculnya halusinasi yang dialami pasien .kapan
halusinasi terjadi ? apakah pagi, sore,siang,malam
? jika muncul pukul berapa ?
c. Frekuensi
Frekuensi terjadinya apakah terus menerus
atau hanay sesekali , kadang , jarang , atau sudah
tidak muncul lagi , dengan mengetahi frekuensi
halusinasi dapat dilakukan tindakan untuk
mencegah terjadinya halusinasi
d. Situasi Yang Menyebabkan Munculnya Halusinasi
Situasi terjadinya apakah ketika sendiri
ataukah , atau setelah terjadi kejadian tersebut, hal
ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus
pada waktu terjadi halusinasi, menghindari situasi
yang menyebabkan munculnya halusinasi
e. Respon Terhadap Halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan
pasien ketika halusinasi itu muncul perawat dapat
menanyakan kepada pasen hal yang di rasakan
saat halusinasi itu timbul , bisa juga dilihat dengan
mengobservasi pasien saat halusinasi itu timbul
7. Proses Berfikir
a. Bentuk Fikir
Mengalami dereistik yaitu bentuk pemikiran
yang tidak sesuai dengan kenyataan yanga da
atau tidak mengikuti logika secara umum .
b. Isi Fikir
Selalu merasa curiga terhadap sesuatu hal
dan depersonalisasi yaitu perasaan aneh/
asing terhadap diri sendiri,orang lain dan
sekitarnya berisikan keyakinan berdasarkan
penilaian non realistis
8. Tingkat Kesadaran
Pada klien halusinasi sering kali merasa bingung ,
apatis (acuh tak acuh)
9. Memori
a. Daya ingat jangka panjang mengingat kejadian
masa lalu lebih dari 1 bulan
b. Daya ingat jangka menengah dapat mengingat
kejadian yang terjadi 1 minggu terakhir
c. Daya ingat jangka panjang dapat mengingat
kejadian yang terjadi saat ini
10. Tingkat Konsentrasi Berhitung
Pada klien dengan halusinasi tidak dapat
berkonsentrasi dan dapat menjelaskan kembali
pembicaraan yang baru saja dibicarakan dirinya /
orang lain
11. Kemampuan Penilaian Mengambil Keputusan
a. Gangguan ringan : dapat mengambil keputusan
secara sederhana baik dibantu orang lain/tidak.
b. Gangguan bermakna : tidak dapat mengambil
keputusan secara sederhana baik dibantu orang
lain/tidak
12. Daya Tilik Diri
Pada klien halusinasi cenderung mengigkari
penyakit yang diderita : klien tidak menyadari gejala
penyakit gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi )
pada dirinya dan merasa tidak perlu minta pertolongan
/ klien menyangkal keadaan penyakitnya , klien tidak
mau bercerita tentang penyakitnya
6) Kebutuhan Perencanaan Pulang
1. Kemampuan Klien Memenuhi Kebutuhan
Tanyakan apakah klien mampu atau tidak mampu
memenuhi kebutuhannya sendiri
2. Kegiatan Hidup Sehari-Hari
a. Perawatan diri
Pada klien halusinasi tidak mampu melakukan
kegiatan hidup sehari-hari seperti mandi, ganti
pakaian secara mandiri perlu bantuan minimal
b. Tidur
Klien halusinasi cenderung tidak dapat tidur
berkualitas karena kegelisahan ,kecemasan,akan
hal yang tidak realita
3. Kemampuan Klien Lain-Lain
Klien tidak dapat mengantisipasi kebutuhan
hidupnya ,dan membuat keputusan
4. Klien Memiliki Sistem Pendukung
Klien halusinasi tidak memiliki dukungan dari
keluarga mapun orang sekitarnya karena kurangnya
penegtahuan keluarga bisa menjadi penyebab
.klien dengan halusinasi tidak mudah percaya
terhadap orang lain selalu merasa curiga
5. Klien Menikmati Saat Bekerja/Kegiatan Produktif/Hobi
Klien halusinasi merasa menikmati pekerjaan
,kegiatan yang produktifkarena ketika klien melakukan
kegiatan berkurangnya pandangan kosong .
7) Mekanisme Koping
Biasanya pada klien halusinasi cenderung
berprilaku maladaptif ,seperti mencederai diri sendiri dan
orang lain disekitarnya . Malas beraktifitas ,perubahan
suatu persepsi dengan berusaha mengalihkan tanggung
jawab kepada orang lain ,mempercayai orang lain, dan
asyik dengan stimulus internal .
8) Masalah Psikososial Dan Lingkungan
Biasanya pada klien halusinasi mempunyai
masalah dimasa lalu dan mengakibatkan dia menarik diri
dari masyarakat dan orang terdekat .
9) Aspek Pengetahuan
Pada klien halusinasi kurang mengetahui tentang
penyakit jiwa karena tidak merasa hal yang dilakukanya
dalam tekanan
10) Daya Tilik Diri
Mengingkari penyakit yang diderita : klien tidak
menyadari gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi)
pada dirinya dan merasa tidak perlu minta pertolongan /
klien menyangkal keadaan penyakitnya.
11) Aspek Medis
Memberikan penjelasan tentang diagnostic medis
dan terapi medis . pada klien halusinasi terapi medis
seperti Haloperidol (HLP),Clapromazine ( CPZ)
,Trihexypenidil (THP)
2. Pohon Masalah
Berdasakan pengkajian di atas, maka dapat disusun pohon
masalahnya sebagai berikut :

Perilaku kekerasan
Effect

Gangguan sensori persepsi halusinasi


Core Problem

Isolasi Sosial
Causa

Gambar 2.1
Pohon Masalah

Sumber, (Damaiyanti, 2012 )


3. Diagnosa Keperawatan
a. Perilaku kekerasan
b. Gangguan persepsi sensori halusinasi
c. Isolasi sosial
4. Perencanaan Keperawatan

Tabel 2.1 Rencana Asuhan Keperawatan


Perecanaan
Diagnosa Keperawatan Rasionalisasi
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
1 2 3 4 5 6
1 Gangguan 1. Membina Setelah 2x SP1 1. Dengan membina
Persepsi Sensori hubungan pertemuan klien 1. Terbina hubungan hubungan saling
Halusinasi saling dapat saling percaya percaya diharapkan
percaya menyebutkan isi 2. Bantu pasien klien dapat
2. Pasien waktu frekuensi, mengenal halusinasi mengungkapkan
mengenali situsi pencetus a. Isi masalahnya
halusinasi perasaan dan b. Waktu terjadinya 2. Dengan pasien
yang dialami mampu c. Frekuwensi mengenali halusinasi
3. Pasien dapat memperagakan diharapkan klien
d. Situasi pencetus
mengontrol cara mengontrol menyadari bahwa
e. Perasaan saat terjadi
halusinasi halusinasi yang didengar adalah
halusinasi
4. Pasien bohong/tidak ada dan
3. Latihan mengontrol
mengikuti mengarahkan klien ke
halusinasi dengan cara
program arah yang lebih nyata
menghardik, tahapan
pengobatan tindakannya meliputi : 3. Dengan melatih klien
secara mengontrol
a. Menjelaskan
optimal halusinasi dengan
cara menghardik
cara menghardik
halusinasi
dapat memutus
b. Memperagakan
halusinasinya
cara menghardik
Dengan memasukkan
kegiatan klien
diharapkan dapat
mengurangi frekuensi
1 2 3 4 5 6
c. Memantau datangnya halusinasi dan
penerapan cara melatih pasien agar
d. Masukan terbisa dengan
dalam jadwal menghardik halusinasi.
kegiatan klien
Setelah 1x SP2 1. Dengan
pertemuan klien 1. Evaluasi kegiatan mengevaluasi
mampu yang lalu (SP1) kegiatan di SP1 dapat
menyebutkan 2. Melatihan berbicara mengetahui apakah
kegiatan yang atau bercakap klien sudah mampu
sudah dilakukan dengan orang lain mengontrol
dan mampu saat halusinasi halusinasinya dengan
menjadwal muncul cara menghardik
kegiatan sehari- 3. Masukkan dalam
hari dan mampu jadwal kegiatan 2. Dengan melatih klien
memperagakan pasien mengontrol
halusinasinya dengan
cara menghardik atau
berbicara bercakap-
cakap dengan orang
lain pada saat
muncul, perhatian
klien dapat teralihkan
dan halusinasinya
akan hilang
1 2 3 4 5 6
Setelah 1x SP 3 1. Dengan
pertemuan 1. Evaluasi kegiatan mengevaluasi
klien mampu (SP1 dan SP2) kegiatan yang lain
menyebutkan 2. Melatih kegiatan akan mengetahui
kegiatan yang agar keberhasilan klien
sudah halusinasinya dan
dilakukan dan tidak muncul mengingatkannya
menjadwal terhadapnya sendiri
kegiatan sehari a. Menjelaskan, 2. Dengan melatih
– hari pentingnya kegiatan diharapkan
aktivitas yang dapat membantu
teratur untuk pasien
mengatasi mengendalikan
halusinasinya halusinasi
b. Mendiskusikan
aktivitas yang
biasa dilakukan
oleh pasien
c. Meneruskan
jadwal kegiatan
sehari -hari sesuai
dengan aktivitas
(pagi, siang, sore,
malam).
d. Memantau
pelaksanaan
jadwal kegiatan
1 2 3 4 5 6
Setelah 1x SP 4 1. Dengan
pertemuan 1. Evaluasi (SP 1, 2 mengevaluasi
pasien mampu dan 3) kegiatan yang lalu
menyebutkan 2. Tanyakan akan mengetahui
kegiatan yang program keberhasilan klien
sudah pengobatan dan
dilakukan dan a. Jelaskan mengingatkannya
mampu pentingnya kembali
menyebutkan pengobatan 2. Dengan
manfaat dan obat pada menanyakan
dari program gangguan jiwa program pengobatan
b. Jelaskan akibat klien bisa melatih
berhenti minum untuk menggunakan
obat obat teratur
c. Jelaskan cara 3. Agar klien
mendapatkan mengetahua cara
obat menggunakan obat
3. Jelaskan dengan benar
pengobatan 5B 4. Supaya minum obat
4. Latih pasien tepat waktu
minum obat
5. Masuk dalam jadwal
1 2 3 4 5 6
Keluarga : Setelah 1x SP 1 1. Dengan
dapat merawat pertemuan 1. Identifikasi mengidentifikasi
klien klien mampu masalah keluarga masalah keluarga
dirumahnya menjelaskan dalam merawat dapat diharapkan
menjadi sistem tentang pasien mampu mengatasi
pendukung halusinasi 2. Jelaskan tentang masalah klien
yang efektif halusinasi 2. Keluarga
untuk pasien a. Pengertian merupakan bagian
halusinasi terpenting dalam
b. Jenis proses
halusinasi penyembuhan
yang dialami 3. Keluarga bisa
pasien mengartikan cara
c. Tanda dan merawat klien
gejala dalam proses
halusinasi penyembuhan
d. Cara merawat 4. Keluarga bisa
pasien mengantisipasi
halusinasi cara pasiennya dalam
berkomunikasi, mengenal
pemberian perawatan
obat dan
pemberian
aktivitas pada
klien
e. Sumber
kesehatan
1 2 3 4 5 6
yang bisa dijangkau
3. Bermain peran
cara merawat
4. Rencana tindak
lanjut keluarga
jadwal keluarga
untuk merawat klien
Setelah 1x SP 2 1. Dengan
pertemuan 1.Evaluasi mengevaluasi
keluarga kemampuan kemampuan
mampu SP1 keluarga dan
menyebutkan 2. Latih keluarga kemampuan dari
kegiatan yang merawat klien merawat pasien
sudah dilakuan 3. Jadwal keluarga 2. Diharapkan keluarga
dan mampu untuk merawat bisa terbuka dalam
memperagakan pasien merawat klien
cara merawat 3. Diharapkan keluarga
serta membuat mempunyai jadwal
RTL yang teratur dalam
merawat klien
Setelah 1x SP3 1. Dengan
pertemuan 1. Evaluasi mengevaluasi
keluarga kemampuan keluarga (SP1. 2)
mampu keluarga (SP1,2) perawat bisa
menyebutkan 2. Evaluasi mengetahui
kegiatan yang kemampuan kemampuan
sudah klien 3. RTL keluarga dalam
dilakukan dan Keluarga merawat pasien
melaksanakan
1 2 3 4 5 6
Pollow Up dan Follow Up - 2. Diharapkan klien
tujuan Rujukan selalu bisa mandiri
3. Diharapkan keluarga
mempunyai jadwal
dalam merawat klien
5. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Pada situasi nyata sering pelaksanaan jauh berbeda
dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa
menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan
keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang
sudah direncanakan, perawat perlu mevalidasi dengan singkat apakah
rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai dengan
kondisi klien.
Implementasi (Strategi pelaksanaan =SP) meliputi implementasi
pada pasien dan keluarga.
1. SP Pasien
SP 1
- Membina hubungan saling percaya.
- Membantu pasien mengenal halusinasi
- Menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi
- Mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama
menghardik halusinasi
SP 2
- Mengucapkan salam dan menanyakan perasaan klien
- Memvalidasi kontrak dengan klien
- Mengevaluasi kegiatan yang kemarin
- Mendiskusikan kembali dengan klien Cara mengontrol
halusinasinya dengan cara menghardik
SP 3
- Evaluasi kegiatan (SP1 dan SP2)
- Melatih kegiatan agar halusinasinya tidak muncul terhadapnya
- Menjelaskan, pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasinya
- Mendiskusikank aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
- Meneruskan jadwal kegiatan sehari-hari sesuai dengan aktivitas
(pagi, siang, sore, malam).
- Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan
SP 4
- Evaluasi (SP 1, 2 dan 3)
- Tanyakan program pengobatan
- Jelaskan pentingnya pengobatan obat pada gangguan jiwa
- Jelaskan akibat berhenti minum obat
- Jelaskan cara mendapatkan obat
- Jelaskan pengobatan 5B
- Latih pasien minum obat
- Masuk dalam jadwal
2. SP Keluarga
SP 1
- Identifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien
- Jelaskan tentang halusinasi
- Pengertian halusinasi
- Jenis halusinasi yang dialami pasien
- Tanda dan gejala halusinasi
- Cara merawat pasien halusinasi cara berkomunikasi, pemberian obat
dan pemberian aktivitas pada klien
- Sumber kesehatan yang bisa dijangkau
- Bermain peran cara merawat
- Rencana tindak lanjut keluarga jadwal keluarga untuk merawat klien

SP 2
- Evaluasi kemampuan SP1
- Latih keluarga merawat klien
- Jadwal keluarga untuk merawat pasien
SP 4
- Evaluasi kemampuan keluarga (SP1,2)
- Evaluasi kemampuan klien
- RTL Keluarga
- Follow Up
- Rujukan
(Ermawati Dalami, S.Kp, 2009)

6. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus
pada respon klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan, evaluasi
dapat dibagi dua jenis yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan
selesai melaksanakan tindakan, evaluasi somatif atau hasil dilakukan
dengan membandingkan respon klien pada tujuan umum dan tujuan
khusus yang telah ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
SOAP sebagai pola pikir.
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
O: Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A : Analisa ulang terhadap data subjektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada
data kontradiksi dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon klien. (Ermawati Dalami, S.Kp, 2009).
1. Evaluasi pasien
a. Setelah 2x pertemuan klien dapat menyebutkan isi waktu
frekuensi, situsi pencetus perasaan dan mampu
memperagakan cara mengontrol halusinasi.
b. Setelah 1x pertemuan klien mampu menyebutkan kegiatan
yang sudah dilakukan dan mampu menjadwal kegiatan
sehari-hari dan mampu memperagakan.
c. Setelah 1x pertemuan klien mampu menyebutkan kegiatan
yang sudah dilakukan dan menjadwal kegiatan sehari-hari.
d. Setelah 1x pertemuan pasien mampu menyebutkan kegiatan
yang sudah dilakukan dan mampu menyebutkan manfaat
dan dari program.
2. Evaluasi keluarga
a. Setelah 1x pertemuan klien mampu menjelaskan tentang
halusinasi.
b. Setelah 1x pertemuan keluarga mampu menyebutkan
kegiatan yang sudah dilakuan dan mampu memperagakan
cara merawat serta membuat RTL.
c. Setelah 1x pertemuan keluarga mampu menyebutkan
kegiatan yang sudah dilakukan dan melaksanakan Pollow Up
dan tujuan.

Anda mungkin juga menyukai