Anda di halaman 1dari 27

PERSEPSI PENGARUH PENGETAHUAN KEUANGAN, SIKAP KEUANGAN,

SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU KEUANGAN


DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI INDIVIDU

4 PERSEPSI PENGARUH PENGETAHUAN


(Studi Kasus Pada Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Diponegoro)

KEUANGAN, SIKAP KEUANGAN, SOSIAL


DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU
KEUANGAN DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN INVESTASI INDIVIDU
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Magister
Manajemen Universitas Diponegoro)

Aminatuzzahra’

Abstrak
Penelitian ini ditujukan untuk menguji persepsi pengaruh pengetahuan keuangan, sikap
keuangan, social demografi terhadap perilaku keuangan dalam pengambilan keputusan
investasi individu. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa Magister Manajemen
Universitas Diponegoro dengan populasi sebanyak 135 responden dan sampel yang kembali
sebanyak 102 responden. Dalam penelitian digunakan metode Analisis Regresi Berganda
dan Uji Beda T-Test dengan menggunakan SPSS IBM 20 untuk menganalisis data. Hasil
analisis menunjukkan bahwa pengetahuan keuangan, sikap keuangan dan sosial demografi
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan investasi individu.
Temuan empiris tersebut mengindikasikan bahwa pengetahuan keuangan berpengaruh
secara signifikan terhadap pengambilan keputusan investasi dengan nilai sigifikansi sebesar
0,003; sikap keuangan berpengaruh signifikan pengambilan keputusan investasi dengan nilai
sigifikansi sebesar 0,001; sosial demografi berpengaruh signifikan pengambilan keputusan
investasi dengan nilai sigifikansi sebesar 0,019; tidak terdapat perbedaan pengambilan
keputusan investasi berdasarkan status pekerjaan dengan nilai signifikansi 0,411 lebih besar
dari 5%.

Kata Kunci:
pengambilan keputusan investasi, pengetahuan keuangan, sikap keuangan, sosial demografi.

70 Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 23 No. 2 Des. 2014


PERSEPSI PENGARUH PENGETAHUAN KEUANGAN, SIKAP KEUANGAN,
SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU KEUANGAN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI INDIVIDU
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Diponegoro)

1. PENDAHULUAN mereka. Investor swasta bukanlah kelompok


Perilaku keuangan mencoba yang homogen melainkan individu dengan
menjelaskan dan meningkatkan pemahaman berbagai praktek keuangan yang dikombinasikan
tentang pola penalaran investor dalam aspek dengan berbagai tingkat pengalaman,
emosional dan sejauh mana aspek tersebut kecemasan dan minat dalam hal keuangan pada
dapat mempengaruhi investor dalam proses Fu”nfgeld (2009).
pengambilan keputusan. Secara lebih spesifik Di indonesia banyak orang mungkin
perilaku keuangan mencoba menjelaskan tentang mengalami masalah keuangan yang ditandai
what, why and how keuangan dan investasi dengan beberapa fakta, antara lain pada hutang
dari sudut pandang manusia, Ricciardi dan rumah tangga atau individu yang semakin
Simon (2000). Perilaku Keuangan adalah meningkat, semakin berkembang bisnis
paradigma di mana pasar keuangan yang konsultasi kredit konsumen, ketergantungan akan
mempelajari dengan menggunakan model yang penggunaan kartu kredit meningkat. Seperti yang
berbeda dari Von Neumann-Morgenstern yaitu tercantum pada Kajian Stabilitas Keuangan No
teori utilitas yang diharapkan dan asumsi 18 tahun 2012 Bank Indonesia, menjelaskan
arbitrase. Secara khusus, perilaku keuangan bahwa kredit rumah tangga yang meningkat
memiliki dua sudut pandang: kognitif psikologi dengan NPL yang terus membaik. Pada sisi
dan batas-batas arbitrase. Kognitif mengacu lain, kredit perbankan kepada rumah tangga
pada bagaimana orang berpikir, Ritter (2003), terus menunjukan tren yang meningkat, dimana
sedangkan menurut Lintner (1998) menjelaskan pada posisi Desember 2011 kredit sektor rumah
bahwa: tangga tercatat sebesar Rp 422,9 triliun atau
“Behavioral finance is the study of how tumbuh 33,23%. Sementara itu, non performing
humans interpret and act on information to loans (NPL) kredit menunjukkan tren yang
make informed investment decisions” menurun dengan rasio relatif rendah yaitu 1,42%
Artinya adalah keuangan keperilakuan posisi Desember 2011.
merupakan suatu ilmu yang mempelajari Hal ini menyiratkan bahwa ada
bagaimana manusia menyingkapi dan bereaksi peningkatan kebutuhan konsumen untuk jenis
atas informasi yang ada kemudian digunakan layanan, semakin tingginya kesenjangan sosial
untuk mengambil keputusan yang dapat yang terjadi dan budaya hedonisme yang
mengoptimalkan tingkat pengembalian keputusan meningkat. Setiap individu dengan masalah
investasi dengan memperhatikan risiko yang hutang memiliki empat pilihan untuk
melekat di dalamnya (unsur sikap dan tindakan mendistribusikan pendapatan mereka saat ini,
manusia merupakan faktor penentu dalam seper ti: membayar hutang, menyesuaikan
berinvestasi). Untuk memahami isu-isu yang pengeluaran, memuaskan keinginan dan
berkaitan dengan perilaku keuangan setiap menabung untuk masa depan. Fenomena
individu, maka seseorang harus mengelola perilaku keuangan ini akan mempengaruhi
keuangan pribadinya dalam satu cara atau seseorang dalam proses pengambilan keputusan
berbeda cara. Seper ti, beberapa orang yang akan diambil. Perilaku keuangan seseorang
cenderung untuk menyimpan banyak informasi, dalam keputusan pengambilan investasi
beberapa ingin mengumpulkan informasi merupakan hal yang cukup menarik untuk dikaji.
sebelum melakukan tiap-tiap pembelian, dan Karena pada umumnya penelitian-penelitian
sebagian orang ingin mengikuti insting sebelumnya dilakukan di negara maju dan di

Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 23 No. 2 Des. 2014 71


PERSEPSI PENGARUH PENGETAHUAN KEUANGAN, SIKAP KEUANGAN,
SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU KEUANGAN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI INDIVIDU
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Diponegoro)

negara indonesia sendiri masih terbatas. Oleh investasi seseorang dengan membandingkan
karena itu penelitian ini dilakukan untuk keadaan sosial demografi dilihat dari status
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pekerjaan (seseorang yang bekerja vs
perilaku keuangan seseorang dilihat dari pengangguran). Oleh karena itu penelitian ini
pengambilan keputusan investasi. Perilaku membandingkan dari perilaku keuangan dari
keuangan seseorang tersebut status pekerjaan. Fenomena rata-rata yang
memper timbangkan berbagai faktor dalam terjadi pada responden mahasiswa MM
pengambilan keputusan investasi dengan universias diponegoro dalam kaitannya dengan
memperhatikan pengetahuan keuangan, sikap perilaku keuangan dilihat dari rata-rata
keuangan, keadaan sosial demografi. pengambilan keputusan investasi dengan faktor-
Menurut hasil penelitian Xiao et al., faktor yang mempengaruhi dan perbandingan
(2006) mendasarkan penelitian perilaku dari status pekerjaan dapat dilihat dari tabel
keuangan dilihat dari pengambilan keputusan 1.1 sebagai berikut:

Table 1.1
Rata-Rata Perbandingan Perilaku Keuangan Dilihat dari Status Pekerjaan
Status Pekerjaan
Keterangan
Swasta (%) PNS (%)
memiliki pengetahuan yang luas 6.80 5.20
Pengelolaan keuangan 7.40 7.07
pengetahuan keuangan
Perencanaan pengeluaran 10.60 8.40
rata-rata 8.27 6.89
kepercayaan diri 9.83 10.67
pengembangan diri 9.67 10.17
sikap keuangan
Keamanan 10.33 11.00
rata-rata 9.94 10.61
tingkat pendidikan 9.17 9.00
pengalaman kerja 9.33 9.33
sosial demografi
Pendapatan 10.17 9.83
rata-rata 9.56 9.39
pengambilan keputusan
13.25 9.13
investasi
 
Sumber : responden mahasiswa MM UNDIP kelas 41 dan 42 pagi

Penjelasan singkat fenomena gap dapat rata swasta 8,27% lebih besar dari
dilihat dari tabel 1.1 sebagai berikut: rata-rata PNS/pemerintah 6,89%.
1. Pengetahuan keuangan dilihat dari Tingginya tingkat pengetahuan
pengetahuan yang luas, pengelolaan keuangan (pengetahuan keuangan
dan perencanaan pengeluaran rata- yang luas, pengelolaan keuangan,

72 Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 23 No. 2 Des. 2014


PERSEPSI PENGARUH PENGETAHUAN KEUANGAN, SIKAP KEUANGAN,
SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU KEUANGAN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI INDIVIDU
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Diponegoro)

perencanaan keuangan) swasta lebih tetap maka tingkat keputusan


dianding PNS berar ti tingkat investasinya jauh lebih besar dan
pengetahuan swasta lebih baik berperilaku positif. Namun terdapat
daripada PNS sehingga pengambilan perbedaan ketika tingkat keamanan
keputusann investasi swasta lebih kepercayaan diri dan pengembangan
tinggi daripada PNS. Penelitian ini diri PNS/pemerintah lebih besar tetapi
didukung dengan penelitian Robb Cliff dalam pengambilan keputusan rata-
A (2011) menunjukkan bahwa rata swasta 13,25% lebih besar
pengetahuan keuangan merupakan daripada rata-rata PNS/pemerintah
faktor yang signifikan dalam 9,13%. Sehingga perlu dilakukakn
pengambilan keputusan inveatasi. penelitian terhadap gap tersebut. Hal
Seseorang yang memiliki pengetahuan ini positif dengan teori prespektif
keuangan lebih tinggi perilaku perilaku keuangan dalam pengambilan
keuangannya lebih baik dan keputusan keuangan secara neurologis
bertanggung jawab. Hal ini positif cenderung untuk menggabungkan
dengan teori prespektif perilaku mempengaruhi (emosi) ke dalam
keuangan yang menggunakan proses proses pengambilan keputusan,.
kognitif (keterampilan mental manusia 3. Sosial demografi dilihat dari tingkat
dalam memahami dan mengenali hal- pendidikan semua responden sama
hal sekitar) dalam pengelolaan dan telah menempuh S1. Pengalaman kerja
pemecahan masalah dalam memiliki rata-rata sama 9,33% dan
pengambilan keputusan. pada pendapatan swasta memiliki rata-
2. Sikap keuangan yang terjadi dilihat dari rata 10,17% lebih besar dari PNS/
sisi rata-rata kepercayaan diri 9,83%, pemerintah 9,83%. Ketika dilihat dari
pengembangan diri 9,67% dan pengambilan keputusan investasinya
kamanan 10,33%, rata-rata swasta rata-rata swasta 9,56% lebih besar
lebih kecil dari rata-rata PNS/ dari PNS/pemerintah 9,39%. Artinya
pemerintah dilihat dari sisi tingginya pendapatan swsata daripada
kepercayaan diri 10,67%, pemerintah menimbulkan perbedaan
pengembangan diri 10,17% dan dalam pengambilan keputusan
keamanan 11%. Artinya, keamanan investasi meski memiliki tingkat
kondisi keuangan PNS lebih tinggi pendidikan dan pengalaman kerja yang
menimbul kepercayaan diri dan sama. Penelitian ini didukung oleh
meningkatkan keinginan penelitian Xiao et al., (2006) yang
pengembangan diri atas kondisi menyatakan seseorang dengan
keuangan. Didukung dengan penelitan penghasilan tinggi, tetap dan aman
Xiao et al., (2006) bahwa seseorang status pekerjaanya maka tingkat
yang merasa aman dan keputusan investasinya lebih besar dan
berpenghasilan tetap maka tingkat positif. Tetapi berbeda Pendapatan
keputusan investasi yang jauh lebih PNS lebih tetap,dan aman daripada
baik dan significant positif, yang artinya swasta, sehingga perlu dilakukan
dengan tingkat pengalaman yang lebih penelitian terhadap gap tersebut. Hal
lama, merasa aman dan penghasilan ini teori prespektif perilaku keuangan

Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 23 No. 2 Des. 2014 73


PERSEPSI PENGARUH PENGETAHUAN KEUANGAN, SIKAP KEUANGAN,
SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU KEUANGAN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI INDIVIDU
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Diponegoro)

dalam pengambilan keputusan yang memper timbangkan semua informasi yang


adaptif bahwa sifat keputusan dan tersedia dalam proses pengambilan keputusan
faktor lingkungan dimana itu membuat investasi.
pengaruh jenis proses yang Perilaku ekonomi dan psikologi
digunakan. keuangan telah mengeksplorasi berbagai tingkat
rasionalitas dan perilaku irasional di mana
1. TINJUAN PUSTAKA individu dan kelompok dapat bertindak atau
a. Perilaku Keuangan (Financial berperilaku berbeda di dunia nyata , berangkat
Behaviour) dari asumsi yang dibatasi rasionalitas dan
Keputusan investasi ini didasarkan pada didukung oleh literatur standar keuangan.
dua hal yaitu por tofolio dan profitabilitas Disiplin alternatif perilaku keuangan, ekonomi,
(keuntungan). Portofolio itu sendiri merupakan dan akuntansi berangkat dari model murni
pembelian saham dengan momentum harga tradisional statistik dan matematika di mana
pada saat yang sama mengabaikan prinsip rasionalitas (yaitu, teori keputusan klasik) telah
supply and demand yang sebenarnya sudah menjadi pusat dari teori yang diterima di seluruh
diketahui dalam financial behavior sebagai herd spektrum disiplin ilmu yang berbeda (misalnya,
behavior (perilaku serentak). standar N keuangan, ekonomi konvensional,
akuntansi tradisional). Perspektif alternatif dikenal
Perilaku keuangan menurut Michael M.
sebagai teori perilaku keputusan (BDT), yang
Pompian (2006) dibedakan menjadi dua, yaitu
memiliki sejarah akademis yang luas dalam
:
ilmu-ilmu sosial seperti psikologi kognitif dan
1. Perilaku Keuangan Mikro (BFMI)
eksperimental yang telah memberikan model
meneliti perilaku atau bias dari
yang lebih deskriptif dan realistis perilaku
investor individu yang membedakan
manusia. Dasar dari teori ini adalah bahwa
mereka dari para segi rasional
individu secara sistematis melanggar hak
digambarkan dalam teori ekonomi
(melanggar) prinsip-prinsip normatif dari
klasik. Teori ini mengatur bahwa
ekonomi (keuangan) rasionalitas oleh: (1)
manusia membuat keputusan ekonomi
miscalculating (meremehkan atau melebih-
sangat rasional di setiap saat.
lebihkan) probabilitas, dan (2) membuat pilihan
2. Perilaku Makro Keuangan (BFMA) antara pilihan yang berbeda berdasarkan faktor
m e n d e t e k s i non ekonomi (non finansial).
menjelaskan anomali dalam pasar
Sedangkan Olseon, (2001) memberikan
efisien bahwa model perilaku dapat
perspektif perilaku keuangan dari proses
menjelaskan hipotesis. Pasar yang
pengambilan keputusan sebagai berikut:
efisien pada dasarnya dapat
• preferensi pengambil keputusan
didefinisikan sebagai pasar dimana
Keuangan ‘cenderung multifaceted,
sejumlah investor besar ber tindak
terbuka untuk perubahan dan sering
secara rasional untuk memaksimalkan
terbentuk selama proses pengambilan
keuntungan ke arah sekuritas
keputusan itu sendiri.
individual.
• pengambil keputusan keuangan adalah
Dua hal tersebut BFMI dan BFMA
satisficers dan tidak pengoptimalan.
didasarkan pada gagasan bahwa individu
ber tindak secara rasional dan • pengambil keputusan keuangan yang

74 Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 23 No. 2 Des. 2014


PERSEPSI PENGARUH PENGETAHUAN KEUANGAN, SIKAP KEUANGAN,
SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU KEUANGAN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI INDIVIDU
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Diponegoro)

adaptif berarti bahwa sifat keputusan mungkin bukan pendorong utama,


dan lingkungan di mana itu membuat karena banyak psikolog percaya
pengaruh jenis proses yang digunakan bahwa intelektualitas manusia
• pengambil keputusan keuangan secara sebenarnya tunduk kepada emosi
neurologis cender ung untuk manusia. Mereka berpendapat bahwa
menggabungkan mempengar uhi perilaku manusia kurang
(emosi) ke dalam proses pengambilan menggunakan logika ketika dorongan
keputusan. (hal. 158) bersifat subyektif, seperti rasa takut,
Perilaki keuangan itu sendiri juga berasal cinta, benci, kesenangan, dan rasa
dari ekonomi neoklasik, Homo economicus sakit. Manusia menggunakan
adalah model perilaku ekonomi manusia yang kecerdasan mereka hanya untuk
sederhana mengasumsikan bahwa prinsip- mencapai atau untuk menghindari
prinsip kepentingan pribadi sempurna, rasionalitas hasil dari emosional.
yang sempurna, dan informasi yang sempurna 2. Keuntungan pribadi yang sempurna
mengatur keputusan ekonomi individu (Michael (Per fect Self-Interest). Banyak
M. Pompian, 2006). Penggunaan konsep penelitian telah menunjukkan bahwa
manusia ekonomi (homo economicus) rasional orang tidak sempurna mementingkan
terdapat dua alasan utama: (1) Homo diri sendiri. Jika mereka Philanthropy
economicus membuat analisis ekonomi yang tidak akan ada penilaian agama yang
relatif sederhana. Dan kebanyakan orang tidak mementingkan diri sendiri,
mungkin mempertanyakan bagaimana model pengorbanan, dan kebaikan kepada
yang sederhana dapat berguna sederhana. (2) orang asing. Keuntungan diri yang
Homo economicus memungkinkan ekonom sempurna akan menghalangi orang-
untuk mengukur temuan mereka, membuat orang dari perilaku yang tidak egois
pekerjaan mereka lebih elegan dan lebih mudah seperti perbuatan sebagai relawan,
untuk dicerna. Jika manusia yang sangat rasional membantu orang miskin, tetapi akan
memiliki informasi yang sempurna dan mengabaikan perilaku merusak diri
keuntungan pribadi yang sempurna, maka sendiri, seper ti bunuh diri,
perilaku mereka dapat diukur. alkoholisme, dan penyalahgunaan zat.
Terdapat tiga asumsi yang mendasari 3. Informasi yang sempurna mungkin
sempurna rasionalitas, keuntungan pribadi yang memiliki kesempurnaan atau
sempurna, dan informasi yang sempurna, mendekati informasi yang sempurna
menurut Michael M. Pompian (2006) antara tentang subyek tertentu. Hal itu tidak
lain: mungkin, namun setiap orang dapat
1. Rasionalitas sempurna (Per fect menikmati pengetahuan yang
Rationality). Ketika rasional manusia sempurna dari setiap mata pelajaran.
memiliki kemampuan memberikan Seperti halnya didunia investasi, ada
alasan dan membuat penilaian yang hampir tak terbatas untuk mengetahui
menguntungkan. Namun, rasionalitas dan belajar; dan bahkan investor yang
bukan pendorong tunggal dalam paling sukses tidak menguasai semua
perilaku manusia. Pada kenyataannya disiplin ilmu.

Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 23 No. 2 Des. 2014 75


PERSEPSI PENGARUH PENGETAHUAN KEUANGAN, SIKAP KEUANGAN,
SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU KEUANGAN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI INDIVIDU
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Diponegoro)

b. Pengetahuan Keuangan (Financial pengambilan keputusan investasi individu.


Knowladge)
Pengetahuan keuangan telah terbukti
memiliki dampak yang signifikan terhadap c. Sikap Keuangan (Financial Attitudes)
manajemen keuangan, dan lebih konsisten ketika Pemahaman tentang sikap keuangan
berbagai macam kebijakan digunakan (Sarah, akan membantu seseorang untuk mengerti apa
2009). Hal ini dapat dijelaskan melalui cara yang dipercaya terkait hubungan dirinya dengan
seseorang mengelola keuangan pribadinya dan uang. Oleh sebab itu, pengertian sikap keuangan
pengelolaan keuangan itu menjadi faktor utama diartikan sebagai keadaan pikiran, pendapat,
yang berkontribusi terhadap kepuasan keuangan ser ta penilaian tentang keuangan. Menurut
atau ketidakpuasan keuangan seseorang. Secara Michael M. Pompian, (2006) Aspek pertama
teoritis, pengetahuan keuangan tentang berkaitan dengan kepribadian percaya diri
bagaimana pasar keuangan beroperasi harus investor dalam perilaku keuangan, itu terlepas
menghasilkan individu yang membuat keputusan dari pendekatan untuk karirnya, kesehatannya,
lebih efektif, (Robb dan Woodyard, 2011). keuangnya. Hal Ini merupakan keadaan
Garman, (1985) mengemukakan untuk memiliki emosional dan seberapa percaya diri investor
pengetahuan keuangan maka perlu tentang beberapa hal atau berapa banyak
mengembangakan kemampuan keuangan investor cenderung merasa khawatir. Elemen
(financial skill) dan belajar menggunakan alat kedua pendekatan yang berkaitan dengan
keuangan (financial tools). Alat keuangan apakah investor berfikir secara metodis, hati-
merupakan bentuk dari perilaku keuangan dalam hati, dan analitis dalam perilaku keuangannya
pengambilan keputusan. Sedangkan Hilgert et atau investor bersifat emosional, intuitif, dan
al., (2003) seseorang yang memiliki sabar.
pengatahuan keuangan lebih cenderung Seseorang yang bersikap rasional dan
berperilaku keuangan dengan cara-cara yang lebih percaya diri dalam hal pengetahuan
bertanggung jawab secara keuangan. Penelitian keuangan berpengaruh terhadap perilaku
tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan keuangan yang lebih menguntungkan. Karena
keuangan dan perilaku keuangan berpengaruh penelitian ini menunjukkan bahwa seseorang
positif. Hasil penelitian ini didukung oleh teori umumnya tidak memiliki pemahaman besar
perilaku keuangan yang mengguakan proses tentang tingkat pengetahuan keuangan, ketika
kognitif (keterampilan mental manusia dalam pengetahuan keuangan dilihat secara obyektif
memahami dan mengenali hal-hal sekitar) dalam dan subyektif. Hasil ini menunjukkan bahwa
pengelolaan dan pemecahan masalah dalam sebagian orang percaya bahwa mereka memiliki
pengambilan keputusan. Semakin terampil banyak pengetahuan berperilaku keuangan yang
mental seseorang (pengetahuan seseorang akan baik dan rasional daripada seseorang yang
keuangan tinggi) maka akan semakin baik memiliki tingkat pengetahuan sedikit
pengelolaan dan pemecahan masalah dalam (Courchane, 2005).
pegambilan keputusan investasi. Berdasarkan Analisis tersebut mendukung temuan
uraian tersebut, maka dapat dirumuskan Robb dan Woodyard, (2011) yang
hipotesis sebagai berikut: mengemukakan bahwa pengetahuan keuangan
H1 : Semakin tinggi pengetahuan keuangan, bersifat objektif dan keyakinan keuangan atau
semakin baik perilaku keuangan dalam sikap keuangan bersifat subyektif menghasilkan

76 Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 23 No. 2 Des. 2014


PERSEPSI PENGARUH PENGETAHUAN KEUANGAN, SIKAP KEUANGAN,
SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU KEUANGAN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI INDIVIDU
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Diponegoro)

rendahnya tingkat korelasi terhadap perilaku tentang pengetahuan keuangan dibandingkan


keuangan dan keduanya memiliki dampak yang dengan laki-laki.
signifikan terhadap perilaku keuangan. Hasil Pendidikan, Kiran dan Rao, (2004)
penelitian ini didukung oleh teori prespektif melakukan penelitian terhadap investor di India
perilaku keuangan yang dalam pengambil dengan menggunakan kuesioner. Dari 96
keputusan keuangan secara neurologis responden yang terpilih dapat disimpulkan bahwa
cenderung untuk menggabungkan pengaruh semakin tinggi tingkat pendidikan seorang maka
(emosi) ke dalam proses pengambilan semakin risk averter atau berhati-hati terhadap
keputusan. Semakin baik sikap atau metal pengambilan keputusan investasi, sehingga
keuangan seseorang maka semakin baik perilaki cenderung menghindari loss dari pada gain
keuangan dalam pengambilan keputusan yang cenderung bias dalam pemikiran dan
investasi. Hal tersebut menjadi dasar untuk semakin kearah positif perilaku keuangannya
dirumuskan dalam hipotesis sebagai berikut: Menurut John et al, (2009) terdapat
H2 : Semakin baik sikap keuangan, semakin hubungan yang positif antara pendapatan
baik perilaku keuangan dalam pengambilan (income) dengan perilaku manajemen keuangan,
keputusan investasi individu. yang bertanggung jawab. Artinya semakin baik
pendapatan maka semakin baik dan
bertanggung jawab perilaku keuangannya. Hasil
d. Sosial Demografi (Sosial Demografi) penelitian ini didukung oleh teori prespektif
Sosial demografi merupakan ilmu yang perilaku keuangan dalam pengambil keputusan
mempelajari penduduk (suatu wilayah) terutama keuangan yang adaptif berar ti bahwa sifat
mengenai jumlah, struktur (komposisi keputusan dan lingkungan di mana itu membuat
penduduk) dan perkembangannya pengaruh jenis proses yang digunakan. Semakin
(perubahannya) dari waktu ke waktu. Variabel baik keadaan sosial demografi seseorang akan
demografi termasuk status pekerjaan, status berpengaruh terhadap jenis proses pengambilan
perkawinan, pendapatan, jenis pekerjaan, usia, keputusan investasi yang digunakan kearah yang
jenis kelamin, pengalaman pekerjaan, dan tingkat baik.
pendidikan. Menurut Robb dan Woodyard, Sedangkan Menurut Xiao et al., (2006)
(2011) Banyak program keuangan yang perbandingan antara seseorang yang lebih tua
ditargetkan pada keadaan sosial demografi, dan memiliki pekerjaan paruh waktu vs
penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan pengangguran, menganggap seseorang yang
dalam perilaku keuangan pada sosial demografi lebih tua dan memiliki pekerjaan paruh waktu,
dari tingkat pengetahuan. rencana dana pensiunnya lebih aman, hubungan
Menur ut Hayhoe et al., (2000) dengan keluarganya lebih baik, dan memiliki
perbedaan gender berpengaruh signifikan dalam skor yang lebih baik pada evaluasi diri terhadap
perilaku keuangan. Perempuan lebih mungkin perilaku keuangan yang lebih baik, daripada
untuk melaporkan penggunaan praktik keuangan sseorang yang tidak bekerja. Seseorang yang
yang baik tetapi cenderung memiliki skor lebih memiliki hutang kartu kredit dan persentase
rendah terhadap pengukuran pengetahuan hutang yang lebih rendah, merasakan pensiun
keuangan darpada laki-laki. Chen dan Volpe lebih aman, kesehatan yang lebih baik, dan
(2002) juga meneliti bahwa wanita kurang hubungan keluarga yang lebih baik, dan laporan
percaya diri dan kurang tertarik untuk belajar keuangan yang cenderung lebih baik dalam

Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 23 No. 2 Des. 2014 77


PERSEPSI PENGARUH PENGETAHUAN KEUANGAN, SIKAP KEUANGAN,
SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU KEUANGAN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI INDIVIDU
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Diponegoro)

perilaku keuangannya. Umur dan status Seseorang yang sudah bekerja dan memiliki
pekerjaan memiliki hubungan yang signifikan pengalaman bekerja. 2) Seseorang yang memiliki
dengan jumlah perilaku keuangan, tetapi secara tabungan di bank. Dari populasi pada Kampus
signifikan berpengaruh terhadap perilaku evaluasi Magister Manajemen Universitas Diponegoro
diri. Artinya semakin tinggi umur yang dimiliki sebanyak 312 responden diperoleh 135 respoden
dan semakin aman status pekerjaan seseorang, yang memenuhi kriteria sebagai sampel. Data
semakin baik evaluasi diri seseorang dan yang diperoleh dari hasil wawancara dengan
perilaku keuangan dalam pengambilan keputusa menggunakan kuesioner yang dilakukan pada
investasi. Kedua faktor ekonomi dan non- 135 responden data yang kembali 106. Data
ekonomi tersebut yang menyebabkan perilaku kembali tidak dapat digunakan sebanyak 4
keuangan yang baik. Untuk itu perilaku keuangan kuesioner, data tidak kembali 21 kuesioner dan
yang baik mempengaruhi hasil keputusan kembali dapat digunakan sebanyak 102
investasi yang baik. kuesioner
Berdasarkan uraian tersebut, maka Pengumpulan data kuesioner penelitian
dapat dirumuskan hipotesis keempat sebagai dipilih dengan menggunakan mekanisme
berikut: pengumpulan data yang efisien untuk
H3 : Semakin baik faktor sosial demografi, mengetahui dengan tepat apa yang akan
semakin baik perilaku keuangan dalam diperlukan dan bagaimana mengukur variabel
pengambilan keputusan investasi individu penelitian (Sekaran, 2006). Per tanyaan-
H4 : Pegawai swasta dan PNS memiliki pertanyaan kuesioner menggunakan Agree-
perilaku keuangan yang berbeda dalam Disagree Scale yang menghasilkan jawaban
pengambilan keputusan investasi individu. sangat tidak setuju – jawaban sangat setuju
dalam rentang nilai 1 s/d 10 (Ferdinand, 2006).
Teknik analisis yang digunakan dalam
2. METODE PENELITIAN penelitian ini adalah analisis data kuantitatif,
Obyek penelitian adalah mahasiswa untuk memperkirakan secara kuatitatif pengaruh
maupun pekerja yang berada di Megister dari beberapa variabel indipenden secara
Manajemen di Universitas Diponegoro. Populasi bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri
dalam penelitian ini adalah seseorang yang terhadap variabel indipenden. Pengaruh secara
sudah memiliki pekerjaan dan memiliki tabungan fungsional antara satu variabel dependen dengan
(deposito) yang berada di kampus Magister variabel indipenden dapat dilakukan dengan
Manajemen Universitas Diponegoro. Untuk analisis regresi. Sedangkan untuk menguji
mahasiswa MM sendiri dari angkatan 41 – 43 perbedaan pengambilan keputusan investasi
dari kelas pagi, kelas malam dan kelas akhir berdasarkan status pekerjaan menggunakan Uji
pekan sejumlah 312 dan terdiri dari 2 sektor Beda T-Test. Untuk menguji pengaruh variabel-
pekerja swasta dan pegawai negeri sipil. Teknik variabel independent terhadap pengambilan
yang digunakan dalam pengambilan sampel keputusan investasi, maka dalam penelitian ini
dalam penelitian ini adalah purposive sampling, digunakan analisis regeresi dengan persamaan
yaitu pemilihan sample yang dipilih berdasarkan sebagai berikut:
per timangan-per timbangan tertentu sesuai
dengan tujuan penelitian. Kriteria-kriteria Keterangan :
populasi yang sudah diketahui antara lain: 1)
= Pengambilan keputusan investasi

78 Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 23 No. 2 Des. 2014


PERSEPSI PENGARUH PENGETAHUAN KEUANGAN, SIKAP KEUANGAN,
SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU KEUANGAN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI INDIVIDU
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Diponegoro)

= Pengetahuan keuangan 1. Uji Signifikansi Parameter Individual


(Uji Statistik t)
= Sikap keuangan
Analisis regresi linear berganda
= Social demografi dilakukan dengan cara menganalisis
e = Variabel residual pengetahuan keuangan (X1), sikap keuangan
= Konstanta (X2) dan sosial demografi (X3) sebagai variabel
independen dan pengambilan keputusan
= Koefisien regresi dari masing – investasi (Y) sebagai variabel dependen.
masing variabel independen Berdasarkan perhitungan dengan SPSS IBM 20
secara parsial pengaruh dari variabel indipenden
terhadap variabel dependen ditunjukkan Tabel
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.2
Analisis Regresi
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) .535 .261 2.044 .044
PengetahuanKeu1.1 .252 .083 .300 3.019 .003
1
SikapKeuangan .363 .108 .363 3.374 .001
SosialDemografi .209 .087 .208 2.386 .019
a. Dependent Variable: PengambilanKepInvestasi
 
Sumber: data primer yang diolah, 2014

Dari Tabel 4.17 diatas diperoleh pengambilan keputusan investasi


persamaan sebagai berikut: adalah signifikan positif. Dan nilai
Y = 0,535 + 0,252 X1 + 0,363 X2 + 0,209 X3 signifikansinya 0,003 lebih kecil dari
Dari persamaan regresi linier berganda 5%. Dalam hal ini pengaruh dari
diatas maka dapat dianalisis sebagai berikut: variable pengetahuan keuangan
a. Konstanta sebesar 0,535 menyatakan berbanding lurus dengan pengambilan
bahwa jika variabel independen keputusan investasi artinya semakin
dianggap konstan, maka nilai baik pengetahuan keuangan yang luas,
pengambilan keputusan investasi pengelolaan keuangan, perencanaan
sebesar 0,535. keuangan maka semakin baik perilaku
keuangan dalam pengambilan
b. Koefisien regresi pengetahuan
keputusan invesatasi, begitu pula
keuangan (X 1 ) sebesar 0,252
sebaliknya.
menunjukkan arah pengaruh antara
pengetahuan keuangan (X1) terhadap c. Koefisien regresi sikap keuangan (X2)

Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 23 No. 2 Des. 2014 79


PERSEPSI PENGARUH PENGETAHUAN KEUANGAN, SIKAP KEUANGAN,
SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU KEUANGAN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI INDIVIDU
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Diponegoro)

sebesar 0,363 menunjukkan arah dari 5%. Dalam hal ini pengaruh dari
pengaruh antara sikap keuangan (X2) variable sosial demografi berbanding
terhadap pengambilan keputusan lurus dengan variabel pengambilan
investasi adalah signifikan positif. Dan keputusan investasi artinya semakin
nilai signifikansinya 0,001 lebih kecil baik tingkat pendidikan, pendapatan,
dari 5%. Dalam hal ini pengaruh dari pengalaman kerja maka semakin baik
variable sikap keuangan berbanding perilaku keuangan dalam pengambilan
lurus dengan variabel pengambilan keputusan invesatasi, begitu pula
keputusan investasi artinya semakin sebaliknya.
baik keamanan keuangan,
kepercayaan diri, pengembangan diri 1. Uji beda T-test
maka semakin baik perilaku keuangan Penelitian ini ini menguji apakah ada
dalam pengambilan keputusan perbedaan status pekerjaan antara PNS
invesatasi, begitu pula sebaliknya. (pemerintah) atau swasta dengan menggunakan
d. Koefisien regresi sosial demografi (X3) uji T-test sebagai berikut:
sebesar 0,209 menunjukkan arah a. Variabel Pengambilan Keputusan
pengaruh antara sosial demografi (X3) Investasi
terhadap pengambilan keputusan Hasil dari uji beda t-test pengambilan
investasi adalah signifikan positif. Dan keputusan investasi dapat dilihat pada Tabel
nilai signifikansinya 0,019 lebih kecil 4.3 sebagai berikut ini:

Tabel 4.3
Uji Beda T-Test Pengambilan Keputusan Investasi

80 Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 23 No. 2 Des. 2014


PERSEPSI PENGARUH PENGETAHUAN KEUANGAN, SIKAP KEUANGAN,
SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU KEUANGAN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI INDIVIDU
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Diponegoro)

1. Terlihat bahwa rata-rata pengambilan asumsi equal variance assumed. Hasil


keputusan investasi responden yang output SPSS bahwa nilai t pada equal
status pekerjaannya PNS adalah variance assumed adalah 1.401
3.6229 sedangkan kelompok pegawai dengan probabilitas sigfikansi 0,164
swasta 3.3800. secara absolute jelas (two tail) lebih besar dari 5%. Jadi
bahwa rata-rata pengambilan dapat disimpulkan bahwa rata-rata
keputusan investasi berbeda antara indikator manajemen kas tidak berbeda
PNS dan swasta. Sedangkan secara secara signifikan antara PNS dan
statistik perbedaan ini tidak terlihat. Swasta.
Karena dari hasil output SPSS bahwa 3. Terlihat bahwa rata-rata indikator
F hitung levene test sebesar 0.680 tabungan darurat responden yang
dengan probabilitas 0,411 karena status pekerjaannya PNS adalah
probabilitas kurang dari 5% maka dapat 3.6465 sedangkan kelompok pegawai
disimpulkan bahwa H 0 tidak dapat swasta 3.3865. Secara absolute jelas
ditolak atau memiliki variance yang bahwa rata-rata indikator tabungan
sama. Dengan demikian analisis uji darurat berbeda antara PNS dan
t-test harus menggunakan asumsi swasta. Sedangkan secara statistik
equal variance assumed. Hasil output perbedaan ini terlihat, karena dari hasil
SPSS bahwa nilai t pada equal output SPSS bahwa F hitung levene
variance assumed adalah 1.564 test sebesar 6.535 dengan probabilitas
dengan probabilitas sigfikansi 0,121 0,012. Probabilitas kurang dari 5%
(two tail) lebih besar dari 5%. Jadi maka dapat disimpulkan bahwa H0
dapat disimpulkan bahwa rata-rata ditolak atau memiliki variance yang
pengambilan keputusan investasi tidak berbeda. Apabila diuji menggunakan
berbeda secara signifikan antara PNS asumsi equal variance assumed, hasil
dan Swasta. output SPSS bahwa nilai t pada equal
2. Terlihat bahwa rata-rata indikator variance assumed adalah 1.228
manajemen kas responden yang dengan probabilitas sigfikansi 0,222
status pekerjaannya PNS adalah (two tail) lebih besar dari 5% maka
3.6768 sedangkan kelompok pegawai H0 tidak dapat ditolak berarti variance
swasta 3.4348. Secara absolute jelas sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa
bahwa rata-rata indikator manajemen rata-rata indikator tabungan darurat
kas berbeda antara PNS dan swasta. berbeda secara signifikan antara PNS
Sedangkan secara statistik perbedaan dan Swasta.
ini tidak terlihat, karena dari hasil output 4. Terlihat bahwa rata-rata indikator
SPSS bahwa F hitung levene test proper ty responden yang status
sebesar 0.003 dengan probabilitas pekerjaannya PNS adalah 3.5455
0,954. Probabilitas lebih besar dari 5% sedangkan kelompok pegawai swasta
maka dapat disimpulkan bahwa H 0 3.3188. secara absolute jelas bahwa
tidak dapat ditolak atau memiliki rata-rata indikator property berbeda
variance yang sama. Dengan demikian antara PNS dan swasta. Sedangkan
analisis uji t-test harus menggunakan secara statistik perbedaan ini tidak

Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 23 No. 2 Des. 2014 81


PERSEPSI PENGARUH PENGETAHUAN KEUANGAN, SIKAP KEUANGAN,
SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU KEUANGAN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI INDIVIDU
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Diponegoro)

terlihat, karena dari hasil output SPSS adalah 1.041 dengan probabilitas
bahwa F hitung levene test sebesar sigfikansi 0,300 (two tail) lebih besar
0.171 dengan probabilitas 0,680 dari 5%. Jadi dapat disimpulkan
karena probabilitas lebih besar dari bahwa rata-rata indikator proper ty
5% maka dapat disimpulkan bahwa tidak berbeda secara signifikan antara
H0 tidak dapat ditolak atau memiliki PNS dan Swasta.
variance yang sama. Dengan
demikian analisis uji t-test harus b. Variabel Pengetahuan Keuangan
menggunakan asumsi equal variance Hasil dari uji beda t-test pengetahuan
assumed. Hasil output SPSS bahwa keuangan dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai
nilai t pada equal variance assumed berikut ini:

Tabel 4.4
Uji Beda T-Test Pengetahuan Keuangan

1. Terlihat rata-rata pengetahuan rata-rata pengetahuan keuangan


keuangan responden yang status berbeda antara PNS dan swasta.
pekerjaannya PNS adalah 3.4697 Sedangkan secara statistik perbedaan
sedangkan kelompok pegawai swasta ini tidak terlihat, karena dari hasil output
3.0761. Secara absolute jelas bahwa SPSS bahwa F hitung levene test

82 Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 23 No. 2 Des. 2014


PERSEPSI PENGARUH PENGETAHUAN KEUANGAN, SIKAP KEUANGAN,
SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU KEUANGAN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI INDIVIDU
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Diponegoro)

sebesar 1.915 dengan probabilitas status pekerjaannya PNS adalah


0,170. Probabilitas lebih besar dari 5% 3.1818 sedangkan kelompok pegawai
maka dapat disimpulkan bahwa H 0 swasta 2.7101. Secara absolute jelas
tidak dapat ditolak atau memiliki bahwa rata-rata indikator pengelolaan
variance yang sama. Dengan demikian keuangan berbeda antara PNS dan
analisis uji t-test harus menggunakan swasta. Sedangkan secara statistik
asumsi equal variance assumed. Hasil perbedaan ini tidak terlihat, karena dari
output SPSS bahwa nilai t pada equal hasil output SPSS bahwa F hitung
variance assumed adalah 2.148 levene test sebesar 2.757 dengan
dengan probabilitas sigfikansi 0,034 probabilitas 0,100. Probabilitas lebih
(two tail) kurang dari 5%. Jadi dapat besar dari 5% maka dapat disimpulkan
disimpulkan bahwa rata-rata bahwa H 0 tidak dapat ditolak atau
pengetahuan keuangan berbeda memiliki variance yang sama. Dengan
secara signifikan antara PNS dan demikian analisis uji t-test harus
Swasta. menggunakan asumsi equal variance
2. Terlihat bahwa rata-rata indikator assumed. Hasil output SPSS bahwa
pengetahuan keuangan yang nilai t pada equal variance assumed
responden yang status pekerjaannya adalah 1.566 dengan probabilitas
PNS adalah 3.2121 sedangkan sigfikansi 0,121 (two tail) lebih besar
kelompok pegawai swasta 3.0580. dari 5% maka H0 tidak dapat ditolak
Secara absolute jelas bahwa rata-rata berar ti variance sama. Jadi dapat
indikator pengetahuan keuangan yang disimpulkan bahwa rata-rata indikator
luas berbeda antara PNS dan swasta. pengelolaan keuangan tidak berbeda
Sedangkan secara statistik perbedaan secara signifikan antara PNS dan
ini tidak terlihat, karena dari hasil output Swasta.
SPSS bahwa F hitung levene test 4. Terlihat bahwa rata-rata indikator
sebesar 1.525 dengan probabilitas perencanaan keuangan responden
0,220. Probabilitas lebih besar dari 5% yang status pekerjaannya PNS adalah
maka dapat disimpulkan bahwa H 0 3.9192 sedangkan kelompok pegawai
tidak dapat ditolak atau memiliki swasta 3.3382. Secara absolute jelas
variance yang sama. Dengan demikian bahwa rata-rata indikator perencanaan
analisis uji t-test harus menggunakan keuangan berbeda antara PNS dan
asumsi equal variance assumed. Hasil swasta. Sedangkan secara statistik
output SPSS bahwa nilai t pada equal perbedaan ini tidak terlihat, karena dari
variance assumed adalah 0.615 hasil output SPSS bahwa F hitung
dengan probabilitas sigfikansi 0,540 levene test sebesar 1.677 dengan
(two tail) lebih besar dari 5%. Jadi probabilitas 0,198. Probabilitas lebih
dapat disimpulkan bahwa rata-rata besar dari 5% maka dapat disimpulkan
indikator pengetahuan keuangan yang bahwa H 0 tidak dapat ditolak atau
luas tidak berbeda secara signifikan memiliki variance yang sama. Dengan
antara PNS dan Swasta. demikian analisis uji t-test harus
3. Terlihat bahwa rata-rata indikator menggunakan asumsi equal variance
pengelolaan keuangan responden yang assumed. Hasil output SPSS bahwa

Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 23 No. 2 Des. 2014 83


PERSEPSI PENGARUH PENGETAHUAN KEUANGAN, SIKAP KEUANGAN,
SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU KEUANGAN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI INDIVIDU
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Diponegoro)

nilai t pada equal variance assumed antara PNS dan Swasta.


adalah 2.978 dengan probabilitas
sigfikansi 0,004 (two tail) lebih kecil c. Variabel Sikap Keuangan
dari 5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa Hasil dari uji beda t-test sikap keuangan
rata-rata indikator perencanaan dapat dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut
keuangan berbeda secara signifikan ini:

Tabel 4.5
Uji Beda T-Test Sikap Keuangan

1. Terlihat bahwa rata-rata sikap


0.000 dengan probabilitas 0,995.
keuangan responden yang status
Probabilitas lebih besar dari 5% maka
pekerjaannya PNS adalah 3.9057
dapat disimpulkan bahwa H 0 tidak
sedangkan kelompok pegawai swasta
dapat ditolak atau memiliki variance
3.6216. Secara absolute jelas bahwa
yang sama. Dengan demikian analisis
rata-rata sikap keuangan berbeda
uji t-test harus menggunakan asumsi
antara PNS dan swasta. Sedangkan
equal variance assumed. Hasil output
secara statistik perbedaan ini tidak
SPSS bahwa nilai t pada equal
terlihat, karena dari hasil output SPSS
variance assumed adalah 1.836
bahwa F hitung levene test sebesar

84 Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 23 No. 2 Des. 2014


PERSEPSI PENGARUH PENGETAHUAN KEUANGAN, SIKAP KEUANGAN,
SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU KEUANGAN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI INDIVIDU
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Diponegoro)

dengan probabilitas sigfikansi 0,069 dengan probabilitas 0,390. Probabilitas


(two tail) lebih besar dari 5%. Jadi lebih besar dari 5% maka dapat
dapat disimpulkan bahwa rata-rata disimpulkan bahwa H 0 tidak dapat
sikap keuangan tidak berbeda secara ditolak atau memiliki variance yang
signifikan antara PNS dan Swasta. sama. Dengan demikian analisis uji
2. Terlihat bahwa rata-rata indikator t-test harus menggunakan asumsi
kepercayaan diri dibedakan equal variance assumed. Hasil output
berdasarkan status pekerjaan, SPSS bahwa nilai t pada equal
responden yang status pekerjaannya variance assumed adalah 1.928
PNS adalah 3.8283 sedangkan dengan probabilitas sigfikansi 0,057
kelompok pegawai swasta 3.5507. (two tail) lebih besar dari 5% maka
Secara absolute jelas bahwa rata-rata H0 tidak dapat ditolak berarti variance
indikator kepercayaan diri berbeda sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa
antara PNS dan swasta. Sedangkan rata-rata indikator pengembangan diri
secara statistik perbedaan ini tidak tidak berbeda secara signifikan antara
terlihat, karena dari hasil output SPSS PNS dan Swasta.
bahwa F hitung levene test sebesar 4. Terlihat bahwa rata-rata indikator
0.11 dengan probabilitas 0,915. keamanan kondisi responden yang
Probabilitas lebih besar dari 5% maka status pekerjaannya PNS adalah
dapat disimpulkan bahwa H 0 tidak 3.9394 sedangkan kelompok pegawai
dapat ditolak atau memiliki variance swasta 3.7681. Secara absolute jelas
yang sama. Dengan demikian analisis bahwa rata-rata indikator keamanan
uji t-test harus menggunakan asumsi kondisi keuangan berbeda antara PNS
equal variance assumed. Hasil output dan swasta. Sedangkan secara
SPSS bahwa nilai t pada equal statistik perbedaan ini tidak terlihat,
variance assumed adalah 1.628 karena dari hasil output SPSS bahwa
dengan probabilitas sigfikansi 0,107 F hitung levene test sebesar 0,328
(two tail) lebih besar dari 5%. Jadi dengan probabilitas 0,568. Probabilitas
dapat disimpulkan bahwa rata-rata lebih besar dari 5% maka dapat
indikator kepercayaan diri tidak berbeda disimpulkan bahwa H 0 tidak dapat
secara signifikan antara PNS dan ditolak atau memiliki variance yang
Swasta. sama. Dengan demikian analisis uji
3. Terlihat bahwa rata-rata indikator t-test harus menggunakan asumsi
pengembangan diri responden yang equal variance assumed. Hasil output
status pekerjaannya PNS adalah SPSS bahwa nilai t pada equal
3.9495 sedangkan kelompok pegawai variance assumed adalah 0,906
swasta 3.5459. Secara absolute jelas dengan probabilitas sigfikansi 0,367
bahwa rata-rata indikator (two tail) lebih besar dari 5% maka
pengembangan diri berbeda antara PNS H0 tidak dapat ditolak berarti variance
dan swasta. Sedangkan secara sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa
statistik perbedaan ini tidak terlihat, rata-rata indikator keamanan kondisi
karena dari hasil output SPSS bahwa keuangan tidak berbeda secara
F hitung levene test sebesar 0,746 signifikan antara PNS dan Swasta.

Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 23 No. 2 Des. 2014 85


PERSEPSI PENGARUH PENGETAHUAN KEUANGAN, SIKAP KEUANGAN,
SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU KEUANGAN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI INDIVIDU
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Diponegoro)

d. Variabel Sosial Demografi demografi dapat dilihat pada Tabel 4.6 sebagai
Hasil dari uji beda t-test sosial berikut ini:

Tabel 4.6
Uji Beda T-Test Sosial Demografi

1. Terlihat bahwa rata-rata sosial yang sama. Dengan demikian analisis


demografi responden yang status uji t-test harus menggunakan asumsi
pekerjaannya PNS adalah 3.7636 equal variance assumed. Hasil output
sedangkan kelompok pegawai swasta SPSS bahwa nilai t pada equal
3.6580. Secara absolute jelas bahwa variance assumed adalah 0.675
rata-rata sosial demogafi berbeda dengan probabilitas sigfikansi 0.502
antara PNS dan swasta. Sedangkan (two tail) lebih besar dari 5%. Jadi
secara statistik perbedaan ini tidak dapat disimpulkan bahwa rata-rata
terlihat, karena dari hasil output SPSS sosial demografi tidak berbeda secara
bahwa F hitung levene test sebesar signifikan antara PNS dan Swasta.
0.072 dengan probabilitas 0,789. 2. Terlihat bahwa rata-rata indikator tingkat
Probabilitas lebih besar dari 5% maka pendidikan responden yang status
dapat disimpulkan bahwa H0 tidak pekerjaannya PNS adalah 3.7677
dapat ditolak atau memiliki variance sedangkan kelompok pegawai swasta

86 Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 23 No. 2 Des. 2014


PERSEPSI PENGARUH PENGETAHUAN KEUANGAN, SIKAP KEUANGAN,
SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU KEUANGAN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI INDIVIDU
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Diponegoro)

3.8309. Secara absolute jelas bahwa dengan probabilitas sigfikansi 0,333


rata-rata indikator tingkat pendidikan (two tail) lebih besar dari 5% maka
berbeda antara PNS dan swasta. H0 tidak dapat ditolak berarti variance
Sedangkan secara statistik perbedaan sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa
ini tidak terlihat, karena dari hasil output rata-rata indikator pendapatan tidak
SPSS bahwa F hitung levene test berbeda secara signifikan antara PNS
sebesar 0,172 dengan probabilitas dan Swasta.
0,679. Probabilitas lebih besar dari 5% 4. Terlihat bahwa rata-rata indikator
maka dapat disimpulkan bahwa H 0 pengalaman responden yang status
tidak dapat ditolak atau memiliki pekerjaannya PNS adalah 3.7636
variance yang sama. Dengan demikian sedangkan kelompok pegawai swasta
analisis uji t-test harus menggunakan 3.6580. Secara absolute jelas bahwa
asumsi equal variance assumed. Hasil rata-rata indikator pengalaman kerja
output SPSS bahwa nilai t pada equal berbeda antara PNS dan swasta.
variance assumed adalah -0,363 Sedangkan secara statistik perbedaan
dengan probabilitas sigfikansi 0,717 ini tidak terlihat, karena dari hasil output
(two tail) lebih besar dari 5%. Jadi SPSS bahwa F hitung levene test
dapat disimpulkan bahwa rata-rata sebesar 0,12 dengan probabilitas 0,914.
indikator kepercayaan diri tidak berbeda Probabilitas lebih besar dari 5% maka
secara signifikan antara PNS dan dapat disimpulkan bahwa H 0 tidak
Swasta. dapat ditolak atau memiliki variance
3. Terlihat bahwa rata-rata indikator yang sama. Dengan demikian analisis
pendapatan yang dibedakan uji t-test harus menggunakan asumsi
berdasarkan status pekerjaan, equal variance assumed. Hasil output
responden yang status pekerjaannya SPSS bahwa nilai t pada equal
PNS adalah 3.7121 sedangkan variance assumed adalah 1.702
kelompok pegawai swasta 3.5145. dengan probabilitas sigfikansi 0,092
Secara absolute jelas bahwa rata-rata (two tail) lebih besarl dari 5% maka
indikator pendapatan berbeda antara H0 tidak dapat ditolak berarti variance
PNS dan swasta. Sedangkan secara sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa
statistik perbedaan ini tidak terlihat, rata-rata indikator pengalaman kerja
karena dari hasil output SPSS bahwa tidak berbeda secara signifikan antara
F hitung levene test sebesar 0,608 PNS dan Swasta.
dengan probabilitas 0,437. Probabilitas
lebih besar dari 5% maka dapat
disimpulkan bahwa H 0 tidak dapat 1. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
ditolak atau memiliki variance yang MANAJERIAL
sama. Dengan demikian analisis uji 1. Kesimpulan
t-test harus menggunakan asumsi Penelitian ini mengembangkan 4
equal variance assumed. Hasil output (empat) hipotesis yang akan dibuktikan dengan
SPSS bahwa nilai t pada equal data yang diperoleh. Hasil yang diperoleh dari
variance assumed adalah 0,973 uji hipotesis sebagai berikut :

Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 23 No. 2 Des. 2014 87


PERSEPSI PENGARUH PENGETAHUAN KEUANGAN, SIKAP KEUANGAN,
SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU KEUANGAN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI INDIVIDU
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Diponegoro)

1. Hipotesis 1: Terdapat pengaruh antara antara variabel sikap keuangan


pengetahuan keuangan (X1) terhadap terhadap pengambilan keputusan
pengambilan keputusan investasi (Y) investasi. Sehingga penelitian ini juga
(p-value 0,003 < 0,05)’!diterima H0. sesuai dengan teori prespektif perilaku
Dari tabel menunjukkan nilai keuangan dalam pengambilan
signifikansi lebih kecil dari 0,05, keputusan keuangan secara neurologis
sehingga dapat disimpulkan bahwa cenderung untuk menggabungkan
terdapat pengaruh signifikan positif mempengaruhi (emosi) ke dalam
antara variabel pengetahuan keuangan proses pengambilan keputusan.
terhadap pengambilan keputusan Semakin baik sikap atau mental
investasi. Oleh karena itu penelitian keuangan seseorang maka perilaku
ini juga sesuai dengan teori prespektif keuangan seseorang dalam
perilaku keuangan yang mengguakan pengambilan keputusan investasi
proses kognitif (keterampilan mental semakin baik. Hasil penelitian ini juga
manusia dalam memahami dan mendukung penelitian Roob dan
mengenali hal-hal sekitar) dalam Woodyard, (2011) yang menunjukkan
pengelolaan dan pemecahan masalah seseorang yang sikap keuangannya
dalam pengambilan keputusan. lebih percaya diri dalam hal
Semakin terampil mental seseorang pengetahuan keuangan, keadaan
(pengetahuan seseorang akan keuangan, berpengaruh terhadap
keuangan baik) maka akan semakin perilaku keuangan yang lebih baik.
baik perilaku keuangan seper ti Penelitian Danes dan Haberman,
pengelolaan dan pemecahan masalah (2007) menunjukkan bahwa sikap
dalam pegambilan keputusan keuangan yakin akan kondisi keuangan
investasi. Hasil penelitian ini diri dapat mempengaruhi pengelolaan
mendukung penelitiaan yang dilakukan keuangan masa depan sehingga
Xiao et al., (2006) dan juga mendukung meningkatkan keyakinan diri dalam
penelitian Robb Cliff, (2011) yang pengambilan keputusan.
mengemukakan seseorang dengan 3. Hipotesis 3: Terdapat pengaruh antara
tingkat pengetahuan keuangan yang social demografi (X 3 ) terhadap
baik perilaku keuangannya cenderung pengambilan keputusan investasi (Y)
kearah yang lebih baik dibandingankan (p-value 0,019 < 0,05)’!diterima H0.
dengan seseorang yang memiliki Dari tabel menunjukkan nilai
pengetahuan keuangan lebih rendah. signifikansi lebih besar dari 0,05,
2. Hipotesis 2: Terdapat pengaruh antara sehingga dapat disimpulkan bahwa
sikap keuangan (X 2 ) terhadap terdapat pengaruh signifikan positif
pengambilan keputusan investasi (Y) antara variabel social demografi
(p-value 0,001 < 0,05)’!diterima H0. terhadap pengambilan keputusan
Dari tabel menunjukkan nilai investasi. Hal ini sesuai dengan teori
signifikansi lebih kecil dari 0,05, prespektif perilaku keuangan dalam
sehingga dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan yang adaptif
terdapat pengaruh signifikan positif bahwa sifat keputusan dan lingkungan

88 Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 23 No. 2 Des. 2014


PERSEPSI PENGARUH PENGETAHUAN KEUANGAN, SIKAP KEUANGAN,
SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU KEUANGAN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI INDIVIDU
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Diponegoro)

dimana itu membuat pengaruh jenis seseorang. Dimana seseorang yang


proses yang digunakan. Semakin merasa lebih aman akan kondisi
positif keadaan sosial demografi keuangannya berperilaku keuangan
seseorang akan berpengaruh terhadap yang baik.
jenis proses pengambilan keputusan
investasi yang digunakan kearah yang 2. Implikasi Teoritis
positif. Hasil penelitian ini mendukung Implikasi teoritis ini dikembangkan untuk
penelitian Xiao et al., (2006) yang memperkuat dukungan atas beberapa penelitian
menunjukkan bahwa keadaaan sosial terdahulu yang menjadi rujukan pada studi ini.
demografi seseorang (umur, tingkat Dimana penelitian ini menunjukkan variabel yang
pengalaman kerja, status pekerjaan, digunakan yaitu pengetahuan keuangan, sikap
hubungan keluarga, jaminan pensiun) keuangan, sosial demografi berpengaruh
berpengaruh positif terhadap perilaku terhadap perilaku keuangan dalam pengambilan
keuangan yang positif. keputusan investasi. Beberapa dukungan
4. Hipotesis 4: Berdasarkan hasil diatas diberikan secara khusus pada beberapa studi
dapat dilihat bahwa nilai signifikansi rujukan sebagai berikut :
dari uji T adalah sebesar 0.411 > 0.05, 1. Pengetahuan keuangan berpengaruh positif
sehingga keputusan adalah tidak terhadap perilaku keuangan dalam
dapat tolak H 0. Hal ini menunjukan pengambilan keputusan investasi individu,
bahwa tidak terdapat perbedaan hasil penelitian ini mendukung penelitian
Keputusan Investasi yang signifikan Xiao et al., (2006) dan Robb Cliff (2011).
antara status pekerjaan sebagai PNS
2. Sikap keuangan berpengaruh positif
dan Swasta karena varience sama.
terhadap perilaku keuangan dalam
Hal ini sesuai dengan teori prespektif
pengambilan keputusan investasi individu,
perilaku keuangan yang mengguakan
hasil penelitian ini mendukung penelitian
proses kognitif (keterampilan mental
Roob dan Woodyard, (2011) dan Danes
manusia dalam memahami dan
dan Haberman, (2007).
mengenali hal-hal sekitar) dalam
3. Faktor-faktor sosial demografi (tingkat
pengelolaan dan pemecahan masalah
pendidikan, pendapatan, dan pengalaman
dalam pengambilan keputusan.
kerja) berpengaruh positif terhadap perilaku
Semakin terampil mental seseorang
keuangan dalam pengambilan keputusan
(pengetahuan seseorang akan
investasi individu, hasil penelitian ini
keuangan baik) maka akan semakin
mendukung penelitiin Xiao et al., (2006).
baik perilaku keuangan seper ti
pengelolaan dan pemecahan masalah
dalam pegambilan keputusan 3. Implikasi Manajerial
investasi. Tetapi bertentangan dengan Implikasi manajerial berhubungan
hasil penelitian ini juga tidak dengan dampak strategis atas perilaku
mendukung penelitian Xiao et al., keuangan dalam pengambilan keputusan
(2006) yang menunjukkan terdapat investasi baik untuk per timbangan dan
perbedaan pengambilan keputusan perencanaan individu maupun praktisi. Hal ini
investasi berdasarkan status pekerjaan disebabkan oleh beberapa hal yaitu:

Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 23 No. 2 Des. 2014 89


PERSEPSI PENGARUH PENGETAHUAN KEUANGAN, SIKAP KEUANGAN,
SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU KEUANGAN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI INDIVIDU
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Diponegoro)

1. Pengetahuan keuangan memiiki kondisi keuangan terkontrol


koefisien sebesar 0,252 berpengaruh dengan baik.
terhadap perilaku keuangan dalam 2. Sikap keuangan memiliki koefisien
pengambilan keputusan investasi sebesar 0,363 berpengaruh terhadap
dengan pembuktikan yang signifikan perilaku keuangan dalam pengambilan
sebesar 0,003. Digunakan sebagai keputusan investasi dengan
pertimbangan perencanaan investasi pembuktikan yang signifikan sebesar
jangka panjang: 0,001. Digunakan sebagai
· Semakin tinggi tingkat pertimbangan perencanaan investasi
pengetahuan keuangan semakin jangka panjang:
baik pengambilan keputusan · Semakin baik sikap keuangan
investasi. Maka pada maka semakin baik pengambilan
pengetahuan keuangan perlu keputusan investasi. Maka pada
adanya peningkatan dan sikap keuangan perlu adanya
keselarasan pada pengetahuan peningkatan pada indikator
keuangan. Karena pada indikator pengembangan diri karena nilai
pengetahuan keuangan memiliki rata-rata indikator pengembangan
nilai rata-rata indeks paling kecil diri paling kecil dari yang lain, yaitu
daripada lainnya, dengan frekuensi dengan nilai frekuensinya sebesar
sebesar 63,4. Peningkatan dan 74,93. Hal ini dikarenakan dalam
keselarasan ini dapat perilaku keuangan yang positif
dikembangkan dengan perlu mengembangkan pos-pos
mempergunakan ilmu yang yang dinvestasikan.
diketahui untuk memprediksi risiko Pengembangan diri dalam hal
yang akan muncul dan mengelola keuangan ini dapat dilakukan
segala pengeluaran dan dengan cara melakukan investasi
pendapatan untuk beberapa pos- lebih dari satu jenis (jangka
pos investasi. Hal ini dapat panjang, tabungan darurat, dan
dilakukan dengan cara seseorang jangka pendek), menabung
dapat mencari informasi yang secara rutin tiap bulannya,
lebih banyak melalui media membayar semua tagihan tepat
elektronik maupun cetak, waktu, menghindari hutang,
membaca majalah atau buku, perencanaan perumahan,
setiap harinya atau setiap asuransi, perencanaan pensiun
bulannya mengamati faktor yang dari dini.
mempengaruhi investasi seperti 3. Sosial Demografi memiliki koefisien
tingkat suku bunga, inflasi. Dan sebesar 0,209 berpengaruh terhadap
juga dapat mencatat segala perilaku keuangan dalam pengambilan
macam pengelolaan pengeluran keputusan investasi dengan
setiap bulannya dan melakukan pembuktikan yang signifikan sebesar
perencanaan ulang keuangan 0,019. Digunakan sebagai
dengan seksama, sehingga pertimbangan perencanaan investasi

90 Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 23 No. 2 Des. 2014


PERSEPSI PENGARUH PENGETAHUAN KEUANGAN, SIKAP KEUANGAN,
SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU KEUANGAN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI INDIVIDU
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Diponegoro)

jangka panjang: seper ti, menahan diri untuk


· Semakin baik faktor sosial berperilaku boros, sumber dana
demografi semakin baik yang dihasilkan diluar gaji pokok
pengambilan keputusan investasi. dialokasikan untuk penambahan
Maka pada sosial demografi perlu investasi, baik itu untuk pos-pos
adanya peningkatan dan investasi jangka panjang,
keselarasan pengelolaan tabungan darurat, atau jangka
keuangan pada indikator pendek, mencari tambahan
pendapatan karena nilai rata-rata pendanaan dengan pekerjaan
indikator pendapatan paling kecil sampingan, dan berbelanja lebih
dari yang lain, yaitu dengan nilai kecil dari pendapatan.
frekuensinya sebesar 73,2.
Sebagian dari responden 4. Agenda Penelitian Mendatang
pengalokasian dana diluar gaji Dengan kemampuan prediksi sebesar
pokok digunakan untuk kegiatan 59,8% yang ditunjukkan pada nilai adjusted
lainya diluar investasi dan juga R2 yang mengindikasikan perlunya variabel
dilihat dari faktor usia sebagaian perilaku keuangan dalam pengambilan
besar tergolong muda 20-29 dan keputusan investasi individu yang lain dan
belum menikah. Oleh karena itu belum dimasukkan sebagai variabel
dalam perilaku keuangan yang indipenden yang mempengar uhi perilaku
baik perlu mempertimbangkan keuangan. Variabel yang disarankan antara
pengalokasian sumber dana lain kepuasan keuangan (financial
investasi dengan baik. Hal ini satisfaction), kesadaran atau melek keuangan
dapat dilakukan dengan cara (financial literacy).

Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 23 No. 2 Des. 2014 91


PERSEPSI PENGARUH PENGETAHUAN KEUANGAN, SIKAP KEUANGAN,
SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU KEUANGAN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI INDIVIDU
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Diponegoro)

DAFTAR PUSTAKA

Amos Tversky; Daniel Kahneman, 1974. Judgment under Uncertainty: Heuristics and Biases.
Science, New Series, Vol. 185, No. 4157. (Sep. 27, 1974), pp. 1124-1131.
Barberis, N., & Thaler, R. (2008). A Survey of Behavioral Finance Constatinides (Handbook of
Economics and Finance ed.). Amsterdam, North Holland,: G.M.,Harris, M and Stulz.
Baron, Reuben M. and David A. Kenny (1986), “Moderator-Mediator Variables Distinction in
Social Psychological Research: Conceptual, Strategic, and Statistical Considerations,”
Journal of Personality and Social Psychology, 51 (6), 1173-82.
Chen, H., & Volpe, R. P. (2002). Gender differences in personal financial literacy among college
students. Financial Services Review, 11, 289-307.
Courchane, M. (2005). Consumer literacy and creditworthi-ness. Proceedings, Federal Reserve
Bank of Chicago.
Danes, S. M., & Haberman, H. R. (2007). Teen Financial Knowledge, Self-Efficacy and Behaviour:
A Gendered View. Financial Counseling and Planning , 18 (2).
Danes, S. M., Huddleston-Casas, C., & Boyce, L. (1999). Financial planning curriculum for
teens: Impact evaluation. Financial Counseling and Planning Journal, 10 (1), 25-37
Dennis, M., & McCready, B. (2009). Sample field report: Familial response to financial instability.
Menlo Park, CA: Knowledge Networks.
Dew, J., & Xiao, J. J. (2011). The Financial Management Behaviour scale: development and
Validation. Association for Financial Counseling and Planning Education , 22 (1).
Fu”nfgeld, B. (2009). Attitides and Behaviour in everyday finance: evidence from switzerland.
international journal of bank marketing, 27 (2), 108-128.
Ghozali, I. (2011). aplikasi analisis multivarate dengan program IBM SPSS 19. Semarang: universitas
diponegoro.
Ghazali, I. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro
Handbooks: Gilman, Huebner, & Furlong, 2009; Linley & Joseph, 2004; Lopez & Snyder, 2004;
Ong & van Dulmen, 2006; Peterson & Seligman, 2004; Synder & Lopez, 2002.
Hansen, T., Slagsvold, B., & Moum, T. (2008). Financial Satisfaction In Old Age: A Satisfaction
Paradox Or A Result Of Accumulated Wealth? Age and financial satisfaction .
Hayhoe, C. R., Leach, L. J., Turner, P. R., Bruin, M. J., & Lawrence, F. C. (2000). Differences
in spending habits and credit use of college students. Journal of Consumer Affairs,
34(1), 113-133.

92 Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 23 No. 2 Des. 2014


PERSEPSI PENGARUH PENGETAHUAN KEUANGAN, SIKAP KEUANGAN,
SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU KEUANGAN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI INDIVIDU
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Diponegoro)

Hidayat, R. (2010). Keputusan Investasi Dan Financial Constraints:Studi Empiris Pada Bursa
Efek Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan .
Hilgert, M. A. (2003, July). Household Financial Management: The Connection Between Knowledge
and Behaviour. pp. 309-322.
Huston, S. J. (2010). Measuring financial literacy. The Journal of Consumer Affairs, 44(2),
296-316.
Hogarth, J.M., Beverly, S.G. & Hilgert, M.A. (2003) Patterns of financial behaviours: implications
for community educators and policy makers. Paper presented at Federal Reserve
System Community Affairs Research Conference.
H.Kent Baker and John R. Nofsinger, 2010. Behavioral Finance Investor, Corporation and Market.Editior
The Robert W Kolb Series in Finance. JohnWiley & Sons, Inc. 2010
H. Raiffa, Decision Analysis: Introductory Lectures on Choices under Uncertainty (Reading,
MA: Addison-Wesley, 1968)
ida, & Dwinta, C. Y. (2010). pengaruh Locus of control, financial knowladge, income terhadap
financial management behaviour. Jurnal bisnis dan akuntansi, 12 (3), 131- 144.
John, G. E., Park, J.-Y., & Joo, S.-H. (2009). Explaining Financial Management Behavior for
Koreans Living in the United States. The Journal of Consumer Affairs , 80.
John Maynard Keynes, The General Theory of Employment (New York: Harcourt, Brace, 1936).
Joseph F. Hair, JR.. William C. Black. Barry J. Babin. Rolph E. Anderson. 2010. Multivariate
Data Analysis, edisi 7. by Pearson Prentice Hall.
Kajian Stabilitas Keuangan No 18 tahun 2012 Bank Indonesia.
Kiran D, and Rao US, 2004, ‘Identifying Investor Group Segments Based on Demographic and PsychograPhic
Characteristics’. MBA Proiect Report, Sri Sathya Sai Instinrteof Higher Leaming
Koonce, J. C., Mimura, Y., Mauldin, T. A., Rupered, A. M., & Jordan, J. (2008). Financial
information: is it related to savings and investing knowledge and financial behaviour
of teenagers. Journal of Financial Counseling and Planning , 19 (2).
Lintner, G. (1998). Behavioral Finance: Why Investors Make Bad Decisions. The Planner 13 , 7-8.
Lusardi, A., & Mitchell, O. S. (2007). Baby Boomer re-tirement security: The roles of planning,
financial literacy, and housing wealth. Journal of Monetary Economics, 54, 205-224.
Lusardi, A., Mitchell, O. S., & Curto, V. (2010). Financial literacy among the young. The Journal
of Consumer Affairs, 44(2), 358-380.
Lynne M. Borden Æ Sun-A Lee Æ Joyce Serido Æ Dawn Collins. 2007. Changing College
Students’ Financial Knowledge, Attitudes, and Behavior through Seminar Participation.
Published online: 27 November 2007. Springer Science+Business Media, LLC 2007 J
Fam Econ Iss (2008) 29:23–40 DOI 10.1007/s10834-007-9087-2

Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 23 No. 2 Des. 2014 93


PERSEPSI PENGARUH PENGETAHUAN KEUANGAN, SIKAP KEUANGAN,
SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU KEUANGAN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI INDIVIDU
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Diponegoro)

Lyons, A. C. (2004). A profile of financially at-risk col-lege students. The Journal of Consumer
Affairs, 38(1), 56-80.
Marianne A. Hilgert and Jeanne M. Hogarth, of the Board’s Division of Consumer and Community
Affairs and Sondra G. Beverly, of the University of Kansas, prepared this article.
Household Financial Management: The Connection between Knowledge and Behavior.
Federal Reserve Bulletin, July 2003.
Michael M. Pompian, 2006.. Behavioral Finance and WealthManagement. (New Jersey, Canada:
John Wiley & Sons, Inc., Hoboken)
S. C. Myers, 1977, “Determinants of Corporate Borrowing”, Journal of Financial Economics,
Vol. 5(2), pp. 147-175.
Nicki A. Dowling, Tim Corney, and Lauren Hoiles. 2009. Financial Management Practices and
Money Attitudes as Determinants of Financial Problems and Dissatisfaction in Young
Male Australian Worker. Journal of Financial Counseling and Planning Volume 20,
Issue 2.
Nik Maheran Nik Muhammad, 2009. Behavioral Finance vs Tradisional Finance. Faculty of Business
ManagementUniversiti Technology Mara, Kelantan Advance Management Journal, Vol
02 (6) June.
Olsen, R. (1998). Behavioral Finance and It’s Implication for Stock Price Volatility. Financial
Analyst Journal, 54 (2), 10-18.
Olson, J. M., & Hafer, C. L. (2001). Tolerance of personal deprivation. In J. T. Jost & B. Major
(Eds.), The psychology of legitimacy: Emerging perspectives on ideology, justice,
and intergroup relations (pp. 157-175). Cambridge, UK: Cambridge University Press.
Olson, J. M., Hafer, C. L., & Taylor, L. (2001). I’m mad as hell, and I’m not going to take it any
more: Reports of negative emotions as a self-presentation tactic. Journal of Applied
Social Psychology, 31, 981-999.
Olson, J. M., Vernon, P. A., Harris, J. A., & Jang, K. (2001). The heritability of attitudes: A
study of twins. Journal of Personality and Social Psychology, 80, 845-860.
Paul Slovic, Melissa Finucane, Ellen Peters, Donald G. MacGregor, 2002. Rational actors or rational
fools: implications of the affect heuristic for behavioral economics. Journal of Socio-Economics
31 (2002) 329–342. Decision Research, 1201 Oak Street, Eugene, OR 97401, USA
Peter Dybdahl Hade & bookboon.com, 2012. Behavioral Finance. Ventus Publising Aps.
Perry, V. G., & Morris, M. D. (2005). Who is in control? The role of self-perception, knowledge,
and income in explaining consumer financial behavior. The Jour-nal of Consumer
Affairs, 39(2), 299-313.
Porter, N. M., & Garman, E. T. (1993). Testing a conceptu-al model of financial well-being.
Journal of Finan-cial Counseling and Planning, 4, 135-164.

94 Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 23 No. 2 Des. 2014


PERSEPSI PENGARUH PENGETAHUAN KEUANGAN, SIKAP KEUANGAN,
SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU KEUANGAN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI INDIVIDU
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Diponegoro)

Ricciardi, V., & Simon, H. K. (2000). What is Behavioral Finance. Business, Education and
Technology Journal , 2 (2), 1-9.
Richard H. Thaler; ”Psychology and Savings Policies.”American Economic Review, 1994, 84(2),
pp. 186-92.
Ritter, J. R. (2003). Behaviour Finance. Pacific-basin Finance Journal, 11 (4), 429-437.
Robb, C. A., & Woodyard, A. S. (2011). finanacial knowledge and best practice behaviour.
Journal of financial Counseling and planning Volume 22 Issue 1 .
Robb, Cliff A;. (2011). Financial Knowledge and credit card behaviour of college students.
Springer science and business media .
Ronald C. Clute dan Goerge Garman, 1985. How to Select The Optimal Write off Method for
Depreciable Property, Jurnal Business Research, Vol 1, pp. 103-109, Fall 1985.
Roth, Allan S 2007, Behavioral Finance, Article Wealth Logic, LLC.
Sarah, N. (2009, september). Financial Knowledge, Locus Of Control, Cultural Values And Financial
Behaviour Among New Vision. A Dessertation Submitted In Partial Fulilment Of The
Requirements For The Award Of The Degree Of Master Of Makerere University Kampala.
, 54.
Senduk, S. 2004, Seri Perencana Keuangan Keluarga : Mencari Penghasilan Tambahan. Jakarta,
Alex Media Komputoindo.
Tamara Madern & Anna van der Schors. 2012. Financial attitudes and skills as early-warning
signs of financial problems by, researchers on the staff of the Dutch National Institute
for Family Finance Information (Nibud). This article also appeared (in Dutch) in the
June 2012 issue of the journal Schuldsanering.
Tandelilin, E. (2010). Portofolio dan Investasi (teori dan aplikasi). Yogyakarta: KANISIUS.
Tang, T. L. P. (1992). The meaning of money revisited. Journal of Organizational Behavior, 13,
197-202
Vanessa G. Perry And Marlene D. Morris, 2005. Who Is in Control? The Role of Self-Perception,
Knowledge, and Income in Explaining Consumer Financial Behavior . The Journal Of
Consumer Affair, Vol 39 No 2
Victor Ricciardi, 2008. The Psychology of Risk: The Behavioral Finance Perspective. Assistant
Professor of Finance, Kentucky State University, and Editor, Social Science Research
Network Behavioral & Experimental Finance eJournal
Wagland, S. P. and Taylor, S., 2009. When it comes to financial literacy, is gender really an
issue?, Australasian Accounting Business and Finance Journal, 3(1).
Widyastuti, A. (n.d.). Behavioural Finance dalam Proses Pengambilan Keputusan.

Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 23 No. 2 Des. 2014 95


PERSEPSI PENGARUH PENGETAHUAN KEUANGAN, SIKAP KEUANGAN,
SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP PERILAKU KEUANGAN
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI INDIVIDU
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Diponegoro)

Xiao, J. J., Sorhaindo, B., & Garman, E. T. (2006, March 2). Financial behaviour of consumer in
credit counseling. International Journal of Consumer Studies , 108-121.
Zuroni Md Jusoh dan Lim Yen Lin, 2012. Personal Financial Knowledge and Attitude towards
Credit Card Practices among. International Journal of Business and Social Science
Vol. 3 No. 7; April.
Akses tanggal 04 Maret 2014 Handbooks http://books.google.co.id/books?id=7c3-r5QmAn0C&pg=P
A37&lpg=PA37&dq=White,+J.+M.,+%26+Klein,+D.+M.+(2002).+Family+
T h e o r i e s + ( 2 n d + e d . ) . + T h o u s a n d +
Oaks,+CA:+Sage+Publishing.&source=bl&ots=NwvlUp4YmA&sig=
jRJj4EHDbTxTRCTWeXfqg9UxPR0&hl=id&sa=X&ei=
RDkVU_K8HcitrAewjYGoCQ&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
Akses tanggal 11 Maret 2014. http://www.smartasset.com/blog/news/why-attitude-impacts-
financial-decision-making/ Why Attitude Impacts Financial Decision Making July 08,
2013 by Chris Atkins.
Akses tanggal 11 Maret 2014 http://www.crosswalk.com/family/finances/debt/how-to-solve-financial-
problems-by-changing-your-attitude-about-money.html How to Solve Financial Problems
by Changing Your Attitude About Money, Whitney Hopler, Wednesday, February 06,
2013.
Akses tanggal 11 Maret 2014. http://www.examiner.com/article/financial-attitude Jerry Troyer
April 20, 2009.

96 Jurnal Bisnis STRATEGI Vol. 23 No. 2 Des. 2014

Anda mungkin juga menyukai