Makroadenoma Hipofise
Oleh :
Mimin Kurniati
H1A 013 039
Supervisor
dr. Rohadi, Sp.BS
2019
1
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS
Nama lengkap : Ny. M
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 33 tahun
Alamat : Jonggat, Lombok Tengah
Pekerjaan : IRT
Agama :Islam
Tanggal Pemeriksaan : 15 April 2019
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Penglihatan mata kanan gelap
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang pasien perempuan usia 33 tahun berasal dari Jonggat, Lombok
Tengah, datang ke poliklinik RSUP NTB dengan keluhan penglihatan mata sebelah
kanan gelap, dan di sertai nyeri kepala yang semakin memberat. Pada pemeriksaan
fisik di dapatkan penciuman hidung sebelah kanan berkurang dan sering tersumbat,
visus mata kanan (-). Pasien menyangkal mengalami mual muntah sebelumnya,
kejang disangkal, riwayat penggunaan KB suntik (Keluarga Berencana) 3 bulan ±
16 tahun yang lalu . Pasien juga sebelumnya 6 bulan yang lalu pernah berobat ke
dokter THT dengan keluhan hidung sebelah kanan sering terumbat namun
gejalanya membaik. Selain itu pasien juga pernah berobat ke dokter mata dengan
gejala mata perih, berair dan sulit fokus namun gejalanya tidak membaik dan
semakin kabur hingga penglihatan mata kanan menjadi gelap dalam 2 bulan
terakhir ini sehingga di anjurkan untuk melakukan CT Scan kepala, setelah keluar
hasil CT Scan kepala kemudian pasien disarankan ke poli bedah saraf untuk
ditangani lebih lanjut. Dari bagian bedah saraf, pasien di lakukan pemeriksaan MRI
untuk mendeteksi jaringan lunak lebih rinci.
Pemeriksaan fisik didapatkan hasil keadaan umum sedang, kesadaran compos
mentis dengan Glasgow Coma Scale (GCS) E4V5M6. Tanda vital dalam batas
normal, yaitu nadi 88 kali permenit, frekuensi pernapasan 22 kali permenit, dan
2
suhu aksila 37,2ºC. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan penciuman hidung sebelah
kanan berkurang dan sering tersumbat, visus mata kanan (-).
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan serupa sebelumnya disangkal, Riwayat penyakit DM, hipertensi,
penyakit jantung, ginjal dan penyakit keganasan tidak ada.
4. Riwayat Pengobatan
Selama menderita penyakit ini pasien hanya datang berobat ke bagian poli
mata namun keluhannya tidak membaik.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga tidak ada yang mengeluhkan hal sama
6. Riwayat Alergi
Tidak ada alergi makanan, obat-obatan.
7. Riwayat Sosial
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4V5M6
Vital sign
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 84 kali per menit
Respirasi : 19 kali per menit
Suhu : 37,2oC
1. Pemeriksaan Generalisata
a. Kepala
Bentuk : Normosefali
Mata : Konjungtiva anesmis (-/-); Sklera ikterik (-/-); Pupil
bulat isokor; Reflek cahaya langsung (+/+), tidak
langsung (+/+)
Hidung : Deviasi septum (-); Epistaksis (-/-); Sekret (-/-)
3
Telinga : Aurikula normal
Mulut : Sianosis (-)
b. Leher
Trakea di tengah, tidak tampak pembesaran,
JVP : Tidak tampak pembesaran
KGB : Tidak teraba
Tiroid : Tidak ada pembesaran
c. Thoraks
Inspeksi : Bentuk normal; Gerak simetris; Jejas (-); Massa (-)
Retraksi intercostal (-/-)
Palpasi : Nyeri tekan (-/-); Krepitasi (-/-); VF kanan = kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), RBK (-/-), RBH (-/-), Wh (-/-)
S1 S2 tunggal, reguler, gallop (-), murmur (-)
d. Abdomen
Inspeksi : Cembung; Jejas (-); Massa (-)
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : Soepel; NT (-), Hepar tt; Lien tt
Perkusi : Timpani
e. Ekstremitas
CRT < 2 detik
Oedem pretibial (-/-)
Sianosis (-/-)
2. Pemeriksaan Lokalis
Pemeriksaan fisik mata : Tanda inflamasi (-), isokhor 3mm/3mm, RC +/+,
posisi bola mata : OD esotrophia
Visus : 6/60 / LP (-)
Lapang pandang : tidak dapat di evaluasi
Gerak bola mata : OS/OD bisa ke segala arah
4
3. Pemeriksaan Neurologis
a. Rangsang meningeal
Kaku kuduk : (-)
Kernig sign : (-)
Brudzinsky I : (-)
Brudzinsky II : (-)
Brudzinsky III : (-)
Brudzinsky IV : (-)
5
NERVUS VII Dextra Sinistra
Motorik
Mimik + +
Kerut kening + +
Menutup mata + +
Memperlihatkan Gigi + +
Tertawa + +
c. Sistem motorik
Atrofi : (-)
Tonus Otot
o Hipotoni : (-/-)
o Hipertoni : (-/-)
Kekuatan Otot : Ekstremitas superior 5/5
6
Ekstremitas inferior 5/5
d. Sistem sensorik
Sensasi raba : Superior +/+ Inferior +/+
Sensasi tekan : Superior +/+ Inferior +/+
Sensasi nyeri : Superior +/+ Inferior +/+
e. Reflek fisiologis
Biseps : (+/+)
Triseps : (+/+)
Patella : (+/+)
Tendon Achilles : (+/+)
f. Reflek patologis
Hoffman-Trommner : (-/-)
Babbinski : (-/-)
Chaddock : (-/-)
Gordon : (-/-)
Oppenheim : (-/-)
Schaeffer : (-/-)
Gonda : (-/-)
g. Koordinasi
Test Telunjuk – Telunjuk : Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Telunjuk – Hidung : Tidak dilakukan pemeriksaan
Disdiadokinesis : Normal
Test tumit – lutut : Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Romberg : Tidak dilakukan pemeriksaan
D. Resume
Laki laki usia 27 tahun datang ke RSUD Provinsi NTB dengan keluhan nyeri pada
pinggan kanan menjalar hingga ke kaki kanan sejak 2 tahun yang lalu, pekerjaan
sebagai tukang kayu, riwayat jatuh dari pohon. Riwayat kencing berdarah, susah
berkemih atau tidak dapat menahan kencing disangkal.
Pemeriksaaan fisik keadaan umum baik, GCS E4V5M6, Tekanan darah 120/70
mmHg, Nadi: 84 kali per menit , Respirasi 19 kali per menit, Suhu 37,2oC. Didapatkan
7
adanya kelainan pada pemeriksaan fisik yaitu visus LP (-) pada OD dan posisi bola
mata esotropia pada OD, pada pemeriksaan neurologi tidak didapatkan kelainn. Refleks
fisiologis normal +/+, refleks patologis -/- kekuatan motorik normal, pemeriksaan
sensoris normal.
E. Assesment
Diganosis Klinis : Visus OD LP (-)
Diagnosis Topis : Hipofisis
Diagnosis etiologis : Makroadenoma Hipofisis
F. Diagnosis Banding
Craniofaringioma
Meningioma
G. Planning
Diagnostik
Darah lengkap, Faal hemostasis, fungsi ginjal, fungsi hati, GDS, Elektrolit
CT-scan kepala
MRI Kepala
Histologi PA jaringan
Terapi
Endoskopi Endonasal Transsphenoid Hipofisektomi (EETH)
8
H. Pemeriksaan Penunjang
CT Scan Kepala:
9
MRI Kepala:
10
macroadenoma. Ditemukan juga sinusitis sphenoidalis dextra, maxilaris bilateral,
frontalis sinistra, dan ethmoidalis bilateral.
Prognosis :
Dubia ad bonam
11
BAB II
PEMBAHASAN
12
stimulating hormone, thyroid-stimulating hormone, antidiuretic hormone, melanocyte-
stimulating hormone, oxytocin. Hal ini sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium
yang dilakukan oleh pasien karena terdapat peningkatan hormone prolactin mencapai
angka 62,1 ng/mL. 4,6,7
13
reseptor bergerak ke nukleus sehingga berefek langsung terhadap gen transkripsi dan
faktor transkripsi lain, Bekerja pada tight junction (TJ) dengan menyebabkan
deforforilasi okludin dan komponen TJ lain.10
Dosis pemberian dexamethason pada pasien yang belum mendapat steroid
sebelumnya: Dewasa (10 mg loading intravena, diikuti dosis rumatan 6 mg peroral atau
intravena tiap 6 jam; pada kasus dengan edema vasogenik yang berat maka dosis dapat
ditingkatkan sampai 10 mg tiap 4 jam.) Anak (0,5 - 1 mg/kg loading intravena,
dilanjutkan dosis rumatan 0,25 – 0,5 mg/kg/hari (peroral/intravena) dalam dosis terbagi
tiap 6 jam, hindari pemberian jangka panjang karena efek menghambat pertumbuhan).
Selanjutnya pada pasien dengan terapi kortikosteroid sebelumnya : Pada kondisi
penurunan kesadaran akut, maka perlu dicoba diberikan dosis dua kali lipat dari dosis
yang biasa diberikan. Berikut obat kortikosteroid yang dapat digunakan:10
Dosis Potensi
Nama obat Cara Pemberian Dosis
Equivalent Mineralocorticoid
2/3 Pagi
Cortisone 25 PO, IM 2
1/3 malam
2/3 pagi
Hydrocortisone 20 PO, IV, IM 2
1/3 malam
Terbagi
Prednisone 5 PO 2-3 kali 1
perhari
Methylprednisolone 4 PO, IV, IM Terbagi 2x 1
Terbagi 2x
Dexamethasone 0,75 PO, IV Atau 4x 0
perhari
Pemberian profilasis anti kejang pada Pasien dengan riwayat kejang yang
berhubungan dengan tumor otak, direkomendasikan pemberian obat anti kejang; Pasien
14
tumor otak tanpa riwayat kejang dan tidak ada riwayat pembedahan, tidak
direkomendasikan pemberian profilaksis anti; Pasien tumor otak tanpa riwayat kejang
dan dilakukan pembedahan, direkomendasikan pemberian profilaksis anti kejang.
Pemberian anti ulcer berupa H2 Blocker maupun PPI dan simtomatik anti nyeri kepala
bila diperlukan.
Teknik operasi EETH merupakan tindakan operasi melalui sinus sphenoid dan
merupakan teknik operasi yang paling umum dikerjakan untuk tumor hipofisis. Selama
operasi instrument ini, mikroskop dan endoskopi digunakan untuk mengangkat tumor
dari dalam hidung (endonasal).1 Prosedur Operasi Tran-sphenoidal Dokter bedah
menggunakan instrument mikro yang sangat kecil yang dirancang khusus untuk operasi
khusus ini dan sinar fibre optik untuk menerangi anatomi internal. Selain itu, mikroskop
memperbesar area bedah 12 kali ukuran aslinya. Dokter bedah kemudian menuntun
instrumen ke dalam rongga hidung dan tulang sphenoid dibuka. Setelah melalui sinus
sphenoid, dinding sela tursika dibuka untuk mengekspos kelenjar pituitari. Tumor dapat
dibedakan dari jaringan kelenjar hipofisis normal dan jaringan tumor diangkat
menyisakan kelenjar normal. Hal ini sesuai dengan tindakan yang dilakukan pada
pasien tumor hipofise tersebut4,5
Berikut tujuan dari pengobatan pasien dengan tumor hipofisis tergantung pada
apakah pasien mempunyai gejala gangguan endokrin atau masalah yang berkaitan
dengan kompresi struktur saraf yang berdekatan. Metode pengobatan yang digunakan
adalah: (1) Prosedur operatif: eksisi trans-sphenoidal dan eksisi transkranial; (2)
Radioterapi dan (3) Pengobatan medis dengan obat antisecretori.4,6,7
Eksisi bedah merupakan metode utama pengobatan untuk: tumor besar yang
menyebabkan kompresi struktur saraf yang berdekatan, terutama jalur visual; Tumor
pensekresi GH yang menyebabkan acromegaly; Tumor pensekresi ACTH yang
menyebabkan penyakit Cushing; pengobatan okasional adenoma pensekresiprolaktin,
baik mikroadenoma atau makroadenoma yang terletak dalam sella, ketika pengobatan
medis menggunakan bromocriptine tidak dapat ditolerir.4,6,7
15
mempunyai waktu 4 minggu untuk terapi pengganti guna membalikkan hipotiroidisme,
namun: Jangan mengganti hormon tiroid sampai aksis adrenal dapat diperkirakan.
Pemberian pengganti tiroid pada pasien dengan hipoadrenalisme dapat memicu
terjadinya krisis adrenal. Jika pasien hipoadrenal, mulai dengan pengganti kortisol dulu,
pengganti tiroid dapat dimulaidalam 24 jam setelah kortisol; Pembedahan dikerjakan
cukup sering pada pasien dengan hipotiroidisme dan nampaknya ditoleransi dengan
baik pada kebanyakan kasus.4,6,7
16
b. Pilihan approach
1. Subfrontal : memungkinkan akses pada kedua nervus opticus. Dapat lebih
sulit pada pasien dengan chiasma prefixed.
2. Frontotemporal (pterional) : menempatkan nervus opticus dan terkadang
arteri karotis pada garis pandang tumor. Juga terdapat akses inkomplit pada
konten trasellar. Akses yang baik dari tumor dengan ekstensi ekstrasellar
lateral signifikan.
3. Subtemporal: biasanya bukan merupakan pilihan yang viable. Visualisasi
yang buruk terhadap nervus opticus/chiasma da karotis. Tidak
memungkinkan pengangkatan total dari komponen intrasellar.
17
Operasi transcranial kadang-kadang diperlukan, terutama di mana ada ekstensi
subfrontal atau retroclival tumor.
18
(12,5-25 mg dua kali sehari), tiroksin dan testosteron. Pembedahan pada wanita hamil
dengan adenoma hipofisis harus dilakukan dengan hati-hati mengingat efek hipersekresi
hormonal dan komplikasinya.4
Beberapa Indikasi pembedahan pada tumor otak adalah : Massa tumor yang
menimbulkan gejala dan atau tanda penekanan maupun destruksi parenkim otak dan
asesibel untuk dilakukan pembedahan; Pada pemeriksaan imeging serial didapatkan
tanda pertumbuhan tumor dan atau didapatkan gejala akibat lesi tumor yang tidak dapat
terkontrol dengan medikamentosa; Radioterapi; Terapi lain sifatnya suportif guna
meningkatkan ketahanan dan meningkatkan kualitas hidup.4,6,7
19
BAB III
KESIMPULAN
Telah diperiksa perempuan usia 33 tahun dengan keluhan penglihatan mata kanan
gelap, keluhan dirasakan sejak 6 bulan yang lalu dan memberat sejak 2 bulan terakhir
dan disertai nyeri kepala dan hidung kanan sering tersumbat. Riwayat penggunaan
kontrasepsi suntik 3 bulan (+). Pada pasien ini di diagnosis berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan penunjang. Oleh karena itu, diagnosis kerja pada pasien ini
adalah Adenoma hipofisis yaitu tumor jinak yang tumbuh dari sel – sel adenohipofisis
yang mengisi ruang sella dan suprasella. Tumor disebut fungsional bila menyebabkan
peningkatan produksi hormon hipofisis anterior, dan disebut nonfungsional bila tidak
terjadi peningkatan hormon hipofisis anterior atau bahkan terjadi penurunan produksi.
Wanita didiagnosa tumor hipofisis lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki.
Pengobatan tumor hipofisis tergantung pada aktivitas hormonal tumor, ukuran dan
lokasi tumor, serta usia dan kondisi umum dari penderita.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Greenberg MS. Adenoma hipofise. In: Hiscock T, Landis SE, Casey MJ,
Schwartz N, Scheihagen T, Schabert A, editors. Handbook of Neurosurgery.
8th Edition. New York: Thieme Medical Publishers; 2016
2. Kaye, A.H. Benign Brain Tumours. Essential Neurosurgery. 3th Edition.
Australia: Blackwell Publishing. 2005. p. 93-100
3. Winn Richard, H. Youmans Neurological Surgery. Vol 4. 6 th Edition.
Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011
4. Schwartz, T.H. American Association of Neurological Surgeon. Endoscopic
Pituitary Surgery. 2014
5. Cross, LJ.Australia Brain Tumor Information. 2010. Diunduh dari
http://www.btai.com.au/images/factsheetpdfs/Page%2010to11.pdf
6. R.Laws, Edward Jr., MD, FACS Department of Neurosurgery, Brigham &
Women’s Hospital and Sherry L. Iuliano, MSN, NP-C (Nurse Practitioner)
Pituitary/Neuroendocrine Center, Brigham & Women’s Hospital. Pituitary Tumors.
American Brain Tumor Association. 2015.Chicago. available in
http://www.abta.org/secure/pituitary-tumors-brochure
7. Arafah B M, Nasrallah M P. 2011. Pituitary tumors: pathophysiology,
clinical manifestations and management. Endocrine-related Cancer. 287-
305. Hart IR, Newton RW. The new medicine endocrinology. 2nd ed. Great
Britain: MTP Press Limited; 1983.p.4-13.
8. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Ilmu Bedah Saraf tahun 2016
9. Santosh K et. al. American Brain Tumor Association. About Brain Tumor.
2011. Diunduh dari www.abta.org/secure/about-brain-tumors-a-primer.pdf
10. Dietrich, J..2012.Corticosteroids In Brain Cancer Patients : Benefits And
Pitfalls. , 4(2), pp.233–242.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3109638
21