Anda di halaman 1dari 20

Analisis Technology Acceptance Model terhadap

Perpustakaan Digital dengan Structural Equation Modeling


Oleh: Imam Yuadi
Departemen Ilmu Informasi dan Perpustakaan

Abstract
The objective of this research is to acknowledge model acceptance of technology which is
TAM to digital library of Airlangga University. The research method uses equation
structural modeling (SEM) in analysing acceptance technology model using AMOS version
5.0 as a means of its processing. Technology Acceptance Model (TAM) at digital library is
the basis for a specific theory to analyze with Structural Equation Modeling (SEM). Before
analysing, I conducted Confirmatory Factor Analysis (CFA) at each of eight variables.
This research result shows that by using the examination of CFA, found that only one
latent variable which has not be respecified, whereas seventh others need to modify until
they in a uni-dimensional condition. A number of 318 respondents of digital library, I
found that two of ten hypothesis are refused in which e-resources organization does not
have any effects on the perception of usage. Similarly, perception of amenity of usage does
not have any effects to users’ attitudes with regard to utilize digital library.

Keywords: Technology Acceptance Model, Structural Equation Modeling, Confirmatary


Factor Analysis, Analysis of a Moment Structures, digital library, TAM,
SEM, CFA, AMOS

Pendahuluan
Pada beberapa generasi yang lalu juga terdapat kendala-kendala dalam pemahaman atas
pentingnya dukungan teknologi informasi (information technology literate). Hal yang
menjadi kendala adalah adanya paradigma lama atas perpustakaan yang diperparah dengan
sedikitnya budaya berbagi pengetahuan (knowledge sharing). Dengan adanya kendala-
kendala ini terdapat beberapa fakta yang cukup menyedihkan antara lain adalah banyaknya
perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia yang mengimplentasikan atau membuat sebuah
perpustakaan digital, akan tetapi perpustakaan-perpustakaan tersebut belum dimanfaatkan
secara maksimal oleh pengguna potensial bahkan mulai ditinggalkan pengunjung tetapnya.
Hal ini yang dimungkinkan dipengaruhi oleh beberapa faktor software yang digunakan,
antara lain desain antarmuka yang kurang baik dan kemudahan penggunaannya. Penyebab
lain adalah kemungkinan sedikitnya literatur atau informasi yang ditemukan oleh para
pencari informasi.
Implementasi dari perpustakaan digital Unair yang dikenal di website dengan Digital
Collection-nya masih menghadapi kendala terutama terkait dengan kondisi fasilitas temu
kembali informasinya dari segi desain, kelengkapan tools utama pencarian, navigasi, dan
organisasi e-resource yang meliputi sistem akses dan relevansi informasinya masih jauh
dari harapan pengguna. Sehingga seringkali apa yang dicari oleh pengguna sering tidak
ditemukan oleh sistem yang telah ada walau terkadang informasi yang dicari ditemukan
melalui pencarian langsung pada pustaka tercetaknya. Walapun portal perpustakaan Unair
mampu meraih penghargaan “Best Joomla in Library” tahun 2009, namun kenyataannya
jumlah pemakai perpustakaan digital masih belum sesuai harapan. Faktor lain seperti
kemampuan pengguna dalam menggunakan perpustakaan digital membutuhkan perhatian
besar bagi para pustakawan dalam memberikan bimbingan pengguna. Jadi secara garis
besar perpustakaan digital Universitas Airlangga masih belum dapat dikatakan berhasil
karena melihat kecilnya actual user yang ada bila dibandingkan dengan besarnya potensial
user.
Untuk itu perlu dilakukan usaha-usaha untuk mengetahui faktor-faktor apa yang
berpengaruh atas penerimaan pemakai terhadap perpustakaan digital Unair. Salah satu
model penerimaan pemakai terhadap teknologi yang paling sesuai sampai sekarang adalah
model technology acceptance model (TAM) yang dikemukakan oleh Davis dalam
Khosrow-Pour (2006: 209) dan dikembangkan pada penelitian lebih lanjut pada
perpustakaan digital oleh J.Y.L. Thong dkk (2002). Penelitian-penelitian yang ada
menunjukkan bahwa kebenaran TAM atas berbagai macam sistem penggunaan teknologi
informasi pada berbagai jenis instansi dan perusahaan telah diakui oleh para peneliti di
dunia (Vaidyanathan, 2005); Goon et.al (2005),. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan
memfokuskan pada pemanfaatan TAM sebagai kerangka teoritis untuk menyelidiki
pengaruh faktor eksternal atas penerimaan pemakai terhadap perpustakaan digital. Faktor
tersebut terutama adalah faktor eksternal yang akan berpengaruh terhadap persepsi
kemudahan penggunaan dan persepsi kegunaan terhadap perpustakaan digital menuju ke
arah penggunaan nyata perpustakaan digital Unair
TAM menganggap bahwa tingkat penggunaan nyata atau penerimaan pemakai atas
suatu teknologi dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu faktor eksternal, persepsi kegunaan,
persepsi kemudahan penggunaan, sikap maupun niat untuk menggunakannya. Faktor-
faktor tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. TAM digunakan untuk
mengetahui faktor mana yang paling berpengaruh. Struktur model pada TAM yang
berjenjang membutuhkan sebuah analisis data statistik yang paling sesuai yaitu Structural
Equation Modelling (SEM) dan bantuan software AMOS versi 5.0. SEM merupakan
teknik statistik yang digunakan untuk membangun dan menguji model statistik yang
biasanya dalam bentuk model sebab akibat. SEM sebenarnya merupakan teknik hibrida
yang meliputi aspek-aspek penegasan (confirmatory) dari analisis faktor, analisis jalur dan
regresi (Narimawati dan Sarwono, 2007). Bollen dalam Ghozali dan Fuad (2005)
mengemukakan bahwa SEM dapat menguji secara bersama-sama model struktural dan
model pengukuran. Sehingga pengujian kesalahan pengukuran dan analisis faktor dapat
dilakukan bersamaan dengan pengujian hipotesis.
Dari hal tersebut, dapat ditarik permasalahan dasar yang dihadapi pada penelitian ini,
yaitu penerimaan pemakai terhadap perpustakaan digital tentang hubungan kausal diantara
variabel-variabel dalam TAM dan pengukuran variabelnya. Pengukuran terhadap variabel-
variabel pada TAM tersebut tidak dapat dilakukan secara langsung melainkan melalui
indikator-indikatornya, sehingga validitas dan reliabilitas pengukuran membutuhkan
analisis data yang sesuai yaitu SEM. Oleh sebab itulah maka penelitian ini lebih
memfokuskan pada dua hal yaitu:
a. Bagaimana kecocokan TAM dalam menilai penerimaan pengguna terhadap
perpustakaan digital Unair?
b. Apakah ada pengaruh antar dimensi dalam variabel laten dalam membentuk TAM?

Technology Acceptance Model


Sejak tahun 1980-an ketika teknologi informasi secara jelas mempunyai pengaruh pada
kehidupan manusia, berbagai teori telah dikembangkan dalam berbagai penelitian tentang
penerimaan teknologi. Pada era itu, komputer diperkenalkan di tempat kerja.
Bagaimanapun juga, banyak manfaat yang terantisipasi tidak dapat direalisasikan terutama
dalam kaitannya dengan kesiapan para pemakai untuk menerima komputer dan sistem
perangkat lunak yang menghubungkannya. Hal ini terjadi terutama sekali dilakukan oleh
para peneliti yang membahas tentang komunitas ilmu tentang tingkah laku (behavioral
sciences) dalam menyelidiki alasan-alasan yang mungkin terjadi.
Beberapa masalah yang baru dikerjakan oleh para peneliti dengan mengembangkan
model-model yang dimodifikasi oleh sebagian orang dengan melihat kasus khusus sebagai
Theory of Reasoned Action (TRA) dan melihatnya dari perspektif tingkah laku manusia
ketika suatu alat baru diperkenalkan pada kehidupan umat manusia. TRA menjelaskan
tingkah laku manusia secara nyata sebagai hasil pengaruh dua kategori kepercayaan yang
signifikan - yaitu tingkah laku (behavioral) dan normatif (normative) (Tery, 1993: 207).
Model TAM sebenarnya diadopsi dari model TRA yaitu teori tindakan yang beralasan
dengan satu premis bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, akan
menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Reaksi dan persepsi pengguna Teknologi
Informasi (TI) akan mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan terhadap teknologi
tersebut. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya adalah persepsi pengguna
terhadap kemanfaatan dan kemudahan penggunaan TI sebagai suatu tindakan yang
beralasan dalam konteks pengguna teknologi. Sehingga alasan seseorang dalam melihat
manfaat dan kemudahan penggunaan TI menjadikan tindakan/perilaku manusia tersebut
sebagai tolok ukur dalam penerimaan sebuah teknologi.
Davis mendefinisikan perceived usefulness (PU) sebagai “the degree of which a
person believes that using a particular system would enhance his or her job performance”
dan perceived ease of use (PEU) sebagai “the degree of which a person believes that using
a particular system would be free of effort.” (Chee-Kit, 2005: 372). Kepercayaan ini
menentukan suatu sikap pemakai ke arah penggunaan suatu system kemudian menentukan
niat tingkah laku dan mengarah pada penggunaan sistem secara nyata. Penelitian-penelitian
telah menunjukkan kebenaran TAM atas berbagai macam sistem penggunaan teknologi
informasi oleh berbagai jenis instansi dan perusahaan.
Davis dkk. telah mempelajari dua model berbeda yaitu TRA dan Model
Penerimaan Teknologi (Technology Acceptance Model (TAM)) - untuk melihat bagaimana
mereka melakukannya dengan membedakan dalam kelas pemakai (user class) dan kelas
komputer (computer class). Penelitian dalam bidang ilmu tingkah laku terutama dalam
pengembangan TRA dilakukan oleh Fishbein dan Azjen (1975). Hasilnya telah berhasil
meramalkan dan menjelaskan perilaku dalam suatu kajian yang luas. Bagaimanapun juga,
peneliti mengamati TRA sebagai sesuatu yang terlalu umum sehingga perlu melakukan
pengembangan pada TAM untuk menjelaskan perilaku pemakaian komputer secara rinci
seperti pada gambar di bawah. TAM didasarkan pada berbagai pengetahuan sistem
informasi yang telah ada dan sesuai dengan model penerimaan komputer. Pada model
tersebut telah diperkenalkan adanya variabel eksternal (external variables). Adanya dugaan
(notion) dikaitkan antara Persepsi Kegunaan (Perceived Usefulness) dan Persepsi
Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease of Use). Demikian pula, pengaruh yang penting
dari persepsi kegunaan atas niat pada penggunaannya dengan memperkenalkan suatu
hubungan sebab akibat antara keduanya seperti terlihat pada Gambar 1.
Kedua model tersebut telah diuji oleh para pemakai model yang mengenalkan suatu
pengolah kata baru. Sikap dan niat lebih sedikit bila dibandingkan dengan prediksi dari
TRA dan TAM. Keduanya merekomendasikan penelitian lebih lanjut untuk
mengidentifikasi kondisi-kondisi atas sikap yang menghubungkannya dengan tingkat/niat
kepercayaan terhadapnya. Pada penelitian lain, Davis yang mengamati skala pengukuran
untuk mengetahui penerimaan pemakai dalam short supply dan mencoba membuat skala
Perceived Ease of Use dan Perceived Usefulness dalam TAM. Satuan materi skala yang
telah diusulkan pada awalnya telah diperlakukan untuk suatu uji coba dan analisa untuk
keandalan dan kebenarannya. Hasilnya telah disaring untuk masing-masing kegunaan
(usefulness) dan kemudahan penggunaan (Ease of Use). Dua penelitian lain telah dilakukan
untuk melihat seberapa baik skala yang dapat diadaptasikan ke suatu sistem. Sehubungan
dengan pengamatan Cohen dkk. (1975), dalam penelitiannya menyatakan bahwa kegunaan
memiliki hubungan yang kuat dengan kemudahan penggunaan. Hal tersebut juga telah
ditunjukkan pada pengaruh motivasi intrinsik sebagai faktor yang perlu untuk dipelajari.
Hal inilah yang dapat dipakai sebagai petunjuk untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Persepsi
Kegunaan

Sikap ke Niat untuk Penggunaan


Variable arah Menggunakan Nyata
Eksternal Penggunaan

Persepsi
Kemudahan
penggunaan

Gambar 1. Model Penerimaan Teknologi /TAM

TAM pada Perpustakaan Digital


Perkembangan selanjutnya banyak penelitian tentang pengembangan TAM
diimplementasikan pada perpustakaan digital menghasilkan model pengembangan TAM
yang salah satu diantaranya dilakukan oleh J.Y.L. Thong (2002) dimana faktor eksternal
berupa karakteristik antarmuka, konteks organisasi dan perbedaan individu mampu
mempengaruhi persepsi kemudahan penggunaan dan persepsi kegunaan atas perpustakaan
digital. Kemudian Taha (2005) mengusulkan bahwa TAM dari Davis dan Tong,
dimodifikasi sehingaa menghasilkan model sebagai berikut:

[variable [Respon Kognitif] [Respon tingkah laku] [Usability

Desain Portal
Perpustakaan Persepsi
Kegunaan

Penggunaan
Organisasi Sikap ke Niat untuk Nyata &
E-resources arah Menggunaka Penerimaan
Perpustakaan Penggunaa n Perpustakaa
n n Digital
Persepsi
Kemudaha
User abilities n
& Skills penggunaa

Gambar 2. Modifikasi TAM dalam Perpustakaan digital

Lebih jauh dikemukakan J.Y.L. Thong (2002) dan Taha (2005) bahwa
beberapa faktor eksternal tersebut terdiri dari:
a. Desain Portal Perpustakaan (Library Portal Design)
Penelitian sebelumnya atas perpustakaan digital telah mengidentifikasi dua aspek yang
berbeda atas nilai guna perpustakaan digital yaitu interface usability dan organizational
usability (Kling & Elliott 1994). Kualitas antarmuka sistem memberikan suatu kontribusi
penting pada nilai guna perpustakaan digital dan sering dikutip oleh para peneliti dalam
kerangka teorinya. Sebagai media antara sistem dan pemakai, antarmuka bertindak sebagai
platform untuk tindakan pemakai. Suatu antarmuka dirancang dengan baik supaya dapat
membantu para pemakai dalam menggunakan sistem secara mudah dengan mengurangi
usaha dalam mengidentifikasi obyek tertentu pada layar atau penyediaan navigasi yang
jelas antara layer satu dengan yang lainnya. Pentingnya sistem antarmuka dalam
pencapaian pemakai atas sistem temu kembali informasi telah ditulis oleh para peneliti
ilmu perpustakaan dan informasi (Dellon & Song., 1995: 490).

1. Terminologi (terminology)
Terminologi mengacu pada kata, kalimat dan singkatan yang digunakan oleh suatu sistem
(Lindgaard, 1994). Variabel istilah dapat dikatakan sebagai bahasa. Karena suatu variabel
tertentu, seorang pemakai perlu untuk memahami bahasa tertentu dalam rangka menerima
dan menggunakan teknologi tersebut. Keberhasilan suatu perpustakaan digital pada
generasi sistem temu kembali informasi yang baru tergantung pada banyaknya para
pemakai yang saling berhubungan dengan sistem melalui query terstruktur yang pada
gilirannya tergantung pada pemahaman pemakai atas istilah yang digunakan oleh
perpustakaan digital. Sebagai contoh, suatu masalah utama perpustakaan digital adalah
tidak sesuainya penggunaan jargon (Talja et al. 1998).

2. Desain Antarmuka (screen design)


Desain antarmuka adalah suatu cara dimana informasi dipresentasikan pada suatu layar
(Lindgaard, 1994). Penelitian terdahulu telah menemukan isi yang sama, suatu cara atas
informasi yang ditunjukkan pada layar mampu mempengaruhi strategi pencarian informasi
pemakai sebagaimana kemampuannya. Dalam konteks perpustakaan digital, tidak hanya
“what” yang berhubungan dengan antarmuka tetapi juga ‘how”. Sebagai contoh, grafik
antarmuka telah ditemukan interaksi yang lebih banyak dengan para pemakai dalam sistem
temu kembali informasi dan perpustakaan digital (Liu et al., 2000). Suatu metode bahwa
informasi diatur pada layar dapat mempengaruhi interaksi pemakai tersebut dengan
perpustakaan digital di luar efek isi informasi. Demikian pula, banyaknya poin-poin
tertentu akan membuat sulit untuk dibaca, sepanjang tombol yang digambarkan dengan
gambar tertentu dapat menciptakan kebingungan dan kesalahpahaman. Secara jelas,
antarmuka yang terorganisir dengan baik dan secara hati-hati dirancang dapat membantu
para pemakai dalam meneliti antarmuka dan mengidentifikasi informasi yang relevan
secara mudah.

3. Navigasi (navigation)
Navigasi adalah kemudahan dimana pemakai dapat berpindah-pindah pada seputar system
(Lindgaard, 1994). Suatu masalah seringkali didapatkan oleh para pemakai ketika mereka
mencoba untuk menempatkan informasi digital pada orientasi yang salah (Dillon, 2000).
Sejumlah informasi meningkat dengan cepat, struktur untuk menyimpan informasi menjadi
lebih kompleks. Para pemakai seringkali mudah kehilangan sistem informasi yang intensif
sepanjang perpustakaan digital berusaha untuk menemukan kembali informasinya.
b. Organisasi E-resources (E-resources Organization)
Organisasi e-resources mengacu pada tatacara sistem komputer sehingga dapat secara
efektif terintegrasi ke dalam pekerjaan praktis dari suatu organisasi tertentu. Perpustakaan
digital mungkin lebih dapat digunakan dalam beberapa organisasi dibandingkan dengan
yang lainya. Beberapa karakteristik yang sesuai dengan perpustakaan digital dan
organisasinya sulit untuk dipakai dalam mendukung pemakaian fasilitasnya. Empat
dimensi usabilitas organisatoris perpustakaan digital meliputi:
• Accessibility – Kemudahan seseorang dalamt menempatkan sistem komputer secara
spesifik, keuntungan dalam mengakses secara fisik dan akses elektronik terhadap
jumlah koleksi ektroniknya. Dimensi ini mengacu pada pendekatan secara fisik dan
pembatasan adminitratif atas penggunaan sistem tertentu.
• Compatibility - Tingkat kecocokan perpindahan file dari sistem ke sistem.
• Integrability into work practices - Bagaimana sistem berhubungan dengan seseorang
atau kelompok kerja dengan baik.
• Social-organizational expertise - Fasilitas bagi seseorang untuk dapat memperoleh
pelatihan dan berkonsultasi dalam belajar menggunakan sistem dan dapat menemukan
bantuan (help) atas permasalahan dalam penggunaan sistem (Kling, 1994).

Berdasarkan kegunaan dan klasifikasi oleh Kling Elliott (1994) dan Lindgaard (1994),
serta oleh Davies (1997), diusulkan oleh JYL Thong (2002) agar memasukkan tiga
variable dalam konteks organisasi yaitu: relevansi, sistem aksesibilitas dan sistem
visibilitas.
1. Relevansi (relevance)
Salah satu dari dimensi organizational usability yang diusulkan oleh Kling dan Elliott
(1994) adalah integrability dari sistem ke dalam pekerjaan secara praktis dimana sistem
sesuai secara praktis baik untuk perorangan maupun kelompok. Variabel yang sama
diusulkan oleh Lindgaard (1994) sesuai dengan tugas-tugas pemakai, dimana tingkatan
sistem sesuai dengan tugas-tugas yang dilakukan pada lingkungan. Kedua variabel
menekankan kesesuaian antara sistem dan kemampuan tugas-tugas pemakai. Bila
diimplementasikan pada konteks perpustakaan digital, kesesuaian antara isi sistem dan
kebutuhan informasi pemakai secara individu. Literatur ilmu perpustakaan dan informasi
menunjukkan bahwa relevansi adalah istilah yang tepat untuk mewakili konsep tersebut.
Bahkan, evaluasi sistem temu kembali informasi telah bergulir di sekitar ide tentang
relevansi (Park, 1994). Konsep relevansi yang melekat pada pemakai dari hasil evaluasi
kinerja dalam sistem informasi (Schamber, Eisenberg & Nilan, 1990). Tujuan dari sistem
ini adalah untuk menyediakan dokumen yang relevan kepada pemakai. Gluck (1996)
menemukan hubungan yang kuat antara relevansi dan kepuasan pengguna dengan sistem
informasi, sedangkan Yao (1995) mencatat bahwa pengguna cenderung untuk mencari
dokumen yang berguna agar relevan. Karena itu, diusulkan oleh JYL Thong dkk (2002)
bahwa relevansi dari sebuah perpustakaan digital untuk pengguna informasi akan
meningkatkan kebutuhan pengguna persepsi dari kegunaan.

2. Aksesibilitas Sistem (system accessibility).


Accessibility didefinisikan sebagai kemudahan dimana seseorang dapat mencari atau
mendapatkan secara spesifik pada suatu sistem komputer (Kling & Elliott, 1994). Secara
tradisional aksesibilitas dari data dan informasi (bukan sistem komputer) telah menjadi
fokus dari penelitian IS. Persepsi aksesibilitas dapat ditemukan menjadi salah satu yang
penting dalam menentukan frekuensi penggunaan sumber informasi dan pemilihan saluran
informasi. Aksesibilitas yang rendah dapat berpengaruh secara negatif terhadap
penggunaan sumberdaya elektronik, khususnya sumber daya on-line yang disediakan oleh
perpustakaan digital (Zhang & Estabrook, 1998). Secara khusus, Kraemer dkk. (1993)
menemukan bahwa akses yang lebih besar dari informasi berbasis komputer memiliki
kontribusi informasi yang besar atas manfaatnya pada manajer.

3. Visibilitas Sistem (system visibility)


Visibilitas sistem berasal dari konsep sistem observability yang merupakan salah satu
kunci karakteristik dari inovasi teknologi yang diidentifikasi oleh Rogers (1995).
Observability didefinisikan sebagai tingkatan dimana hasil dari suatu inovasi terlihat dan
dapat dikomunikasikan dengan yang lainnya (Rogers, 1995). Hampir sama dengan situasi
dengan inovasi teknologi lainnya, manfaat menggunakan perpustakaan digital dan bahkan
keberadaan sistem itu sendiri tidak dapat diketahui untuk pemakai potensial. Oleh karena
itu, penting untuk meningkatkan visibilitas atas perpustakaan digital. Menurut Moore dan
Benbasat (1991, hal 203), ‘‘it appears that the more a potential adopter can see an
innovation, the more likely he is to adopt it’’. Dasar secara psikologis, fenomena ini
disebut seabagai efek eksposur yang berarti independen dari pertimbangan dasar, eksposur
tersebut pada obyek yang mampu mengubah secara positif atas sikap individu terhadap
objek yang dimaksud. Walaupun sistem visibilitas tidak akan menambah nilai yang
sebenarnya dari fungsi perpustakaan digital dengan pengguna tetapi dapat membantu
pemakai dalam mengetahui fungsi-fungsinya lebih bermanfaat kemudian meningkatkan
niat untuk menggunakan sistem.

c. Kemampuan dan Keahlian Pengguna (User Abilities & Skills)


Hubungan antara kemampuan pengguna dan keberhasilan sistem informasi dideskripsikan
dalam kerangka teori yang diusulkan oleh Zmud (1979). Suksesnya inovasi teknologi
informasi tergantung sebanyak atas individu terhadap teknologinya. Pare dan Elam (1995)
menemukan bahwa ketika perilaku adopsi adalah sukarela, pengaruh faktor pribadi atas
pemakaian komputer bisa jadi lebih kuat dari faktor sosial atau faktor lingkungan.
Perbedaan individu terutama dalam kemampuan dan keahliannya juga berperan penting
dalam menentukan pencapaian pemakaian atas sistem temu kembali informasi (Borgman,
1997). Penelitian sebelumnya menguji pengaruh faktor individu atas perilaku adopsi sistem
informasi (Agarwal& Prasad, 1999). Bagaimanapun juga, kemajuan dalam lingkungan
virtual, terutama melalu teknologi yang berjangkau luas seperti World Wide Web,
pengaruh dari perbedaan individu atas penggunaan teknologi yang lebih baru tidak
mungkin secara keseluruhan diterangkan oleh teori dan metode yang dikembangkan untuk
generasi sistem informasi yang lebih awal (Chen et al., 2000). Oleh karena itu, suatu
kebutuhan penelitian empiris untuk menguji pengaruh perbedaan individu dalam
lingkungan teknologi baru.

1. Perkembangan diri atas komputer (computer self-efficacy)


Berdasarkan teori kognitif sosial (Bandura, 1977), bahwa computer self-efficacy dapat
mempengaruhi penggunaan sistem melalui niat untuk memiliki. Hal tersebut telah
didokumentasikan dalam berbagai studi. Computer self-efficacy didefinisikan sebagai suatu
keputusan individu atas kemampuannya untuk menggunakan komputer (Compeau &
Higgins, 1995, hal 192). Penelitian sebelum telah menemukan bahwa computer self-efficacy
memiliki pengaruh positif pada kemauan untuk menggunakan komputer secara umum.
(Venkatesh & Davis, 2003). Mekanisme melalui computer self-efficacy yang akan
mempengaruhi perilaku penggunaan melalui TAM dapat lebih dipahami dengan argument.
Dia mencatat bahwa ada dua jenis kontrol faktor-faktor yang diusulkan oleh Ajzen (1985)
dalam model intention-behaviour. Salah satunya adalah faktor internal yang meliputi
ketrampilan (skill) dan kontrol diri (will power) . Hal lainnya adalah faktor kontrol internal
(external control factors), yang meliputi waktu, kesempatan, dan kerjasama dengan yang lain.
Sedangkan faktor kontrol eksternal tidak dipertimbangkan secara eksplisit dalam TAM,
akibat faktor internal, seperti keterampilan computer didapatkan dari variabel persepsi
kemudahan penggunaan. Diharapkan computer self-efficacy akan mempengaruhi niat melalui
persepsi kemudahan penggunaan. Para peneliti ilmu perpustakaan dan informasi juga
mengakui kemungkinan pengaruh kemampuan komputer (computer literacy) pada
peningkatan penggunaan system temu kembali informasi (Davies, 1997), tetapi dalam
penelitian empiris yang terbatas.

2. Pengalaman atas penggunaan komputer (Computer experience)


Pengalaman atas penggunaan komputer secara umum dapat mempengaruhi keberhasilan
interaksi dengan personal computers, World Wide Web dan sistem temu kembali informasi
(Igbaria dkk., 1995). Berbagai kriteria telah diadopsi dalam berbagai kajian sebagai
indikator atas pengalaman atas komputer. Thompson et al. (1994) berpendapat bahwa
dalam kontek teknologi informasi, keterampilan komputer dan lamanya penggunaan harus
dihitung karena mereka mewakili dimensi berbeda dari pengalaman umum atas komputer.
Sebagai refleksi bahwa self-reported computer skill dan computer self-efficacy mengukur
tingkat keyakinan bahwa bila seorang pengguna telah bekerja dengan paket perangkat
lunak baru. Di sisi lain, banyaknya pengalaman atas komputer adalah ukuran yang objektif
atas pengalaman pengguna komputer. Semakain banyak pengalaman komputernya berarti
lebih besar eksposur ke berbagai jenis aplikasi dan tingginya tingkat keakraban dengan
berbagai paket perangkat lunak. Meskipun pengalaman ini mungkin tidak terhubung
langsung dengan perpustakaan digital, mereka dapat membantu pengguna dalam
mempelajari cara baru untuk menggunakan sistem dengan lebih mudah.

3. Domain knowledge
Pengetahuan pemakai atas domain subyek adalah faktor kontrol internal yang dapat
mempengaruhi kinerja pencarian informasi pada perpustakaan digital. Dalam penelitian
perilaku pencarian informasi di lingkungan hypertext, domain ahli melakukan lebih cepat
dan lebih fokus melakukan pencarian dari pada yang bukan ahlinya (novice) (Marchionini,
Lin & Dwiggins, 1998). Kemungkinan alasannya mencakup (1) domain pengetahuan dapat
membantu pengguna untuk terpisah dari informasi yang relevan dan tidak relevan sehingga
tanggapan efektif mampu meningkatkan pencarian (Meadow et al., 1995); (2) pengetahuan
isi informasi sebelumnya dapat memfasilitasi pembelajaran atas prinsip pencarian (Linde
& Bergstrom, 1988); dan (3) domain ahli dapat menggunakan istilah-istilah teknis untuk
merumuskan permintaan, membuatnya relatif cepat atas keputusan apakah ada
relevansinya atau tidak dan ada yang lebih tinggi tingkat kepercayaan mereka atas
keputusannya (Marchionini dkk.,1998).

d. Persepsi Kemudahan Penggunaan (Perceived ease-of-use)


Persepsi kemudahan penggunaan didefiniskan sebagai "tingkat dimana seseorang percaya
bahwa menggunakan sistem tertentu akan bebas dari usaha" (Davis, 1989: 320), yang
mencerminkan bahwa usaha merupakan sumber daya yang terbatas bagi seseorang yang
akan mengalokasikan untuk berbagai kegiatan. Yang paling penting bagi pengguna adalah
jumlah usaha yang dia keluarkan untuk dikeluarkan dalam menggunakan suatu sistem.
Kemudahan penggunaan adalah konsep yang telah mendapatkan perhatian dalam kepuasan
pengguna dalam alirannya penelitian sistem informasi dan e-commerce. Segala sesuatu
yang sama, sistem yang mudah digunakan akan meningkatkan niat untuk menggunakan
sebagai kebalikan dari suatu sistem yang lebih mudah digunakan (Davis, 1989).
Mempertimbangkan argumen yang jelas usaha individu untuk menjadi sumber daya
langka, sedemikian hingga seorang individu seharusnya rela untuk mengalokasikan lebih
banyak kesempatan daripada ia mampu melakukannya. Oleh karena itu, sebuah sistem
yang memerlukan usaha kecil dikatakan lebih baik daripada sistem yang memerlukan
usaha lebih besar (Davis, 1989).

e. Persepsi Kenggunaan (Perceived usefulnes)


Menurut Davis (1989: 320), definisi dari persepsi kegunaan adalah "Tingkat dimana
seorang individu percaya bahwa menggunakan sistem akan memberikan kontribusi untuk
mencapai tujuan tertentu". Sesuai dengan literatur tentang kegunaan sistem informasi yang
ddikemukan Davis, dalam penelitian ini diusulkan bahwa peningkatan kegunaan yang
positif berhubungan dengan sikap terhadap sebuah perpustakaan digital. Ada juga
beberapa bukti awal bahwa kegunaan lebih mengarah pada penggunaan perpustakaan
digital.

f. Sikap Menuju Penggunaan (Attitude Toward Using)


Attitude Toward Using dalam TAM dikonsepkan sebagai sikap terhadap penggunaan
sistem yang berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai akibat dari bilamana seseorang
menggunakan suatu teknologi dalam pekerjaannya (Davis, 1989: 321). Peneliti lain
menyatakan bahwa faktor sikap (attitude) sebagai salah satu aspek yang mempengaruhi
perilaku individual. Sikap seseorang terdiri atas unsur kognitif/cara pandang (cognitive),
afektif (affective), dan komponen-komponen yang berkaitan dengan perilaku (behavioral
components).

g. Niat untuk Menggunakan (Behavioral Intention to Use)


Behavioral Intention to Use adalah kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan
suatu teknologi. Tingkat penggunaan sebuah teknologi komputer pada seseorang dapat
diprediksi dari sikap perhatiannya terhadap teknologi tersebut, misalnya keinginanan
menambah peripheral pendukung, motivasi untuk tetap menggunakan, serta keinginan
untuk memotivasi pengguna lain (Davis, 1989: 321). Peneliti selanjutnya menyatakan
bahwa sikap perhatian untuk menggunakan adalah prediksi yang baik untuk mengetahui
Actual Usage.

h. Penggunaan Nyata (Actual System Usage)


Actual System Usage adalah kondisi nyata penggunaan sistem. Dikonsepkan dalam bentuk
pengukuran terhadap frekuensi dan durasi waktu penggunaan teknologi (Davis, 1989: 322)
Seseorang akan puas menggunakan system jika mereka meyakini bahwa sistem tersebut
mudah digunakan dan akan meningkatkan produktifitas mereka, yang tercermin dari
kondisi nyata penggunaan.

Metode Penelitian
Penelitian ini dengan survei yaitu dengan penyebaran kuesioner sejumlah 425 kuesioner
tetapi yang kembali 362 dan yang dinyatakan valid sebesar 318 kuesioner. Model yang
digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teori sebelumnya dimana berbagai
macam cara untuk mengetahui dasar model penerimaan teknologi. Variasi modelnya
adalah variabel eksternal yang berpengaruh atas persepsi kemudahan pengguna (perceived
ease of use) dan persepsi kegunaan (perceived usefulness) atas perpustakaan digital. Model
tersebut telah dikembangkan dari hasil adopsi dari model asli TAM dan telah diteliti J.Y.L.
Thong dkk (2002) dan Taha (2005) dengan pengembangan model penerimaan teknologi
maka dapat diusulkan hipotesisnya sebagai berikut:

• H1: Desain portal akan berpengaruh terhadap persepsi kemudahan penggunaan


perpustakaan digital
• H2: Organisasi e-resources akan berpengaruh terhadap persepsi kemudahan
penggunaan perpustakaan digital
• H3: Kemampuan & skill pengguna akan berpengaruh terhadap persepsi kemudahan
penggunaan perpustakaan digital
• H4: Organisasi E-resources akan berpengaruh terhadap persepsi kegunaan
perpustakaan digital
• H5: Persepsi kemudahan penggunaan akan berpengaruh terhadap persepsi kegunaan
perpustakaan digital
• H6: Persepsi kemudahan penggunaan akan berpengaruh terhadap sikap ke arah
penggunaan perpustakaan digital
• H7: Persepsi kegunaan akan berpengaruh terhadap sikap ke arah penggunaan
perpustakaan digital
• H8: Persepsi kegunaan akan berpengaruh terhadap niat untuk menggunakan
perpustakaan digital
• H9: Sikap ke arah penggunaan berpengaruh terhadap niat untuk menggunakan
perpustakaan digital
• H10: Niat untuk Menggunakan berpengaruh terhadap penggunaan nyata & penerimaan
perpustakaan digital

Prosedur SEM dalam penelitian ini akan mengandung tahap-tahap sebagai berikut:
1. Spesifikasi model (model specification)
Tahap ini berkaitan dengan pembentukan model awal persamaan struktural, sebelum
dilakukan estimasi. Model awal ini diformulasikan berdasarkan teori atau penelitian
sebelumnya.
a. Pengembangan model berbasis konsep dan teori
Model yang ini dikembangkan dari hasil adopsi dari model asli TAM dan
telah diteliti J.Y.L. Thong dkk (2002) dan Taha (2005) dengan
pengembangan model penerimaan teknologi atas perpustakaan digital.
b. Mengkonstruksi diagram Path (Gambar 3)
c. Konversi Diagram Alur Kedalam Persamaan
Setelah model teoritis dikembangkan dan digambarkan dalam sebuah diagram alur,
langkah selanjutnya ialah mengkonversikan spesifikasi model tersebut kedalam rangkaiaan
persamaan. Sedangkan spesifikasi terhadap model pengukuran adalah sebagai berikut:

• Kosntruk Eksogen Desain Portal Perpustakaan


o DES1 = λdes1DP + δ1
o DES2 = λdes2DP + δ2
o DES3 = λdes3DP + δ3
o DES4 = λdes4DP + δ4
o DES5 = λdes5DP + δ5
Gambar 3. Konstruksi Diagram Path SEM pada TAM

• Konstruk Eksogen Organisasi E-resources Perpustakaan


o ORG1 = λorg1OER + δ6
o ORG2 = λorg2OER + δ7
o ORG3 = λorg3OER + δ8
o ORG4 = λorg4OER + δ9
• Konstruk Eksogen Kemampuan dan Skill Penggunaan
o SKILL1 = λskill1KSP + δ10
o SKILL2 = λskill2KSP + δ11
o SKILL3 = λskill3KSP + δ12
o SKILL4 = λskill4KSP + δ13

Dari persamaan model pengukuran tersebut dapat dituliskan dalam notasi matematika
hybrid SEM sebagai berikut:

X = Λx ξ + δ

• Konstruk Endogen Persepsi Kemudahan Penggunaan


o PEU1 = λpeu1PKP + ε1
o PEU2 = λpeu2PKP + ε2
o PEU3 = λpeu3PKP + ε3
o PEU4 = λpeu4PKP + ε4
o PEU5 = λpeu5PKP + ε5
o PEU6 = λpeu6PKP + ε6
o PEU7 = λpeu7PKP + ε7
• Konstruk Endogen Persepsi Kegunaan
o PU1 = λpu1PK + ε8
o PU2 = λpu2PK + ε9
o PU3 = λpu3PK + ε10
o PU4 = λpu4PK + ε11
o PU5 = λpu5PK + ε12
• Konstruk Endogen Sikap ke arah Penggunaan
o ATU1 = λatu1SMP + ε13
o ATU2 = λatu2SMP + ε14
o ATU3 = λatu3SMP + ε15
o ATU4 = λatu4SMP + ε16
• Konstruk Endogen Niat untuk Menggunakan
o BI1 = λbi1NUM + ε17
o BI2 = λbi2NUM + ε18
o BI3 = λbi3NUM + ε19
o BI4 = λbi4NUM + ε20
o BI5 = λbi5NUM + ε21
• Konstruk Endogen Penggunaan Nyata & penerimaan Perpustakaan Digital:
o ACTL1 = λactl1PNDL + ε22
o ACTL2 = λactl2PNDL + ε23
o ACTL3 = λactl3PNDL + ε24
o ACTL4 = λactl4PNDL + ε25
o ACTL5 = λactl5PNDL + ε26
o ACTL6 = λactl6PNDL + ε27

Dapat ditulis: Y = Λy η + ε
Diagram Jalur pada gambar 3 di atas dapat dikonversikan menjadi model struktural sebagai
pada persamaan berikut:

η1 = γ1 ξ1+ γ3 ξ2 + γ4 ξ3 + ζ1
η2 = γ2 ξ2 + β1 η1 + ζ2
η3 = β2 η1 + β3 η2 + ζ3
η4 = β4 η2 + β5 η3 + ζ4
η5 = β6 η4 + ζ5
atau

PKP = γ1 DP + γ3 OER + γ4 KSP + ζ1


PK = γ2 OER + β1 PKP + ζ2
SMP = β2 PKP1 + β3 PK + ζ3
NUM = β4 PK + β5 SMP + ζ4
PNDL = β6 NUM + ζ5
dimana :
DP(ξ1) : variabel laten eksogen desain portal
OEP(ξ2) : variabel laten eksogen organisasi e-resource perpustakaan
KSP(ξ3) : variabel laten eksogen kemampuan dan skill penggunaan
PKP(η1) : variabel laten endogen persepsi kemudahan penggunaan
PK(η2) : variabel laten endogen persepsi kegunaan
SMP(η3) : variabel laten endogen sikap ke arah penggunaan
NUM(η4) : variabel laten endogen niat untuk menggunakan
PNDL(η5) : variabel laten endogen penggunaan nyata & penerimaan
perpustakaan digital
β : Beta, koefisien pengaruh variabel endogen terhadap variabel
endogen
γ : gamma, koefisien pengaruh variabel eksogen terhadap variabel
endogen
ζ : zeta, galat model (model error) dari variabel laten endogen
λ : lamda, factor loading yangg menghubungkan variabel laten
dan variabel teramatai
δ : delta, komponen kesalahan pengukuran dari variabel teramati
atas variabel eksogen
ε : epsilon, komponen kesalahan pengukuran dari variabel teramati
atas variabel endogen

Model struktural dari persamaan di atas dapat dituliskan dalam Notasi Matematika Full
(Hybrid Model) SEM sebagai berikut:

η1 = γ1 ξ1+ γ3 ξ2 + γ4 ξ3 + ζ1
η2 = γ2 ξ2 + β1 η1 + ζ2
η3 = β2 η1 + β3 η2 + ζ3
η4 = β4 η2 + β5 η3 + ζ4
η5 = β6 η4 + ζ5

Dapat dituliskan:
η = βη + Γξ + ζ

Secara umum notasi matematik dari full atau Hybrid Model dapat dituliskan sebagai
berikut:
• Structural model (model struktural)
η = βη + Γξ + ζ
• Measurement Model (model pengukuran)
o Model Pengukuran untuk y
Y = Λy η + ε
o Model Pengukuran untuk x
X = Λx ξ + δ

• Dengan asumsi
o ζ tidak berkorelasi dengan ξ
o ε tidak berkorelasi dengan η
o δ tidak berkorelasi dengan ξ
o ζ, ε dan δ tidak saling berkorelasi (mutual uncorrelated)
• Di mana
o Variabel
 η (eta) adalah m x 1 latent endogenous variables
 ξ (ksi) adalah n x 1 latent exogenous variables
 ζ (zeta) adalah m x 1 latent errors in equations
 Y adalah p x 1 observed indicator of η
 X adalah q x 1 observed indicator of ξ
 ε (epsilon) adalah p x 1 measurement errors for y
 δ (delta) adalah q x 1 measurement errors for x
o Coefficients
 β (beta) adalah m x m coefficient matrix for latent endogenous
variables
 Γ (gamma) adalah m x m coefficient matrix for latent exogenous
variables
 Λy (lamda y) adalah p x m coefficient matrix relating y to η
 Λx (lamda x) adalah q x n coefficient matrix relating x to ξ
o Covariance Matrix
 Φ (phi) adalah n x n covariance matrix of ξ
 Ψ (psi) adalah n x n covariance matrix of ζ
 Θε (theta-epsilon) adalah covariance matrix of ε
 Θδ (theta-delta) adalah covariance matrix of δ

1. Identifikasi (identification)
Tahap ini berkaitan dengan pengkajian tentang kemungkinan diperolehnya nilai yang
unik untuk setiap parameter yang ada di dalam model dan kemungkinan persamaan
simultan tidak ada solusinya. Secara keseluruhan df adalah positif. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai df yang positif, yakni semuanya di atas angka 0 sehingga model dalam
keadaan overidentified (df>0) maka diperlukan tahapan selanjutnya yaitu pengujian
kriteria kebaikan model. Model dikatakan baik (fit) jika nilai kebaikan model
(goodness of fit) yang dihasilkan oleh program AMOS sesuai dengan kriteria.
2. Estimasi (estimation)
Tahap ini berkaitan dengan estimasi terhadap model untuk menghasilkan nilai-nilai
parameter dengan menggunakan salah satu metode estimasi yang tersedia. Pemilihan
model estimasi yang digunakan ditentukan berdasarkan karakteristik dari variabel-
variabel yang dianalisis.
3. Uji kecocokan (testing fit)
Tahap ini berkaitan dengan pengujian kecocokan antara model dengan data. Beberapa
kriteria ukuran atau goodness of Fit (GOF) yang digunakan untuk menuntukan fit atau
tidak yaitu CMIN/DF, GFI, RMSEA, AGFI, CFI dan TLI.
4. Respesifikasi (respesification)
Tahap ini berkaitan dengan respesifikasi model berdasarkan atas hasil uji kecocokan
tahap sebelumnya.

Analisis Data
Dari kedelapan variabel laten yang digunakan pada penelitian ini, akan dilakukan uji
unidimensionalitas variabel untuk masing-masing variabel laten guna mengetahui validitas,
reliabilitas, serta kontribusi yang diberikan masing-masing variabel indikator dalam
menyusun variabel latennya. Proses uji unidimensionalitas dengan menggunakan
Confirmatory Factor Analysis (CFA), terhadap masing-masing variabel laten tersebut
meliputi analisis goodness of fit dan analisis hubungan indikator dengan konstruk yang
diuraikan satu persatu yang hasilnya hanya variabel niat untuk menggunakan yang
dinyatakan fit, sedangkan 7 diantaranya dinyatakan tidak fit dan diperlukan modifikasi atau
respesifikasi dengan mengkorelasikan antar residual indikator.
1 .44 .26
.30 e1 DES1 .56 .30
1 .52 1
eDP e6 ORG1 e10 SKILL1
.25 1.00 eOER eKSP
1 1 -.31 1.00
e2 DES2 .34 1.00 .54 1
.90 1 1 1
.33 e7 ORG2 -.52 e11 SKILL2 1.00
1 .76 .96
e3 DES3 DP .13
.74 .53 .70 .62 1.00 KSP
1 OER 1
.37
1 .70 e8 ORG3 -.16 e12 SKILL3
e4 DES4 .35 1.00
.09 .14 -.25 .31
.50 .72
1 1 1
e5 DES5 e9 ORG4 e13 SKILL4

CFA Desain Portal CFA Organisasi e-resources CFA Kemampuan &Skill Pgg

.55
1
e14 PEU1
.22 .32 .30
1 1 .19
e15 PEU2 1.00 Z1 e21 PU1 .22 .27
.27
1
1
1.02 1 .24 e26 ATU1 Z3
-.06.03 e16 PEU3 1.11 1 1.00 Z2 1.00
.33 e22 PU2 1 .14 1
1 .85 PKP 1.30 1
e17 PEU4 1.00 .25 e27 ATU2 1.41
-.01 .32 1 1.22
1 .97 e23 PU3 PK .25 1.21 SMP
-.02 e18 PEU5
.79 .26 1.02 1
.06 .33
1
1 .73 e28 ATU3 .83
e24 PU4
e19 PEU6 .08 .43
.08 .42 .07 .41 1
1 1 e29 ATU4
e20 PEU7 e25 PU5

CFA Persepsi kemudahan peggunaan CFA Persepsi kegunaa CFA Sikap ke arah penggunaan

.53
1
.43 e35 ACTL1
1 .31
e30 BI1 .26 .20 .66
1 1.00 Z5
Z4 e36 ACTL2
.34 1.00 .20 .77 1
1 1 .52
e31 BI2 1
.89 .07 e37 ACTL3 1.16
.28 .56 1.01 PNDL
1 1.13 NUM .05 1
e32 BI3 e38 ACTL4 .92
.82
-.10 .19 .80
.54 1 .70
1 .77 .05 e39 ACTL5
e33 BI4
.54
.52 1
1 e40 ACTL6
e34 BI5

CFA Niat untuk menggunakan CFA Penggunaan nyata dan penerimaan

Gambar 4. CFA dalam kondisi fit

Setelah dilakukan pengujian unidimensionalitas pada masing-masing variabel laten


maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis model persamaan struktural atau SEM
atas TAM sesuai dengan diagram path penelitian yang disusun sebelumnya
Untuk menentukan keputusan atas hipotesis tersebut di atas berikut adalah hasil
pengolahan data yang memperlihatkan bobot regresi antar variabel seperti terlihat pada
Gambar 5 berikut :
.05
.28 .29 .28 .24 .39
e21 e22 e23 e24 e25 .02
1 1 1 1 1 .26 .21 .25 .34
e26 e27 e28 e29
PU1 PU2 PU3 PU4 PU5
1 .43 1 1 1 1
.30 e1 .26 DES1 1.03 .77
1.00 1.001.161.11 .09
1 eDP ATU1 ATU2 ATU3 ATU4
e2 .33 DES2 .90 1 Z3
1 .76 1.001.23 1.19
1.02
PK 1
e3 .36 DES3
.76 DP .62
1 .72 1
e4 DES4 SMP
.07 .49 .13
1 .47
e5 DES5 .10 1
.50 Z2 .35 BI1 e30
.28 .44 .29
eOER 1.00 1
1 BI2 e31
e6 .34 ORG1 1.001 1.10 .31
1 1.19 1
.99 BI3 e32
e7 .51 ORG2 .56
.75 OER NUM .87 1
1 BI4
.40
e8 .71 ORG3 1 .85 e33
.52
.12 1 .09 1
e9 ORG4 .38 .54 BI5 e34
.10 Z4
.19
.66 Z5
.55
.25 1
1 ACTL1 e35
.58 .28 .64
1.00 1 .19
e10.831SKILL1 eKSP .80 ACTL2 e36
-.08 1 1.00 1 .62
e11 1.05 1 .21
-.18 .92 SKILL2 .24 PNDL ACTL3 e37 .04
.44 1 -.13 1.14 .50
.03
.07 e12
.29
SKILL3
1.08 KSP 1.01ACTL4 1 e38
.09 1 .36 .11 .77
SKILL4 .84 .15-.09
e13 1 Z1 1
PKP ACTL5 e39 .01
.49
1
1.00
1.01
1.08 .86 1.01 .87
1.03 ACTL6 e40

PEU1 PEU2 PEU3 PEU4 PEU5 PEU6 PEU7


Gambar 5. Output Path Diagram AMOS
1 1 1 1 1 1 1
.56 .23 .30 .33 .32 .30 .38
e14 e15 e16 e17 e18 e19 e20

.05 .05
.04 -.03
-.05

Atau secara ringkas dapat disederhanakan pada gambar 6 berikut ini:

Variabel Laten Variabel Laten Endogen (η)


Eksogen (ξ)
Desain Portal Persepsi
0.38 Kegunaan 0.35
0.10
Organisasi 0.54 0.62 Sikap ke Penggunaan
Niat untuk Nyata &
E-resources arah
0.25 Menggunakan penerimaan
Penggunaan 0.44 0.66
Persepsi 0.10
Kemampuan Kemudahan
dan Skil 0.36
penggunaan
Pengguna

Gambar 5. Nilai Koefisien TAM dalam Perpustakaan digital


Hipotesis dapat dirumuskan berdasarkan jumlah hubungan antara variabel independen
dan dependen yang ada pada model struktural dan sebagai dasar pengambilan keputusan
adalah dengan melihat Gambar 3 dan Tabel 1 pada kolom P (probability), yaitu:
• Jika p > 0,05 maka H0 ditolak (tidak ada hubungan)
• Jika p < 0,05 maka H0 diterima (ada hubungan)

Tabel 1.
Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
Hipotesis Hubungan Koefisien p Sig. Keputusan
Regresi
H1 PKP <--- DP .380 *** < 0.05 Diterima
H2 PKP <--- OER .255 *** < 0.05 Diterima
H3 PKP <--- KSP .360 *** < 0.05 Diterima
H4 PK <--- OER .102 .051 < 0.05 Ditolak
H5 PK <--- PKP .538 *** < 0.05 Diterima
H6 SMP <--- PKP .102 .174 < 0.05 Ditolah
H7 SMP <--- PK .624 *** < 0.05 Diterima
H8 NUM <--- PK .350 .004 < 0.05 Diterima
H9 NUM <--- SMP .442 .001 < 0.05 Diterima
H10 PNDL <--- NUM .662 *** < 0.05 Diterima
Sumber: hasil survei penelitian diolah

Tingkat kualitas desain portal yang berupa terminologi, desain antarmuka dan
navigasi yang disajikan oleh perpustakaan pada pemakainya akan mempengaruhi persepsi
kemudahan penggunaan perpustakaan digital. Ketika perpustakaan membuat desain portal
dengan jelas dengan memperhatikan unsur terminologi yang berupa istilah yang konsisten
dan mudah dipahami oleh pemakai akan meningkatkan persepsi kemudahan
penggunaannya. Demikian pula desain antarmuka (perintah-perintah (commands)
diwujudkan dalam button dan simbol serta tata letak (layout) tampilan yang jelas dan
konsisten) dan navigasi yang berupa urutan tampilan yang jelas dan tidak membingungkan
akan meningkatkan persepsi kemudahan penggunaan perpustakaan digital. Jadi dengan
meningkatkan kualitas desain portal (terminologi, desain antarmuka dan navigasi) akan
mempengaruhi persepsi kemudahan penggunaan perpustakaan digital.
Seperti halnya yang diungkapkan Thong dkk (2002), bahwa desain portal yang
terdiri dari terminologi, desain antarmuka dan navigasi akan mempengaruhi persepsi
kemudahan penggunaan perpustakaan digital. Ini mengandung arti bahwa apabila desain
portal dibuat dengan jelas, konsisten dan tidak membingungkan akan mampu
mempengaruhi pada para pemakai akan persepsi kemudahan penggunaannya yang
otomatis akan meningkatkan penggunaaan aktual dan penerimaan pemakai akan
perpustakaan digital. Jadi dengan desain portal yang berkualitas dengan memperhatikan
unsur desain antar muka, terminologi dan navigasi akan meningkatkan persepsi
kemudahan penggunaan. Sebaliknya rendahnya tingkat kualitas desain portal akan
menurunkan persepsi kemudahan penggunaan perpustakaan digital.
Penelitian ini menguatkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Goon
dkk (2005) di Malaysia dan Taha (2006), yang menyatakan bahwa terminologi memiliki
pengaruh positif terhadap persepsi kemudahan penggunaan perpustakaan digital. Sangatlah
benar karena beberapa mahasiswa diharpakan mengerti tentang istilah-istilah yang yang
digunakan pada perpustakaan digital ketika mereka menelusur informasi. Istilah-istilah
yang jelas dan dapat dimengerti akan mengurangi usaha pencarian dan memastikan
pencarian informasi dapat secara efisien dan cepat. Akan tetapi penelitian yang di Malaysia
menyatakan bahwa sebagian desain portal khususnya navigasi tidak berpengaruh pada
persepsi kemudahan penggunaan sedangkan hasil dari penelitian ini navigasi berpengaruh
secara positif pada persepsi kemudahan penggunaan perpustakaan digital pos teknologi
akan menyediakan suatu komunikasi instruksi sistem yang efektif dan menjawab para
pemakai. Suatu usaha tertentu harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kosa kata atau
istilah dengan bahasa yang mudah dipahami oleh pemakai untuk mencapai kejelasan istilah
dalam melakukan penelusuran informasi.
Berdasarkan kegunaan dan klasifikasi oleh Kling Elliott (1994) dan Lindgaard
(1994), serta oleh Davies (1997), diusulkan oleh JYL Thong (2002) agar memasukkan tiga
variabel dalam konteks organisasi yaitu: relevansi, sistem aksesibilitas dan sistem
visibilitas. Dari tiga hal tersebut yang paling dominan dibutuhkan oleh para pengguna
adalah masalah relevansi dan sistem aksesibilitas. Wajarlah demikian sebab dengan akses
sistem yang mudah dan cepat serta didukung sumber daya informasi yang tercukupi akan
memudahkan para pemakai dalam menemukan dan mendapatkan informasi yang
bervariasi. Hal ini dikuatkan oleh penelitian sebelumnya, dimana Gluck (1996)
menemukan hubungan yang kuat antara relevansi dan kepuasan pengguna dengan sistem
informasi, sedangkan Yao (1995) mencatat bahwa pengguna cenderung untuk mencari
dokumen yang berguna agar relevan.
Dimensi lain dari usabilitas organisasi e-resources perpustakaan digital meliputi
accessibility, compatibility, integrability into work practices dan social-organizational
expertise - Fasilitas bagi seseorang untuk dapat memperoleh pelatihan dan berkonsultasi
dalam belajar menggunakan sistem dan dapat menemukan bantuan (help) atas
permasalahan dalam penggunam yang sistem (Kling, 1994). Apa yang dikemukan oleh
Kling dikuatkan oleh penelitian ini terutama dalam accessibility yang berkaitan dengan
kemudahan akses mampu mempengaruhi secara signifikan akan akan persepsi pemakai.
Keberadaan sistem menjadi sesuatu yang perlu diketahui oleh pemakai potensial karena
dengan diketahuinya keberadaan sistem akan meningkatkan persepsi untuk
menggunkannya secara lebih mudah dari pada sebelum mengetahuinya. Penting untuk
meningkatkan visibilitas atas perpustakaan digital yang secara tidak langsung dapat
dijadikan media untuk mengkomunikasikan perpustakaan digital pada para pemakai.
Menurut Venkatesh (2003), persepsi kegunaan digambarkan secara khusus untuk
memperluas obyek adopsi yang diambil dalam meningkatkan pencapaian performansi
individu atas pekerjaannya. Jika kita kaitkan, apa yang dikemukakannya dikuatkan oleh
hasil penelitian ini di mana persepsi kegunaan mampu meningkatkan performasi pengguna
untuk menemukan informasi yang diinginkan. Peningkatan pencapaian performansi atas
persepsi kegunaan yang dimaksud adalah bahwa dengan menggunakan perpustakaan
digital akan mampu meningkatkan efektivitas dalam mengerjakan tugas, mendukung
menemukan informasi yang kritis dan akurat, memungkinkan menemukan informasi yang
lebih banyak dan beragam dan membantu dalam pengembangan ilmu yang dipelajari serta
memungkinkan cepat menyelesaikan kuliah. Dari beberapa performansi teersebut yang
paling utama adalah dengan adanya perpustakaan digital maka akan mampu mendukung
menemukan informasi yang kristis dan akurat.
Sesuai dengan literatur tentang kegunaan sistem informasi yang dikemukan Davis
(1989: 320), dalam penelitian ini diusulkan bahwa peningkatan kegunaan yang positif
berhubungan dengan sikap terhadap sebuah perpustakaan digital. Hal ini memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap niat pemakai untuk menggunkan perpustakaan.
Bagaimanapun juga, penggambaran persepsi kegunaan sebagai manfaat hubungan antara
pemakai sebagai konsumen, tergantung pada konteks di perpustakaan mana ia menelusur
informasi. Penelitian ini mendukung konsep bahwa actual system usage adalah kondisi
nyata penggunaan sistem. Dikonsepkan dalam bentuk pengukuran terhadap frekuensi dan
durasi waktu penggunaan teknologi (Davis, 1989: 322). Seseorang akan puas
menggunakan sistem jika mereka meyakini bahwa sistem tersebut mudah digunakan dan
akan meningkatkan produktifitas mereka, yang tercermin dari kondisi nyata penggunaan.
Dalam penelitian ini, niat untuk menggunakan berpengaruh secara signifikan terhadap
penggunaan nyata atas perpustakaan digital.

Kesimpulan
Secara keseluruhan hipotesis yang dinyatakan adalah diterima. Dapat diketahui bahwa dua
diantara sepuluh hipotesis yang diajukan dinyatakan ditolak dimana organisai e-resources
tidak berpengaruh terhadap persepsi kegunaan. Demikian pula, persepsi kemudahan
penggunaan tidak berpengaruh terhadap sikap pemakai ke arah penggunaan perpustakaan
digital.
Para pengambil kebijakan perlu memperbaiki kualitas dari perpustakaan digital
yang dimilikinya, terutama yang berkaitan dengan faktor eksternal yaitu meningkatkan
kualitas desain portal, organisasi e-resource dan meningkatkan kemampuan & skill
pengguna dan perlu meningkatkan sumber daya informasi yang dimilikinya terutama
berkaitan dengan kelengkapan informasi pada perpustakaan karena semudah apapun sistem
yang dimiliki tanpa didukung penyediaan informasi yang memadahi pastinya tak akan
mampu memuaskan para penggunanya

Daftar Pustaka
Ajzen, I. (1985). From intentions to actions: a theory of planed behavior. In J. Kuhl & J .
Beckmann, Eds. Action Control: From Cognition to Behavior. New York: Springer-
Verlag. pp. 11–39. http://www.springerlink.com/journals/ (diakses 7 Maret 2009)
Davis, FD (1989). Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of
Information Technology. MIS Quarterly, 73(3), 319-340.
Dillon, A. dan Song, M. (1997). An empirical comparison of the usability for novice and
expert searchers of a textual and a graphic interface to an art-resource database.
Journal of Digital Information, Volume 1 Issue 1 Article No. 2, 1997
http://www.emeraldinsight.com (diakses 8 Maret 2009)
Fishbein, M. and Ajzen (1975), I. Belief, Attitude, Intention and Behavior: An Introduction
to Theory and Research. Reading, MA: Addison-Wesley
http://people.umass.edu/aizen/f&a1975.html (diakses 8 Desember 2008)
Goon, T. L. [et.al.] (2005). Impact of Interface Characteristics on Digital Libraries Usage.
Malaysian Online Journal of Instructional Technology, Volume 2, No. 1, April.
http://myais.fsktm.um.edu.my/1675/ (diakses 16 April 2009)
Kling, R. (1994). Digital Library Design for Usability. University of California
http://www.csdl.tamu.edu/DL94/paper/kling.html (diakses 23 Januari 2009)
Rogers, E. M. (1995). Diffusion of Innovation, (4th edn). New York: The Free Press.
Santoso, S. (2007). Structural Equation Modeling: Konsep dan aplikasi dengan AMOS.
Elex Media Komputindo.
Thong, J. Y. L., Hong, W. dan Kar-Yan, T. (2002). Understanding user acceptance of
digital libraries: what are the roles of interface characteristics, organizational context,
and individual differences? Int. J. Human-Computer Studies. Hal. 57, 215–242.
http://www.sciencedirect.com (diakses 23 November 2008)
Vaidyanathan, G. (2005) User Acceptance Of Digital Library: An Empirical Exploration
Of Individual And System Components. Issues in Information System, Volume VI, No.
2.www.emeraldinsight.com/Insight/ViewContentServlet?Filename=/published/emerald
fulltextarticle/pdf/0260240403_ref.html (diakses 10 November 2008)
Venkatesh, V., Morris, M.G., Davis G.B. dan Davis, F.D. (2003). User Acceptance of
Information Technology: Toward a Unified View, MIS Quarterly 27(3), pp. 425-478
http://csdl.ics.hawaii.edu/techreports/05-06/doc/Venkatesh2003.pdf (diakses 1
November 2008)
Wijanto, S.H. (2008). Structural Equation Modeling dengan Lisrel 8.8.: Konsep dan
Tutorial. Graha Ilmu
Yao, Y. Y. (1995). Measuring retrieval effectiveness based on user preference of
documents. Journal of the American Society for Information Science, 46, 133–145.
http://cat.inist.fr/?aModele=afficheN&cpsidt=3438059 (diakses 1 November 2008)

Anda mungkin juga menyukai