Abstract
The objective of this research is to acknowledge model acceptance of technology which is
TAM to digital library of Airlangga University. The research method uses equation
structural modeling (SEM) in analysing acceptance technology model using AMOS version
5.0 as a means of its processing. Technology Acceptance Model (TAM) at digital library is
the basis for a specific theory to analyze with Structural Equation Modeling (SEM). Before
analysing, I conducted Confirmatory Factor Analysis (CFA) at each of eight variables.
This research result shows that by using the examination of CFA, found that only one
latent variable which has not be respecified, whereas seventh others need to modify until
they in a uni-dimensional condition. A number of 318 respondents of digital library, I
found that two of ten hypothesis are refused in which e-resources organization does not
have any effects on the perception of usage. Similarly, perception of amenity of usage does
not have any effects to users’ attitudes with regard to utilize digital library.
Pendahuluan
Pada beberapa generasi yang lalu juga terdapat kendala-kendala dalam pemahaman atas
pentingnya dukungan teknologi informasi (information technology literate). Hal yang
menjadi kendala adalah adanya paradigma lama atas perpustakaan yang diperparah dengan
sedikitnya budaya berbagi pengetahuan (knowledge sharing). Dengan adanya kendala-
kendala ini terdapat beberapa fakta yang cukup menyedihkan antara lain adalah banyaknya
perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia yang mengimplentasikan atau membuat sebuah
perpustakaan digital, akan tetapi perpustakaan-perpustakaan tersebut belum dimanfaatkan
secara maksimal oleh pengguna potensial bahkan mulai ditinggalkan pengunjung tetapnya.
Hal ini yang dimungkinkan dipengaruhi oleh beberapa faktor software yang digunakan,
antara lain desain antarmuka yang kurang baik dan kemudahan penggunaannya. Penyebab
lain adalah kemungkinan sedikitnya literatur atau informasi yang ditemukan oleh para
pencari informasi.
Implementasi dari perpustakaan digital Unair yang dikenal di website dengan Digital
Collection-nya masih menghadapi kendala terutama terkait dengan kondisi fasilitas temu
kembali informasinya dari segi desain, kelengkapan tools utama pencarian, navigasi, dan
organisasi e-resource yang meliputi sistem akses dan relevansi informasinya masih jauh
dari harapan pengguna. Sehingga seringkali apa yang dicari oleh pengguna sering tidak
ditemukan oleh sistem yang telah ada walau terkadang informasi yang dicari ditemukan
melalui pencarian langsung pada pustaka tercetaknya. Walapun portal perpustakaan Unair
mampu meraih penghargaan “Best Joomla in Library” tahun 2009, namun kenyataannya
jumlah pemakai perpustakaan digital masih belum sesuai harapan. Faktor lain seperti
kemampuan pengguna dalam menggunakan perpustakaan digital membutuhkan perhatian
besar bagi para pustakawan dalam memberikan bimbingan pengguna. Jadi secara garis
besar perpustakaan digital Universitas Airlangga masih belum dapat dikatakan berhasil
karena melihat kecilnya actual user yang ada bila dibandingkan dengan besarnya potensial
user.
Untuk itu perlu dilakukan usaha-usaha untuk mengetahui faktor-faktor apa yang
berpengaruh atas penerimaan pemakai terhadap perpustakaan digital Unair. Salah satu
model penerimaan pemakai terhadap teknologi yang paling sesuai sampai sekarang adalah
model technology acceptance model (TAM) yang dikemukakan oleh Davis dalam
Khosrow-Pour (2006: 209) dan dikembangkan pada penelitian lebih lanjut pada
perpustakaan digital oleh J.Y.L. Thong dkk (2002). Penelitian-penelitian yang ada
menunjukkan bahwa kebenaran TAM atas berbagai macam sistem penggunaan teknologi
informasi pada berbagai jenis instansi dan perusahaan telah diakui oleh para peneliti di
dunia (Vaidyanathan, 2005); Goon et.al (2005),. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan
memfokuskan pada pemanfaatan TAM sebagai kerangka teoritis untuk menyelidiki
pengaruh faktor eksternal atas penerimaan pemakai terhadap perpustakaan digital. Faktor
tersebut terutama adalah faktor eksternal yang akan berpengaruh terhadap persepsi
kemudahan penggunaan dan persepsi kegunaan terhadap perpustakaan digital menuju ke
arah penggunaan nyata perpustakaan digital Unair
TAM menganggap bahwa tingkat penggunaan nyata atau penerimaan pemakai atas
suatu teknologi dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu faktor eksternal, persepsi kegunaan,
persepsi kemudahan penggunaan, sikap maupun niat untuk menggunakannya. Faktor-
faktor tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. TAM digunakan untuk
mengetahui faktor mana yang paling berpengaruh. Struktur model pada TAM yang
berjenjang membutuhkan sebuah analisis data statistik yang paling sesuai yaitu Structural
Equation Modelling (SEM) dan bantuan software AMOS versi 5.0. SEM merupakan
teknik statistik yang digunakan untuk membangun dan menguji model statistik yang
biasanya dalam bentuk model sebab akibat. SEM sebenarnya merupakan teknik hibrida
yang meliputi aspek-aspek penegasan (confirmatory) dari analisis faktor, analisis jalur dan
regresi (Narimawati dan Sarwono, 2007). Bollen dalam Ghozali dan Fuad (2005)
mengemukakan bahwa SEM dapat menguji secara bersama-sama model struktural dan
model pengukuran. Sehingga pengujian kesalahan pengukuran dan analisis faktor dapat
dilakukan bersamaan dengan pengujian hipotesis.
Dari hal tersebut, dapat ditarik permasalahan dasar yang dihadapi pada penelitian ini,
yaitu penerimaan pemakai terhadap perpustakaan digital tentang hubungan kausal diantara
variabel-variabel dalam TAM dan pengukuran variabelnya. Pengukuran terhadap variabel-
variabel pada TAM tersebut tidak dapat dilakukan secara langsung melainkan melalui
indikator-indikatornya, sehingga validitas dan reliabilitas pengukuran membutuhkan
analisis data yang sesuai yaitu SEM. Oleh sebab itulah maka penelitian ini lebih
memfokuskan pada dua hal yaitu:
a. Bagaimana kecocokan TAM dalam menilai penerimaan pengguna terhadap
perpustakaan digital Unair?
b. Apakah ada pengaruh antar dimensi dalam variabel laten dalam membentuk TAM?
Persepsi
Kegunaan
Persepsi
Kemudahan
penggunaan
Desain Portal
Perpustakaan Persepsi
Kegunaan
Penggunaan
Organisasi Sikap ke Niat untuk Nyata &
E-resources arah Menggunaka Penerimaan
Perpustakaan Penggunaa n Perpustakaa
n n Digital
Persepsi
Kemudaha
User abilities n
& Skills penggunaa
Lebih jauh dikemukakan J.Y.L. Thong (2002) dan Taha (2005) bahwa
beberapa faktor eksternal tersebut terdiri dari:
a. Desain Portal Perpustakaan (Library Portal Design)
Penelitian sebelumnya atas perpustakaan digital telah mengidentifikasi dua aspek yang
berbeda atas nilai guna perpustakaan digital yaitu interface usability dan organizational
usability (Kling & Elliott 1994). Kualitas antarmuka sistem memberikan suatu kontribusi
penting pada nilai guna perpustakaan digital dan sering dikutip oleh para peneliti dalam
kerangka teorinya. Sebagai media antara sistem dan pemakai, antarmuka bertindak sebagai
platform untuk tindakan pemakai. Suatu antarmuka dirancang dengan baik supaya dapat
membantu para pemakai dalam menggunakan sistem secara mudah dengan mengurangi
usaha dalam mengidentifikasi obyek tertentu pada layar atau penyediaan navigasi yang
jelas antara layer satu dengan yang lainnya. Pentingnya sistem antarmuka dalam
pencapaian pemakai atas sistem temu kembali informasi telah ditulis oleh para peneliti
ilmu perpustakaan dan informasi (Dellon & Song., 1995: 490).
1. Terminologi (terminology)
Terminologi mengacu pada kata, kalimat dan singkatan yang digunakan oleh suatu sistem
(Lindgaard, 1994). Variabel istilah dapat dikatakan sebagai bahasa. Karena suatu variabel
tertentu, seorang pemakai perlu untuk memahami bahasa tertentu dalam rangka menerima
dan menggunakan teknologi tersebut. Keberhasilan suatu perpustakaan digital pada
generasi sistem temu kembali informasi yang baru tergantung pada banyaknya para
pemakai yang saling berhubungan dengan sistem melalui query terstruktur yang pada
gilirannya tergantung pada pemahaman pemakai atas istilah yang digunakan oleh
perpustakaan digital. Sebagai contoh, suatu masalah utama perpustakaan digital adalah
tidak sesuainya penggunaan jargon (Talja et al. 1998).
3. Navigasi (navigation)
Navigasi adalah kemudahan dimana pemakai dapat berpindah-pindah pada seputar system
(Lindgaard, 1994). Suatu masalah seringkali didapatkan oleh para pemakai ketika mereka
mencoba untuk menempatkan informasi digital pada orientasi yang salah (Dillon, 2000).
Sejumlah informasi meningkat dengan cepat, struktur untuk menyimpan informasi menjadi
lebih kompleks. Para pemakai seringkali mudah kehilangan sistem informasi yang intensif
sepanjang perpustakaan digital berusaha untuk menemukan kembali informasinya.
b. Organisasi E-resources (E-resources Organization)
Organisasi e-resources mengacu pada tatacara sistem komputer sehingga dapat secara
efektif terintegrasi ke dalam pekerjaan praktis dari suatu organisasi tertentu. Perpustakaan
digital mungkin lebih dapat digunakan dalam beberapa organisasi dibandingkan dengan
yang lainya. Beberapa karakteristik yang sesuai dengan perpustakaan digital dan
organisasinya sulit untuk dipakai dalam mendukung pemakaian fasilitasnya. Empat
dimensi usabilitas organisatoris perpustakaan digital meliputi:
• Accessibility – Kemudahan seseorang dalamt menempatkan sistem komputer secara
spesifik, keuntungan dalam mengakses secara fisik dan akses elektronik terhadap
jumlah koleksi ektroniknya. Dimensi ini mengacu pada pendekatan secara fisik dan
pembatasan adminitratif atas penggunaan sistem tertentu.
• Compatibility - Tingkat kecocokan perpindahan file dari sistem ke sistem.
• Integrability into work practices - Bagaimana sistem berhubungan dengan seseorang
atau kelompok kerja dengan baik.
• Social-organizational expertise - Fasilitas bagi seseorang untuk dapat memperoleh
pelatihan dan berkonsultasi dalam belajar menggunakan sistem dan dapat menemukan
bantuan (help) atas permasalahan dalam penggunaan sistem (Kling, 1994).
Berdasarkan kegunaan dan klasifikasi oleh Kling Elliott (1994) dan Lindgaard (1994),
serta oleh Davies (1997), diusulkan oleh JYL Thong (2002) agar memasukkan tiga
variable dalam konteks organisasi yaitu: relevansi, sistem aksesibilitas dan sistem
visibilitas.
1. Relevansi (relevance)
Salah satu dari dimensi organizational usability yang diusulkan oleh Kling dan Elliott
(1994) adalah integrability dari sistem ke dalam pekerjaan secara praktis dimana sistem
sesuai secara praktis baik untuk perorangan maupun kelompok. Variabel yang sama
diusulkan oleh Lindgaard (1994) sesuai dengan tugas-tugas pemakai, dimana tingkatan
sistem sesuai dengan tugas-tugas yang dilakukan pada lingkungan. Kedua variabel
menekankan kesesuaian antara sistem dan kemampuan tugas-tugas pemakai. Bila
diimplementasikan pada konteks perpustakaan digital, kesesuaian antara isi sistem dan
kebutuhan informasi pemakai secara individu. Literatur ilmu perpustakaan dan informasi
menunjukkan bahwa relevansi adalah istilah yang tepat untuk mewakili konsep tersebut.
Bahkan, evaluasi sistem temu kembali informasi telah bergulir di sekitar ide tentang
relevansi (Park, 1994). Konsep relevansi yang melekat pada pemakai dari hasil evaluasi
kinerja dalam sistem informasi (Schamber, Eisenberg & Nilan, 1990). Tujuan dari sistem
ini adalah untuk menyediakan dokumen yang relevan kepada pemakai. Gluck (1996)
menemukan hubungan yang kuat antara relevansi dan kepuasan pengguna dengan sistem
informasi, sedangkan Yao (1995) mencatat bahwa pengguna cenderung untuk mencari
dokumen yang berguna agar relevan. Karena itu, diusulkan oleh JYL Thong dkk (2002)
bahwa relevansi dari sebuah perpustakaan digital untuk pengguna informasi akan
meningkatkan kebutuhan pengguna persepsi dari kegunaan.
3. Domain knowledge
Pengetahuan pemakai atas domain subyek adalah faktor kontrol internal yang dapat
mempengaruhi kinerja pencarian informasi pada perpustakaan digital. Dalam penelitian
perilaku pencarian informasi di lingkungan hypertext, domain ahli melakukan lebih cepat
dan lebih fokus melakukan pencarian dari pada yang bukan ahlinya (novice) (Marchionini,
Lin & Dwiggins, 1998). Kemungkinan alasannya mencakup (1) domain pengetahuan dapat
membantu pengguna untuk terpisah dari informasi yang relevan dan tidak relevan sehingga
tanggapan efektif mampu meningkatkan pencarian (Meadow et al., 1995); (2) pengetahuan
isi informasi sebelumnya dapat memfasilitasi pembelajaran atas prinsip pencarian (Linde
& Bergstrom, 1988); dan (3) domain ahli dapat menggunakan istilah-istilah teknis untuk
merumuskan permintaan, membuatnya relatif cepat atas keputusan apakah ada
relevansinya atau tidak dan ada yang lebih tinggi tingkat kepercayaan mereka atas
keputusannya (Marchionini dkk.,1998).
Metode Penelitian
Penelitian ini dengan survei yaitu dengan penyebaran kuesioner sejumlah 425 kuesioner
tetapi yang kembali 362 dan yang dinyatakan valid sebesar 318 kuesioner. Model yang
digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teori sebelumnya dimana berbagai
macam cara untuk mengetahui dasar model penerimaan teknologi. Variasi modelnya
adalah variabel eksternal yang berpengaruh atas persepsi kemudahan pengguna (perceived
ease of use) dan persepsi kegunaan (perceived usefulness) atas perpustakaan digital. Model
tersebut telah dikembangkan dari hasil adopsi dari model asli TAM dan telah diteliti J.Y.L.
Thong dkk (2002) dan Taha (2005) dengan pengembangan model penerimaan teknologi
maka dapat diusulkan hipotesisnya sebagai berikut:
Prosedur SEM dalam penelitian ini akan mengandung tahap-tahap sebagai berikut:
1. Spesifikasi model (model specification)
Tahap ini berkaitan dengan pembentukan model awal persamaan struktural, sebelum
dilakukan estimasi. Model awal ini diformulasikan berdasarkan teori atau penelitian
sebelumnya.
a. Pengembangan model berbasis konsep dan teori
Model yang ini dikembangkan dari hasil adopsi dari model asli TAM dan
telah diteliti J.Y.L. Thong dkk (2002) dan Taha (2005) dengan
pengembangan model penerimaan teknologi atas perpustakaan digital.
b. Mengkonstruksi diagram Path (Gambar 3)
c. Konversi Diagram Alur Kedalam Persamaan
Setelah model teoritis dikembangkan dan digambarkan dalam sebuah diagram alur,
langkah selanjutnya ialah mengkonversikan spesifikasi model tersebut kedalam rangkaiaan
persamaan. Sedangkan spesifikasi terhadap model pengukuran adalah sebagai berikut:
Dari persamaan model pengukuran tersebut dapat dituliskan dalam notasi matematika
hybrid SEM sebagai berikut:
X = Λx ξ + δ
Dapat ditulis: Y = Λy η + ε
Diagram Jalur pada gambar 3 di atas dapat dikonversikan menjadi model struktural sebagai
pada persamaan berikut:
η1 = γ1 ξ1+ γ3 ξ2 + γ4 ξ3 + ζ1
η2 = γ2 ξ2 + β1 η1 + ζ2
η3 = β2 η1 + β3 η2 + ζ3
η4 = β4 η2 + β5 η3 + ζ4
η5 = β6 η4 + ζ5
atau
Model struktural dari persamaan di atas dapat dituliskan dalam Notasi Matematika Full
(Hybrid Model) SEM sebagai berikut:
η1 = γ1 ξ1+ γ3 ξ2 + γ4 ξ3 + ζ1
η2 = γ2 ξ2 + β1 η1 + ζ2
η3 = β2 η1 + β3 η2 + ζ3
η4 = β4 η2 + β5 η3 + ζ4
η5 = β6 η4 + ζ5
Dapat dituliskan:
η = βη + Γξ + ζ
Secara umum notasi matematik dari full atau Hybrid Model dapat dituliskan sebagai
berikut:
• Structural model (model struktural)
η = βη + Γξ + ζ
• Measurement Model (model pengukuran)
o Model Pengukuran untuk y
Y = Λy η + ε
o Model Pengukuran untuk x
X = Λx ξ + δ
• Dengan asumsi
o ζ tidak berkorelasi dengan ξ
o ε tidak berkorelasi dengan η
o δ tidak berkorelasi dengan ξ
o ζ, ε dan δ tidak saling berkorelasi (mutual uncorrelated)
• Di mana
o Variabel
η (eta) adalah m x 1 latent endogenous variables
ξ (ksi) adalah n x 1 latent exogenous variables
ζ (zeta) adalah m x 1 latent errors in equations
Y adalah p x 1 observed indicator of η
X adalah q x 1 observed indicator of ξ
ε (epsilon) adalah p x 1 measurement errors for y
δ (delta) adalah q x 1 measurement errors for x
o Coefficients
β (beta) adalah m x m coefficient matrix for latent endogenous
variables
Γ (gamma) adalah m x m coefficient matrix for latent exogenous
variables
Λy (lamda y) adalah p x m coefficient matrix relating y to η
Λx (lamda x) adalah q x n coefficient matrix relating x to ξ
o Covariance Matrix
Φ (phi) adalah n x n covariance matrix of ξ
Ψ (psi) adalah n x n covariance matrix of ζ
Θε (theta-epsilon) adalah covariance matrix of ε
Θδ (theta-delta) adalah covariance matrix of δ
1. Identifikasi (identification)
Tahap ini berkaitan dengan pengkajian tentang kemungkinan diperolehnya nilai yang
unik untuk setiap parameter yang ada di dalam model dan kemungkinan persamaan
simultan tidak ada solusinya. Secara keseluruhan df adalah positif. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai df yang positif, yakni semuanya di atas angka 0 sehingga model dalam
keadaan overidentified (df>0) maka diperlukan tahapan selanjutnya yaitu pengujian
kriteria kebaikan model. Model dikatakan baik (fit) jika nilai kebaikan model
(goodness of fit) yang dihasilkan oleh program AMOS sesuai dengan kriteria.
2. Estimasi (estimation)
Tahap ini berkaitan dengan estimasi terhadap model untuk menghasilkan nilai-nilai
parameter dengan menggunakan salah satu metode estimasi yang tersedia. Pemilihan
model estimasi yang digunakan ditentukan berdasarkan karakteristik dari variabel-
variabel yang dianalisis.
3. Uji kecocokan (testing fit)
Tahap ini berkaitan dengan pengujian kecocokan antara model dengan data. Beberapa
kriteria ukuran atau goodness of Fit (GOF) yang digunakan untuk menuntukan fit atau
tidak yaitu CMIN/DF, GFI, RMSEA, AGFI, CFI dan TLI.
4. Respesifikasi (respesification)
Tahap ini berkaitan dengan respesifikasi model berdasarkan atas hasil uji kecocokan
tahap sebelumnya.
Analisis Data
Dari kedelapan variabel laten yang digunakan pada penelitian ini, akan dilakukan uji
unidimensionalitas variabel untuk masing-masing variabel laten guna mengetahui validitas,
reliabilitas, serta kontribusi yang diberikan masing-masing variabel indikator dalam
menyusun variabel latennya. Proses uji unidimensionalitas dengan menggunakan
Confirmatory Factor Analysis (CFA), terhadap masing-masing variabel laten tersebut
meliputi analisis goodness of fit dan analisis hubungan indikator dengan konstruk yang
diuraikan satu persatu yang hasilnya hanya variabel niat untuk menggunakan yang
dinyatakan fit, sedangkan 7 diantaranya dinyatakan tidak fit dan diperlukan modifikasi atau
respesifikasi dengan mengkorelasikan antar residual indikator.
1 .44 .26
.30 e1 DES1 .56 .30
1 .52 1
eDP e6 ORG1 e10 SKILL1
.25 1.00 eOER eKSP
1 1 -.31 1.00
e2 DES2 .34 1.00 .54 1
.90 1 1 1
.33 e7 ORG2 -.52 e11 SKILL2 1.00
1 .76 .96
e3 DES3 DP .13
.74 .53 .70 .62 1.00 KSP
1 OER 1
.37
1 .70 e8 ORG3 -.16 e12 SKILL3
e4 DES4 .35 1.00
.09 .14 -.25 .31
.50 .72
1 1 1
e5 DES5 e9 ORG4 e13 SKILL4
CFA Desain Portal CFA Organisasi e-resources CFA Kemampuan &Skill Pgg
.55
1
e14 PEU1
.22 .32 .30
1 1 .19
e15 PEU2 1.00 Z1 e21 PU1 .22 .27
.27
1
1
1.02 1 .24 e26 ATU1 Z3
-.06.03 e16 PEU3 1.11 1 1.00 Z2 1.00
.33 e22 PU2 1 .14 1
1 .85 PKP 1.30 1
e17 PEU4 1.00 .25 e27 ATU2 1.41
-.01 .32 1 1.22
1 .97 e23 PU3 PK .25 1.21 SMP
-.02 e18 PEU5
.79 .26 1.02 1
.06 .33
1
1 .73 e28 ATU3 .83
e24 PU4
e19 PEU6 .08 .43
.08 .42 .07 .41 1
1 1 e29 ATU4
e20 PEU7 e25 PU5
CFA Persepsi kemudahan peggunaan CFA Persepsi kegunaa CFA Sikap ke arah penggunaan
.53
1
.43 e35 ACTL1
1 .31
e30 BI1 .26 .20 .66
1 1.00 Z5
Z4 e36 ACTL2
.34 1.00 .20 .77 1
1 1 .52
e31 BI2 1
.89 .07 e37 ACTL3 1.16
.28 .56 1.01 PNDL
1 1.13 NUM .05 1
e32 BI3 e38 ACTL4 .92
.82
-.10 .19 .80
.54 1 .70
1 .77 .05 e39 ACTL5
e33 BI4
.54
.52 1
1 e40 ACTL6
e34 BI5
.05 .05
.04 -.03
-.05
Tabel 1.
Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
Hipotesis Hubungan Koefisien p Sig. Keputusan
Regresi
H1 PKP <--- DP .380 *** < 0.05 Diterima
H2 PKP <--- OER .255 *** < 0.05 Diterima
H3 PKP <--- KSP .360 *** < 0.05 Diterima
H4 PK <--- OER .102 .051 < 0.05 Ditolak
H5 PK <--- PKP .538 *** < 0.05 Diterima
H6 SMP <--- PKP .102 .174 < 0.05 Ditolah
H7 SMP <--- PK .624 *** < 0.05 Diterima
H8 NUM <--- PK .350 .004 < 0.05 Diterima
H9 NUM <--- SMP .442 .001 < 0.05 Diterima
H10 PNDL <--- NUM .662 *** < 0.05 Diterima
Sumber: hasil survei penelitian diolah
Tingkat kualitas desain portal yang berupa terminologi, desain antarmuka dan
navigasi yang disajikan oleh perpustakaan pada pemakainya akan mempengaruhi persepsi
kemudahan penggunaan perpustakaan digital. Ketika perpustakaan membuat desain portal
dengan jelas dengan memperhatikan unsur terminologi yang berupa istilah yang konsisten
dan mudah dipahami oleh pemakai akan meningkatkan persepsi kemudahan
penggunaannya. Demikian pula desain antarmuka (perintah-perintah (commands)
diwujudkan dalam button dan simbol serta tata letak (layout) tampilan yang jelas dan
konsisten) dan navigasi yang berupa urutan tampilan yang jelas dan tidak membingungkan
akan meningkatkan persepsi kemudahan penggunaan perpustakaan digital. Jadi dengan
meningkatkan kualitas desain portal (terminologi, desain antarmuka dan navigasi) akan
mempengaruhi persepsi kemudahan penggunaan perpustakaan digital.
Seperti halnya yang diungkapkan Thong dkk (2002), bahwa desain portal yang
terdiri dari terminologi, desain antarmuka dan navigasi akan mempengaruhi persepsi
kemudahan penggunaan perpustakaan digital. Ini mengandung arti bahwa apabila desain
portal dibuat dengan jelas, konsisten dan tidak membingungkan akan mampu
mempengaruhi pada para pemakai akan persepsi kemudahan penggunaannya yang
otomatis akan meningkatkan penggunaaan aktual dan penerimaan pemakai akan
perpustakaan digital. Jadi dengan desain portal yang berkualitas dengan memperhatikan
unsur desain antar muka, terminologi dan navigasi akan meningkatkan persepsi
kemudahan penggunaan. Sebaliknya rendahnya tingkat kualitas desain portal akan
menurunkan persepsi kemudahan penggunaan perpustakaan digital.
Penelitian ini menguatkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Goon
dkk (2005) di Malaysia dan Taha (2006), yang menyatakan bahwa terminologi memiliki
pengaruh positif terhadap persepsi kemudahan penggunaan perpustakaan digital. Sangatlah
benar karena beberapa mahasiswa diharpakan mengerti tentang istilah-istilah yang yang
digunakan pada perpustakaan digital ketika mereka menelusur informasi. Istilah-istilah
yang jelas dan dapat dimengerti akan mengurangi usaha pencarian dan memastikan
pencarian informasi dapat secara efisien dan cepat. Akan tetapi penelitian yang di Malaysia
menyatakan bahwa sebagian desain portal khususnya navigasi tidak berpengaruh pada
persepsi kemudahan penggunaan sedangkan hasil dari penelitian ini navigasi berpengaruh
secara positif pada persepsi kemudahan penggunaan perpustakaan digital pos teknologi
akan menyediakan suatu komunikasi instruksi sistem yang efektif dan menjawab para
pemakai. Suatu usaha tertentu harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kosa kata atau
istilah dengan bahasa yang mudah dipahami oleh pemakai untuk mencapai kejelasan istilah
dalam melakukan penelusuran informasi.
Berdasarkan kegunaan dan klasifikasi oleh Kling Elliott (1994) dan Lindgaard
(1994), serta oleh Davies (1997), diusulkan oleh JYL Thong (2002) agar memasukkan tiga
variabel dalam konteks organisasi yaitu: relevansi, sistem aksesibilitas dan sistem
visibilitas. Dari tiga hal tersebut yang paling dominan dibutuhkan oleh para pengguna
adalah masalah relevansi dan sistem aksesibilitas. Wajarlah demikian sebab dengan akses
sistem yang mudah dan cepat serta didukung sumber daya informasi yang tercukupi akan
memudahkan para pemakai dalam menemukan dan mendapatkan informasi yang
bervariasi. Hal ini dikuatkan oleh penelitian sebelumnya, dimana Gluck (1996)
menemukan hubungan yang kuat antara relevansi dan kepuasan pengguna dengan sistem
informasi, sedangkan Yao (1995) mencatat bahwa pengguna cenderung untuk mencari
dokumen yang berguna agar relevan.
Dimensi lain dari usabilitas organisasi e-resources perpustakaan digital meliputi
accessibility, compatibility, integrability into work practices dan social-organizational
expertise - Fasilitas bagi seseorang untuk dapat memperoleh pelatihan dan berkonsultasi
dalam belajar menggunakan sistem dan dapat menemukan bantuan (help) atas
permasalahan dalam penggunam yang sistem (Kling, 1994). Apa yang dikemukan oleh
Kling dikuatkan oleh penelitian ini terutama dalam accessibility yang berkaitan dengan
kemudahan akses mampu mempengaruhi secara signifikan akan akan persepsi pemakai.
Keberadaan sistem menjadi sesuatu yang perlu diketahui oleh pemakai potensial karena
dengan diketahuinya keberadaan sistem akan meningkatkan persepsi untuk
menggunkannya secara lebih mudah dari pada sebelum mengetahuinya. Penting untuk
meningkatkan visibilitas atas perpustakaan digital yang secara tidak langsung dapat
dijadikan media untuk mengkomunikasikan perpustakaan digital pada para pemakai.
Menurut Venkatesh (2003), persepsi kegunaan digambarkan secara khusus untuk
memperluas obyek adopsi yang diambil dalam meningkatkan pencapaian performansi
individu atas pekerjaannya. Jika kita kaitkan, apa yang dikemukakannya dikuatkan oleh
hasil penelitian ini di mana persepsi kegunaan mampu meningkatkan performasi pengguna
untuk menemukan informasi yang diinginkan. Peningkatan pencapaian performansi atas
persepsi kegunaan yang dimaksud adalah bahwa dengan menggunakan perpustakaan
digital akan mampu meningkatkan efektivitas dalam mengerjakan tugas, mendukung
menemukan informasi yang kritis dan akurat, memungkinkan menemukan informasi yang
lebih banyak dan beragam dan membantu dalam pengembangan ilmu yang dipelajari serta
memungkinkan cepat menyelesaikan kuliah. Dari beberapa performansi teersebut yang
paling utama adalah dengan adanya perpustakaan digital maka akan mampu mendukung
menemukan informasi yang kristis dan akurat.
Sesuai dengan literatur tentang kegunaan sistem informasi yang dikemukan Davis
(1989: 320), dalam penelitian ini diusulkan bahwa peningkatan kegunaan yang positif
berhubungan dengan sikap terhadap sebuah perpustakaan digital. Hal ini memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap niat pemakai untuk menggunkan perpustakaan.
Bagaimanapun juga, penggambaran persepsi kegunaan sebagai manfaat hubungan antara
pemakai sebagai konsumen, tergantung pada konteks di perpustakaan mana ia menelusur
informasi. Penelitian ini mendukung konsep bahwa actual system usage adalah kondisi
nyata penggunaan sistem. Dikonsepkan dalam bentuk pengukuran terhadap frekuensi dan
durasi waktu penggunaan teknologi (Davis, 1989: 322). Seseorang akan puas
menggunakan sistem jika mereka meyakini bahwa sistem tersebut mudah digunakan dan
akan meningkatkan produktifitas mereka, yang tercermin dari kondisi nyata penggunaan.
Dalam penelitian ini, niat untuk menggunakan berpengaruh secara signifikan terhadap
penggunaan nyata atas perpustakaan digital.
Kesimpulan
Secara keseluruhan hipotesis yang dinyatakan adalah diterima. Dapat diketahui bahwa dua
diantara sepuluh hipotesis yang diajukan dinyatakan ditolak dimana organisai e-resources
tidak berpengaruh terhadap persepsi kegunaan. Demikian pula, persepsi kemudahan
penggunaan tidak berpengaruh terhadap sikap pemakai ke arah penggunaan perpustakaan
digital.
Para pengambil kebijakan perlu memperbaiki kualitas dari perpustakaan digital
yang dimilikinya, terutama yang berkaitan dengan faktor eksternal yaitu meningkatkan
kualitas desain portal, organisasi e-resource dan meningkatkan kemampuan & skill
pengguna dan perlu meningkatkan sumber daya informasi yang dimilikinya terutama
berkaitan dengan kelengkapan informasi pada perpustakaan karena semudah apapun sistem
yang dimiliki tanpa didukung penyediaan informasi yang memadahi pastinya tak akan
mampu memuaskan para penggunanya
Daftar Pustaka
Ajzen, I. (1985). From intentions to actions: a theory of planed behavior. In J. Kuhl & J .
Beckmann, Eds. Action Control: From Cognition to Behavior. New York: Springer-
Verlag. pp. 11–39. http://www.springerlink.com/journals/ (diakses 7 Maret 2009)
Davis, FD (1989). Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of
Information Technology. MIS Quarterly, 73(3), 319-340.
Dillon, A. dan Song, M. (1997). An empirical comparison of the usability for novice and
expert searchers of a textual and a graphic interface to an art-resource database.
Journal of Digital Information, Volume 1 Issue 1 Article No. 2, 1997
http://www.emeraldinsight.com (diakses 8 Maret 2009)
Fishbein, M. and Ajzen (1975), I. Belief, Attitude, Intention and Behavior: An Introduction
to Theory and Research. Reading, MA: Addison-Wesley
http://people.umass.edu/aizen/f&a1975.html (diakses 8 Desember 2008)
Goon, T. L. [et.al.] (2005). Impact of Interface Characteristics on Digital Libraries Usage.
Malaysian Online Journal of Instructional Technology, Volume 2, No. 1, April.
http://myais.fsktm.um.edu.my/1675/ (diakses 16 April 2009)
Kling, R. (1994). Digital Library Design for Usability. University of California
http://www.csdl.tamu.edu/DL94/paper/kling.html (diakses 23 Januari 2009)
Rogers, E. M. (1995). Diffusion of Innovation, (4th edn). New York: The Free Press.
Santoso, S. (2007). Structural Equation Modeling: Konsep dan aplikasi dengan AMOS.
Elex Media Komputindo.
Thong, J. Y. L., Hong, W. dan Kar-Yan, T. (2002). Understanding user acceptance of
digital libraries: what are the roles of interface characteristics, organizational context,
and individual differences? Int. J. Human-Computer Studies. Hal. 57, 215–242.
http://www.sciencedirect.com (diakses 23 November 2008)
Vaidyanathan, G. (2005) User Acceptance Of Digital Library: An Empirical Exploration
Of Individual And System Components. Issues in Information System, Volume VI, No.
2.www.emeraldinsight.com/Insight/ViewContentServlet?Filename=/published/emerald
fulltextarticle/pdf/0260240403_ref.html (diakses 10 November 2008)
Venkatesh, V., Morris, M.G., Davis G.B. dan Davis, F.D. (2003). User Acceptance of
Information Technology: Toward a Unified View, MIS Quarterly 27(3), pp. 425-478
http://csdl.ics.hawaii.edu/techreports/05-06/doc/Venkatesh2003.pdf (diakses 1
November 2008)
Wijanto, S.H. (2008). Structural Equation Modeling dengan Lisrel 8.8.: Konsep dan
Tutorial. Graha Ilmu
Yao, Y. Y. (1995). Measuring retrieval effectiveness based on user preference of
documents. Journal of the American Society for Information Science, 46, 133–145.
http://cat.inist.fr/?aModele=afficheN&cpsidt=3438059 (diakses 1 November 2008)