Anda di halaman 1dari 19

KEPERAWATAN KOMUNITAS II

KONSEP GIZI MASYARAKAT DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK

OLEH KELOMPOK 4
KELAS B 10.B:

1. I GEDE JAYENDRA KANA (173222798)


2. NI LUH PUTU MULYAWATI (173222809)
3. NI PUTU AYU INTAN RIANA DEWI (173222818)
4. NI PUTU RIKA ERVIANA UTAMI (173222819)
5. SRI WAHYUNI (173222827)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG

2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa karena atas berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Konsep Gizi
Masyarakat Dan Kesehatan Ibu Dan Anak tepat waktu dan sesuai dengan harapan.
Makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu berkat bantuan semua pihak.

Penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan dalam menuangkan pemikiran ke


dalam makalah ini. Untuk itu kritik dan saran sangat peneliti harapkan guna penyempurnaan
makalah ini. Besar harapan penulis semoga makalah ini dapat menjadi pedoman dalam
memberi asuhan keperawatan sehingga tercipta suatu asuhan keperawatan yang holistic dan
menjadikan pasien sebagai fokus asuhan keperawatan.

Denpasar, 28 Nopember 2018

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan Penulisan 1

1.4 Manfaat Penulisan 2

BAB II TINJAUAN TEORI 3

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas3

2.1.1 Pengkajian Keperawatan Komunitas (SMD) 3

2.1.2 Metode/ Instrumen Pengkajian Komunitas 5

2.1.3 Diagnosis Keperawatan Komunitas 8

1.2.4 Prioritas Diagnosis Keperawatan Komunitas 11

BAB III PENUTUP 13

3.1 Kesimpulan 13

3.2 Saran13

DAFTAR PUSTAKA 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kerangka konsep UNICEF (1990), pengetahuan gizi dan kesehatan ibu

merupakan pokok permasalahan di masyarakat yang dapat menyebabkan terjadinya

kurang gizi. Dari kurangnya pengetahuan tentang gizi dan kesehatan maka akan

berpengaruh terhadap pola asuh anak yang tidak memadai, sanitasi dan air bersih /

pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai dan tidak cukupnya persediaan pangan.

Jelas sudah bahwa seorang ibu mempunyai peranan penting dalam menentukan status gizi

yang baik bagi anakanaknya sehingga anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang

menjadi insan yang berkualitas.

Gizi buruk atau gizi kurang yang dialami oleh anak akan membawa dampak yang

negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangannya. Nancy dan Arifin (2005)

mengemukakan, konsekuensi dari gizi buruk adalah lost generation, karena gizi buruk

bukan hanya menjadi stigma yang ditakuti, hal ini tentu saja terkait dengan dampak

terhadap sosial ekonomi keluarga maupun negara. Dampak jangka pendek gizi buruk

terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara

dan gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak jangka panjang adalah

penurunan skor tes IQ, penurunan perkembangan kognitif, penurunan integrasi sensori,

gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri dan tentu saja

merosotnya prestasi akademik di sekolah. Gizi kurang berpotensi menjadi penyebab

kemiskinan melalui rendahnya kualitas sumber daya manusia dan produktivitas. Sebagai

golongan yang cukup rentan dengan masalah kesehatan, kesehatan Ibu dan Anak harus

diperhatikan dengan serius.


1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan pengertian konsep gizi masyarakat ?
1.2.2 Apakah yang dimaksud dengan pengertian kesehatan ibu dan anak ?
1.2.3 Apakah yang dimaksud dengan posyandu balita ?
1.2.4 Bagaimanakah cara pengisian KMS balita ?
1.2.5 Apakah yang dimaksud dengan KB ?
1.2.6 Apakah yang dimaksud dengan PUS ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami pengertian konsep gizi masyarakat
1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami pengertian kesehatan ibu dan anak
1.3.3 Untuk mengetahui dan memahami posyandu balita
1.3.4 Untuk mengetahui dan memahami cara pengisian KMS balita
1.3.5 Untuk mengetahui dan memahami KB
1.3.6 Untuk mengetahui dan memahami PUS

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian konsep gizi masyarakat
1.4.2 Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian kesehatan ibu dan anak
1.4.3 Mahasiswa dapat mengetahui tentang posyandu balita
1.4.4 Mahasiswa dapat mengetahui tentang cara pengisian KMS balita
1.4.5 Mahasiswa dapat mengetahui tentang KB
1.4.6 Mahasiswa dapat mengetahui tentang PUS
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Konsep Gizi Masyarakat

Terkait erat dengan gizi kesehatan masyarakat adalah kesehatan gizi masyarakat,

yang mengacu pada cabang populasi terfokus kesehatan masyarakat yang memantau diet,

status gizi dan kesehatan, dan program pangan dan gizi, dan memberikan peran

kepemimpinan dalam menerapkan publik kesehatan prinsip-prinsip untuk kegiatan yang

mengarah pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pengembangan

kebijakan dan perubahan lingkungan.

Definisi Gizi kesehatan masyarakat merupakan penyulingan kompetensi untuk

gizi kesehatan masyarakat yang disarankan oleh para pemimpin nasional dan

internasional dilapangan. Gizi istilah dalam kesehatan masyarakat mengacu pada gizi

sebagai komponen dari cabang kesehatan masyarakat , gizi dan kesehatan masyarakat

berkonotasi koeksistensi gizi dan kesehatan masyarakat, dan gizi masyarakat mengacu

pada cabang kesehatan masyarakat yang berfokus pada promosi kesehatan individu,

keluarga, dan masyarakat dengan menyediakan layanan berkualitas dan program-

program berbasis masyarakat yang disesuaikan dengan kebutuhan yang unik dari

komunitas yang berbeda dan populasi. Gizi masyarakat meliputi program promosi

kesehatan, inisiatif kebijakan dan legislatif, pencegahan primer dan sekunder, dan

kesehatan di seluruh rentang hidup

2.2 Pengertian Kesehatan Ibu Dan Anak

Program pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu

program pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan KIA menjadi tolok ukur dalam Standar
Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan dan memiliki 10 (sepuluh) indikator

kinerja, antara lain (Depkes RI, 2008) :

1. Persentase cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan target 95%;

2. Persentase cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani dengan target

80%;

3. Persentase cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang

memiliki kompetensi kebidanan dengan target 90%;

4. Persentase cakupan pelayanan nifas dengan target 90%

5. Persentase cakupan neonatus komplikasi yang ditangani dengan target

80%;

6. Persentase cakupan kunjungan bayi dengan target 90%;

7. Persentase cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)

dengan target 100%;

8. Persentase cakupan pelayanan anak balita dengan target 90%;

9. Persentase cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia

6-24 bulan pada keluarga miskin dengan target 100%;

10. Persentase cakupan bayi BBLR yang ditangani dengan target 100%.

Strategi sektor kesehatan yang ditujukan untuk mengatasi masalah kesehatan

akibat kematian ibu dan anak adalah Making Pregnancy Safer/MPS (Gerakan Nasional

Kehamilan yang aman) yang terfokus pada 3 (tiga) pesan kunci yaitu (Depkes RI, 2001):

a. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

b. Setiap komplikasi obsetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.

c. Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan

kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran


Tujuan MPS adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir

di Indonesia. Untuk mencapai hal tersebut di atas dilakukan melalui 4 (empat) strategi

utama yaitu :

1. Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru

lahir berkualitas yang cost-effective dan berdasarkan bukti-bukti.

2. Membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program,

lintas sektor dan mitra lainnya untuk melakukan advokasi guna

memaksimalkan sumber daya yang tersedia serta meningkatkan

koordinasi perencanaan dan kegiatan MPS.

3. Mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui peningkatan

pengetahuan untuk menjamin perilaku sehat dan pemanfaatan pelayanan

kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

4. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan

pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

Ada beberapa program/kegiatan di Dinas Kesehatan yang bertujuan untuk

meningkatkan kesehatan ibu dan anak antara lain:

1. Pelatihan Tata Laksana Gizi Buruk

Gizi buruk terjadi akibat dari kekurangan gizi tingkat berat, yang bila

tidak ditangani secara cepat, tepat dan komprehensif dapat mengakibatkan

kematian. Pelatihan tata laksana gizi buruk meliputi penjaringan balita

Kurang Energi Protein (KEP) bertujuan untuk melihat status gizinya.

Setelah itu dilanjutkan dengan penanganan balita KEP meliputi program

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk mencukupi kebutuhan zat

gizi balita sehingga meningkat status gizinya sampai mencapai gizi baik,

pemeriksaan dan pengobatan untuk mengetahui kemungkinan adanya


penyakit penyerta guna diobati seperlunya sehingga balita KEP tidak

semakin berat kondisinya (Depkes RI, 2006). Sasaran kegiatan ini adalah

petugas gizi dan bidan desa.

2. Monitoring dan Evaluasi Kinerja Petugas Program Gizi

Sasaran kegiatan ini adalah petugas gizi puskesmas. Kegiatan ini dapat

mengetahui pelaksanaan dan pencapaian tujuan program gizi di

puskesmas sehingga didapatkan informasi secara sistematis dan kontiniu

sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi dan umpan balik bagi

peningkatan kualitas kinerja petugas.

3. Pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN)

APN merupakan kegiatan yang diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan bidan dalam menangani persalinan normal,

BBLR dan asfiksia.

4. Kualifikasi Pasca Pelatihan APN

Kualifikasi pasca pelatihan APN merupakan kegiatan lanjutan pelatihan

APN. Sasaran kegiatan kualifikasi pasca APN yaitu bidan yang sudah

melakukan APN.

5. Pelatihan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Balita

(SDIDTKB)

SDDTKB merupakan tindakan skrining atau deteksi secara dini (terutama

sebelum berumur 3 tahun) atas adanya penyimpangan termasuk tindak

lanjut terhadap keluhan orang tua terkait masalah pertumbuhan dan

perkembangan balita, kemudian penemuan dini serta intervensi dini

terhadap penyimpangan kasus tumbuh kembang sehingga memberikan

hasil yang lebih baik. Pelatihan SDIDTKB dengan sasaran bidan desa,
diharapkan meningkatkan kemampuan bidan desa dalam melakukan

stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang balita

6. Pelacakan Kasus Gizi Buruk

Pelacakan kasus gizi buruk merupakan kegiatan dengan sasaran balita.

Kegiatan ini bertujuan agar terlacaknya bailta gizi buruk sehingga segera

dapat dilakukan upaya penanggulangannya.

7. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi Balita Gizi Kurang

Balita merupakan kelompok entan terhadap gangguan tumbuh kembang

yang menyebabkan balita gizi kurang dan gizi buruk. Salah satu upaya

penanggulangan balita gizi kurang adalah PMT (Kemenkes RI, 2011).

8. Pemberian PMT ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK)

Menurut Depkes RI (1996), ibu KEK merupakan keadaan dimana ibu

penderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis)

sehingga mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu.

Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bila Lingkar Lengan Atas

(LILA) <23,5 cm. Ibu hamil KEK cenderung untuk melahirkan BBLR,

mempunyai resiko kesakitan dan gangguan proses persalinan.

9. Pelatihan Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan Obstetrik dan Neonatus

(PPGDON)

Kegawatdaruratan obstetrik dan neonatus adalah kasus obstetrik dan

neonatus yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu

dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu dan bayi

baru lahir (Syaifuddin, 2002). Bidan yang mendapatkan pelatihan

PPGDON diharapkan mampu menangani kegawatdaruratan obstetrik dan

neonatal dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi.


10. Monitoring dan evaluasi kinerja bidan koordinator puskesmas

Monitoring dan evaluasi kinerja bidan koordinator puskesmas dapat

dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan dan pencapaian tujuan program

gizi di puskesmas. Sasaran kegiatan ini adalah bidan koordinator seluruh

puskesmas.

11. Pembinaan desa siaga dalam Program Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K)

P4K adalah suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa dalam

rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam

merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi

komplikasi bagi ibu hamil termasuk perencanaan dan penggunaan alat

kontrasepsi pasca persalinan dengan menggunakan stiker sebagai media

notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu

pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir (Kemenkes RI, 2010).

Sasaran kegitan ini adalah bidan penanggungjawab poskesdes.

12. Pertemuan Audit Maternal Perinatal (AMP)

Audit Maternal Perinatal merupakan kegiatan untuk meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan melalui kegiatan menganalisa kasus

kesakitan, kematian ibu dan perinatal yang bertujuan untuk mencari

alternatif solusinya sehingga dapat dijadikan pembelajaran agar tidak

terjadi lagi kasus sama dimasa yang akan datang (Kemenkes RI, 2010).

Pertemuan ini dihadiri oleh seluruh kepala puskesmas, bidan puskesmas,

bidan penolong persalinan dan tim AMP kabupaten.

13. Supervisi fasilitatif pasca pelatihan APN


Sasaran kegiatan yaitu bidan yang telah dilatih APN, untuk melihat sejauh

mana kelengkapan fasilitatif pasca dilatih APN.

14. Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

MTBS merupakan suatu manajemen melalui pendekatan terintegrasi

dalam tata laksana balita sakit yang datang di pelayanan kesehatan baik

mengenai beberapa klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi,

maupun penanganan balita sakit dan konseling yang diberikan Pelatihan

MTBS bertujuan untuk meningkatkan kemampuan petugas kesehatan

dalam menerapkan MTBS. Pelatihan ini dilakukan dengan sasaran bidan

desa.

15. Pelayanan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Balita

(SDIDTKB)

Sasaran kegiatan ini yaitu anak balita dan anak prasekolah. Kegiatan ini

diharapkan dapat meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan anak balita

dan anak prasekolah.

16. Monitoring dan evaluasi kinerja program anak

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan

anak dengan diperolehnya data/informasi program anak yang telah

dilaksanakan, dengan sasaran petugas program anak puskesmas.

17. Seminar tentang pola asuh anak

Seminar pola asuh anak bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan petugas kesehatan dan ibu balita dalam pola asuh anak

sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian anak. Sasaran

kegiatan ini adalah petugas anak, bidan desa dan ibu balita.

18. Pelatihan supervisi fasilitatif bagi dokter, bidan dan petugas anak
Sasaran kegiatan ini adalah dokter, bidan dan petugas anak. Pelatihan ini

diharapkan dapat meningkatkan kinerja peserta dalam meningkatkan

kesehatan dan mencegah kematian ibu dan anak.

19. Pelayanan kesehatan akibat gizi buruk pada balita keluarga miskin (gakin)

Petugas kesehatan diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan

yang tepat pada balita gizi buruk sehingga dapat menurunkan angka gizi

buruk/kurang pada balita gakin.

20. Pelatihan pemantauan pertumbuhan balita

Pemantauan pertumbuhan balita bermanfaat untuk keperluan pencegahan

terhadap kesehatan balita. Penurunan berat badan balita yang terpantau

menjadi indikasi perlunya dilakukan intervensi. Sasaran dalam kegiatan

pelatihan ini adalah petugas gizi dan bidan desa.

21. Pelatihan Penanganan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED)

Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan untuk

menangani dan merujuk hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia,

eklamsi), tindakan pertolongan distosia bahu dan ekstraksi vakum pada

pertolongan persalinan; perdarahan post partum; infeksi nifas; BBLR dan

hipotermi, hipoglikemi, ikterus, hiperbilirubinemia, masalah pemberian

minum pada bayi; asfiksia pada bayi; gangguan nafas pada bayi, kejang

pada bayi baru lahir; infeksi neonatal. (Depkes RI, 2008c). Sasaran dalam

pelatihan ini yaitu petugas anak, dokter, dan bidan desa.

22. Pelatihan kelas ibu hamil bagi petugas kesehatan

Sasaran pelatihan kelas ibu hamil yaitu petugas kesehatan dengan tujuan

untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan

dalam kelas ibu hamil.


23. Pengadaan format MTBS

Pengadaan format MTBS bertujuan untuk meningkatkan pencacatan dan

pelaporan MTBS.

24. Pemantapan pencatatan dan pelaporan pemantauan wilayah setempat

(PWS) bayi dan balita

Kegiatan pemantapan pencatatan dan pelaporan PWS balita bertujuan agar

data dan informasi tersedia dengan akurat dan valid tentang PWS anak,

dengan sasaran kegiatan petugas anak puskesmas.

25. Pelatihan Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan asfiksia

Bayi dengan berat lahir rendah dan asfiksia mempunyai resiko kematian

yang tinggi sehingga dibutuhkan upaya penanganan dengan baik.

Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bidan desa dalam

menerapkan manajemen BBLR.

26. Pertemuan peningkatan pelaksanaan kelas ibu hamil

Kelas ibu hamil bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu selama

hamil. Petugas yang dilatih dalam pertemuan ini yaitu bidan penanggung

jawab ibu hamil diharapkan mampu melaksanakan kelas ibu hamil

sehingga kematian ibu dan bayi baru lahir dapat direduksi.

27. Pembinaan puskesmas pasca pelatihan PONED

Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang memiliki

kemampuan serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan

pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas dan bayi baru lahir

dengan komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan

kader/masyarakat, bidan di desa, puskesmas dan melakukan rujukan ke

Rumah Sakit Penanganan Obstetri Neonatal Emergency Komplikasi


(PONEK) pada kasus yang tidak mampu ditangani. (Depkes RI, 2008c).

Pembinaan puskesmas pasca pelatihan PONED dilakukan dengan sasaran

dokter, bidan, dan petugas anak Puskesmas PONED.

28. Pelatihan konseling menyusui

Pelatihan konseling menyusui dengan sasaran petugas puskesmas

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan petugas puskesmas dalam

konseling menyusui sehingga program pemerintah untuk ASI eksklusif

dapat tercapai.

29. Pembinaan gizi bagi WUS dan ibu hamil Kegiatan dengan sasaran

WUS dan ibu hamil ini bertujuan untuk meningkatkan status gizi WUS

dan ibu hamil. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan

pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas

kerja dan daya tahan tubuh sehingga berakibat meningkatnya angka

kesakitan dan kematian.

30. Pemantauan pemberian PMT

Pemantauan pemberian PMT dilakukan tidak hanya ketika memberikan

PMT kepada ibu hamil KEK dan balita gizi kurang tetapi juga setelah

pemberian PMT untuk melihat perkembangan status gizi baik balita

maupun ibu hamil.

2.3 Posyandu Balita


Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Besumber Daya

Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama

masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan

masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh

pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi

(Depkes RI, 2006).


Posyandu merupakan salah satu pelayanan kesehatan di desa untuk memudahkan

masyarakat untuk mengetahui atau memeriksakan kesehatan terutama untuk ibu hamil

dan anak balita. Keaktifan keluarga dalam setiap posyandu tentu akan berpengaruh pada

status gizi anak balitanya karena salah satu tujuan posyandu adalah memantau

peningkatan status gizi masyarakat terutama anak balita dan ibu hamil (Adisasmito,

2007).
Prinsip dasar posyandu menurut syafrudin, (2012) :
a. Pos pelayanan terpadu merupakan usaha masyarakat dimana terdapat perpaduan

antara pelayanan professional dan nonprofessional (oleh masyarakat).


b. Adanya kerja sama lintas program yang baik, kesehatan Ibu Anak (KIA),

Keluarga Berencana (KB), gizi imunisasi, penanggulangan diare maupun lintas

sektoral.
c. Kelembagaan masyarakat ( pos desa, kelompok timbang/pos timbang, pos

imunisasi, pos kesehatan lain-lain ).


d. Mempunyai sasaran penduduk yang sama ( Bayi 0-1 tahun, anak balita 1-4 tahun,

ibu hamil, pasangan usia subur (PUS)


e. Pendekatan yang digunakan adalah pengembangan dan Pengembangna Kesehatan

Masyarakat Desa (PKMD)/ Primary Health Care (PHC)


Secara umum tujuan penyelenggaraan Posyandu adalah sebagai berikut (Depkes

RI, 2006):
a. Mempercepat penurunan Angka Kematian Bayi (AKB), anak balita dan angka

kelahiran.
b. Mempercepat penurunan AKI (Angka Kematian Ibu), Ibu hamil dan nifas.
c. Mempercepat diterimanya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera

(NKKBS).
d. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan

kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang mengunjang sesuai kebutuhan.


e. Meningkatkan daya jangkau pelayanan kesehatan. Sasaran dalam pelayanan

kesehatan di Posyandu adalah bayi (usia kurang dari 1 tahun) anak balita (usia

1-5 tahun), ibu hamil, ibu menyusui dan wanita PUS (pasangan usia subur).
Sasaran Posyandu meliputi:
a. Bayi berusia kurang dari 1 tahun
b. Anak balita usia sampai 5 tahun
c. Ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas
d. Wanita Usia Subur
Menurut Kemenkes (2011), manfaat Posyandu adalah:
a. Bagi Masyarakat
1) Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan

kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan Angka Kematian

Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita

(AKB).
2) Memperoleh layanan secara professional dalam pemecahan masalah

kesehatan terutama terkait kesehatan ibu, bayi dan balita.


3) Efisisensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu dan

pelayanan sosial dasar sector lain terkait.


b. Bagi kader dan tokoh masyarakat
1) Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya kesehatan yang

terkait dengan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian

Balita (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKBA).


2) Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat

menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan Angka

Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Balita (AKB), dan Angka

Kematian Balita (AKBA).


c. Bagi Puskesmas
1) Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan

berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan

kesehatan perorangan primer, dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat

primer.
2) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah

kesehatan sesuai kondisi setempat.


3) Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat.
d. Bagi sektor lain
1) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah

kesehatan dan sosial dasar lainnya, terutama yang terkait dengan upaya

penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Balita (AKB),

dan Angka Kematian Balita (AKBA) sesuai kondisi setempat.


2) Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu

sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing sector.


2.4 KMS Balita

2.5 KB

2.5 PUS

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keperawatan komunitas adalah suatu bidang perawatan khusus yang merupakan
gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan merupakan
bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan dalam
meningkatkan derajat kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik,
rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, dan ditujukan kepada
individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat
secara keseluruhan.
Komunitas sebagai klien yang dimaksud termasuk kelompok risiko tinggi, antara lain:
orang yang tinggal di daerah terpencil, daerah rawan, daerah kumuh, dll. Lingkup praktik
keperawatan komunitas berupa asuhan keperawatan langsung dengan fokus pemenuhan dasar
kebutuhan dasar komunitas yang terkait kebiasaan/prilaku dan pola hidup tidak sehat sebagai
akibat ketidakmampuan masyarakat beradaptasi dengan lingkungan internal dan eksternal.
Asuhan keperawatan komunitas menggunakan pendekatan proses keperawatan komunitas,
yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, dan evaluasi dengan entry poin pada individu,
keluarga, kelompok atau komunitas.

1.2 Saran
1.2.1 Institusi Pendidikan
Semoga makalah ini dapat menjadi sumber ilmu yang baru bagi mahasiswa ilmu
keperawatan.
3.2.2 Bagi Mahasiswa
Semoga dengan makalah ini mahasiswa bisa memahami dan mempelajari lebih
dalam lagi tentang keperawatan komunitas.

DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika

Henny, Achjar Komang Ayu . 2011 . Asuhan Keperawatan Komunitas : Teori dan Praktek.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai