Anda di halaman 1dari 47

RINGKASAN OG

HIPOTALAMUS
Hipotalamus terletak langsung di bawah otak dan ukurannya sebesar biji kenari.

No Hormon yang Dihasilkan Fungsi

1. Hormon penggiat kortikotropin atau Corticotrophic Merangsang lobus anterior


Releasing Factor ( CRF ) hipofisis agar mensekresi
Ardrenocorticotrophic Hormone
( ACTH )

2. Hormon penggiat hormon tumbuh atau Growth Hormone Merangsang pengeluaran hormon
Factor ( GRF ) tumbuh Somatotrophic Hormone
( STH )

3 Hormon penggiat tirotrofik Thyrotrophic Releasing Merangsang lobus anterior


Faktor ( TRT ) hipofisis mensekresi thyroiding
stimulating hormone (TSH)

4 Hormon penggiat hormon FSH atau follice stimulating Merangsang lobus anterior
hormon releasing factor (FRF) mensekresi FSH (follice
stimulating hormone)

5 Hormon penggiat hormon LH atau LRF (Luteinizing Merangsang lobus anterior


Hormon Releasing Factor) mensekresi LH (Luteinizing
Hormone)

Contoh Penyakit Gangguan Kelenjar Hipotalamus


 Hipotalamus (Diabetes insipidus sentral)
Diabetes insipidus yang disebabkan proses autoimun akan menyebabkan sel hipothalamus yang
memproduksi antidiuretik hormon (ADH) mengalami kerusakan. Kerusakan terjadi pada hipofise posterior
atau jalur axon dari hipotalamus sampai hipofise posterior. Ditemukan adanya autoantibodi terhadap sel yang
memproduksi ADH pada pasien dengan idiopatik diabetes insipidus terhadap ADH. Gejalanya antara lain
poliuria, polidpsi dan dehidrasi.
Terapi :

1
Diabetes Insipidus Sentral Pada kasus ringan dapat ditangani dengan asupan air yang cukup. Faktor pemberat
(seperti glukokortikoid) dihindari. Bila asupan air tidak cukup dan terjadi hipernatremia maka diberikan cairan
intravena hipoosmolar. Hindari pemberian cairan steril intravena tanpa dekstrosa karena menyebabkan
hemolisis.
DDAVP (Desmopressin)
Penurunan ADH perlu mendapat terapi pengganti hormon ADH. DDAVP adalah pilihan utama penanganan
diabetes insipidus sentral. DDAVP adalah analog ADH buatan, memiliki masa kerja panjang dan potensi
antidiuretik dua kali ADH. DDAVP tersedia dalam bentuk subkutan, intravena, intranasal, dan oral.
Pemberian diawali pada malam hari untuk mengurangi gejala nokturia, sedangkan pada pagi hingga sore hari
sesuai kebutuhan dan saat munculnya gejala. DDAVP lyophilisate dapat larut di bawah lidah, sehingga
memudahkan terapi anak dan sangat efektif.
Contoh obat: Obat-obatan selain DDAVP hanya digunakan bila respons tidak memuaskan
- Carbamazepine: Carbamazepine meningkatkan sensitivitas ginjal terhadap efek ADH. Pada studi in vivo,
carbamazepine menurunkan volume urin dan meningkatkan osmolalitas urin dengan meningkatkan ekspresi
aquaporin-2 pada duktus kolektikus medula interna. Obat ini mempunyai risiko efek samping ataksia, mual,
muntah, dan mengantuk
- Chlorpropamide: Chlorpropamide digunakan untuk diabetes insipidus ringan. Zat ini meningkatkan potensi
ADH yang bersirkulasi, sehingga mengurangi urin hingga 50%. Chlorpropamide memiliki banyak efek
samping, seperti hipoglikemi, kerusakan hati, anemia aplastik, sehingga penggunaannya perlu diawasi

 Akromegali
Akromegali merupakan kondisi klinis akibat dari sekresi hormone pertumbuhan (GH) yang berlebihan
pada saat dewasa. Akromegali adalah keadaan dimana tumor somatrotop hipofisis anterior mensekresi
sejumlah besar hormone pertumbuhan ketuka dewasa. Akromegali merupakan keadaan setelah pertumbuhan
somatic selesai, hipersekresi GH tidak akan menimbulkan gigantisme, tetapi menyebabkan penebalan tulang-
tulang dan jaringan lunak.
Terapi:
Tujuan pengobatan adalah:
- Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau IGF1/SM-C
- Memperkecil tumor tatu menstabilkan besarnya tumor
- Menormalkan fungsi hipofisis
- Mencegah komplikasi akibay kelebihan kadar GH/IFG1 atau SM-C akibat pembesaran tumor
Dalam hal ini dikenal 3 macam terapi, yaitu:

2
1. Terapi pembedahan: Terapi pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal 2 macam pembedahan
tergantung dari besarnya tumor yaitu:
Bedah makro dengan melakukan pembedahan pada batok kepala (TC atau Trans Cranial)
Bedah mikro (TESH/ Trans Ethmoid Sphenoid Hypophysectomy).
2. Terapi radiasi: Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu:
Radiasi secara konversional (Conventinal High Voltage Radiation, 45 69 4500 RAD)
Radiasi dengan energy tinggi partikel berat (High Energy Particles Radiation, 150 69 15000 RAD)
3. Terapi medikamentosa
Agosis dopamine: Pada orang normal dopamine atau agosis dopamine dapat meningkatkan kadar HP tetapi
tidak demikian halnya pada pasien akromegali. Pada akromegali dopamine ataupun agosis dopamine
menurunkan kadar HP dalam darah. Contoh agosis dopamine:
-Brokriptin: Perbaikan klinis yang dicapai antara lain adalah: Ukuran tangan dan jari mengecil, serta Terjadi
perbaikan gangguan toleransi glukosa.
-Ocreotide (Long Acting Somatostatin Analogue)
Perbaikan klinis yang dicapai:
- Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5 mikrogram/ 1 pada 50 kasus
- Menormalkan kadar IGF1/ SM-C pada 50% kasus
- Penyusunan tumor

HIPOFISA ANTERIOR
Hipofisis Anterior merupakan kelenjar yang terletak pada dasar tengkorak yang mempunyai peran
penting dalam sekresi hormon-hormon semua system endokrin.
Kelenjar Hipofise terdiri dari 2 lobus yaitu lobus anterior dan lobus posterior. Lobus anterior
menghasilkan hormone yang berfungsi sebagai zat pengendali produksi dari semua system endokrin.
Hormon yang dihasilkan anterior hipofisis:
NO Hormon Prinsip kerja

1 Hormon Somatrotof Pertumbuhan sel dan anabolisme protein

2 Hormon Tiroid (TSH) Mengontrol sekresi hormone oleh kelenjar


tiroid

3 Hormon Adrenokortikotropik Mengontrol sekresi beberapa hormone oleh


(ACTH) korteks adrenal

4 Follicle Stimulating Hormon (FSH) a. Pada wanita : merangsang perkembangan


folikel pada ovarium dan sekresi estrogen

3
b. Pada testis : menstimulasi testis untuk
mengstimulasi sperma

5 Luteinizing hormone (LH) a. Pada Wanita : bersama dengan estrogen


menstimulasi ovulasi dan pembentukan
progesterone oleh korpus luteum
b. Pada pria : menstimulasi sel – sel interstitial
pada testis untuk berkembang dan
menghasilkan testoteron

6 Prolaktin Membantu kelahiran dan memelihara sekresi


susu oleh kelenjar susu

Gangguan Pada Hipofisis Anterior

 Adenoma Hipofisis dan Hiperpituitarisme


Hiperpituitarisme merupakan suatu keadaan dimana produksi hormon hipofisis anterior berlebihan
oleh karena adanya suatu adenoma yang tumbuh di lobus anterior.
Adenoma hipofisis atau disebut juga dengan adenoma hipofise merupakan tumor yang jinak, dengan
pertumbuhan yang lambat, yang berasal dari sel-sel kelenjar hipofisis.
Klasifikasi berdasarkan hormon yang diproduksinya, tumor pada kelenjar ini dibedakan menjadi 2
jenis:
1. Adenoma hipofisis non fungsional (tidak memproduksi hormon)
2. Tumor hipofisis fungsional yang terdiri dari:
a. adenoma yang bersekresi prolactin
b. adenoma yang bersekresi growth hormon (GH)
c. adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)
d. adenoma yang bersekresiadrenokortikotropik hormon (ACTH)

1. Adenoma Hipofisis non fungsional


Tumor ini berkisar sekitar 30% dari seluruh tumor pada hipofisis dan biasanya lebih sering ditemukan
pada laki-laki daripada wanita. Karena tumor ini tidak memproduksi hormon, maka pada tahap dini seringkali
tidak memberikan gejala apa-apa. Sehingga ketika diagnosa ditegakkan umumnya tumor sudah dalam ukuran
yang sangat besar, atau gejala yang timbul karena efek masanya. Tumor biasanya solid walaupun bisa
ditemukan tumor dengan campuran solid dan kistik.
Terapi:
Operasi
4
• Operasi secara mikroskopik transsphenoidal, dengan indikasi adanya visual loss dan hypopituitarism yang
progressif
• Pada pasien dengan gangguan fungsi tiroid atau ACTH, operasi ditanguhkan 2-3 mg sampai pasien mendapat
terapi tiroid atau terapi pengganti hidrocortison
• Pada pasien dengan visual loss yang akut atau adenoma yang berhubungan dengan perdarahan atau abcess
maka operasi segera perlu dipikirkan
• Tujuan utama dari operasi transphenoidal yaitu mengangkat adenoma sekomplit mungkin, tetapi adanya invasi
ke dura dan sinus kavernosusu menyulitkan hal tersebut.

Radiasi
Indikasi: pada pasien dengan usia yang lanjut dengan kesehatan yang tidak stabil, pada pasien post operasi
dengan residual tumor yang besar atau tumor yang tumbuh kembali.
Dosis: 4000-5000 c Gy selama 5-6 minggu.
Komplikasi terapi radiasi bisa menyebabkan nekrosis jaringan dan selanjutnya timbul gangguan
penglihatan yang progresif dan gangguan fungsi endokrin yang progresif sampai panhypopituitarism yang
memerlukan terapi hormonal oleh seorang endokrinologist.

Obat-obatan
Terapi dengan somatostatin dan Gonadotropin releasing hormon antagonis mungkin menjadi
kenyataan.

2. Tumor Hipofisis fungsional


Pada penelitian dari 800 pasien yang menderita tumor hipofisis, 630 pasien merupakan tipe
functioning pituitary tumors yang terdiri dari:
• 52% merupakan tumor yang mengsekresikan prolactin
• 27% tumor yang mengsekresikan GH
• 20% tumor yang mengsekresikan ACTH
• 0,3% tumor yang mengsekresikan TSH

 Adenoma yang bersekresi Prolaktin


Prolactin diperlukan untuk laktasi normal pada wanita post partum, dimana pada wanita menyusui
kadarnya 150-200 ng/ml. Normal kadar prolactin pada laki-laki kurang dari 15 ng/ml, pada waita tidak hamil
kurang dari 20 ng/ml.
Terapi
5
Obat-obatan
Bromocrptine (parlodel) suatu dopamin agonist, merupakan terapi pilihan untuk prolactin secreting
adenoma, menggantikan terapi operasi. Obat ini secara langsung akan merangsang dopamin reseptor pada
lactotrops (prolactin screeting cells). Bromocriptine bukan merupakan tumoricidal sehingga kemungkinan
tumor tumbuh kembali bisa terjadi setelah terapi dihentikan, sehingga setelah terapi berlangsung beberapa
tahun perlu dievaluasi apakah terapi perlu dilanjutkan.
Operasi
Wanita yang mempunyai ukuran tumor > 12 masing-masing sebaiknya menjalani operasi reseksi
sebelun dia hamil, untuk mencegah rangsangan pembesaran tumor oleh karena kehamilannya.
Terapi awal dengan bromocriptine untuk mengecilkan tumor lalu dioperasi, tidak memberikan hasil
yang baik, karena sesudah pemakaian yang lama dari bromocriptin akan menimbulkan fibrosis yang
menyulitkan dalam operasi.

Radiasi
Indikasi primer: pasien usia lanjut atau debil yang mempunyai tumor yang besar yang mengancam
struktur neurovaskuler dimana dengan terapi medis tidak menolong. Sebagai terapi tambahan sesudah operasi,
dimana masih terdapat residual tumor yang tidak membaik dengan bromocriptin.

 2.2 Adenoma yang bersekresi growth hormon


Kelebihan hormon ini pada orang dewasa menyebabkan acromegaly sedang pada anak yang
epiphysealnya belum menutup akan menyebabkan gigantisme.
Terapi:
Penderita acromegali yang tidak diterapi umumnya akan berakibat fatal, pasien akan menderita
kegagalan jantung, DM, disfigurement dan kemungkinan kebutaan yang semuanya ini akan memperpendek
umur harapan hidupnya. Dengan operasi diharapkan adanya perbaiakn klinik, kadar GH < 5 ng/ml dan level
somatomedin C yang normal.
Dengan terapi obat-obatan seperti estrogen, klorpromazin dan anti serotonergic agents menunjukkan
efek yang sedikit
Idealnya hipersekresi dari GH ini bisa ditekan dengan pemberian somatostatin. Terapi radiasi pada
pasien ini mempunyai resiko yang besar, dimana > 25% akan menyebabkan hypopituitarism, gangguan pada
N opticus dan chiasma.
 Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)

6
TSH berperan dalam pengaturan kecepatan metabolik melalui hormon tiroid, sedang LH dan FSH
berperan dalam pematangan sexual dan fungsi reproduksi. Insidensi tumor ini sangat jarang sekitar 1% dari
seluruh tumor hipofisis.
Terapi:
Operasi sebaiknya dikombinasikan dengan terapi radiasi, walaupun hasilnya tidak menggembirakan
sehingga indikasi terapi radiasi tetap kontroversi. Terapi percobaan dengan somatostatin analog dan
bromocriptin hasinya tidak sebaik pada prolactinoma atau pada acronegali.
 Adenoma yang bersekresi ACTH
Definisi: Cushing disease adalah suatu keadan hypercortisolemi yang disebabkan karena produksi
ACTH yang berlebihan oleh adenoma hipofisis. Sedang yang dimaksud Cushing’s syndroma adalah kondisi
hypercortisolemia yang disebabkan dari berbagai sumber selain hipofisis.
Banyak tumor kelenjar hipofisis yang bersekresi, ternyata juga memproduksi amophilic ACTH
(Cushing’s disease). Ini merupakan tantangan untuk diagnosa dan terapi karena biasanya tumor ini gejalanya
tidak khas dimana dengan MRI dan CT scan jelas terlihat tetapi pilihan terapi tetap sulit

Terapi:
Operasi
Operasi mikro transphenoidal explorasi dari kelenjar hipofisis dengan selektif adenomectomy atau
partial atau hemihyposectomy.pada tumor yang sangat besar atau invasive maka sesudah operasi dilanjutkan
dengan terapi radiasi, terapi obat-obatan dan kadang-kadang adrenalectomy. Angka kesembuhan penyakit ini
sesudah menjalani terapi operasi < 90%. Kurang dari 10% pasien dengan ACTH hipofise yang berlebihan
disebabkan karena basophilik hiperplasia yang meliputi seluruh kelenjar.

Radiasi
Steretactic radiasi digunakan secara tersendiri atau kombinasi dengan operasi, dilaporkan angka
kesembuhannya bervariasi antara 50-100%. Karena diperlukan waktu yang lama untuk mencapai efek
kesembuhan dan karena tingginya insiden hipopituitarism maka indikasi terapi radiasi hanya ditujukan jika
operasi gagal.

Obat-obatan
Terapi dengan obat-obatan bertujuan untuk memblok ACTH atau produksi cortisol, dimana terapi
hanya mengobati gejalanya saja tanpa menghilangkan tumornya. Hal ini seringkali perbaikan yang didapat
tidak lengkap dan sangat potensil untuk timbulnya efek samping yang berbahaya. Obat-obatan yang digunakan
sebagai berikut:
a. Ketoconazole
7
Merupakan obat anti jamur yang poten, akan menghambat adrenal steroidogenesis dengan memblok 11 beta
hydroksilase (dan enzim lain yang terlibat pada produksi cortisol dan endosteron)
b. Cyproheptadin
Merupakan obat anti serotonin (maupun anti histamin dan anti cholinergic), diduga menurut Kriger et al bisa
digunakan untuk mengatur pelepasan ACTH, tetapi dari berbagai laporan obat ini mengecewakan.
c. Bromocriptine
Obat ini digunakan terutama untuk menurunkan produksi prolastin, dilaporkan penggunaan obat ini dengan
atau tanpa cyproheptadin akan menormalkan produksi cortisol pada penderita Caushing’s syndrome, terutama
pada pasien dengan intermediate lobe Caushing’s disesase dimana sering bersama dengan meningginya kadar
prolastin.

 Hipopituitarisme
Hipopituitarisme adalah kondisi dimana kelenjar pituitari (hipofisis) tak mampu memproduksi satu
atau lebih hormon. Hipopituitarisme juga terjadi ketika kelenjar pituitari tak mampu melepaskan cukup
hormon, sehingga menyebabkan penderitanya mengalami kekurangan hormon. Kelenjar pituitari adalah
kelenjar kecil seukuran kacang yang berada di dasar otak manusia, tepatnya di belakang hidung, di antara
kedua mata. Meskipun berukuran kecil, kelenjar ini memproduksi hormon yang mempengaruhi hampir
sebagian dari tubuh manusia.
Kelenjar pituitari bertugas mengirimkan sinyal ke kelenjar-kelenjar lain penghasil hormon. Hormon
yang diproduksi oleh kelenjar pituitari berperan besar dalam menjalankan fungsi tubuh, seperti untuk
pertumbuhan, tekanan darah, metabolisme, dan juga reproduksi. Jika salah satu hormon tidak bekerja dengan
baik, fungsi tubuh akan terganggu.

Faktor- faktor yang dapat menyebabkan hipopituitari diantaranya adalah :


1. Sekunder : tumor – tumor jinak atau ganas metastasik desak ruang.
2. Vaskuler : perdarahan ke dalam adenoma hipofisis; infark post partum (sindrom seehan );
aneurisma arteri karotis.
3. Infiltrasi dan granuloma : histiositosis, sarkoidosis, hemokromatosis.
4. Infeksi : tuberculosis, pasca meningitis.
5. Traumatic : setelah cedera kepala.
6. Sindrom sela tursika yang kosong primer atau sekunder dari infark tumor hipofisis.
7. Hipopituitari idiopatik
8. Defek congenital seperti pada dwarfisme pituitary atau hipogonadisme

8
Penyebab hipofungsi hipofise dapat bersifat primer dan sekunder. primer bila gangguannya terdapat
pada kelenjer hipofise itu sendiri, dan sekunder bila gangguan terdapat dihipotalamus penyebab tersebut
termasuk diantaranya :
1. Defek perkembangan kongenital, seperti pada dwarfisme pituitari atau hipogonadisme.
2. Tumor yang merusak hipofise (mis: adenoma hipofise nonfungsional) atau merusak hipotalamus
(mis: kraniofaringioma atau glioma).
3. Iskemia, seperti pada nekrosis postpartum (sindrom sheehan’s).

Penyebab hipopituitarisme
 Cedera kepala
 Tumor otak atau hipofisis
 Operasi otak
 Pengobatan radiasi
 Inflamasi autoimun (hypophysitis)
 Stroke
 Infeksi otak, seperti meningitis
 Tuberkulosis
 Penyakit infiltrasi, seperti sarkoidosis, yang merupakan penyakit radang yang terjadi di berbagai organ;
histiositosis X, dimana sel-sel abnormal menyebabkan jaringan parut di berbagai bagian tubuh, seperti paru-
paru dan tulang; dan hemokromatosis, yang menyebabkan deposisi kelebihan zat besi dalam hati dan jaringan
lain
 Kehilangan berat darah saat melahirkan, yang dapat menyebabkan kerusakan pada bagian depan kelenjar
hipofisis (sindrom Sheehan atau postpartum hipofisis nekrosis)
 Mutasi genetik yang mengakibatkan gangguan produksi hormon hipofisis

Gejala hipopituitarisme
Gejala-gejala penyakit ini bervariasi, tergantung apa yang menjadi penyebabnya, hormon apa yang
terpengaruh, dan seberapa parah gangguan yang terjadi pada hormon itu. Berikut adalah beberapa gejala
hipopituarisme berdasarkan hormon yang terganggu:
 Kekurangan hormon ACTH. Gejala yang ditimbulkan antara lain mudah lelah, tekanan darah rendah, berat
badan menurun, depresi, mual, dan muntah.

9
 Kekurangan hormon GH. Apabila terjadi pada anak-anak, gejala yang ditimbulkan antara lain sulit
bertambah tinggi, penumpukan lemak di sekitar pinggang dan wajah, serta gangguan pertumbuhan secara
keseluruhan. Sedangkan pada dewasa, gejala yang dapat muncul antara lain tubuh tidak bertenaga, kekuatan
dan daya tahan tubuh menurun, berat badan bertambah, massa otot berkurang, serta depresi.
 Kekurangan hormon TSH. Gejala yang ditimbulkan antara lain susah buang air besar (konstipasi), tidak
tahan terhadap suhu dingin, berat badan bertambah, serta otot melemah dan terkadang terasa sakit.
 Kekurangan hormon FSH dan LH. Pada wanita, kekurangan hormon ini dapat berakibat pada periode datang
bulan yang tidak teratur serta kemandulan. Sedangkan pada pria, gejala yang ditimbulkan antara lain
hilangnya rambut di wajah atau di bagian tubuh lain, gairah seksual menurun, disfungsi ereksi, serta mandul.
 Kekurangan hormon prolaktin. Gangguan ini biasanya muncul pada wanita, dengan gejala antara lain
produksi ASI yang sangat sedikit, mudah lelah, serta tidak tumbuhnya rambut di ketiak dan kemaluan. Pada
pria, kekurangan hormon ini tidak akan menimbulkan gejala apapun.
 Kekurangan hormon ADH. Gejala yang dapat terjadi antara lain adalah sering merasa haus dan frekuensi
buang air kecil menjadi bertambah.

Terapi
Pengobatan berfokus pada penggantian hormon yang mengalami defisiensi, biasanya bukan dengan
mengganti hormon hipofisis, melainkan dengan mengganti hormon targetnya.
Misalnya, orang yang kekurangan hormon stimulan tiroid, maka diberi hormon tiroid. Mereka yang
kekurangan ACTH, bisa diberi hormon adrenokortikal seperti hidrokortison. Mereka yang kekurangan
hormon luteinizing dan hormon stimulan folikel, bisa diberi estrogen, progesteron, atau testosteron.
Pengobatan hormon pertumbuhan harus diberikan dengan suntikan. Ketika itu diberikan kepada anak-
anak yang memiliki defisiensi hormon pertumbuhan sebelum perkembangan tulang berhenti, hormon
pengganti bisa mencegahnya dari pertumbuhan badan yang pendek(kerdil)
Hormon pertumbuhan sekarang juga digunakan untuk mengobati untuk orang dewasa yang memiliki
defisiensi hormon pertumbuhan dalam rangka memperbaiki komposisi tubuh, meningkatkan kepadatan
tulang, meningkatkan energi, dan menjaga kualitas hidup.

 Penatalaksanaan
a. Kausal
1. Bila disebabkan oleh tumor, umumnya dilakukan radiasi bila gejala-gejala tekanan oleh tumor
progresif dilakukan operasi.
b. Terapi substitusi

10
1. Hidrokortison
2. Puluis tiroid / tiroksin diberikan setelah terapi dengan hidrokortison.
3. Pada penderita laki – laki berikan suntikan testosteron enantot atau testosteron siprionat. Dapat juga
diberikan fluoxymestron
4. Esterogen diberikan pada wanita secara siklik untuk mempertahankan siklus haid. Berikan juga
androgen dosis setengah dosis pada laki – laki hentikan bila ada gejala virilisasi ’’growth hormone’’ bila
terdapat dwarfisme.
c. Tumor hipofisis, diobati dengan pembedahan radioterapi atau obat (misal : akromegali dan
hiperprolaktinemia dengan hymocriptine).
d. Defisiensi hormon hos diobati sebagai berikut : penggantian GH untuk defisiensi GH pada anak – anak,
tiroksin dan kortison untuk defisiensi TSH dan ACTH, penggantian androgen atau esterogen untuk
defisiensi gonadotropin sendiri (isolated) dapat diobati dengan penyuntikan FSH atau HCG.
e. Desmopressin dengan insuflasi masal dalam dosis terukur.

HIPOFISA POSTERIOR
Hipofisis posterior atau neurohipofisis merupakan perpanjangan dari hipotalamus yang terbentuk dari
sekelompok akson dari hypothalamic neurosecretory neurons yang berselingan dengan sel glia.
Hipofisis posterior terdiri dari jaringan saraf dan karenanya juga dinamai neurohipofisis. Secara
fungsional dan anatomis, hipofisis posterior sebenarnya hanya perpanjangan dari hipotalamus.
Kelenjar hipofisa posterior (neurohypophysis) menghasilkan hormon:
1. Oksitosin
Jaringan sasarannya adalah uterus dan mioepitel kelenjar mamae yang berfungsi :
a. Merangsang kontraksi mioepitel kelenjar mamae sehingga terjadi pengeluaran air susu bila bayi menghisap
puting susu ibu, terjadi perangsangan pada hipotalamus, sekresi oksitosin, kontraksi mioepitel kelenjar mamae
sehingga ASI keluar.
b. Merangsang kontraksi uterus pada saat persalinan karena regangan serviks uteri merangsang sekresi oksitosin.
2. Antidiuretik Hormon (Vasopresin)
Jaringan sasarannya adalah pembuluh darah dan ginjal yang fungsinya adalah untuk :
a. Mengatur jumlah air yang melalui ginjal.
b. Meningkatkan permeabilitas tubulus distalis dan ductus koligens ginjal untuk air, sehingga reasorbsi air
meningkat. Bila ADH tinggi maka akan merangsang vasokontriksi arteriol akibatnya tekanan darah
meningkat.

11
Hormon yang disekresikan lewat neurohipofisis (hipofisis posterior) menurut Greenspan and Baxter
(1998), yakni:
YANG DI ATAS
Hiposfisis posterior sebenarnya tidak menghasilkan hormon apapun. Bagian ini hanya menyimpan dan
setelah mendapat rangsangan yang sesuai mengeluarkan dua hormon peptida kecil, vasopresin (ADH) dan
oksitosin. ADH dibentuk terutama di dalam nukleus supraoptika, sedangkan oksitosin dibentuk terutama di
dalam nukleus paraventrikular.

Gangguan Hipofisis Posterior (Neurohipofisis)


A. Hipersekresi Neurohipofisis
Hipersekresi neurohipofisis suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi
hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu hormone hipofise atau lebih.
B. Hipofungsi Neurohipofisis
Hipofungsi Neurohipofisis adalah kelainan akibat berkurangnya atau menghilangnya sekresi dari satu
atau lebih hormon hipofisis dan menyebabkan gangguan pertumbuhan.
Hipofungsi Neurohipofisis dapat merupakan keadaan primer yang disebabkan oleh kerusakan kelenjar
hipofisis pars posterior atau sekunder sebagai akibat dari defisiensi faktor stimulator hipotalamus yang
biasanya berpengaruh terhadap hipofisis.
Hipersekresi Neurohipofisis
 Syndrome of Inappropriate Antidiuretic HormoneScretion (SIADH)
1) Pengertian
Sindrom sekresi hormon antidiuretik yang tidak sesuai (SIADH; Syndrome of Inappropriate Antidiuretic
HormoneScretion) mengacu pada sekresi ADH yang berlebihan dari kelenjar hipofisis dalam menghadapi
osmolalitas serum subnormal.
SIADH adalah suatu karakteristik atau ciri dan tanda yang disebabkan oleh ketidakmampuan ginjal
mengabsorpsi atau menyerap air dalam bentuk ADH yang berasal dari hipofisis posterior.
SIADH adalah syndrome yang diakibatkan karena sekresi ADH yang berlebihan dari lobusposterior dan
dari sumber ektopik yang lain.
SIADH adalah gangguan yang berhubungan dengan peningkatan jumlah ADH akibat ketidakseimbangan
cairan. SIADH adalah gangguan pada hipofisis posterior akibat peningkatan produksi ADH sebagai respon
terhadap peningkatan osmolaritas darah dalam tingkat yang lebih ringan.

12
2) Patofisiologi
Pengeluaran berlanjut dari ADH menyebabkan retensi air dari tubulus ginjal dan duktus. Volume
cairan ekstra selluler meningkat dengan hiponatremi delusional. Dalam kondisi hiponatremi dapat menekan
renin dan sekresi aldosteron menyebabkan penurunan Na+ direabsorbsi tubulus proximal. Dalam keadaan
normal, ADH mengatur osmolaritas serum. Bila osmolaritas serum menurun, mekanisme feedback akan
menyebabkan inhibisi ADH. Hal ini akan mengembalikan dan meningkatkan ekskresi cairan oleh ginjal
untuk meningkatkan osmolaritas serum menjadi normal.
Pada pelepasan ADH berlanjut tanpa kontrol umpan balik, walaupun osmolaritas plasma darah dan
volume darah meningkat. Kelainan biokimiawi pada keadaan yang kronik, Na turun dan Kalium naik,
kadang-kadang terdapat keadaan yang disertai semua kadar elektrolit dalam serum masih normal dan satu-
satunya kelainan boikimiawi hanya hipoglikemi. Atrofi adrenal yang idiopatik menyebabkan korteks kolaps,
sel-sel kolaps yang masih hidup mengalami pembesaran dengan sitoplasma eosinofil.

3) Etiologi
Penyebab SIADH yaitu:
- Kelainan pada sistem saraf pusat, seperti atrofi serebrum senilis, hidrosefalus, delifiumtremens, psilosis akut,
penyakit demielinisasi dan degenerative, penyakit peradangan, trauma / cedera kepala / cerebrovaskular
accident, operasi pada otak, tumor (karsinuma bronkus, leukemia, limfoma, timoma, sarkoma ) atau infeksi
otak (ensepalitis, meningitis) dapat menimbulkan SIADH melalui stimulasi langsung kelenjar hipofisis.
- Beberapa obat (vasopressin, desmopresin asetat, klorpropamid, klofibrat, karbamazepin, vinkristin, fenotiazin,
antidepresan trisiklik, preparat diuretic tiazida, dan lain-lain) dan nikotin dapat terlibat terjadinya SIADH; zat-
zat tersebut dapat menstimulasi langsung kelenjar hipofisis atau meningkatkan sensitifitas tubulus renal
terhadap ADH yang beredar dalam darah.
- Produksi dari vasopressin oleh sel tumor (seperti bronkogenik, pankreatik, kanker prostate dan limfoma dari
duodenum, tymus dan kandung kemih adalah yang paling umum sering meyebabkan SIADH).
- Factor lain yang menyebabkan SIADH:
o Kelebihan vasopressin-Peningkatan tekanan intracranial baik pada proses infeksi maupun trauma pada otak.
o Proses inflamasi (virus dan bakteri pneumonia)
o Obat yang dapat merangsang atau melepaskan vasopressin (vinuristin, cisplatin, danocytocin)
o Penyakit endokrin seperti insufisiensi adrenal, mixedema dan insufisiensi pituitary anterior.
o Penyakit paru seperti, infeksi: tuberculosis, pneumonia, abses, gagal napas akut, dan ventilasi tekanan positif.
- Faktor Pencetus:
o Trauma Kepala
o Meningitis.
o Ensefalitis.
13
o neoplasma.
o Cedera Serebrovaskuler.
o Penyakit Endokrin.

4) Tujuan terapi dan terapi SIADH


Sindrom ini dapat ditangani dengan menghilangkan penyebab yang mendasari dan membatasi asupan
cairan pasien.

 Tujuan Terapi
- Mencari penyebabnya jika mungkin
- Ukur cairan elektrolit yang tidak seimbang
- Cegah komplikasi

 Terapi non-farmakologi
- Pembatasan cairan (kontrol kemungkinan kelebihan cairan)
- Pembatasan sodium

 Terapi Farmakologi
- Penggunaan diuretic
 Contoh obat : Furosemid
 Mekanisme kerja : furosemide untuk membantu mengeluarkan cairan berlebih
- Penggunaan obat demekosiklin
 Mekanisme kerja : untuk menekan vasopressin

Hipofungsi Neurohipofisis
Diabetes Insipidus
Diabetes insipidus secara umum dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
- Hipotalamus mengalami kelainan fungsi dan menghasilkan terlalu sedikit hormon antidiuretik
- Kelenjar hipofisa gagal melepaskan hormon antidiuretik ke dalam aliran darah
- Kerusakan hipotalamus atau kelenjar hipofisa akibat pembedahan
- Cedera otak (terutama patah tulang di dasar tengkorak)
- Tumor
- Sarkoidosis atau tuberculosis
- Aneurisma atau penyumbatan arteri yang menuju ke otak
- Beberapa bentuk ensefalitis atau meningitis
14
Terapi Farmakologi
1. Desmopresi (DDAVP) yaitu suatu preparat sintetik vasopresin yang tidak memiliki efek vaskuler
ADH alami, merupakan preparat yang sangat berguna karena mempunyai durasi kerja yang lebih lama dan
efek samping yang lebih sedikit
2. Preparat lypressin (Diapid) merupakan preparat yang kerjanya singkat dan diabsorsi lewat mukosa
nasal ke dalam darah .
3. Klofibrat merupakan preparat hipolipidemik, ternyata memiliki efek antidiuretik pada penderita
diabetes insipidus yamg masih sedikit mengalami vasopresin hipotalamik.
4. Klorpropamid juga digunakan untuk penyakit yang ringan karena preparat ini menguatkan kerja
vasopresin. Pasien yang menerima klorpropamid harus diingatkan tentang kemungkinan reaksi
hipoglikemik.
5. Vasopresin
 Mekanisme Kerja : Pemberian beberapa kali sehari berguna untuk mempertahankan pengeluaran air kemih
yang normal.
TIROID
Tiroid merupakan kelenjar endokrin murni terbesar dalam tubuh manusia yang terletak di leher bagian
depan, terdiri atas dua bagian (lobus kanan dan lobus kiri). Panjang kedua lobus masing-masing 5 cm dan
menyatu digaris tengah berbentuk seperti kupu-kupu.
Kelenjar tiroid terletak pada leher bagian depan, tepat di bawah kartilago
krikoid, disamping kiri dan kanan trakhea. Pada orang dewasa beratnya lebih kurang 18 gram.
Kelenjar ini terdiri atas dua lobus yaitu lobus kiri kanan yang dipisahkan oleh isthmus. Masing-masing
lobus kelenjar ini mempunyai ketebalan lebih kurang 2 cm, lebar 2,5 cm dan panjangnya 4 cm. Tiap-tiap lobus
mempunyai lobuli yang di masing-masing lobuli terdapat folikel dan parafolikuler. Di dalam folikel ini
terdapat rongga yang berisi koloid dimana hormon-hormon disintesa.

No. Hormon Prinsip kerja

1 Tiroksin Mengatur metabolisme, pertumbuhan,


perkembangan, dan kegiatan system saraf

2. Triiodontironin Mengatur metabolisme, pertumbuhan,


perkembangan dan kegiatan sistem saraf

3. Kalsitonin Menurunkan kadar kalsium dalam darah dengan


cara mempercepat absorpsi kalsium oleh tulang.

Kelenjar tiroid menghasilkan hormone tiroid yaitu tiroksin (T4) da triiodotironin (T3). Pembentukan
hormone tiroid dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik yang melibatkan hormone thyroid stimulating
15
homon (TSH). Bila produksi hormone meningkat maka produksi TSH menurun sebaliknya jika produksi
hormone tiroid tidak mencukupi kebutuhan maka produksi TSH meningkat.
Hormon tiroid mempunyai fungsi yang sangat penting dalam berbagai proses metabolisme
(metabolism protein, karbohidrat dan lemak) dan aktivitas fisiologik pada hamper semua system organ tubuh
manusia, kekurangan maupun kelebihan hormon tiroid akan mengganggu berbagai proses metabolisme dan
aktivitas fisiologi serta mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan berbagai jaringan termasuk system
saraf dan otak.
Jenis penyakit/gangguan tiroid

 Menurut kelainan bentuknya, gangguan tiroid dapat dibedakan menjadi 2 bentuk:


- Difus
Pembesaran kelenjar yang merata, bagian kanan dan kiri kelenjar sama-sama membesar dan disebut struma
difusa (tiroid difus)
- Nodul
Terdapat benjolan seperti bola, bisa tunggal (mononodosa) atau banyak (multinodosa), bisa padat atau berisi
cairan (kista) dan bisa berupa tumor jinak atau ganas.
 Menurut kelainan fungsinya, gangguan tiroid dibedakan menjadi 3 jenis :
- Hipotiroid
Kumpulan manifestasi klinik akibat berkurang atau berhetinya produksi hormon tiroid

- Hipertiroid
Disebut juga tirotoksikosis, merupakan kumpulan manifestasi klinik akibat kelebihan hormon tiroid

16
Etiologi gangguang/penyakit tiroid
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan penyakit gangguan tiroid adalah :
- Umur
Usia di atas 60 tahun maka semakin beresiko terjadinya hipotiroid atau hipertiroid
- Jenis kelamin
Perempuan lebih beresiko terjadi gangguan tiroid
- Genetik
Di antara banyak faktor penyebab autoimunitas terhadap kelenjar tiroid, genetic dianggap merupakan faktor
pencetus utama
- Merokok
Merokok dapat menyebabkan kekurangan oksigen di otak dan nikotin dalam rokok dapat memacu peningkatan
reaksi inflamasi
- Stres
Stress juga berkolerasi dengan antibodi terhadap amtibodi TSH-reseptor
- Riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan autoimun
Riwayat penyakit keluarga yang ada hubungan dengan kelainan autoimun merupakan faktor resiko
hipotiroidisme tiroiditis autoimun
- Zat kontras yang mengandung iodium
Hipertiroidisme terjadi setelah mengalami pencitraan menggunakan zat kontras yang mengandung iodium
- Obat-obattan yang dapat menyebabkan terjadinya penyakir tiroid
Amiodaron, lithium karbonat, aminoglutethimide, interferon alfa, thalidomide, betaroxine, stavudine
- Lingkungan
Kadar iodium dalam air kurang

17
Patofisiologi gangguang/penyakit tiroid
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya,
disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-
sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. juga, setiap sel meningkatkan
kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang “menyerupai” TSH,
biasanya bahan-bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating
Immunoglobulin) yang berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH,
dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH
menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada
kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya
sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar
hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar batas, sehingga untuk
memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering
berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat
peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang
menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps
saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot
yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang
abnormal. Takikardi juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler. Eksoftalmus
yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot
ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.

18
Hipertiroidisme
 Tirotosikosis, yaitu adanya tumor TSH-secreting pituitary yang melepaskan hormon aktif yang tidak merespon
terhadap feed back control normal.
 Tirotoksikosis faktisisa, yaitu adanya ingesti hormon tiroid eksogenus.
 Grave disease, yaitu adanya thyroid-stimulating antibodies (TSAb) yang berikatan dengan reseptor tirotropin
kemudian meaktivasi enzim adenylate cyclase yang bersifat sama dengan TSH.
 Toxic adenoma, yaitu adanya massa tiroid yang melakukan fungsinya secara independen tanpa control dari
pituitary.
 Gondok toxic multinodular, yaitu adanya folikel dengan fungsi otonom hidup berdampingan folikel normal
atau nonfungsional folikel.
 Painful subakut tiroiditis, yaitu viral syndrome, namun belum ada virus pasti yang diidentifikasi sebagai
penyebabnya.
 Painless tiroiditis

Hipotiroidisme
 Hashimoto disease, yaitu kronik autoimun tiroiditis.
 Hipotiroidisme iatrogenic, yaitu karena adanya medical error.
 Defisiensi iodium, cacat system enzimatik, hypoplasia, dan goitrogen (zat yang mengganggu produksi hormon
tiroid).
 Pituitary failure

2.2 Tujuan terapi dan terapi farmakologi gangguan tiroid


2.4.1. Tujuan terapi hipertiroidisme
 Mengeleminasi kelebihan hormone tiroid
 Meminimalisir gejala
 Menyediakan terapi secara individual sesuai tipe dan tingkat keparahan penyakit, usia dan gender, dan respon
terhadap terapi sebelumnya.
2.4.2. Terapi farmakologi hipertiroidisme
1. Thiourea / Thionamid
 Contoh obat : Propiltiourasil (PTU) dan metimazole
 MK : Menginhibisi enzim perksidase dan kopeling monoiodotirasi (MIT) dan
diiodotirasin (DIT) menjadi T4 dan T3, serta PTU menginhibisi koversi
peripheral.
2. Iodium
 Contoh obat : larutan jenuh KI dan larutan lugol
19
 MK : Menghambat biosintesis dengan mengganggu penggunaan iodium
intratiroidal serta menurunkan ukuran dan vaskularisasi intratiroidal.
3. β-blocker
 Contoh obat : propranolol dan nadolol
 MK : Memblokir reseptor adrenergik sehingga dapat memperbaiki gejala
tirotoksik seperti palpitasi, gelisah, tremor, dan intoleransi panas, serta
secara parsial memblokir konversi peripheral.
4. Radio aktif iodium (RAI)
 Contoh obat : Natrium iodide – 131
 MK : Berkonsentrasi dalam tiroid dan mengganggu sintesis hormone dengan
cara bergabung dengan hormon-hormon tiroid dan tiroglobulin sehingga
dalam waktu beberapa minggu akan menyebabkan nekrosis dan fibrosis
jaringan interstisial.
2.4.3. Tujuan terapi hipotiroidisme

 Mengembalikan kadar hormone tiroid dalam jaringan


 Mencegah deficit neurologi pada bayi baru lahir dan anak-anak
 Mengembalikan abnormalitas biokimia
2.4.4. Terapi farmakologi hipotiroidisme
1. Levotiroksin
 Contoh obat : Natrium levotiroksin
 MK : menggantikan hormon tiroksin
2. Tiroid USP (tiroid terdesikasi) : hormone tiroid dari hewan
 MK : menggantikan hormon tiroid
 ES : reaksi hipersensitivitas
3. Liotironine (sintetik T3)
 MK : menggantikan hormon triiodotironine
 ES : cardiac adverse effect lebih tinggi
4. Liotrix (sintetik T4:T3 dengan rasio 4:1)
 MK : menggantikan hormon tiroid
 ES : rambut rontok

PARATIROID
Kelenjar ini terletak disetiap sisi kelenjar tiroid yang terdapat didalam leher. Kelenjar ini berjumlah
empat buah yang tersusun berpasangan yang menghasilkan hormone paratiroksin. Masing-masing melekat
pada bagian belakang kelenjar tiroid. Kelenjar paratiroid menghasilkan hormone yang berfungsi mengatur
20
kadar kalsium dan fosfor didalam darah dan tulang.Kelenjar paratiroid menempel pada bagian anterior dan
posterior kedua lobus kelenjar tiroid oleh karenanya kelenjar paratiroid berjumlah empat buah. Kelenjar ini
terdiri dari dua jenis sel yaitu chief cells dan oxyphill cells. Chief cells merupakan bagian terbesar dari kelenjar
paratiroid, mensintesa dan mensekresi hormon paratiroid atau parathormon disingkat PTH.
1. Pengertian Hipoparatiroid
Kondisi hipoparatiroid dapat disebabkan oleh beberapa faktor lain, yaitu:
a. Hipoparatiroid sebagai akibat dari kerusakan yang muncul saat/setelah operasi di leher, terutama leher bagian
depan. Misalnya, operasi pengangkatan kelenjar paratiroid akibat kanker, dan operasi terapi penyakit di sekitar
kelenjar tiroid.
b. Memiliki sejarah penyakit ini di dalam riwayat keluarga (genetik). Hal ini dapat berupa kelenjar tidak
berfungsi dengan baik ketika lahir, yang dikaitkan juga dengan gangguan kelenjar penghasil hormon lainnya.
Di beberapa kasus lain, dapat berupa tidak adanya kelenjar paratiroid sedari lahir atau dikenal dengan sindrom
Di-George.
c. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita diabetes.

2. Pengertian Hiperparatiroid
Hiperparatiroid adalah suatu keadaan dimana kelenjar-kelenjar paratiroid memproduksi lebih banyak
hormon paratiroid dari biasanya. Pada pasien dengan hiperparatiroid, satu dari keempat kelenjar paratiroid
yang tidak normal dapat membuat kadar hormon paratiroid tinggi tanpa mempedulikan kadar kalsium. dengan
kata lain satu dari keempat terus mensekresi hormon paratiroid yang banyak walaupun kadar kalsium dalam
darah normal atau meningkat.
Jika jumlah hormon paratiroid yang disekresi lebih banyak daripada yang dibutuhkan maka ini kita
sebut hiperparatiroid primer. Jika jumlah yang disekresi lebih banyak karena kebutuhan dari tubuh maka
keadaan ini disebut hiperparatiroid sekunder.

1. Hipoparatiroid neonatal
Hipoparatiroid neonatal dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sedang menderita
hiperparatiroid. Aktivitas paratiroid fetus sewaktu dalam uterus ditekan oleh maternal hiperkalsemia.

2. Simple idiopatik hipoparatiroid


Gangguan ini dapat ditemukan pada anak-anak atau orang dewasa. Terjadinya sebagai akibat pengaruh
autoimun yang ada hubungannya dengan antibodi terhadap paratiroid, ovarium, jaringan lambung dan adrenal.
Timbulnya gangguan ini dapat disebabkan karena menderita hipoadrenalisme, hipotiroidisme, diabetes
mellitus, anemia pernisiosa, kegagalan ovarium primer, hepatitis, alopesia dan kandidiasis.
21
3. Hipoparatiroid pascabedah
Kelainan ini terjadi sebagai akibat operasi kelenjar tiroid, atau paratiroid atau sesudah operasi radikal
karsinoma faring atau esofagus. Kerusakan yang terjadi sewaktu operasi tiroid, biasanya sebagai akibat
putusnya aliran darah untuk kelenjar paratiroidisme karena pengikatan arteri tiroid inferior. Hipoparatiroid
yang terjadi bersifat sementara atau permanen. Karena itu kadar kalsium serum harus diperiksa sesudah
melakukan operasi-operasi tersebut, tiga bulan kemudian dan sewaktu-waktu bila ada kelainan klinis
walaupun tak khas yang menjurus pada diagnosis hipoparatiroid.

A. Hiperparatirod dapat berupa hiperparatiroid primer, sekunder, tertier dan intoksikasi paratiroid akut.
1. Hiperparatiroid primer
Gejala klinis hiperparatiroid primer dapat beraneka ragam dan dibagi dalam 4 kelompok, yaitu :
a. Sebagai akibat hiperkalsemia yang gejalanya berupa anoreksia, nausea, muntah-muntah, konstipasi dan berat
badan menurun, lekas lelah dan otot-otot lemah, miopati proksimal, polidipsi dan poliuria (diabetes insipidus
like syndrome), perubahan mental (depresi, stupor, perubahan personalitas, koma, konvulsi).
b. Sebagai akibat kalsifikasi visceral, kalsifikasi pada ginjal berupa kalkuli, nefrokalsinosis. Kalsifikasi ocular
terjadi karena deposit kalsium pada konjungtiva dan kelopak mata, band keratopathy.
c. Sebagai akibat peningkatan resorbsi tulang, nyeri tulang dan deformitas, fraktur patologis, osteoklastoma dan
perubahan gambaran tulang pada foto x-ray.
d. Sebagai akibat hipertensi, gagal ginjal, ulkus peptic, sindrom Zollinger Ellison, pankreatitis akut, pankreatitis
menahun dan kalkuli, multiple adenomatosis syndrome, hiperurisemia.
Apabila ditemukan gambaran klinis, seperti tersebut di atas, maka harus curiga akan kemungkinan
hiperpatiroidisme. Jarang sekali teraba tumor pada kelenjar paratiroid dan bila teraba umumnya adalah
adenoma tiroid

2. Hiperparatiroid sekunder.
Hiperparatiroid sekunder merupakan suatu keadaan dimana sekresi hormon paratiroid meningkat lebih
banyak dibanding dengan keadaan normal, karena kebutuhan tubuh meningkat sebagai proses kompensasi.
Pada keadaan ini terdapat hiperplasi dan hiperfunsi merata pada keempat kelenjar paratiroid, terutama dari
chief cells. Biasanya penyebab primer adalah kegagalan ginjal menahun, dan glomerulonefritis atau
pyelonefritis menahun.

3. Hiperparatiroid tersier
22
Istilah hiperparatiroid tersier digunakan untuk menunjukkan perkembangan lanjut tipe sekunder, dimana
terjadi autonomi kelenjar paratiroid. Seperti hiperparatiroid primer, maka bentuk tersier memerlukan tindakan
pembedahan ekstirpasi adenoma, kecuali bila kegagalan ginjal sudah terlalu berat, maka dilakukan
hemodialisis terlebih dahulu kemudian disusul ekstirpasi adenoma. Pemberian vitamin D kadang-kadang
masih diperlukan untuk mencegah terjadinya hipokalsemia.
Etiologi Hipoparatiroid
Penyebab spesifik dari penyakit hipoparatiroid belum dapat diketahui secara pasti. Adapun etiologi yang
dapat ditemukan pada penyakit hipoparatiroid, antara lain :
1. Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama:
* Post operasi pengangkatan kelenjar partiroid dan total tiroidektomi.
*Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat kongenital atau didapat (acquired).
2. Hipomagnesemia.
3. Sekresi hormon paratiroid yang tidak aktif.
4. Resistensi terhadap hormon paratiroid (pseudohipoparatiroidisme)

Etiologi hiperparatiroid
Salah satu penyebab hiperparatiroidisme dari banyaknya hiperfungsi kelenjar paratiroid adalah adenoma
soliter (penyakit von Recklinghausen)
Patofisiologi
Pada hipoparatiroidisme terdapat gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat, yakni kalsium serum
menurun (bisa sampai 5 mgr%) dan fosfat serum meninggi (bisa sampai 9,5 - 12,5 mgr%).Pada yang post
operasi disebabkan tidak adekuat produksi hormon paratiroid karena pengangkatan kelenjar paratiroid pada
saat operasi. Operasi yang pertama adalah untuk mengatasi keadaan hiperparatiroid dengan mengangkat
kelenjar paratiroid. Tujuannya adalah untuk mengatasi sekresi hormon paratiroid yang berlebihan, tetapi
biasanya terlalu banyak jaringan yang diangkat. Operasi kedua berhubungan dengan operasi total tiroidektomi.
Hal ini disebabkan karena letak anatomi kelenjar tiroid dan paratiroid yang dekat (diperdarahi oleh pembuluh
darah yang sama) sehingga kelenjar paratiroid dapat terkena sayatan atau terangkat. Hal ini sangat jarang dan
biasanya kurang dari 1 % pada operasi tiroid. Pada banyak pasien tidak adekuatnya produksi sekresi hormon
paratiroid bersifat sementara sesudah operasi kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid, jadi diagnosis tidak dapat
dibuat segera sesudah operasi.
Pada pseudohipoparatiroidisme timbul gejala dan tanda hipoparatiroidisme tetapi kadar PTH dalam
darah normal atau meningkat. Karena jaringan tidak berespons terhadap hormon, maka penyakit ini adalah
penyakit reseptor. Terdapat dua bentuk:
1) pada bentuk yang lebih sering, terjadi pengurangan congenital aktivitas Gs sebesar 50 %, dan PTH tidak
dapat meningkatkan secara normal konsentrasi AMP siklik,
23
2) pada bentuk yang lebih jarang, respons AMP siklik normal tetapi efek fosfaturik hormon terganggu.

Pentalaksanaan
Penatalaksanaan Medis Hipoparatirid
1. Hipoparatiroid akut
Serangan tetani akut paling baik pengobatannya adalah dengan pemberian intravena 10-20 ml larutan kalsium
glukonat 10% (atau chloretem calcium) atau dalam infus. Di samping kalsium intravena, disuntikkan pula
parathormon (100-200 U) dan vitamin D 100.000 U per oral.
2. Hipoparatiroid menahun
Tujuan pengobatan yang dilakukan untuk hipoparatiroid menahun ialah untuk meninggikan kadar kalsium
dan menurunkan fosfat dengan cara diet dan medikamentosa. Diet harus banyak mengandung kalsium dan
sedikit fosfor. Medikamentosa terdiri atas pemberian alumunium hidroksida dengan maksud untuk
menghambat absorbsi fosfor di usus. Di samping itu diberikan pula ergokalsiferol (vitamin D2), dan yang
lebih baik bila ditambahkan dihidrotakisterol. Selama pengobatan hipoparatiroid, harus waspada terhadap
kemungkinan terjadi hiperkalsemia. Bila ini terjadi, maka kortisol diperlukan untuk menurunkan kadar
kalsium serum.

Penatalaksanaan Hiperparatiroid
1. Penyembuhan Hiperparatiroid primer
Operasi pengangkatan kelenjar yang semakain membesar adalah penyembuhan utama untuk 95% penderita
hiperparatiroidisme. Apabila operasi tidak memungkinkan atau tidak diperlukan, berikut ini tindakan yang
dapat dilakukan untuk menurunkan kadar kalsium:
a. Memaksakan cairan
b. Pembatasan memakan kalsium
c. Mendorong natrium dan kalsium diekskresikan melalui urin dengan menggunakan larutan ga5ram normal,
pemberiaqn Lasix, atau Edrecin.
d. Pemberian obat natrium, kalium fosfat, kalsitonin, Mihracin atau bifosfonat.
e. Obati hiperkalsemia dengan cairan, kortikosteroid atau mithramycin)
f. Operasi paratiroidektomi
g. Obati penyakit ginjal yang mendasarinya
2. Penyembuhan hiperparatiroid sekunder
Tidak seperti hiperparatiroidisme, manajemen medis adalah hal yang utama untuk perawatan
hiperparatiroidisme sekunder. Penyembuhan dengan calcitriol dan kalsium dapat mencegah atau
meminimalisir hiperparatiroidisme sekunder. Kontrol kadar cairan fosfat dengan diet rendah fosfat juga
penting.Pasien yang mengalami predialysis renal failure, biasanya mengalami peningkatan kadar hormon
24
paratiroid. Penekanan sekresi hormon paratiroid dengan low-dose calcitriol mungkin dapat mencegah
hiperplasia kelenjar paratiroid dan hiperparatiroidisme sekunder.Pasien yang mengalami dialysis-dependent
chronic failure membutuhkan calcitriol, suplemen kalsium, fosfat bebas aluminium, dan cinacalcet (sensipar)
untuk memelihara level cairan kalsium dan fosfat. Karena pasien dialysis relatif rentan terhadap hormon
paratiroid.Pasien yang mengalami nyilu tulang atau patah tulang, pruritus, dan calciphylaxis perlu perawatan
dengan jalan operasi. Kegagalan pada terapi medis untuk mengontrol hiperparatiroidisme juga
mengindikasikan untuk menjalani operasi. Umumnya, jika level hormon paratiroid lebih tinggi dari 400-500
pg/mL setelah pengoreksian kadar kalsium dan level fosfor dan tebukti adanya kelainan pada tulang,
pengangkatan kelenjar paratiroid sebaiknya dipertimbangkan
3. Penyembuhan hiperparatiroid tersier
Pengobatan penyakit hiperparatiroid tersier adalah dengan cara pengangkatan total kelenjar paratiroid
disertai pencangkokan atau pengangkatan sebagian kelenjar paratiroid
PANKREAS
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama: menghasilkan enzim
pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan
berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
Ada banyak hormon yang diproduksi oleh pankreas dalam bentuk kelenjar endokrin seperti glukagon,
insulin, somatostatin. Hal ini juga bertindak sebagai kelenjar eksokrin untuk melakukan fungsi lain seperti
mensekresi cairan pankreas dengan enzim pencernaan untuk memastikan pencernaan yang tepat melalui usus
kecil. Insulin adalah jumlah maksimum hormon yang diproduksi dengan 70% dari sel-sel pankreas (sel beta),
mensekresi itu. Yang lain 22% alpha sel mensekresikan glukagon dan gamma sel mensekresi somatostatin
yang tersisa (hormon pertumbuhan hormon menghambat)
Hormon yang berperan dalam pengaturan kadar glukosa darah tersebut adalah insulin yang
disekresikan oleh sel beta dan glikogen yang disekresikan oleh sel alfa. Adanya senyawa kimia yang masuk
kedalam tubuh dengan dosis tinggi dapat menghancurkan sel-sel pulau langerhans. Kerusakan-kerusakan sel beta
pulaulangerhans ini akan menyebabkan produksi insulin menurun. Dengan turunnyainsulin maka akan
mengakibatkan hiperglikemia .
Gangguan sel asini( kumpulan sel – sel pancreas) dapat terjadi karena beberapa sebab:
1. Obstruksi duktus pankreatikus. Penyebab tersering obstruksi adalah batu empedu kecil (microlithiasis)
yang terjebak dalam duktus. Sebab lain adalah karena plug protein (stone protein) dan spasme sfingter
Oddi pada kasus pankreatitis akibat konsumsi alkohol,
2. Stimulasi hormon cholecystokinin (CCK) sehingga akan mengaktivasi enzim pankreas. Hormon CCK
terstimulasi akibat diet tinggi protein dan lemak (hipertrigliseridemia) dapat juga karena alkohol,

25
3. Iskemia sesaat dapat meningkatkan degradasi enzim pankreas. Keadaan ini dapat terjadi pada prosedur
operatif atau karena aterosklerosis pada arteri di pancreas.
Gangguan di sel asini pankreas akan diikuti dengan pelepasan enzim pankreas, yang selanjutnya akan
merangsang sel-sel peradangan (makrofag, neutrofil, sel-sel endotel, dsb) untuk mengeluarkan mediator
inflamasi Mediator awal yang diketahui adalah TNF-α, interleukin (IL)-6, dan IL-8. Mediator inflamasi
tersebut meningkatkan permeabilitas vaskuler pankreas, dapat berlanjut menjadi perdarahan, edema, dan
terkadang nekrosis pancreas.
Gangguan – gangguan pada pankreas
1. Pankreatitis
Pankreatitis secara umum menjadi 2 kategori, yaitu :
1. Pankreatitis akut
Reaksi peradangan pankreas, secara klinis ditandai nyeri perut akut dengan kenaikan enzim dalam darah
dan urin. Pankreatitis dapat merupakan episode tunggal atau berulang. Secara anatomi. pankreatitis akut
diklasifikasikan menjadi 2 kelompok besar, yaitu :
a. Pankreatitis akut interstitial yang ditandai dengan terjadinya edema (keluarnya cairan dari intrasel
menuju ruang interstitium sel) yang menimbulkan pembengkakan dan warna pucat pada pankreas.
b. Pankreatitis akut hemoragik yang ditandai dengan terjadinya pendarahan serta nekrosis pada sel-sel
pankreas (di lemak tepi dan parenkim pankreas). Pada tipe inilah mungkin timbul bakteri pada
sekeliling daerah lika pankreas. Apabila pankreatitis tipe ini terus berlanjut, akan mungkin terjadinya
hal yang lebih fatal, yaitu kerusakan pada pembuluh darah pancreas
2. Pankreatitis kronis
Pankreatitis kronis adalah suatu kondisi pankreatitis menahun / terus-menerus yang bersifat progresif
(perlahan dari ringan hingga berat) yang dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi normal pankreas.
Pankreatitis kronis bersifat irreversibel. Penyebab paling sering adalah penggunaan alkohol berat.:

2. Tumor Pankreas
Kanker pankreas adalah penyakit yang disebabkan oleh tumbuhnya tumor maligna (ganas) yang terdapat
pada pankreas.
3. Insulinoma
Merupakan tumor pankreas yang jarang terjadi, dimana tumor ini menghasilkan insulin, suatu hormon
yang berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah.

4. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara abnormal rendah. Dalam
keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70-110 mg/dL. Kadar gula darah yang rendah

26
menyebabkan berbagai sistem organ tubuh mengalami kelainan fungsi. Hypoglikemi adalah konsentrasi
glukose darah di bawah 40mg/100ml.

5. Diabetes tipe 1 dan tipe 2


Pada kondisi diabetes tipe 2, tubuh tidak menggunakan insulin sebagaimana seharusnya (resisten) dan
gula darah naik. Pankreas juga kehilangan kemampuan memproduksi dan melepaskan insulin sesuai dengan
kadar normal tubuh. Sedangkan pada diabetes tipe 1, sistem imun justru menyerang sel-sel pankreas yang
menghasilkan insulin sehingga pada penderita diabetes tipe 1 dibutuhkan suntikan insulin seumur hidupnya
 Fibrosis kistik
Fibrosis kistik juga merupakan penyakit genetik yang menimbulkan kelainan, di mana lendir kental
dan lengket biasanya berada di pankreas, menyebabkan mereka gagal berfungsi dengan baik. Kondisi ini bisa
menyebabkan diabetes atau masalah pencernaan.
 Pankreas pseudokista
Rongga berisi cairan yang disebut dengan pseudokista dapat terbentuk setelah terjadinya serangan
pankreatitis. Penyakit ini dapat diatasi dengan melakukan bedah drainase atau pada sebagian penderita dapat
sembuh dengan sendirinya.
Pengobatan
1. Pankreatitis
 Pemberian analgesik
Analgesik Meferidin (dimerol) diberikan untuk kenyamanan pasien untuk mengurangi nyeri maupun untuk
mengurangi rangsangan saraf yang diinduksi stress atau sekresi lambung dan pankreas.
 Pemberian antasid
Antasid biasanya diberikan untuk mengurangi pengeluaran asam lambung dan duodenum dan resiko
perdarahan sekunder terhadap gastritis atau duodenitis untuk mencegah terjadinya komplikasi
 Penggantian cairan dan elektrolit
Penggantian cairan menjadi prioritas utama dalam penanganan pankreatitis akut. Larutan yang digunakan
untuk resusitasi cairan adalah koloid atau ringer laktat. Namun dapat pula diberikan plasma segar beku atau
albumin. Penggantian cairan digunakan untuk memberikan perfusi pankreas, yang hal ini diduga
mengurangi perkembangan keparahan rasa sakit.

2. Kanker pancreas
 Reseksi kanker pancreas
Operasi ini dilakukan dengan menghilangkan kantong empedu, sebagian kepala pankreas, dan bagian pangkal
dari usus halus.

27
3. Fibrosis kistik
 Pemberian enzim
Pemberian enzim pankreas ini diberikan pada mereka yang mengalami fibrosis kistik. Pemberian enzim
biasanya dilakukan melalui suplemen enzim
 Transplantasi pancreas
Transplantasi ini dilakukan pada penderita fibrosis kistik dan diabetes dengan menggunakan pankreas
pengganti dari pendonor.

4. Diabetes
 Penyuntikan insulin
Suntikan insulin ini biasanya diberikan pada penderita diabetes tipe 1 atau tipe 2 yang sudah tidak bisa diobati
dengan obat yang diminum. Gunanya adalah untuk menurunkan kadar gula darah.
 Transplantasi sel islet
Transplantasi ini masih dalam penelitian dan dilakukan untuk menyembuhkan diabetes tipe 1. Transplantasi
dilakukan dengan mengangkat sel islet penderita dan digantikan dengan sel islet pankreas dari pendonor.

5. Pankreas pseudokista
 Drainase
Drainase ini dilakukan pada penderita pseudokista dengan memasukkan jarum dan selang ke dalam
pseudokista melalui kulit, dan selang dihubungkan dengan rongga perut atau usus. Ini untuk mengeluarkan
atau mengeringkan kista
 Operasi pseudokista.
Teknik operasi pseudokista yang dilakukan antara lain laparotomi atau laparoskopi. Laparotomi adalah
dengan sayatan panjang vertikal di perut. Laparoskopi adalah operasi melalui beberapa sayatan kecil. Kedua
teknik operasi ini dilakukan untuk mengangkat pseudokista.

KORTEKS ADRENAL
Kelenjar adrenal terletak di ujung bagian superior setiap ginjal. Kelenjar adrenal terdiri atas dua
kelenjar, yaitu korteks adrenal (bagian luar) dan medula adrenal (bagian dalam) (Grace:2006).
Setiap kelenjar adrenal dalam kenyataannya merupakan dua buah kelenjar endokrin dengan fungsi
yang berbeda dan tidak tergantung satu sama lain. Medula adrenal pada bagian tengah kelenjar tersebut

28
menyekresikan katekolamin, sedangkan bagian luar kelenjar yang merupakan korteks adrenal
menyekresikan kortikosteroid. (Smeltzer&Bare, 2001)
Korteks adrenal terdiri dari daerah yang secara anatomi dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Lapisan luar zona glomerulosa, merupakan tempat dihasilkannya mineralokortikoid (aldosterone), yang
terutama diatur oleh angiotensin II, kalium, dan ACTH. Juga dipengaruhi oleh dopamine, atrial
natriureticpeptide (ANP) dan neuropeptides.
2. Zona fasciculata pada lapisan tengah, dengan tugas utama sintesisglukokortikoid, terutama diatur oleh
ACTH. Juga dipengaruhi olehbeberapa sitokin (IL-1, IL-6, TNF) dan neuropeptide.
3. Lapisan terdalam zona reticularis, tempat sekresi androgen adrenal(terutama dehydroepiandrostenedion
[DHEA], DHEA sulfat danandrostenedion) juga glukokortikoid (kortisol and corticosteron).
Berikut beberapa hormon yang di sekresi oleh korteks adrenal:
1. Glukokortikoid
Glukokortikoid berhubungan dengan efek metabolik yang mencakup metabolisme karbohidrat. Contohnya
adalah kortisol dan kortikosteron
2. Mineralokortikoid (aldosteron)
Kerja utama mineralokortikoid terdapat pada metabolisme elektrolit.
3. Adrenal androgen
Androgen yang merupakan hormon steroid utama ketiga, dihasilkan oleh korteks adrenal; kelompok
homon androgen ini memberikan efek yang serupa dengan hormon seks pria. Kelenjar adrenal dapat pula
menyekresikan sejumlah kecil estrogen atau hormon seks wanita sekresi androgen adrenal dikendalikan
oleh ACTH.
Gangguan
 Hipersekresi Hormon Adrenkortikal
 Sindrom Cushing
Sindrom Cushing adalah suatu gangguan klinik dan metabolik yang disebabkan oleh kelebihan
glukokortikoid. Dampak kelebihan ini menimbulkan gambaran klinis tersendiri dan menempatkan
pasien pada risiko untuk mengalami banyak proses patologis, termasuk hipertensi dan diabetes melitus.
Istilah Sindrom Cushing digunakan untuk penyakit dengan kadar glukokortikoid yang sangat tinggi
akibat kelebihan hormon adrenokortikoid (ACTH) oleh hipofisis. Sebab yang paling sering dari
sindroma cushing adalah hiperplasia adrenal bilateral terinduksi oleh kortikotropin yang dipengaruhi
hipofisis, yaitu penyakit Cushing (Lancet editorial,1981).
 Aldosteronisme primer/sindrom Conn
Aldosteronisme primer adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh produksi aldosteron yang
berlebihan, suatu hormon steroid minneralokortikoid korteks adrenal. Kelebihan aldosteron

29
(aldosteronisme) merupakan suatu keadaan yang mempengaruhi kadar kalium, natrium, bikarbonat
dan klorida dalam darah, yang menyebabkan tekanan darah tinggi, dan kadang kelumpuhan
periodik.Price dan Wilson (2006) menyatakan bahwa pada aldosteronisme primer (sindrom Conn),
kelebihan produksi aldosteron terjadi akibat adanya tumor atau hiperplasia korteks adrenal.
 Sindrom adrenogenital
Sebagian besar bayi dengan sindroma adrenogenital menderita defisiensi sebagian atau total
enzim 21 hidroksilase yang diperlukan untuk sintesis kortisol. Karena penurunan kadar kortisol,
maka sekresi ACTH hipofisis menyebabkan hiperplasia korteks adrenalis.
 Hiposekresi Hormon Adrenokortikal
Hiposekresi hormon adrenokortikal menyebabkan insufisiensi adrenal/Penyakit Addison.Penyakit
Addison adalah kelainan yang disebabkan oleh ketidakmampuan korteks adrenalis memproduksi
hormon kortisol dan aldosteron.Keadaan tersebut dapat disebabkan oleh insufisiensi adrenal primer
seperti autoimun, infeksi dan tumor adrenal atau insufisiensi adrenal sekunder karena tumor atau
infeksi, kurangnya aliran darah ke kelenjar hipofisis, radiasi kelenjar hipofisis, atau pengangkatan
bagian us atau kelenjar hipofisis.
Etiologi
 Sindrom Cushing
Sindrom Cushing terjadi akibat adanya hormon kortisol yang sangat tinggi di dalam tubuh.
Penyebab Sindrom Cushing yaitu akibat produksi kortisol di dalam tubuh yang berlebihan. Hal ini
terjadi akibat produksi yang berlebihan pada salah satu ataukedua kelenjar adrenal, atau produksi
hormon ACTH (hormon yang mengatur produksikortisol) yang berlebihan dari kelenjar hipofise.
 Aldosteronisme primer/sindrom Conn
Sindrom conn disebabkan oleh sekresi aldosterone yang terlalu banyak sehingga
mengakibatkan retensi natrium, alkalosis yang hipokalemik dan urin yang alkalis. Sebab-sebabnya bisa :
suatu tumor dikorteks supraren, suatu bilateral cortical nodular hyperplasia.
 Sindrom adrenogenital
Disebabkan oleh kegagalan sebagian atau menyeluruh, satu atau beberapa enzim yang
dibutuhkan untuk sintesis steroid.
 Penyakit Addison
Penyakit Addison disebabkan :
- Autoimmune ( Idiopatik )
- Pengangkatan Kelenjar adrenal
- Infeksi pada kelenjar adrenal
- Isufiensi ACTH Hipofise
30
Penyebab dari aldosteronisme primer yang disebabkan oleh tumor pada zona glumorulosa yang
mensekresikan aldosteron, mengakibatkan sekresi aldosteron meningkat. Hipoadrenalisme ( penyakit
Addison ) dapat terjadi baik secara primer akibat insufiensi korteks adrenal, maupun sekunder akibat
kekurangan sekresi ACTH.

Pengobatan Gangguan Korteks Adrenal


1. Sindrom Cushing
Penatalaksanaan Cushing Syndrome bergantung pada apa penyebab hormon kortisol yang diproduksi
secara berlebihan. Penatalaksanaan dapat dilakukan secara pembedahan, radiasi, kemoterapi atau penggunaan
obat untuk menghambat kortisol.
Terapi Farmakologi yang dapat meliputi :
- pemberian ketokonazol (menghambat enzim sitokrom P450) menurunkan kadar kortisol untuk jangka
pendek sebelum pembedahan atau jangka panjang apabila pembedahan tidak mungkin dilakukan.
- Metirapon: obat-obat penghambat adrenal 1-2 gr/hari dan atau Amino glutetimid 750-1.500 mg/hari
(Gunawan, 2007)
- Mitotane: untuk menghancurkan sel-sel korteks adrenal yang menyekresi kortisol
- Bromokriptin serta siproheptadin untuk menghambat sekresi kortikotropin.
- Obat-obat Imunosupresif untuk Sindrom Cushing Uatrogenik, obat ini digunakan untuk
meminimalkan efek samping kortikosteroid.(Jennifer;2011)
Non-Farmakologi
- Pembedahan bagi tumor adrenal dan kelenjar hipofisis atau jaringan lain ( seperti paru)
- Terapi radiasi (tumor) pada hipofisis dapat dilakukan apabila pembedahan tidak berhasil atau
pembedahan tidak dianjurkan.
- Diet : Kalori,lipid,natrium,dan kolesterol harus dibatasi. Modifikasi diet untuk pasien dengan
diabetes melitus dsesuaikan kadar gula dalam darah. (Gunawan, 2007)
- Adrenalektomi bilateral,untuk sindrom ACTH ektopik eksisi tumor penyebab kadang-kadang
dimungkinkan.
- Adenektomi adrenal (Jennifer;2011).
2. Aldosteronisme primer/sindrom Conn
Ketidakseimbangan elektrolit dan kelebihan cairan ditangani dengan pemberian obat kalium dan
spironolakton atau amilorid.

 Spironolakton diberikan dalam dosis tinggi 200-400 mg per hari dan amilorid 20-40 mg per hari.
Spironolakton adalah antagonis mineralkortikoid yang bisa menghalangi efek aldosteron pada
tubula ginjal. Spironolakton dapat menahan kalium.

31
Untuk hiperplasia bilateral, pasien diberi kalium dan spironolakton. Asupan natrium dibatasi. Apabila
hipertensi tidak dapat dikendalikan dengan obat ini, pasien diberikan obat antihipertensi (Baradero, 2009:81).
Smeltzer dan Bare (2006:1332) menyatakan bahwa penanganan aldosteronisme primer biasanya meliputi
operasi untuk mengangkat tumor adrenal melalui adrenalektomi. Spironolakton dapat diresepkan untuk
mengendalikan hipertensi.
3. Sindrom adrenogenital
Terapi sindrom adrenogenital melibatkan pemberian kortisol dan rekonstruksi genitalia pada wanita.
Pada bayi dengan defisiensi enzim lengkap dan insufisiensi adrenalis, harus diberikan mineralokortikoid
(fludrokortison asetat [Florinef acetate]) dan glukokortikoid (kortisol).
a. Glukokortiroid
Pada pasien anak diberikan hidrokortison dengan dosis 10-20 mg per hari, jika pada pasien dewasa
dapat diberikan prednison dosis rendah 5-7 mg per hari atau deksametason dosis rendah 1,25-1,5 mg per hari.
Pemberian pengobatan ini bertujuan untuk menekan sekresi CRH dari hipotalamus dan ACTH dari hipofisis
yang berlebihan dan mengurangi kadar steroid seksual.
b. Mineralokortikoid
Pemberian fludrokortison pada bayi dengan dosis 0,1-0,2 mg per hari dengan tambahan suplemen
natrium klorida 1-2 mg per hari dan tiap gram natrium klorida mengandung mEq natrium.
c. Adrenalektomi
Jika terapi glukokortikoid dan mineralokotikoid tidak adekuat dapat dilakukuan adrenalektomi dengan
laparoskopi
d. Pembedahan Korektif
Hal ini dapat dilakukan jika pasien merasa yakin akan gender atau jenis kelamin yang dipilihnya dan
pasien merasa nyaman. Anak ditakutkan akan mengalami trauma psikologis karena orang tua yang mungkin
tidak dapat menerima membesarkan anak dengan gender yang belum pasti.
4. Penyakit Addison
- Darurat. Berikan terapi segera!. Berikan hidrokortison suksinat 100 mg IV bolus dan 100 mg lagi di
dalam NS selama 2 jam dan total 300 mg hidrokortison suksinat IV selama 24 jam pertama. Berikan NS IV
untuk mengoreksi hipotensi dansyok.
- Terapi Jangka Panjang. Hidrokortison suksinat 150 mg IV pada 24 jam yang kedua.Hidrokortison
suksinat 75 mg IV pada 24 jam yang ketiga.Dosis rumatannya adalah hidrokortison 30 mg Po setiap hari
ditambah fludrokortison asetat 0,1 mg PO setiap hari.
MEDULA ADRENAL
Medulla adrenal merupakan bagian dalam dari kelenjar adrenal, mempengaruhi tekanan fisikal dan
emosional. Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari system saraf otonom. Stimulasi serabut saraf
32
simpatik pra ganglion yang berjalan langsung ke dalam sel-sel pada medulla adrenal akan menyebabkan
pelepasan hormon katekolamin yaitu epinephrine dan norepinephrine. Katekolamin mengatur lintasan
metabolic untuk meningkatkan katabolisme bahan bakar yang tersimpan sehingga kebutuhan kalori dari
sumber-sumber endogen terpenuhi.
a. Epinefrin
Epinefrin di sebut hormone “ flight or flight” (lawan atau lari).
b. Norepinefrin
Merupakan pemancar rangsang yang terletak pada saraf simpatik dari system saraf perifer dan
pusat. Norepinefrin meningkatkan denyut jantung dengan dilepaskan oleh node SA. Pertama
mempengaruhi perilaku dengan menghubungkan batak otak dengan akson di hipotalamus dan system
limbic. Kedua, hal itu mempengaruhi saluran saraf memanjang dari batang otak ke korteks serebral.
Norepinefrin di saluran tulang belakang mengatur kecemasan dan ketegangan.
Fungsi medula adrenal :
o Meningkatkan tingkat metabolisme, terutama dari otot rangka dan jantung
o Meningkatkan denyut jantung
o Meningkatkan tekanan darah
o Glikogenolisis di sel hati, glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah
o Glikogenolisis di sel-sel otot, glukosa dimetabolisme dan digunakan sebagai sumber energi.
o Lipolisis di adiposit, Asam lemak dilepaskan ke aliran darah
o Bronkodilator adalah sebuah substansi yang dapat memperlebar luas permukaan bronkus dan
bronkiolus pada paru-paru, dan membuat kapasitas serapan oksigen paru-paru meningkat.
o Pirau darah dari organ-organ internal dan kulit, darah masuk ke organ penting (otak, otot, hati)
o Mempercepat pernapasan
Gangguan Medula Adrenal
1. Definisi Pheochromocytoma
Secara etimologi Pheochromocytoma berasal dari bahasa Yunani yaitu phios berarti kehitaman, chroma
berarti warna dan cytoma berarti tumor. Hal ini mengacu pada warna sel tumor ketika diwarnai dengan garam
kromium.
Pheochromocytoma adalah tumor jinak yang berkembang dari sel-sel kromafin (chromaffin), yang terdapat
di bagian tengah kelenjar adrenal (medula adrenalis). Tumor ini menyebabkan pembentukan hormon-hormon
katekolamin yang berlebihan. Pheochromocytoma banyak ditemukan pada orang dewasa dengan umur 30-60
tahun.

2. Etiologi Penyakit
Banyak faktor yang dapat menyebabkan pheochromocytoma. Pada kebanyakan kasus, yang paling
berperan adalah faktor genetik, beberapa penyebab penyakit ini yaitu :
33
- Beberapa penderita memiliki penyakit keturunan yang disebut sindroma endokrin multipel, yang
menyebabkan mereka peka terhadap tumor dari berbagai kelenjar endokrin (misalnya kelenjar tiroid,
paratiroid dan adrenal).
- Feokromositoma juga bisa terjadi pada penderita penyakit von Hippel-Lindau, dimana pembuluh darah
tumbuh secara abnormal dan membentuk tumor jinak (hemangioma), dan
- Pada penderita penyakit von Recklinghausen (neurofibromatosis, pertumbuhan tumor berdaging pada saraf).
- Penderita dengan kelainan sindrom neoplasia endokrin multipel tipe 2, neurofibromatosis tipe 1, sindrom
paraganglioma

3. Patofisiologi Penyakit
Manifestasi klinis dari hasil pheochromocytoma adalah sekresi katekolamin yang berlebihan oleh tumor.
Sekresi bisa terjadi baik sebentar-sebentar atau terus menerus. Katekolamin yang biasanya disekresikan adalah
norepinephrine dan epinefrin; Beberapa tumor menghasilkan dopamin.
Sekresi katekolamin pada pheochromocytomas tidak diatur dengan cara yang sama seperti pada jaringan
adrenal yang sehat. Tidak seperti medula adrenal yang sehat, pheochromocytomas tidak diinervasi, dan
pelepasan katekolamin tidak diendapkan oleh stimulasi saraf. Pemicu pelepasan katekolamin tidak jelas,
namun beberapa mekanisme telah dipostulasikan, termasuk tekanan langsung, pengobatan, dan perubahan
aliran darah tumor.
Tingkat katekolamin relatif juga berbeda pada pheokromositoma. Sebagian besar pheochromocytomas
mengeluarkan norepinephrine terutama, sedangkan sekresi dari medula adrenal normal kira-kira 85%-90%
epinefrin.
Operasi kerap menjadi pilihan utama untuk mengangkat tumor PCC dari kelenjar adrenal. Sebelum
operasi, pasien akan diberikan obat-obatan untuk mengontrol tekanan darah, seperti:
1. Alpha-adrenergic blocking agents.
Mencegah hormon nonadrenalin menstimulasi kontraksi pembuluh darah arteri dan pembuluh darah kecil.
Efek samping yang mungkin terjadi meliputi denyut jantung tidak teratur, mudah lelah, pusing, pembengkakan
pada kaki, masalah penglihatan, disfungsi ereksi. Contohnya Phentolamine, prazosin.
2. β-Blocker (non seleksif)
Bekerja dengan cara menghalangi pengikatan hormon adrenalin, sehingga fungsinya ditekan. Efek samping
yang mungkin terjadi meliputi pusing, sakit perut, mudah lelah, mual, konstipasi, diare, denyut jantung tidak
beraturan, kesulitan bernapas, hingga pembengkakan pada kaki. Contohnya propranolol.
3. Calsium Channel Blocker (CCB)
Menurunkan tekanan darah dengan cara mencegah kalsium masuk ke sel-sel pada dinding pembuluh darah
dan jantung. Efek samping yang mungkin terjadi meliputi pusing, mual, konstipasi, pembengkakan pada kaki,
hingga kemerahan dan ruam pada kulit. Contohnya amlodipine
34
Nitroprusside
Nitroprusside adalah vasodilator langsung yang melemaskan pembuluh arteri dan otot polos vena.
Mekanisme : Merelaksasi tot polos vaskular untuk mengurangi afterload & preload dengan menghasilkan NO
dan juga melebarkan arteri coroner,
 Terapi lain
o Metyrosine
Diindikasikan untuk pengobatan pasien dengan pheochromocytoma untuk: 1) persiapan pra operasi untuk
operasi; 2) manajemen saat operasi dikontraindikasikan; dan 3) pengobatan kronis dengan pheochromocytoma
ganas
 Mekanisme : Menghambat enzim tirosin hidroksilase sehingga menghambat produksi katekolamin.
Jika tumor PCC bersifat ganas, pengobatan tambahan seperti kemoterapi, terapi target, dan terapi
radionuklida atau radioisotop, akan dilakukan untuk mencegah pertumbuhan dan penyebaran kanker.
Operasi pengangkatan PCC bisa dilakukan baik dengan bedah laparoskopik maupun bedah terbuka.
Pemulihan pada bedah laparoskopik lebih cepat dibanding pada bedah terbuka, namun bedah laparoskopik
hanya bisa dilakukan apabila ukuran tumor kurang dari 6 cm.
Pengangkatan dilakukan pada kelenjar adrenal yang bermasalah saja, secara utuh. Kelenjar yang masih
sehat nantinya akan menggantikan fungsi kelenjar yang sudah diangkat. Namun apabila kelenjar adrenal hanya
tersisa satu, maka pengangkatan hanya pada bagian yang bermasalah saja dengan menyisakan jaringan
kelenjar yang masih sehat.
TESTIS
Testis disebut juga gonad jantan. Alat ini jumlahnya sepasang dan bentuknya bulat telur. Testis tersimpan
dalam suatu kantong yang disebut skrotum. Suhu dalam skrotum 20 C lebih rendah dari suhu dalam rongga
perut. Testis tertutup kapsul jaringan penyambung yang berlapis dua. Lapisan luar dari testis, tunika
albuginea,yang tersusun dari jaringan berserat kolagen yang padat. Lapisan dalam atau lapisan vaskulernya
tersusun dari jaringan areoler yang lebih longgar, kaya akan suplai pembuluh darah.
Testis adalah kelenjar kelamin, berjumlah sepasang dan akan menghasilkan sel-sel sperma serta hormon
testosteron. Skrotum dapat menjaga suhu testis. Jika suhu terlalu panas skrotum mengembang, jika suhu dingin
skrotum mengerut sehingga testis lebih hangat. Fungsi testis: memproduksi sperma (spermatozoa),
memproduksi hormon seks pria seperti testosteron. Kerja testis di bawah pengawasan hormon gonadotropik
dari kelenjar pituitari bagian anterior: luteinizing hormone (LH), follicle-stimulating hormone (FSH).

Hormon yang Dihasilkan Testis

Hormon Diproduksi Regulasi Aksi


oleh

35
Testosterone Sel Leydig GnRH dari hipotalamus hormon Ini mengontrol dan memelihara
menyebabkan sekresi LH dari pertumbuhan dan fungsi organ reproduksi.
hipofisis Kelenjar yang Hal ini meningkatkan libido dan sangat
merangsang Sel Leydig. penting untuk spermatogenesis.

Inhibin Sel Sertoli GnRH dari hipotalamus Mencegah sekresi FSH lebih lanjut dari
menyebabkan sekresi FSH Kelenjar hipofisis.
dari Kelenjar hipofisis yang
merangsang Sel Sertoli.

Estradiol Sel Sertoli GnRH dari hipotalamus Dikonversi dari testosteron, hormon ini
menyebabkan sekresi FSH memiliki fungsi yang kompleks. Ini dapat
dari hipofisis Kelenjar yang mencegah ap
merangsang Sel Sertoli.

Gangguan pada testis


1. Torsio Testis
Torsio Testis adalah terpuntir/melilitnya korda spermatika, yang menyebabkan terputusnya aliran
darah ke testis (buah zakar) dan struktur jaringan di dalam skrotum (kantung zakar).
PENYEBAB
Torsio testis terjadi akibat perkembangan abnormal dari korda spermatika atau selaput yang membungkus
testis. Torsio testis bisa terjadi setelah testis mengalami trauma, seorang pria melakukan aktivitas yang
sangat berat atau bisa juga terjadi tanpa alasan yang jelas.
PENGOBATAN
Korda yang terpuntir menyebabkan terputusnya aliran darah ke testis. Karena itu satu-satunya cara untuk
menyelamatkan testis adalah pembedahan untuk melepaskan puntiran. Pembedahan harus dilakukan sesegera
mungkin.
2. Hernia Inguinalis
Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah lubang pada
dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah saluran berbentuk tabung, yang
merupakan jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat
sebelum bayi dilahirkan.
PENYEBAB
Biasanya tidak ditemukan penyebab yang pasti, meskipun kadang dihubungkan dengan angkat berat.
Hernia terjadi jika bagian dari organ perut (biasanya usus) menonjol melalui suatu titik yang lemah atau
robekan pada dinding otot yang tipis, yang menahan organ perut pada tempatnya. Pada pria, hernia bisa
36
terjadi di selangkangan, yaitu pada titik dimana korda spermatika keluar dari perut dan masuk ke dalam
skrotum. Hernia inguinalis direk menyebabkan terbentuknya benjolan di selangkangan, sedangkan hernia
indirek turun ke dalam skrotum.
PENGOBATAN
Hernia inguinalis seringkali dapat didorong kembali ke dalam rongga perut. Tetapi jika tidak dapat
didorong kembali melalui dinding perut, maka usus bisa terperangkap di dalam kanalis inguinalis (inkarserasi)
dan aliran darahnya terputus (strangulasi). Jika tidak ditangani, bagian usus yang mengalami strangulasi bisa
mati karena kekurangan darah. Biasanya dilakukan pembedahan untuk mengembalikan usus ke tempat asalnya
dan untuk menutup lubang pada dinding perut agar hernia tidak berulang. Obat-obatan biasanya diberikan
untuk mengatasi nyeri setelah penderita menjalani pembedahan. Kadang setelah menjalani pembedahan
penderita dianjurkan untuk memakai korset untuk menyokong otot yang lemah selama masa pemulihan.
PENCEGAHAN
Hernia lebih sering terjadi pada seseorang yang mengalami kelebihan berat badan, menderita batuk
menahun, sembelit menahun atau BPH yang menyebabkan dia harus mengedan ketika berkemih. Pengobatan
terhadap berbagai keadaan diatas bisa mengurangi resiko terjadinya hernia.
3. Kanker Testis (Buah Zakar)
Kanker Testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah zakar), yang bisa menyebabkan
testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam skrotum (kantung zakar).
PENYEBAB
Kebanyakan kanker testis terjadi pada usia di bawah 40 tahun. Penyebabnya yang pasti tidak diketahui,
tetapi ada beberapa faktor yang menunjang terjadinya kanker testis:

 Testis undesensus (testis yang tidak turun ke dalam skrotum)


 Perkembangan testis yang abnormal
 Sindroma Klinefelter (suatu kelainan kromosom seksual yang ditandai dengan rendahnya kadar
hormon pria, kemandulan, pembesaran payudara (ginekomastia) dan testis yang kecil).
Faktor lainnya yang kemungkinan menjadi penyebab dari kanker testis tetapi masih dalam taraf penelitian
adalah pemaparan bahan kimia tertentu dan infeksi oleh HIV. Jika di dalam keluarga ada riwayat kanker
testis, maka resikonya akan meningkat. 1% dari semua kanker pada pria merupakan kanker testis. Kanker
testis merupakan kanker yang paling sering ditemukan pada pria berusia 15-40 thun. Kanker testis
dikelompokkan menjadi:
a. Seminoma : 30-40% dari semua jenis tumor testis. Biasanya ditemukan pada pria berusia 30-40 tahun
dan terbatas pada testis.
b. Non-seminoma : merupakan 60% dari semua jenis tumor testis.
Dibagi lagi menjadi beberapa subkategori:
37
 Karsinoma embrional : sekitar 20% dari kanker testis, terjadi pada usia 20-30 tahun dan sangat ganas.
Pertumbuhannya sangat cepat dan menyebar ke paru-paru dan hati.
 Tumor yolk sac : sekitar 60% dari semua jenis kanker testis pada anak laki-laki
 Teratoma : sekitar 7% dari kanker testis pada pria dewasa dan 40% pada anak laki-laki.
 Koriokarsinoma
 Tumor sel stroma : tumor yang terdiri dari sel-sel Leydig, sel Sertoli dan sel granulosa. Tumor ini
merupakan 3-4% dari seluruh jenis tumor testis. Tumor bisa menghasilkan hormon estradiol, yang bisa
menyebabkan salah satu gejala kanker testis, yaitu ginekomastia.
PENGOBATAN
Pengobatan tergantung kepada jenis, stadium dan beratnya penyakit. Setelah kanker ditemukan,
langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan jenis sel kankernya. Selanjutnya ditentukan stadiumnya:

 Stadium I : kanker belum menyebar ke luar testis


 Stadium II : kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di perut
 Stadium III : kanker telah menyebar ke luar kelenjar getah bening, bisa sampai ke hati atau paru-paru.
Ada 4 macam pengobatan yang bisa digunakan:
a. Pembedahan : pengangkatan testis (orkiektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening
limfadenektomi)
b. Terapi penyinaran : menggunakan sinar X dosis tinggi atau sinar energi tinggi lainnya, seringkali
dilakukan setelah limfadenektomi pada tumor non-seminoma. Juga digunakan sebagai pengobatan
utama pada seminoma, terutama pada stadium awal.
c. Kemoterapi : digunakan obat-obatan (misalnya cisplastin, bleomycin dan etoposid) untuk membunuh
sel-sel kanker. Kemoterapi telah meningkatkan angka harapan hidup penderita tumor non-seminoma.
d. Pencangkokan sumsum tulang : dilakukan jika kemoterapi telah menyebabkan kerusakan pada
sumsum tulang penderita.
Tumor seminoma

 Stadium I diobati dengan orkiektomi dan penyinaran kelenjar getah bening perut
 Stadium II diobati dengan orkiektomi, penyinaran kelenjar getah bening dan kemoterapi dengan
sisplastin
 Stadium III diobati dengan orkiektomi dan kemoterapi multi-obat.
Tumor non-seminoma:

 Stadium I : diobati dengan orkiektomi dan kemungkinan dilakukan limfadenektomi perut


 Stadium II : diobati dengan orkiektomi dan limfadenektomi perut, kemungkinan diikuti dengan
kemoterapi

38
 Stadium III : diobati dengan kemoterapi dan orkiektomi. Jika kankernya merupakan kekambuhan
dari kanker testis sebelumnya, diberikan kemoterapi beberapa obat (ifosfamide, cisplastin dan
etoposid atau vinblastin).

4. Massa Skrotum
Massa Skrotum adalah suatu benjolan atau pembengkakan yang bisa dirasakan di dalam skrotum
(kantung zakar). Massa skrotum yang jinak bisa merupakan:
a. Hematokel
Hematokel adalah penimbunan darah yang biasanya terjadi setelah skrotum mengalami cedera. Jika
hanya sedikit, biasanya darah akan kembali diserap; tetapi jika banyak, perlu dilakukan pembedahan
untuk membuangnya
b. Hidrokel
Hidrokel adalah penimbunan cairan di dalam selaput yang membungkus testis, yang menyebabkan
pembengkakan lunak pada salah satu testis. Hidrokel sering ditemukan pada bayi baru lahir. Secara
normal, hidrokel akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu beberapa bulan setelah bayi lahir.
Hidrokel juga bisa terjadi akibat:
 peradangan atau cedera pada testis maupun epididymis
 penyumbatan cairan atau darah di dalam korda spermatika.
Kadang hidrokel berhubungan dengan hernia inguinalis. Jika jumlah cairan yang terkumpul berubah-
ubah, maka kemungkinan besar penyebabnya adalah hernia inguinalis.
c. Varikokel
Varikokel adalah varises di dalam skrotum. Varikokel terjadi akibat kelainan pada katup vena di
sepanjang korda spermatika. Kelainan katup ini menghambat aliran darah sehingga darah mengalir
kembali dan terjadi pelebaran vena. Varikokel merupakan penyebab terjadinya kemandulan pada 39%
penderita kemandulan.
d. Spermatokel
Spermatokel adalah suatu massa di dalam skrotum yang menyerupai kista, yang mengandung cairan
dan sel sperma yang mati. Jika ukurannya besar dan mengganggu, bisa dilakukan pembedahan untuk
mengangkatnya.
PENYEBAB
Penyebab terbentuknya massa di dalam skrotum bervariasi dan bisa merupakan sesuatu yang jinak maupun
keganasan. Penyebab dari pembentukan massa skrotum bisa berupa:

 Peradangan maupun infeksi (misalnya epididimitis)


 Cedera fisik pada skrotum
 Herniasi (hernia inguinalis) Tumor.

39
Angka kejadian dan faktor resikonya bervariasi, tergantung kepada penyebabnya.
PENGOBATAN
Hematokel, hidrokel dan spermatokel biasanya jinak dan tidak perlu diobati.
Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membuang darah, cairan ataupun sel-sel yang mati.
Hidrokel biasanya tidak berbahaya dan pengobatan biasanya baru dilakukan jika penderita sudah
merasa terganggu atau merasa tidak nyaman atau jika hidrokelnya sedemikian besar sehingga mengancam
aliran darah ke testis. Pengobatannya bisa berupa aspirasi (pengisapan cairan) dengan bantuan sebuah jarum
atau pembedahan. Tetapi jika dilakukan aspirasi, kemungkinan besar hidrokel akan berulang dan bisa terjadi
infeksi. Setelah dilakukan aspirasi, bisa disuntikkan zat sklerotik (misalnya tetrasiklin, natrium tetra desil
sulfat atau urea) untuk menyumbat/menutup lubang di kantung skrotum sehingga cairan tidak akan tertimbun
kembali. Hidrokel yang berhubungan dengan hernia inguinalis harus diatasi dengan pembedahan sesegera
mungkin.
Varikokel bisa diatasi secara konservatif dengan menggunakan penyangga skrotum. Tetapi jika nyeri
menetap, terjadi kemandulan atau terjadi penciutan testis, maka dilakukan ligasi (pengikatan).
5. Orkitis
Orkitis adalah suatu peradangan pada salah satu atau kedua testis (buah zakar).
PENYEBAB
Orkitis bisa disebabkan oleh sejumlah bakteri dan virus. Virus yang paling sering menyebabkan orkitis adalah
virus gondongan (mumps). Faktor resiko untuk orkitis yang berhubungan dengan penyakit menular seksual
adalah:

 Berganti-ganti pasangan
 Riwayat penyakit menular seksual pada pasangan
 Riwayat gonore atau penyakit menular seksual lainnya.
PENGOBATAN
Jika penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik. Selain itu juga diberikan obat pereda nyeri dan anti
peradangan. Jika penyebabnya adalah virus, hanya diberikan obat pereda nyeri. Penderita sebaiknya
menjalani tirah baring, skrotumnya diangkat dan dikompres dengan air es.
PENCEGAHAN
Immunisasi gondongan bisa mencegah terjadinya orkitis akibat gondongan. Perilaku seksual yang aman dan
terlindung (misalnya tidak berganti-ganti pasangan dan menggunakan kondom) bisa mengurangi resiko
terjadinya orkitis akibat penyakit menular seksual.
6. Epididimitis
Epididimitis adalah peradangan pada epididimis. Epididimis adalah sebuah struktur yang terletak di atas
dan di sekeliling testis (buah zakar). Fungsinya adalah sebagai pengangkut, tempat penyimpanan dan tempat
40
pematangan sel sperma yang berasal dari testis. Epididimis akut bisanya lebih berat daripada epididimis kronis.
Epididimis kronis berlangsung selama lebih dari 6 minggu.

PENYEBAB
Epididimitis biasanya disebabkan oleh bakteri yang berhubungan dengan: Infeksi saluran kemih, Penyakit
menular seksual (misalnya klamidia dan gonore), Prostatitis (infeksi prostat). Epididimitis juga bisa
merupakan komplikasi dari: Pemasangan kateter dan Prostatektomi (pengangkatan prostat). Resiko yang lebih
besar ditemukan pada pria yang berganti-ganti pasangan seksual dan tidak menggunakan kondom.
PENGOBATAN
Untuk mengatasi infeksi, diberikan antibiotik. Selain itu juga diberikan obat pereda nyeri dan anti
peradangan. Penderita sebaiknya menjalani tirah baring dengan skrotum diangkat dan dikormpres dingin.
PENCEGAHAN
Pada saat menjalani pembedahan, seringkali diberikan antibiotik profilaktik (sebagai tindakan
pencegahan) kepada orang-orang yang memiliki resiko menderita epididimitis. Epididimitis akibat penyakit
menular seksual bisa dicegah dengan cara melakukan hubungan seksual yang aman dan terlindungi (misalnya
tidak berganti-ganti pasangan dan menggunakan kondom).
Varicocele
Varicocele adalah sebuah kondisi dimana suplai darah pada testis membentuk pembuluh varises
Pembuluh darah / vena mengandung klep yang mencegah darah mengalir kembali. Kerusakan klep
disebabkan oleh varicocele. Varicocele biasanya terbentuk pada sisi sebelah kiri skrotum dan tidak
menghasilkan gejala. Kemungkinan lain, varicocele bisa menyebabkan rasa sakit dan perasaan penuh yang
mengganggu. Varicocele dirasakan seperti sekantong cacing ketika pria sedang berdiri.

-PENYEBAB
Saluran sperma membawa darah masuk dan keluar dari testis. Tidak diketahui apa yang menyebabkan
varicocele, tetapi banyak ahli percaya bahwa varikokel terbentuk ketika katup-katup di dalam pembuluh darah
pada simpulnya mencegah darah mengalir dengan baik. Sehingga akan menyebabkan urat menjadi melebar
(dilatasi).
Varikokel sering terjadi selama pubertas. Varicocele biasanya terjadi di sisi kiri, kemungkinan besar
karena posisi vena testis kiri. Namun, varikokel dalam satu testis dapat mempengaruhi produksi sperma pada
kedua buah pelir.

Terapi Gangguan pada Testis


1. Kanker Testis
41
Contoh Obat pada kanker Testis :
1. Cisplatin
Cisplatin adalah obat kanker yang mengganggu pertumbuhan sel kanker dan memperlambat
pertumbuhan dan menyebar dalam tubuh. Ini adalah obat kemoterapi yang mengandung platinum. Digunakan
sendiri atau dalam kombinasi dengan obat lainnya untuk melambatkan atau menghentikan pertumbuhan sel
kanker.
 Mekanisme kerjanya
Mekanisme kerja cisplatin sebagai agen kemoterapi adalah melalui interaksi dengan DNA yang
menyebabkan perubahan struktur pada DNA, umur hidup sel dan program apoptosis. Molekul Cisplatin murni
akan mengalami proses aktivasi melalui tahap yang melibatkan penggantian molekul cis-chloro ligand dengan
molekul air. Kompleks Cisplatin dengan air (monoaquated) merupakan kompleks yang sangat reaktif tetapi
pembentukannya dihambat oleh ikatan dengan molekul nukleofil endogen seperti Glutathion (GSH),
Metionin, Metallothionein. Saat memasuki sitoplasma, Cisplatin menjadi labil sehingga mudah mengalami
perubahan menjadi tidak aktif jika berikatan dengan molekul intrasel dan sitoplasma
2. Etoposide
Etoposid adalah obat untuk yang dipakai untuk beberapa jenis kanker, misalnya kanker paru sel kecil.
Obat ini biasanya digunakan secara tunggal atau dikombinasikan dengan pengobatan kemoterapi lain.
Etoposid bekerja dengan memperlambat pertumbuhan sel kanker. Obat ini juga dikenal sebagai VP-16.
Etoposide juga dapat digunakan untuk mengobati beberapa jenis leukemia, limfoma, kanker ovarium, kanker
testis, dan jenis kanker prostat tertentu.
 Mekanisme Kerja
Etoposid bekerja untuk menunda transit sel melalui fase S dan menahan sel pada fase S lambat atau
fase G2 awal. Obat mungkin menginhibisi transport mitokrondia pada level NADH dehidrogenase
atau menginhibisi uptake nukleosida ke sel Hella. Etoposid merupakan inhibitor topoisomerase II dan
menyebabkan rusaknya strand DNA
3. Bleomycin
Bleomycin adalah obat kanker yang mengganggu pertumbuhan dan penyebaran sel-sel kanker dalam
tubuh. Bleomycin digunakan untuk mengobati karsinoma sel skuamosa, kanker kulit yang dapat
mempengaruhi mulut, tenggorokan, hidung dan sinus, penis, vagina, leher rahim, dan lainnya. Bleomycin
juga digunakan untuk mengobati penyakit Hodgkin dan limfomanon-Hodgkin, kanker testis, dan efusi
pleura ganas.
 Mekanisme Kerja
Menghambat sintesis DNA, ikatan-ikatan DNA untuk selanjutnya terjadi pemutusan untai tunggal dan
ganda.

42
OVARIUM
Ovarium atau indung telur adalah salah satu organ reproduksi pada wanita yang berfungsi untuk
memproduksi sel telur dan hormon. Manusia memiliki dua buah ovarium, di kiri dan kanan. Bentuk dari
ovarium adalah oval dan memiliki panjang sekitar 4 cm., lebar 3 cm dan diameter sekitar 2 cm. Warna dari
ovarium biasanya abu kemerahan dan memiliki permukaan yang tidak rata.
Ovarium memiliki 3 lapisan utama, yaitu :
 Bagian permukaan
merupakan bagian terluar dari ovarium yang disusun oleh epitel kuboid selapis atau yang biasa disebut
epitel germinal.
 Korteks
korteks merupakan bagian yang terletak setelah bagian permukaan. Sebagian besar disusun oleh jaringan
ikat. Korteks merupakan tempat ditemukannya sel folikel dan oosit.
 Medulla
medulla merupakan bagian terdalam dari ovarium yang disusun oleh jaringan neurovaskular.
Menurut Wiknjosastro (2005) Dalam endokrinologi reproduksi wanita ovarium memiliki 2 fungsi
utama yaitu :

 Fungsi Proliferatif (generatif)


Sebagai sumber ovum selama masa reproduksi. Di Ovarium terdapat pertumbuhan folikel primer,
folikel de Graaf, peristiwa ovulasi dan pembentukkan korpus luteum.
 Fungsi sekretorik (vegetatif)
tempat pembentukkan dan pengeluaran hormone steroid (estrogen, progesterone dan androgen)
 ESTROGEN
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang paling penting untuk reproduksi
adalah estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita yaitu
pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan,dll. Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi
dengan membentuk ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan vagina
sehingga sesuai untuk penetrasi sperma.
Selama kehamilan, diproduksi juga oleh plasenta. Berfungsi stimulasi pertumbuhan dan perkembangan
(proliferasi) pada berbagai organ reproduksi wanita. Fungsi lainnya sebagai berikut :
– Pada uterus : menyebabkan proliferasi endometrium.
– Pada serviks : menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir serviks.
– Pada vagina : menyebabkan proliferasi epitel vagina.

43
– Pada payudara : menstimulasi pertumbuhan payudara.
Juga mengatur distribusi lemak tubuh.
– Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu pertumbuhan / regenerasi
tulang. Pada wanita pascamenopause, untuk pencegahan tulang keropos / osteoporosis, dapat diberikan
terapi hormon estrogen (sintetik) pengganti.

 PROGESTERONE
Progesteron (alami) diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian diproduksi di kelenjar adrenal,
dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta.
Progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik (fase sekresi) pada endometrium uterus,
yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan yang optimal jika terjadi implantasi.

 GONADOTROPIN RELEASING HORMONE


GNRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak. GNRH akan merangsang pelepasan FSH
(folikl stimulating hormone) di hipofisis. Bila kadar estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan
umpanbalik ke hipotalamus sehingga kadar GNRH akan menjadi rendah, begitupun sebaliknya.

 FSH (FOLIKEL STIMULATING HORMONE) DAN LH (LUTEINIZING HORMONE)


Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh hipofisis akibat rangsangan dari
GNRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari folikel. Dari folikel yang matang akan dikeluarkan ovum.
Kemudian folikel ini akan menjadi korpus luteum dan dipertahankan untuk waktu tertentu oleh LH.

 HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)


Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas (plasenta).
Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi hormon-hormon steroid
terutama pada masa-masa kehamilan awal.
Gangguan
1) Adnexitis Kronisa
Adnexitis adalah infeksi / radang pada adneksa rahim. Adneksa adalah jaringan yang berada di sekitar
rahim. Ini termasuk tuba fallopi dan ovarium alias indung telur, tempat dimana sel telur diproduksi.
Etiologi
Peradangan pada adneksa rahim hamper 90 persen disebabkan oleh infeksi beberapa organisme,
biasanya adalah Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis.
44
- Penanganan
 Pengobatan dengan anti-biotik: Obat yang biasa digunakan tetap penisilin, gentamisin,
metronidazole, dan lain-lain yang digunakan untuk mengobati radang akut tuba falopi,
ovarium, serta peritonitis panggul.

2) Dysmenorrhoe
Dysmenorrhea adalah rasa nyeri berlebihan yang dialami saat menstruasi. Nyeri perut memang lazim
dialami saat menstruasi, namun ketika sensasi nyeri terasa hebat hingga menghambat aktivitas, maka
nyeri ini dianggap sebagai sesuatu yang abnormal
- Etiologi
Contoh kondisi medis yang menimbulkan dysmenorrhea adalah endometriosis, adenomyosis,
penyakit radang panggul, dan fibroid (tumor jinak). Kedua kondisi dysmenorrhea dapat diatasi bila
penyebabnya diketahui. Oleh karena itu, jangan ragu untuk segera berkonsultasi jika
Anda mengalami nyeri hebat lebih dari 2 hari saat menstruasi.
- Penanganan
Mengonsumsi zat besi dalam jumlah yang cukup. Daging yang tidak berlemak, sayuran
hijau, sereal, oatmeal, kacang kedelai rebus, dan kacang-kacangan lain merupakan sumber zat besi
yang baik. Istirahat yang cukup juga sangat dianjurkan

3) Menorrhagi
Istilah menorrhagia berarti keluarnya darah menstruasi dalam jumlah banyak (heavy periods) atau
pemanjangan durasi menstruasi. Wanita yang mengalami menorrhagia biasanya kehilangan darah
dalam jumlah banyak dan tidak mampu melakukan aktivitas hariannya.
- Etiologi
Penyebab menorrhagia tidak selalu jelas, meski dikatakan bahwa kondisi ini dapat diakibatkan
oleh ketidakseimbangan hormon, kelainan rahim, kehamilan dengan komplikasi.
- Penanganan
Mengonsumsi zat besi dalam jumlah yang cukup. Daging yang tidak berlemak, sayuran
hijau, sereal, oatmeal, kacang kedelai rebus, dan kacang-kacangan lain merupakan sumber zat besi
yang baik. Istirahat yang cukup juga sangat dianjurkan

4) Kista Ovarium
Kista Ovarium merupakan jenis kista yang mengarah pada penyakit neoplasma yaitu penyakit yang
mengarah pada keganasan atau cenderung pada tumor. Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti
balon berisi air, dapat tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam.
45
- Etiologi
Kista ovarium sering terjadi pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk
karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur
dari ovarium.
- Penanganan
Cukup sering kista ovarium menghilang dengn sendirinya dan tidak memerlukan perawatan.
Namun mungkin memerlukan pemeriksaan teratur untuk memastikan kista tidak tumbuh
membesar. Jika kista yang berisi cairan tumbuh, ginekologi mungkin akan mengurasnya.
Pembedahan terkadang diperlukan untuk membuang kista, terutama jika ukurannya sudah
membesar terkadang tidak mungkin hanya mengangkat kista saja, ovarium juga harus diangkat
pula.

 Kanker ovarium
Kanker ovarium adalah jenis kanker yang dimulai di ovarium. Kanker ovarium yang paling umum dikenal
sebagai kanker ovarium epitel (EOC).Knker ovarium sering tidak terdeteksi sampai telah menyebar di dalam
panggul dan perut.Pada tahap akhir ini,kanker ovarium lebih sulit untuk diobati yang mengakibatkan resiko
fatal pada penderita.

 Kista ovarium dan sindrom ovarium polikistik


Kista adalah kantung berisi cairan.Kebanyakan wanita akan mengalami kista pada ovarium setidaknya
sekali,dan sebagian besar tanpa rasa sakit dan tidak menimbulkan gejala.Gejala kista ovarium termasuk
mual,muntah,kembung,buang air besar yang menyakitkan,dan rasa sakit saat berhubungan seks.Dalam kasus
yang jaramh terjadi,suatu kista ovarium dapat menyebabkan masalah serius.

 Kegagalan ovarium prematur


Prematur kegagalan ovarium juga dikenal sebagai insufisiensi ovarium primer mengacu pada hilangnya
fungsi normal ovarium sebelum usia 40. Jika ovarium anda gagal mereka tidak menghasikan jumlah normal
hormon estrogen atau melepaskan sel telur secara teratur. Kegagalan ovarium prematur kadang-kadang
disebut menopause prematur,tetapi dua kondisi tidak persis sama.Wanita dengan kegagalan ovarium prematur
memiliki menstruasi yang tidak teratur atau sesekali selama bertahun-tahun.

 Torsi ovarium,memutar dari ovarium

46
Torsi ovarium merupakan penyebab umum dari sakit perut akut pada wanita. Torsi ovarium terjadi ketika
ovarium menjadi bengkok.Salah satu penyebab torsi ovarium adalah kista ovarium.torsi ovarium
menyumbang sekitar 3% dari keadaan darurat ginekologi.

 Polycystik ovarian sindrome


Polycystik ovarian sindrome adalah masalah dimana hormon seks estrogen dan progesteron seorang
wanita tidak seimbang.hal ini dapat menyebabkan masalah pada menstruasi yang membuat sulit untuk
hamil.Hal ini menyebabkan pertumbuhan kista ovarium (tumor jinak pada ovarium). PCOS dapat
menyebabkan masalah dengan siklus perempuan menstruasi,kesuburan,fungsi jantung,dan penampilan.

Gangguan menstruasi
Gangguan menstruasi pada wanita dibedakan menjadi dua jenis, yaitu amenore primer dan amenore
sekunder. Amenore primer adalah tidak terjadinya menstruasi sampai usia 17 tahun dengan atau tanpa
perkembangan seksual. Amenore sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3 – 6 bulan atau
lebih pada orang yang tengah mengalami siklus menstruasi.

47

Anda mungkin juga menyukai