95 138 4 PB PDF
95 138 4 PB PDF
OPEN ACCESS
Abstrak
Quercetin merupakan salah satu flavonoid yang dipercaya dapat melindungi tubuh dari
beberapa penyakit degeneratif dengan mencegah proses peroksidasi lemak. Apel merupakan
buah yang kaya kandungan quercetin, banyak dikonsumsi oleh masyarakat, serta mudah
didapatkan. Kandungan quercetin berbeda pada setiap buahnya, bergantung pada varietas,
proses pengolahan, kondisi pertumbuhan, nutrisi tanaman, dan lama penyimpanan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh proses pengolahan (juicing dan blending) terhadap
kandungan quercetin pada berbagai varietas apel lokal dan impor (Malus domestica).
Kandungan quercetin diukur dari 4 varietas apel yang berbeda yaitu untuk apel lokal diwakili
oleh varietas Rome beauty dan manalagi, sedangkan untuk apel impor diwakili oleh varietas fuji
dan Red delicious yang masing-masing dibagi dalam 3 kelompok, yaitu kelompok 1 apel segar
sebagai kontrol, kelompok 2 jus apel (juicing), dan kelompok 3 smoothie apel (blending).
Penelitian ini menggunakan desain eksperimental laboratorik. Unit eksperimen penelitian dipilih
dengan menggunakan metode RAK dengan 3 kali replikasi. Pengukuran kandungan quercetin
dianalisis dengan menggunakan metode ekstraksi sampel dalam larutan etanol dan
spektrofotometer. Berdasarkan hasil penelitian, apel segar mengandung quercetin paling
banyak, diikuti oleh jus apel (juicing), dan smoothie apel (blending). Sedangkan varietas apel
yang paling banyak mengandung quercetin adalah apel Rome beauty, diikuti oleh manalagi, fuji,
dan Red delicious. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa varietas apel dan
proses pengolahan yang berbeda dapat mempengaruhi kandungan quercetin apel segar dan jus
apel secara signifikan (p < 0.05).
Kata kunci : quercetin, metode pengolahan, juicing, blending, varietas apel
Indonesian Journal of Human Nutrition, Juni 2014, Volume 1 Edisi 1 : 14 – 22 15
Abstract
Quercetin is kind of flavonoid which can protect the body from several degenerative
diseases by preventing lipid peroxidation process. Apple is one of fruits which contains
abundant source of quercetin, being consumed generally and affordable by most of people in
the world. Quercetin content is different on each apples, depending on varieties, processing
methods, growing conditions, plants nutritions, and storages. This study aimed to determine the
effect of processing methods (juicing and blending) on quercetin content of local and import
varieties of apple (Malus domestica). Quercetin content was measured from 4 different varieties
of apples, some of which are local apples which are represented by Rome beauty and manalagi,
and import apples which are represented by fuji and Red delicious. All of apple varieties is
divided into 3 groups in which group 1 is apple fresh, group 2 is apple juice, and group 3 is
apple smoothie. This study used laboratory experimental design. Unit experiment was selected
using Randomized Group Design with 3 replication of each. Quercetin content measurement
was analyzed by using extraction method in etanol solution and spectrophotometer. Based on
the results, fresh apples contain quercetin at most of all, followed by apple juices (juicing), and
apple smoothie (blending). Whereas apple variety which have highest content of quercetin is
rome beauty, followed by manalagi, fuji, and red delicious. Based on these, it can be concluded
that different processing methods and varieties of apples affect quercetin content of fresh apples
and both of apple juices (juicing and blending) significantly (p<0.05).
Keywords : quercetin, processing methods, juicing, blending, apple varieties
PENDAHULUAN
Flavonoid merupakan senyawa metabolit logam transisi [1]. Menurut Yusuke Arai et al., 2000,
sekunder yang terdapat pada tanaman hijau, kecuali angka kematian penduduk Jepang yang disebabkan
alga [1]. Flavonoid termasuk senyawa fenolik alam oleh cardiovascular disease jumlahnya relatif rendah
yang potensial sebagai antioksidan (fitokimia) karena orang Jepang sering mengkonsumsi makanan
sehingga dapat melindungi kolesterol LDL melawan yang mengandung flavonoid dan isoflavon [2]. Hal
proses oksidasi lipid [1,2]. Intake dari bahan ini juga sejalan dengan penelitian Ikizler et al. pada
makanan sumber flavonoid tersebut dilaporkan tahun 2007 yang menyatakan bahwa pemberian
mempunyai hubungan yang berbanding terbalik quercetin selama 7 hari dapat melindungi jaringan
dengan level kolesterol LDL dalam darah [2]. miokardium dan memperbaiki perfusi jaringan pada
Salah satu flavonoid yang paling penting pembuluh darah jantung [3].
adalah quercetin. Quercetin dipercaya dapat Apel merupakan salah satu buah yang banyak
melindungi tubuh dari beberapa jenis penyakit dikonsumsi di Indonesia. Berdasarkan Biro Pusat
degeneratif dengan cara mencegah terjadinya proses Statistik, rata-rata konsumsi apel penduduk Indonesia
peroksidasi lemak [1]. Quercetin memperlihatkan adalah 0,6 kg perkapita pertahun, dan mengalami
kemampuan mencegah proses oksidasi LDL dengan peningkatan rata-rata 0,02% tiap tahun dari tahun
cara menangkap radikal bebas dan menghelat ion 1985 sampai tahun 1987 [4]. Selain itu, apel juga
Indonesian Journal of Human Nutrition, Juni 2014, Volume 1 Edisi 1 : 14 - 22 16
mengandung quercetin dalam jumlah tinggi. Dalam mempengaruhi kadar quercetin dari apel segar itu
100 gram buah apel, terkandung sekitar 4,42 mg sendiri.
aglikon quercetin dan 13,2 mg glikosida quercetin Berdasarkan hal-hal di atas, maka penelitian ini
[5]. Kandungan quercetin ini bervariasi tiap buahnya akan mengkaji pengaruh metode pengolahan (juicing
dipengaruhi oleh perbedaan varietas, nutrisi tanaman dan blending) terhadap kandungan quercetin pada
yang dipakai, kondisi pertumbuhan, proses berbagai varietas apel lokal dan impor (Malus
pengolahan, dan penyimpanan [5]. domestica).
Di Indonesia, salah satu pusat budidaya buah
apel terletak di Malang (Batu dan Poncokusumo). METODOLOGI PENELITIAN
Apel malang (Malus sylvestris Mill) terdapat dalam Penelitian dilakukan dengan menggunakan
berbagai varietas unggulan yang memiliki rancangan eksperimental laboratorik. Sampel
karakteristik dan kekhasan tersendiri seperti Rome penelitian merupakan 2 varietas apel lokal (Rome
Beauty, Manalagi, Anna, dan Wangling [6]. Dari Beauty dan Manalagi) dan 2 varietas apel impor (Fuji
keempat varietas unggulan tersebut, apel Rome dan Red Delicious) yang diuji beserta kulitnya. Apel
Beauty dan Manalagi merupakan yang paling populer yang digunakan harus segar, berwarna cerah, tidak
dan banyak terlihat dijual di swalayan [6]. Tetapi busuk, tidak ada cacat, tidak ada noda pada
kepopuleran dua varietas apel tersebut tergantikan permukaan kulitnya, berkulit mulus, tidak memar,
seiring dengan banyaknya apel impor yang masuk ke rata-rata berukuran sama (berat, besar, panjang dan
Indonesia. Harga apel impor yang relatif lebih murah diameter), dan tidak menunjukkan perbedaan yang
menyebabkan apel lokal tidak mampu bersaing di signifikan. Dari keempat varietas apel lokal dan
pasaran [6]. impor tersebut akan dibagi ke dalam 3 kelompok
Di masyarakat, pada umumnya cara berbeda yaitu kelompok 1 apel segar (sebagai
pengonsumsian buah apel adalah dikonsumsi dalam kontrol), kelompok 2 jus apel (juicing), dan
bentuk segar (buah potong) atau dikonsumsi dalam kelompok 3 smoothie apel (blending).
bentuk jus. Akhir-akhir ini pengkonsumsian buah Variabel dependent adalah kadar quercetin
segar dalam bentuk jus menjadi semakin booming dalam apel segar, jus apel (juicing), dan smoothie
dikarenakan mengonsumsi buah dalam bentuk utuh apel (blending) yang diukur secara langsung setelah
dengan jumlah yang memadai agak sulit dilakukan proses pengolahan dengan menggunakan metode
karena volumenya besar atau bulky [7]. Cara ekstraksi sampel dalam larutan etanol dan
pengolahan jus pun dapat dilakukan melalui 2 cara, spektrofotometri [8]. Kadar quercetin akan diukur
yaitu dapat memakai blender (smoothie apel) atau melalui pengukuran absorbansi quercetin pada
juicer (jus apel). Hal yang membedakan keduanya panjang gelombang 430 nm dan dinyatakan dalam
adalah kandungan serat yang dihasilkan [7]. Proses satuan milligram/liter (untuk jus apel dan smoothie
pengolahan yang dilakukan diduga dapat apel) dan milligram/kilogram (untuk apel segar).
Indonesian Journal of Human Nutrition, Juni 2014, Volume 1 Edisi 1 : 14 - 22 17
Kadar Quercetin Apel Segar, Jus Apel, dan dilakukan pada 4 varietas apel berbeda, yang
Smoothie Apel. ditunjukkan oleh angka signifikansi sebesar 0,000
Rata-rata hasil pengukuran kadar quercetin yang lebih kecil dari 0,05 (H0 ditolak). Uji statistik
pada semua kelompok dapat dilihat pada Tabel 2. lanjut menggunakan Post Hoc Duncan Multiple
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa apel Range Test menunjukkan bahwa pengolahan yang
segar memiliki kadar quercetin yang jauh lebih tinggi berbeda pada apel (dalam bentuk segar, juicing, dan
(340.99 ± 4.9 mg/L) dibandingkan dengan jus apel blending) mempengaruhi kadar quercetin apel
(165.23 ± 4.9 mg/L) dan smoothie apel (99.18 ± tersebut secara signifikan.
4.9 mg/L). Sedangkan, diantara kedua bentuk
pengolahan yang dilakukan, sar memiliki kadar Kadar Quercetin pada masing-masing Jenis
quercetin yang lebih tinggi dibandingkan dengan jus Pengolahan dan Varietas Apel
apel. Rata-rata hasil pengukuran kadar quercetin
Berdasarkan hasil Uji Statistik Two Way pada masing-masing jenis pengolahan dan varietas
Anova dengan menggunakan tingkat kepercayaan apel dapat dilihat pada Tabel 3. Pada Tabel 3
95% (p<0.05) menunjukkan bahwa terdapat menunjukkan rata-rata kadar quercetin tertinggi
perbedaan kadar quercetin yang signifikan (berbeda terdapat pada apel segar varian Rome beauty yaitu
secara nyata) pada masing-masing perlakuan yang sebesar 477.96 mg/Kg, sedangkan rata-rata quercetin
Indonesian Journal of Human Nutrition, Juni 2014, Volume 1 Edisi 1 : 14 - 22 19
yang terendah terdapat pada smoothie apel (blender) proses pengolahan terjadi proses pemisahan sari buah
varian Red delicious yaitu sebesar 55.80 mg/L. dan ampas (pada proses juicing) dan terdapat
Berdasarkan hasil Uji Statistik Two Way penambahan air (pada proses blending) yang tentunya
Anova dengan menggunakan tingkat kepercayaan akan mempengaruhi kadar quercetin yang terkandung
95% (p<0.05) menunjukkan bahwa terdapat dalam buah apel itu sendiri [7]. Selain itu, adanya
perbedaan kadar quercetin yang signifikan (berbeda paparan oksigen yang menyebabkan terjadinya proses
secara nyata) pada semua perlakuan untuk masing- enzimatis pada apel yang diolah juga dapat
masing varietas apel, yang ditunjukkan oleh angka mempengaruhi kadar quercetin yang terkandung. Hal
signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 inilah yang menyebabkan kadar quercetin pada apel
(H0 ditolak). Uji statistik lanjut menggunakan Post segar lebih tinggi daripada apel yang diolah.
Hoc Duncan Multiple Range Test menunjukkan Handayani dan Sulistyo, 2008, menjelaskan bahwa
bahwa perbedaan kadar quercetin signifikan (berbeda senyawa flavonoid sampai saat ini belum
secara nyata) baik untuk masing-masing varietas apel dimanfaatkan secara optimal dan masih digunakan
maupun masing-masing jenis pengolahan. secara terbatas dikarenakan senyawa flavonoid tidak
stabil terhadap perubahan pengaruh oksidasi, cahaya,
PEMBAHASAN dan perubahan kimia, sehingga apabila teroksidasi,
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa strukturnya akan berubah dan fungsinya sebagai
rerata kadar quercetin apel yang telah mengalami bahan aktif akan menurun [9].
pengolahan (juicing dan blending) lebih rendah Pada jus apel kadar quercetinnya lebih tinggi
dibandingkan apel dalam bentuk segar, sedangkan dibandingkan dengan smoothie apel karena pada jus
kadar quercetin jus apel (juicing) lebih tinggi apel terjadi proses penyarian semua zat gizi yang
dibandingkan dengan kadar quercetin smoothie apel terkandung dalam apel dan penghalusan semua
(blending). Selain itu, rerata kadar quercetin pada bagian buahnya. Sedangkan pada smoothie apel, tidak
varietas apel impor (Fuji dan Red delicious) pada terjadi proses penyarian (pembuatan sari) dan tidak
masing-masing perlakuan lebih rendah dibandingkan semua bagian buah dapat dihaluskan seperti bila
rerata kadar quercetin pada varietas apel lokal (Rome menggunakan juicer karena pisau yang digunakan
beauty dan Manalagi). Rerata kadar quercetin juga berbeda, sehingga diduga terdapat kandungan
menunjukkan perbedaan yang bermakna pada setiap quercetin yang masih terikat dengan material dinding
kelompok perlakuan dan varietas apel (p=0,000). sel, dan akhirnya menyebabkan kandungan quercetin
Analisis hubungan kadar quercetin pada apel dalam smoothie apel menurun [5,10,11].
yang telah mengalami proses pengolahan dibanding- Selain itu, penyarian (pembuatan sari) buah
kan dengan apel segar berbeda secara bermakna apel pada proses juicing berbeda dengan pengecilan
(p=0,000). Berdasarkan hasil tersebut, dapat diartikan ukuran yang terjadi pada proses blending [10]. Proses
bahwa proses pengolahan akan mempengaruhi kadar penyarian yang dilakukan melalui proses juicing
quercetin apel segar. Hal ini dapat terjadi karena pada sangat cepat dan sempurna sehingga meminimalkan
Indonesian Journal of Human Nutrition, Juni 2014, Volume 1 Edisi 1 : 14 - 22 20
kontak dengan oksigen, sedangkan pada proses flavonol tumbuhan yang tumbuh di Afrika Selatan
blending apel mengalami pengecilan ukuran dan karena penggunaan greenhouse yang dapat
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membendung sinar UV-B [13]. George Mateljan,
menghaluskan jaringan dan serat buah sehingga 2011, juga menjelaskan bahwa polifenol pada apel
kontak dengan oksigen akan jauh lebih lama juga. dapat melindungi dirinya dari radiasi sinar UV-B.
Hal ini menyebabkan kadar quercetin pada smoothie Polifenol bertugas untuk melindungi sel fotosistesis
apel lebih rendah dibandingkan dengan kadar pada kulit apel yang sangat sensitif terhadap sinar
quercetin jus apel. UV-B dari matahari. Semakin banyak sinar UV-B
Analisis hubungan perbedaan kadar quercetin yang diserap oleh sel tersebut, maka akan semakin
pada masing-masing varietas apel lokal dan impor banyak polifenol yang melindunginya. Oleh karena
berbeda secara bermakna (p=0,000). Berdasarkan itu tanaman yang memperoleh sinar UV-B dengan
hasil tersebut, dapat diartikan bahwa varietas apel intesitas tinggi maka kandungan polifenolnya lebih
yang berbeda mengandung kadar quercetin yang banyak. Namun hal ini merupakan sesuatu yang
berbeda pula. Hal ini dikarenakan varietas apel yang diluar jangkauan penelitian [14].
berbeda akan mengandung total fenol dan total Faktor lain yang diduga juga ikut
flavonoid yang berbeda pula [5]. Selain itu, mempengaruhi perbedaan kandungan quercetin
perbedaan warna kulit apel pada semua varietas apel antara apel lokal dan impor adalah adanya jangka
diduga juga berperan terhadap perbedaan kadar waktu penyimpanan tertentu (± 2 bulan) pada apel
quercetinnya. Patrick Barry, 2011, menjelaskan impor untuk sampai ke Indonesia. Bastian, 2004,
bahwa warna dari buah apel didapat dari polifenol menyatakan bahwa penyimpanan memberikan
yang terkandung di dalamnya. Secara umum, dampak pada penurunan zat gizi buah apel Red
semakin cerah warna kulit apel, maka semakin tinggi delicious [4]. Buah apel yang diimpor dari luar negeri
pula kadar polifenolnya [12]. melalui proses distribusi yang panjang sehingga dapat
Selain varietas yang berbeda, kondisi menurunkan kandungan gizi dan keadaan fisik apel,
pertumbuhan dan penyimpanan juga mempengaruhi sehingga menurunkan harga ekonomisnya. Oleh
kandungan quercetin dalam apel [5]. Ahearn dan karena itulah, harga apel impor biasanya lebih murah
O’Brien menyatakan bahwa proses pertumbuhan dari dibandingkan harga apel lokal. Buah yang diimpor ke
setiap varietas apel yang berbeda akan mem- Indonesia memiliki tingkat kerusakan buah yang
pengaruhi kandungan fitokimianya. Kandungan semakin tinggi oleh karena proses distribusinya. Hal
fitokimia flavonol akan lebih tinggi pada tanaman ini disebabkan karena pengetahuan masyarakat
yang terpapar sinar UV-B intensitas tinggi karena mengenai pentingnya food handling yang tepat pada
mekanisme pertahanan yang mereka lakukan dalam buah-buahan, khususnya penyimpanan buah apel
melawan sinar UV. Contohnya, tumbuhan yang pada suhu yang sesuai, masih kurang sehingga bila
tumbuh di Inggris memiliki kandungan flavonol yang penanganannya salah dapat menyebabkan penurunan
lebih rendah dibandingkan dengan kandungan kualitas fisik dan kualitas kimianya (zat gizi) [4].
Indonesian Journal of Human Nutrition, Juni 2014, Volume 1 Edisi 1 : 14 - 22 21