Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KASUS

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)


TENTANG
HIV/AIDS

Disusun Oleh:

ALDI KURNIA PRATAMA 1814901689

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

( ) ( )

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PERINTIS SUMBAR


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PENDIDIKAN PROFESI NERS
PROGRAM NON REGULER
TAHUN 2019
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Konsep Dasar Penyakit


2.1.1 Definisi
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS.
HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas
menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki
CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel
limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan
berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan
dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan
sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan
pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang
terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan
pada beberapa kasus bisa sampai nol) (KPA, 2007).
HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup
dalam sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke
dalam kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini
ditandai dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit
maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik
(Zein, 2006).
HIV adalah virus yang menumpang hidup dan merusak sistem
kekebalan tubuh. Sedangkan AIDS (Acquired Immune Deficiency
Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus
HIV. (Brunner&Suddarth; edisi 8)
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome,
yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan
tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai
kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan
penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini,
sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Yatim, 2006).
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler
pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat
menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat
supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya (Laurentz,
2005).
AIDS adalah suatu gejala penyakit yang menunjukkan kelemahan
atau kerusakan daya tahan tubuh atau gejala penyakit infeksi
tertentu/keganasan tertentu yang timbul sebagai akibat menurunnya daya
tahan tubuh (kekebalan). (H. JH. Wartono, 1999 : 09)

2.1.2 Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human
Immunodeficiency Virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun
1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika
ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap
sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk
memudahkan keduanya disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi.
Tidak ada gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu
likes illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak
ada.
4. Supresi imun simtomatik. Di atas 3 tahun dengan gejala demam, keringat
malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi
mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama
kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada
berbagai sistem tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria
maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
1. Lelaki homoseksual atau biseks.
2. Orang yang ketagian obat intravena.
3. Partner seks dari penderita AIDS.
4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.

2.1.3 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis penyakit AIDS menyebar luas dan pada dasarnya
dapat mengenai setiap sistem organ, salah satunya sistem pernapasan.
Pneumonia Pneumocystis carinii. Gejala napas yang pendek, sesak napas
(dispnea), batuk-batuk, nyeri dada dan demam akan menyertai berbagai
infeksi oportunitis, seperti yang disebabkan oleh Mycobacterium avium-
intracellulare (MAI), sitomegalovirus (CMV) dan Legionella. Walaupun
begitu, infeksi yang paling sering ditemukan di antara penderita AIDS adalah
Pneumonia Pneumocystis carinii (PCP) yang merupakan penyakit oportunis
pertama yang dideskriPasienikan berkaitan dengan AIDS. Pneumonia ini
merupakan manifestasi pendahuluan penyakit AIDS pada 60% pasien. Tanpa
terapi profilaktik, PCP akan terjadi pada 80% orang-orang yang terinfeksi
HIV P. carinii awalnya diklasifikasikan sebagai protozoa, namun sejumlah
penelitian dan pemeriksa¬an analisis terhadap struktur RNA ribosomnya
menunjukkan bahwa mikroorganisme ini merupakan jamur (fungus). Kendati
demikian, struktur dan sensitivitas antimikrobanya sangat berbeda dengan
jamur penyebab penyakit yang lain. P. carinii hanya menimbulkan penyakit
pada hospes yang kekebalannya terganggu. Jamur ini menginvasi dan
berproliferasi dalam alveoli pulmonalis sehingga terjadi konsolidasi
parenkim paru.
Gambaran klinik PCP pada pasien AIDS umumnya tidak begitu akut
bila dibandingkan dengan pasien gangguan kekebalan karena keadaan lain.
Periode waktu antara awitan gejala dan penegakan diagnosis yang benar bisa
beberapa minggu hingga beberapa bulan. Penderita AIDS pada mulanya
hanya memperlihatkan tanda-tanda dan gejala yang tidak khas seperti
demam, menggigil, batuk nonproduktif, napas pendek, dispnea dan kadang-
kadang nyeri dada. PCP dapat ditemukan kendati tidak terdapat krepitasi.
Konsentrasi oksigen dalam darah arterial pada pasien yang bernapas dengan
udara ruangan dapat mengalami penurunan yang ringan; keadaan ini
menunjukkan hipoksemia minimal.
Bila tidak diatasi, PCP akan berlanjut dengan menimbulkan kelainan
paru yang signifikan dan pada akhirnya, kegagalan pernapasan. Beberapa
pasien memperlihatkan awitan yang dramatis dan perjalanan penyakit yang
fulminan yang meliputi hipoksemia berat, sianosis, takipnea dan perubahan
status mental. Kegagalan pernapasan dapat terjadi dalam waktu 2 hingga 3
hari setelah timbulnya gejala pendahuluan.
Diagnosis pasti PCP dapat ditegakkan dengan mengenali
mikroorganisme dalam jaringan paru atau sekret bronkus. Penegakan
diagnosis ini dilaksanakan dengan prosedur seperti induksi sputum, lavase
bronkial-alveolar dan bioPasieni transbronkial (melalui bronkoskopi serat
optik).
Kompleks Mycobacterium avium. Penyakit kompleks
Mycobacterium avium (MAC; Mycobacterium avium Complex) muncul
sebagai penyebab utama infeksi bakteri pada pasien-pasien AIDS.
Mikroorganisme yang termasuk ke dalam MAC adalah M. avium, M.
intracellulare dan M. scrofulaceum. MAC, yaitu suatu kelompok baksil
tahan-asam, biasanya menyebabkan infeksi pernapasan kendati juga sering
dijumpai dalam traktus gastrointestinal, nodus limfatikus dan sumsum tulang.
Sebagian pasien AIDS sudah menderita penyakit yang menyebar luas ketika
diagnosis ditegakkan dan biasanya dengan keadaan umum yang buruk.
Infeksi MAC akan disertai dengan angka mortalitas yang tinggi.
M. tuberculosis yang berkaitan dengan HIV cenderung terjadi di
antara para pemakai obat bius IV dan kelompok lain dengan prevalensi
infeksi tuberkulosis yang sebelumnya sudah tinggi. Berbeda dengan infeksi
oportunis lainnya, penyakit tuberkulosis (TB) cenderung terjadi secara dini
dalam perjalanan infeksi HIV dan biasanya mendahului diagnosis AIDS.
Terjadinya tuberkulosis secara dini ini akan disertai dengan pembentukan
granuloma yang mengalami pengkijuan (kaseasi) sehingga timbul kecurigaan
ke arah diagnosis TB. Pada stadium ini. penyakit TB akan bereaksi dengan
baik terhadap terapi antituberkulosis. Penyakit TB yang terjadi kemudian
dalam perjalanan infeksi HIV ditandai dengan tidak terdapatnya resposn tes
kulit tuberkulin karena sistem kekebalan yang sudah terganggu tidak mampu
lagi bereaksi terhadap antigen TB. Dalam stadium infeksi HIV yang lanjut,
penyakit TB disertai dengan penyebaran ke tempat-tempat ekstrapulmoner
seperti sistem saraf pusat, tulang, perikardium, lambung, peritoneum dan
skrotum. Strain multipel baksil TB yang resisten obat kini bermunculan dan
kerapkali berkaitan dengan ketidakpatuhan pasien dalam menjalani
pengobatan antituberkulosis.

2.1.4 Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah
sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan
terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan
protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen
grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan
meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga
dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi
virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan
melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi
untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam
nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang
permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali
virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh
tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang
menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali
antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi,
menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan
mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper
terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan
memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang
serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin
lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4
dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai
sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes
zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat
timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya
terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila
jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi
opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
2.1.5 Pathway
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi dengan penyakit HIV-AIDS, yaitu :
Penurunan sistem kekebalan tubuh akibat virus HIV (Human Immuno
Deficiency Virus), menyebabkan tubuh mudah diserang penyakit-penyakit

1. Tuberkulosis Paru
2. Pneumonia Premosistis
3. Berbagai macam penyakit kanker
4. Pemeriksaan Penunjang
2.1.7 Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan Suporatif
Tujuan :
- Meningkatkan keadaan umum pasien
- Pemberian gizi yang sesuai
- Obat sistometik dan vitamin
- Dukungan Pasienikologis
2. Pengobatan infeksi oportunistik
a. Untuk infeksi :
- Kardidiasis eosofagus
- Tuberculosis
- Toksoplasmosis
- Herpes
- Pcp
- Pengobatan yang terkait AIDS , limfoma malignum , sarcoma
Kaposi dan sarcoma servik, disesuaikan dengan standar terapi
penyakit kanker
b. Terapi :
- Flikonasol
- Rifamfisin, INH , Etambutol, Piraziramid, Stremptomisin
- Pirimetamin, Sulfadiazine, Asam folat
- Ansiklovir
- Kotrimoksazol
3. Pengobatan anti retro virus
Tujuan :
- Mengurangi kematian dan kesakitan
- Menurunkan jumlah virus
- Meningkatkan kekebalan tubuh
- Mengurangi resiko penularan

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik


1. Tes untuk mendiagnosa infeksi HIV , yaitu :
- ELISA
- Western blot
- P24 antigen test
- Kultur HIV
2. Tes untuk mendeteksi gangguan sistem imun, yaitu :
- Hematokrit
- LED
- Rasio CD4 / CD Limposit
- Serum mikroglobulin B2
- Hemoglobin
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, umur, tempat dan tanggal lahir
b. Riwayat
Test HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-
obatan
c. Penampilan umum
Pucat, kelaparan
d. Gejala subyektif
Demam kronik dengan atau tanpa mengigil, keringat malam hari
berulang kali, lemah, lelah, anoreksia
e. Pasienikososial
Kehilangan pekerjaaan dan penghasilan, perubahan pola hidup
f. Status mental
Marah atau pasrah, depresi , ide bunuh diri, halusinasi
g. HEENT
h. Pemeriksaan persistem
- Sistem persyarafan
- Sistem pernafasan
- Sistem musculoskeletal
- Sistem kardiovaskuler
- Sistem integument
i. Pola fungsi kesehatan
- Pola persePasieni dan pemeliharaan kesehatan
- Pola nutrisi
- Pola eliminasi
- Pola istirahat tidur
- Pola aktivitas dan latihan
2. Diagnos
a
Kepera
wan
a. Resiko tinggi infeksi b/d malnutrisi dan pola hidup beresiko
b. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, pertukaran oksigen malnutrisi
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang,
menurunnya absorbs zat gizi
d. Diare b/d infeksi GI (GastroIntestinal)

3. Intervensi dan Rasional Tindakan


a. Intervensi diagnosa 1
a. Reiko tinggi infeksi b/d malnutrisi dan pola hidup beresiko
Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya,
dengan KH :
- Tidak ada tanda-tanda infeksi baru
- TTV dalam batas normal
b. Intervensi (NIC)
- Monitor tanda-tanda infeksi baru
- Gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan inovatif
- Kumpulkan specimen untuk test lab, sesuai order
- Atur pemberian anti infeksi sesuai oerder
- R/: mempertahankan kadar darah yang terapeutik

c. Intervensi diagnosa 2

b. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi

- Bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas


d. Intervensi (NIC)
- Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas
R/: respon bervariasi dari hari ke hari
- Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak
mampu R/: mengurangi kebutuhan energy
- Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu istirahat
1. R/: ekstra istirahat perlu untuk meningkatkan kebutuhan metabolic
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas pasien
Nama : Tn “J”
Umur : 44 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Suku : Dayak
Pendidikan : SD
Alamat : Jl. Dsn. Suka Damai RT 04/004.
Pasigi. Mempawah Hulu
Pekerjaan : Petani
Tanggal masuk : 04 Oktober 2014
Tanggal pengkajian : 06 Oktober 2014
Diagnosa medis : PLHA + Obs. DyspePasienia, TB
Paru.
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn “A”
Jenis kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan pasien : Adik
2. Riwayat Penyakit
a. Alasan masuk rumah sakit sakit
Pasien mengatakan demam ± 2 bulan SMRS, demam naik turun.
Pasien juga mengatakan batuknya berdahak ± 1 tahun yang lalu
SMRS, sering sesak. Pasien pernah berobat TB paru hanya 2 bulan
saja. Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang.
b. Keluhan utama
Pasien mengatakan napasnya terasa sesak, pasien juga mengatakan
ada batuk berdahak.
c. Keluhan saat dikaji
Pasien mengatakan nafsu makannya menurun, sering juga mual
muntah. Pasien mengatakan juga tidak bisa tidur saat malam hari
karena gelisah, sesak dan batuk berdahak.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan pernah berganti-ganti pasangan ketika
berhubungan intim dan pasien memiliki riwayat mentato badannya.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
menular dan penyakit kronis lainnya.
3. Genogram

 

 

 

Keterangan :
 : Laki-laki
 : Perempuan

: Pasien

: Tinggal dalam satu rumah


Data Biologis
a. Pola nutrisi
SMRS : Pasien makan tiga kali sehari dengan menu bervariasi satu
porsi makan habis.
MRS : Pasien tidak nafsu makan dan makan satu kali sehari porsi
makan RS tidak habis sisa 1/2.
b. Pola minum
SMRS : Pasien minum 7-8 gelas sehari (1.5-2 liter)
MRS : Pasien minum 5-6 gelas sehari (0.8-1 liter)
c. Pola eliminasi
SMRS : Pasien BAB satu kali sehari, BAK 7-8 kali sehari
MRS : Pasien jarang BAB karena jarang makan, BAK 6-7 kali
sehari.
d. Pola istirahat/tidur
SMRS : Pasien tidur 7-8 jam sehari.
MRS : Pasien tidur hanya ± 3-4 jam saat malam hari, saat rasa
sesak dan batuk datang, pasien terjaga.
e. Pola hygiene
- Mandi
SMRS : Pasien mandi dua kali sehari.
MRS : Pasien mandi satu kali sehari.
- Cuci rambut
SMRS : Pasien mencuci rambutnya saat mandi.
MRS : Pasien hanya membasahi rambutnya ketika mandi.
- Gogok gigi
SMRS : Pasien gosok gigi dua kali sehari.
MRS : Pasien baru satu kali menggosok gigi selama tiga hari
masuk rumah sakit.
4. Pola aktifitas
Aktifitas 0 1 2 3 4
Mandi √
Berpakaian √
Eliminasi √
Mobilisasi ditempat tidur √
Pindah √
Makan dan minum √

Keterangan : 0 = mandiri
1 = dibantu sebagian
2= perlu bantuan orang lain
3 = perlu bantuan orang lain dan alat
4 = tergantung orang lain tidak mandiri

5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : E4M6V5 (GCS = 15)
Compos Mentis
TTV : TD = 100/80 mmHg
N = 86 x/menit
RR = 40 x/menit
S = 37,3 ºC
Berat badan
SMRS : 55 Kg ± 6 bulan lalu
MRS : 35 Kg
Tinggi badan : 159 cm
IMT : 2
=
35

2
= 12,69

( ) (1,59)

Keterangan : Nilai normal 18,5 - 24,5 ⁄ 2


b. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala simetris, rambut hitam keriting, kulit
kepala kering, tidak ada ketombe.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
c. Mata
Inspeksi : Sklera putih, dapat melihat dengan jelas, bola mata
simetris, konjungtiva merah muda, ada reaksi
terhadap cahaya (miosis) tidak mengguakan alat bantu
penglihatan, fungsi penglihatan normal.
Palpasi : Tidak nyeri tekan.

d. Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan dan
pembengkakan.
e. Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada kelainan dikedua telinga,
tidak ada lesi dan serumen.
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
f. Mulut
Inspeksi : Gigi tampak kuning, lidah bersih, mukosa mulut
lembab.
Palpasi : Otot rahang kuat.
g. Leher
Inspeksi : Ada pembesaran kelenjar getah bening.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
h. Thoraks (paru-paru)
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada lesi, respirasi 40 kali per
menit, terdapat retraksi dinding dada.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi : Bunyi napas ronkhi.
Perkusi : Batas paru-paru normal.
i. Thoraks (jantung)
Inspeksi : Ictus cordis terlihat, terlihat tatto di dada sebelah
kanan.
Palpasi : Ictus cordis teraba.
Auskultasi : S1 dan S2 reguler.
Perkusi : Batas jantung normal.
j. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi, terdapat pembesaran abdomen
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi : Bising usus 8 kali per menit.
Perkusi : Timpani.
k. Genetalia
(pasien menolak untuk dikaji karena menyangkut masalah pribadi).
l. Ekstremitas

Kanan 5 5 5 5 5 5 5 5 Kiri

5 5 5 5 5 5 5 5

Keterangan:
Terpasang infus di tangan kiri (RL 20 TPM).
0 : Tidak mampu bergerak sama sekali
1 : Hanya mampu menggerakkan ujung ektremitas.
2 : Hanya mampu menggerser sedikit.
3 : Mampu mengangkat tangan dengan bantuan, saat
bantuan di lepaskan tangan ikut jatuh.
4 : Kekuatan otot sedikit berkurang, mampu
melawan gravitasi sesaatlalu jatuh.
5 : Kekuatan otot utuh mampu melwan gravitasi.
8. Pemeriksaan Laboratorium
Golongan darah :B
HbsAg : Non-reaktif
HIV : R/Reaktif
BTA :+
LABORATORIUM
04-10-2014 Hasil Nilai Normal
RBC 3,57 3,50-5,50 12⁄

MCV 7,47 75,0-100,0 fl


RDW% 63,1 1,0-1,6 %
HCT 26,7 35,0-55,0 %
PLT 386 100-400 10 ⁄

MPV 6,3 8,0-11,0 fl


PCT 0,24 0,01-99,9 %
HGB 10,2 HL 11,5-16,5 ⁄

WBC 13,5 3,5-10 10 ⁄

9. Pengobatan

06 Oktober 2014 07 Oktober 2014 08 Oktober 2014

- IUFD RL 20 Tpm - IUFD Clinimix - IUFD Clinimix


- Inj. Dexametason - IUFD ivelif - Sohobion drip 1x1
3x1 amp 3cc
- Sohobion drip 1x1 3cc
- Inj. Ranitidin 2x1 - OAT Terapi (INH 300 - OAT Terapi (INH
amp 300 mg 1x1,
mg 1x1, Rifampisin
Rifampisin 400 mg
- Inj Ceftriaxone 400 mg 2x1.
1x1, etambutol 1x1
2x1 gram - Pirazinamol 1x1,
1x200 - PCT 3x1 (bila
Ketokonazole
mg 1x1 demam), O2 4 ⁄

- Candistatin
2x1(peroral)
- PCT 3x1 (bila demam),
O2 4 ⁄
B. ANALISA DATA

NO. DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS: HIV masuk ke dalam tubuh Bersihan jalan napas
- Pasien mengatakan sering sesak. tidak efektif
- Pasien mengatakan sering batuk.
DO:
- Ketika batuk, tampak adanya Penurunan kekebalan tubuh
sputum yang dikelarkan.
- Respirasi 40 kali per menit
- Pasien terpasang oksigen 4 l/m Masuknya Micobacterium
tuberkulosa

Menyebar ke organ paru

Menempel di paru

Terjadi kerusakan membran alveolar

Terjadi pembentukan sputum


berlebih

Tidak efektif bersihan jalan nafas


2. DS: Gangguan jalan nafas Pola nafas tidak
efektif
- Pasien mengatakan nafasnya
terasa sesak
Suplai O2 turun
DO:
- RR : 40 x/menit
- Terdapat retraksi dinding
dada
Difusi O2 terganggu
- Terpasang O2 4 l

Hipoksia

Sesak nafas

Pola nafas tidak efektif


3. DS: Mual muntah Ketidakseimbangan
- Pasien mengatakan tidak nafsu nutrisi
makan
- Pasien mengatakan sering mual Nafsu makan turun
dan muntah
DO:
- Pasien tampak lemah.
- BB pasien turun 20 kg, BB = 35 Asupan nutrisi tubuh berkurang
kg
- Pasien makan satu kali porsi RS
tidak habis Ketidakseimbangan nutrisi kurang
- TTV (TD: 100/80 mmHg, N: 86 dari kebutuhan tubuh
kali per menit.
2
- IMT = 12,69 (18,5-24,5) Kg/m
4. DS: Proses penyakit Perubahan pola tidur
- Pasien mengatakan tidak bisa
tidur karena gelisah, sesak dan
batuk Perubahan status kesehatan
DO:
- Pasien tidur ± 3-4 jam saat
malam hari
Kegelisahan

Perubahan pola tidur


C. DAFTAR MASALAH

NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL MASALAH PARAF

DITEMUKAN TERATASI
1. Bersihan jalan napas tidak efektif 06 Oktober 2014
berhubungan dengan produksi sputum
DS:
- Pasien mengatakan sering sesak.
- Pasien mengatakan sering batuk.
DO:
- Ketika batuk, tampak adanya sputum
yang dikelarkan.
- Respirasi 40 kali per menit
- Pasien terpasang oksigen 4 l/m
2. Pola nafas tidak efektif b.d gangguan 06 Oktober 2014
jalan nafas :

DS:

- Pasien mengatakan sesak nafas

DO:

- RR : 40x/mnt

- Terdapat retraksi dinding dada

- Terpasang O2 4 l
3.Ketidakseimbangan nutrisi kurang 06 Oktober 2014
dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan menurunnya nafsu makan dan
mual muntah.
DS:
-
Pasien mengatakan tidak nafsu makan
-
Pasien mengatakan sering mual dan
muntah
DO:
-
Pasien tampak lemah.
-
BB pasien turun 20 kg, BB = 35 kg
-
Pasien makan satu kali porsi RS tidak
habis
-
TTV (TD: 100/80 mmHg, N: 86 kali
per menit.
- 2
IMT = 17,79 (18,5-24,5) Kg/m

4.Gangguan pola tidur berhubungan 06 Oktober 2014


dengan kegelisahan akibat perubahan
status kesehatan.
DS:
- Pasien mengatakan tidak bisa tidur
karena gelisah, sesak dan batuk
- Pasien mengatakan tidurnya sering
terjaga saat sesak datang
DO:
Pasien tidur ± 3-4 jam saat malam hari
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC RASIONAL


1. Bersihan jalan nafas b/d adanya Setalah dilakukan tindakan 1. Kaji k/u Pasien 1. Memantau kondisi Pasien
sputum di jalan nafas, ditandai keperawatan 3x24 jam diharapkan 2. Posiskan pasien untuk 2. Memudahkan Pasien ketika
bernafas
dengan: bersihan jalan nafas tidakefektifan memaksimalkan ventilasi.
3. Mengeluarkan sputum
hilang dengan kriteria hasil : 3. Ajarkan untuk batuk efektif
DS: 4. Pemberian oksigen sebanyak 4
- Pasien mengatakan sering sesak - Mampu mengeluarkan sputum 4. Monitor resfirasi dan status 02, l/m
- Pasien mengatakan sering batuk - Frekuensi pernafasan dalam oxygen therapy. 5. Memberikan kenyamanan
rentang normal (18-20x/m) 5. Berikan posisi semi fowler pada pada Pasien
DO:
- Ttv dalam batas normal Pasien.
- Ketika batuk,tampak adanya
sputum yang dikeluarkan
dari mulut Pasien

- Pasien terpasang oksigen 4 L/m


2. Pola nafas tidak efektif Setalah dilakukan tindakan 1. Kaji pola nafas 1. Untuk mengetahui pola nafas
b.d gangguan jalan nafas : keperawatan 3x24 jam diharapkan : 2. Auskultasi bunyi nafas dan catat dan membantu dalam

DS: - nafas dalam batas normal 18- adanya bunyi nafas seperti krekels, menentukan intervensi
20x/mnt wheezing. selanjutnya
- Pasien mengatakan sesak nafas
- Retraksi dinding dada ( - ) 3. Berikan posisi semi fowler 2. ronki dan wheezing menyertai
DO: 4. Ciptakan lingkungan yang adekuat obstruksi jalan nafas /
- RR : 40x/mnt 5. Kolaborasi dengan tim medis dalam kegagalan pernafasan.
pemberian terapi 3. Memaksimalkan ekspansi
- Terdapat retraksi dinding dada
paru
- Terpasang O2 4 l 4. Memberikan lingkungan aman
dan nyaman
5. Membantu dalam pemberian
terapi yang tepat.
3. Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam 1. Kaji keadaan umum Pasien 1. Memantao kondisi Pasien
kurang dari kebutuhan tubuh diharapkan Ketidak seimbangan 2. Monitor Input dan Output nutrisi 2. Menyesuaikan kebutuhan
b/d menurunnya nafsu nutrisi terpenuhi dengan criteria hasil : 3. Anjurkan makan sedikit tapi sering kalori yang dibutuhkan
makan dan mual muntah, - TTV dalam batas normal 4. Kolaborasi dengan ahli gizi 3. Memenuhi kebutuhan nutrisi
ditandai dengan: - BB meningkat Pasien

DS: - Pasien mengatakan nafsu makan 4. Menjaga keseimbangan Pasien


meningkat
- Pasien mengatakan tidak nafsu
makan - Mual muntah berkuarang

- Pasien mengatakan sering


mual muntah

DO:

- Pasien tampak lemah

- BB 35 kg

- Pasien makan 1 kali sehari


porsi rs tidak habis

- TTV : TD =100/80 N=86x/m

IMT=12,69 Kg/m2
4. Gangguan pola tidur b/d Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam 1. Kaji keadaan umum Pasien 1. Memantau kondisi Pasien
kegelisahan akibat perubahan diharapkan Perubahan pola tidur tidak 2. Kaji kebutuhan istirahat tidur Pasien 2. Mengetahui intensitas tidur
setatus kesehatan ditandai terjadi dengan criteria hasil: 3. Idenfikasi penyebab perubahan pola Pasien
dengan: - Pasien mengatakan sudah bisa tidur tidur Pasien 3. Mengetahui penyebab untuk
- DS : - Jumblah jam tidur normal 6-8 jam. 4. Berikan posisi semi fowler memberikan intervensi yang
Pasien mengatakan tidak bisa 5. Kolaborasi dengan keluarga Pasien tepat
tidur karena gelisah supaya menciptakan suasana yang 4. Merangsang Pasien supaya
- DO : tenag dan nyaman tertidur
Pasien tidur kurang lebih 1-2 5. Membantu Pasien untuk tidur
jam saat malam hari. nyenyak.

35
E. CATATAN PERKEMBANGAN DAN EVALUASI

NO. DX TANGGAL CATATAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN DAN PARAF


EVALUASI
DX 1. 06-10-2014 1. Kaji k/u Pasien S : Pasien mengatakan masih sesak dan
sering batuk.
07.00 R/Pasien tampak tenang
O:
07:10 2. Monitor respirasi dan status O2.
R/Pasien terpasang O2 4 l - Respirasi 40 x/m

3. Ajarkan untuk batuk efektif - Pasien terpasang oksigen sebanyak 4


l/m
07:20 R/Pasien mengikuti instruksi
A : Masalah belum teratasi.
4. berikan posisi semi fowler pada Pasien.
P : Intervensi 2,3,4 dan 5 dilanjutkan.
07:30 R/Pasien mengikuti
5. memberikan pendidikan kesehatan pada Pasien
07:40 R/Pasien mendengarkan

36
DX 2. 06-10-2014 1. Kaji pola nafas S : - Pasien mengatakan sesak
09.00 R/ Pasien mengatakan sesak, RR : 40x/menit O : - terdapat retraksi dinding dada
10.00 2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya - Pasien menggunakan oksigen
bunyi nafas seperti krekels, wheezing 4 liter
R/ auskultasi bunyi nafas Pasien ronki - RR : 40x/menit
3. Berikan posisi semi fowler
10.30 - Pasien tampak gelisah
R/ Pasien merasa nyaman
A : Masalah belum teratasi.
10.45 4. Ciptakan lingkungan yang adekuat P : Intervensi 1, 2,3 dan 4 dilanjutkan.
R/ Pasien merasa nyaman
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
11.00
terapi
R/ pemberian oksigen 4 liter

37
DX 3. 06-10-2014 1.Monitor input dan output nutrisi S : Pasien mengatakan tidak nafsu makan.
09:20 R/ Pasien mengatakan tidak nafsu makan, BAB
jarang O:

09:30 2.Anjurkan makan sedikit tapi sering - Pasien tampak lemah


R/ Pasien mengikuti instruksi - Pasien makan 1 x sehari porsi RS

09:35 3.Kolaborasi dengan ahli gizi tidak habis


R/Pasien diberi makan bubur. A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi 1,2 dan 3 dilanjutkan.

38
DX 4. 06-10-2014 S : Pasien mengatakan susah untuk tidur.
1. Kaji kebutuhan istirahat tidur Pasien
10.20 R/Pasien mengatakan susah tidur O:

2. Idenfikasi penyebab perubahan pola tidur Pasien - Mata Pasien tampak berkantung
10:40 R/Pasien mengatakan susah tidur karena sesak - Pasien tampak lemah
dan gelisah. A : Masalah teratasi sebagian.
10:45 3. Berikan posisi semi fowler P : Intervensi 2,3 dan 4 dilanjutkan.
R/Pasien merasa nyaman.
10:50 4. Kolaborasi dengan keluarga Pasien supaya
menciptakan suasana yang tenag dan nyaman .
R/Keluarga Pasien mengerti

39
DX 1. 07-10-2014 1. Monitor resfirasi dan status O2. S : Pasien mengatakan masih sesak,tapi
09.00 R/Pasien terpasang oksigen 4 l batuk berkurang .
2. Mengajarkan untuk batuk efektif O:
R/Pasien mengikuti
- Respirasi 40 x/m
09:05 3. Berikan posisi semi fowler pada Pasien.
- Pasien terpasang oksigen sebanyak
R/Pasien mengikuti
4l
09:10 4. Memberikan pendidikan kesehatan pada Pasien
A : Masalah belum teratasi.
R/Pasien mendengarkan
P : Intervensi 2, dan 5 dilanjutkan.
09.15

DX 2. 07-10-2014 1. Kaji pola nafas S : - Pasien mengatakan masih merasakan


13.00
R/ Pasien mengatakan masih sesak, RR : sesak
40x/menit
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi O : - terdapat retraksi dinding dada
13.30 nafas seperti krekels, wheezing
- Pasien menggunakan oksigen 4
R/ auskultasi bunyi nafas Pasien ronkhi
liter
3. Berikan posisi semi fowler
- RR : 40x/menit
R/ Pasien merasa nyaman
- Pasien tampak gelisah

40
4. Ciptakan lingkungan yang adekuat A : Masalah teratasi sebagian.
R/ Pasien merasa nyaman P : Intervensi 1, 2,3, 4 dan 5 dilanjutkan.
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
terapi
R/ pemberian oksigen 4 liter.
DX 3. 07-10-2014 1.Kaji keadaan umum Pasien S : Pasien mengatakan masih tidak nafsu
09.30 R/ Pasien lemah, belum ada nafsu makan makan.
2.Monitor Input dan Output nutrisi O:
09.35 R/ Pasien mengatakan tidak nafsu makan BAB - Pasien tampak lemah
jarang. - Pasien makan 1 x sehari porsi RS
09:40 3.Anjurkan makan sedikit tapi sering tidak habis
R/ Pasien mengatakan akan mengikuti instruksi A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi 2, dan 3 dilanjutkan

41
DX 4. 07-10-2014 1. Kaji kebutuhan istirahat tidur Pasien S : Pasien mengatakan masih susah untuk
09.50 R/Pasien mengatakan susah tidur tidur.
2. Idenfikasi penyebab perubahan pola tidur Pasien O:
10.00 R/Pasien mengatakan susah tidur karena sesak - Mata Pasien tampak berkantung
3. Berikan posisi semi fowler - Pasien tampak lemah
10.05 R/Pasien tampak nyaman A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi 2 dan 4 dilanjutkan.

DX 1. 08-10-2014 1.Monitor resfirasi dan status O2. S:


09.00 R/Pasien terpasang oksigen 2 liter - Pasien mengatakan hanya sesak
2.Memberikan pendidikan kesehatan pada Pasien yang masih ada.
R/Pasien mendengarkan - Pasien mengatakan mengerti
09.10
dengan penyakit yang dideritanya
O:

42
- respirasi 36 x/m
- Pasien terpasang oksigen sebanyak
2 L/m
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi 2 dilanjutkan.
DX 2. 08-10-2014 1. Kaji pola nafas S : - Pasien mengatakan sesaknya sedikit
R/ Pasien mengatakan sesaknya sedikit berkurang
berkurang, RR : 36x/menit O : - terdapat retraksi dinding dada
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi
- Pasien menggunakan oksigen 4
nafas seperti krekels, wheezing
liter
R/ auskultasi bunyi nafas Pasien ronki
3. Berikan posisi semi fowler - RR : 36x/menit
R/ Pasien merasa nyaman - Pasien milau tenang
4. Ciptakan lingkungan yang adekuat
A : Masalah teratasi sebagian.
R/ Pasien merasa nyaman
P : Intervensi 1, 2,3 dilanjutkan.
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
terapi
R/ pemberian oksigen 2 liter

43
DX 3. 08-10-2014 1.Monitor Input dan Output nutrisi S : Pasien mengatakan ada nafsu
09:15 R/ Pasien makan bubur tiga kali sehari porsi makan,tapi kadang-kadang
makan ¼. BAB belum ada. O:
09:30 2.Anjurkan makan sedikit tapi sering - Pasien tampak lemah
R/ Pasien melakukan - Pasien makan 1 x sehari porsi RS
tidak habis
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi 2, dan 3 dilanjutkan

44
DX 4. 08-10-2014 1.Kaji kebutuhan istirahat tidur Pasien S : Pasien mengatakan bisa tidur tetapi
09.40 R/Pasien mengatakan masih belum bisa tidur tidak nyenyak.
malam. O:
09.45 2.Berikan posisi semi fowler - Pasien tampak gelisah
R/Pasien merasa nyaman - Pasien tidur 5-6 jam sehari
10.00 3.Merapikan tempat tidur A : Masalah teratasi sebagian.
R/Pasien mengatakan tempat tidurnya sudah P : Intervensi 2 dan 4 dilanjutkan.
merasa nyaman.
DAFTAR PUSTAKA

Barbara C. Long. 1996 Perawatan Medikal Bedah. Pedjajaran Bandung

Doenges, Marylyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 4. Penerbit


Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Padila. S.Kep.NS.2012. Keperawatan Medikal Bedah. Numed. Yogyakarta

Smeltzer , Bare, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah , Brunner


dan suddart, Edisi 8, Jakarta, EGC.

Anda mungkin juga menyukai