Anda di halaman 1dari 47

CASE PRESENTATION

DIAGNOSIS HOLISTIK DAN TERAPI KOMPREHENSIF TERHADAP


KASUS TUBERKULOSIS DISERTAI DIABETES MILLITUS
PADA NY. SADI PUSKESMAS PANDANARAN SEMARANG
Laporan Kesehatan Masyarakat
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Periode Kepaniteraan 14 Januari 2019 – 17 Maret 2019

HALAMAN JUDUL
Oleh :

Naila Zulva

30101407263

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2019

1
HALAMAN PENGESAHAN
CASE PRESENTATION
DIAGNOSIS HOLISTIK DAN TERAPI KOMPREHENSIF TERHADAP
KASUS TUBERKULOSIS DISERTAI DIABETES MILLITUS PADA NY.
SA DI PUSKESMAS PANDANARAN SEMARANG

Oleh :
Naila Zulva
30101407263
Laporan Kasus yang telah diseminarkan, diterima dan disetujui di depan tim
penilai Puskesmas Pandanaran Semarang.
Telah Disahkan
Semarang, Febuari 2019
Disahkan Oleh:

Mengetahui,

Pembimbing Puskesmas Pembimbing Bagian IKM

Sri Harningsih S.KM Dr. Siti Thomas Z, S.KM, M.Kes.

Kepala Puskesmas Pandanaran Kepala Bagian IKM FK Unissula

dr. Antonia Sadniningtyas Dr. Siti Thomas Z, S.KM, M.Kes.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan
kasus “DIAGNOSIS HOLISTIK DAN TERAPI KOMPREHENSIF
TERHADAP KASUS TUBERKULOSIS DISERTAI DIABETES MILLITUS
PADA Ny.SA DI PUSKESMAS PANDANARAN SEMARANG.” Laporan ini
disusun untuk memenuhi tugas-tugas dalam rangka menjalankan kepanitraan
Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Laporan ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk
itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Siti Thomas Zulaikhah, S.KM, M.Kes, selaku Kepala bagian IKM FK
Unissula Semarang.
2. Dr. Siti Thomas Zulaikhah, S.KM, M.Kes, selaku pembimbing case
presentation penulis.
3. dr. Antonia Sadniningtyas, selaku Kepala Puskesmas Pandanaran Semarang.
4. Sri Harningsih S.KM selaku pembimbing di Puskesmas Pandanaran
Semarang.
5. Dokter, Paramedis, beserta Staf Puskesmas Pandanaran atas bimbingan dan
kerjasama yang telah diberikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari
sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan.Karena itu kami sangat
berterima kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun.

Akhir kata kami berharap semoga hasil laporan kasus diagnosis holistik
dalam layanan kedokteran keluarga terhadap kasus Tuberculosis di Puskesmas
Pandanaran Semarang dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, Febuari 2019

Penulis

2
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL............................................................................................... 1
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
BAB I ……………… ............................................................................................. 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 4
2.1 Rumusan Masalah ....................................................................... 6
1.1. Tujuan 6
1.3.1. Tujuan Umum ................................................................... 6
1.3.2. Tujuan Khusus .................................................................. 6
1.2. Manfaat ....................................................................................... 7
1.2.1. Manfaat bagi Mahasiswa ................................................ 7
1.2.1.1. Meningkatkan pengetahuan mengenai ilmu kesehatan
masyarakat khususnya tentang TB.................................. 7
1.4.2. Manfaat bagi Masyarakat ................................................. 7
BAB II ANALISA SITUASI .................................................................................. 9
2.1. Cara dan Waktu Pengamatan ...................................................... 9
2.2. Laporan Hasil Pengamatan ......................................................... 9
2.2.1 Identitas Pasien .................................................................. 9
2.2.2 Anamnesis Holistik .......................................................... 10
2.2.3 Data Keluarga ............................................................... 11
2.2.4. Diagnosis Holistik .......................................................... 17
2.2.5 Usulan Terapi Komprehensif .......................................... 19
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 23
3.1 Analisa Penyebab Masalah ........................................................ 23
3.2 USG (Urgency, Seriusness, Growth) ......................................... 32
3.3 Plan of Action (POA) ................................................................. 33
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 37
4.1. Kesimpulan ............................................................................... 37
4.2. Saran . 37

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis dan dapat menular secara

langsung melalui percikan dahak orang yang terinfeksi kuman Mycobacterium

tuberculosis. (Kemenkes RI, 2017). Penyakit ini masih menjadi masalah di

Indonesia walaupun upaya pengendalian dengan strategi DOTS telah

diterapkan di banyak negara (Dinihari, 2014).

TB menjadi salah satu fokus penyakit secara global, karena TB merupakan

penyebab kematian ke dua di dunia (studi Global Burden of Disease).

Indonesia sekarang berada pada peringkat kedua negara dengan kasus TB

tertinggi di dunia setelah India. Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4

juta kasus insiden TB yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk

(Global Tuberculosis Report, 2017).

Pengendalian faktor resiko TB dapat dilakukan dengan cara meningkatkan

pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TB, membudayakan perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS), membudayakan perilaku etika batuk,

melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan lingkungan

sesuai dengan standar rumah sehat, peningkatan daya tahan tubuh, penanganan

penyakit penyerta TB, penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TB di

Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan di luas Fasiltas Pelayanan Kesehatan.

4
Dengan memahami penyebab penyakit, penularannya, tanda-tanda,

pencegahan dan pengobatan TB yang tepat diharapkan terapi dapat dilakukan

secara efektif dan efisien (Pusdatin, 2015).

Angka kejadian TB paru di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2017 sebesar

18.248 penduduk, dan persentase kasus TB paru yang dapat disembuhkan

sebesar 73,38%. Angka kejadian TB paru pada tahun 2017 akan turun sesuai

dengan target Jawa Tengah (72 per 100.000 penduduk) (Ditjen P2P, Kemenkes

RI 2018). Berdasarkan data di kota Semarang tahun 2017, penemuan suspek

tahun 2017 sebanyak 943/100.000 penduduk. Jika dibandingkan dengan

penemuan tahun sebelumny telah terjadi peningkatan sebesar 79/100.000

penduduk. Sedangkan penemuan kasus TB Anak di tahun 2017 sejumlah 916

kasus, jumlah tersebut mengalami peningkatan yang cukup tinggi

dibandingkan dengan penemuan kasus di tahun 2016 yaitu sebesar 496 kasus.

Penderita TB BTA (semua tipe) pada tahun 2017 sejumlah 3.882 kasus, dengan

persentase TB Semua Tipe pada laki-laki sebanyak 2.141 kasus (55%) lebih

besar dari pada perempuan sebanyak 1.741 kasus (45%). (Dinkes Kota

Semarang, 2017).

Berdasarkan rekapitulasi kasus TB dan suspek TB di Puskesmas

Pandanaran tahun 2018 dari bulan Januari – Desember berjumlah 64 pasien.

Dari uraian di atas, penulis bermaksud memperoleh informasi mengenai faktor

faktor yang berpengaruh terhadap kasus tuberkulosis di wilayah binaan

Puskesmas Pandanaran.

5
2.1 Rumusan Masalah
Bagaimana diagnosis holistic dan terapi komperhensif terhadap penyakit

tuberkulosis pada pasien Ny.SA di Puskesmas Pandanaran?

1.1. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap TB berdasarkan pendekatan Trilogi

Epidemiologi

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor host yang

mempengaruhi terjadinya TB pada Ny.SA di wilayah kerja

Puskesmas Pandanaran Semarang.

1.3.2.2 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor agent yang

mempengaruhi terjadinya TB pada Ny.SA di wilayah kerja

Puskesmas Pandanaran Semarang.

1.3.2.3 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor lingkungan yang

mempengaruhi terjadinya TB pada Ny. SA di wilayah kerja

Puskesmas Pandanaran Semarang.

6
1.2. Manfaat

1.2.1. Manfaat bagi Mahasiswa

1.2.1.1.Meningkatkan pengetahuan mengenai ilmu kesehatan masyarakat

khususnya tentang TB

1.2.1.2.Meningkatkan pengetahuan mengenai faktor yang berpengaruh

terhadap kejadian TB

1.2.1.3.Mahasiswa menjadi terbiasa melaporkan masalah mulai penemuan

masalah sampai pembuatan plan of action.

1.2.1.4.Mahasiswa mengetahui secara langsung permasalahan yang ada di

lapangan.

1.2.1.5.Sebagai modal dasar untuk melakukan penelitian bidang ilmu

kesehatan masyarakat pada tataran yang lebih lanjut.

1.2.1.6.Sebagai media yang menambah wawasan pengetahuan tentang

ilmu kesehatan masyarakat.

1.4.2. Manfaat bagi Masyarakat

1.4.2.1. Memberi informasi kepada masyarakat tentang kesehatan

khususnya penyakit TB.

1.4.2.2. Memberi rekomendasi langsung kepada masyarakat untuk

memperhatikan perilaku dan lingkungan tempat tinggalnya.

1.4.2.3 Memberi pengetahuan kepada masyarakat mengenai

Tuberculosis sehingga dapat mengaplikasikan dalam proses

penyembuhan ataupun pencegahannya

7
1.4.3 Manfaat bagi tenaga kesehatan

Memberi rekomendasi kepada tenaga kesehatan untuk lebih memberdayakan

masyarakat dalam upaya kesehatan promotif dan preventif kaitannya dengan

penyakit TB.

8
BAB II
ANALISA SITUASI

2.1. Cara dan Waktu Pengamatan

Pengambilan kasus TB pada pasien dilakukan berdasarkan data pasien di

puskesmas Pandanaran. Data diperoleh dari wawancara dengan pasien,

observasi langsung (home visite), dan catatan medik selama pasien berobat.

Anamnesa dan pemeriksaan holistik dilakukan di rumah pasien pada tanggal 1

febuari 2019. Kunjungan rumah untuk mengamati kondisi lingkungan,perilaku

pasien dan keluarga pasien di Jl.Gisiksari III/24 RT03 RW 06 Barusari

Semarang Selatan, di intervensi dilakukan pada tanggal 8 Febuari 2019.

2.2. Laporan Hasil Pengamatan

2.2.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. SA

Tempat, tanggal lahir : Semarang, 21-08-1967

Umur : 51 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Alamat : Jl. Gisiksari III/24 RT03/RW06 Barusari,

Semarang Selatan

Kewarganegaraan : WNI

Cara pembayaran : BPJS PBI

9
2.2.2 Anamnesis Holistik

A. ASPEK 1: Personal

Keluhan utama : Batuk selama 3 bulan

Harapan : Pasien berharap segera sembuh

Kekhawatiran : Pasien khawatir jika penyakitnya menular ke

keluarga dan tetangganya

B. ASPEK 2 : Anamnesis Medis Umum

1. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluh batuk sejak 3 bulan sebelum periksa

ke puskesmas Keluhan dirasakan setiap hari. Batuk tidak

berdahak ,tidak disertai darah. Pasien sudah meminum obat yang

dibeli diwarung namun keluhan tidak membaik. Keluhan tidak

menghalangi aktifitas pasien. Keluhan tidak pernah membaik.

Keluhan lain berupa sesak napas,nafsu makan menurun dan berat

badan pasien menurun.

2. Riwayat Penyakit Dahulu

Sebelumnya pasien tidak pernah mengeluhkan keluhan

yang sama. Pasien memiliki penyakit DM,

3. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang menderita TBC.

10
4. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien sudah 3 tahun tidak bekerja. Pasien tinggal

bersama 2 kakak dan 2 keponakan. Sehari-hari pasien bertumpu

pada penghasilan keponakanya. Pasien berobat menggunakan

BPJS.

C. ASPEK 3 : Faktor Risiko Internal

1. Data Individu

Pasien berusia 51 tahun, pendidikan terakhir pasien adalah

SMA. Berat badan pasien 31 kg dan tinggi badan 145 cm. BMI

= 14,74 Kg/m2. Berdasarkan analisa tersebut pasien termasuk

very severely underweight.

2. Data Keluarga

No. Nama Usia Pendidikan terakhir Status Ket


1 Tn. S 64 Tidak bersekolah Kakak TB(-)
2. Ny. Y 60 SMA Kakak TB(-)
3. Ny.SA 51 SMA Pasien TB (+)
4. Nn. DR 34 SMA Keponakan TB (-)
5. Nn. DH 30 SMK Keponakan TB (-)

Tabel 2.1 Data Keluarga

11
3. Data Genetik

Gambar 2.1. Data Genetik


Keterangan:

: Laki-laki : Sudah bercerai

: Perempuan : Tinggal satu rumah

: Sudah meninggal : Pasien

4. Data Perilaku

Sejak 3 tahun lalu, pasien tidak bekerja. Sehari-hari pasien

di rumah. Pola makan pasien tidak teratur, terkadang makan 2-

3x sehari. Menu makanan yang dikonsumsi pasien tidak selalu

mencangkup lauk, sayur dan buah-buahan. Setelah keluar dari

pekerjaanya, pasien cenderung suka menyendiri di kamar.

Pasien mengetahui bahwa dirinya terkena penyakit TB setelah

periksa di puskesmas pandanaran dengan keluhan batuk lama.

12
Setelah mengetahui penyakitnya pasien mulai menggunakan

masker saat dirumah. Pengetahuan pasien mengenai penyakit

TB baik, namun pengetahuan cara hidup bersih dan sehat, serta

rumah sehat masih kurang.

D. ASPEK 4: Faktor Resiko Eksternal

1. Lingkungan

Pasien tinggal di Jl. Gisiksari III/24 RT03/RW06 Barusari,

Semarang Selatan yang merupakan kawasan padat penduduk,

jarak antar rumah sangat berdekatan. Rumah pasien dengan

rumah tetangga kanan dan kiri saling menempel. Rumah pasien

memiliki ukuran 3m x 11m = 33m2. Rumah tersebut memiliki 2

kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, 1 kamar mandi.

Rumah pasien memiliki tembok permanen, berlantai

keramik dan tanpa eternit. Pada ruang tamu terdapat jendela

namun tidak bisa dibuka, serta tidak terdapat jendela atau

ventilasi pada setiap kamar. Kesan pencahayaan pada ruang tamu,

kamar, dapur, dan kamar mandi sangat kurang.

Setiap kamar tidur memiliki 1 kasur yang diletakkan dilantai

dengan tumbukan pakaian dan barang-barang lainnya. Kamar-

kamar tersebut terkesan lembab dan tidak ada cahaya matahari

yang masuk ke kamar. kasur jarang dijemur dan sprai jarang

diganti. Kamar mandi terletak di bagian belakang rumah, dan

13
kurang pencahayaan, terdapat 1 WC jongkok dan 1 bak mandi.

Dapur terletak paling belakang dekat kamar mandi.

Rumah pasien dan tetangganya sangat dekat. Tetangga

pasien memiliki riwayat batuk lama. Lingkungan disekitar rumah

pasien bersih.. Sumber air minum dan masak menggunakan air isi

ulang, sedangkan sumber air untuk mandi dan mencuci

menggunakan air PAM.

2. Ekonomi

Pasien tidak bekerja. Untuk kebutuhan sehari-hari pasien

bergantung kepada keponakan pasien.Dinding rumah pasien

terbuat dari bata dan semen yang sebagian dicat dan sebagian

tidak, lantai rumah pasien adalah keramik dari ruang tamu sampai

rumah bagian belakang. Pasien berobat menggunakan BPJS PBI.

3. Sosial Masyarakat

Pasien dan keluarga pasien berhubungan baik dengan

tetangga sekitar rumah. Rata-rata lingkungan masyarakat pasien

adalah golongan menengah bawah.

E. ASPEK 5: Derajat Fungsional

Derajat Fungsional

1. Mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit

2. Mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari di dalam dan

luar rumah

14
3. Mampu melakukan perawatan diri, tapi tidak mampu

melakukan pekerjaan ringan

4. Dalam keadaan tertentu masih mampu merawat diri, tapi

sebagian besar aktivitas hanya duduk dan berbaring

5. Perawatan diri oleh orang lain, hanya berbaring pasif

DERAJAT FUNGSIONAL : 4

Pemeriksaan Fisik (Tanggal : 1 Febuari 2019)

Kesadaran : Composmentis

Keadaan Umum : baik.

Tanda Vital

a. Tekanan Darah : 120/70 mmHg

b. Nadi

- Frekuensi : 80 x/menit

- Irama : Reguler

- Isi & Tegangan: Cukup

- Ekualitas : Ekual

c. Laju Pernapasan : 20 x/menit

d. Suhu : 36,5oC

e. Antropometri : BB = 31 kg, TB = 148 cm, BMI = 14,74

kg/m2.

f. Status gizi : very severly underweight

15
Status Present

a. Kepala : Mesocephale

b. Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut

c. Kulit : Sianosis (-), Ikterus (-), Petechie (-), turgor cukup.

d. Mata : Oedema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera

ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor (3 mm/3mm) bulat-

di tengah

e. Hidung : napas cuping hidung (-), deviasi septum(-), discharge(-/-)

f. Telinga : kelainan bentuk aurikula (-/-), discharge (-/-), nyeri (-/-)

g. Mulut: Gusi berdarah (-), Bibir kering (-), Bibir sianosis (-)

h. Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)

i. Tenggorok : Uvula di tengah, mukosa faring hiperemis (-), Tonsil

T1-T1 tenang.

j. Thorax

 Inspeksi : ictus cordis tidak tampak


 Palpasi : ictus cordis teraba tidak kuat angkat
 Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
 Auskultasi : bunyi jantung I-II murni, gallop (-), murmur (-)
- Paru :
 Inspeksi : simetris.
 Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
 Perkusi : sonor seluruh lapang paru
 Auskultasi : suara dasar vesikuler, wheezing (-), ronki (+)
k. Abdomen :

 Inspeksi : cembung, warna seperti kulit sekitar


 Auskultasi : bising usus (+) N

16
 Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
 Palpasi : nyeri tekan (-), hepar, lien, ginjal (tidak
teraba)
l. Anggota Gerak : Atas Bawah

Capillary refill : < 2” < 2”

Akral dingin : -/- -/-

R. Fisiologis : +/+ +/+

R. Patologis : -/- -/-

Edem : -/- -/+

Hasil Pemeriksaan Penunjang

a) GDS : 186

b) HIV : Non Reaktiv

c) Sputum Specimen In Vitro Test :

MTB detected medium & Rif Resistence Not Detected

2.2.3. Diagnosis Holistik

Aspek 1: Personal

Keluhan utama : Batuk selama 3 bulan

Harapan : Pasien berharap segera sembuh

Kekhawatiran : Pasien khawatir jika penyakitnya

menular ke keluarga dan orang-orang

disekitarnya

17
Aspek 2 : Medis Umum

Diagnosa Klinis : TB Paru BTA (+) dan Diabetes Millitus

Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis yaitu :

batuk ≥ 3 Minggu, terdapat sesak napas,malas makan, dan

penurunan BB. Pemeriksaan fisik di dapatkan ada ronki.

Pemeriksaan penunjang didapatkan ; dahak sewaktu dan pagi

(+), sputum specimen in vitro test (MTB detected medium &

Rif Resistence Not Detected).

Aspek 3 : Faktor Risiko Internal

a. Pengetahuan meneganai rumah sehat kurang

b. Kebiasaan hidup yang tidak bersih dan tidak sehat

Aspek 4 : Faktor Risiko Eksternal

a. Kepadatan lingkungan rumah

b. Rumah yang tidak sehat

c. Kepadatan hunian rumah

d. Pencahayaan kurang

e. Ventilasi yang buruk

Aspek 5 : Derajat Fungsional

4 : Dalam keadaan tertentu masih mampu merawat diri, tapi

sebagian besar aktivitas hanya duduk dan berbaring

18
2.2.4 Usulan Terapi Komprehensif

A. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari kasus tersebut didapakan pasien dengan

kasus Tuberkulosis Paru. Dari faktor internal diperoleh perilaku yang

tidak bersih dan sehat, status gizi yang sangat kurang dan pasien

memiliki riwayat DM . Faktor eksternal yang didapatkan adalah rumah

yang kurang sehat, ventilasi yang kurang, pasien tinggal di daerah yang

padat penduduk dan kepadatan hunian dalam rumah.

B. Intervensi

1. Promotif

a. Patient Centered

- Edukasi ke pasien mengenai penyakit TB mencangkup :

definisi, penyebab, penularan, tanda-tanda, pencegahan,

dan pengobatan.

- Edukasi kepada pasien mengenai pengobatan selama 6

bulan dan kepatuhan minum obat

- Edukasi mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) di Rumah Tangga

- Edukasi mengenai asupan gizi yang baik

- Pemberian leaflet mengenai penyakit TB

b. Family Focused

19
- Edukasi ke keluarga pasien mengenai penyakit TB

mencangkup : definisi, penyebab, penularan, tanda-tanda,

pencegahan, dan pengobatan.

- Edukasi mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) di Rumah Tangga

- Edukasi mengenai rumah sehat

- Edukasi pada keluarga mengenai gizi seimbang

- Edukasi mengenai kepatuhan pasien minum obat yang

perlu diawasi

2. Preventive

a. Patient Centered

- Pemberian masker untuk upaya pencegahan penularan

terhadap keluarga dan lingkungan

- Edukasi mengenai etika batuk

- Edukasi mengenai etika buang dahak yang benar

- Edukasi mengenai nutrisi yang baik untuk penderita TB

(tinggi protein tinggi kalori) serta konsumsi vitamin untuk

meningkatkan imunitas.

b. Family Focused

- Pemberian masker

- Pemberian genteng kaca

- Etika batuk yang benar

- Skrining tuberculosis pada keluarga

20
- Memberikan edukasi untuk membuka jendela setiap hari.

- Memberikan edukasi untuk memisahkan alat makan dengan

alat makan yang digunakan oleh pasien.

3. Kuratif

a. Patient Centered

Pemberian OAT : pengobatan TB Tahap intensif (2HRZE)

yaitu Isoniazid/ Rifampisin/ Pirazinamid/ Ethambutol

(275/550/825/825) yang dikemas menjadi 2 tablet diminum 1

kali sehari tiap pagi sebelum makan. Pengobatan DM dengan

gliclazide 1x80 mg.

b. Family Focused

 Dukungan dan pengawasan dalam minum obat penderita

 Keluarga diharapkan dapat memberikan asupan makanan

gizi tinggi kalori tinggi protein kepada pasien.

 Keluarga diharapkan selalu mengingatkan pasien untuk

beristirahat secara cukup.

4. Rehabilitatif

a. Patient Centered

- Pasien dianjurkan untuk minum obat yang teratur

- Pasien dianjurkan kontrol ke pelayanan kesehatan untuk

memantau status gizinya

21
b. Family Focused

- Dukungan emosional ke penderita untuk menyelesaikan

pengobatan.

22
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Analisa Penyebab Masalah

1) Host

1. Tidak menerapkan “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat”

dalam rumah tangga

PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) sdalah

semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran

pribadi sehingga keluarga dan seluruh anggotanya mampu

menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta memiliki

peran aktif dalam aktivitas masyarakat. PHBS dapat

diterapkan dimana saja, salah satunya yaitu rumah tangga.

Terdapat 10 indikator PHBS Rumah Tangga, berikut

merupakan PHBS yang berkaitan dengan TB :

a. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih

b. Menggunakan jamban sehat

c. Memberantas jentik nyamuk

d. Konsumsi buah dan sayur

e. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

f. Tidak merokok didalam rumah

Tujuan utama dari gerakan PHBS sendiri adalah

menigkatkan kualitas kesehatan melalui proses penyadaran

pengetahuan yang menjadi awal dari konstribusi individu

23
dalam menjalani kehidupan sehari-hari yang bersih dan sehat

(Kemenkes RI, 2016).

2. Pengetahuan mengenai rumah sehat kurang (Pencahayaan

dan ventilasi)

Pasien memiliki 2 buah jendela dan 1 pintu di rumahnya.

Berdasarkan anamnesis, jendela rumah tidak dapat dibuka, pintu

rumah di buka hanya saat pagi hari. Rumah tersebut memiliki 2

kamar tidur, yang pada setiap kamar tidur tidak memiliki jendela

maupun ventilasi. Karena pada rumah pasien tidak memiliki

ventilasi dan jendela yang baik, akibatnya tidak ada pertukaran

udara dari luar kedalam rumah atau sebaliknya, dan minimnya

cahaya matahari yang masuk kedalam rumah, hal tersebut

mengakibatkan keadaan yang lembab, hal tersebut membantu

perkembangan bakteri TB (Suharyo, 2013).

Selain sebagai pergantian udara, ventilasi juga bermanfaat

mengurangi kelembaban dimana salah satu yang mempengaruhi

kelembaban adalah keringat manusia. Semakin banyak manusia

dalam satu ruangan, kelembaban semakin tinggi karena uap air

baik dari pernafasan maupun dari keringat. Kelembaban dalam

ruangan tertutup dimana banyak terdapat manusia didalamnya

lebih tinggi kelembabannya dibandingkan di luar ruangan.

Berdasarkan penelitian Karminingsih (2002) menyebutkan

bahwa rumah dengan kelembaban lebih besar 60% beresiko

24
terkena TB 2,76 kali dibanding rumah dengan kelembaban lebih

kecil atau sama dengan 60%.

3. Status Gizi

Berdasarkan pengukuran menggunakan IMT, pasien termasuk

very severely underweight. Menurut Chandra (1996) dalam Widjaja

(2010), status gizi merupakan faktor yang memperngaruhi kerentanan

terhadap penyakit infeksi, salah satunya tuberkulosis. Hal tersebut

dikarenakan terdapat penurunan respon imun, fungsi fagosit, produksi

sitokin dan sistem komplemen akibat dari defisiensi nutrisi. Selain itu

kondisi defisiensi makro dan mikronutrien akan menurunkan

kemampuan system imun selular (Semba et al di Arianto, 2012). Artinya

seseorang dengan status gizi kurang mempunyai risiko meningkatkan

kejadian tuberkulosis paru sebanyak 7,583 kali lebih besar dibanding

dengan status gizi baik (Supriyo et al, 2013)

4. Diabetes mellitus

Pasien mengetahui memiliki penyakit diabetes mellitus sejak 1

bulan sebelum pasien terdiagnosis TB, test gula darah pasien yang

terakhir mencapai 176 mg/dl. Diabetes melitus merupakan penyakit

kronik yang menyebabkan berkurangnya fungsi imunitas tubuh,

sehingga penderita lebih mudah terserang infeksi salah satunya

Mycobacterium tuberculosis. Penyebab infeksi TB paru pada

penderita DM adalah karena defek fungsisel-sel imun dan mekanisme

pertahanan tubuh, termasuk gangguan fungsi dari epitel pernapasan serta

25
motilitas silia. Paru pada penderita DM akan mengalami perubahan

patologis, seperti penebalan epitel alveolar dan lamina basalis kapiler

paru yang merupakan akibat sekunder dari komplikasi mikroangiopati

sama seperti yang terjadi pada retinopati dan nefropati. (Wijaya, 2015)

2) Agent
Agent (Agen penyebab penyakit) terdiri dari bahan kimia,

mekanik, stres (psikologis), atau biologis. Penyakit menular

biasanya disebabkan oleh agen biologi seperti infeksi bakteri,

virus, parasit, atau jamur. salah satu sifat agen penyebab penyakit

adalah virulensi. virulensi adalah kemempuan atau keganasan

suatu agen penyebab penyakit untuk menimbulkan kerusakan pada

sasaran atau merupakan penyebab utama dalam terjadinya suatu

penyakit (Widoyono, 2011).

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang

disebabkan oleh kuman dari kelompok Mycobacterium yaitu

Mycobacterium tuberculosis. Kelompok bakteri Mycobacterium

selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan

gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT

(Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa

mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TB. Untuk itu

pemeriksaan bakteriologis yang mampu melakukan identifikasi

terhadap Mycobacterium tuberculosis menjadi sarana diagnosis

ideal untuk TB.

26
Mycobacterium tuberculosis memiliki sifat umum yaitu

berbentuk batang tipis, lurus, atau gak bengkok, bergranular

atau tidak mempunyakit selubung, tetapi mempunyai lapisan

luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat)

dengan ukuran panjang 0,5-4 mikron, lebar 0,3-0,6 mikron.

Bakteri inibertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan

alkohol (metode Ziehl Neelsen) sehingga sering disebut bakteri

tahan asam (BTA), serta tahan terhadap zat kimia dan fifik.

kuman tuberkulosis juga tahan terhadap keadaan kering dan

dingin, bersifat dorman dan aerob (Widoyono, 2011).

Bakteri tersebut tahan terhadap suhu rendah sehingga

dapat bertahan hidup dalam jangka waktu lama pada suhu antara

4°C sampai minus 70°C, kuman sangat peka terhadap panas,

sinar matahari dan sinar ultraviolet, paparan langsung terhadap

sinar ultraviolet, sebagian besar kuman akan mati dalam waktu

beberapa menit, dalam dahak pada suhu antara 30-37°C

akan mati dalam waktu lebih kurang 1 minggu,

(Atmosukarto dan Soewasti, 2000). Selain itu BakteriTB akan

mati pada pemanasan 100°C selama 5-10 menit atau pada

pemanasan 60°C selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-

95% selama 15-30 detik (Widoyono, 2011).

27
3) Environment

1. Kepadatan hunian

Pasien tinggal di rumah dengan luas 33 m2 dihuni

oleh 5 orang anggota keluarga . Hal ini tidak sesuai dengan

syarat kepadatan hunian berdasar Departemen Kesehatan.

Kepadatan penghuni yang dihitung dari rasio luas lantai

seluruh ruangan dibagi jumlah penghuni. Idealnya

kepadatan rumah sederhana minimal 10 m2 tiap orang.

Kepadatan penghuni mempengaruhi suatu proses penularan

penyakit. Semakin padat maka perpindahan penyakit,

khususnya penyakit menular melalui udara akan semakin

mudah dan cepat. Kuman TB cukup resisten terhadap

antiseptik tetapi dengan cepat akan menjadi inaktif oleh

cahaya matahari, sinar ultraviolet dapat merusak atau

melemahkan fungsi vital organisme dan kemudian

mematikannya. Suhu didalam ruangan erat kaitannya

dengan kepadatan hunian dan ventilasi rumah (Starke JR

et.al, 2006).

2. Ventilasi tidak memenuhi syarat

Pasien memiliki 2 buah jendela di rumahnya yang

ukurannya masing-masing 0,3 cm x 1 m, jendela tidak dapat

dibuka. Lubang ventilasi tetap pada ruang tamu berukuran

± 30 cm x 50 cm diatas sebuah pintu dan diatas jendela.

28
Namun, ventilasi-ventilasi tersebut ditutup secara

permanen, sehingga tidak ada pertukaran udara. Sedangkan

rumah dikatakan memiliki ventilasi cukup yaitu minimal

luas jendela atau ventilasi adalah 10% dari luas lantai,

karena ventilasi mempunyai fungsi menjaga agar aliran

udara di dalam rumah tetap segar.

Ruangan dengan luas ventilasi yang tidak

memenuhi syarat bisa menyebabkan kuman dalam

konsentrasi tinggi sehingga akan memperbesar resiko

penularan kepada orang lain. Ventilasi juga berfungsi

sebagai penjaga agar udara di ruangan rumah selalu tetap

dalam kelembaban (humidity) yang optimum. Kelembaban

yang optimal (sehat) adalah sekitar 40 ± 70%. Kelembaban

yang lebih dari 70% akan berpengaruh terhadap kesehatan

penghuni rumah karena kondisi ini menjadi media yang

baik bagi perkembangan kuman, termasuk M. Tuberculosis

(Bawole, et al., 2013).

3. Pencahayaan yang kurang

Rumah pasien beratap genteng tanah liat tradisional.

Tidak ada genting kaca. Sinar matahari hanya masuk lewat

pintu depan rumah. Tidak ada akses lain untuk masuknya

sinar matahari.

Kurangnya paparan sinar matahari menyebabkan

29
kemungkinan Mycobacterium tuberculosis hidup lebih lama

di udara dan meningkatkan resiko penularan (DepKes RI,

2002).

4. Tinggal di lingkungan padat penduduk

Pasien tinggal di daerah pemukiman padat

penduduk. Dinding rumah satu dan lain berdempetan

karena tidak ada lahan yang cukup. Kepadatan penduduk

selain menentukan cepat atau lambatnya kejadian suatu

penyakit dapat menular, banyak tidaknya penderita apabila

terjadi perubahan secara darurat seperti kejadian kasus luar

biasa dan besar kecilnya tempat pelayanan kesehatan

(Soemirat, 2006).

Di daerah perkotaan (urban) yang lebih padat

penduduknya dibandingkan di pedesaan (rural), peluang

terjadinya kontak dengan penderita TB lebih besar.

Sebaliknya di daerah rural akan lebih kecil

kemungkinannya (Karyadi E. dalam Sidhi D.P, 2010).

30
Agent
Mycobacterium Tuberculosas

INFEKSI
TUBERKULOSIS
Environment Host
• Tinggal Di Lingkungan • kurangnya
Padat Penduduk pengetahuan
• Kepadatan Hunian yang menegenai rumah
tinggi sehat
• Rumah yang tidak sehat • Perilaku yang tidak
• Ventilasi dan bersih
pencahayaan rumah • Diabetes Millitus
yang tidak memenuhi
syarat • Status gizi

Gambar 2.2 Analisis Penyebab Masalah dengan Trias Epidemiologi

31
3.2 USG (Urgency, Seriusness, Growth)

Masalah U S G Total Priotitas

Kepadatan hunian 3 3 3 9 5

Tinggal di lingkungan padat 2 2 3 7 6


penduduk

Ventilasi tidak memenuhi syarat 5 5 4 14 1

dan pencahayaan kurang

Tidak melakukan PHBS 3 4 4 11 4

Pengetahuan mengenai rumah sehat 4 4 4 12 3


kurang

Status Gizi 3 3 4 10 4

Diabetes Mellitus 4 5 4 13 2

32
Masalah Alternatif Pemecahan Masalah

- Ventilasi tidak memenuhi syarat Edukasi mengenai rumah sehat


dan pencahayaan kurang

- Pengetahuan mengenai rumah sehat kurang


- Status Gizi Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit TBC(etiologi,
- Diabetes Mellitus gejala, faktor risiko, terapi, cara pencegahan)

- Tinggal di lingkungan padat penduduk Pencegahan penularan TBC disekitar lingkungan pasien
- Kepadatan hunian

- Tidak melakukan PHBS Edukasi mengenai PHBS

3.3 Alternatif Pemecahan Masalah

33
34
3.4 Plan of Action (POA)
No Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Tempat Waktu Biaya Pelaksa Indikator
na Keberhasilan
1 Edukasi mengenai Meningkatkan Keluarga
Pemberian
 D 8 Febuari Rp.
Rumah Dokter Keluarga
rumah sehat pengetahuan dan pasien pasien 2019 45.000,00 muda mengetahui
genting
kemauan keluarga kaca
FK dengan jelas
pasien untuk UNISSU mengenai rumah
memperbaiki LA sehat dan
rumah meningkatkan
upaya untuk
mengurangi
kelembapan
rumah
2 Pencegahan Menurunkan Pasien dan  Edukasi Rumah 8 Febuari Rp. Dokter Keluarga dan
penularan TBC angka penularan Keluarga cara pasien 2019 22.000,00 Muda pasien
disekitar TBC disekitasr pasien menggun FK mengetahui cara
lingkungan pasien lingkungan pasien akan Unissula penggunaan
masker masker dan etika
yang batuk yang baik
benar dan benar
 Edukasi
tentang
etika
batuk
 Pemberia
n masker

35
3 Edukasi pasien dan Menurunkan Pasien dan  Edukasi Rumah 8 Febuari Rp. Dokter Keluarga dan
keluarga tentang angka penularan Keluarga cara pasien 2019 22.000,00 Muda pasien
penyakit TBC disekitasr pasien menggun FK mengetahui cara
TBC(etiologi, lingkungan pasien akan Unissula penggunaan
gejala, faktor masker masker dan etika
risiko, terapi, cara yang batuk yang baik
pencegahan) benar dan benar
 Edukasi
tentang
etika
batuk
 Pemberia
n masker
4 Edukasi mengenai Meningkatkan Pasien dan  Diskusi Rumah 8 Febuari - Dokter Keluarga
PHBS kesadaran Keluarga  Edukasi Pasien 2019 Muda mengetahui
pengetahuan pasien cuci FK dengan jelas
keluarga pasien tangan Unissula mengenai PHBS
untuk hidup bersih
dan sehat

5 Edukasi mengenai Meningkatkan Pasien dan Edukasi Rumah 21 Mei Dokter Keluarga
Gizi yang baik kesadaran untuk Keluarga menggunaka Pasien 2018 Muda mengetahui
terutama untuk meningkatkan pasien n leaflet FK mengenai asupan
pasien DM asupan gizi yang Unissula gizi yang baik
baik untuk pasien DM

36
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisa Trias Epidemiologi didapatkan gambaran faktor

yang berpengaruh pada studi kasus TB paru Ny. SA dengan diagnosis

Tuberculosis paru di Puskesmas Pandanaran Semarang adalah sebagai

berikut :

- Host :

o Status gizi yang kurang

o Diabetes Mellitus

- Agent : Mycobacterium tuberculosa

- Environment :

o Kurang pencahayaan

o Ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat

o Tinggal Di Lingkungan Padat Penduduk dan Sanitasi

4.2. Saran

a) Untuk Puskesmas

- Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang TBC.

- Menjalin kerjasama dengan sektor lain, contohnya dengan tokoh

masyarakat setempat. Puskesmas dapat melakukan diskusi dengan

tokoh masyarakat setempat, diharapkan tokoh masyarakat dapat

menyampaikan dan mencontohkan perilaku yang dapat meningkatkan

kesehatan di masyarakat.

b) Untuk Pasien

37
- Memotivasi pasien dan keluarga agar berperilaku hidup bersih dan

sehat

- Memotivasi pasien dan keluarga agar melakukan pengobatan rutin tbc

dan meningkatkan phbs untuk menurunkan angka penularan dan

memberatnya penyakit.

- Jika didapatkan kasus seperti ini lagi segera memeriksakan ke

pelayanan kesehatan terdekat.

38
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M.M., Alsagraff, H., Saleh, W.B.M.T., 1989, Pengantar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga
University Press, Surabaya, 13 – 16.
Arianato, E., 2012, Hubungan Antara Gizi Kurang Dengan Prevalensi Tuberculosis Paru
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun
2010, Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Depkes, RI., 2002, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis, Depkes, Jakarta.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2011

Dinkes Kota Semarang, Profil kesehatan Kota Semarang tahun 2013. Semarang: Dinkes Kota

Semarang.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis.. Jakarta. 2014.

Keman, I. & Ibrahim, E. (2005) Hubungan perilaku dan kondisi lingkungan fisik rumah

dengan kejadian TB Paru di Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Kementrian Kesehatan RI, 2018, Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta,

2018

Kementrian Kesehatan RI, 2015, Survei Prevalensi Tuberkulosis 2013-2014. Jakarta

Munoz FM, Starke JR. Tuberculosis (Mycobacterium tuberculosis). In : Behrman RE,

Kliegman RM, Jenson HB,editors. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th ed. Philadelphia:

Saunders, 2004; p. 958-72.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), 2006, Tuberkulosis; Pedoman Diagnosis &

Terapi Di Indonesia.

Price, S.A., Wilson,L.M., 2006, Patofisiologi Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi 6,

Volume 2, EGC, Jakarta, 183 – 184.

39
Rasmin, M., et al, 2008. Profil Penderita Tuberkulosis Paru di Poli Paru RS Persahabatan

Januari – Juli 2008. Department of Pulmonology and Respiratory Medicine, Faculty of

Medicine University of Indonesia, Persahabatan Hospital, Jakarta, Indonesia

Sidhi, D.P., 2010, Riwayat Kontak Tuberkulosis Sebagai Faktor Resiko Hasil Uji Tuberkulin

Positif. Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang.

Soesanto, Sri S., Lubis, A., Atmosukarto, K., 2000, Hubungan Kondisi Perumahan Dengan

Penularan Penyakit ISPA dan TB Paru, Media Litabng Kesehatan Vol X Nomor 2.

WHO, 2017. Global Tuberculosis Report 2017, Jenewa

Widoyono, 2011, Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan

Pemberantasannya. Edisi II . Erlangga, Jakarta

40
Lampiran
Lampiran 1. Dokumentasi

41
Lampiran 2. Kuesioner PHBS

No Indikator Perilaku ya tidak

1 Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan √

2 Asi Ekslusif √

3 Penimbangan balita √

4 Gizi keluarga/ sarapan √

5 Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali √

KLP Kesling

6 Air bersih √

7 Anggota rumah tangga menggunakan jamban √

8 Anggota rumah tangga membuang sampah pada √

tempatnya

9 Lantai rumah kedap air √

KLP GAYA HIDUP

10 Aktivitas fisik/olahraga √

11 Ada anggota keluarga yg tidak merokok √

12 Mencuci tangan √

13 Menggosok gigi minimal 2 kali sehari √

14 Anggota rumah tangga tidak menyalahgunakan √

Miras/Narkoba

KLP UKM

15 Anggota rumah tangga menjadi peserta JPK/Dana Sehat √

16 Anggota rumah tangga melakukan PSN seminggu sekali √

Total = 8 (Sehat Utama)

42
Lampiran 3. Kriteria Rumah Sehat

KOMPONEN
NO RUMAH YG KRITERIA NILAI BOBO
DINILAI
I KOMPONEN RUMAH 31
1 Langit-langit a. Tidak ada 0 0
b. Ada, kotor, sulit dibersihkan, dan rawan kecelakaan 1
c. Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan 2
a. Bukan tembok (terbuat dari anyaman
2 Dinding bambu/ilalang) 1
b. Semi permanen/setengah tembok/pasangan bata
atau 2
batu yang tidak diplester/papan yang tidak kedap
air.
c. Permanen (Tembok/pasangan batu bata yang
diplester) 3 3
papan kedap air.
3 Lantai a. Tanah 0
b. Papan/anyaman bambu dekat dengan
tanah/plesteran 1
yang retak dan berdebu.
c. Diplester/ubin/keramik/papan (rumah panggung). 2 2
4 Jendela kamar tidur a. Tidak ada 0 0
b. Ada 1
5 Jendela ruang keluarga a. Tidak ada 0 0
b. Ada 1
6 Ventilasi a. Tidak ada 0 0
b. Ada, lubang ventilasi < 10% dari luas lantai 1
c. Ada, lubang ventilasi > 10% dari luas lantai 2
7 Lubang asap dapur a. Tidak ada 0 0
b. Ada, lubang ventilasi dapur < 10% dari luas lantai
dapur 1
b. Ada, lubang ventilasi dapur > 10% dari luas lantai
dapur 2
(asap keluar dengan sempurna) atau ada exhaust
fan
atau ada peralatan lain yang sejenis.
a. Tidak terang, tidak dapat dipergunakan untuk
8 Pencahayaan membaca 0
b. Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk
membaca 1 1
dengan normal
c. Terang dan tidak silau sehingga dapat dipergunakan
untuk 2
membaca dengan normal.
25

43
II SARANA SANITASI

1 Sarana Air Bersih a. Tidak ada 0


b. Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi
(SGL/SPT/PP/KU/PAH). syarat kesh. 1
c. Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesh. 2
e. Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesh. 3 3
d. Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat
kesh. 4

2 Jamban (saran pembua- a. Tidak ada. 0


b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan
ngan kotoran). ke 1
sungai / kolam
c. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, disalurkan ke
sungai 2
atau kolam
d. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septic tank 3
e. Ada, leher angsa, septic tank. 4 4
a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di
3 Sarana Pembuangan halaman 0
Air Limbah (SPAL) b. Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber air (jarak 1
sumber air (jarak dengan sumber air < 10m).
c. Ada, dialirkan ke selokan terbuka 2
d. Ada, diresapkan dan tidak mencemari sumber air
(jarak 3
dengan sumber air > 10m).
e. Ada, dialirkan ke selokan tertutup (saluran kota)
untuk 4 4
diolah lebih lanjut.
4 Saran Pembuangan a. Tidak ada 0
Sampah/Tempat Sampah b. Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup 1
c. Ada, kedap air dan tidak bertutup 2 2
d. Ada, kedap air dan bertutup. 3

44
PERILAKU
III PENGHUNI 44

1 Membuka Jendela a. Tidak pernah dibuka 0 0


Kamar Tidur b. Kadang-kadang 1
c. Setiap hari dibuka 2

2 Membuka jendela a. Tidak pernah dibuka 0


Ruang Keluarga b. Kadang-kadang 1 0
c. Setiap hari dibuka 2

3 Mebersihkan rumah a. Tidak pernah 0


dan halaman b. Kadang-kadang 1
c. Setiap hari 2 2

4 Membuang tinja bayi a. Dibuang ke sungai/kebun/kolam sembarangan 0


dan balita ke jamban b. Kadang-kadang ke jamban 1
c. Setiap hari dibuang ke jamban 2 2

5 Membuang sampah a. Dibuang ke sungai / kebun / kolam sembarangan 0


pada tempat sampah b. Kadang-kadang dibuang ke tempat sampah 1
c. Setiap hari dibuang ke tempat sampah. 2 2

TOTAL HASI PENILAIAN

Keterangan :
Hasil Penilaian : NILAI x BOBOT
Kriteria : 186 + 325 + 308 = 819
1) Rumah Sehat = 1068 – 1200
2) Rumah Tidak Sehat = < 1068

45
Lampiran 4;

46

Anda mungkin juga menyukai