Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

MODUL 2
PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah Stategi Pembelajaran di SD

PDGK 4105

Oleh :

1. NOOR FANI (836695462)

2. NURUS SAFAAH (836697387)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TERBUKA

UPBJJ SEMARANG

POKJAR DEMAK

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seorang guru di tuntut harus mampu memahami tugas dan peranannya


dalam kegiatan mengajar dengan baik yaitu berfungsi sebagai pembimbing,
fasilitator, narasumber maupun motivator bagi para siswanya agar proses belajar
dapat berjalan secara efektif.

Tugas utama seorang guru pada dasarnya adalah mengajar. Dimana


mengajar pada hakikatnya adalah membelajarkan siswa dimana seorang guru
berperan aktif dalam memotivasi dan membimbing siswa untuk belajar. Dalam
proses pembelajaran digunakan sebuah strategi-strategi pengajaran yang tepat
agar siswa mau untuk belajar.

Maka dari itu, untuk menghadapi kemungkinan yang terjadi dalam proses
pembelajaran nantinya, seorang guru harus memahami betul hakikat serta
karakteristik belajar itu sendiri. Selain itu juga perlu mengetahui bagaimana
perkembangan psikologi siswanya sehingga dapat menghadapi siswanya dengan
tepat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, maka rumusan masalah


yaitu sebagai berikut :

1. Apakah pengertian dan hakikat belajar ?


2. Seperti apakah karakteristik belajar dan tahapan perkembangan anak Sekolah
Dasar?
3. Bagaimana kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, makalah ini bertujuan untuk dapat


mengetahui pengertian belajar, hakikat belajar, karakteristik belajar dan tahapan
perkembangan anak di Sekolah Dasar serta kegiatan pembelajaran di Sekolah
Dasar.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Hakikat Belajar

Menurut definisi lama, yang di maksud dengan belajar adalah menambah


dan mengumpulkan pengetahuan. Yang diutamakan dalam definisi ini adalah
penguasaan pengetahuan sebanyak-banyaknya untuk menjadi cerdas atau
membentuk intelektual, sedangkan sikap dan keterampilan diabaikan.

Pendapat modern yang muncul pada abad 19 menganggap bahwa belajar


adalah proses perubahan tingkah laku (a change in behavior), maksudnya
belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui
latihan dan perubahan itu disebabkan karena ada dukungan dari lingkungan
yang positif yang menyebabkan terjadinya interaksi edukatif. Perubahan
tersebut terjadi secara menyeluruh meliputi pengetahuan, sikap dan
keterampilan.

Pendapat lain mengemukakan bahwa belajar adalah proses pengalaman


(learning is experience), artinya belajar itu suatu proses interaksi antara
individu dengan lingkungannya. Dalam interaksi tersebut terjadi proses
mental, intelektual, dan emosional yang pada akhirnya menjadi suatu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dimilikinya

Definisi belajar yang umum diterima saat ini ialah bahwa belajar
merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru, secara keseluruhan sebagai pengalaman
individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dari
pengertian tersebut terdapat ciri pokok dari belajar, yaitu: proses, perubahan
perilaku, dan pengalaman .

Belajar akan terjadi apabila terjadi proses interaksi dengan lingkungan.


Dalam hal inilah peranan guru sebagai fasilitator dan pembimbing harus dapat
berfungsi secara optimal. Ada 4 pilar yang perlu diperhatikan dalam belajar
yaitu learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to do belajar
untuk melakukan), learning to live together (belajar untuk hidup bersama),
dan learning to be (belajar untuk menjadi).

Semua itu harus dapat diterapkan pada proses belajar di Sekolah Dasar
baik dalam kelas maupun di luar kelas. Namun keberhasilan belajar sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor dari dalam diri siswa sendiri
(intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern).

B. Karakteristik Belajar dan Tahapan Perkembangan Anak Sekolah Dasar

Proses belajar merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam belajar,


esensinya adalah rangkaian aktivitas yang dilakukan siswa dalam upaya
mengubah prilaku yang dilakukan secara sadar melalui interaksi dengan
lingkungan. Proses belajar mengajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh
desain pelajaran maupun strategi yang diterapkan oleh guru dalam
pembelajaran.

Salah satu faktor yang dominan untuk dipertimbangkan dalam melakukan


proses belajar adalah pebelajar (siswa) itu sendiri. Siswa merupakan individu
yang utuh sekaligus sebagai makhluk sosial yang memiliki potensi yang
berbeda-beda. Berdasarkan teori perkembangan setiap siswa memiliki
tahapan perkembangan sesuai dengan tingkat usianya. Artinya setiap proses
belajar yang ditempuh siswa harus berdasarkan pada fase perkembangannya.
Seperti telah dikemukakan, bahwa proses belajar merupakan rangkaian
aktivitas siswa melalui pengalaman belajar (learning experience) untuk
membentuk perilaku siswa.

Ada beberapa teori dan tipe belajar yang dikaji sebagai bahan
pertimbangan dalam pelaksanaan proses belajar di Sekolah Dasar.

a. Teori Belajar

Terdapat beberapa teori yang dapat dikaji sebagai bahan


pertimbangan dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar yaitu sebagai
berikut :

1) Teori Belajar Disiplin Mental

Karakteristik teori belajar ini adalah menganut prinsip bahwa


manusia memiliki kemampuan daya mental untuk mengamati,
menanggapi, mengingat, berpikir, dan sebagainya (potensi dan
kemampuan) yang dapat dilatih dan dikembangkan. Hal ini biasa
dilakukan oleh siswa Sekolah Dasar kelas rendah.
2) Teori Belajar Asosiasi

Rumpun teori belajar ini identik dengan teori behaviorisme yang


biasa disebut S-R Bond. Teori belajar asosiasi ini berdasarkan pada
perubahan tingkah laku yang menekankan pada pola perilaku baru yang
diulang-ulang sehingga menjadi rutinitas atau kebiasaan. Dalam teori
ini, belajar lebih mengutamakan stimulus-respons yang membetuk
kemampuan siswa secara spesifik dan terkontrol. Hukuman
(punishment) dan ganjaran (reward) merupakan penguatan
(reinforcement) yang dipakai. Pelopor aliran ini diantaranya Edward L.
Thorndike. Dengan demikian teori ini lebih mementingkan produk,
hasil belajar, dan penguasaan siswa sementara proses terabaikan.

3) Teori Insight

Menurut teori ini belajar adalah mengubah pemahaman siswa.


Perubahan ini akan terjadi apabila siswa menggunakan lingkungan.
Belajar adalah suatu proses yang bersifat eksploratif, imajinatif, dan
kreatif. Belajar selalu diarahkan untuk mengembangkan kemampuan
tingkat tinggi yaitu berpikir tinggi.

4) Teori Belajar Gestalt

Menurut teori belajar ini siswa merupakan individu yang utuh.


Oleh karenanya, belajar lebih mengutamakan keseluruhan, kemudian
melihat bagian-bagiannya yang mengandung makna dan hubungan.

Pembelajaran selalu diberikan dalam bentuk problematik, aktual


dan nyata (sedang terjadi saat ini maupun saat yang akan datang). Siswa
belajar melakukan pemecahan masalah (problem solving), melakukan
penyelidikan (inquiry), melakukan penemuan (discovery) dan kajian
(investigation).

Dalam prakteknya penerapan teori belajar tersebut digunakan


bercampur, tidak murni satu per satu.

b. Tipe Belajar

Untuk mencapai proses dan hasil belajar yang maksimal dan


optimal kita perlu mengenal beberapa tipe belajar yang dikemukakan
Gagne (1970). Menurut Gagne ada 8 tipe belajar yang dapat dilakukan
siswa yaitu:
1) Signal learning (belajar melalui syarat),
2) Stimulus-respon learning (belajar melalui rangsangan dan tindak
balasan),
3) Chaining learning (belajar melalui perangkaian),
4) Verbal association learning (belajar melalui perkaitan verbal),
5) Discrimination learning (belajar melalui membeda-bedakan),
6) Concept learning (belajar melalui konsep),
7) Rule learning (belajar melalui aturan-aturan),
8) Problem solving learning (belajar melalui pemecahan masalah).

c. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah


dilakukan dalam belajar. Kulminasi akan selalui diiringi dengan
kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar harus menunjukkan suatu
perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa
yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari. Bentuk
perubahan tingkah laku harus menyeluruh secara komprehensif
sehingga menunjukkan perubahan tingkah laku.

Dalam perkembangan siswa sekolah dasar usia 6 – 12 tahun yang


termasuk pada perkembangan masa pertengahan (middle childhood) memiliki
fase-fase yang unik dalam perkembangannya yang menggambarkan peristiwa
penting bagi siswa yang bersangkutan. Tahapan perkembangan siswa dapat
dilihat dari aspek perkembangan berikut: 1) Perkembangan Fisik, 2)
Perkembangan Sosial, 3) Perkembangan Bahasa, 4) Perkembangan Kognitif,
5) Perkembangan Moral, 6) Perkembangan Ekspresif, 7) Aspek-aspek
Inteligensi, diantaranya : inteligensi linguistik, inteligensi logis-matematis,
inteligensi spasial, inteligensi musik, inteligensi fisik-kinestetik, inteligensi
intrapribadi, dan inteligensi interpribadi. Dan 8) Aspek Kebutuhan Siswa.

C. Kegiatan Pembelajaran di Sekolah Dasar

Proses pembelajaran perlu disesuaikan dengan tingkat perkembangan


siswa. Itu sebabnya proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak berbeda
dengan proses pemebelajaran di Sekolah Dasar atau dengan tingkat
pendidikan yang lainnya. Secara umum karakteristik pembelajaran di Sekolah
Dasar adalah :
1. Kelas 1 dan kelas 2 Sekolah Dasar berorientasi pada pembelajaran fakta,
lebih bersifat konkret atau kejadian-kejadian yang ada disekitar lingkungan
siswa.menggunakan pendekatan tematik.
2. Kelas 3 siswa sudah dihadapkan pada konsep generalisasi yang dapat
diperoleh dari fakta-fakta dari kejadian-kejadian yang konkrit.
3. Kelas 4, 5, dan 6 disebut kelas tinggi siswa dihadapkan pada konsep-
konsep atau prinsip-prinsip penerapannya.

Adapun karakteristik pembelajaran di Sekolah Dasar dibedakan menjadi :

a. Karakteristik Pembelajaran di Kelas Rendah


Pembelajaran di kelas rendah dilaksanakan berdasarkan rencana
pelajaran (silabus) yang telah dikembangkan oleh guru. Pembelajaran
konkret lebih sesuai diberikan pada siswa kelas rendah (kelas 1, 2, 3) di
Sekolah Dasar. Proses pembelajaran ini harus dirancang oleh guru
sehingga kemampuan siswa, bahan ajar, proses belajar dan sistem
penilaian sesuai dengan taraf perkembangan siswa.
Dalam pengembangan kreativitas siswa proses pembelajaran
diarahkan supaya siswa melakukan kegiatan kreativitas yang sesuai dengan
tingkat perkembangannya, misalnya memecahkan permasalahan melalui
permainan sehari-hari.

b. Karakteristik Pembelajaran di Kelas Tinggi


Esensi proses pembelajaran di kelas tinggi (kelas 4, 5, 6) adalah suatu
pembelajaran yang dilaksanakan secara logis dan sistematis untuk
membelajarkan siswa tentang konsep dan generalisasi sehingga
penerapannya (menyelesaikan soal, menggabungkan, menghubungkan,
memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat, dan membagi).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk


memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, secara keseluruhan
sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Dalam belajar terdapat 4 pilar penting yaitu learning to know
(belajar untuk mengetahui), learning to do (belajar untuk berbuat), learning
to be (belajar untuk menjadi) dan learning to live together (belajar untuk
hidup bersama).

Selain itu dalam pembelajaran di Sekolah Dasar terdapat beberapa


teori belajar yang menjadi bahan pertimbangan yaitu teori belajar disiplin
mental, teori belajar asosiasi, teori insight dan teori belajar gestalt. Dalam
karateristik pembelajaran di Sekolah Dasar di bagi menjadi kelas rendah (1, 2
dan 3) dan kelas tinggi (4, 5, dan 6).

DAFTAR PUSTAKA
Anitah W., Sri. 2014. Strategi Pembelajaran di SD. Tangerang Selatan. Universitas
Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai