Anda di halaman 1dari 15

MAKNA CANTIK BAGI REMAJA PEREMPUAN: KAJIAN PSIKOLOGI

TERHADAP TOKOH MARISSA DI DALAM NOVEL CANTIK KARYA


VANNY CHRISMA W

Oleh: Istiqamah Nur Inayah


NIM: A2A009016

INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan makna cantik bagi tokoh utama
maupun konsep cantik menurut orang-orang ataupun komunitas di sekitar tokoh
utama. Selain itu juga mengungkapkan kondisi psikologis tokoh utama yaitu
Marissa. Penulis menggunakan analisis struktur untuk membantu
mendeskripsikan aspek struktur (tokoh, alur/plot, latar/setting) yang membangun
totalitas novel dan untuk mempermudah di dalam analisis selanjutnya.
Hasil dari analisis struktur terhadap novel Cantik adalah terdapat satu
tokoh utama dan beberapa tokoh tambahan. Beberapa tokoh tambahan tersebut
mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap kehidupan tokoh utama.
Selain itu novel Cantik menggunakan rangkaian alur yang terdiri dari lima
tahapan yaitu tahap penyituasian, tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan
konflik, tahap klimaks, dan tahap penyelesaian. Sedangkan untuk latar terdiri atas
latar waktu dan latar sosial.
Hasil dari analisis, Marissa terjebak di dalam konsep cantik menurut
keluarga, teman-teman atau komunitasnya. Marissa dianggap tidak sehat karena
tubuh terlalu kurus, tidak bisa mengikuti mode, tidak bisa merawat diri,
berpenampilan cantik. Marissa juga tidak bisa bersosialisasi dengan baik. Dalam
analisis psikologi sastra secara garis besar adalah Marissa mengalami gangguan
psikologi yang tergolong ke dalam psikologi abnormal berupa fobia sosial,
gangguan mood dan bunuh diri, serta gangguan makan (eating disorder). Marissa
juga terkena gangguan makan berupa anoreksia. Hal-hal atau peristiwa tidak
menyenangkan dalam kehidupan Marissa juga turut berkontribusi atas gangguan
psikologi yang dialami Marissa. Setelah berbagai peristiwa yang dialami Marissa
termasuk gangguan kesehatan maupun psikologisnya serta percobaannya untuk
bunuh diri, pada akhirnya menyadarkannya juga orang-orang di sekitarnya bahwa
cantik tidak hanya dinilai dari wajah, fisik, cara bermake-up, berpakaian. Akan
tetapi ada yang lebih penting dari itu yaitu kecantikan hati, dengan kecantikan hati
maka aura kebaikan juga akan muncul. Marissa akan sembuh dengan cinta, kasih
yang tulus dari orang-orang di sekitarnya dan menerimanya apa adanya.
Kata kunci: novel, psikologi sastra, psikologi abnormal, fobia sosial, eating
disorder, anoreksia nervosa, makna cantik.
2

A. Latar Belakang dan Masalah


1. Latar Belakang
Karya sastra sebagai hasil cipta manusia selain memberikan hiburan juga sarat
dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai-nilai ajaran hidup. Orang dapat
mengetahui nilai-nilai hidup, susunan adat istiadat, suatu keyakinan, dan
pandangan hidup orang lain atau masyarakat lain melalui karya sastra. Karya
sastra lahir karena adanya keinginan pengarang untuk mengungkapkan
eksistensinya sebagai manusia yang memiliki gagasan dan pesan tertentu yang
diilhami oleh imajinasi dan realitas sosial budaya pengarang serta menggunakan
media bahasa sebagai media penyampaiannya (Aminuddin, 1990:57).
Kriteria utama yang dikenalkan pada karya sastra adalah “kebenaran”
penggambaran atau apa saja yang ingin digambarkan pengarang ke dalam
karyanya. Melalui penggambaran tersebut pembaca dapat menangkap gambaran
seorang pengarang mengenai dunia sekitarnya, apakah itu sudah sesuai dengan
hati nuraninya atau belum (Pradopo, 2002:26). Sastra yang ditulis oleh pengarang
pada suatu kurun waktu tertentu pada umumnya berkaitan dengan norma-norma
dan adat istiadat zaman itu (Luxemburg melalui Sangidu, 2004:41). Sastra yang
baik tidak hanya merekam kenyataan yang ada dalam masyarakat seperti sebuah
tustel foto, tetapi merekam dan melukiskan kenyataan secara keseluruhan. Sebagai
sebuah dunia miniatur, karya sastra berfungsi untuk menginvestasikan sejumlah
besar kejadian-kejadian yang telah dikerangkakan dalam pola-pola kreativitas dan
imajinasi. Sebagai sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai
permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang
menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang
kemudian diungkapkan kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya.
Fiksi merupakan hasil dialog, kontemplasi dan reaksi orang terhadap lingkungan
dan kehidupan. Fiksi merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan
tanggungjawab dari segi kreativitas sebagai karya seni (Nurgiyantoro, 2005:2-3).
Karya sastra adalah hasil suatu kegiatan kreatif sebuah penciptaan karya
seni. Sastra merupakan segala sesuatu yang ditulis dan tercetak. Selain itu, karya
sastra juga merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya
daripada karya fiksi (Wellek dan Warren, 1995:3-4). Sebagai hasil imajinasi,
sastra berfungsi sebagai hiburan yang menyenangkan, juga dapat menambah
pengalaman batin bagi para pembacanya. Membicarakan sastra yang memiliki
sifat imajinatif, berarti berhadapan dengan tiga jenis (genre) sastra, yaitu prosa,
puisi, dan drama. Salah satu jenis prosa adalah novel. Novel sebagai cerita tentang
suatu pencarian yang tergradasi akan nilai-nilai yang otentik adalah nilai-nilai
yang mengorganisasikan dunia novel secara keseluruhan meskipun hanya secara
implisit tidak eksplisit (Goldman melalui Faruk, 1994:79). Novel sebagai salah
satu produk sastra memegang peranan penting dalam memberikan pandangan
untuk menyikapi hidup secara artistik imajinatif. Hal ini dimungkinkan karena
persoalan yang dibicarakan dalam novel adalah persoalan tentang manusia dan
kemanusiaan.
Novel Cantik merupakan salah satu karya Vanny Chrisma W yang
diterbitkan pada tahun 2009. Fani Krismawati atau Vanny Chrisma W merupakan
novelis yang lahir pada tanggal 4 Desember 1983 di Sidoarjo, Jawa Timur. Anak
3

keempat dari lima bersaudara ini pernah kuliah di STIE Perbanas, Surabaya.
Hobinya adalah membaca buku apa saja yang bisa menambah ilmu. Selain
membaca, ia sangat menyukai dunia tulis menulis. Novelnya yang sudah terbit
adalah Déjà Vu (Sheila), Wo Ai Ni Allah (DIVA Press, 2008), Madah Cinta
Shalihah (DIVA Press, 2008), Hati Jasmine (DIVA Press, 2008), Maimunah
(DIVA Press, 2009), Cantik (DIVA Press, 2009), dan Menjadi Tua dan Tersisih
(DIVA Press, 2009), (http://biopenulis.wordpress.com/2010/06/01/vanny-
chrisma-w/ diunduh pada hari Selasa tanggal 19 Februari 2013 pukul 12.35 WIB)
Novel Cantik karya Vanny memuat aspek psikologis, sebagai
pengungkapan atau ekspresi jiwa dalam menjalani realita kehidupan sebagai
perempuan yang digambarkan melalui tokoh utamanya. Novel ini menceritakan
tentang pandangan cantik menurut tokoh utama dan orang-orang di sekitar tokoh
utama. Konsep cantik itu sendiri sudah ada takaran, ukuran tersendiri di dalam
suatu komunitas, golongan, masyarakat, bahkan negara tertentu. Akan tetapi
karena suatu konsep cantik itu pula lah yang pada akhirnya mengubah kehidupan
tokoh utama. Tokoh utama perempuan yang masih remaja dan berada di masa
transisi dari sekolah menengah menuju bangku kuliah kurang beradaptasi dengan
baik. Perempuan yang menjadi tertekan bahkan terganggu secara psikologis yang
diawali dari pandangan orang-orang di sekitarnya terhadap tubuh kurus dan
penampilannya. Selain itu, diceritakan pula tentang perempuan dengan berbagai
permasalahan kehidupan yang rumit bahkan sampai menyebabkan gangguan
kejiwaan, disusun ke dalam tulisan dan bahasa sederhana, ringan, sehingga
menarik pembaca terlebih kaum perempuan untuk membaca sampai endingnya.
Masalah percintaan seperti patah hati, pergaulan dan lingkungan sosialnya juga
turut diceritakan dengan cukup unik di dalam novel Cantik.
Novel ini mengetengahkan beberapa konflik yang ada dalam kehidupan
bermasyarakat. Sebagai contoh seorang perempuan yang mempunyai
permasalahan dengan kondisi fisik, sulit untuk bergaul karena teman-teman dan
orang-orang di lingkungannya selalu meremehkannya. Permasalahan yang dialami
tokoh utama, kejiwaan tokoh utama menjadi salah satu bagian yang paling
menonjol, menarik untuk dianalisis atau ditelaah. Lingkungan di sekitar
kehidupan tokoh utama juga turut mempengaruhi kondisi kejiwaan dan akhirnya
menjadi salah satu faktor pendorong bagi penulis untuk mengalisis lebih dalam
dengan ilmu bantu psikologi. Ilmu psikologi dipakai sebagai alat untuk
menganalisis kondisi kejiwaan terutama tokoh utama. Faktor pendorong lainnya
karena menurut pengamatan penulis di sejumlah media, baik pustaka maupun
internet belum pernah menemukan kajian atau analisis tentang novel Cantik ini
sehingga memacu penulis untuk terus melanjutkan penelitian dengan ilmu bantu
psikologi.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah sangat diperlukan dalam suatu penelitian, agar penelitian tidak
menyimpang dan bisa disusun secara sistematis. Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat
dipaparkan, yaitu:
a. makna dan dampak psikologis kecantikan bagi tokoh perempuan;
b. kepribadian tokoh utama dalam novel Cantik ditinjau dari aspek psikologi.
4

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah pertama mengungkapkan makna dan dampak psikologis
cantik bagi tokoh perempuan. Di samping itu, tujuan lain penelitian ini adalah
mengungkapkan kepribadian tokoh utama novel Cantik ditinjau dari aspek
psikologi.
2. Manfaat Penelitian
Secara umum sebuah penelitian harus dapat memberikan suatu manfaat, baik
manfaat teoretis maupun praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil
penelitian ini adalah manfaat teoretis dan manfaat praktis, yaitu:
a. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan di
bidang sastra dan penelitian, khususnya psikologi sastra. Juga memberikan fungsi
nyata kepada masyarakat pembaca bahwa karya sastra itu menyenangkan, berguna
(dulce et utile) dan menarik yang bisa dilihat dari berbagai perspektif.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan penelitian lain yang
sejenis khususnya yang berkaitan dengan psikologi sastra. Selain itu, hasil
penelitian ini juga bermanfaat untuk memperkaya referensi tentang telaah sastra
Indonesia, khususnya novel.

C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
sosiologi sastra sebagai metode utama dan metode struktural sebagai penunjang.
Metode struktural dan pendekatan sosiologi digunakan karena karya sastra tidak
terlepas dari pengarang, latar belakangnya, lingkungan, dan kondisi sosial pada
saat karya tersebut ditulis.
Sosiologi karya sastra mempelajari isi karya sastra, tujuan serta hal-hal
lain yang tersirat dalam karya sastra berkaitan dengan masalah-masalah sosial.
Pendekatan sosiologi sastra yang paling banyak dimanfaatkan selama ini adalah
kaitannya dengan fungsi sebagai aspek dokumenter sastra. Landasannya adalah
gagasan bahwa karya sastra merupakan cermin zamannya. Pandangan ini
beranggapan bahwa sastra merupakan cermin langsung dari berbagai segi struktur
sosial, hubungan kekeluargaan, pertentangan kelas, dan lain-lain. Dalam hal ini,
tugas sosiologi sastra adalah menghubungkan pengalaman tokoh-tokoh khayali
dan situasi-situasi ciptaan pengarang itu dengan keadaan sejarah yang merupakan
asal usulnya. Tema dan gaya yang ada dalam karya sastra yang bersifat pribadi
itu, harus diubah menjadi hal-hal yang sosial sifatnya.
Adapun prinsip metode struktural adalah metode yang digunakan untuk
membongkar dan memaparkan secermat, sedetail, semendalam mungkin
keterkaitan dan keterjalinan semua anasis dan aspek karya sastra yang bersama-
sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984:135). Metode struktural ini
akan penulis gunakan sebagai pijakan untuk mengukuhkan analisis psikologi
terhadap objek material, yakni novel Cantik. Hal ini sejalan dengan pendapat
5

Teeuw yang mengungkapkan bahwa analisis struktur memang suatu langkah,


suatu sarana atau alat dalam proses pemberian makna dan dalam usaha ilmiah
untuk memahami proses itu sesempurna mungkin, langkah itu tidak boleh
dimutlakkan, tetapi tidak boleh pula ditiadakan atau dilampaui (Teeuw,
1984:154).
D. Tinjauan Pustaka
Novel Cantik mengisahkan seorang perempuan muda (Marissa) berpenampilan
tidak menarik karena tidak bisa merawat diri, mempunyai berat badan yang sangat
kurang. Selalu mendapat tekanan dari keluarga termasuk ibunya untuk bisa
mengubah pola makan dan mengubah penampilannya agar kecantikannya bisa
terpancar. Perlakuan-perlakuan tidak menyenangkan bahkan menyakitkan dari
kakak perempuan, teman-teman kampus, dan sebagainya membuatnya stres dan
semakin terpuruk. Rasa sakit karena patah hati juga menambah keterpurukan
Marissa. Semakin hari perlakuan tidak menyenangkan terhadap Marissa semakin
parah, sehingga membuat kondisi kesehatan juga kejiwaannya terganggu. Marissa
ingin berubah, ingin berpenampilan menarik, cantik, ingin mendapatkan
pengakuan dari kakak perempuannya, juga teman-temannya. Namun sayang,
keputusannya untuk berubah menjadi wanita berpenampilan ideal, cantik,
dilakukan dengan cara yang salah sehingga berdampak fatal bagi kesehatannya.
Selain mengalami gangguan psikologi berupa gangguan kecemasan (fobia sosial),
gangguan mood (depresi mayor), Marissa juga terkena anoreksia nervosa dan
melakukan percobaan bunuh diri.
Berdasarkan pengamatan penulis dan katalog skripsi mahasiswa Jurusan
Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Undip diketahui bahwa novel Cantik
karya Vanny Chrisma W belum pernah menjadi bahan penelitian, pengamatan di
media internet pun juga belum diketemukan. Berdasarkan katalog skripsi Jurusan
Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Undip beberapa mahasiswa Jurusan Sastra
Indonesia Undip pernah melakukan penelitian atau kajian terhadap aspek
psikologi, aspek kepribadian, ataupun aspek kejiwaan tokoh dalam sebuah novel.
Adapun hasil penelitian di antaranya yang pertama, oleh Agus Santoso dalam
skripsi yang berjudul “Analisis Struktur dan Psikologi Tokoh Utama dalam Novel
Tarian Bumi Karya Oka Rusmini” (2008) yang membahas kepribadian tokoh
utama menggunakan teori Carl Gustav Jung. Agus Santoso menyimpulkan tipe
kepribadian antara tokoh satu dengan tokoh lain dalam novel Tarian Bumi
ternyata berbeda-beda. Perbedaan tipe kepribadian ini menyebabkan terjadinya
kompromi, persinggungan, bahkan konflik antara tokoh satu dengan tokoh lain.
Kedua, oleh Ajeng Purborini dalam skripsi yang berjudul “Konflik Batin
Tokoh Dini dalam Novel Sebuah Lorong di Kotaku Karya NH. Dini Sebuah
Tinjauan Psikologi Sastra” (2012) yang bertujuan untuk mengungkapkan srtuktur
novel, dan mengungkapkan masalah psikologi yang dialami tokoh utama. Ajeng
Purborini menggunakan metode/pendekatan psikologi sastra untuk mengetahui
aspek-aspek psikologi yang ada di dalamnya, yaitu masalah konflik batin.
Ketiga, oleh Ayu Wulandari dalam skripsi yang berjudul “Kondisi
Kejiwaan Tokoh Utama Novel Perahu Kertas Karya Dewi Lestari: Sebuah
Tinjauan Psikologi Sastra” (2012) yang membahas kondisi kejiwaan tokoh utama
dalam alur novel Perahu Kertas, yakni Kugy. Ayu Wulandari menggunakan
6

metode struktur untuk mendeskripsikan aspek struktur (tokoh, latar, alur, dan
konflik) yang membangun totalitas novel. Ayu juga menggunakan metode
psikologi sastra sebagai landasan berpijak dalam melakukan analisis terhadap
karakter tokoh. Tujuannya adalah mengungkapkan kondisi kejiwaan pada tokoh
utama dalam alur novel Perahu Kertas, yakni Kugy.
Keempat, oleh Ulvadisa Santora dalam skripsi yang berjudul “Perjuangan
Hidup dan Kemandirian Tokoh Utama dalam Novel Padang Bulan Karya Andrea
Hirata: Sebuah Tinjauan Psikologi” (2012) yang bertujuan untuk mengungkapkan
struktur novel Padang Bulan dan mengungkapkan kepribadian tokoh utama serta
perjuangan dalam mempertahankan hidup dan mewujudkan impian. Teori yang
digunakan dalam penelitian yaitu teori struktural dan teori psikologi. Teori
psikologi yang digunakan adalah teori kepribadian dalam Car Gustav Jung. Teori
Car Gustav Jung dalam mengendalikan tingkah lakunya meliputi persona, anima-
animus, shadow, dan self.
E. Landasan Teori
1. Teori Struktural Cerita Rekaan (Novel)
Menurut Noor, struktur adalah keseluruhan relasi antara berbagai unsur sebuah
teks. Strukturalisme adalah ilmu dan kritik yang memusatkan perhatian pada
relasi-relasi antarunsur (2009:76). Menurut pendapat Nurgiyantoro, analisis
struktural karya sastra, dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur
intrinsik fiksi yang bersangkutan. Mula-mula diidentifikasi dan dideskripsikan,
misalnya, bagaimana keadaan peristiwa-peristiwa, plot, tokoh dan penokohan,
latar, sudut pandang dan lain-lain. Selanjutnya dijelaskan fungsi masing-masing
unsur itu dalam menunjang makna keseluruhannya, dan bagaimana hubungan
antarunsur itu sehingga secara bersama membentuk sebuah totalitas-kemaknaan
yang padu. Misalnya, bagaimana hubungan antara peristiwa yang satu dengan
yang yang lain, kaitannya dengan pemplotan yang tidak selalu kronologis,
kaitannya dengan tokoh, penokohan, latar, dan sebagainya (2005:37).
Prinsip pendekatan struktural menurut Teeuw adalah untuk membongkar
dan memaparkan secermat, sedetail, semendalam mungkin keterkaitan dan
keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama
menghasilkan makna menyeluruh (1984:135). Lebih lanjut Teeuw,
mengungkapkan bahwa analisis struktur memang suatu langkah, suatu sarana atau
alat dalam proses pemberian makna dan dalam usaha ilmiah untuk memahami
proses itu sesempurna mungkin, langkah itu tidak boleh dimutlakan, tetapi tidak
boleh pula ditiadakan atau dilampaui (1984:154) .
Untuk mempermudah dalam penelitian, maka pertama dilakukan analisis
struktural seperti meneliti unsur intrinsik novel ini. Selanjutnya analisis dengan
menggunakan ilmu bantu psikologi. Pada subpokok bahasan tentang struktur
novel, khususnya unsur intrinsik, penulis membatasi pada tokoh, alur/plot, dan
latar/setting saja, dengan pertimbangan bahwa ketiga unsur tersebut paling
mendominasi jika dihubungkan dengan penelitian selanjutnya, yaitu analisis
psikologi tokoh utama.
7

a. Pengertian Tokoh
Tokoh cerita (character), menurut Abrams dalam Nurgiyantoro adalah orang(-
orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh
pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan apa yang dilakukan dalam
tindakan (2005:165). Kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam
ucapan dalam kaitannya dengan dengan keseluruhan cerita, peranan tiap-tiap
tokoh di dalam sebuah novel tentu tidak sama. Menurut Nurgiyantoro dilihat dari
segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, ada tokoh yang
tergolong penting dan diampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi
sebagian besar cerita, dan sebaliknya, ada tokoh(-tokoh) yang hanya dimunculkan
sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun mungkin dalam porsi
penceritaan yang relatif pendek. Tokoh yang disebut pertama adalah tokoh utama
cerita (central character, main character), sedangkan yang kedua adalah tokoh
tambahan (peripheral character) (2005:176)..
b. Pengertian Alur atau Plot
Alur atau plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu
hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau
menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain (Stanton dalam Nurgiyantoro,
2005:113). Masih menurut Nurgiyantoro, plot merupakan unsur fiksi yang
penting, bahkan tidak sedikit orang menganggapnya sebagai yang terpenting di
antara berbagai unsur fiksi yang lain. Tinjauan struktural terhadap karya fiksi pun
sering lebih ditekankan pada pembicaraan plot, walau mungkin mempergunakan
istilah lain (2005:110).
Dalam buku Burhan Nurgiyantoro, dijelaskan bahwa tahapan alur dibagi
menjadi lima bagian, yaitu:
i. tahap penyituasian;
ii. tahap pemunculan konflik;
iii. tahap peningkatan konflik;
iv. tahap klimaks;
v. tahap penyelesaian.
Menurut Nurgiyantoro, tahap penyituasian adalah tahap yang berisi pelukisan dan
pengenalan situasi latar dan tokoh cerita. Tahap pemunculan konflik adalah tahap
awal munculnya konflik melalui peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Tahap
peningkatan konflik adalah tahap pengembangan konflik, yang mana konflik yang
telah muncul semakin berkembang. Tahap klimaks adalah tahap puncak yang
mana konflik yang dialami tokoh sudah berada di titik puncak. Terakhir, tahap
penyelesaian adalah tahap yang mana konflik yang sudah berada di titik puncak
mengalami pengendoran, mendapat penyelesaian atau jalan keluar (2005:149-
150).
c. Pengertian Latar atau Setting
Menurut pendapat Abrams, latar atau setting disebut juga sebagai landasan tumpu,
menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (1981:175). Sedangkan menurut
Stanton (1965) mengelompokkan latar bersama dengan tokoh dan plot, ke dalam
fakta (cerita) sebab ketiga hal ini lah yang akan dihadapi, dan dapat diimajinasi
oleh pembaca secara faktual jika membaca cerita fiksi. Atau, ketiga hal inilah
8

yang secara konkret dan langsung membentuk cerita: tokoh cerita adalah pelaku
dan penderita kejadian-kejadian yang bersebab akibat, dan itu perlu pijakan, di
mana dan kapan.
Burhan Nurgiyantoro dalam bukunya yang berjudul Teori Pengkajian
Fiksi, membedakan latar atas tiga unsur pokok, yaitu:
i. latar tempat;
ii. latar waktu;
iii. latar sosial.
Berdasarkan pendapat Nurgiyantoro, latar tempat menyaran pada lokasi
terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu
berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar sosial menyaran pada pada hal-hal
yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat
yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat
mencakup berbagai masalah, meliputi kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain. Ketiga
unsur ini nantinya akan saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan
yang lainnya (2005:227-237).
2. Teori Psikologi Sastra
Setelah unsur-unsur intrinsik selesai dianalisis secara struktural, kemudian
dilakukan analisis berikutnya yaitu analisis unsur ekstrisik. Menurut Noor, untuk
menganalisis unsur-unsur ekstrinsik sebuah karya sastra perlu memanfaatkan ilmu
lain sebagai ilmu bantu, misalnya ilmu filsafat, biografi, sosiologi, sejarah, agama,
psikologi, cabang-cabang seni yang lain, dan sebagainya (2009:38). Lebih lanjut
Noor menyebutkan bahwa terdapat persamaan fungsi antara sastra dan psikologi,
yaitu keduanya sama-sama berurusan dengan persoalan manusia sebagai makhluk
individu sekaligus makhluk sosial. Keduanya memanfaatkan landasan yang sama,
yaitu menjadikan pengalaman manusia sebagai bahan utama penelaahan. Itulah
sebabnya, pendekatan psikologi dianggap penting penggunaannya dalam kajian
sastra (2009:44-47).
Endraswara berpendapat bahwa penelitian psikologi sastra yang otentik
memiliki tiga kemungkinan, yaitu (1) penelitian hubungan ketidaksengajaan
antara pengarang dan pembaca, (2) penelitian kehidupan pengarang memahami
karyanya, dan (3) penelitian karakter para tokoh yang ada dalam karya yang
diteliti (2008:64). Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian karakter
pada tokoh yang ada dalam karya sastra (novel) khususnya tokoh utama.
Penelitian juga dimaksudkan untuk mengetahui kondisi kejiwaan sang tokoh,
termasuk gejala-gejala yang mungkin mengindikasikan suatu keadaan kejiwaan
yang tidak wajar dan masuk ke dalam teori psikologi abnormal.
3. Teori Psikologi Abnormal
Menurut Nevid, teori ini berpendapat bahwa psikologi abnormal (abnormal
psychology) merupakan salah satu cabang psikologi. Kondisi emosional seperti
kecemasan dan depresi dapat dikatakan abnormal apabila tidak sesuai dengan
situasinya (2005:4-5). Sebelumnya Nevid juga mengatakan bahwa pola perilaku
abnormal meliputi gangguan fungsi psikologis atau gangguan perilaku
9

diklasifikasikan oleh ahli kesehatan mental sabagai gangguan psikologis


(psychological disorder) atau gangguan mental (mental disorder). Istilah penyakit
mental (mental illness) secara kolektif mengacu pada semua gangguan mental
yang didiagnosis, termasuk gangguan kecemasan, gangguan mood, skizofrenia,
disfungsi seksual, dan gangguan penyalahgunaan zat (USDHHS, 1999a) (2005:3).
Adapun gangguan psikologis yang akan dibahas secara khusus dalam landasan
teori ini yaitu:
a. Pengertian Fobia Sosial
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM )-IV di
dalam buku Nevid, bahwa fobia sosial masuk dalam tipe spesifik dari gangguan
kecemasan. Orang-orang dengan fobia sosial (social phobia) atau disebut juga
gangguan kecemasan sosial mempunyai ketakutan yang intens terhadap situasi
sosial sehingga mereka mungkin sama sekali menghindarinya, atau
menghadapinya tetapi dengan distres yang sangat besar. Fobia sosial yang
mendasar adalah ketakutan berlebihan terhadap evaluasi negatif dari orang lain.
Orang-orang dengan fobia sosial takut untuk melakukan atau mengatakan sesuatu
yang memalukan atau yang akan membuat dirinya merasa hina. Mungkin mereka
merasa seakan-akan seribu pasang mata sedang memeriksa dengan teliti setiap
gerak yang mereka lakukan. Mereka cenderung untuk sangat kritis terhadap
kemampuan sosial mereka dan terbawa dalam mengevaluasi performa mereka
sendiri ketika berinteraksi dengan orang lain, beberapa di antara mereka bahkan
mengalami serangan panik yang parah dalam situasi sosial (2005:170).
Orang-orang dengan fobia sosial mungkin akan menemukan berbagai
macam alasan untuk menolak suatu undangan sosial. Mungkin mereka akan
makan siang di meja mereka umtuk menghindar bersosialisasi dengan rekan-rekan
sekerja. Atau bila mereka mendapati diri mereka berada dalam situasi sosial,
mereka akan berusaha untuk cepat pergi pada tanda pertama adanya kecemasan.
Kelegaan dari kecemasan secara negatif menguatkan tingkah laku menghindar.
Meninggalkan situasi sebelum kecemasan hilang hanya memperkuat asosiasi
antara situasi sosial dengan kecemasan. Leibowitz dalam Nevid (2005:171)
mengungkapkan, fobia sosial dapat mempunyai pengaruh besar pada fungsi
sehari-hari dan kualitas hidup seseorang.
b. Gangguan Mood dan Bunuh Diri.
Menurut Nevid, mood adalah kondisi perasaan yang terus ada yang mewarnai
kehidupan psikologis kita. Perasaan sedih atau depresi bukanlah hal yang
abnormal dalam konteks peristiwa atau situasi yang penuh tekanan. Namun orang
dengan gangguan mood (mood disorder) mengalami gangguan mood yang luar
biasa parah atau berlangsung lama dan mengganggu kemampuan mereka untuk
berfungsi dalam memenuhi tanggung jawab secara normal. Sejumlah orang
mengalami depresi berat bahkan ketika semua hal tampak berjalan lancar, atau
saat mereka menghadapi peristiwa yang sedikit membuat kesal yang dapat
diterima dengan mudah orang lain. Sebagian lainnya mengalami perubahan mood
yang ekstrem. Mereka bagaikan menaiki roller coaster emosional dengan
ketinggian yang membuat pusing dan turunan yang bukan kepalang ketika dunia
di sekitar mereka tetap stabil (2005:229). Menurut Nevid, mood yang menurun
10

lebih banyak terjadi pada mahasiswa tingkat pertama dibanding pada mahasiswa
tingkat senior atau pascasarjana, di mana hal ini dapat merefleksikan kesulitan-
kesulitan yang dialami banyak mahasiswa baru untuk menyesuaikan diri dengan
kehidupan kampus (2005:230).
Sesuai penelitian yang akan dilakukan terhadap novel Cantik, maka
tahapan ini berfokus pada tipe gangguan mood dengan jenis gangguan depresi
mayor. Dalam bukunya yang berjudul Psikologi Abnormal, Jeffrey S. Nevid
menjelaskan diagnosis dari gangguan depressive mayor (major depressive
disorder) (juga disebut depresi mayor) didasarkan pada munculnya satu atau lebih
episode depresi mayor tanpa adanya riwayat episode manik (manic) atau
hipomanik (hypomanic). Dalam episode depresi mayor, orang tersebut mengalami
salah satu di antara mood depresi (merasa sedih, putus asa, atau “terpuruk”) atau
kehilangan minat/rasa senang dalam semua atau berbagai aktivitas untuk periode
waktu paling sedikit 2 minggu (APA, 2000).
Adapun ciri-ciri diagnostik dari suatu episode depresi mayor adalah yang
pertama adalah mood yang depresi hampir sepanjang hari, dan hampir setiap hari.
Dapat berupa mood yang mudah tersinggung pada anak-anak atau remaja. Kedua,
penurunan kesenangan atau minat secara drastis dalam semua atau hampir semua
aktivitas, hampir setiap hari, hampir sepanjang hari. Ketiga, Suatu kehilangan atau
pertambahan berat badan yang signifikan (5% lebih dari berat tubuh dalam
sebulan), tanpa upaya apapun untuk berdiet, atau suatu peningkatan atau
penurunan dalam selera makan. Keempat, setiap hari (atau hampir setiap hari)
mengalami insomnia atau hipersomnia (tidur berlebihan). Kelima, agitasi yang
berlebihan atau melambatnya respons gerakan hampir setiap hari. Keenam,
perasaan lelah atau kehilangan energi hampir setiap hari. Ketujuh, perasaan tidak
berharga atau salah tempat ataupun rasa bersalah yang berlebihan atau tidak tepat
hampir setiap hari. Kedelapan, berkurangnya kemampuan untuk berkonsentrasi
atau berpikir jernih atau untuk membuat keputusan hampir setiap hari.
Kesembilan, pikiran yang muncul berulang tentang kematian atau bunuh diri
tanpa suatu rencana yang spesifik, atau munculnya suatu percobaan bunuh diri,
atau rencana yang spesifik untuk melakukan bunuh diri (2005:231).
Menurut Nevid, untuk perilaku bunuh diri bukanlah merupakan suatu
gangguan psikologis, tetapi sering merupakan ciri atau simtom dari gangguan
psikologis yang mendasarinya, biasanya gangguan mood (2005:262). Setengah
lebih (54%) dari suatu sampel yang merupakan 694 mahasiswa tahun pertama
dilaporkan telah memikirkan bunuh diri paling tidak dalam satu kesempatan
(Meehan, 1991).
c. Gangguan Makan (Eating Disorder)
Gangguan makan (eating disorder) merupakan sebuah gangguan kebiasaan makan
seperti makan berlebihan atau kekurangan yang dapat merugikan fisik dan
emosional manusia (news-medical, 2012). Gangguan makan dapat disebabkan
berbagai faktor, seperti faktor genetik, psikologis, dan sosio-kultural
(http://psikologi-untar.blogspot.com/2012/11/mengenal-gangguan-makan-
anorexia.html, diunduh pada hari Senin tanggal 25 Februari 2013, pukul 10.41
WIB).
11

Adapun jenis gangguan makan yang akan dibahas secara khusus sebagai dasar
penelitian yaitu anoreksia nervosa.
Orang dengan anoreksia nervosa berusaha melaparkan diri, hidup dengan
sedikit atau tanpa makanan untuk waktu yang sangat lama, namun mereka tetap
yakin bahwa mereka masih perlu untuk menurunkan berat badan lebih banyak
lagi. Anoreksia nervosa lebih dari sekedar masalah dengan makanan. Ini adalah
cara menggunakan makanan untuk merasa mengendalikan perasaan-perasaan lain
yang mungkin tampak luar biasa. Kelaparan adalah cara untuk orang dengan
anoreksia merasa lebih mengendalikan kehidupan mereka dan untuk meredakan
ketegangan, kemarahan, dan kecemasan. Meskipun tidak ada penyebab tunggal
tentang anoreksia nervosa, beberapa hal yang mungkin berkontribusi pada
perkembangan gangguan ini yaitu pertama keluarga, orang dengan ibu atau
saudara perempuan dengan anoreksia lebih mungkin untuk mengembangkan
penyakit ini. Orangtua yang terlalu banyak menempatkan nilai pada penampilan,
diet sendiri, dan mengkritik tubuh anak-anak mereka lebih mungkin untuk
memiliki anak dengan anoreksia. Kedua, karakteristik pribadi, seseorang dengan
anoreksia mungkin merasa buruk tentang dirinya sendiri, merasa tidak berdaya,
dan membenci cara dia terlihat. Dia memiliki harapan yang tidak realistis terhadap
dirinya sendiri dan berusaha untuk kesempurnaan. Dia merasa tidak berharga,
meskipun prestasi dan merasakan tekanan sosial untuk menjadi kurus. Ketiga,
gangguan lain emosional, lain masalah kesehatan mental, seperti depresi atau
kecemasan, terjadi bersama dengan anoreksia. Keempat, stres peristiwa atau
perubahan hidup, hal-hal seperti memulai sekolah baru atau pekerjaan.

F. Makna Cantik atau Konsep Cantik Menurut Beberapa Ahli Kecantikan di


Indonesia
Menurut Dr. BRA Mooryati Soedibyo, Presiden Direktur Mustika Ratu, pemilik
Woman Entrepreneurship Academy, Ketua Umum Asosiasi Spa Indonesia, cantik
adalah saat kondisi fisik seperti tubuh sehat, bugar, dan kondisi pikiran atau
rohani sehat pula. Di berbagai kesempatan seminarnya, Mooryati selalu
memberikan saran akan pentingnya kecantikan dan kesehatan dengan cara
berolahraga, olahraga adalah kunci sehat bagi semua orang. Dengan rajin
berolahraga, tubuh tidak hanya dapat mengeluarkan racun-racun tetapi juga dapat
dapat memproduksi hormon-hormon pemicu rasa bahagia seperti dopamine dan
serotonin. Olahraga membuat jauh dari stress. Tidak hanya olahraga fisik yang
dilakukan, akan tetapi olahraga mental juga harus dilakukan. Menyempatkan diri
untuk melakukan meditasi dan berdoa adalah hal baik agar fisik dan jiwa terhindar
dari tekanan, juga otomatis akan memancarkan aura cantik.
(http://bola.viva.co.id/news/read/228666-resep-awet-muda-mooryati-soedibyo).
Sedangkan menurut Dr. Martha Tilaar, perempuan juga harus cantik di dalam
bukan hanya di luarnya saja. "Saraswati menjadi simbol perempuan yang cantik
dan educated. Kecantikan perempuan harus lahir dan batin. Perempuan juga harus
well educated," kata Dr Martha, saat berbincang bersama sejumlah wartawan
menjelang acara Martha Tilaar Beauty Journey Bali, Jumat (21/1/2011). Saraswati
dalam keyakinan Hindu adalah sosok dewi, istri Brahma, yang dimaknai sebagai
12

dewi pelindung, pelimpah pengetahuan, kesadaran (widya), dan sastra. Dewi


Saraswati digambarkan sebagai seorang wanita cantik bertangan empat, biasanya
digambarkan sedang memegang genitri (tasbih) dan kropak (lontar). Yang lain
memegang wina (alat musik/rebab) dan sekuntum bunga teratai.
Tasbih, kata Dr Martha, mengartikan perempuan harus kuat iman. Rebab
adalah simbol komunikasi, sedangkan lontar simbol pengetahuan. "Perempuan
harus pintar berkomunikasi kepada suami, anak, dan masyarakat. Perempuan juga
harus well educated seperti makna daun lontar," ujar Martha. Sementara bunga
teratai, lanjutnya, bermakna simbol perempuan cantik yang mampu beradaptasi
kapan saja dan di mana saja. Seperti bunga teratai yang bisa hidup di mana saja,
bahkan dalam selokan yang bau. Perempuan, kata Dr Martha, harus mampu hidup
seperti teratai, kuat bertahan tetapi tetap terlihat cantik dalam suka duka.
Kecantikan perempuan semestinya tercermin dalam sikap.
(http://female.kompas.com/read/2011/01/24/19212361/martha.tilaar.perempuan.b
ukan.kanca.wingking)
Dari dua ahli kecantikan tersebut bisa disimpulkan bahwa untuk menjadi
cantik tidak hanya sebatas pada wajah, cara ber make-up, cara berpakaian, dan
sebagainya. Akan tetapi, juga harus diimbangi dengan kesehatan jasmani juga
rohani. Bermeditasi, berdoa, beribadah juga merupakan cara untuk memancarkan
aura kecantikan, karena dengan tubuh sehat serta diimbangi dengan jiwa, rohani
yang sehat akan lebih memancarkan aura kecantikan dengan sendirinya. Selain itu
juga kecantikan bisa dilihat dari bagaimana seorang perempuan bersikap, bersikap
baik di dalam keluarga, masyarakat akan menambah nilai plus seorang
perempuan. Perempuan juga harus berpendidikan, seperti kata Dr. Martha Tilaar
perempuan harus well educated. Sebagai perempuan juga harus bisa
menyesuaikan diri di berbagai lingkungan, bisa beradaptasi dengan baik, luwes
dalam bergaul, maka perempuan akan semakin berkharisma dan cantik.
G. Simpulan
1. Struktur Novel Cantik.
Ada satu tokoh yang dikategorikan sebagai tokoh utama cerita (central character,
main character) di dalam novel Cantik, yaitu Marissa. Marissa merupakan tokoh
yang tergolong penting karena ia ditampilkan terus-menerus dan mendominasi
cerita. Selain itu, ada juga tokoh tambahan (peripheral character), yaitu Natasha
yang merupakan kakak Marissa, Ibu, Ayah, teman-teman di kampus Marissa
seperti Alexander, Rosita, Zita Martini, Yuanita, Au’, Bram. Tokoh tambahan
lainnya yaitu Harry yang merupakan pacar Natasha, Dokter Nicholas dan Dokter
Linkan yang merawat Natasha. Ada juga Pooja, gadis pengidap anoreksia dan
merupakan pasien Dokter Linkan. Ronald, pemuda pengidap anoreksia, juga
merupakan pasien Dokter Linkan dan akhirnya memberikan pengaruh buruk serta
tujuh mitos kepada Marissa.
Ada lima tahapan yang berhubungan dengan alur atau plot di dalam novel
Cantik, yaitu tahap penyituasian, tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan
konflik, tahap klimaks, dan tahap penyelesaian. Tahap penyituasian berupa
pengenalan tokoh-tokoh yang ada di dalam novel Cantik terutama tokoh utama,
13

yaitu Marissa. Tahap pemunculan konflik, yaitu tahap di mana Marissa mulai
mengalami konflik dan orang-orang di sekitarnya mulai mempermasalahkan
badan kurus serta penampilannya. Tahap peningkatan konflik yaitu konflik atau
permasalahan yang dialami Marissa semakin berkembang dan meningkat, saat
keluarganya terutama Ibunya sendiri mulai cerewet dengan kondisi badan serta
penampilannya. Lebih parah lagi ketika Marissa menemukan catatan Natasha
yang berisi kebencian kepadanya. Selain itu, Marissa harus mengalami patah hati
dan terlibat peristiwa yang sangat memalukan saat Au’ memberikan catatan
pribadinya kepada Alex yang berisi perasaan sukanya terhadap Alex.
Permasalahan yang terus datang, juga ejekan-ejekan pada dan patah hatinya pada
Alex, akhirnya membuat Marissa depresi lalu berusaha untuk menaikkan berat
badannya dengan cara pintas, yaitu meminum pil perangang nafsu makan ilegal.
Akibat pil ilegal, lambung Marissa bermasalah, kondisi kejiwaannya juga semakin
buruk dan harus dirawat di rumah sakit. Di rumah sakit itu Marissa bertemu
dengan pengidap anoreksia bernama Ronald dan akhirnya Marissa tersugesti
untuk melakukan mitos pemberian Ronald, serta membuat Marissa terkena
anoreksia juga. Selanjutnya tahap klimaks, dimana Marissa menjadi sangat
membenci kata gemuk, menjalankan program diet juga selalu menghitung kalori
pada setiap makanan. Kondisi psikologis Marissa semakin memburuk disaat
mengetahui bahwa lelaki pujaannya yaitu Alex pulang kampung dan tidak kuliah
lagi. Marissa shock hebat dan akhirnya melakukan percobaan bunuh diri.
Terakhir, tahap penyelesaian, yaitu saat semua orang seperti teman-teman kampus
Marissa, keluarga terutama Natasha, sadar akan kejahatan yang telah dilakukan
kepada Marissa. Akhirnya, semua peduli dan menerima apa adanya Marissa.
Latar atau setting di dalam novel Cantik yaitu berupa latar tempat, latar
waktu dan latar sosial. Latar tempat antara lain lingkungan kampus, lingkungan
rumah Marissa, rumah sakit. Latar waktu bisa dikatakan variatif, mulai dari pagi,
siang, sore, senja dan malam hari. Sedangkan latar sosial berupa kesenjangan
ekonomi antara Marissa dan teman-temannya di kampus termasuk gaya hidup.
Juga permasalahan etnis, budaya, permasalahan spiritual yang berhubungan
dengan kepercayaan dan dukun serta makhluk halus.
2. Makna Cantik Bagi Tokoh Utama Maupun Orang-orang di Sekitarnya
dan Kondisi Psikologi Tokoh Utama Novel Cantik.
Sebagai remaja perempuan yang berada dalam masa transisi, Marissa terjebak di
dalam konsep cantik menurut keluarga juga lingkungan kampusnya. Ketika semua
orang mempermasalahkan tubuh kurus dan penampilannya Marissa menjadi
stress. Belum lagi masalah patah hatinya kepada seorang pemuda bernama Alex,
pada akhirnya Marissa berusaha sekuat tenaga untuk bisa menjadi apa yang
diinginkan keluarga dan teman-temannya. Marissa ingin menaikkan berat
badannya supaya lebih menarik, lebih cantik untuk bisa berdekatan dengan Alex,
laki-laki pujaannya. Selain itu, Marissa juga ingin mempermalukan mereka yang
selalu menghina tubuh dan penampilannya. Sampai suatu saat Marissa nekat
mengkonsumsi pil-pil ilegal penambah nafsu makan. Memang selama satu bulan
setelah mengkonsumsinya, badan Marissa mengalami kenaikan sampai delapan
kilogram. Namun, pola makan Marissa juga semakin tidak terkontrol. Marissa
seolah tidak mau berhenti mengunyah makanan, Marissa menjadi rakus. Keluarga,
14

dokter yang merawatnya, teman-teman bahkan dosen di kampus Marissa merasa


risih dengan perilaku Marissa yang dianggap tidak wajar. Akibat Marissa pil-pil
ilegal itu, lambung Marissa terinfeksi dan harus dirawat di rumah sakit. Di rumah
sakit itu pula lah Marissa bertemu sosok Ronald, pengidap anoreksia akut.
Marissa tersugesti pesan atau mitos yang telah diberikan Ronald. Marissa juga
selalu teringat kata-kata Ronald, bahwa tubuh Marissa masih cukup ideal dan
akan lebih bagus, lebih cantik apabila dikuruskan lagi. Marissa terpengaruh,
tersugesti kuat, dan akhirnya menjadi sangat benci dengan kata gemuk. Marissa
hanya ingin kurus dan kurus bahkan sampai mati sekalipun.
Marissa stress dengan konsep cantik orang-orang di sekitarnya, ditambah
dia harus menerima kenyataan bahwa laki-laki yang dicintainya telah pulang
kampong. Marissa tidak mempunyai semangat hidup lagi, Marissa melakukan
percobaan bunuh diri. Setelah semua peristiwa tragis itu, pada akhirnya semua
sadar dan membuka mata bahwa cantik tidak hanya bagaimana cara bermake-up,
berpakaian, berpenampilan yang baik. Akan tetapi kecantikan hati, kesehatan, rasa
cinta dan sayang yang akan memancarkan aura kebaikan.
Dampak dari permasalahan hidup yang dialami Marissa pada akhirnya
membuat kondisi kejiwaan Marissa terganggu dan mengindikasikan ke dalam
suatu gangguan psikologi atau suatu keadaan kejiwaan yang tidak wajar serta
masuk ke dalam teori psikologi abnormal. Dan beberapa gangguan psikologi yang
dialami Marissa yaitu fobia sosial, gangguan mood dan bunuh diri, serta gangguan
makan (eating disorder) berupa anoreksia nervosa. Beberapa tindakan Marissa
mengindikasikan ke dalam fobia sosial yaitu ketakutan berlebih sebelum sesuatu
terjadi dan kekhawatiran berlebih apabila dipermalukan di tempat umum. Hal
tersebut misalnya saat Marissa selalu ketakutan bahkan sampai gemetaran pada
waktu perkuliahan berlangsung. Marissa juga selalu memilih duduk di tempat
yang sekiranya tidak terjangkau oleh pandangan dosen. Marissa takut apabila sang
dosen menyuruhnya maju ke depan kelas dan dipermalukan teman-temannya.
Selain itu Marissa mengalami gangguan mood yang berfokus pada jenis gangguan
depresi mayor/ depressive mayor (major depressive disorder). Akibat dari
berbagai gangguan tersebut akhirnya Marissa melakukan percobaan bunuh diri.
Pola pikirnya yang semakin tidak sehat dan juga seperti tersugesti oleh mitos dari
Ronald akhirnya Marissa membenci kata gemuk, menghitung setiap kalori pada
makanan, melakukan diet salah sehingga pada akhirnya Marissa dinyatakan
anoreksia.
Daftar Pustaka
Aminuddin. 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa
dan Sastra. Malang: Yayasan Asih Asuh.
Chrisma W, Vanny. 2009. Cantik. Yogyakarta: Diva Press.
Damono, Sapardi Djoko. 1978. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas.
Jakarta:Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen P dan K.
Darma, Budi. 1983. Solilokui: Kumpulan Esai Sastra. Jakarta: Gramedia.
Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra. Yogyakarta:
Media Pressindo.
15

Escarpit, Robert. 2008. Sosiologi Sastra. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.


Faruk. 1994. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
______, 2011. Hadila, Remaja Tanpa Cinta. Solo: Yayasan Sollopeduli Umat.
Jeffrey S, dkk. 2005. Abnormal Psychologi/Psikologi Abnormal. Jakarta:
Erlangga.
Kartono, Kartini. 1972. Psikologi Abnormal. Bandung: Mandar Maju.
Koeswara. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: Eresco.
Noor, Redyanto. 2009. Pengantar Pengkajian Sastra. Semarang: Fasindo.
Nurgiyantoro. Burhan. 2007. Teori Pengkajian Sastra. Gajah Mada University
Press.
Sangidu. 2004. Penelitian Sastra, Pendekatan, Teori, Metode, Teknik dan Kiat.
Yogyakarta: Unit Penerbitan Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gajah Mada.
Soerjabrata, Soemadi. 1976. Psychologi Kepribadian. Yogyakarta: Rake Press.
Teew, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka
Jaya.
Warren, Wallek. 1995. Teori Kesusatraan. Jakarta: Gramedia

SUMBER INTERNET
http://fobiasosial.blogspot.com/
http://health.kompas.com/read/2012/09/13/08563480/Fobia.Sosial.yang.Mengham
bat.Karier
http://psikologi-untar.blogspot.com/2012/11/mengenal-gangguan-makan-
anorexia.html
http://ureport.news.viva.co.id/news/read/293542-tanda-tanda-fobia-sosial
Vannychrisma.blogspot.com
www.scribd.com/doc/19072121/Pendekatan-Dalam-Penelitian-Sastra

Anda mungkin juga menyukai