INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan makna cantik bagi tokoh utama
maupun konsep cantik menurut orang-orang ataupun komunitas di sekitar tokoh
utama. Selain itu juga mengungkapkan kondisi psikologis tokoh utama yaitu
Marissa. Penulis menggunakan analisis struktur untuk membantu
mendeskripsikan aspek struktur (tokoh, alur/plot, latar/setting) yang membangun
totalitas novel dan untuk mempermudah di dalam analisis selanjutnya.
Hasil dari analisis struktur terhadap novel Cantik adalah terdapat satu
tokoh utama dan beberapa tokoh tambahan. Beberapa tokoh tambahan tersebut
mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap kehidupan tokoh utama.
Selain itu novel Cantik menggunakan rangkaian alur yang terdiri dari lima
tahapan yaitu tahap penyituasian, tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan
konflik, tahap klimaks, dan tahap penyelesaian. Sedangkan untuk latar terdiri atas
latar waktu dan latar sosial.
Hasil dari analisis, Marissa terjebak di dalam konsep cantik menurut
keluarga, teman-teman atau komunitasnya. Marissa dianggap tidak sehat karena
tubuh terlalu kurus, tidak bisa mengikuti mode, tidak bisa merawat diri,
berpenampilan cantik. Marissa juga tidak bisa bersosialisasi dengan baik. Dalam
analisis psikologi sastra secara garis besar adalah Marissa mengalami gangguan
psikologi yang tergolong ke dalam psikologi abnormal berupa fobia sosial,
gangguan mood dan bunuh diri, serta gangguan makan (eating disorder). Marissa
juga terkena gangguan makan berupa anoreksia. Hal-hal atau peristiwa tidak
menyenangkan dalam kehidupan Marissa juga turut berkontribusi atas gangguan
psikologi yang dialami Marissa. Setelah berbagai peristiwa yang dialami Marissa
termasuk gangguan kesehatan maupun psikologisnya serta percobaannya untuk
bunuh diri, pada akhirnya menyadarkannya juga orang-orang di sekitarnya bahwa
cantik tidak hanya dinilai dari wajah, fisik, cara bermake-up, berpakaian. Akan
tetapi ada yang lebih penting dari itu yaitu kecantikan hati, dengan kecantikan hati
maka aura kebaikan juga akan muncul. Marissa akan sembuh dengan cinta, kasih
yang tulus dari orang-orang di sekitarnya dan menerimanya apa adanya.
Kata kunci: novel, psikologi sastra, psikologi abnormal, fobia sosial, eating
disorder, anoreksia nervosa, makna cantik.
2
keempat dari lima bersaudara ini pernah kuliah di STIE Perbanas, Surabaya.
Hobinya adalah membaca buku apa saja yang bisa menambah ilmu. Selain
membaca, ia sangat menyukai dunia tulis menulis. Novelnya yang sudah terbit
adalah Déjà Vu (Sheila), Wo Ai Ni Allah (DIVA Press, 2008), Madah Cinta
Shalihah (DIVA Press, 2008), Hati Jasmine (DIVA Press, 2008), Maimunah
(DIVA Press, 2009), Cantik (DIVA Press, 2009), dan Menjadi Tua dan Tersisih
(DIVA Press, 2009), (http://biopenulis.wordpress.com/2010/06/01/vanny-
chrisma-w/ diunduh pada hari Selasa tanggal 19 Februari 2013 pukul 12.35 WIB)
Novel Cantik karya Vanny memuat aspek psikologis, sebagai
pengungkapan atau ekspresi jiwa dalam menjalani realita kehidupan sebagai
perempuan yang digambarkan melalui tokoh utamanya. Novel ini menceritakan
tentang pandangan cantik menurut tokoh utama dan orang-orang di sekitar tokoh
utama. Konsep cantik itu sendiri sudah ada takaran, ukuran tersendiri di dalam
suatu komunitas, golongan, masyarakat, bahkan negara tertentu. Akan tetapi
karena suatu konsep cantik itu pula lah yang pada akhirnya mengubah kehidupan
tokoh utama. Tokoh utama perempuan yang masih remaja dan berada di masa
transisi dari sekolah menengah menuju bangku kuliah kurang beradaptasi dengan
baik. Perempuan yang menjadi tertekan bahkan terganggu secara psikologis yang
diawali dari pandangan orang-orang di sekitarnya terhadap tubuh kurus dan
penampilannya. Selain itu, diceritakan pula tentang perempuan dengan berbagai
permasalahan kehidupan yang rumit bahkan sampai menyebabkan gangguan
kejiwaan, disusun ke dalam tulisan dan bahasa sederhana, ringan, sehingga
menarik pembaca terlebih kaum perempuan untuk membaca sampai endingnya.
Masalah percintaan seperti patah hati, pergaulan dan lingkungan sosialnya juga
turut diceritakan dengan cukup unik di dalam novel Cantik.
Novel ini mengetengahkan beberapa konflik yang ada dalam kehidupan
bermasyarakat. Sebagai contoh seorang perempuan yang mempunyai
permasalahan dengan kondisi fisik, sulit untuk bergaul karena teman-teman dan
orang-orang di lingkungannya selalu meremehkannya. Permasalahan yang dialami
tokoh utama, kejiwaan tokoh utama menjadi salah satu bagian yang paling
menonjol, menarik untuk dianalisis atau ditelaah. Lingkungan di sekitar
kehidupan tokoh utama juga turut mempengaruhi kondisi kejiwaan dan akhirnya
menjadi salah satu faktor pendorong bagi penulis untuk mengalisis lebih dalam
dengan ilmu bantu psikologi. Ilmu psikologi dipakai sebagai alat untuk
menganalisis kondisi kejiwaan terutama tokoh utama. Faktor pendorong lainnya
karena menurut pengamatan penulis di sejumlah media, baik pustaka maupun
internet belum pernah menemukan kajian atau analisis tentang novel Cantik ini
sehingga memacu penulis untuk terus melanjutkan penelitian dengan ilmu bantu
psikologi.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah sangat diperlukan dalam suatu penelitian, agar penelitian tidak
menyimpang dan bisa disusun secara sistematis. Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat
dipaparkan, yaitu:
a. makna dan dampak psikologis kecantikan bagi tokoh perempuan;
b. kepribadian tokoh utama dalam novel Cantik ditinjau dari aspek psikologi.
4
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
sosiologi sastra sebagai metode utama dan metode struktural sebagai penunjang.
Metode struktural dan pendekatan sosiologi digunakan karena karya sastra tidak
terlepas dari pengarang, latar belakangnya, lingkungan, dan kondisi sosial pada
saat karya tersebut ditulis.
Sosiologi karya sastra mempelajari isi karya sastra, tujuan serta hal-hal
lain yang tersirat dalam karya sastra berkaitan dengan masalah-masalah sosial.
Pendekatan sosiologi sastra yang paling banyak dimanfaatkan selama ini adalah
kaitannya dengan fungsi sebagai aspek dokumenter sastra. Landasannya adalah
gagasan bahwa karya sastra merupakan cermin zamannya. Pandangan ini
beranggapan bahwa sastra merupakan cermin langsung dari berbagai segi struktur
sosial, hubungan kekeluargaan, pertentangan kelas, dan lain-lain. Dalam hal ini,
tugas sosiologi sastra adalah menghubungkan pengalaman tokoh-tokoh khayali
dan situasi-situasi ciptaan pengarang itu dengan keadaan sejarah yang merupakan
asal usulnya. Tema dan gaya yang ada dalam karya sastra yang bersifat pribadi
itu, harus diubah menjadi hal-hal yang sosial sifatnya.
Adapun prinsip metode struktural adalah metode yang digunakan untuk
membongkar dan memaparkan secermat, sedetail, semendalam mungkin
keterkaitan dan keterjalinan semua anasis dan aspek karya sastra yang bersama-
sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984:135). Metode struktural ini
akan penulis gunakan sebagai pijakan untuk mengukuhkan analisis psikologi
terhadap objek material, yakni novel Cantik. Hal ini sejalan dengan pendapat
5
metode struktur untuk mendeskripsikan aspek struktur (tokoh, latar, alur, dan
konflik) yang membangun totalitas novel. Ayu juga menggunakan metode
psikologi sastra sebagai landasan berpijak dalam melakukan analisis terhadap
karakter tokoh. Tujuannya adalah mengungkapkan kondisi kejiwaan pada tokoh
utama dalam alur novel Perahu Kertas, yakni Kugy.
Keempat, oleh Ulvadisa Santora dalam skripsi yang berjudul “Perjuangan
Hidup dan Kemandirian Tokoh Utama dalam Novel Padang Bulan Karya Andrea
Hirata: Sebuah Tinjauan Psikologi” (2012) yang bertujuan untuk mengungkapkan
struktur novel Padang Bulan dan mengungkapkan kepribadian tokoh utama serta
perjuangan dalam mempertahankan hidup dan mewujudkan impian. Teori yang
digunakan dalam penelitian yaitu teori struktural dan teori psikologi. Teori
psikologi yang digunakan adalah teori kepribadian dalam Car Gustav Jung. Teori
Car Gustav Jung dalam mengendalikan tingkah lakunya meliputi persona, anima-
animus, shadow, dan self.
E. Landasan Teori
1. Teori Struktural Cerita Rekaan (Novel)
Menurut Noor, struktur adalah keseluruhan relasi antara berbagai unsur sebuah
teks. Strukturalisme adalah ilmu dan kritik yang memusatkan perhatian pada
relasi-relasi antarunsur (2009:76). Menurut pendapat Nurgiyantoro, analisis
struktural karya sastra, dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur
intrinsik fiksi yang bersangkutan. Mula-mula diidentifikasi dan dideskripsikan,
misalnya, bagaimana keadaan peristiwa-peristiwa, plot, tokoh dan penokohan,
latar, sudut pandang dan lain-lain. Selanjutnya dijelaskan fungsi masing-masing
unsur itu dalam menunjang makna keseluruhannya, dan bagaimana hubungan
antarunsur itu sehingga secara bersama membentuk sebuah totalitas-kemaknaan
yang padu. Misalnya, bagaimana hubungan antara peristiwa yang satu dengan
yang yang lain, kaitannya dengan pemplotan yang tidak selalu kronologis,
kaitannya dengan tokoh, penokohan, latar, dan sebagainya (2005:37).
Prinsip pendekatan struktural menurut Teeuw adalah untuk membongkar
dan memaparkan secermat, sedetail, semendalam mungkin keterkaitan dan
keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama
menghasilkan makna menyeluruh (1984:135). Lebih lanjut Teeuw,
mengungkapkan bahwa analisis struktur memang suatu langkah, suatu sarana atau
alat dalam proses pemberian makna dan dalam usaha ilmiah untuk memahami
proses itu sesempurna mungkin, langkah itu tidak boleh dimutlakan, tetapi tidak
boleh pula ditiadakan atau dilampaui (1984:154) .
Untuk mempermudah dalam penelitian, maka pertama dilakukan analisis
struktural seperti meneliti unsur intrinsik novel ini. Selanjutnya analisis dengan
menggunakan ilmu bantu psikologi. Pada subpokok bahasan tentang struktur
novel, khususnya unsur intrinsik, penulis membatasi pada tokoh, alur/plot, dan
latar/setting saja, dengan pertimbangan bahwa ketiga unsur tersebut paling
mendominasi jika dihubungkan dengan penelitian selanjutnya, yaitu analisis
psikologi tokoh utama.
7
a. Pengertian Tokoh
Tokoh cerita (character), menurut Abrams dalam Nurgiyantoro adalah orang(-
orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh
pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan apa yang dilakukan dalam
tindakan (2005:165). Kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam
ucapan dalam kaitannya dengan dengan keseluruhan cerita, peranan tiap-tiap
tokoh di dalam sebuah novel tentu tidak sama. Menurut Nurgiyantoro dilihat dari
segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, ada tokoh yang
tergolong penting dan diampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi
sebagian besar cerita, dan sebaliknya, ada tokoh(-tokoh) yang hanya dimunculkan
sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun mungkin dalam porsi
penceritaan yang relatif pendek. Tokoh yang disebut pertama adalah tokoh utama
cerita (central character, main character), sedangkan yang kedua adalah tokoh
tambahan (peripheral character) (2005:176)..
b. Pengertian Alur atau Plot
Alur atau plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu
hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau
menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain (Stanton dalam Nurgiyantoro,
2005:113). Masih menurut Nurgiyantoro, plot merupakan unsur fiksi yang
penting, bahkan tidak sedikit orang menganggapnya sebagai yang terpenting di
antara berbagai unsur fiksi yang lain. Tinjauan struktural terhadap karya fiksi pun
sering lebih ditekankan pada pembicaraan plot, walau mungkin mempergunakan
istilah lain (2005:110).
Dalam buku Burhan Nurgiyantoro, dijelaskan bahwa tahapan alur dibagi
menjadi lima bagian, yaitu:
i. tahap penyituasian;
ii. tahap pemunculan konflik;
iii. tahap peningkatan konflik;
iv. tahap klimaks;
v. tahap penyelesaian.
Menurut Nurgiyantoro, tahap penyituasian adalah tahap yang berisi pelukisan dan
pengenalan situasi latar dan tokoh cerita. Tahap pemunculan konflik adalah tahap
awal munculnya konflik melalui peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Tahap
peningkatan konflik adalah tahap pengembangan konflik, yang mana konflik yang
telah muncul semakin berkembang. Tahap klimaks adalah tahap puncak yang
mana konflik yang dialami tokoh sudah berada di titik puncak. Terakhir, tahap
penyelesaian adalah tahap yang mana konflik yang sudah berada di titik puncak
mengalami pengendoran, mendapat penyelesaian atau jalan keluar (2005:149-
150).
c. Pengertian Latar atau Setting
Menurut pendapat Abrams, latar atau setting disebut juga sebagai landasan tumpu,
menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (1981:175). Sedangkan menurut
Stanton (1965) mengelompokkan latar bersama dengan tokoh dan plot, ke dalam
fakta (cerita) sebab ketiga hal ini lah yang akan dihadapi, dan dapat diimajinasi
oleh pembaca secara faktual jika membaca cerita fiksi. Atau, ketiga hal inilah
8
yang secara konkret dan langsung membentuk cerita: tokoh cerita adalah pelaku
dan penderita kejadian-kejadian yang bersebab akibat, dan itu perlu pijakan, di
mana dan kapan.
Burhan Nurgiyantoro dalam bukunya yang berjudul Teori Pengkajian
Fiksi, membedakan latar atas tiga unsur pokok, yaitu:
i. latar tempat;
ii. latar waktu;
iii. latar sosial.
Berdasarkan pendapat Nurgiyantoro, latar tempat menyaran pada lokasi
terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu
berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar sosial menyaran pada pada hal-hal
yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat
yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat
mencakup berbagai masalah, meliputi kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain. Ketiga
unsur ini nantinya akan saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan
yang lainnya (2005:227-237).
2. Teori Psikologi Sastra
Setelah unsur-unsur intrinsik selesai dianalisis secara struktural, kemudian
dilakukan analisis berikutnya yaitu analisis unsur ekstrisik. Menurut Noor, untuk
menganalisis unsur-unsur ekstrinsik sebuah karya sastra perlu memanfaatkan ilmu
lain sebagai ilmu bantu, misalnya ilmu filsafat, biografi, sosiologi, sejarah, agama,
psikologi, cabang-cabang seni yang lain, dan sebagainya (2009:38). Lebih lanjut
Noor menyebutkan bahwa terdapat persamaan fungsi antara sastra dan psikologi,
yaitu keduanya sama-sama berurusan dengan persoalan manusia sebagai makhluk
individu sekaligus makhluk sosial. Keduanya memanfaatkan landasan yang sama,
yaitu menjadikan pengalaman manusia sebagai bahan utama penelaahan. Itulah
sebabnya, pendekatan psikologi dianggap penting penggunaannya dalam kajian
sastra (2009:44-47).
Endraswara berpendapat bahwa penelitian psikologi sastra yang otentik
memiliki tiga kemungkinan, yaitu (1) penelitian hubungan ketidaksengajaan
antara pengarang dan pembaca, (2) penelitian kehidupan pengarang memahami
karyanya, dan (3) penelitian karakter para tokoh yang ada dalam karya yang
diteliti (2008:64). Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian karakter
pada tokoh yang ada dalam karya sastra (novel) khususnya tokoh utama.
Penelitian juga dimaksudkan untuk mengetahui kondisi kejiwaan sang tokoh,
termasuk gejala-gejala yang mungkin mengindikasikan suatu keadaan kejiwaan
yang tidak wajar dan masuk ke dalam teori psikologi abnormal.
3. Teori Psikologi Abnormal
Menurut Nevid, teori ini berpendapat bahwa psikologi abnormal (abnormal
psychology) merupakan salah satu cabang psikologi. Kondisi emosional seperti
kecemasan dan depresi dapat dikatakan abnormal apabila tidak sesuai dengan
situasinya (2005:4-5). Sebelumnya Nevid juga mengatakan bahwa pola perilaku
abnormal meliputi gangguan fungsi psikologis atau gangguan perilaku
9
lebih banyak terjadi pada mahasiswa tingkat pertama dibanding pada mahasiswa
tingkat senior atau pascasarjana, di mana hal ini dapat merefleksikan kesulitan-
kesulitan yang dialami banyak mahasiswa baru untuk menyesuaikan diri dengan
kehidupan kampus (2005:230).
Sesuai penelitian yang akan dilakukan terhadap novel Cantik, maka
tahapan ini berfokus pada tipe gangguan mood dengan jenis gangguan depresi
mayor. Dalam bukunya yang berjudul Psikologi Abnormal, Jeffrey S. Nevid
menjelaskan diagnosis dari gangguan depressive mayor (major depressive
disorder) (juga disebut depresi mayor) didasarkan pada munculnya satu atau lebih
episode depresi mayor tanpa adanya riwayat episode manik (manic) atau
hipomanik (hypomanic). Dalam episode depresi mayor, orang tersebut mengalami
salah satu di antara mood depresi (merasa sedih, putus asa, atau “terpuruk”) atau
kehilangan minat/rasa senang dalam semua atau berbagai aktivitas untuk periode
waktu paling sedikit 2 minggu (APA, 2000).
Adapun ciri-ciri diagnostik dari suatu episode depresi mayor adalah yang
pertama adalah mood yang depresi hampir sepanjang hari, dan hampir setiap hari.
Dapat berupa mood yang mudah tersinggung pada anak-anak atau remaja. Kedua,
penurunan kesenangan atau minat secara drastis dalam semua atau hampir semua
aktivitas, hampir setiap hari, hampir sepanjang hari. Ketiga, Suatu kehilangan atau
pertambahan berat badan yang signifikan (5% lebih dari berat tubuh dalam
sebulan), tanpa upaya apapun untuk berdiet, atau suatu peningkatan atau
penurunan dalam selera makan. Keempat, setiap hari (atau hampir setiap hari)
mengalami insomnia atau hipersomnia (tidur berlebihan). Kelima, agitasi yang
berlebihan atau melambatnya respons gerakan hampir setiap hari. Keenam,
perasaan lelah atau kehilangan energi hampir setiap hari. Ketujuh, perasaan tidak
berharga atau salah tempat ataupun rasa bersalah yang berlebihan atau tidak tepat
hampir setiap hari. Kedelapan, berkurangnya kemampuan untuk berkonsentrasi
atau berpikir jernih atau untuk membuat keputusan hampir setiap hari.
Kesembilan, pikiran yang muncul berulang tentang kematian atau bunuh diri
tanpa suatu rencana yang spesifik, atau munculnya suatu percobaan bunuh diri,
atau rencana yang spesifik untuk melakukan bunuh diri (2005:231).
Menurut Nevid, untuk perilaku bunuh diri bukanlah merupakan suatu
gangguan psikologis, tetapi sering merupakan ciri atau simtom dari gangguan
psikologis yang mendasarinya, biasanya gangguan mood (2005:262). Setengah
lebih (54%) dari suatu sampel yang merupakan 694 mahasiswa tahun pertama
dilaporkan telah memikirkan bunuh diri paling tidak dalam satu kesempatan
(Meehan, 1991).
c. Gangguan Makan (Eating Disorder)
Gangguan makan (eating disorder) merupakan sebuah gangguan kebiasaan makan
seperti makan berlebihan atau kekurangan yang dapat merugikan fisik dan
emosional manusia (news-medical, 2012). Gangguan makan dapat disebabkan
berbagai faktor, seperti faktor genetik, psikologis, dan sosio-kultural
(http://psikologi-untar.blogspot.com/2012/11/mengenal-gangguan-makan-
anorexia.html, diunduh pada hari Senin tanggal 25 Februari 2013, pukul 10.41
WIB).
11
Adapun jenis gangguan makan yang akan dibahas secara khusus sebagai dasar
penelitian yaitu anoreksia nervosa.
Orang dengan anoreksia nervosa berusaha melaparkan diri, hidup dengan
sedikit atau tanpa makanan untuk waktu yang sangat lama, namun mereka tetap
yakin bahwa mereka masih perlu untuk menurunkan berat badan lebih banyak
lagi. Anoreksia nervosa lebih dari sekedar masalah dengan makanan. Ini adalah
cara menggunakan makanan untuk merasa mengendalikan perasaan-perasaan lain
yang mungkin tampak luar biasa. Kelaparan adalah cara untuk orang dengan
anoreksia merasa lebih mengendalikan kehidupan mereka dan untuk meredakan
ketegangan, kemarahan, dan kecemasan. Meskipun tidak ada penyebab tunggal
tentang anoreksia nervosa, beberapa hal yang mungkin berkontribusi pada
perkembangan gangguan ini yaitu pertama keluarga, orang dengan ibu atau
saudara perempuan dengan anoreksia lebih mungkin untuk mengembangkan
penyakit ini. Orangtua yang terlalu banyak menempatkan nilai pada penampilan,
diet sendiri, dan mengkritik tubuh anak-anak mereka lebih mungkin untuk
memiliki anak dengan anoreksia. Kedua, karakteristik pribadi, seseorang dengan
anoreksia mungkin merasa buruk tentang dirinya sendiri, merasa tidak berdaya,
dan membenci cara dia terlihat. Dia memiliki harapan yang tidak realistis terhadap
dirinya sendiri dan berusaha untuk kesempurnaan. Dia merasa tidak berharga,
meskipun prestasi dan merasakan tekanan sosial untuk menjadi kurus. Ketiga,
gangguan lain emosional, lain masalah kesehatan mental, seperti depresi atau
kecemasan, terjadi bersama dengan anoreksia. Keempat, stres peristiwa atau
perubahan hidup, hal-hal seperti memulai sekolah baru atau pekerjaan.
yaitu Marissa. Tahap pemunculan konflik, yaitu tahap di mana Marissa mulai
mengalami konflik dan orang-orang di sekitarnya mulai mempermasalahkan
badan kurus serta penampilannya. Tahap peningkatan konflik yaitu konflik atau
permasalahan yang dialami Marissa semakin berkembang dan meningkat, saat
keluarganya terutama Ibunya sendiri mulai cerewet dengan kondisi badan serta
penampilannya. Lebih parah lagi ketika Marissa menemukan catatan Natasha
yang berisi kebencian kepadanya. Selain itu, Marissa harus mengalami patah hati
dan terlibat peristiwa yang sangat memalukan saat Au’ memberikan catatan
pribadinya kepada Alex yang berisi perasaan sukanya terhadap Alex.
Permasalahan yang terus datang, juga ejekan-ejekan pada dan patah hatinya pada
Alex, akhirnya membuat Marissa depresi lalu berusaha untuk menaikkan berat
badannya dengan cara pintas, yaitu meminum pil perangang nafsu makan ilegal.
Akibat pil ilegal, lambung Marissa bermasalah, kondisi kejiwaannya juga semakin
buruk dan harus dirawat di rumah sakit. Di rumah sakit itu Marissa bertemu
dengan pengidap anoreksia bernama Ronald dan akhirnya Marissa tersugesti
untuk melakukan mitos pemberian Ronald, serta membuat Marissa terkena
anoreksia juga. Selanjutnya tahap klimaks, dimana Marissa menjadi sangat
membenci kata gemuk, menjalankan program diet juga selalu menghitung kalori
pada setiap makanan. Kondisi psikologis Marissa semakin memburuk disaat
mengetahui bahwa lelaki pujaannya yaitu Alex pulang kampung dan tidak kuliah
lagi. Marissa shock hebat dan akhirnya melakukan percobaan bunuh diri.
Terakhir, tahap penyelesaian, yaitu saat semua orang seperti teman-teman kampus
Marissa, keluarga terutama Natasha, sadar akan kejahatan yang telah dilakukan
kepada Marissa. Akhirnya, semua peduli dan menerima apa adanya Marissa.
Latar atau setting di dalam novel Cantik yaitu berupa latar tempat, latar
waktu dan latar sosial. Latar tempat antara lain lingkungan kampus, lingkungan
rumah Marissa, rumah sakit. Latar waktu bisa dikatakan variatif, mulai dari pagi,
siang, sore, senja dan malam hari. Sedangkan latar sosial berupa kesenjangan
ekonomi antara Marissa dan teman-temannya di kampus termasuk gaya hidup.
Juga permasalahan etnis, budaya, permasalahan spiritual yang berhubungan
dengan kepercayaan dan dukun serta makhluk halus.
2. Makna Cantik Bagi Tokoh Utama Maupun Orang-orang di Sekitarnya
dan Kondisi Psikologi Tokoh Utama Novel Cantik.
Sebagai remaja perempuan yang berada dalam masa transisi, Marissa terjebak di
dalam konsep cantik menurut keluarga juga lingkungan kampusnya. Ketika semua
orang mempermasalahkan tubuh kurus dan penampilannya Marissa menjadi
stress. Belum lagi masalah patah hatinya kepada seorang pemuda bernama Alex,
pada akhirnya Marissa berusaha sekuat tenaga untuk bisa menjadi apa yang
diinginkan keluarga dan teman-temannya. Marissa ingin menaikkan berat
badannya supaya lebih menarik, lebih cantik untuk bisa berdekatan dengan Alex,
laki-laki pujaannya. Selain itu, Marissa juga ingin mempermalukan mereka yang
selalu menghina tubuh dan penampilannya. Sampai suatu saat Marissa nekat
mengkonsumsi pil-pil ilegal penambah nafsu makan. Memang selama satu bulan
setelah mengkonsumsinya, badan Marissa mengalami kenaikan sampai delapan
kilogram. Namun, pola makan Marissa juga semakin tidak terkontrol. Marissa
seolah tidak mau berhenti mengunyah makanan, Marissa menjadi rakus. Keluarga,
14
SUMBER INTERNET
http://fobiasosial.blogspot.com/
http://health.kompas.com/read/2012/09/13/08563480/Fobia.Sosial.yang.Mengham
bat.Karier
http://psikologi-untar.blogspot.com/2012/11/mengenal-gangguan-makan-
anorexia.html
http://ureport.news.viva.co.id/news/read/293542-tanda-tanda-fobia-sosial
Vannychrisma.blogspot.com
www.scribd.com/doc/19072121/Pendekatan-Dalam-Penelitian-Sastra