PENGORGANISASIAN MASYARAKAT
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini
membantu baik bantuan secara fisik maupun batin yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu
dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini ini. Akhir kata, semoga
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 3
BAB I ................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 6
BAB II ............................................................................................................................... 8
PEMBAHASAN ............................................................................................................... 8
2.1. Konsep Pemberdayaan Masyarakat ....................................................................... 8
2.2 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ....................................................................... 11
2.3 Ciri dan Strategi Pemerdayaan Masyarakat .......................................................... 11
2.4 Proses Pemberdayaan Masyarakat ........................................................................ 14
2.5 Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat.......................................................... 16
2.6 Langkah-langkah Pemberdayaan Masyarakat....................................................... 17
2.7 Peran Petugas Atau Sektor Kesehatan Dalam Pemberdayaan Masyarakat ........ 19
2.8 Pengertian Pengorganisasian Masyarakat ............................................................. 19
2.9 Tujuan Pengorganisasian Masyarakat ................................................................... 20
2.10 Model Pengorganisasian Masyarakat .................................................................. 20
3.11 Tahapan dalam pengorganisasian masyarakat .................................................... 22
BAB III ........................................................................................................................... 28
PENUTUP ....................................................................................................................... 28
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 28
3.2 Saran ...................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 30
3
BAB I
PENDAHULUAN
itu misalnya dari sisi manajemen berarti perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi. Dari sisi bidang yang yang harus dibangun juga memiliki
aspek kehidupan yang sangat luas. Aspek kehidupan itu mencakup kehidupan
politik, ekonomi, sosial dan budaya serta pertahanan dan keamanan. Dalam
pembangunan.
penerima manfaat (beneficiaries) yang tergantung pada pemberian dari pihak luar
yang bertindak) yang berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri bukan berarti
4
lepas dari tanggung jawab negara. Pemberian layanan publik (kesehatan,pendidikan,
dilaksanakan oleh setiap unit kerja sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan
terdiri dari beberapa aktifitas dengan sasaran untuk mencapai tujuan yang telah
dengan unit lain secara horizontal dan vertikal untuk mencapai tujuan organisasi
5
mengorganisasikan aktivitasnya melalui kelompok-kelompok sehingga tujuan
1.2.7 Apa sajakah peran petugas atau sektor kesehatan dalam pemberdayaan
masyarakat ?
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui konsep
6
1.3.2 Tujuan Khusus
masyarakat.
masyarakat.
masyarakat.
7
BAB II
PEMBAHASAN
8
banyak dipengaruhi oleh kemajuan ekonomi dan teknologi yang nantinya dipakai
sebagai basis dasar dari kekuasaan (power).
Power adalah kemampuan untuk mendapatkan atau mewujudkan tujuan.
Bachrach dan Baratz (1970) membuktikan bahwa power adalah konsep rasional
(rational concept). Dalam pandangan mereka, power yang dilakukan A hanya
dilakukan dalam hubungan individu atau kelompok B untuk memenuhi kebutuhan.
Pemenuhan kebutuhan yang diberikan oleh B yang rela melakukan pilihan atas sanksi
yang ada atau akan kehilangan sesuatu yang lebih tinggi (kekuasaan atau uang).
Ironisnya, kekuasaan itu kemudian membuat bangunanbangunan yang cenderung
manipulatif, termasuk sistem pengetahuan, politik, hukum, ideologi dan religi. Akibat
dari proses ini, manusia yang berkuasa menghadapi manusia yang dikuasai. Dari
sinilah muncul keinginan untuk membangun masyarakat yang lebih manusiawi dan
menghasilkan system alternatif yang menemukan proses pemberdayaan. Sistem
alternatif memerlukan proses “empowerwent of the powerless.” Namun empowerment
hanya akan mempunyai arti kalau proses pemberdayaan menjadi bagian dan fungsi
dari kebudayaan, yaitu aktualisasi dan koaktualisasi eksistensi manusia dan bukan
sebaliknya menjadi hal yang destruktif bagi proses aktualisasi dan koaktualisasi
eksistensi manusia (Prijono Dan Pranarka, 1996).
Pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan,
menswadayakan, memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah
terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan (Sutoro
Eko, 2002). Konsep pemberdayaan (masyarakat desa) dapat dipahami juga dengan
dua cara pandang. Pertama, pemberdayaan dimaknai dalam konteks menempatkan
posisi berdiri masyarakat. Posisi masyarakat bukanlah obyek penerima manfaat
(beneficiaries) yang tergantung pada pemberian dari pihak luar seperti pemerintah,
melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau partisipan yang bertindak) yang
berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri bukan berarti lepas dari
tanggungjawab negara. Pemberian layanan publik (kesehatan, pendidikan,
perumahan, transportasi dan seterusnya) kepada masyarakat tentu merupakan tugas
(kewajiban) negara secara given. Masyarakat yang mandiri sebagai partisipan berarti
9
terbukanya ruang dan kapasitas mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol
lingkungan dan sumberdayanya sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, dan
ikut menentukan proses politik di ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam
proses pembangunan dan pemerintahan (Sutoro Eko, 2002). Permendagri RI Nomor 7
Tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat, dinyatakan bahwa
pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi yang digunakan dalam pembangunan
masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pasal 1 , ayat (8) ). Inti
pengertian pemberdayaan masyarakat merupakan strategi untuk mewujudkan
kemampuan dan kemandirian masyarakat.
Para ilmuwan sosial dalam memberikan pengertian pemberdayaan
mempunyai rumusan yang berbeda-beda dalam berbagai konteks dan bidang kajian,
artinya belum ada definisi yang tegas mengenai konsep tersebut. Namun demikian,
bila dilihat secara lebih luas, pemberdayaan sering disamakan dengan perolehan daya,
kemampuan dan akses terhadap sumber daya untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh
karena itu, agar dapat memahami secara mendalam tentang pengertian pemberdayaan
maka perlu mengkaji beberapa pendapat para ilmuwan yang memiliki komitmen
terhadap pemberdayaan masyarakat.
Sulistiyani (2004) menjelaskan lebih rinci bahwa secara etimologis
pemberdayaan berasal dari kata dasar "daya" yang berarti kekuatan atau kemampuan.
Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dimaknai sebagai proses untuk
memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau proses pemberian daya,
kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang
atau belum berdaya. Berdasarkan beberapa pengertian pemberdayaan yang
dikemukakan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya
pemberdayaan adalah suatu proses dan upaya untuk memperoleh atau memberikan
daya, kekuatan atau kemampuan kepada individu dan masyarakat lemah agar dapat
mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan kebutuhan dan potensi serta masalah
yang dihadapi dan sekaligus memilih alternatif pemecahnya dengan mengoptimalkan
sumberdaya dan potensi yang dimiliki secara mandiri.
10
Pemberdayaan sebagai proses menunjuk pada serangkaian tindakan yang
dilakukan secara sistematis dan mencerminkan pentahapan kegiatan atau upaya
mengubah masyarakat yang kurang atau belum berdaya, berkekuatan, dan
berkemampuan menuju keberdayaan. Makna "memperoleh" daya, kekuatan atau
kemampuan menunjuk pada sumber inisiatif dalam rangka mendapatkan atau
meningkatkan daya, kekuatan atau kemampuan sehingga memiliki keberdayaan. Kata
"memperoleh" mengindikasikan bahwa yang menjadi sumber inisiatif untuk berdaya
berasal dari masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, masyarakat harus menyadari akan
perlunya memperoleh daya atau kemampuan. Makna kata "pemberian" menunjukkan
bahwa sumber inisiatif bukan dari masyarakat. Inisiatif untuk mengalihkan daya,
kemampuan atau kekuatan adalah pihak-pihak lain yang memiliki kekuatan dan
kemampuan, misalnya pemerintah atau agen-agen pembangunan lainnya.
11
2. Community organization: organisasi seperti PKK, karang taruna, majlis
taklim,dan lainnnya merupakan potensi yang dapat dijadikan mitra kerja
dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
3. Community Fund: Dana sehat atau Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat (JPKM) yang dikembangkan dengan prinsip gotong royong
sebagai salah satu prinsip pemberdayaan masyarakat.
4. Community material : setiap daerah memiliki potensi tersendiri yang dapat
digunakan untuk memfasilitasi pelayanan kesehatan. Misalnya, desa dekat
kali pengahsil pasir memiliki potensi untuk melakukan pengerasan jalan untuk
memudahkan akses ke puskesmas.
5. Community knowledge: pemberdayaan bertujuan meningkatkan pengetahuan
masyarakat dengan berbagai penyuluhan kesehatan yang menggunakan
pendekatan community based health education.
6. Community technology: teknologi sederhana di komunitas dapat digunakan
untuk pengembangan program kesehatan misalnya penyaringan air dengan
pasir atau arang.
Ada beberapa strategi yang dapat menjadi pertimbangan untuk dipilih dan
kemudian diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat.
a) Strategi 1 : Menciptakan iklim, memperkuat daya, dan melindungi. Dalam
upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi yaitu ;
1. pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat
2. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat
(empowering). Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang amat
pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan,
serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti
modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar. Masukan
berupa pemberdayaan ini menyangkut pembangunan prasarana dan
sarana dasar fisik, seperti irigasi, jalan, listrik, maupun sosial
seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat
12
dijangkau oleh masyarakat pada lapisan paling bawah, serta
ketersediaan lembagalembaga pendanaan, pelatihan, dan
pemasaran di perdesaan, dimana terkonsentrasi penduduk yang
keberdayaannya amat kurang. Untuk itu, perlu ada program khusus
bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena program-program
umum yang berlaku tidak selalu dapat menyentuh lapisan
masyarakat ini.
3. Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam
proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi
bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam
menghadapi yang kuat.
b) Strategi 2 : Program Pembangunan Pedesaan Pemerintah di Negara-negara
berkembang termasuk Indonesia telah mencanangkan berbagai macam
program pedesaan, yaitu
(1) pembangunan pertanian
(2) industrialisasi pedesaan
(3) pembangunan masyarakat desa terpadu
(4) strategi pusat pertumbuhan
c) Strategi gotong royong melihat masyarakat sebagai sistem sosial. Artinya
masyarakat terdiri dari atas bagian-bagian yang saling kerjasama untuk
mewujudkan tujuan bersama. Gotong royong dipercaya bahwa perubahan-
perubahan masyarakat, dapat diwujudkan melalui partisipasi luas dari segenap
komponen dalam masyarakat. Prosedur dalam gotong royong bersifat
demokratis, dilakukan diatas kekuatan sendiri dan kesukarelaan.
d) Strategi pembangunan Teknikal – Profesional, dalam memecahkan berbagai
masalah kelompok masyarakat dengan cara mengembangkan norma, peranan,
prosedur baru untuk menghadapi situasi baru yang selalu berubah. Dalam
strategi ini peranan agen – agen pembaharuan sangat penting. Peran yang
dilakukan agen pembaharuan terutama dalam menentukan program
pembangunan, menyediakan pelayanan yang diperlukan, dan menentukan
13
tindakan yang diperlukan dalam merealisasikan program pembangunan
tersebut. Agen pembaharuan merupakan kelompok kerja yang terdiri atas
beberapa warga masyarakat yang terpilih dan dipercaya untuk menemukan
cara –cara yang lebih kreatif sehingga hambatan –hambatan dalam
pelaksanaan program pembangunan dapat diminimalisir.
e) Strategi Konflik, melihat dalam kehidupan masyarakat dikuasasi oleh
segelintir orang atau sejumlah kecil kelompok kepentingan tertentu. Oleh
karena itu, strategi ini menganjurkan perlunya mengorganisir lapisan
penduduk miskin untuk menyalurkan permintaan mereka atas sumber daya
dan atas perlakuan yang lebih adil dan lebih demokratis. Strategi konflik
menaruh tekanan perhatian pada perubahan oraganisasi dan peraturan
(struktur) melalui distribusi kekuasaan, sumber daya dan keputusan
masyarakat.
f) Strategi pembelotan kultural, menekankan pada perubahan tingkat subyektif
individual, mulai dari perubahan nilai-nilai pribadi menuju gaya hidup baru
yang manusiawi. Yaitu gaya hidup cinta kasih terhadap sesame dan partisipasi
penuh komunitas orang lain. Dalam bahasa Pancasila adalah humanis-
relegius. Strategi ini merupakan reaksi (pembelotan) terhadap kehidupan
masyarakat modern industrial yang betrkembang berlawanan dengan
pengembangan potensi kemanusiaan.
14
kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya
melalui proses dialog”.
Kartasasmita (1995) menyatakan bahwa proses pemberdayaan dapat
dilakukan melalui tiga proses yaitu: Pertama: Menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Titik tolaknya adalah
bahwa setiap manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya tidak ada
sumberdaya manusia atau masyarakat tanpa daya. Dalam konteks ini, pemberdayaan
adalah membangun daya, kekuatan atau kemampuan, dengan mendorong (encourage)
dan membangkitkan kesadaran (awareness) akan potensi yang dimiliki serta berupaya
mengembangkannya. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh
masyarakat (empo-wering), sehingga diperlukan langkah yang lebih positif, selain
dari iklim atau suasana. Ketiga, memberdayakan juga mengandung arti melindungi.
Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah,
oleh karena kekurangberdayaannya dalam menghadapi yang kuat.
Proses pemberdayaan warga masyarakat diharapkan dapat menjadikan
masyarakat menjadi lebih berdaya berkekuatan dan berkamampuan. Kaitannya
dengan indikator masyarakat berdaya, Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri warga
masyarakat berdaya yaitu:
1. mampu memahami diri dan potensinya, mampu merencanakan
(mengantisipasi kondisi perubahan ke depan)
2. mampu mengarahkan dirinya sendiri
3. memiliki kekuatan untuk berunding
4. memiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang
saling menguntungkan
5. bertanggungjawab atas tindakannya.
Slamet (2003) menjelaskan lebih rinci bahwa yang dimaksud dengan
masyarakat berdaya adalah masyarakat yang tahu, mengerti, faham termotivasi,
berkesempatan, memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu
berbagai alternative, mampu mengambil keputusan, berani mengambil resiko, mampu
mencari dan menangkap informasi dan mampu bertindak sesuai dengan situasi.
15
Proses pemberdayaan yang melahirkan masyarakat yang memiliki sifat seperti yang
diharapkan harus dilakukan secara berkesinambungan dengan mengoptimalkan
partisipasi masyarakat secara bertanggungjawab.
Adi (2003) menyatakan bahwa meskipun proses pemberdayaan suatu
masyarakat merupakan suatu proses yang berkesinambungan, namun dalam
implementasinya tidak semua yang direncanakan dapat berjalan dengan mulus dalam
pelaksanaannya. Tak jarang ada kelompok-kelompok dalam komunitas yang
melakukan penolakan terhadap ”pembaharuan” ataupun inovasi yang muncul.
Watson (Adi, 2003) menyatakan beberapa kendala (hambatan) dalam
pembangunan masyarakat, baik yang berasal dari kepribadian individu maupun
berasal dari sistem sosial:
a. Berasal dari Kepribadian Individu; kestabilan (Homeostatis), kebiasaan (Habit),
seleksi Ingatan dan Persepsi (Selective Perception and Retention), ketergantungan
(Depedence), Super-ego, yang terlalu kuat, cenderung membuat seseorang tidak
mau menerima pembaharuan, dan rasa tak percaya diri (self- Distrust)
b. Berasal dari Sistem Sosial; kesepakatan terhadap norma tertentu (Conformity to
Norms), yang”mengikat” sebagian anggota masyarakat pada suatu komunitas
tertentu, kesatuan dan kepaduan sistem dan budaya (Systemic and Cultural
Coherence), kelompok kepentingan (vested Interest), hal yang bersifat sacral (The
Sacrosanct), dan penolakan terhadap ”Orang Luar” (Rejection of Outsiders)
16
2.6 Langkah-langkah Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu sebagai
proses dan sebagai hasil. Sebagai hasil, pemberdayaan masyarakat adalah suatu
perubahan yang signifikan dalam aspek sosial politik dalam aspek sosial politik yang
dialami oleh individu dan masyarakat, yang seringkali berlangsung dalam waktu
yang cukup panjang, bahkan seringkali lebih dari 7 tahun (Raeburn,1993).
Sebagai suatu proses, Jackson (1989), Labonte (1994), dan Rissel (1994)
mengatakan, pemberdayaan masyarakat melibatkan beberapa komponen berikut,
yaitu:
a. Pemberdayaan personal.
b. Pengembangan kelompok kecil.
c. Pengorganisasian masyarakat.
d. Kemitraan.
e. Aksi sosial dan politik.
Dengan demikian,pemberdayaan masyarakat mempunyai spektrum yang
cukup luas,meliputi jenjang sasaran yang diberdayakan (level of objects), kegiatan
internal masyarakat/komunitas maupun eksternal berbentuk kemitraan (partnership)
dan jejaring (networking) serta dukungan dari atas berbentuk kebijakan politik yang
mendukung kelestarian pemberdayaan.
Untuk itu maka pemberdayaan masyarakat dapat dilakasanakan dengan
mengikuti langkah-langkah:
1. Merancang keseluruhan program, termaksud didalamnya kerangka waktu
kegiatan,ukuran program,serta memberikan perhatian kepada kelompok
masyarakat yang terpinggirkan.Perancangan program dilakukan menggunakan
pendekatan partisipatoris, dimana antara agen perubahan (pemerintah dan
LSM) dan masyarakat bersama-sama menyusun perencanaan. Perencanaan
partisipatoris (participatory planning) ini dapat mengurangi terjadinya konflik
yang muncul antara dua pihak tersebut selama program berlangsung dan
setelah program dievaluasi.Sering terjadi apabila sutu kegiatan berhasil,
banyak pihak bahkan termaksud yang tidak berpartisipasi, berebut saling
17
claim tentang peran diri maupun kelompoknya. Sebaliknya jika program tidak
berhasil, individu maupun kelompok bahkan yang sebenarnya berkontribusi
atas kegagalan tersebut, saling menyalahkan.
2. Perencanaan program pemberdayaan masyarakat harus memperhatikan
adanya kelompok masyarakat yang terpinggirkan (termarginalisasi).
Marginalisasi adalah sutu proses sejarah masyrakat yang kompleks,yang
membuat mereka tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi berbagai
kebutuhannya, tidak mempunyai akses yang memadai terhadap sumber daya.
Oleh karenanya, untuk menghindari agar ini tidak semakin terpinggirkan,
diperlukan perencanaan yang lebih komprehensif.
3. Menetapkan tujuan. Tujuan promosi kesehatan biasanya dikembangkan pada
tahap perencanaan dan bisanya berpusat pada mencegah penyakit,mengurangi
kesakitan dan kematian dan manajemen gaya hidup melalui upaya perubahan
perilaku yang secara spesifik berkaitan dengan kesehatan. Adapun tujuan
pemberdayaan biasanya berpusat bagaimana masyarakat dapat mengontrol
keputusannya yang berpengaruh pada kesehatan dan kehidupan
masyarakatnya.
4. Memilih strategi pemberdayaan. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu
proses yang terdiri dari lima pendekatan, yaitu: pemberdayaan,
pengembangan kelompok kecil, pengembangan dan penguatan
pengorganisasian mayrakat, pengembangan dan penguatan jaringan
antarorganisasi, dan tindakan politik. Strategi pemberdayaan meliputi:
pendidikan masyarakat, mendorong tumbuhnya swadaya masyarakat sebagai
pra-syarat pokok tumbuhnya tanggung jawab sebagai anggota masyarakat
(community responsibility), fasilitasi upaya mengembangkan jejaring antar
masyarakat, serta advokasi kepada pengambil keputusan (decision maker).
5. Implementasi strategi dan manajemen.Implementasi strategi serta manajemen
program pemberdayaan dilakukan dengan cara: a.meningkatkan peran serta
pemercaya (stakeholder), b.menumbuhkan kemampuan pengenalan masalah,
c. mengembangkan kepemimpinan local, d.membangun keberdayaan struktur
18
organisasi, e. meningkatkan mobilisasi sumber daya, f. memperkuat
kemampuan stakeholder untuk “bertanya mengapa?”, g. meningkatkan control
stakeholder atas manajemen program, dan h. membuat hubungan yang
sepadan dengan pihak luar.
6. Evaluasi program.Pemberdayaan masyarakat dapat berlangsung lambat dan
lama, bahkan boleh dikatakan tidak pernah berhenti dengan sempurna. Sering
terjadi, hal-hal tertentu yang menjadi bagian dari pemberdayaan baru tercapai
beberapa tahun sesudah kegiatan selesai.Oleh karenanya, akan lebih tepat jika
dievaluasi diarahkan pada proses pemberdayaannya daripada hasilnya.
alat, tugas, tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga
tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan
dan usaha, melalui penataan pola struktur, tugas, otoritas, tenaga kerja dan
komunikasi.
19
2.9 Tujuan Pengorganisasian Masyarakat
berkelanjutan;
organisasi mereka;
menggunakan bahan yang dapat dengan mudah diperoleh dari daerah setempat.
sebagai berikut :
a. Locality Development
20
masalah. Peran perawat komunitas dalam model ini adalah sebagai
b. Social Planning
penekanan pada perencanaan. Peran perawat dalam model ini adalah sebagai
program implementasi.
c. Social Action
Model ini lebih focus pada korban. Fokus pada model ini adalah
21
3.11 Tahapan dalam pengorganisasian masyarakat
1. Persiapan sosial
a. Pendidikan partisipasi
22
Dalam tahap persiapan sosial ada tiga kegiatan yang harus dilakukan,
a. Pengenalan masyarakat
b. Pengenalan masalah
23
ini tentunya tidak hanya satu masalah, sehingga perlu disusun skala
c. Penyadaran masyarakat
mereka hadapi;
yang terencana dan terorganisasi denga baik. Istilah yang sering digunakan
adalah ;
1) Libatkan masyarakat;
24
2) Dalam menyusun rencana penanggulangan masalah disesuaikan dengan
masyarakat
2. Pelaksanaan
25
2) Libatkan peran serta masyarakat secara aktif dalam upaya
penanggulangan masalah.
tersedia di masyarakat.
Dalam tahap ini, salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan
skala prioritas masalah. Agar penyuluhan tersebut mudah dipahami masyarakat, maka
3. Evaluasi
akan dicapai.
dilakukan setelah melalui jangka waktu tertentu dari kegiatan yang dilakukan.
Penilaian ini disebut juga penilaian pada akhir program, sehingga dapat
26
diketahui apakah tujuan atau target dalam pelayanan kesehatan dan
3) Perluasan
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
kegiatan dan usaha, melalui penataan pola struktur, tugas, otoritas, tenaga kerja dan
pada peran serta seluruh masyarakat untuk mandiri, Social Planning model yang lebih
menekankan pada perencanaan para ahli dan menggunakaan birokras, dan Social
28
3.2 Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo, S. 2007, Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Rineka Cipta, Jakarta.
30