Anda di halaman 1dari 35

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Suatu hasil pengamatan pertumbuhan taaman yang paling sering dijumpai

khususnya pada tanaman setahun adalah biomassa tanaman yang menujukkan

pertambahan mengikuti bentuk S dengan waktu, yang dikenal dengan kurva sigmoid

( Sitompul et al, 2000).

Pertumbuhan pada tumbuhan berlangsung pada beberapa bagian tertentu yang

terdiri dari sejumlah sel yang baru saja dihasilkan melalui proses pembelahan sel

meristem. Pertumbuhan (menurut batasan diatas, yaitu pertambahan ukuran) mudah

dirancukan dengan pembelahan sel meristem. Pembelahan sel itu sendiri tidak

menyebabakan pertambhan ukuran, namun produk pembelahan sel itulah yang

tumbuh menyebabkan pertumbuhan ujung akar dan ujung tajuk mempunyai meristem

( Salisbury et al, 2001).

Jagung merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua setelah

beras. Disamping itu, jagung pun digunakan sebagai bahan makanan kedua setelah

beras. Dan jagung digunakan sebagai bahan makanan ternak (pakan) serta bahan baku

industry( Adisarwanto et al, 2009).

Tanaman kacang hijau sudah lama dikenal dAn ditanam oleh masyarakat tani

di Indonesia. Kacang hijau merupakan tanaman palawija yang banyak diusahakan

oleh petani di Indonesia. Komoditi tersebut cukup besar manfaatnya bagi manusia

terutama sebagai bahan pangan, selain itu juga berguna sebagai pupuk hijau dan

pakan ternak ( Sianturi, 2009).


2

Pertumbuhan sebuah tanaman atau suatu tanaman organic dengan serangkaian

hasil dari pertumbuhan sel-sel yang meristematisnyang saling menyatu. Pada ujung

batang atau akar terbagi menjadi 3 daerah : daerah pembenntukan sel, daerah

pembesaran dan daerah pendewasaan ( Pradhan, 2003).

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui pola

pertumbuhan Tanaman Jagung ( Zea mays L. ) dan Tanaman Kacang Kedelai (

Glycine max Merril. )

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk dapat mengikuti praktikum diLaboratorium Fisiologi Tumbuhan Program

Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai

sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.


3

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Jagung ( Zea mays L. )

Botani Tanaman

Tanaman jagung (Zea mays L.) dalam sistematika tumbuh-tumbuhan menurut

Warisno (2007) adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae, Divisio :

Spermatophyta, Class : Monocotyledonae, Ordo : Poales, Family : Poaceae,

Genus : Zea, Species : Zea mays L.

Tanaman jagung manis termasuk monoceous, tetapi bunga jantan dan betina

letaknya terpisah. Bunga jantan dalam bentuk malai terletak di pucuk tanaman,

sedang bunga betina sebagai tongkol yang terletak kira-kira pada pertengahan tinggi

batang. Karena letak bunga terpisah dan tepung sari mudah diterbangkan angin maka

pembuahan berasal dari tanaman tetangga. Hal ini dikenal dengan penyerbukan

silang. Pada tanaman jagung penyerbukan silang sebesar 95 % (Poehlman, 2004).

Buah jagung terdiri dari tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung

mempunyai bentuk, warna, dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung

pada jenisnya. Umumnya buah jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara

lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji (AAK, 2006).

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya

diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap

pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Susunan

morfologi tanaman jagung terdiri dari akar, batang, daun, bunga, dan buah

(Wirawan et al, 2007).


4

Perakaran tanaman jagung terdiri dari 4 macam akar, yaitu akar utama, akar

cabang, akar lateral, dan akar rambut. Sistem perakaran tersebut berfungsi sebagai

alat untuk mengisap air serta garam-garam mineral yang terdapat dalam tanah,

mengeluarkan zat organik serta senyawa yang tidak diperlukan dan alat pernapasan.

Pada tanamanyang cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian

bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman (Suprapto, 2009).

Batang jagung tegak dan mudah terlihat sebagaimana sorgum dan tebu,

namun tidak seperti padi atau gadum. Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan

jumlah ruas bervariasi antara 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang.

Panjang batang jagung umumnya berkisar antara 60-300 cm, tergantung tipe jagung.

Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin

(Rukmana, 2003).

Daun terdiri atas pelepah daun dan helaian daun. Helaian daun memanjang

dengan ujung meruncing dengan pelepah-pelepah daun yang berselang-seling yang

berasal dari setiap buku. Daun-daunnya lebar serta relatif panjang. Daunnya berkisar

10 – 20 helai tiap tanaman. Epidermis daun bagian atas biasanya berambut halus.

Kemiringan daun sangat bervariasi antar genotip dan kedudukan daun yang berkisar

dari hampir datar sampai tegak (Fisher et al, 2008).

Syarat Tumbuh

Iklim

Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung manis adalah

daerah-daerah beriklim sedang sehingga daerah beriklim sub tropis atau tropis basah.
5

Jagung manis dapat tumbuh didaerah yang terletak antara 0 o - 50o lintang utara

hingga0o - 40o lintang selatan ( Tobing et al, 2000).

Perkembangan tanaman dan pembungaan dipengaruhi oleh panjang hari dan

suhu, pada hari pendek tanaman lebih cepat berbunga. Banyak kultivar tropika tidak

akan berbunga di wilayah iklim sedang sampai panjang hari berkurang hingga kurang

dari 13 atau 12 jam. Ketika ditanam pada kondisi hari pendek pada daerah iklim

sedang kultivar tropika cenderung berbunga lebih awal (Rubatzky et al, 2000).

Suhu yang dikehendaki tanaman jagung adalah antara 21oC-30oC. Akan tetapi,

untuk pertumbuhan yang baik bagi tanaman jagung khusunya jagung hibrida, suhu

optimum adalah 23oC-27oC. Suhu yang terlalu tinggi dan kelembaban yang rendah

dapat mengganggu peroses persarian. Jagung hibrida memerlukan air yang cukup

untuk pertumbuhan, terutama saat berbunga dan pengisian biji. Curah hujan normal

untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah sekitar 250 mm/tahun sampai 2000

mm/tahun (Warisno, 2007).

Tanah

Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah subur, gembur

banyak mengandung bahan organic, airase dan drainasenya baik. Jagung dapat

tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asalkan mendapat pengelolaan yang baik.

Tanah dengan tekstur lempung berdebu adalah tanah yang terbaik untuk

pertumbuhannya. Tanah-tanah dengan tekstur berat masih dapat ditanami jagung

dengan hasil yang baik bila pengelolaan tanah dikerjakan secara optimum, sehingga

drainase dan ketersediaan air didalam tanah berada dalam tanah kondisi baik

( Rinaldi et al, 2009).


6

Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman jagung harus mempunyai kandungan

hara yang cukup. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus, hampir

berbagai macam tanah dapat diusahakan untuk pertanaman jagung. Tanah yang

gembur, subur, dan kaya akan humus dapat memberi hasil yang baik. Drainase dan

aerasi yang baik serta pengelolaan yang bagus akan membantu keberhasilan usaha

pertanaman jagung. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung adalah tanah andosol,

tanah latosol, tanah grumosol, dan tanah berpasir (AAK, 2006).

Derajat keasaman tanah (pH) yang paling baik untuk tanaman jagung hibrida

adalah 5,5-7,0. Pada pH netral, unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman

jagung banyak tersedia di dalamnya. Tanah-tanah yang pH nya kurang dari 5,5

dianjurkan diberi pengapuran untuk menaikkan pH (Warisno, 2007).

Tanaman Kacang Kedelei( Glycine max)

Botani Tanaman

Adapun Klasifikasi tanaman kacang kedelai menurut Sinaga (2015) adalah

sebagai berikut : Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta, Sub Divisio :

Angiospermae, Kelas : Dicotyledoneae, Ordo : Poales, Family : Leguminoceae,

Genus : Vigna, Spesies : Vigna radiata L.

Tanaman kacang kedelai berakar tunggang. Sistem perakarannya dibagi

menjadi dua yaitu mesophytes dan xerophytes. Mesophytes mempunyai banyak

cabang akar pada permukaan tanah dan tipe pertumbuhannya menyebar, sementara

xerophytes memiliki akar cabang lebih sedikit dan memanjang ke arah bawah

( Siregar, 2010).
7

Kacang kedelai (Glycine max) merupakan salah satu komoditas tanaman

kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia, terutama kecambahnya

dikenal sebagai tauge. Tanaman ini mengandung zat gizi, antara lain: amylum,

protein, besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan, magnesium, niasin, vitamin

(B1, A, dan E). Selain memiliki peran yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan

protein, kacang hijau juga menjadi bahan baku industri olahan pangan dan pakan

selain kedelai ( Lavria, 2014).

Batang Kacang kedelai berbentuk bulat dan berbuku-buku. Ukuran batangnya

kecil, berbulu berwarna hijau kecoklatan atau kemerahan. Setiap buku batang

menghasilkan satu tangkai daun, kecuali pada daun pertama berupa sepasang daun

yang berhadapan dan masing-masing daun berupa daun tunggal. Batang kacang hijau

tumbuh tegak dengan ketinggian mencapai 1 m, cabang menyebar kesemua arah

(Siregar, 2010).

Daunnya terdiri dari tiga helaian (trifoliat) dan letaknya berseling. Tangkai

daunnya lebih panjang dari daunnya dengan warna daun hijau muda sampai hijau tua.

Bunganya berwarna kuning tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta batang,

dan dapat menyerbuk sendiri. Polongnya berbentuk silindris dengan panjang antara 6

-15 cm dan berbulu pendek. Sewaktu muda berwarna hijau dan berubah hitam atau

berwarna coklat ketika tua, dengan isi polong 10-15 biji ( Tarmizi, 2010).

Bunga kacang hijau berkelamin sempurna (hermaphrodite), berbentuk kupu-

kupu, dan berwarna kuning. Buah berpolong, panjangnya antara 6 cm-15 cm. Tiap

polong berisi 6-16 butir biji. Biji kacang hijau berbentuk bulat kecil dengan bobot

(berat) tiap butir 0,5 mg-0,8 mg atau per 1000 butir antara 36 g -78 g, berwarna hijau
8

sampai hijau mengilap. Biji Kacang kedelai tersusun atas tiga bagian, yaitu kulit biji,

kotiledon, dan embrio ( Nasution, 2012).

Biji Kacang kedelai lebih kecil dibanding biji kacang-kacangan lain. Warna

bijinya kebanyakan hijau kusam atau hijau mengkilap, beberapa ada yang berwarna

kuning, cokelat, dan hitam. Biji Kacang kedelai berbentuk bulat. Bijinya sering dibuat

kecambah atau taoge ( Sianipar, 2012).

Polong Kacang kedelai berbentuk silindris dengan panjang antara 6-15 cm

dan biasanya berbulu pendek. Sewaktu muda polong berwarna hijau dan setelah tua

berwarna hitam atau cokelat. Setiap polong berisi 10-15 biji. Biji berwarna hijau atau

kuning, seringkali coklat atau kehitam-hitaman, memiliki kilap (lustre) yang kusam

atau berkilat (diasosiasikan dengan dinding-dinding polong), hilumnya pipih dan

putih. Perkecambahannya epigeal (Daeli, 2012).

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman Kacang kedelai (Glycine max) termasuk tanaman golongan C3.

Artinya, tanaman ini tidak menghendaki radiasi dan suhu yang terlalu tinggi.

Fotosintesis tanaman kacang hijau akan mencapai maksimum pada sekitar pukul

10.00. Radiasi yang terlalu terik tidak diinginkan oleh tanaman kacang hijau. Panjang

hari yang diperlukan minimum 10 jam/hari (Siregar, 2010).

Kondisi lingkungan yang dikehendaki tanaman kacang kedelai adalah daerah

bersuhu 25oC-27oC, kelembaban udara antara 50%-80%, dan cukup mendapat sinar
9

matahari. Curah hujan yang dikehendaki berkisar antara 50-200 mm per bulan

(Lavria, 2014).

Kacang kedelai (Glycine max) dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu

25° C - 27° C, dengan tingkat kelembaban udara antara 50% - 89%. Tanaman ini

termasuk golongan tanaman C3 dengan panjang hari maksimum sekitar 10 jam/hari.

Jenis tanah yang baik bagi pertumbuhan kacang hijau adalah latosol ataupun regosol (

Tarmizi, 2010).

Tanah

Tanaman kacang kedelai menghendaki tanah yang tidak terlalu berat. Artinya,

tanah tidak terlalu banyak mengandung tanah liat. Tanah dengan kandungan bahan

organik tinggi sangat disukai oleh tanaman kacang hijau. Tanah berpasir pun dapat

digunakan untuk pertumbuhan tanaman kacang hijau, asalkan kandungan air

tanahnya tetap terjaga dengan baik (Siregar, 2010).

Tekstur tanah yang cocok untuk tanaman Kacang kedelai adalah tanah liat

berlempung banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainase yang baik.

Struktur tanah gembur, dengan tingkat keasaman (pH) 5,8-7,0 dan pH optimal 6,7

(Daeli, 2012).

Kacang kedelai dapat tumbuh pada semua jenis tanah sepanjang kelembaban

dan tersedianya unsur hara yang cukup. Untuk itu lahan yang akan dipergunakan

harus dipersiapkan sebaik-baiknya. Pada lahan sawah setelah panen padi, tidak perlu

dilakukan pengolahan tanah (tanpa olah tanah=TOT) (Lavria, 2014).

Pertumbuhan
10

Pertumbuhan adalah suatu proses penggandaan protoplasma dan pembesaran

struktur seluler dalam jaringan tubuh. Pertumbuhan dinyatakan pada umumnya

dengan pengukuran kenaikan berat badan yang mudah dilakukan dengan

penimbangan berulang-ulang dan diketengahkan dengan pertambahan berat badan

hidup tiap hari , tiap minggu atau waktu lainnya .Pertumbuhan tersebut mencakup

dua aspek yang saling berkaitan yaitu peningkatan massa badan setiap satuan waktu

dan perubahan bentuk dan kkomposisi badan. Untuk yang pertama menyebutkan

pertumbuhan dan yang kedua perkembangan ( Karnaen, 2007).

Pertumbuhan dan penyebran sering dibatasi oleh suhu. Umumnya tumbuhan

akan dapat mempertahankan kehidupannya dengan aktivitas pertumbuhan yang

normal pada kisaran suhu 10o – 40o . Suhu diluar batas minimum dan maksimum

disebut suhu ekstrim. Suhu yang terbaik bagi pertumbuhan tumbuhan tersebut disebut

suhu optimal. Suhu optimal tidak sama dengan keseluruhan tumbuhan dan sangat

penting dipengaruhi oleh struktur anatomis dan morfologis tumbuhan tersebut

( Harahap, 2007).

Pertumbuhan vegetatif dan generatif adalah proses penting dalam siklus

hidup setiap jenis tumbuhan. Pertumbuhan vegetatif adalah pertambahan volume,

jumlah, bentuk dan ukuran organ-organ vegetatif seperti daun, batang dan akar yang

dimulai dari terbentuknya daun pada proses perkecambahan hingga awal

terbentuknya organ generatif. Sedangkan pertumbuhan generatif adalah pertumbuhan

organ generatif yang dimulai dengan terbentuknya primordia bunga hingga buah

masak. Kedua proses dan fase pertumbuhan ini ditentukan oleh faktor genetik dan
11

lingkungan, tempat tumbuh tanaman sehingga terdapat perbedaan masa dan fase antar

jenis, varietas dan lingkungan yang berbeda ( Solikin, 2011).

Perkembangan

Perkembangan adalah penjumlahan seluruh perubahan secara progesif

mencirikan tubuh organism. Zigot tumbuhan adalah sebuah sel yang tidak memiliki

kemiripan apapun dengan organism yang dibentuknya nanti. Tiga proses

perkembangan yang saling tumpang tindih merubah sel telur yang dibuahi itu menjadi

sebuah tumbuhan: pertumbuhan, morfologenesis dan differensiasi seluler

( Campbell dan Mitchell, 2000)

Sel saraf merupakan sel yang teah mengalami differensiasi. Perkembangan

saraf merupakan hasil dari proses pertambahan jumlah dan ukuran sel. Pertambahan

jumlah sel suatu organisme terjadi karena proses pembelahan sedangkan proses

penambahan ukuran sel terjadi karena proses pembentangan sel

( Astuti dan Sri, 2010).

Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting

dalam kehidupan dan perkembangbiakan suatu spesies. Pertumbuhan dan

perkembangan berlangsung secara terus-menerus sepanjang daur hidup, bergantung

pada tersedianya meristem, hasil asimilasi, hormon , dan substansi pertumbuhan

lainnya, serta lingkungan yang mendukung (Susilo, 2007).

Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan yaitu :

1. Faktor suhu / temperatur lingkungan, 2. Faktor kelembaban, 3. Faktor cahaya

matahari, 4. Faktor hormone. Serta identitas dari seleksi yang secara praktis akan
12

mempengaruhi kecepatan perkembangan genetik dari seleksi yang dilakukan

(Allard, 2003).

Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu factor iklim dan factor tanah. Factor iklim terdiri

dari curah hujan, cahay, suhu, kelembaban, angin dan letak geografis berdasarkan

garis lintang.. sedangkan factor tanah terdiri dari sifat fisik, kimia dan biologi tanah,

kekeringan, ketinggian dan drainase (Wahyudi et al, 2011).

Kurva Sigmoid

Kurva sigmoid merupakan kurva pertumbuhan pada fase vegetative sampai

titik tertentu pertumbuhan sel tanaman dan kemudian melamabat. Periode awal

dengan laju pertumbuhan eksponensial yang pendek, lalu linier yang panjang. Laju

pertumbuhan linier diikuti oleh fase yang lajunya menurun (Perwiasari et al, 2012)

Pola pertumbuhan tegakan antara lain dapat dinyatakan dalam bentuk kurva

pertumbuhan yang merupakan fungsional antara sifat tertentu tegakan. Bentuk kurva

tegakaan yang ideal akan mengikuti bentuk bagi pertumbuhan organism (tumbuh-

tumbuhan) yaitu berbrntuk kurva sigmoid (Latifah, 2004).

Pola pertumbuhan sepanjang suatu generasi secara khas dicirikan oleh suatu

fungsi pertumbuhan yang disebut kurva sigmoid (bentuk seperti huruf S) yang terdiri

dari 4 fase, yaitu: fase eksponensial, fase linier meningkat, fase linier menurun dan

fase mantap (pematangan fisiologis) (Undaharta, et al, 2008).

Pertambahan tinggi tanaman akan terus bertambah sampai memasuki fase

generative. Adanya tinggi tanaman karena tanaman terus membentuk daun baru serta

ruas tanaman terus bertambah panjang. Pertumbuhan tanaman umumnya berbentuk


13

kurva sigmoid, dimana setelah memasuki fase generative seharusnya sudah tidak

terjadi pertumbuhan tinggi tanaman (konstan), diduga translokasi fotosintat sebagian

besar digunakan untuk perkembangan organ-organ generative (Simaninhuruk, 2010).

Fase logaritmiki ialah fase yang menunjukkan adanya pertambahan ukuran

atau jumlah seiring jalannya waktu, ukuran (v) bertambah secara eksponensial sejalan

dengan waktu (t). Ini berarti laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi

kemudian meningkat terus laju berbanding lurus dengan ukuran organisme: semakin

besar organisme, semakin cepat ia tumbuh.

Fase linier ialah fase yang menunjukkan adanya pertumbuhan yang konstan.

Pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada laju maksimum

selama beberapa waktu lamanya. Fase penuaan ialah fase yang menunjukkan adanya

penurunan, karena tanaman telah mencapai kematangan, fase penuaan dicirikan

dengan laju pertumbuhan yang menurun, saat tumbuhan sudah mencapai kematangan

dan mulai menua (Nasution et al, 2010).


14

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan ini dilakukan di areal percobaan Laboratorium Fisiologi Tumbuhan

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan pada ketinggian 25 meter dpl. Dilakukan pada hari Kamis tanggal tanam 17

Februari 2019 sampai dengan Mei 2019.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan adalah benih jagung

(Zea mays L.) dan benih kacang kedelai ( Gycine maxL. ) sebagai sampel tumbuhan

yang akan diamati pertumbuhannya, tanah, pasir dan kompos sebagai media tanam

dengan perbandingan 2:1:1 dan polybag 10 Kg sebagai media tanam, label nama

sebagai identitas tanaman yang akan diamati, serta air untuk menyiram tanaman.

Adapun alat yang digunakan dalam percobaan adalah cangkul sebagai alat

untuk mengolah lahan, batu bata sebagai alas polybag, meteran untuk mengukur

lahan yang akan diamati, pacak untuk menjadi penanda batas areal percobaan , tali

plastik untuk mengikat dari satu pacak ke pacak lain, gembor sebagai wadah air untuk

menyiram tanaman, buku data untuk menulis hasil pengamatan, beko sebagai alat

untuk mengangkut pasir dan tanah, penggaris sebagai alat untuk mengukur tinggi

tanaman, serta alat tulis yang membantu dalam proses pencatatan hasil pengamatan.

Prosedur Percobaan

- Dibersihkan lahan dari gulma dan kotoran.

- Diolah lahan dengan ukuran 4 x 10 m dengan cangkol.

- Dipacaki setiap batas lahan.


15

- Dicampur tanah top soil, pasir dan kompos dengan perbandingan (2:1:1).

- Dimasuki campuran tanah tersebut ke dalam polybag 10 Kg.

- Diatur letak polybag dalam lahan dengan skala 12 baris 4 kolom,

sehingga diperoleh 48 polybag yang tersusun.

- Diletakkan batu bata sebagai alas polybag di lahan.

- Ditanam benih jagung dengan kedalaman ±5 cm.

- Diamati jumlah daun dan tinggi tanaman jagung setiap minggu

- Dicatat hasil pengamatan setiap minggu pada buku data.


16

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Persiapan Lahan

Persiapan lahan dilakukan meliputi beberapa kegiatan diantaranya

pencangkulan, pembersihan gulma, perataan permukaan tanah, pembuatan parit

(drainase) dan pembuatan plot.

Gambar 1. Persiapan Lahan

Persiapan Media Tanam

Persiapan media tanam dilakukan dengan mencampurkan topsoil dan pasir

dengan perbandingan 4:1, kemudian dimasukkan kedalam polybag ukuran 10 kg,

kemudian polybag diletakkan pada plot, namun sebelumnya diletakkan 2 buah batu

bata untuk menyangga polybag.

Gambar2.Persiapan Media Tanam


17

Persiapan Bibit

Sebelum ditanam, bibit jagung dan kedelai direndam didalam air selama

sekitar 15 menit, kemudian dipilih bibit yang tidak mengapung untuk ditanam.

Gambar 3. Persiapan Benih

Pembuatan Lubang Tanam

Pada setiap polybag, dibuat 2 buah lubang tanam dengan kedalaman sekitar

1 ruas jari, kemudian diberikan kompos secukupnya pada setiap lubang tanam yang

telah dimasukkan bibit.

Gambar 4. Pembuatan Lubang Tanam


18

Penanaman

Pada saat penanaman benih sebaiknya dalam keadaan lembab dan tidak

tergenang. Penanaman dilakukan dengan menanam dua butir benih setiap lubang

tanam.

Gambar 5. Penanaman

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman tanaman jagung dan kedelai dilakukan setiap hari, tepatnya

pada sore hari dengan banyak air yang diberikan sesuai dengan jumlah kebutuhan air

per polybag. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dan dilakukan

secara merata.

Gambar 6. Penyiraman Tanaman


19

Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada bibit kedelai yang setelah 3 MST, namun

bibit kedelai yang ditanam banyak yang membusuk dan tidak dapat tumbuh.

Gambar 7. Penyulaman

Penyiangan

Penyiangan atau pembersihan lahan dari gulma dapat dilakukan dengan

tangan. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman pokok yang

belum kuat mencengkram tanah.

Gambar 8. Penyiangan
20

Pemanenan

Setelah 10 MST, dilakukan pemanenan pada tanaman jagung dan kedelai.

Pada tanaman jagung diambil tongkolnya sedangkan pada tanaman kedelai diambil

polong-polongnya.

Parameter Amatan

Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman jagung dan kedelai diambil satu minggu sekali dan

pengukuran tinggi jagung mulai dilakukan pada saat tanaman jagung dan kedelai

berumur 2 MST.

Jumlah Daun Tanaman (cm)

Perhitungan jumlah daun pada tanaman jagung dimulai dari daun yang

terletak di dekat akar hingga daun yang telah membuka sempurna sedangkan pada

tanaman dihitung setiap cabang pada daun.Jumlah daun dihitung setiap satu minggu

sekali dimulai dari umur 2 MST.


21

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tanggal Tanam : 25 Februari 2019

Komoditi : Jagung (Zea maysL.)

Kelompok :7

Parameter : Tinggi Tanaman

Tabel 1. Tabel Tinggi Tanaman Jagung (cm)

No. Tanggal MST Tinggi Tanaman (cm)


1. 8 Maret 2019 2 21
2. 14 Maret 2019 3 23.5
3. 21 Maret 2019 4 26.5
4. 28 Maret 2019 5 43
5. 4 April 2019 6 64
6. 11 April 2019 7 91.3
7. 18 April 2019 8 100
8. 25 April 2019 9 128
9. 2 Mei 2019 10 148

KURVA SIGMOID TINGGI TANAMAN JAGUNG (CM)


200
150
Tinggi Tanaman (cm)

100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9

MST

Parameter : Jumlah Daun


22

Tabel 2. Jumlah Daun Tanaman Jagung (helai)

No. Tanggal MST Jumlah Daun (helai)


1. 8 Maret 2019 2 4
2. 14 Maret 2019 3 4
3. 21 Maret 2019 4 7
4. 28 Maret 2019 5 9
5. 4 April 2019 6 10
6. 11 April 2019 7 10
7. 18 April 2019 8 12
8. 25 April 2019 9 14
9. 2 Mei 2019 10 18

JUMLAH DAUN JAGUNG (helai)


16
14
12
Jumlah Daun (helai)

10
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8
MST

Tanggal Tanam : 14 Maret 2019

Komoditi : Kedelai (Glycine maxL.)

Kelompok :7
23

Parameter : Tinggi Tanaman

Tabel 3. Tinggi Tanaman Kedelai (cm)

No. Tanggal MST Tinggi Tanaman (cm)


1. 28 Maret 2019 2 15
2. 4 April 2019 3 17
3. 11 April 2019 4 20,8
4. 18 April 2019 5 27
5. 25 April 2019 6 30
6. 2 Mei 2019 7 32
7. 9 Mei 2019 8 33,8
8. 16 Mei 2019 9 34,7
9. 23 Mei 2019 10 35,1

TINGGI TANAMAN KEDELAI (cm)


40
35
30
Tinggi Tanaman (cm)

25
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7
MST
24

Parameter : Jumlah Daun

Tabel 4. Jumlah Daun Tanaman Kedelai (helai)

No. Tanggal MST Jumlah Daun (helai)


1. 28 Maret 2019 2 1
2. 4 April 2019 3 1
3. 11 April 2019 4 2
4. 18 April 2019 5 2
5. 25 April 2019 6 5
6. 2 Mei 2019 7 6
7. 23 Mei 2019 8 16

Jumlah daun Kedelai (helai)


18
16
14
Jumlah Daun (helai)

12
10
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7
MST

Pembahasan

Dari hasil praktikum diketahui bahwa tinggi tanaman jagung pada MST ke-2

adalah 21 cm sedangkan pada MST ke 10 adalah 148 cm, tinggi tanaman jagung

mengalami peningkatan sebesar 127 cm yang menunjukkan bahwa tanaman jagung

mengalami pertumbuhan. Dari tabel yang telah disajikan, tampak bahwa tanaman

jagung mengalami fase logaritmik, dimana pada MST 2-4 terjadi penambahan tinggi
25

yang masih sedikit kemudian pada MST ke-5 dan 6 terjadi penambahan tinggi yang

cukup signifikan. Hal ini sesuai dengan literatur Putra (2013) yang menyatakan

bahwa pertumbuhan adalah proses penambahan biomassa yang bersifat tidak dapat

balik (irreversible). Penambahan biomassa ditandai dengan penambahan berat,

panjang, volume, jumlah sel, dan lain-lain. Pertumbuhan makhluk hidup dapat dilihat

dari perubahan ukurannya.

Dari hasil praktikum pada tanaman jagung jumlah daun pada MST ke-2

adalah 4 helai kemudian pada MST ke-10 jumlah daunnya 18 helai. Jumlah helai

daun mengalami peningkatan sebanyak 14 helai. Bertambahnya jumlah daun pada

tanaman jagung menunjukkan bahwa tanaman jagung mengalami pertumbuhan dan

perkembangan. Hal ini sesuai dengan literatur Putra (2013) yang menyatakan bahwa

peristiwa perkembangan selalu menyertai pertumbuhan. Ketika terjadi proses

pertumbuhan, terbentuk organ dengan fungsi-fungsi khusus. Organ tubuh yang

terbentuk berfungsi sesuai dengan tujuan dibentuknya organ tubuh tersebut .

Dari hasil praktikum pada tanaman kedelai, tinggi tanaman pda MST ke-2

adalah 22 cm, sedangkan pada MST ke-8 tingginya adalah 38 cm. Tanaman kedelai

mengalami pertambahan tinggi sebesar 16 cm yang menunjukkan terjadinya

pertumbuhan pada tanaman kedelai yang dapat terjadi karena didukung oleh faktor-

faktor yang cukup memadai. Hal ini sesuai dengan literatur Buntoro et al. (2014)

yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh

faktor-faktor. Pertumbuhan dan perkembangan erat hubungannya dengan faktor-

faktor tersebut, apabila salah satu atau semua faktor tidak mendukung maka

pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak dapat berjalan dengan baik.


26

Dari hasil praktikum, jumlah daun pada tanaman kedelai di MST ke-2

adalah 1 helai, sedangkan pada MST ke-8 jumlah daunnya meningkat menjadi 16

helai. Pertambahan jumlah daun pada tanaman kedelai adalah sebanyak 15 helai yang

menunjukkan adanya proses tumbuh dan kembang terjadi pada tanamn kedelai. Hal

ini sesuai dengan literatur Endah (2001) yang menyatakan bahwa setiap tanaman,

termasuk tanaman buah, memiliki tahapan dalam

pertumbuhan dan perkembangan. Tanaman yang mampu tumbuh dan berkembang

sesuai dengan tahapan pertumbuhan tidak akan mengalami kesulitan dalam proses

pembuahannya.

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang berjalan

beriringan. Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya jumlah sel dan

membesarnya sel. Sedangkan perkembangan merupakan proses diferensiasi sel-sel

menjadi memiliki fungsi yang lebih spesifik. Pertumbuhan bersifat kuantitatif

sedangkan perkembangan lebih ke arah kualitatif. Hal ini sesuai dengan literatur

Rawibowo (2016) yang menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman terjadi karena

adanya pertambahan ukuran sel dan pertambahan jumlah sel. Pengukuran

pertumbuhan secara kontinu hingga tanaman mencapai pertumbuhan maksimum akan

menghasilkan suatu kurva yaitu kurva sigmoid.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan terdiri

dari faktor eksternal dan internal. Faktor internal meliputi genetik dan faktor eksternal

meliputi lingkungan atau fisis dari makhluk hidup tersebut. Hal ini sesuai dengan

literatur Rawibowo (2016) yang menyatakan bahwa secara umum, faktor

pertumbuhan tanaman meliputi faktor internal (genetik) dan faktor eksternal


27

(lingkungan). Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah

ketahanan terhadap tekanan iklim, tanah, dan biologis, laju fotosintesis, respirasi,

pembagian hasil asimilasi dan nitrogen, klorofil, karoten, dan kandungan pigmen

lainnya, tipe dan letak meristem.

Kurva sigmoid merupakan suatu gambaran dari pertumbuhan suatu tanaman

yang berbentuk seperti huruf S dan terdiri dari fase logaritmik, linear dan penuaan.

Fase logaritmik adalah fase dimana terjadinya pertumbuhan yang pada awalnya tidak

terlalu cepat kemudian terjadi penambahan eksponensial, kemudian fase linear adalah

fase dimana pertumbuhan tidak se eksponensial seperti pada fase logaritmik,

kemudian fase penuaan adalah fase dimana pertumbuhan vegetatif telah terhenti dan

menua. Hal inii sesuai dengan literatur Kiyasa et al. (2012) yang menyatakan bahwa

kurva menunjukkan ukuran kumulatif dari waktu tiga fase utama biasa mudah

diamati. Pada fase logaritmik ini berarti bahwa laju pertumbuhan lambat pada

awalnya, tetapi kemudian meningkat terus. Pada fase linear, pertambahan ukuran

berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang

menurun, saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua.

KESIMPULAN
28

1. Dari hasil data tinggi tanaman jagung, dapat diketahui bahwa tanaman jagung

mengalami fase logaritmik dimana pertumbuhan tinggi tanaman pada awalnya

masih dapat dikatakan tidak terlalu signifikan, kemudian memasuki minggu

selanjutnya naik secara signifikan.

2. Dari hasil data jumlah daun, diketahui bahwa tanaman jagung mengalami

pertumbuhan dan perkembangan, ditandai dengan adanya jumlah daun yang

bertambah.

3. Dari hasil praktikum, pada kurva tinggi tanaman kedelai, terlihat lebih jelas

terjadinyya fase logaritmik, linear, dan penuaan.

4. Dari hasil praktikum, pada kurva jumlah daun, dapat diketahui bahwa tanaman

kedelai mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup baik.

5. Pertumbuhan adalah penambahan jumlah sel dan perbesaran sel yang bersifat

irreversible. Perkembangan merupakan proses dimana terjadinya diferensiasi

sel menjadi lebih spesifik

6. Faktor yang mempegaruhi pertumbuhan dan perkembangan meliputi faktor

internal yaitu genetiknya sendiri sedangkan faktor eksternal berasal dari

lingkungan

7. Kurva sigmoid merupakan kurva yang menggambarkan pertumbuhan vegetatif

dari suatu tanaman yang meliputi 3 fase yaitu fase logaritmik, linear dan

penuaan.
29

DAFTAR PUSTAKA

Aak. 2006. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Penerbit: Kanisius. Yogyakarta.

Adisarwanto, T., Dan Widyastuti, Y.E. 2009. Meningkatkan Produksi Jagung Di


Lahan Kering, Sawah Dan Pasang Surut. Penebar Swadaya. Jakarta.

Allard, R. W. 2003. Pemuliaan Tanaman. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Astuti, T. Dan Sri, P. 2010. Perkembangan Serat Batang Rosella Dengan Perlakuan
Naungan Dan Volume Penyiraman Yang Berbeda. Jurusan Biologi Fmipa
Undip. Semarang.

Campbell,R. And Mitchell, L. 1999. Biologi. Edisi Kelima, Jilid 1. Penerbit Erlangga.
Jakarta.

Daeli, N.D.S. 2012. Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Hijau (Vigna
radiata L.) Hasil Mutasi Radiasi Sinar Gamma Terhadap Salinitas
.SKRIPSI. Pemuliaan Tanaman Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Fisher, N. M. Dan Goldsworty, P.R. 2008. Jagung Tropik Dalam Fisiologi Tanaman
Budidaya Tropik. UGM-Press. Yogyakarta.

Harahap, H. 2007. Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Pada Musim
Kering Terhadap Perbedaan Waktu Tanam. Fakultas PertanianUniversitas
Sumatera Utara. Medan.

Karnaen. 2007. Model Kurva Pertumbuhan Pra Sapih Dari Sapi Madura Betina
Dan Jantang. Jurnal Ilmu Ternak. Fakultas Peternakan, Universitas
Padjadjaran. Bandung.

Latifah, S. 2004. Pertumbuhan Dan Hasil Tegakan Eucalyptus Grandis Di Hutan


Tanaman Industri. Raja Grafindo. Jakarta.

Lavria, D. 2014. Laju Pertumbuhan Tanaman Dan Produksi Beberapa Varietas


Kacang Hijau (Phaseolus radiates L.) Terhadap Pemberian Pupuk
Guano . SKRIPSI. Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara. Medan.

Nasution, A.H Dan Sri, E.N. 2010. Kurva Sigmoid. LAPORAN. Laboratorium
Fisiologi Tumbuhan Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara. Medan.
30

Nasution, L.R. 2012. Penetapan Kadar Besi Dan Kalsium Dalam Kacang Hijau
(Phaseolus radiatus L.) Dengan Dan Tanpa Kulit Biji Yang Terdapat Di
Pasaran Secara Spektrofotometri Serapan Atom. SKRIPSI. Program
Studi Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.
Medan.

Perwiassari, B. Mustika, T. Dan Catur, W. 2012. Pengaruh Media Tanam Dan Nutrisi
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Pakchoi
(Brassica juneea L). Dengan System Hidroponik. Jurusan
Agroekoteknologi Universitas Teknologi Malaysia.

Poehlman. 2004. Breeding Field Crops. Edisi Ketiga. AVI Book. New York.

Pradhan, S. 2003. Plant Physiology. Har- Anad Publication PVT. Ltd. India.

Rinaldi, M. Ernita Dan Marni, Y. 2009. Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung
(Zea mays L.) Yang Di Tumpang Sarikan Dengan Tanaman
Kedelai (Glycine max L. Merril). FP Universitas Tamansiswa. Padang.

Rubatzky, V.E. Dan Yamaguchi, M. 2000. Sayuran Dunia Prinsip Produksi Dan Gizi.
Terjemahan Catur Herison. ITB-Press. Bandung.

Rukmana, H.R. 2003. Usha Tani Jagung. Kanisius. Yogyakarta .

Salisbury, F. B Dan Ross, C.W. 2001. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Terjemahan Oleh
Diah R. Lukman Dan Sumaryono, 1995. ITB – Press. Bandung.

Sianipar, J. 2012. Respons Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Hijau (Vigna radiata
L.) Hasil Mutasi Radiasi Sinar Gamma Terhadap Cekaman Kekeringan.
SKRIPSI. Pemuliaan Tanaman Program Studi Agroekoteknologi Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sianturi, E.S. 2009. Uji Efektivitas Beberapa Insektisida Nabati Pada Tanaman
Kacang Hijau Dan Kacang Panjang Terhadap Hama Maruca testulalis
Geyer (Lepidoptera; Pyralidae). Skripsi. Departemen Hama Dan
Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Medan.

Simaninhuruk, B.W. 2010. Pola Pertumbuhan Dan Hasil Padi Gogo Yang Di
Subtitusi Bahan Organic Dengan Manipulasii Jarak Tanam. Universitas
Bengkulu.

Sinaga, R. A. 2015. Uji Preferensi Kepik Coklat Riptortus linearis Fabr.


(Hemiptera : Alydidae) Pada Tanaman Kacang Kedelai, Kacang Hijau
31

Dan Orok – Orok ( Crotolaria pallida Aiton.) Di


Rumah Kassa. SKRIPSI. Program Studi Agroekoteknologi Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.

Siregar, K. 2010. Pengaruh Volume Air Perendaman Dan Lama Perendaman


Terhadap Perkecambahan Benih Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.).
SKRIPSI. Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sitompul, S.M. Dan Guritno, B. 2000. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM-Press.


Yogyakarta.

Solikin. 2011. Pertumbuhan Vegetative Dan Generative Stachytarpeta jamaicensis


(L) Vahl.Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi. Jawa
Timur.

Suprapto. 2009. Beratanam Jagung. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Tarmizi, A. 2010. Studi Karakter Beberapa Varietas Kacang Hijau (Phaseolus


radiatus L. ) Dengan Sistem Pertanian Organik. Departemen Budidaya
Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.

Tobing, M.P.L. Ginting, O. Ginting, S. Dan Damanik, R.K. 2000. Agronomi Tanaman
Makanan 1. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.

Undaharta, N.K.E. Bramantyo, T.A.N Dan Mustaid, S. 2008. Riap Tahunan Rata-
Rata Jenis Dysoxylum parasiticum (Osbeck) Kosterm. Di Kebun Raya
‘Eka Karya’ Bali. Upt. Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya ‘Eka
Karya’, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tabanan Bali.

Warisno. 2007. Jagung Hibrida. Kanisius. Yogyakarta.

Wirawan, G.N. Dan Wahab, M.I. 2007. Teknologi Budidaya Jagung. Fakultas
Pertanian IPB. Bogor.
32

LAMPIRAN

5
33
34
35

Anda mungkin juga menyukai