Anda di halaman 1dari 16

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

OLEH KELOMPOK 3 & 4


KELAS B 10.B:

1. DEWA AYU SETIA DEWI (173222796)


2. I GEDE JAYENDRA KANA (173222798)
3. I WAYAN ROSDIANA (173222801)
4. KADEK DWIPA DEWI (173222803)
5. NI LUH PUTU MULYAWATI (173222809)
6. NI MADE SUMARINI (173222814)
7. NI PUTU AYU INTAN RIANA DEWI (173222818)
8. NI PUTU RIKA ERVIANA UTAMI (173222819)
9. P. AYU SAGITA ASTARI (173222825)
10. SRI WAHYUNI (173222827)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG

2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa karena atas berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Konsep Asuhan
Keperawatan Komunitas tepat waktu dan sesuai dengan harapan. Makalah ini dapat
diselesaikan tepat waktu berkat bantuan semua pihak.

Penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan dalam menuangkan pemikiran ke


dalam makalah ini. Untuk itu kritik dan saran sangat peneliti harapkan guna penyempurnaan
makalah ini. Besar harapan penulis semoga makalah ini dapat menjadi pedoman dalam
memberi asuhan keperawatan sehingga tercipta suatu asuhan keperawatan yang holistic dan
menjadikan pasien sebagai fokus asuhan keperawatan.

Denpasar, 28 Nopember 2018

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 1
1.4 Manfaat Penulisan 2
BAB II TINJAUAN TEORI 3
2.1 Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas3
2.1.1 Pengkajian Keperawatan Komunitas (SMD) 3
2.1.2 Metode/ Instrumen Pengkajian Komunitas 5
2.1.3 Diagnosis Keperawatan Komunitas 8
1.2.4 Prioritas Diagnosis Keperawatan Komunitas 11
BAB III PENUTUP 13
3.1 Kesimpulan 13
3.2 Saran13
DAFTAR PUSTAKA 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, serta
bertambahnya penduduk dan masyarakat, maka perlu adanya perawat kesehatan
komunitas yang dapat melayani masyarakat dalam dalam hal pencegahan, pemeliharaan,
promosi kesehatan dan pemulihan penyakit, yang bukan saja ditujukan kepada individu,
keluarga, tetapi juga dengan masyarakat dan inilah yang disebut dengan keperawatan
komunitas.

Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang


ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana pengkajian keperawatan komunitas ?
1.2.2 Bagaimana instrument pengkajian komunitas ?
1.2.3 Bagaimana penentuan diagnosis keperawatan komunitas?
1.2.4 Bagaimana penentuan prioritas keperawatan komunitas ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami konsep pengkajian keperawatan
komunitasUntuk mengetahui instrument pengkajian komunitas
1.3.2 Untuk mengetahui konsep penentuan diagnosis keperawatan komunitas
1.3.3 Untuk mengetahui prioritas keperawatan komunitas

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Mahasiswa dapat mengetahui tentang konsep pengkajian keperawatan
komunitas
1.4.2 Mahasiswa mengetahui instrument pengkajian komunitas
1.4.3 Mahasiswa dapat mengetahui konsep penentuan diagnosis keperawatan
komunitas
1.4.4 Mahasiswa dapat mengetahui konsep prioritas keperawatan komunitas

BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas
Lingkup praktik keperawatan komunitas berupa asuhan keperawatan langsung dengan
fokus pemenuhan dasar kebutuhan dasar komunitas yang terkait kebiasaan/prilaku dan pola
hidup tidak sehat sebagai akibat ketidakmampuan masyarakat beradaptasi dengan lingkungan
internal dan eksternal. Asuhan keperawatan komunitas menggunakan pendekatan proses
keperawatan komunitas, yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, dan evaluasi dengan entry
poin pada individu, keluarga, kelompok atau komunitas.

2.1.1 Pengkajian Keperawatan Komunitas (SMD)


Pada tahap pengkajian ini perlu didahului dengan sosialisasi program perawatan
kesehatan komunitas serta program apa saja yang akan dikerjakan bersama-sama dalam
komunitas tersebut. Sasaran dari sosialisasi ini meliputi tokoh masyarakat baik formal
maupun informal, kader masyarakat, serta perwakilan dari tiap elemen di masyarakat (PKK,
karang taruna, dan lainnya). Setelah itu, kegiatan dianjurkan dengan dilakukannya Survei
Mawas Diri (SMD) yang diikuti dengan kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).
Survei Mawas Diri adalah kegiatan perkenalan, pengumpulan, dan pengkajian
masalah kesehatan oleh tokoh masyarakat dan kader setempat di bawah bimbingan petugas
kesehatan atau perawat di desa (Depkes RI, 2007). Tujuan Survei Mawas diri adalah sebagai
berikut.
1. Masyarakat mengenal, mengumpulkan data, dan mengkaji masalah
kesehatan yang ada di desa.
2. Timbulnya minat dan kesadaran untuk mengetahui masalah kesehatan dan
pentingnya permasalahan tersebut untuk diatasi.
Survey Mawas diri dilaksanakan di desa terpilih dengan memilih lokasi tertentu yang
dapat menggambarkan keadaan desa pada umumnya. SMD dilaksanakan oleh kader
masyarakat yang telah ditunjuk dalam pertemuan tingkat desa. Informasi tentang masalah-
masalah kesehatan di desa dapat diperoleh sebanyak mungkin dari kepala keluarga yang
bermukim di lokasi terpilih tersebut. Waktu pelaksanaan SMD dilaksanakan sesuai dengan
hasil kesepakatan pertemuan desa.

Cara pelaksanaan Survei Mawas Diri adalah sebagai berikut.


1. Perawat komunitas dan kader yang ditugaskan untuk melakukan survey
mawas diri meliputi :
a. Penentuan sasaran, baik jumlah KK maupun lokasinya.
b. Penentuan jenis informasi masalah kesehatan yang akan dikumpulkan
dalam mengenal masalah kesehatan.
c. Penentuan cara memperoleh informasi kesehatan, misalnya apakah
akan mempergunakan cara pengamatan atau wawancara. Cara
memperoleh informasi dapat dilakukan dengan kunjungan dari rumah
ke rumah atau melalui pertemuan kelompok sasaran.
d. Pembuatan instrument atau alat untuk memperoleh informasi
kesehatan. Misalnya dengan menyusun daftar pertanyaan (kuesioner)
yang akan dipergunakan dalam wawancara atau membuat daftar hal-
hal yang akan dipergunakan dalam pengamatan.
2. Kelompok pelaksanaan SMD dengan bimbingan perawat di desa
mengumpulkan informasi masalah kesehatan sesuai dengan yang
direncanaakan.
3. Kelompok pelaksanaan SMD dengan bimbingan perawat di desa mengolah
informasi masalah kesehatan yang telah dikumpulkan sehingga dapat
diperoleh perumusan masalah kesehatan dan prioritas masalah kesehatan
di wilayahnya.
Pengkajian asuhan keperawatan komunitas terdiri atas dua bagian utama, yaitu inti
komunitas (core) dan delapan subsistem yang melengkapinya. Inti komunitas menjelaskan
kondisi penduduk yang dijabarkan dalam demografi, vital statistik, sejarah komunitas, nilai
dan keyakinan, serta riwayat komunitas, sedangkan delapan subsistem lainnya meliputi
lingkungan fisik, pendidikan, keamanan, dan transportasi, politik dan pemerintah, layanan
kesehatan dan sosial, komunitas, ekonomi, dan rekreasi.
Komponen lingkungan fisik yang dikaji meliputi lingkungan sekolah dan tempat
tinggal yang mampu mepengaruhi kesehatan, batasan wilayah, luas daerah, denah atau peta
wilayah, iklim, jumlah dan kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, dan kegiatan
penduduk sehari-hari. Lingkungan fisik juga dapat dikaji melalui wienshield.
Data yang dikaji dari subsistem layanan kesehatan dan sosial meliputi fasilitas di
dalam komunitas dan di luar komunitas. Layanan kesehatan meliputi ketersediaan layanan
kesehatan, bentuk layanan, jenis layanan, sumber daya, karaktersirtik konsumen, statistik,
pembayaran, waktu pelayanan, kemanfaatan, keterjangkuan, keberlangsungan, dan
keberterimaan layanan komunitas. Layanan sosial dapat meliputi layanan konseling, panti
wreda bagi lansia, pusat perbelanjaan, dan lain-lain yang merupakan sistem pendukung bagi
komunitas dalam menyelesaikan masalah kesehatan. Pengkajiaan pelayanan kesehatan dan
sosial juga meliputi kebijakan dari pemerintah setempat terhadap kedua layanan tersebut.
Pada subsistem ekonomi dikaji pendapatan penduduk, rata-rata penghasilan, status
pekerjaan, jenis pekerjaan, sumber penghasilan, jumlah penduduk miskin, keberadaan
indrustri, toko/pusat pembelanjaan, dan tempat komunitas bekerja, dan bantuan dana untuk
pemeliharaan kesehatan. Komponen ini mempermudah komunitas memproleh bahan
makanan dan sebagainya.
Sementara itu pada komponen politik dan pemerintah dikaji situasi politik dan
pemerintahan di komunitas, peraturan dan kebijakan pemerintah daerah terkait kesehatan
komunitas, dan adaya program kesehatan yang ditunjukan pada penigkatan kesehatan
komunitas.
Pengkajian subsistem komunikasi meliputi media informasi yang dimanfaatkan,
bagaimana komunikasi sering dimanfaatkan masyarakat, orang-orang yang berpengaruh,
keikutsertaan dalam pendidikan kesehatan, bagaimana biasanya komunitas memproleh
informasi tentang kesehatan, adakah perkumpulan atau wadah bagi komunitas sebagai sarana
untuk mendapatkan informasi, dari siapa komunitas memproleh banyak informasi tentang
kesehatan, dan adakah sarana komunikasi formal dan informal dalam komunitas.
Komponen pendidikan meliputi status pendidikan masyarakat, ketersediaan dan
keterjangkauan sarana pendidikan, fasilitas pendidikan yang ada di komunitas, jenis
pendidikan, tingkat pendidikan, komunitas yang buta huruf.
Pengkajian subsistem rekreasi diarahkan pada kebiasaan komunitas berekreasi,
aktivitas di luar rumah termasuk dalam mengisi waktu luang dan jenis rekreasi yang dapat
dimanfaatkan oleh komunitas, dan sarana penyaluran bakat komunitas.

2.1.2 Metode/ Instrumen Pengkajian Komunitas


Metode pengumpulan data pengkajian asuhan keperawatan antara lain Windshield
survery, informant interview, observasi partisipasi, dan focus group discussion (FGD).
1. Windshield Survey
Windshield survery dilakukan dengan berjalan-jalan di lingkungan
komunitas untuk menentukan gambaran tentang kondisi dan situasi yang
terjadi di komunitas, lingkungan sekitar komunitas, kehidupan komunitas,
dan karakteristik penduduk yang ditemui di jalan saat survei dilakukan.
2. Informant Interview
Sebelum terjun ke masyarakat, instrument pengkajian sebaiknya
dikembangkan dan dipersiapkan terlebih dahulu. Instrument yang perlu
dikembangkan untuk melakukan pengkajian terhadap masyarakat antara
lain kuesioner, pedoman wawancara, dan pedoman observasi. Untuk
mendapatkan hasil yang akurat dan agar masyarakat membina rasa
percaya (trust) dengan perawat diperlukan kontak yang lama dengan
komunitas. Perawat juga harus menyertakan lembar persetujuan
(informed consent) komunitas yang dibubuhi tanda tangan atau cap
jempol akan melakukan tindakan yang membutuhkan persetujuan
komonitas. Informed consent juga mencantumkan jaminan kerahasian
terhadap isi persetujuan dan dapat yang telah disampaikan. Wawancara
dilakukan kepada key informant atau tokoh yang menguasai program.
3. Observasi Partisipasi
Setiap kegiatan kehidupan di komunitas perlu diobservasi. Tentukan
berapa lama observasi akan dilakukan, apa, dimana, waktu, dan tempat
komunitas yang akan di observasi. Kegiatan observasi dapat dilakukan
menggunakan format observasi yang sudah disiapkan terlebih dahulu,
kemudian catat semua yang terjadi, dengan tambahan penggunaan kamera
atau video. Informasi yang penting diperoleh menyangkut aktivitas dan
arti sikap atau tampilan yang ditemukan di komunitas. Observasi
dilakukan terhadap kepercayaan komunitas, norma, nilai, kekuatan, dan
proses pemecahan masalah di komunitas.
4. Focus Group Discussion (FGD)
FGD merupakan diskusi kelompok terarah yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi yang mendalam tentang perasaan dan pikiran
mengenai satu topik melalui proses diskusi kelompok, berdasarkan
pengalaman subjektif kelompok sasaran terhadap satu institusi/produk
tertentu FGD bertujuan mengumpulkan data mengenai persepsi terhadap
sesuatu, misalnya, pelayanan yang dan tidak mencari consensus serta
tidak mengambil keputusan menganai tindaka yang harus dilakukan.
Peserta FGD terdiri dari 6-12 orang dan harus homogen, dikelompokkan
berdasarkan kesamaan jenis kelamin, usia, latar belakang social ekonomi
(pendidikan,suku, status perkawinan, dsb). Lama diskusi maksimal 2
jam. Lokasi FGD harus memberikan situasi yang aman dan nyaman
sehingga menjamin narasumber berbicara terbuka dan wajar.
FGD menggunakan diskusi yang terfokus sehingga membutuhkan
pedoman wawancara yang berisi pertanyaan terbuka, fasilitator,
moderator, notulen, dan observer. Fasilitator dapat menggunakan prtunjuk
diskusi agar diskusi terfokus. Peran fasilitator menjelaskan diskusi,
mengarahkan kelompok, mendorong peserta untuk berpartisipasi dalam
diskusi, menciptakan hubungan baik, fleksibel, dan terbuka terhadap
saran, perubahan, gangguan, dan kurangnya partisipasi.
Perekam jalannya diskusi yang paling utama adalah pengamat merangkap
pencatat (observer dan recorder) hal yang perlu dicatat adalah tanggal
diskusi, waktu diskusi diadakan, tempat diskusi, jumlah peserta, tingkat
partisipasi peserta, gangguan selama proses diskusi, pendapat peserta apa
yang membuat peserta menolak menjawab atau membaut peserta tertawa,
kesimpulan diskusi, dan sebagainya. Pengguanaan alat perekam saat
SGD berlangsung harus mendapat izin dari responden terlebih dahulu.

Sebelum membuat instrument pengkajian keperawatan komunitas


seperti kuisioner, pedoman wawancara, pedoman observasi, atau windshield
survey, kisi-kisi instrument pengkajian sebaiknya dibuat terlebih dahulu, agar
data yang akan ditanyakan dan dikaji kepada komunitas tidak tumpang tindih
sehingga waktu yang digunakan lebih efektif dan efisien.

Table kisi-kisi instrument pengkajian komunitas :


No Variabel Sub- Item Sumber data Strategi
variabel pertanyaan
1 Core Demografi Nama Data primer Kuisioner
Usia
Jenis kelamin
2 Lingkungan fisik
3 Pendidikan
4 Komunikasi
5 Layanan
kesehatan dan
social
6 Keamanan dan
transportasi
7 Ekonomi
8 Politik dan
pemerintahan
9 rekreasi

2.1.3 Diagnosis Keperawatan Komunitas


Selain data primer, data skunder yang diperoleh melalui laporan/dokumen yang sudah
dibuat di desa/kelurahan puskesmas, kecamatan, atau dinas kesehatan, musalnya laporan
tahunan puskesmas, monografi desa, profil kesehatan, dsb, juga perlu dikumpulkan dari
komunitas. Setelah dikumpulkan melalui pengkajian, data selanjutnya dianalisis, sehingga
perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan. Diagnosis dirumuskan terkait garis
pertahanan yang mengalami kondisi terancam. Ancaman terhadap garis pertahanan fleksibel
memunculkan diagnosis potensial; terhadap garis normal memunculkan diagnosis resik; dan
terhadap garis pertahanan resisten memunculkan diagnosis actual/gangguan. Analisis data
dibuat dalam bentuk matriks.

Table format analisis data komunitas :


Data Diagnosis keperawatan komunitas
a. Insiden TB dalam 6 bulan terahir a. Tingginya angka TB diwilayah ….
b. ….% proporsi penduduk dengan kasus TB
yang berhubungan dengan tidak
c. Status gizi seluruh anggota keluarga ..%
d. Status imunisasi balita adekuatnya penggunaan fasilitas
e. Ventilasi udara dalam rumah…
layanan kesehatan untuk
f. Riwayat frekwnsi batuk lama (lebih dari 3
penanggulangan TB dan
bulan)…%
g. …% keluarga belum memenfaatkan fasilitas keterbatasan kualitas sasran
kesehatan pelayanan TB
h. ...% pengetahuan keluarga tentang TB masih
rendah
a. 91% remaja mengalami keputihan a. Resiko meningkatnya kejadian
b. 40% remaja yang mengalami keputihan
infertilitas pada agregat remaja di
menderita gatal
wilayah …. yang berhubungan
c. Upaya yang dilakukan remaja dalam mengatasi
dengan tingginya kejadian
keputihan 83% didiamkan saja
d. 55% remaja memiliki kemampuan tentang gangguan organ reproduksi remaja
kesehatan reprosuksi yang masih rendah dan kurangnya kebiasaan
e. 40,8% remaja meliki pengetahuan terkait
perawatan organ reproduksi
kebiasaan hygiene personal kesehatan
remaja.
reproduksi yang masih rendah

Diagnosis keperawatan komunitas disusun berdasarkan jenis diagnosis sebagai berikut:


1. Diagnosis sejahtera
Diagnosis sejahtera/ wellness digunakan bila komunitas mempunyai potensi untuk
ditingkatkan, belum ada data maladapti. Perumusan diagnosis keperawatan komunitas
potensial, hanya terdiri dari komponen problem (p) saja, tanpa komponen etiologi (e).
Contoh diagnosis sejahtera/ wellness:
Potensial peningkatan tumbuh kembang pada balita dir t 05 rw 01 desa x
kecamatan A, ditandai dengan cakupan imunisasi 95% (95%), 80% berat
badan balita di atas garis merah KMS, 80% pendidikan ibu adalah SMA,
cakupan posyandu 95%.
2. Diagnosis ancaman ( risiko)
Diagnosis risiko digunakan bila belum terdapat paparan masalah kesehatan, tetapi
sudah ditemukan beberapa data maladaptive yang memungkinkan timbulnya
gangguan. Perumusan diagnosis keperawatan komunitas risiko terdiri atas problem
(p), etiologi (e) , dan symptom/ sign (s).
Contoh diagnose risiko:
Resiko terjadinya konflik psikologis pada warga RT 05, RW 01 desa x
kecamatan A yang berhubungan dengan koping masyarakat yang tidak efektif
ditandai dengan pernah terjadi perkelahian antar- RT, kegiatan gotonbg
royong , dan silaturahmi, rutin rw jarang dilakukan, penyuluhan kesehatan
terkait kesehatan jiwa belum pernah dilakukan, masyarakat sering berkumpul
dengan melakukan kegiatan yang tidak positif seperti berjudi.

3. Diagnosis actual/ gangguan


Diagnosis gangguan ditegakkan bila sudah timbul gangguan/ masalah kesehatandi
komunitas, yang didukung oleh beberapa data maladaptive. Perumusan diagnosis
keperawatan komunitas actual terdiri atas problem (p), etiologi (e), dan symptom/sign
(s).
Contoh diagnosis actual:
Gangguan/masalah kesehatan reproduksi pada agregat remaja yang
berhubungan dengan kurangnya kebiasaan personal hygiene, ditandai dengan
92% remaja mengatakan mengalami keputihan patologis, upaya yang
dilakukan remaja dalam mengatasi keputihan 80% didiamkan saja, 92%
remaja mengatakan belum pernah memperoleh informasi kesehatan
reproduksi dari petugas kesehatan.
Tingginya kasus diare di wilayah RW 5 kelurahan X yang berhubungan
dengan tidak adekuatnya penggunaan fasilitas layanan kesehatan untuk
penanggulangan diare, keterbatasan, dan kualitas sarana pelayanan diare.

1.2.4 Prioritas Diagnosis Keperawatan Komunitas


Setelah data dianalisis dan masalah keperawatan komunitas ditetapkan prioritas
masalah kesehatan komunitas yang perlu ditetapkan bersama masyarakat melalui
musyawarah masyarakat desa (MMD) atau lokakarya mini masyarakat. Prioritas masalah
dibuat berdasarkan kategori dapat diatasi, kemudahan, dan kekhususan, mengingat
banyaknya masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Pemilihan masalah ini sangat penting
dilakukan, agar implementasi yang dilakukan benar-benar bermanfaat bagi masyarakat dan
secara tidak langsung akan membangun rasa percaya diri dan kompetensi masyarakat untuk
mengatasi masalah yang lain (Bract, 1990 dalam Helvie, 1998).
Penentuan prioritas masalah keperawatan komunitas dapat dilakukan melalui metode
berikut.
1. Paper and Pencil Tool (Ervin, 2002)
Pentingnya Kemungkinan Peningkatan
masalah untuk perubahan terhadap kualitas
Masalah dipecahkan : positif jika hidup bila diatasi Total
1 Rendah diatasi : :
0 Tidak ada 0 tidak ada
2 Sedang
1 Rendah 1 Rendah
3 Tinggi 2 Sedang 2 Sedang
3 Tinggi
Resiko
3 3 3 9
meningkatnya
kejadian infertilitas
pada agregat remaja
Kurangnya 3 2 2 7
kebiasaan hygiene
personal

2. Scoring diagnosis keperawatan komunitas (DepKes,2003)


Masalah keperawatan A B C D E F G H Total
Resiko meningkatnya
kejadian infertilitas 2 3 2 5 2 3 2 2 21
pada agregat remaja.
Kurangnya kebiasaan 3 4 3 3 3 3 3 3 25
hygiene personal

Keterangan : Pembobotan :
A. Risiko keparahan 1. Sangat rendah
B. Minat masyarakat 2. Rendah
C. Kemungkinan diatasi 3. Cukup
D. Waktu 4. Tinggi
E. Dana 5. Sangat tinggi
F. Fasilitas
G. Sumber daya
H. Tempat

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keperawatan komunitas adalah suatu bidang perawatan khusus yang merupakan
gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan merupakan
bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan dalam
meningkatkan derajat kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik,
rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, dan ditujukan kepada
individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat
secara keseluruhan.
Komunitas sebagai klien yang dimaksud termasuk kelompok risiko tinggi, antara lain:
orang yang tinggal di daerah terpencil, daerah rawan, daerah kumuh, dll. Lingkup praktik
keperawatan komunitas berupa asuhan keperawatan langsung dengan fokus pemenuhan dasar
kebutuhan dasar komunitas yang terkait kebiasaan/prilaku dan pola hidup tidak sehat sebagai
akibat ketidakmampuan masyarakat beradaptasi dengan lingkungan internal dan eksternal.
Asuhan keperawatan komunitas menggunakan pendekatan proses keperawatan komunitas,
yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, dan evaluasi dengan entry poin pada individu,
keluarga, kelompok atau komunitas.

3.2 Saran
3.2.1 Institusi Pendidikan
Semoga makalah ini dapat menjadi sumber ilmu yang baru bagi mahasiswa ilmu
keperawatan.
3.2.2 Bagi Mahasiswa
Semoga dengan makalah ini mahasiswa bisa memahami dan mempelajari lebih
dalam lagi tentang keperawatan komunitas.

DAFTAR PUSTAKA
Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika

Henny, Achjar Komang Ayu . 2011 . Asuhan Keperawatan Komunitas : Teori dan Praktek.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai