Anda di halaman 1dari 2

Bagaimana langkah-langkah diagnosis pada scenario?

A. Anamnesis
Pada anamnesis, harus digali secara mendalam riwayat antenatal dan perinatal,
riwayat atopi dan masalah makan pada keluarga, penyakit sebelumnya, serta
perawatan dirumah sakit yang memungkinkan manipulasi pada orofaring
(seperti pemasangan feeding tube). Disamping itu, harus diketahui pula
kronologi gangguan makan yang dialami oleh anak, komposisi makanan dari
sejak lahir, kapan mulai diberi susu formula, kapan anak mulai diperkenalkan
dengan makanan padat, lama makan serta strategi yang telah dipergunakan,
lingkungan selama proses makan atau pun perilaku makan juga harus dilakukan
dengan baik.
Kelainan anatomi adalah kecurigaan awal, jika anak mengalami kesulitan
menelan. Riawayat menderita pneumonia yang berulang adalah kecurigaan para
klinisi terhadap kejadian aspirasi kronis. Adanya stridor selama proses makan
dikaitkan dengan kelainan pada tingkat glotis ataupun subglotis. Muntah, diare,
konstipasi, dan nyeri abdomen adalah pertanda awal terjadinyarefluks
gastroesofageal (GER) atau reaksi alergi terhadap susu sapi. Para klinisi juga
harus menggali lebih dalam stres sosial, dinamika keluarga, ataupun
permasalahan emosional.

B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus diawali dengan pemeriksaan antropometri, termasuk
pengukuran lingkar kepala. Kurva pertumbuhan harus dilihat sejak bayi lahir
sampai saat konsultasi. Pemeriksaan neurologis lengkap wajib dilakukan,
terutama untuk mengevaluasi perkembangan psikomotor.

C. Pemeriksaan tambahan
Uji toleransi glukosa, pemeriksaan air kemih menunjukkan adanya
peningkatan sekresi hidroksiprolin,pemeriksaan foto toraks jika indikasi adanya
penyakit sekunder
Jika pada bayi mengalami gangguan makan, ditemukan hasil normal pada saat
pemeriksaan fisik dan kurva pertumbuhan juga normal, tidak diperlukan
pemeriksaan laboratorium. Untuk anak-anak yang mengalami kolik atau
muntah-muntah, perlu dilakukan pemeriksaan immunoglobulin E yang
berhubungan dengan reaksi alergi terhadap susu sapi. Hal ini harus dikonfirmasi
dengan uji kulit. GER juga dapat dipertimbangkan untuk keluhan tersebut.
Kesulitan makan yang dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan
memerlukan pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan laboratorium yang pertama kali
harus dilakukan adalah pemeriksaan darah rutin dan laju endap darah, serum
albumin dan protein, serum iron IBC (iron binding capacity), sertga serum
feritinin untuk mendeteksi defisiensi nutrien yang spesifik serta untuk menilai
fungsi ginjal dan hepar.
Jika diagnosis GER belum dapat ditegakkan, pemeriksaan esofagogatro-
duodenoskopi dan biopsi dapat dilakukan untuk menentukan adanya peradangan
berat pada esofagus dan striktur esofagus. Pada pemeriksaan hematologi, dapat
ditemukan adanya anemia. Hal ini terjadi karena asupan yang kurang. Pada
pemeriksaan USG, dapat ditemukan adanya pembesaran organ; misal pada anak
yang kesulitan makan terutama dengan kekurangan kalori protein.
Endoskopi dilakukan untuk mencari kemungkinan kelainan organik; misal ada
benda asing didalam esofagus, adanya strikur esofagus, dan kelainan pada
lambung.

Referensi : Soetjiningsih. 2016. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC. Hal


330.

Anda mungkin juga menyukai