Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN PENELITIAN

A. Masalah Penelitian
Mengemukakan suatu permasalahan dalam penelitian ilmiyah sangat
penting, hal ini disebabkan penelitian tanpa ada masalah yang
mendasari penelitian tidak mungkin terlaksana, penelitian ilmiyah
dilaksanakan disebabkan adanya permasalahan yang mendesak
untuk diteliti sehingga mendapatkan berbagai temuan yang dapat
dijadikan sebagai landasan dalam upaya perbaikan dan
penyelesaikan masalah yang terjadi. Menurut Notoatmodjo (2002)
masalah penelitian secara umum dapat diartikan sebagai suatu
kesenjangan antara yang seharusnya dengan apa yang terjadi tentang
sesuatu hal, atau antara kenyataan yang ada atau terjadi dengan yang
seharusnya ada atau terjadi serta antara harapan dan kenyataan.
Menurut F.N Kelinger dalam Arikunto (1996) variabel sebagai
sebuah konsep seperti halnya laki-laki dan konsep jenis kelamin,
insaf dam konsep kesadaran. Dalam suatu penelitian harus
ditemukan terlebih dahulu masalah-masalah yang berkaitan dengan
kajian penelitian, untuk itu diperlukan persyaratan penelitian bersifat
ilmiyah, Nasution (1996) mengatakan bahwa suatu penelitian
bersifat ilmiyah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Masalah itu hendaknya bertalian dengan konsep-konsep yang
pokok ataupun hubungan antara konsep-konsep yang pokok.
2. Masalah itu hendaknya mengembangkan atau memperluas
cara-cara mentes suatu teori.
3. Masalah itu memberikan sumbangan kepada pengembangan
metodelogi penelitian dengan menemukan alat, teknik dan
metode baru.
4. Masalah itu hendaknya memanfaatkan konsep-konsep, teori-
teori atau data dan teknik dari disiplin-disiplin bertalian.

1
5. Masalah itu hendaknya dituangkan dalam bentuk desain yang
cermat dengan uraian yang diteliti mengenai variable-
variabelnya serta menggunakan metode yang paling serasi.

Menurut Hulley & Cummings dalam Siswanto, dkk (2013)


permasalahan sebagai topik penelitian harus memenuhi persyaratan
atau kriteria “FINER” (yaitu: Feasible, Interisting, Novel, Ethical,
Relevan), maksudnya:
1. Feasible: tersedia cukup subjek penelitian, dana, waktu, alat
dan keahlian.
2. Interisting: masalah yang akan diangkat untuk topik
penelitian hendaknya yang aktual sehingga menarik untuk
diteliti.
3. Novel: masalah dapat membantah atau mengkonfirmasi
penemuan atau penelitian terdahulu, melengkapi atau
mengembangkan hasil penelitian sebelumnya, atau
menemukan sesuatu yang baru.
4. Ethical: masalah penelitian hendaknya tidak bertentangan
dengan Etika.

Hal-hal yang dapat dipermasalahkan dalam penelitian adalah


masalah (problem) atau peluang (opportunity) yang didefenisikan
dengan jelas, baik keluasannya maupun kedalamannya. Masalah
merupakan kesenjangan atau perbedaan apa yang diharapkan
dengan apa yang terjadi (Bambang Tri Cahyono, 1996:7). Masalah
diartikan sebagai suatu situasi dimana suatu fakta yang terjadai
sudah menyimpang dari batasan toleransi yang diharapkan.
Sedangkan peluang adalah suatu kondisi eksternal yang
menguntungkan jika dapat dirah dengan usaha-usaha tertentu tetapi
dapat juga secara langsung atau tidak langsung menjadi ancaman bila
peluang itu dapat dimanfaatkan oleh pesaing (Husein Umar, 1999: 8).
Masalah penelitian menurut Juliandi, (2004:8) adalah hal-hal
yang berkaitan dengan: masalah atau problema (problem), peluang
(opportunity), ketertarikan (anxiety), keraguan atau ketidakpastian
(uncertainty), ketiadaan (blankness), kelangkaan (rarely),
kemerosotan (decline), ketertinggalan (left behind).
Masalah riset merupakan suatu pernyataan informasi spesifik
yang dibutuhkan pihak pengambil keputusan untuk membantu
memecahkan masalah keputusan manajemen. Ketika masalah atau

2
peluang telah diketahui maka sebuah riset akan mendapatkan
gambarannya (McDaniel dan Gates, 2001, 52).
Suatu permasalahan yang baik memiliki beberapa karakteristik,
karakteristik tersebut sebagai berikut: Pertama, peneliti memiliki
keahlian dalam bidang yang dikaji. Kedua, tingkat kemampuan
peneliti memang sesuai dengan tingkat kemampuan yang diperlukan
untuk mememecahkan permasalahan yang ada. Ketiga, Peneliti
memiliki sumber daya yang diperlukan. Keempat, peneliti telah
mempertimbangkan kendala waktu, dana, dan berbagai kendala lain
dalam pelaksanaan penelitian yang dilakukan (Kuncoro, 2003:26).
Dalam menentukan permasalahan dalam suatu kajian memiliki
beberapa petunjuk yang dapat digunakan dalam mencari
permasalahan yang akan ditampilkan dalam penelitian ilmiyah,
petunjuk untuk mengatasi penentuan masalah terdiri dari beberapa
hal yaitu:
1. Tentukan secara tentatif atau coba-coba suatu topik, lalu
pilihlah judul penelitian
2. Buat sketsa mengenai interrelasi dan perurutan-perurutan
dari masalah-masalahnya pada kertas,
3. Membahas luasnya area topik, dan berusaha menemukan
aspek-aspek kesulitannya, yaitu pusat-pusat simpul yang
harus diurai,
4. Dengan persoalan-persalan tersebut baca secara selektif
buku-buku referensi, catatan-catatan, dokumen-dokumen,
naskah-naskah, laporan-laporan, majalah, dan materi
informatif lainnya yang telah dibuat penulis-penulis lain, dan
ada sangkut pautnya dengan masalah yang tengah kita garap
(Kartono, 1980:55).

Masalah penelitian ilmiyah, memiliki beberapa bentuk dalam


kajian, masalah-masalah tersebut berasal dari fenomena, data
ataupun fakta yang terjadi, bentuk-bentuk masalah tersebut
berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam kajian penelitian,
masalah penelitian terdiri dari tiga bentuk:
1. Exploratory Research (Riset untuk menemukan sesuatu): Ini
adalah suatu riset yang memecahkan problem atau isu atau
topik baru yang sangat sedikit diketahui, sehingga ide riset
sebelumnya tidak dapat diformulasi denan baik pada tahap
awal. Persoalnnya dapat datang dari bagian disiplin ilmu, baik

3
itu suatu riset teoritis atau riset yang mempunyai dasar
empiris,
2. Testing out research (Riset untuk menguji coba sesuatu),
dalam riset ini kita mencoba untuk menemukan batas dari
generalisasi yang diusulkan sebelumnya. Pada umumnya ini
adalah riset dasar,
3. Problem Solving Research (Riset untuk memecahkan
masalah): dari riset jenis ini kita mulai dari adanya suatu
masalah “dalam dunia nyata” dan membawa semua sumber
daya intelektual untuk memecahkan masalahnya.
Permasalahan harus dapat ditentukan secara jelas dan
metode pemecahan masala harus ditemukan. Orang yang
bekerja dalam cara ini harus menciptakan dan
mengidentifikasi pemecahan masalah sebelumnya dalam
setiap langkah. Ini biasanya melibatkan sejumlah teori dan
metode, kadang-kadang melintas lebih dari satu disiplin,
karena masalah dunia nyata pada umumnya messy (kacau)
dan tidak dapat dipecahkan dalam batas sempit dari satu
disiplin akademis (Rais, 2003).

B. Latar Belakang Masalah


Latar belakang masalah memuat fenomena dan fakta atau informasi
menunjukkan adanya masalah yang penting atau yang ingin diteliti.
Bagian ini berisi hasil identifikasi masalah, khusus variable yang ingin
diteliti, serta argument bahwa suatu penelitian diperlukan untuk
dilakukan dalam mengatasi dan memahami masalah tersebut (Tim
Penyusun, 2015).
Menurut Supranto dalm Supardi dkk, (2007) bahwa latar
belakang masalah atau persoalan adalah uraian singkat tentang
alasan mengapa suatu judul penelitian tersebut dipilih. Pada latar
belakang masalah perlu diuraikan fakta atau fenomena yang sedang
terjadi dan merupakan alasan dasar mengapa perlu diadakan
penelitian ini.
Latar belakang masalah adalah segala informasi yang diperlukan
untuk memahami rumusan masalah yang disusun oleh peneliti
(Kuncoro, 2003: 3). Pendahuluan atau latar belakang masalah adalah
memberikan gambaran yang jelas mengenai pemikiran ilmiah,
dengan cara mengemukakan masalah dan menghadapkan pada

4
beberapa pustaka yang relevan yang dapat menuntun pembaca
menuju kepada pemikiran logis (Lindsay, 1986:87).
Latar belakang masalah merupakan alur suatu proses masalah
penelitian secara formal. Melalui latar belakang masalah, pengalaman
tentang permasalahan penelitian yang sedang dihadapi dapat
menjadi lebih utuh dan komplit. Dalam latar belakang masalah
diwujudkan dengan menelaah berbagai fenomena yang disusun
dengan baik sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, pada
umumnya dalam latar belakang masalah mampu mengungkapkan 4
hal yaitu:

1. Mengungkapkan Isu-isu (Isseus)


Dalam latar belakang masalah perlu dikemukakan isu-isu
yang aktual mengingat bahwa isu-isu itu merupakan hal yang
mengganjal tentang sesuatu hingga memerlukan
penyelesaian. Isu-isu tersebut dapat berupa gejala, fenomena,
atau bahkan komentar yang sedang ramai atau hangat saat
ini. Isu dapat berperan sebagai masalah pokok yang segera
memerlukan penyelesaian. Perlu diingat bahwa isu jelas
sangat berbeda dengan gosip. Hal lain yang juga perlu diingat
bahwa sepanjang pernyataan tentang masalah masih bisa
dibantah, maka tidak bisa dikatakan sebagai Isu.

2. Mengungkapkan Fakta-fakta (Exiting Information)


Latar belakang masalah bisa juga menguraikan fakta-fakta
yang memperkuat isu. Maksudnya, ada keyakinan bahwa isu
yang diangkat tidaklah dibuat-buat, melainkan nyataadanya.
Fakta-fakta yang dimaksud umumnya tentang data berupa
angka-angka, maupun data-data kualitatif. Sumber data
ataupun fakta tersebut seharusnya disebutkan, misalnya dari
suatu media massa, jurnal, laporan sebuah instansi, atau hasil
penelitian sebelumnya. Peneliti hendaknya memperhatikan
pula kualitas dan keaktualan fakta-fakta yang dikemukakan
tersebut.

3. Menguraikan Kebutuhan Penelitian (Need).


Selanjutnya peneliti sebaiknya juga menguraikan kebutuhan
penelitian, yaitu memberikan argumentasi atau justifikasi
untuk apa masalah dipecahkan melalui penelitiannya. Suatu

5
penelitian akan memiliki nilai lebih apabila hasilnya dapat
dimanfaatkan untuk menyelesaikan suatu permasalahan atau
kepentingan yang lain.

4. Memiliki Tingkat Kesukaran berkaitan dengan Pemecahan


Masalahnya (Difficulty).
Maksudnya adalah, selain menarik, penelitian yang
mengangkat atau meneliti masalah tersebutmasih langka atau
jarang. Jadi, jika masalah tersebut diteliti, maka akan menjadi
bahan masukan atau informasi yang berharga bagi siapa pun
yang terkait dengan masalah yang akan diteliti tersebut
(Sangaji & Sopiah, 2010).

Ditambahkan pula oleh Umar, (2001:238) suatu latar belakang


masalah berisikan informasi tentang suatu masalah dan atau peluang
yang dapat dipermasalahkan agar ditindaklanjuti lewat penelitian,
termasuk hal-hal yang melatarbelakanginya. Latar belakang masalah
berisi tentang sejarah dan persitiwa-peristiwa yang sedang terjadi
pada suatu proyek penelitian, tetapi dalam peristiwa itu, nampak
adanya penyimpangan-penyimpangan dari standar yang ada, baik
standar keilmuan maupun aturan-aturan. Dalam latar belakang ini
peneliti harus melakukan analisis masalah, sehingga permasalahan
menjadi jelas. Melalui analisis masalah ini, peneliti harus dapat
menunjukkan adanya suatu penyimpangan, dan menuliskan mengapa
hal itu perlu diteliti (Sugiyono, 1999: 302).
Konsep-konsep dan teori-teori ilmiah sebagai sumber masalah
dapat dikutip dari literatur yang dipublikasikan: buku teks, jurnal,
text database, dan dari literatur yang tidak dipublikasikan: skripsi,
tesis, disertasi, paper, makalah-makalah seminar (Nur Indriantoro
dan Bambang Supomo, 1999, 43).
Bagian latar belakang masalah menjelaskan mengapa suatu
penelitian dilaksanakan dan apa yang ingin dicapai atau diketahui
dari pelaksanaan penelitian tersebut. Fakta dan data yang
mendukung harus dicantumkan (Dermawan Wibisono, 2000, 304).
Banyak orang mengalami kesulitan dalam memutuskan apa yang
akan dimasukkan dalam pendahuluan atau latar belakang masalah,
hasil-hasil penelitian apa yang perlu dikutip, mana yang akan
diberikan dalam pendahuluan atau latar belakang masalah dan mana
yang tidak perlu. Sehingga dibutuhkan bahan-bahan yang akan

6
dijadikan data yang akan ditampilkan dalam latar belakang masalah,
hanya bahan-bahan yang mengarah kepada hipotesislah yang
digunakan dalam latar belakang masalah. Bahan-bahan tersebut
disusun menurut urutan yang logis. (Lindsay, 1986, 8). Bahan-bahan
yang dapat ditampilkan dalam latar belakang masalah yaitu:

1. Latar belakang masalah harus memuat faktor-faktor apa saja


yang menjadi perhatian anda untuk dijadikan suatu latar
belakang. Itulah yang disebut dengan latar belakang faktual
(identifikasi masalah yang relevan).
2. Latar belakang memuat berbagai informasi kasus, baik secara
langsung lewat pengamatan di masyarakat maupun lewat
buku-buku referensi, dan hasil-hasil penelitian lain yang
sejenis, ini disebut latar belakang teoritis. Peneliti
menghubungkan kasus yang satu dengan yang lain,
Bagaimana kasus-kasus kontemporer berhubungan dengan
kasus-kasus terdahulu, dan bagaimana antara teori-teori yang
dapat menjelaskan fenomena perubahan tersebut dari waktu
ke waktu.
3. Latar belakang merupakan tonggak problematik yang berisi
berbagai persoalan yang akan dijawab dalam bab-bab
selanjutnya. Latar belakang memberi alur berpikir sehingga
mempermudah peneliti untuk mensistematisir persoalan
yang ingin dipecahkan. Setiap masalah yang akan dijawab
sebaiknya diutarakan sebagai problematik yang akan dibahas
dalam bab-bab berikutnya (Andrik Purwasito, 2004).

Selain itu, Latar belakang masalah berisikan argumentasi


mengapa penelitian ini penting dilakukan. Menggambarkan situasi
dan kondisi baik secara makro maupun mikro serta dilengkapi
dengan fakta dan data-data lapangan. Menunjukkan sebab-sebab
muncul dan terjadinya masalah. Apa yang seharusnya terjadi dan
kenyataan yang ada. Munculnya kesenjangan antara apa yang
diharapkan dengan kenyataan. Mengemukakan Kajian teoritis
dibandingkan dengan fenomena yang ada, sehingga penelitian ini
menjadi menarik, memberi manfaat besar untuk dilakukan (W. Gede
Merta, 2004, 11).
Dalam latar belakang penelitian juga dikemukakan mengenai
pentingnya penelitian itu dilaksanakan, disini penting disebutkan

7
secara jelas, apa masalahnya dan apa akibat dari permasalahan
tersebut. Untuk mencari permasalahan mungkin dapat digunakan
analisis dengan pokok masalah. Pentingnya penyantuman ringkasan
tinjauan pustaka yang relevan adalah untuk memberikan informasi
yang memungkinkan pembaca dapat memahami dan menilai hasil
penelitian dalam bidang yang diteliti yang pernah ada serta
memberikan justifikasi dari perlakuan yang akan diuji pada
metodologi. Disamping itu juga untuk mencegah adanya duplikasi
penelitian (Tim Ahli BPPT-PAATP, 1998).
Pada pendahuluan (latar belakang masalah) biasanya peneliti
mengungkapkan alasan utama mengapa yang bersangkutan memilih
masalah tertentu yang akan diteliti sehingga pihak pembaca dapat
memahami mengenai pentingnya masalah tersebut untuk diteliti dari
sisi ilmiah. Pada bagian ini pula, peneliti boleh menuliskan keinginan
peneliti untuk mengungkapkan suatu gejala atau konsep atau dugaan
yang sedang dipikirkan (Sarwono, 2002). Latar belakang berisi uraian
singkat mengenai lingkungan di seputar masalah yang akan diteliti,
lingkungan tersebut bisa meliputi: 1) peristiwa tertentu yang
menyebabkan proposal diperlukan, 2) belum tuntasnya literatur
dalam menjawab permasalah atau fenomena tertentu. (Kuncoro,
2003: 86).
Di Bawah ini terdapat contoh latar belakang penelitian kualitatif
dengan judul: “Kegiatan Prodiksus Life Skills Dalam Upaya
Meningkatkan Keahlian Kecakapan Hidup Siswa Di SMA Kenanga”,
sebagai berikut:
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
mengisyaratkan adanya pengajaran yang saling terintegrasi
tentang Kecakapan hidup (Life Skills) baik itu mengkaitkan
langsung antara Mata Pelajarannya dengan kebutuhan untuk
mengarah pada kecakapan hidup atau yang merupakan Mata
Pelajaran tersendiri yang akan membawa dampak langsung pada
Kecakapan hidup berupa keterampilan untuk digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
yang dibuat oleh SMA Kenanga, menempatkan Kecakapan Hidup
sebagai keterampilan bekal hidup peserta didik yang dijabarkan
dengan baik dalam satu wadah yang disebut Pengembangan diri.
Dalam pengelolaanya Pengembangan diri ini berorientasi
pada Permendiknas No. 19 tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan dan juga pada Dasar Standarisasi Profesi Konseling

8
dari Direktorat Jendral Perguruan Tinggi tahun 2004 yang
memberikan arah pengembangan profesi Konseling di Sekolah
dan luar Sekolah
Kegiatan Pengembangan diri yang dilaksanakan di SMA
Kenanga difasilitasi oleh Konselor untuk kegiatan Pengembangan
diri melalui Konseling, untuk Pengembangan Diri yang melalui
kegiatan Ekstrakurikuler dilaksanakan oleh Pelatih yang
berkompeten dibidangnya disertai Pembina dari Guru dan
dikoordinasi oleh Pembina OSIS sedangkan untuk kegiatan
Pembiasaan dilaksanakan secara komprehensif, kontinyu dan
konsisten.

C. Identifikasi Masalah
Pada umumnya identifikasi masalah dilakukan dari permasalahan
umum yang berhubungan dengan keahlian yang dipunyai dan
menarik untuk dipecahkan. Kemudian dari permasalahan umum yang
telah ditentukan diambil suatu permasalahan spesifik (batasan
masalah) dan lebih memungkinkan untuk diteliti (Kuncoro, 2003:26).
Dalam penyusunan identifikasi masalah diperlukan komunikasi yang
baik antara manajer dengan peneliti. Identifikasi masalah
memerlukan kreativitas, pengetahuan, pengalaman, dan kadang-
kadang juga keberuntungan (Kuncoro, 2003: 27).
Tahap identifikasi masalah merupakan suatu kegiatan berupa
mencari sebanyak-banyaknya masalah yang sekiranya dapat
dicarikan jawabannya melalui penelitian. Pencarian masalah-masalah
ini bertumpu pada masalah pokok yang tercermin pada bagian latar
belakang masalah (Husein Umar, 2001: 68).
Tahap identifikasi masalah merupakan suatu kegiatan berupa
mencari masalah yang sekiranya dapat dicarikan jawabannya melalui
penelitian. Semua masalah yang ada pada obyek penelitian
dikemukakan, baik masalah yang akan diteliti maupun tidak diteliti.
Masalah yang diteliti umumnya merupakan variabel dependen.
Berdasarkan masalah yang diketahui tersebut selanjutnya
dikemukakan hubungan satu masalah dengan masalah yang lain.
Masalah yang diteliti itu kedudukannya dimana diantara masalah
yang akan diteliti. Masalah apa saja yang diduga berpengaruh positif
dan negatif terhadap masalah yang diteliti. Masalah tersebut dapat
dinyatakan dalam bentuk variabel. (Sugiyono, 1999: 303-304).

9
Identifikasi masalah dalam proses pengembangan perumusan
masalah memiliki peranan sebagai suatu proses penyaringan mulai
dari yang umum sampai dengan masalah yang khusus. Masalah
dimulai dari adanya pemikiran “concern” yang sedang dihadapi atau
yang akan dihadapi, kemudian masalah pemikiran tersebut
dipersempit menjadi proses penyaringan perumusan masalah dan
pada tahap ketiga menjadi penyaringan pemilihan masalah yang akan
diteliti dengan disertai tujuan penelitiannya (Sarwono, 2002).
Menurut Umar, (2001: 238) identifikasi masalah adalah
sekelompok aspek yang berada di sekitar masalah utama yang dapat
diteliti untuk menjawab permasalahan utama. Identifikasi
permasalahan penelitian adalah pernyataan singkat tentang
permasalahan yang akan dipecahkan dan merupakan intisari dari
latar belakang masalah. Penentuan pilihan dan penegasan
permasalahan yang akan diteliti. Masalah adalah sesuatu yang
penting untuk mendapatkan pemecahan, dan merupakan gap antara
teori dengan kenyataan, antara apa yang diharapkan dengan apa yang
terjadi. Banyak masalah yang mungkin dihadapi, maka akan
ditentukan pokok permasalahan yang menjadi fokus dalam
penelitian. Rumusan pokok permasalahan biasanya berupa kalimat
tanya (W. Gede Merta, 2004).
Permasalahan di sekeliling kita sangat banyak, peneliti tinggal
mengidentifikasi, setelah masalah diidentifikasi selanjutnya dipilih
salah satu masalah yang paling layak (batasan masalah), kemudian
masalah yang telah dipilih perlu dirumuskan (Sarmanu, 2004: 14).
Mengidentifikasi masalah berarti peneliti melakukan tahap
pertama dalam melakukan penelitian, yaitu merumuskan masalah
yang akan diteliti. Tahap ini merupakan tahap yang paling penting
dalam penelitian, karena semua jalannya penelitian akan dituntun
oleh perumusan masalah. Tanpa perumusan masalah yang jelas,
maka peneliti akan kehilangan arah dalam melakukan penelitian
(Sarwono, 2002).
Masalah-masalah yang disajikan pada bagian identifikasi masalah
umumnya disajikan dalam bentuk kalimat pertanyaan atau kalimat
pernyataan (Umar1999: 16). Contoh identifikasi masalah yang
berbentuk pertanyaan: 1). Seberapa besar pengaruh budaya
organisasi terhadap kinerja keuangan perusahaan, 2). Seberapa besar
pengaruh orientasi etka terhadap kinerja keuangan perusahaan, 3).

10
Seberapa besar pengaruh budaya organisasi dan orientasi etika
terhadap kinerja perusahaan secara simultan (Ernawan, 2004, 19).
Di Bawah ini terdapat contoh identifikasi masalah penelitian
kualitatif, sebagai berikut:

Identifikasi bertujuan untuk memperjelas dan mengarahkan


pembahasan terhadap permasalahan yang akan diteliti. Dari
kondisi di lapangan tentang Kegiatan Prodiksus Life Skills untuk
meningkatkan keahlian siswa di SMA Kenanga, penyusun
menemukan beberapa masalah yang teridentifikasi, di antaranya:
a. Pelaksanaan kegiatan Prodiksus Life Skills yang
dilaksanakan oleh pengelola selama ini lebih bergantung
pada pengalaman dilapangan;
b. Masih ada sebagian pengelola yang kurang maksimal dalam
memanage peningkatan kualitas keahlian kecakapan
hidupnya;
c. Upaya peningkatan kualitas pembelajaran di kelas masih
lebih bergantung pada pengelola dibandingkan pada
pelatihnya itu sendiri;
d. Masih ada sebagian siswa yang merasa terpaksa dengan
kegiatan Prodiksus Life Skills ini;
e. Komunikasi antara pengelola dengan siswa dirasakan
masih belum maksimal.

D. Pembatasan Masalah
Masalah penelitian harus dibatasi sehingga fokus pada permasalahan
yang akan di teliti. Dalam hal ini perlu dijelaskan argumentasinya.
Pembatasan masalah dapat menyangkut batasan variable dan
populasi penelitian, tahapan penelitian yang dicapai dan sebagainya.
Bagian ini berkaitan erat dengan identifikasi masalah, jika peneliti
memiliki keterbatasan, masalah-masalah yang telah diidentifikasi
mungkin tidak dapat diteliti semuanya, melainkan hanya beberapa
saja atau dibatasi (Umar, 1999: 17).
Batasan masalah menggambarkan ruang lingkup penelitian yang
tidak terlalu luas. Masalah umum yang ada perlu dibatasi secara
khusus (sempit) dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu,
dana, tenaga, teori, dan sebagainya. Sehingga penelitian dapat
dilakukan lebih mendalam. Masalah yang dibatasi ini menjadi

11
variabel di dalam penelitian (Sugiyono, 1999: 303). Setelah masalah
diidentifikasi selanjutnya dipilih salah satu masalah yang paling layak
untuk diteliti (Sarmanu, 2004:14).
Di Bawah ini terdapat Contoh pembatasan masalah Penelitian
Kualitatif, sebagai berikut:
Pembatasan masalah menurut Soeharto dalam Lili (2009 : 4)
adalah “membatasi ruang lingkup masalah yang sangat luas
dengan mengadakan lokalisasi persoalan dan daerah penelitian”.
Dalam tindakan, daerah penelitian, termasuk juga subjek yang
akan dikumpulkan dan masalah yang diterima tersebut, ditinjau
oleh seorang peneliti. Selain itu juga, pembatasan masalah harus
ditunjang oleh ilmu yang mendasarinya, yaitu dambil dari
identifikasi masalah.
Dari permasalahan seperti yang tercantum dalam identifikasi
dan perumusan masalah, penelitian memfokuskan pada ruang
lingkup masalah sebagai berikut:
a. Pelaksanaan kegiatan Prodiksus Life Skills dalam upaya
menunjang peningkatan kecakapan hidup siswa SMA
Kenanga.
b. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam upaya
menunjang peningkatan kecakapan hidup siswa di SMA
Kenanga.
c. Bagaimana tanggapan siswa mengenai kegiatan Prodiksus
Life Skills dalam rangka peningkatan kecakapan hidup
siswa yang berkenaan dengan minat, manfaat dan suasana
pelaksanaan kegiatan Prodiksus Life Skills di SMA
Kenanga?

E. Perumusan Masalah
Rumusan masalah diperlukan agar pembatasan atau lingkup maslah
dapat disajikan secara singkat. Rumusan masalah disusun dalam
bentuk pertanyaan yang ingin ditemukan jawabannya melalui
penelitian yang akan dilakukan. Perumusan masalah merupakan
factor-faktor atau variable yang melatar belakangi, atau menjadi
penyebab dari maslaah penelitian.
Rumusan masalah adalah kalimat tanya atau pertanyaan yang
menanyakan hubungan apakah yang terdapat antara dua variabel
atau lebih (Kerlinger, 2001:28-29). Rumusan masalah dapat

12
diformulasikan dalam sebuah pertanyaan penelitian. Pertanyaan ini
nantinya akan terjawab setelah ada hasil penelitian yang diperoleh
dari pembahasan atau analisa (Indriantoro dan Supomo, 1999:49;
Umar, 2001:69).
Perumusan masalah harus disertai latar belakang masalah
(Kuncoro, 2003: 33). Perumusan masalah diidentifikasi melalui
proses wawancara, observasi, dan survey literatur. (Kuncoro,
2003:44). Sering dijumpai usulan penelitian yang memuat “latar
belakang permasalahan” secara panjang lebar tetapi tidak diakhiri
(atau disusul) oleh rumusan (pernyataan) permasalahan. Pernyataan
permasalahan sebenarnya merupakan kesimpulan dari uraian “latar
belakang” tersebut. Castette dan Heisler menjelaskan bahwa secara
keseluruhan ada 5 macam bentuk pernyataan permasalahan, yaitu:
(1) Bentuk satu pertanyaan (question);
(2) Bentuk satu pertanyaan umum disusul oleh beberapa
pertanyaan yang spesifik;
(3) Bentuk satu penyataan (statement) disusul oleh beberapa
pertanyaan (question).
(4) Bentuk hipotesis; dan
(5) Bentuk pernyataan umum disusul oleh beberapa hipotesis
(Djunaedi, 2000: 6).

Meskipun dapat berupa kalimat berita, sebaiknya pertanyaan


penelitian berupa kalimat tanya (yang diakhiri dengan tanda tanya).
Bila pertanyaan penelitian lebih dari satu, maka semua pertanyaan
haruslah berada dalam satu “payung” (satu sistem). Bila tidak, maka
akan terasa mengerjakan dua tesis sekaligus atau lebih. Untuk
memperjelas “payung” tersebut dapat pula ditulis satu pertanyaan
besar yang memayungi sejumlah pertanyaan kecil. Bila perlu, beri
penjelasan tentang beberapa istilah dan letakkan penjelasan tersebut
di bawah daftar pertanyaan penelitian (Djunaedi, 2002: 15). Di
bawah ini terdapat contoh perumusan masalah penelitian kualitatif,
sebagai berikut:
Perumusan masalah menurut Soeharto dalam Lili (2009 : 3)
adalah “esensi atau unsur yang dikembangkan dari subjek sebagai
sebab dari pembatasan masalah (gejala)”. Perumusan masalah
dapat berbentuk kalimat pertanyaan yang merumuskan sebab
yang menimbulkan gejala penelitian setajam atau sejelas mungkin

13
sehingga tidak akan menimbulkan salah pengertian atau salah
penafsiran terhadap masalah penelitian.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas,
maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Rendahnya tingkat pelaksanaan kegiatan Prodiksus Life
Skills dalam upaya meningkatkan keahlian kecakapan
hidup siswa di SMA Kenanga.
b. Faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat
pelaksanaan kegiatan Prodiksus Life Skills upaya
meningkatkan keahlian kecakapan hidup siswa di SMA
Kenanga.
c. Bagaimana tanggapan siswa mengenai kegiatan Prodiksus
Life Skills dalam rangka peningkatan kecakapan hidup
siswa yang berkenaan dengan minat, manfaat dan suasana
pelaksanaan kegiatan Prodiksus Life Skills di SMA
Kenanga?

F. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berisi deskripsi singkat tentang hal yang ingin
diketahui atau dipahami atau diatasi atau dicari solusinya terkait
masalah yang diteliti. Tujuan penelitian menunjukkan hal-hal yang
ingin dicapai, sesuai dengan pokok permasalahan. Tujuan penelitian
biasanya diawali dengan kata-kata seperti: untuk mengetahui,
menghitung, menganalisis, membedakan, dan lain-lain (W. Gede
Merta, 2004:11).
Tujuan penelitian berkaitan dengan pertanyaan penelitian, tetapi
tingkatan tujuan penelitian tergantung hasil kajian pustaka. Beberapa
tingkatan atau macam tujuan penelitian, antara lain:
1. Mengeksplorasi; misal: mengeksplorasi faktor-faktor yang
mempengaruhi....
2. Mendeskripsikan; misal: mendeskripsikan pola ....;
mendeskripsikan perkembangan .....; mendeskripsikan
kategori ....
3. Menguji hipotesis; misal: menguji hipotesis bahwa tidak ada
hubungan antara .... dengan ....
4. Mengevaluasi; misal: mengevaluasi ketepatan pemilihan
lokasi ibukota ... dengan kriteria akademis. Sebaiknya
dirumuskan suatu tujuan bagi setiap pertanyaan penelitian.

14
Tujuan untuk masing-masing pertanyaan penelitian dapat
berbeda, tergantung pada status/ujung pengetahuan yang ada
saat ini (“state of the art”)—hasil kajian pustaka—bagi
masing-masing pertanyaan penelitian (Djunaedi, 2002:15-
16).

Di bawah ini terdapat contoh tujuan penelitian kualitatif, sebagai


berikut:
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan,
mengembangkan, dan membuktikan bahwa Prodiksus Life Skills
dapat memberikan keahlian yang bermanfaat dalam dunia kerja
serta bisa diterima oleh siswa SMA Kenanga. Secara khusus,
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
a. Pelaksanaan kegiatan Prodiksus Life Skills dalam upaya
meningkatkan keterampilan siswa di SMA Kenanga;
b. Faktor penghambat dan faktor pendukung pelaksanaan
kegiatan Prodiksus Life Skills di SMA Kenanga.
c. Tanggapan siswa mengenai kegiatan Prodiksus Life Skills
dalam rangka peningkatan kecakapan hidup siswa yang
berkenaan dengan minat, manfaat dan suasana
pelaksanaan kegiatan Prodiksus Life Skills di SMA
Kenanga.

G. Manfaat Penelitian
Kegunaan (manfaat) penelitian merupakan uraian tentang manfaat
dari hasil atau temuan penelitian (Hasan Mustaf, 1997). Manfaat
penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan penelitian.
Manfaat penelitian terdiri atas manfaat teoritis dan praktis yang
mungkin diperoleh melalui hasil penelitian. Hasil penelitian harus
bermanfaat bagi: 1) peneliti, 2) Instansi atau lembaga tempat
penelitian, 3) Universitas, 4) peneliti pada masa mendatang
(Arikunto, 2002:28-29).
Terbentuknya rumusan masalah dengan akurat, maka dapat
dicari manfaat dari penelitian yang berkaitan dengan kajian, manfaat
penelitian berisikan apa dan bagi siapa hasil penelitian tersebut
bermanfaat. Setidaknya penelitian bermanfaat untuk:
a. Teoritis: untuk mengembangkan ilmu

15
b. Praktis: membantu memecahkan dan mengantisipasi masalah
yang ada pada objek yang diteliti (Sugiyono, 1999:305).

Di bawah ini terdapat contoh manfaat penelitian kualitatif,


sebagai berikut:
Secara teoritis manfaat yang diharapkan dari penelitian ini
adalah dapat memberikan masukan dan koreksi kepada pengelola
prodiksus life skills SMA Kenanga untuk lebih menyempurnakan
kegiatan tersebut. Secara praktis penelitian ini bermanfaat
kepada:
1. Kepala Sekolah: penelitian ini memberikan kontribusi
yang tinggi pada upaya perbaikan pengelolaan life skill di
sekolah, sekolah yang menjalankan program life skill
sangat berguna sebagai upaya pemberikan keterampilan
dan kualitas diri pada siswa.
2. Guru: Penelitian ini sangat bermanfaat kepada guru,
penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan guru dalam
upaya pengelolaan proses pembelajaran yang berkaitan
dengan program life skill, yang akan terlaksana di sekolah.

H. Definisi Operasional
Definisi operasional merupaka bagian dari definisi variable
penelitian, definisi variable penelitian lebih spesifik dari definisi
konseptual, sudah termasuk didalamnnya dimensi variable dan
indikatonya variable. Devinisi operasional berisikan informasi, esensi
dari kajian teori yang berkaitan dengan masalah penelitian, esensi
kajian teori penelitian bertujuan untuk merumuskan dan
menjabarkan teori yang berkaitan dengan masalah penelitian. Di
bawah ini terdapat contoh definisi operasional kualitatif, sebagai
berikut:
Perbedaan interpretasi pada suatu pengertian akan
memberikan makna yang berbeda, untuk menyamakan persepsi
peneliti memberikan beberapa definisi operasional sebagai
berikut:
1. Life Skils (Kecakapan hidup)
Life skill (kecakapan hidup) adalah sebuah keterampilan
atau kemampuan yang dimiliki peserta didik untuk dapat
beradaptasi dan berperilaku positif, sehingga peserta didik

16
mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam
kehidupan secara lebih efektif.

2. Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan yang bertujuan untuk memberikan peserta didik
kesempatan dalam mengembangkan dan mengekspresikan
diri yang dipadukan dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap
peserta didik dan disesuaikan dengan kondisi sekolah.

I. Asumsi dan Pertanyaan Penelitian


Asumsi merupakan suatu anggapan sementara yang perlu untuk
dibuktikan secara ilmiyah, anggapan sementara ini membutuhkan
pembuktian untuk menguji kebenarannya. Dalam penelitian kita
diharuskan untuk menyusun asumsi. Hal ini sebagai stimulus, agar
kita mencari pembuktian sebuah kebenaran ilmiah. Dalam menyusun
asumsi ini harus melihat konteks atau objek yang kita teliti, berfokus
dan menjadi penjabaran dalam masalah kajian.
Sementara pertanyaan penelitian merupakan butir-butir
permasalahan yang akan dikaji dalam kajian, pertanyaan penelitian
disesuaikan dengan rumusan dan batasan masalah yang akan di kaji.
Di bawah ini terdapat contoh asumsi dan pertanyaan penelitian
Kualitatif, sebagai berikut:

1. Asumsi Penelitian
Berdasarkan perumusan dan pembatasan masalah serta
tujuan dan manfaat penelitian, peneliti berasumsi sebagai
berikut:
Implementasi kegiatan Prodiksus Life Skills yang efektif
sangat mendukung upaya Guru dalam menunjang peningkatan
keahlian kecakapan hidup siswa di SMA Kenanga; perbaikan
dan peningkatan kecakapan hidup siswa sangat bergantung
pada kemampuan siswa dalam menyerap pengetahuan dalam
program life skill yang dijalankan di sekolah.
Faktor pendukung dan faktor penghambat sangat
berpengaruh terhadap upaya Guru dalam menunjang
peningkatan kecakapan hidup siswa di SMA Kenanga; adanya
factor pendukung dan factor penghambat dalam pelaksanaan

17
kegiatan atau progral life skill di sekolah dapat memberikan
dampak positif maupun dampak negatif dalam penerapan
program life skill tersebut.

2. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan asumsi tersebut, peneliti mengajukan
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana implementasi kegiatan Prodiksus Life Skills
yang efektif di SMA Kenanga dalam rangka peningkatan
kecakapan hidup siswa di SMA Kenanga?
b. Hal-hal apa saja yang menjadi faktor pendukung dan faktor
penghambat kegiatan Prodiksus Life Skills dalam rangka
peningkatan kecakapan hidup siswa di SMA Kenanga?
c. Bagaimana tanggapan siswa mengenai kegiatan Prodiksus
Life Skills dalam rangka peningkatan kecakapan hidup
siswa yang berkenaan dengan minat, manfaat dan suasana
pelaksanaan kegiatan Prodiksus Life Skills di SMA Kenanga?

J. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah yang akan diambil
peneliti dalam penyusunan penelitian, prosedur penelitian disusun
dengan tata cara yang telah ditetapkan dalam suatu penelitian. Di
bawah ini terdapat contoh prosedur penelitian kualitatif, sebagai
berikut:
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif analisis, dengan pendekatan kualitatif. Surakhmad
(2004:140) mengemukakan bahwa ”Metode deskriptif analisis
memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah aktual dan
menganalisis fokus masalah atas aspek atau variabel-variabel dan
antara aspek atau variabel-variabel tersebut dicari
hubungannya”.
Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan
gambaran dari permasalahan dengan melakukan eksplorasi
sehingga pandangan, persepsi, data, kegiatan, perilaku objek
penelitian dapat diungkapkan dan dianalisis dengan cara
mengamati orang atau objek dalam lingkungan kehidupan,
berinteraksi, dan berusaha memahami perilakunya.

18
Bogdan dan Taylor dalam Lili (2009: 7) menjelaskan bahwa
“pendekatan kualitatif merupakan prosedur dasar penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang diamati”.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Kenanga. Subjek penelitian
adalah Kepala sekolah, Pengelola Prodiksus, Guru Pembimbing,
Guru dan Siswa. Untuk mendapatkan data yang relevan,
diperlukan teknik pengumpulan data yang tepat. Dalam
penelitian ini, digunakan beberapa teknik pengumpulan data,
yaitu observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara
langsung terhadap subjek penelitian. Dalam penelitian ini
digunakan untuk memperoleh data penelitian melalui observasi
atau pengamatan terhadap lingkungan sekolah.
Wawancara adalah suatu bentuk percakapan yang
dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan yang terdapat dalam
lingkungan budaya tertentu. Tujuan wawancara untuk
mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan pengalaman
orang lain. Dalam penelitian ini wawancara bertujuan untuk
memperoleh jawaban mengenai Prodiksus Life Skills, menurut
kepala sekolah, satgas, guru maupun menrut peserta prodiksus.
Studi dokumentasi adalah penggunaan dokumen penting yang
berada di lapangan. Data penelitian kualitatif kebanyakan
diperoleh dari sumber manusia melalui observasi dan
wawancara. Namun data dari sumber nonmanusia seperti
dokumen, photo, dan bahan statistik perlu mendapat perhatian.
Dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data atau
bukti fisik mengenai administrasi Prodiksus Life Skills.
Dalam upaya mengumpulkan data dan informasi,
dilaksanakan beberapa tahap pengumpulan data sebagai berikut:
1. tahap orientasi
2. tahap eksplorasi
3. tahap member check.
Pengolahan data dilakukan sebagai langkah lanjutan dari
proses pengumpulan data dengan maksud agar data tersebut
dapat bermakna dan dapat disimpulkan. Adapun tahap
pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Tahap reduksi data, yaitu tahap merangkum, memilih hal-
hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,

19
dicari tema dan polanya. Tahap reduksi pada penelitian
ini adalah tahap merangkum data yang diperoleh melalui
observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.
2. Tahap display data, yaitu tahap menampilkan data yang
telah direduksi. Pada tahap display data dalam penelitian
ini adalah menampilkan hasil reduksi data melalui teks
naratif.
3. Tahap verifikasi data, yaitu tahap penarikan simpulan dan
verifikasi. Tahap verifikasi dalam penelitian ini adalah
tahap menyimpulkan data yang telah ditampilkan melalui
teks naratif, setelah terlebih dahulu dilakukan verifikasi
terhadap data hasil penelitian.

K. Sistematika Penulisan
Sistematikan penulisan merupakan suatu penjabaran secara
deskriptif tentang hal-hal yang akan ditulis dalam penelitian, yang
secara garis besar terdiri dari Bagian Awal, Bagian Isi dan Bagian
akhir, sistematika penulisan dalam penelitian dapat pula terbagi
dalam beberapa bab sebagai alur penulisan karya ilmiah. Sistematika
penulisan berisikan beberapa unsur yang mengandung gambaran
dari isi karya tulis yang akan teliti. Di bawah ini terdapat contoh
sistematika penulisan, sebagai berikut:
Tesis yang berjudul “Pengembangan Life Skills sebagai
implementasi Pengembangan Diri peserta didik (Studi Analitik di
SMA Kenanga.)” ini, menggunakan sistimatika penulisan sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN, yang menjelaskan latar belakang
masalah, identifikasi masalah, perumusan dan pembatasan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional,
asumsi dan pertanyaan penelitian, prosedur penelitian, dan
sistimatika penulisan.
BAB II PRODIKSUS LIFE SKILLS menjelaskan masalah-
masalah yang berhubungan dengan pengertian pendidikan
kecakapan hidup, pengertian pengembangan diri, pengertian
prodiksus life skills, pentingnya life skills dalam pengembangan
diri, tujuan prodiksus life skills, kedudukan prodiksus life skills
dalam struktur sekolah, struktur pengelolaan prodiksus life skills,
jenis pelatihan prodiksus life skills, waktu pelaksanaan prodiksus

20
life skills, peserta prodiksus life skills, pelatih prodiksus life skills,
kurikulum prodiksus life skills dan sarana prasaran prodiksus life
skills.
BAB III PROSEDUR PENELITIAN, membicarakan masalah
pendekatan dan metode penelitian, lokasi dan objek penelitian,
tahap pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan
interpretasi data hasil penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN,
membicarakan masalah deskripsi umum lokasi penelitian,
jawaban atas pertanyaan penelitian, dan pembahasan hasil
penelitian.
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI, memuat simpulan
hasil penelitian dan rekomendasi yang dapat peneliti sampaikan
untuk peningkatan selanjutnya. Sistimatika penulisan tesis ini
berakhir dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

21
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori Masing-Masing Variabel


Setiap kali melakukan penelitian, peneliti harus terlebih dahulu
mengkaji teori yang relevan dengan masalah penelitian. Untuk dapat
melakukan pengkajian teori sebagai landasan landasan penelitian,
peneliti terlebih dahulu harus memahami konse-konsep dasar
tentang teori.
Salah satu unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki peran
sangat besar dalam penelitian adalah teori. Suatu landasan teori dari
penelitian atau karya ilmiah sering juga disebut sebagai studi
literatur atau tinjauan pustaka. Melalui penelitian atau kajian teori
diperoleh kesimpulan-kesimpulan atau pendapat-pendapat para ahli,
kemudian dirumuskan pada pendapat baru.
Pada landasan teori berisi kajian atau pembahasan tentang
berbagai konsep atau teori yang ingin diteliti. Teori atau konsep
terkait dengan fokus penelitian. Pada landasan teori, pembahasan
lebih mendalam tentang teori atau konsep yang dapat menjadi
pendukung terhadap rumusan dan kajian penelitian.
Istilah teori telah banyak diungkap oleh beberapa ahli.
Sukmadinata (1999:17) menyatakan bahwa “teori merupakan suatu
set atau sistem pernyataan (a set of statement) yang menjelaskan
serangkaian hal”. Menurut Kerlinger dalam Nazir (2005:19)
menyatakan bahwa teori adalah sebuah set konsep atau construct
yang berhubungan satu dengan yang lainnya, suatu set dari proporsi
yang mengandung suatu pandangan sistematis dan fenomena.
Nazir (2005:19) menyatakan bahwa ada tiga hal yang perlu
diperhatikan jika ingin mengenal teori. Ketiga hal tersebut adalah
sebagai berikut:

22
1. Teori adalah sebuah set proposisi yang terdiri atas konstrak
(construct) yang sudah didefinisikan secara luas dan dengan
hubungan unsur-unsur dalam set tersebut secara jelas pula.
2. Teori menjelaskan hubungan antarvariabel atau antar-
konstrak (construct) sehingga pandangan yang sistematis
dari fenomena-fenomena yang diterangkan oleh variabel
dengan jelas kelihatan.
3. Teori menerangkan fenomena dengan cara menspesi-
fikasikan variabel mana yang berhubungan dengan variabel
mana.

Landasan teori berisi teori yang dijadikan sebagai landasan


pemecahan masalah. Informasi dalam kajian pustaka dipilih
berdasarkan pertimbangan kerelevanan dan keakuratan. Penelitian-
penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang
dilakukan dapat dijadikan sebagai landasan untuk menunjukkan
bahwa penelitian yang dilakukan memiliki kelebihan atau perbedaan
dengan penelitian sebelumnya. Landasan teori bukan sekadar
kumpulan teori, melainkan hasil telaah kritis peneliti terhadap satu
atau beberapa teori yang berhubungan dengan masalah
penelitiannya. Landasan teori dapat diambil dari satu teori atau
beberapa teori yang berbagai sumber.
Bahan-bahan landasan teori dapat diangkat dari berbagai sumber,
misalnya disertasi, tesis, skripsi (dibatasi untuk hasil penelitian),
laporan penelitian, jurnal ilmiah, buku, makalah, hasil diskusi dan
seminar, terbitan-terbitan resmi pemerintah dan non pemerintah,
dan artikel dalam internet.
Dalam landasan teori terdapat rujukan teori dan pendapat para
ahli sebagai landasan teoritis untuk memudahkan dalam
merumuskan definisi konseptual tentang masing-masing variable
yang diteliti, definisi operasional, merumuskan indikator, serta
merumuskan instrument-instrument yang akan digunakan dalam
upaya menemukan hasil kajian. Landasan teori dimulai dari teori atau
konsep dasar yang memiliki ruang lingkup yang lebih luas dan
mengerucut pada focus penelitian. Dibawah ini diberikan contoh
landasan teori variable:

23
1. Pengertian Kecakapan Hidup
Banyak pendapat dan literatur yang mengemukakan
bahwa pengertian kecakapan hidup bukan sekedar
keterampilan untuk bekerja (vokasional) tetapi memiliki
makna yang lebih luas.
WHO dalam Budiwiharto (2007 : 3) mendefinisikan
kecakapan hidup sebagai keterampilan atau kemampuan
untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang
memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai
tuntutan dan tantangan dalam kehidupan secara lebih efektif.
Kecakapan hidup mencakup lima jenis, yaitu:
(1) kecakapan mengenal diri,
(2) kecakapan berpikir,
(3) kecakapan sosial,
(4) kecakapan akademik, dan
(5) kecakapan kejuruan.

Fitrihana (2009 : 1) dalam tulisannya mengemukakan


beberapa pendapat para ahli tentang definisi kecakapan
hidup (life skills), diantaranya adalah:
a. Life skills are the foundation of our work ethic, our
character, and our personal behavior (Penn State,
College of Education, 2003).
b. Kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki oleh
seseorang untuk mau dan berani menghadapi
problema hidup secara wajar tanpa merasa tertekan,
kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta
menemukan solusi sehinga akhirnya mampu
mengatasinya (Tim BBE Depdiknas, 2001: 9).
c. In essence, lif skills are an “owner’s manual” for the
human body. These skills help children learn how to
maintain their bodies, grow as individuals, work well
with others, make logical decisions, protect themselves
when they have to and achieve their goals in life (Kent
Davis, 2000).
d. Life skills include a wide range of knowledge and skill
interactions, believed to be essential for adult
independent living (Brolin dalam Goodship, 2002:1)

24
Fitrihana (2009: 2) mengatakan pengertian kecakapan
hidup tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentu
(vocational job), namun juga memiliki kemampuan dasar
pendukung secara fungsional seperti: membaca, menulis, dan
berhitung, merumuskan dan memecahkan masalah,
mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan
menggunakan teknologi.

2. Pengembangan Diri
Pengembangan diri adalah pelayanan bantuan untuk
peserta didik, baik perorangan maupun kelompok agar
mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungannya
dengan pribadi, sosial,belajar dan karier melalui proses
pembiasaan pemahaman diri dan lingkungan serta
pemanfaatannya untuk mencapai kesempuranaan perkem-
bangan diri.
Pengembangan Diri merupakan kegiatan pendidikan
diluar jam pelajaran yang merupakan bagian integral dari
kurikulum Sekolah, dalam pelaksanaannya Pengembangan
Diri dilakukan melalui kegiatan Pembiasaan, kegiatan
Konseling dan kegiatan Ekstra kurikuler. Dalam
pengelolaanya Pengembangan diri ini berorientasi pada:
1. Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas;
2. Peraturan Pemerintah No 19 Tentang Standar
Nasional Pendidikan;
3. Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi;
dan
4. Dasar Standarisasi Profesi Konseling dari Direktorat
Jendral Perguruan Tinggi tahun 2004 yang
memberikan arah pengembangan profesi Konseling di
Sekolah dan luar Sekolah.
Pengembangan Diri merupakan kegiatan pendidikan
diluar jam pelajaran yang merupakan bagian integral dari
kurikulum Sekolah, dalam pelaksanaannya Pengembangan
Diri dilakukan melalui kegiatan Pembiasaan, kegiatan
Konseling dan kegiatan Ekstra kurikuler. Hal ini seperti yang
termaktub dalam Peraturan Menteri Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Mnengah yang menyatakan bahwa Struktur Kurikulum pada

25
setiap satuan pendidikan formal memuat tiga komponen,
yaitu: 1. Komponen Mata Pelajaran; 2. Komponen Muatan
Lokal dan 3. Komponen Pengembangan Diri

3. Pentingnya Pendidikan Life Skills dalam Pengembangan


Diri
Dalam uraian KTSP diatas bahwa Pendidikan Life Skills
dan Pengembangan Diri adalah dua Materi yang harus ada
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan dalam
pelaksanaannya pengembangan diri merupakan kemasan dari
Pendidikan Life Skills atau dengan kata lain bahwa Pendidikan
Life Skills adalah bagian dari materi yang diberikan pada
peserta didik dalam pelaksanaan Pengembangan Diri.
Peneliti dalam memandang pentingnya Pendidikan Life
Skills dalam Pengemban Diri tidak terlepas dari dua asfek,
yaitu: Aspek manfaat secara kepuasan batin dan aspek
manfaat secara keilmuan dan keahlian.

a. Aspek Manfaat secara kepuasan batin


Seperti yang yang termuat dalam panduan penyusunan
KTSP yang dikeluarkan BNSP bahwa pengembangan diri
adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat,
setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Tujuan
dari pengembangan diri ini menjadi nilai manfaat yang bisa
diterima oleh peserta didik yang mengikuti kegiatan
penembangan diri, dalam hal ini pengembangan diri yang
menyangkut dengan pendidikan life skills.
Menurut hemat peneliti bahwa kegiatan pendidikan life
skills sangat bermanfaat untuk siswa secara pemenuhan
kepusan batin. Manfaat yang bisa diambil dari pendidikan life
skills adalah seperti yang diinginkan oleh pengembangan diri
yaitu:
1) Peserta didik dapat mengembangkan dan
mengekspresikan segala potensi yang dimilikinya
dalam pendidikan life skills disekolah dalam kegiatan
pengembangan diri.

26
2) Peserta didik dapat menyalurkan bakat
kewirausahaan yang dimilikinya untuk ditingkatkan
ke arah profesional.
3) Peserta didik dapat menyalurkan minat berwirausaha
pada pendidikan life skills disekolah dimana siswa
tersebut menuntut ilmu.

b. Aspek Manfaat secara keilmuan dan keahlian


Adapun manfaat secara keilmuan dan keahlian yang bisa
didapatkan oleh peserta didik dari kegiatan pendidikan life
skills yang merupakan salah satu bagian dari kegiatan
pengembangan diri adalah:
1) Peserta didik dapat memperoleh dan meningkatkan
kualitas diri dalam bidang life skills, yang meliputi:
a) Kecakapan personal (personal skills) yang mencakup
kecakapan mengenal diri (self awareness) dan
kecakapan berpikir rasional (thinking skill)
b) Kecakapan social ( social skill)
c) Kecakapan akademik (Academic skill)
d) Kecakapan vokasional (Vokasional skill)
2) Peserta didik dapat mempergunakan kemampuan life
skills yang dimilikinya dalam kehidupan dimasyarakat
untuk kebutuhan dirinya sendiri.
3) Peserta didik dapat menjadikan kemampuan dan
keterampilan life skills sebagai bidang garapan usaha
secara profesional.
4) Peserta didik dapat mengajarkan kembali kemampuan life
skills yang dimilikinya ke orang lain dengan harapan
orang lain bisa memperoleh kemampuan life skills seperti
yang kita miliki, bahkan bisa mengembangkannya lebih
jauh.

B. Definisi Penelitian
Menurut Ary, Jacobs, dan Razafieh (1992: 44) Penelitian dapat
dirumuskan sebagai pendekatan ilmiah pada pengkajian masalah.
Penelitian merupakan usaha sistematis dan objektif untuk mencari
pengetahuan yang dapat dipercaya. Menurut Ostle dalam Nazir,
(1998: 15) penelitian dengan mengunakan metoda ilmiah (scientific

27
method) disebut penelitian ilmiah (scientific research). Dalam
penelitian ilmiah selalu ditemukan 2 unsur penting, yaitu unsur
observasi (empiris) dan nalar (rasional).
Penelitian ialah proses penemuan yang mempunyai karakteristik
sistematis, terkontrol, empiris, dan berdasarkan pada teori dan
hipotesis atau jawaban sementara (Kerlinger: 1986). Penelitian
merupakan penelaahan yang terkendali yang menyangkut dua hal,
yaitu: “adanya logika berpikir yang dinyatakan secara eksplisit dan
adanya informasi yang dikumpulkan secara empiris dan sistematis.”
Sudjana dan Ibrahim (1989: 3)
Ditambahkan pula bahwa penelitian merupakan investigasi yang
sistematis, terkontrol, empiris dan kritis dari suatu proposisi
hipotesis mengenai hubungan tertentu antar fenomena (Kerlinger,
1986: 17-18). Indriantoro & Supomo, (1999: 16) juga memberikan
pendapatnya tentang penelitian, penelitian merupakan refleksi dari
keinginan untuk mengetahui sesuatu berupa fakta-fakta atau
fenomena alam.
Perhatian atau pengamatan awal terhadap fakta atau fenomena
merupakan awal dari kegiatan penelitian yang menimbulkan suatu
pertanyaan atau masalah. Penelitian pada dasarnya merupakan
penelitian yang sistematis dengan tujuan untuk memperoleh
pengetahuan yang bermanfaat untuk menjawab pertanyaan atau
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Indriantoro &
Supomo, 1999:16).
Lebih terperinci Moleong, (2007: 31-37) menjelaskan tentang
penelitian kualitatif, menurut moleong penelitian kualitatif dapat
dilihat dari beberapa aspek, aspek-aaspek tersebut, yaitu:
1. Penelitian kualitatif adalah mengembangan pengertian
tentang individu dan kejadian-kejadian dengan memper-
hitungkan konteks yang relevan.
2. Tujuan adalah memahami fenomena sosial melalui gambaran
holistik dan memperbanyak pemahaman mendalam.
3. Pendekatan adalah berasumsi bahwa subject matter suatu
ilmu soaial adalah amat bebeda dengan subject matter dari
ilmu fisik atau alamiah dan mempersyaratkan tujuan yang
berbeda dan seperangkat metode penyelidikan yang berbeda.
Induktif berisi nilai-nilai (subjektif holistik, dan beroientasi
proses).

28
4. Asumsi adalah Perilaku terikat konteks dimana hal itu terjadi
dan kenyataan sosial tidak bisa direduksi menjadi vaiabel
sama dengan kenyataan fisik. Berupaya mencari pemahaman
tentang kenyataan dari segi perspektif orang dalam menerima
subjektivitas dari peneliti dan pemeran serta.
5. Model penjelasan adalah upaya generalisasi tidak dikenal
karena perilaku manusia selalu terikat konteks dan harus
diinterpretasikan kkasus per kasus.
6. Nilai adalah beragumentasi bahwa peneliti senantiasa terikat
nilai dan peneliti harus eksplisit tentang peranan bahwa nilai
memegang peranan dalam sesuatau studi. Beranggapan
bahwa nilai merupakan sesuatu pilihan yang inheren dalam:
a) maslah yang harus diselidiki b) metode yang harus diteliti,
c) cara untuk menginterpretasi dan d) konteks dimana studi
itu berada.
7. Alasan adalah indutif melakukan pengamatan dan menafik
kesimpulan.
8. Generalisasi berasumsi bahwa setiap individu budaya, latar
adalah unik dan penting untuk mengapresiasi keunikan:
generalisasi bergantung pada konteks.
9. Hubungan peneliti dengan subyek adalah peneliti secara aktif
berinteraksi secara pribadi. Proses pengumpulan data dapat
diubah dan hal itu tergantung pada situasi. Peneliti bebas
menggunakan intuisi dan dapat memutuskan bagaiman
merumuskan pertanyaan atau bagaiman melakukan
pengamatan. Individu yang diteliti dapat diberi kesempatan
agar secara sukarela mengrajukan gagasan dan persepsinya
dean malah berpartisipasi dalam analisis data.
10. Nilai orientasi adalah mempercayai bahwa seluruh kegiatan
penelitian terikat nilai. Tidak menghindari isu nilai-nilai
pibadi dinyatakan secara terbuka dan mencoba
memperagakan nilai yang terikat pada konteks.
11. Studi tentang konteks adalah berupaya memahami fenomena
yang kmpleks dengan jalan mengujinya dalam keselu-
ruhannya dalam konteks. Belum mengetahui apa yang difokus
sampai studi itu sudah berlangsung mengidentifikasikan tema
yang relevan dan pola-pola (yang muncul) yang kemudian
menjadi fokus studi. Pengumpulan data sedikit banyak adalah
kontinu dan intensif lebih dari penelitian kuantitatif

29
12. Desain adalah fleksibel atau luwes, dikembangkan, umum,
dinegosiasikan, sebagai acuan untuk diikuti, dikhususkan
hanya dalam istilah umum sebelumstudi dilakukan. Tidak
mengikutkan intervensi dan berupaya agar gangguan
sesedikit mungkin.
13. Metode adalah historikal, etnografis, dan studi kasus.
14. Hipotesis adalah cenderung untuk mencari dan menemukan
dan menyimpulkan hipotesis. Hipotesis dilihat sebagai
sesuatu yang tentatif, berkembang dan didasarkan pada
sesuatu studi tertentu.
15. Pengukuran adalah prosedurnya sedikit subjektif, peneliti
memiliki kemampuan untuk mengamati dan berinteraksi
dengan manusia lainnya dan dengan lingkungan: percaya
bahwa kemampuan manusia diperlukan untuk melaksanakan
tugas yang rumit dan terhadap dunia yang sangat bervariasi
dan yang selalu berubah
16. Riview kepustakaan adalah terbatas, sebagai acuan teori, dan
tidak menpengaruhi studi. Tidak dilakukan untuk mengkaji
teori karena dengan cara ini bukan mengkaji teori tetapi
menemukan teori dari data.
17. Sampling adalah bertujuan untuk memilih sejumlah ‘kecil’,
dan tidak harus representatif: sampel dimaksudkan untuk
mengarah kepada pemahaman secara mendalam.
18. Data adalah naratif, deskriptif, dalam kata-kata mereka yang
diteliti, dokumen pribadi, catatan lapangan, artifak, dokumen
resmi dan video-tapes, transkrip.
19. Strategi pengumpulan data adalah pengumpulan dokumen,
pengamatan berperan serta (participant observation),
wawancara tidak terstruktur dan informal, mencatat data
dalam catatan lapangan secara intensif, menilai artifak.
20. Subjek adalah jumlah subjek penelitian kecil, teknik sampling
bertujuan.
21. Analisis data adalah induktif, model-model, teori-teori,
konsep, metode perbandingan tetap. Biasanya data dianalisis
secara deskriptif yang sebagian besar berasal dari wawancara
dan catatan pengamatan: catatan dianalisis untuk
memperoleh tema dan pola-pola yang dideskripsikan dan
diilustrasikan dengan contoh-contoh, termasuk kutipan dan
rangkuman dari dokumen: koding data dan analisis verbal.

30
22. Interpretasi data adalah kesimpulan adalah tentatif, direview
atas dasar sesuatu yang masih berlangsung, sedang
generalisasi diabaikan.
23. Instrumental penelitian adalah tape recorder, catatan
lapangan, peneliti adalah instrumen itu sendiri.
24. Masalah adalah memakan waktu, prosedur tidak baku,
reliabilitas keabsahan data.

C. Konsep Dasar Penelitian Kualitatif


Menurut Moloeng (2004:6) mendefinisikan penelitian kualitatif
sebagai penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.
Begitu pula dengan Lichtman (2013:7), yang mengatakan
penelitian kualitatif adalah suatu cara untuk mengetahui (sesuatu) di
mana seorang peneliti mengumpulkan, mengorganisasikan, dan
menginterpretasi informasi yang diperoleh dari manusia dengan
menggunakan mata atau telinga sebagai penyaring.
Seringkali penelitian itu melibatkan wawancara-wawancara
mendalam dan atau observasi-observasi terhadap manusia dalam
situasi (setting) yang alamiah, online, atau sosial. Itu dapat
dikontraskan dengan penelitian kuantitatif, yang mengandalkan
secara kuat pada pengetesan hipotesis, sebab dan akibat, dan analisis-
analisis statistik.
Ditambahkan pula oleh Nasution (2003:18) penelitian kualitatif
disebut juga penelitian naturalistik, karena dalam penelitian kualitatif
dilakukan dalam setting latar yang alamiah atau natural. Lebih
spesifik Mulyana (2008:151) mendeskripsikan penelitian kualitatif
sebagai penelitian dengan menggunakan metode ilmiah untuk
mengungkapkan suatu fenomena dengan cara mendeskripsikan data
dan fakta melalui kata-kata secara menyeluruh terhadap subjek
penelitian.
Berkaitan dengan penelitian kualitatif Sukmadinata (2013:94)
menyebutkan bahwa penelitian kualitatif (qualitative research)
adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan

31
menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas social, sikap, keper-
cayaan, persepsi pemikiran orang secara individual maupun
kelompok.
Sementara Sukardi (2013:9) menjelaskan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian berdasarkan mutu atau kualitas dari
tujuan sebuah penelitian itu. Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang di desain secara umum yaitu penelitian yang dilakukan untuk
objek kajian yang tidak terbatas dan tidak menggunakan metode
ilmiah menjadi acuan. Penelitian kualitatif adalah upaya untuk
menyajikan dunia sosial, dan perspektifnya di dalam dunia, dari segi
konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang
diteliti. (Bungin, 2001: 24)
Rancangan penelitian kualitatif dalam pendidikan penelitiannya
bersifat sementara, karena ketika penelitian berlangsung, peneliti
secara terus menerus menyesuaikan rancangan tersebut dengan
proses penelitian dan kenyataan yang terjadi di lapangan khususnya
di dalam dunia pendidikan.
Penelitian kualitatif menggunakan pendekatan atau metode
kualitatif, menurut Sugiyono (2012: 15) bahwa metode penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah ekperimen) di mana peneliti
adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data
dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data
dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau
kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
dari pada generalisasi.
Setelah melakukan analisis terhadap beberapa definisi penelitian
kualitatif kemudian membuat definisi sendiri sebagai sintesis dari
pokok-pokok pengertian penelitian kualitatif (Moleong, 2013: 6).
Menurut Moleong pula, penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dahn dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah
Menurut Bogdan dan Taylor (1975) yang dikutip oleh Moleong
(2007:4) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

32
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Selanjutnya dijelaskan oleh David Williams (1995) seperti
yang dikutip Moleong (2007:5) mengemukakan bahwa penelitian
kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan
menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau
peneliti yang tertarik secara alamiah.
Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya
mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti.
Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat
atau kepercayaan orang yang diteliti dan kesemuanya tidak dapat
diukur dengan angka. Bila dikaitkan dengan bidang pendidikan,
penelitian kualitatif berdasarkan bidang pendidikan, memiliki
beberapa tujuan, tujuan penelitian kualitatif dalam bidang
pendidikan digunakan untuk:
1. Mendeskripsikan suatu proses kegiatan pendidikan
berdasarkan apa yang terjadi di lapangan sebagai bahan
kajian lebih lanjut untuk menemukenali kekurangan dan
kelemahan pendidikan sehingga dapat ditentukan upaya
penyempurnaannya.
2. Menganalisis dan menafsirkan suatu fakta, gejala dan
peristiwa pendidikan yang terjadi di lapangan sebagaimana
adanya dalam konteks ruang dan waktu serta situasi
lingkungan pendidikan secara alami.
3. Menyusun hipotesis berkenaan dengan konsep dan prinsip
pendidikan berdasarkan data dan informasi yang terjadi di
lapangan (induktif) untuk kepentingan pengujian lebih lanjut
melalui pendekatan kualitatif. (Sudjana dan Ibrahim, 2001:
15).

Menurut Arikunto (2013: 28) secara spesifik penelitian kualitatif


memperjelaskan beberapa aspek dalam kajian, aspek-aspek tersebut
dapat dilihat pada table 1.

Tabel 1. Aspek dalam penelitian kualitatif.


No Penelitian kualitatif
1 Kejelasan unsur: tujuan, pendekata, subjek, sumber data sudah
mantap, dan rinci sejak awal

33
2 Langkah penelitian: segala sesuatu direncanakan sampai
matang ketika persiapan disusun
3 Dapat menggunakan sampel dan hasil penelitiannya
diberlakuakn untuk populasi.
4 Hipotesis: (jika memang perlu)
a. Mengajukan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian.
Hipotesis menentukan hasil yang diramalkan......apriori
5 Desain: dalam desain jelas langkah-langkah penelitian dan
hasil yang diharapkan.
6 Pengumpulan data: kegiatan dalam pengumpulan data
memungkinkan untuk diwakilkan.
7 Analisis data: dilakukan sesudah semua data terkumpul.
Sumber: Arikunto Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 28

Sementara menurut Tohirin (2011: 6) aspek-aspek dalam


penelitian kualitatif terdiri dari, desain, tujuan, teknik penelitian,
instrument data, sampel, analisis, hubungan dengan responden,
usulan desain, yang dapat dijelaskan pada table 2.

Tabel 2. Aspek Penelitian kualitatif


Aspek Penelitian kualitatif
Desain Umum, Fleksibel, Berkembang, tampil dalam proses
penelitian
Tujuan Memperoleh pemahaman dan makna,
mengembankan teori, menghambarkan realitas
yang kompleks.
Teknik penelitian Observasi secara terlibat, Wawancara terbuka dan
mendalam
Instrumen Peneliti sebagai instrumen pertama, buku catatan,
penelitian tape recorder, kamera
Data Deskriptif (kata-kata dan kalimat), dokumen
pribadi, catatan lapangan, ucapan informan
penelitian, dokumen dan lain-lain.
Sampel Kecil atau sedikit, tidak representative, purposif
(bertujuan)
Analisis Terus menerus sejaka awal penelitian hingga akhir,
induktif, mencari pola, model dan tema
Hubungan denga Empati dan akrab, kedudukan sama atau setara,
responden memerlukan waktu lama

34
Usulan Desain Singkat, sedikit tanpa literature, pendekatan secara
umum, masalah yang didua relevan, fokus
penelitian sering ditulis setelah ada data yang
dikumpulkan dari lapangan.
Sumber: Tohirin. 2013. Metode Penlitian Kualitatif Dalam Pendidikan Dan
Bimbingan Konseling. Jakarta. PT Grafindo Persada. Halaman 6-7

Sementara menurut Moleong (2013: 8-13) penelitian kualitatif


terdiri dari beberapa aspek yang dapat mewakili penelitian kualitatif,
aspek aspek tersebut sebagai berikut: latar alamiah, manusia sebagai
alat (instrumen), metode kualitatif, analisis data secara induktif, teori
dari dasar (grounded theory), deskriptif, lebih mementingkan proses
daripada hasil, adanya batas yang ditentukan oleh focus, adanya
kriteria khusus untuk keabsahan, desain yang bersifat sementara,
hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.

D. Tahapan dan Pendekatan Dalam Penelitian Kualitatif


1. Tahapan Penelitian Kualitatif
Menurut Sugiyono, (2012: 43) Terdapat tiga tahap utama dalam
penelitian kualitatif, yaitu:
1) Tahap deskripsi atau tahap orientasi. Pada tahap ini, peneliti
mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan.
Peneliti baru mendata sepintas tentang informasi yang
diperolehnya.
2) Tahap reduksi. Pada tahap ini, peneliti mereduksi segala
informasi yang diperoleh pada tahap pertama untuk
memfokuskan pada masalah tertentu.
3) Tahap seleksi. Pada tahap ini, peneliti menguraikan fokus
yang telah ditetapkan menjadi lebih rinci kemudian
melakukan analisis secara mendalam tentang fokus masalah.
Hasilnya adalah tema yang dikonstruksi berdasarkan data
yang diperoleh menjadi suatu pengetahuan, hipotesis, bahkan
teori baru.

Secara spesifik, menurut Sudjana dan Ibrahim, (2001: 62)


tahapan penelitian kualitatif dapat djabarkan dalam tujuh langkah
penelitian kualitatif yaitu:
1) Identifikasi masalah,

35
2) Pembatasan masalah,
3) Penetapan fokus masalah,
4) Pelaksanaan penelitian,
5) Pengolahan dan pemaknaan data,
6) Pemunculan teori, dan
7) Pelaporan hasil penelitian.

Sementara itu, Danim (2002: 80) mengemukakan bahwa secara


garis besar tahapan penelitian kualitatif adalah: merumuskan
masalah sebagai fokus penelitian, mengumpulkan data di lapangan,
menganalisis data, merumuskan hasil studi, menyusun rekomendasi
untuk pembuatan keputusan

2. Pendekatan kualitatif
Penelitian dengan pendekatan kualitatif dapat dibedakan menjadi
tujuh tipe utama, yaitu: phenomenology, ethnography, action research,
biography, grounded theory, design and development research, and
case study and field research (Jonhson dan Wichern, 2005: 8).

1) Penelitian Etnografi
Etnografi adalah suatu bentuk penelitian yang berfokus pada
makna sosiologi melalui observasi lapangan tertutup dari
fenomena sosiokultural. Biasanya para peneliti etnografi
memfokuskan penelitiannya pada suatu masyarakat (tidak
selalu secara geografis, juga memerhatikan pekerjaan,
pengangguran, dan masyarakat lainnya). Penelitian etnografi
khusus menggunakan tiga macam pengumpulan data yaitu
wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian ini
menghasilkan tiga jenis data: kutiapan, uraian, dan kutipan
dokumen menghasilkan dalam suatu produk: uraian naratif.

2) Penelitian Grounded Theory “Teori Dasar”


Strauss dan Corbin dalam Sugiyono (2012: 191)
mendefinisikan grounded theory (tori dasar) adalah suatu
teori yang secara induktif diperoleh dari pengkajian
fenomena yang mewakilinya. Menurut Strauss dan Corbin,
penelitian grounded theory mempunyai tujuan untuk
membangun teori yang dapat dipercaya dan menjelaskan
wilayah di bawah studi.

36
3) Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan (action research) adalah suatu proses
yang dirancang untuk memberdayakan semua partisipan
dalam proses (siswa, guru, dan peserta didik lainnya) dengan
maksud untuk meningkatkan praktik yang diselenggarakan di
dalam pengalaman pendidikan. Penelitian tindakan bertujuan
untuk memberikan konstribusi kepada kepedulian praktis
dari orang dalam situasi problematis secara langsung dan
untuk tujuan lebih lanjut dari ilmu sosial secara serempak.
(Sugiyono, 2012: 235).

4) Penelitian dan Pengembangan


Penelitian dan pengembangan (design and development
research) adalah salah satu jenis penelitian pragmatik yang
menawarkan suatu cara untuk menguji teori dan memvalidasi
parktikyang terus-menerus dilakukan secara esensial melalui
tradisi yang tidak menantang. Suatu cara untuk menetapkan
prosedur-prosedur, teknik-teknik, dan peralatan-peralatan
baru yang didasarkan pada suatu analisis metodik tentang
kasus-kasus spesifik.

5)Penelitian Kasus dan penelitian lapangan (Case Studi and field


research)
Yin dalam Bungin (2005: 173) dalam Herdiansyah (2010:76)
menyatakan bahwa studi kasus merupakan suatu inquiry
empiris yang mendalami fenomena dalam kehidupan yang
nyata, ketika batas antara fenomena Tujuan penlitian kasus
dan penelitian lapangan adalah untuk mempelajari secara
instensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan
interaksi lingkungan suatu unit sosial. Macam-macam
penelitian studi kasus, antara lain:

a) Studi kasus intrinsik (intrinsic case study). Studi kasus


ini dilakukan untuk memahami secara lebih baik dan
mendalam tentang suatu kasus tertentu. Studi atau
kasus dilakukan karena alasan peneliti ingin
mengetahui secara intrinsik fenomena, keteraturan,
dan kekhususan kasus, bukan untuk alasan eksternal
lainnya.

37
b) Studi kasus instrumental (instrumental case study).
Studi kasus instrumental merupakan studi atas kasus
untuk alasan eksternal, bukan karena ingin
mengetahaui hakikat suatu kasus tersebut. Kasus
hanya dijadikan sebagai sarana untuk memahami hal
lain di luar kasus seperti untuk membuktikan suatu
teori yang sebelumnya sudah ada.
c) Studi kasus kolektif (collective case study). Studi kasus
ini dilakukan untuk menarik kesimpulan atau
generalisasi atas fenomena atau populasi dari kasus-
kasus tersebut. Studi kasus kolektif ingin membentuk
suatu teori atas dasar persamaan dan keteraturan
yang diperoleh dari setiap kasus yang diselidiki.

6)Biografi
Biogafi (biography) merupakan study terhadap seseorang
atau individu yang dituliskan oleh peneliti atas permintaan
individu tersebut atau atas keinginan peneliti yang
bersangkutan. Denzin dan Lincoln (1994) dalam Herdiansyah
(2010: 65) mendefinisikan biografi sebagai suatu studi yang
berdasarkan kepada kumpulan dokumen-dokumen tentang
kehidupan seseorang yang melukiskan momen penting yang
terjadi dalam kehidupannya tersebut. Sehingga dalam
penelitian ini yang dijadikan sebagai subyek dalam penelitian
dapat berupa orang yang masih hidup ataupun orang yang
sudah meninggal dunia, sepanjang data yang relevan dapat
diperoleh peneliti dari dokumen yang tersedia.

7) Fenomenologi
Polkinghorne (1989) dalam Herdiansyah (2010: 67)
mendefinisikan fenomenologi sebagai sebuah studi untuk
memberikan gambaran tentang arti dari pengalaman-
pengalaman beberapa individu mengenai konsep tertentu.
Fenomenologi dapat bersifat individu misalnya seseorang
mengalami malam lailatul qadar yang dialami oleh beberapa
orang Muslim pada bulan Ramadhan atau seseorang yang
mengalami near-death experiences atau dapat disebut dengan
pengalaman terhadap kematian menyatakan bahwa
pengalaman tersebut merupakan pengalaman yang luar biasa

38
fenomenal sepanjang hidupnya dan dirasakan sangat ekstrim
yang mendekati kematiannya.

Sementara menurut Satori dan Komariah, (2009), terdapat 5


pendekatan kualitatif, 5 (lima pendekatan kualitatif tersebut
dijelaskan sebagai berikut:

1. Biografi
Dalam penelitiam biografi peneliti memfokuskan diri pada
satu orang atau individu kemudian peneliti membangun
penelitian dari cerita dan epiphany (peristiwa mendadak dan
pembukaan rahasia diri) dari kejadian-kejadian special
individu, kemudian menempatkannya dalam konteks yang
lebih luas dan membangkitkan keberadaan penulis atau
peneliti dalam penelitian.

2. Fenomenologi
Dalam penelitian ini menggambarkan pendekatan psikologi
terhadap fenomenologis. Penelitian ini meneliti topic-topic
interpersonal dengan format yang terstruktur. Peneliti
meneliti fenomena tunggal.

3. Grouded theory
Beberapa aspek dalam Grouded theory adalah
a. Tujuan penelitian untuk menghasilkan sebuah teori
dengan menggunakan pendekatan “orientasi
pengembangan” atau kategori
b. Prosedur yang digunakan benar-benar didiskusikan dan
sistematik
c. Peneliti menyajikan model visual, diagram berkode dari
teori
d. Bahasa dan kesannya ilmiah dan obyektif tapi
berhubungan dengan topic yang sensitive secara
mencolok

4. Etnografi
Dalam penelitian ini etnografi sebagai berikut:
a. Peneliti menggunakan deskripsi dan detail tingkat tinggi

39
b. Peneliti menyajikan ceritanya secara informal seperti
seorang pendongeng
c. Peneliti meneliti tema-tema budaya tentang peran
kehidupan sehari-hari orang
d. Format keseluruhan adalah deskriptif, analisis, dan
interpretasi
e. Artikel diakhiri dengan sebuah pertanyaan, penelitian ini
dapat digunakan untuk meneliti perilaku manusia.

5. Studi kasus
Digunakan untuk meneliti suatu kasus yang terjadi pada
tempat dan waktu tertentu. Kumpulkan materi yang banyak
dari sumber-sumber informasi yang banyak untuk menda-
patkan gambar kasus yang detail.

E. Karakterisik Penelitian Kualitatif


Menurut Sudjana dan Ibrahim (2001: 11-12) Penelitian kualitatif
disebut juga penelitian naturalistik, metode fenomenologis, metode
impresionistik, dan metode postpositivistic. Adapun karakteristik
penelitian jenis ini adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan pola berpikir induktif (empiris rasional atau


bottom up). Metode kualitatif sering digunakan untuk
menghasilkan grounded theory, yaitu teori yang timbul dari
data bukan dari hipotesis seperti dalam metode kuantitatif.
Atas dasar itu penelitian bersifat generating theory, sehingga
teori yang dihasilkan berupa teori substansif.
2. Perspektif emic atau partisipan sangat diutamakan dan
dihargai tinggi. Minat peneliti banyak tercurah pada
bagaimana persepsi dan makna menurut sudut pandang
partisipan yang diteliti, sehingga bias menemukan apa yang
disebut sebagai fakta fenomenologis.
3. Penelitian kualitatif tidak menggunakan rancangan penelitian
yang baku. Rancangan penelitian berkembang selama proses
penelitian.
4. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami, mencari
makna di balik data, untuk menemukan kebenaran, baik
kebenaran empiris sensual, empiris logis, dan empiris logis.

40
5. Subjek yang diteliti, data yang dikumpulkan, sumber data
yang dibutuhkan, dan alat pengumpul data bisa berubah-ubah
sesuai dengan kebutuhan.
6. Pengumpulan data dilakukan atas dasar prinsip
fenomenologis, yaitu dengan memahami secara mendalam
gejala atau fenomena yang dihadapi.
7. Peneliti berfungsi pula sebagai alat pengumpul data sehingga
keberadaanya tidak terpisahkan dengan apa yang diteliti.
8. Analisis data dapat dilakukan selama penelitian sedang dan
telah berlangsung.
9. Hasil penelitian berupa deskripsi dan interpretasi dalam
konteks waktu serta situasi tertentu.

Begitu pula dengan Bogdan dan Biklen (1982) memberikan


beberapa karakteristik penelitian kualitatif, menurut Bogdan dan
Biklen karakteristik penelitian kualitatif yaitu:
1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, langsung ke sumber
data dan peneliti adalah instrument kunci
2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang
terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak
menekankan pada angka.
3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada
produk atau outcome.
4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif
5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna.

Berbeda halnya dengan yang dikatakan oleh Ericson dalam Susan


Stainback (2003) dalam Sugiyono (2009) yang menyatakan bahwa
karakteristik penelitian kualitatif yaitu, metode penelitian kualitatif
dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama di dalam
lapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan
analisis reflektif pada dokumen yang ditemukan dilapangan,
membuat laporan penelitian secara mendetail. Menurut Daymon dan
Holloway dalam Tohirin, (2011), menunjukkan karakteristik
penelitian kualitatif sebagai berikut:

1) Berfokus pada kata.


2) Menuntut keterlibatan yang holistik.

41
3) Dipengaruhi sudut pandang partisipan (orang yang menjadi
sumber data).
4) Fokus penelitian yang holistik.
5) Desain dan penelitiannya bersifat fleksibel.
6) Lebih mengutamakan proses daripada hasilnya.
7) Menggunakan latar alami.
8) Menggunakan analisis induktif baru deduktif.

Arikunto (2013: 32) juga memberikan beberapa karakteristik


penelitian kualitatif, karakteristik penelitian kualitatif menurut
Arikunto adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai sifat induktif yaitu pengembangan konsep yang
didasarkanatas data yang ada, mengikuti desain penelitian
yang fleksibel sesuai dengan konteksnya.
2. Melihat setting dan respons secara keseluruhan atau holistik.
3. Memahami responden dari titik tolak pandangan responden
sendiri hal-hal yang dialami oleh peneliti tentang responden
menyangkut lima komponen yaitu: (a) jati diri, (b) Tindakan,
(c) Interaksi sosilnya, (d) aspek yang berpengarug, dan (e)
interaksi tindakan.
4. Menekankanvaliditas penelitian ditekankan pada kemampuan
peneliti.
5. Menekankan pada setting alami.
6. Mengutamakan proses dari pada hasil.
7. Menggunakan non- probanilitasr sampling.

42
BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Berdasarkan pernyataan tersebut terdapat empat kata kunci yang
perlu diperhatikan, yaitu cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan.
Medote penelitian merupakan cara dalam yang digunakan dalam
menganalisis karya ilmiah, cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu
didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan
sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan
cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran
manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati
oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan
mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses
yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah
tertentu yang bersifat logis.
Data yang diperoleh melalui penelitian adalah data empiris
(teramati) yang valid, menunjukkan derajat ketepatan antara data
yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dapat
dikumpulkan oleh peneliti. Setiap penelitian mempunyai tujuan dan
kegunaan tertentu. Secara umum tujuan penelitian ada tiga macam,
yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian, dan pengembangan.
Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian itu adalah data
yang betul-betul baru, yang sebelumnya belum pernah diketahui.
Pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk
membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau
pengetahuan tertentu. Pengembangan berarti memperdalam dan
memperluas pengetahuan yang telah ada.
Dalam pemilihan pendekatan dan metode pada suatu penelitian
kualitatif yang digunakan, disesuaikan dengan sifat masalah yang

43
diteliti dan tujuan penelitian kualitatif, metode penelitian yang
digunakan harus selaras dengan focus masalah yang akan diteliti,
sehingga akan adanya kecocokan antara focus penelitian yang
diajukan dengan cara ilmiah yang akan dilaksanakan dalam
menganalisis data penelitian tersebut.
Arikunto (1996: 153–154) mengemukakan pemilihan metode
yang akan digunakan peneliti ditentukan oleh tujuan penelitian,
sampel penelitian, lokasi, pelaksana, biaya dan waktu, dan data yang
ingin diperoleh. Dalam upaya penemuan suatu kebenaran dalam
kajian ilmiah, ada beberapa criteria metode ilmiah dalam penelitian
yang harus diperhatikan, diantaranya :1) Berdasarkan fakta, 2)
Pertimbangan objektif, 3) Sifatnya kuantitatif, 4) Logika deduktif–
hypotetik, 5) Logika hipotetik-generalisasi.
Berkaitan dengan metode penelitian kualitatif, menurut Moleong
(2005: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi , tindakan, dll. secara
holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah. Contoh penulisan metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu:
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif, pendekatan ini digunakan untuk
mendapatkan gambaran dari permasalahan dengan melakukan
eksplorasi sehingga pandangan, persepsi, data, kegiatan, perilaku
obyek penelitian dapat diungkapkan dan dianalisis dengan cara
mengamati orang atau obyek dalam lingkungan kehidupan,
berinteraksi dan berusaha memahami perilakunya.
Suatu penelitian akan selektif dalam mencapai tujuan sesuai
dengan yang diharapkan apabila peneliti memperhatikan metode
yang digunakannya. Seperti yang dikemukakan oleh Nozis (1993:
31) bahwa metode penelitian akan memandu seseorang peneliti
mengenai urutan-urutan bagaimana penelitian dilakukan.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Moleong (2001:27)
menenekankan bahwa: ”penelitian kualitatif berakar pada latar
alamiah sebagai keutuhan. Penelitian kualitatif mengandalkan
manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif,
analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitian

44
pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif, dan
lebih mementingkan proses dari pada hasil”.
Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang
mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah
data yang sebenarnya data yang pasti yang merupakan suatu nilai
dibalik data tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif
tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan
pada makna. Data yang diperoleh melalui penelitian adalah data
empiris (teramati) yang valid, menunjukkan derajat ketepatan
antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data
yang dapat dikumpulkan oleh peneliti.
Setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu.
Secara umum tujuan penelitian ada tiga macam, yaitu yang
bersifat penemuan, pembuktian, dan pengembangan. Penemuan
berarti data yang diperoleh dari penelitian itu adalah data yang
betul-betul baru, yang sebelumnya belum pernah diketahui.
Pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk
membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau
pengetahuan tertentu. Pengembangan berarti memperdalam dan
memperluas pengetahuan yang telah ada.

B. Populasi dan Sampel Penelitian


Dalam penelitian kualitatif, orang-orang yang menjadi sumber data
disebut informan atau responden. Informan yang diteliti adalah
mereka yang betul-betul mengetahui, memahami, dan menguasai
serta bertanggung jawab atas informasi yang diberikan terkait
dengan masalah yang diteliti.
Tempat penelitian menunjukkan dimana lokasi atau tempat yang
akan diteliti oleh peneliti. Waktu penelitian menjelaskan waktu yang
diperlukan peneliti untuk menyelesaikan penelitiannya mulai dari
masalah dan variable penelitian, studi pendahuluan, dan pengum-
pulan data pembuatan akhir penelitian.
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Pada metidelogi
penelitian disebutkan berapa jumlah sesuai dengan data yang ada di
lokasi penelitian. Pada kenyataannya, jumlah populasi bias berjumlah
sedikit, sedang bahkan banyak dalam penelitian. Menurut buku
Metode Penelitian oleh Sugiyono (2012: 119) populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang

45
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi dijelaskan dalam buku Metode Penelitian oleh
Sugiyono (2012:120). Menurut Suharsismi Arikunto (1998:200)
subjek penelitian adalah benda, hal atau organisasi tempat data atau
variabel penelitian yang dipermasalahkan. Tidak ada satu pun
penelitian yang dapat dilakukan tanpa adanya subjek penelitian,
karena seperti yang telah diketahui bahwa dilaksanakannya
penelitian dikarenakan adanya masalah yang harus dipecahkan,
maksud dan tujuan penelitian adalah untuk memecahkan persoalan
yang timbul tersebut. Hal ini dilakukan dengan jalan mengumpulkan
data sebanyak-banyaknya dari informan.
Prosedur penentuan subyek dan sumber data dalam penelitian
kualitatif umumnya menampilkan karakteristik:
1) Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, melainkan
pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah
penelitian,
2) Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat
berubah baik dalam hal jumlah maupun karakteristik
sampelnya sesuai dengan pemahaman konseptual yang
berkembang dalam penelitian, dan
3) Tidak diarahkan pada keterwakilan (dalam arti jumlah atau
peristiwa acak) melainkan pada kecocokan konteks
(Sarantakos, dalam Poerwandari, 2005).

Patton dalam Poerwandari, (2005) menerangkan bahwa


pedoman pengambilan sampel pada penelitian kualitatif harus
disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian. Penelitian ini
menggunakan teknik penentuan subyek dengan kriteria tertentu
(purposif), karena peneliti ingin mengidentifikasi hal–hal khusus dari
topik penelitian. Dibawah ini terdapat contoh dari populasi dan
sampel lokasi dalam penelitian yang diteliti, sebagai berikut:
Sebagai sumber data yang diperlukan adalah kepala sekolah,
Pengelola, Guru dan siswa di SMA Kenanga dengan jumlah yang
disesuaikan dengan kecukupan data, karena dalam penelitian
kualitatif, pemilihan objek/responden akan berkembang terus
sesuai dengan kebutuhan.

46
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan tata cara dalam
mengumpulkan data penelitian. Untuk memperoleh data yang
diperlukan dalam penelitian ini, teknik yang digunakan dalam
penelitian kualitatif adalah:

1. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)


Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan danpewawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu
(Moloeng, 2007: 186).
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan
peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan
melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang
yang dapat memberikan keterangan kepada si peneliti.
Wawancaraini berguna untuk melengkapi data yang
diperoleh melalui observasi (Mardalis, 2002).
Esterberg dalam Sugiyono (2007:233) mengemukakan:
‘beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur,
wawancara semiterstruktur, dan wawancara tidak
terstruktur’.
a. Wawancara terstruktur ( Structured interview)
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik
pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data
telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa
yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dalam melakukan
wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan
wawancara terstruktur ini, setiap responden diberi
pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.
Dengan wawancara terstruktur ini, pengumpulan data
dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai
pengumpul data.
b. Wawancara semiterstruktur ( Semistructure interview)
Jenis wawancara ini sudah termasuk kategori in-depth
interview, yang dalam pelaksanaannya lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari

47
wawancara jenis ini adalah untuk menemukan persoalan
secara lebih terbuka, dengan pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam
melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan
secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh
informan.
c. Wawancara tak berstruktur (Unstructured interview)
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang
bebas, di mana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah disusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis
besar permasalahan yang akan ditanyakan.

2. Observasi
Menurut Burhan (2007: 115) observasi adalah kemampuan
seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil
kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra
lainnya. Dalammelaksanakan pengamatan ini sebelumnya
peneliti akan mengadakan pendekatan dengan subjek
penelitian sehingga terjadi keakraban antara peneliti dengan
subjek penelitian. Observasi adalah metode pengumpulan
data dengan cara mengamati langsung terhadap obyek
penelitian. Observasi atau pengamatan digunakan dalam
rangka mengumpulkan data dalam suatu penelitian,
merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh
perhatian untuk menyadari adanya suatu rangsangan tertentu
yang diinginkan, atau suatu studi yang disengaja dan
sistematis tentang keadaan/fenomena sosial dan gejala-gejala
psikis dengan jalan mengamati dan mencataT (Mardalis,
2002).

3. Dokumentasi
Metode ini adalah salah satu metode yang digunakan untuk
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Arikuntos, 2010).

48
Menurut Moleong (2007: 168) Kedudukan peneliti dalam
penelitian kualitatif adalah ia sekaligus merupakan perencana,
pelaksana, pengumpulan data, analisis, penafsir data, pada akhirnya
ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Setelah ditentukan metode
yang digunakan, maka peneliti menyusun instrumen pengumpul data
yang diperlukan untuk mengumpulkan data yang diperlukan.
Untuk melancarkan pengumpulan data penelitian maka peneliti
harus membuat alat bantu yang mampu menjabarkan keseluruhan
focus penelitian kualitatif, alat bantu yang sering digunakan adalah
instrument kajian penelitian. Instrument dalam pengumpulan data,
terdiri dari nama, bentuk, dan karakteristik; tujuan penggunaan
instrumen; dan pengembangan instrument terutama jika instrument
diadopsi dari peneliti lain.
Pada bagian ini diuraikan teknik pengumpulan data yang
digunakan, misalnya tes, observasi (partisipan atau nonpartisipan),
wawancara, angket, atau dokumentasi. Uraian mengenai teknik
pengumpulan data harus disertai dengan prosedur, tenaga yang
dilibatkan beserta kualifikasinya, instrumen yang digunakan, dan
durasi waktu yang diperlukan (Tim penyusun, 2014).
Instrumen penelitian menurut Arikunto (2006: 149) merupakan
alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Sedangkan
menurut Suharsimi Arikunto dalam edisi sebelumnya adalah alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih
cermat, lengkap dan sistematis, sehingga mudah diolah. Penyusunan
instrumen pengumpulan data berupa pedoman wawancara dilakukan
dengan tahap-tahap berikut ini :
1) Mengadakan identifikasi terhadap variabel-variabel yang ada
di dalam rumusan judul penelitian atau yang tertera di dalam
problematika penelitian.
2) Menjabarkan variabel menjadi sub atau bagian variabel.
3) Mencari indikator setiap sub atau bagian variabel.
4) Menderetkan deskriptor menjadi butir-butir instrumen.
5) Melengkapi instrumen dengan pedoman atau instruksi dan
kata pengantar (Suharsimi Arikunto, 2005:135).

Dibawah ini terdapat contoh dari teknik pengambilan data dalam


penelitian kualitatif, sebagai berikut:

49
Teknik pengumpulan data sebagai salah satu bagian
penelitian merupakan unsur yang penting. Oleh karena itu,
keberhasilan suatu penelitian yang bersifat deskriptif sangat
bergantung pada sikap yang dikembangkan peneliti dalam
melakukan penelitian.
Peneliti sebagai instrumen utama penelitian terjun langsung
ke lapangan dan secara berkelanjutan terus-menerus memantau
orang, kejadian-kejadian, melalui observasi, wawancara, bahkan
dengan mempelajari dokumen-dokumen yang berhubungan
dengan objek penelitian.
Dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan
kegiatan Prodiksus Life Skill dalam membantu meningkatkan
kecakapan hidup siswa di SMA Kenanga, peneliti menggunakan
teknik–teknik observasi, wawancara (interview), dan studi
dokumentasi. Teknik pengumpulan data tersebut diharapkan
dapat memberikan informasi yang lebih akurat dan menyeluruh.

1. Observasi (Pengamatan)
Nasution dalam Sugiyono (2007:226) mengatakan bahwa
“observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan”. Para
ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta
mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai
alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat
kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda
ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.
Marshall dalam Sugiyono (2007:226) menyatakan bahwa
“through observation, the researcher learn about behavior and
the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi,
peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku
tersbut.
Kaitannya dengan fokus penelitian, maka kegiatan observasi
ini ditujukan pada tujuan penelitian yang berkaitan dengan
kenyataan di lapangan, yaitu upaya Satgas Prodiksus Life Skill
dalam membantu meningkatkan kecakapan hidup peserta
didik di SMA Kenanga.
Dikemukakan oleh Sugiyono (2007:227) bahwa “observasi
dapat digolongkan menjadi empat, yaitu partisipasi pasif,
partisipasi moderat, partisipasi aktif dan partisipasi lengkap”.

50
Dalam hal partisipasi ini, peneliti melakukan observasi dalam
partisipasi aktif. Partisipasi aktif (active partisifation) means that
the researcher generally does what others in the setting do. Dalam
observasi ini, peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh
nara sumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap. Observasi ini
lebih difokuskan kepada :
1. Keadaan sekolah mencakup kondisi sekolah,
penyelenggaraan proses pembelajaran/pendidikan, dan
fasilitas sekolah.
2. Profil sekolah, mencakup identitas sekolah, organisasi
sekolah, dan prestasi sekolah, SMA Kenanga.

2. Wawancara/Interview
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam.
Penelitian kualitatif sering menggabungkan teknik observasi
partisipatif dengan wawancara mendalam. Selama melakukan
observasi, peneliti juga melakukan wawancara atau interview
kepada orang yang ada di dalamnya.

3. Studi dokumentasi
Hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih
kredibel atau dapat dipercaya apabila didukung oleh foto-foto
atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Studi
dokumentasi merupakan alat pengumpul data dengan
mempelajari dokumen yang tercatat sehingga dapat
dipertanggungjawabkan.
Metode dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data
dengan mencatat data yang sudah ada berupa data jumlah
pelatihan, jumlah pelatih, administrasi prodiksus, dsb.
Dokumen-dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini
adalah dokumen yang berkaitan dengan profil sekolah,
administrasi sekolah, jumlah guru, jumlah peserta didik,

51
administrasi prodiksus dan sarana prasarana , administrasi
yang berhubungan dengan prestasi prodiksus dari peserta
didik di SMA Kenanga.

D. Teknik Pengolahan Data


Analisis atau pengolahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan
pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara,
peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban responden. Bila
jawaban responden setelah dianalisis, terasa belum memuaskan,
maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap
tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel.
Miles and Huberman dalam Sugiyono (2007:246) mengemukakan
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu
data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

1. Data reduction (Reduksi data)


Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak.
Untuk itu, maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama
peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak,
kompleks, dan rumit. Untuk itu, perlu segera dilakukan analisis data
melalui reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik
seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek
tertentu.
Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan
yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah
pada temuan. Oleh karena itu, dalam melakukan penelitian,
menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal,
belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian
peneliti dalam melakukan reduksi data.

52
Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang
memerlukan kecerdasan, keluasan, dan kedalaman wawasan yang
tinggi.

2. Data display (Display data)


Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antarkategori, flowchart, dan sejenisnya. Yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif.
Mendisplaykan data akan memudahkan peneliti untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan hal yang telah dipahami tersebut. Selanjutnya
disarankan, dalam melakukan display data, selain dengan teks yang
naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network (jaringan kerja),
dan chart.

3. Conclusion drawing/verification (Simpulan dan Verifikasi)


Langkah ketiga dalam analisis/pengolahan data kualitatif
menurut Miles dan Huberman adalah penarikan simpulan dan
verifikasi. Simpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang
kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila simpulan yang dikemukakan pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka simpulan yang
dikemukakan merupakan simpulan yang kredibel.
Dengan demikian, simpulan dalam penelitian kualitatif mungkin
dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal,
tetapi mungkin juga tidak karena masalah dan rumusan masalah
dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah peneliti berada di lapangan.

E. Interpretasi Data
Dalam penelitian kualitatif, menurut Sukmadinata (2004:15)
interpretasi mencakup melihat hubungan antar-unsur, segi, aspek,

53
bagian, variabel, atau komponen, dan menarik makna dari adanya
hubungan-hubungan tersebut.
Peneliti berusaha mencari kejelasan hubungan dari data-data
yang diperoleh agar dapat menghasilkan data yang bermakna,
mencari dan menemukan pola dan hubungan yang tepat. Data-data
yang telah terkumpul dianalisis. Dan hasil analisis tersebut dihubung-
hubungkan dengan interpretasi yang tepat, sehingga diperoleh
adanya hubungan di antara unsur, aspek, variabel, dan komponen,
dengan makna yang jelas.
Analisis data menurut Patton dalam Moleong, (2000: 103)
merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke
dalam suatu pola, kategorisasi, dan satuan uraian dasar.
Menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 2007: 248) analisis data
adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintesisnya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceriterakan pada orang lain.

F. Validitas dan Reliabilitas Data


Validitas menurut Walizer (1987) adalah tingkaat kesesuaian antara
suatu batasan konseptual yang diberikan dengan bantuan
operasional yang telah dikembangkan. Validitas suatu instrumen
banyak dijelaskan dalam konteks penelitian sosial yang variabelnya
tidak dapat diamati secara langsung, seperti sikap, minat, persepsi,
motivasi, dan lain sebagainya.
Untuk mengukur variabel yang demikian sulit, untuk
mengembangkan instrumen yang memiliki validitas yang tinggi
karena karakteristik yang akan diukur dari variabel yang demikian
tidak dapat diobservasi secara langsung, tetapi hanya melalui
indikator (petunjuk tak langsung) tertentu. (Aritonang R, 2007).
Reliabilitas dalam riset kualitatif adalah tingkat sejauh apa
sebuah instrumen riset seperti angket/kuesioner, ketika digunakan
lebih dari sekali akan mereproduksi hasil atau jawaban yang sama.
Namun dalam riset kualitatif, peneliti adalah instrumen utamanya.
Itulah sebabnya riset kualitatif tidak pernah sepenuhnya konsisten
dan dapat direplikasi. Walau riset seseorang bisa diulang oleh peneliti

54
lain, hasilnya tidak akan sama, biarpun dalam keadaan dan kondisi
yang sama (Daymon & Holloway, 2002).
Dalam penelitian kualitatif, suatu realitas itu bersifat majemuk
atau ganda, dinamis atau selalu berubah, sehingga tidak ada yang
konsisten, dan berulang seperti semula. Heraclites dalam Nasution
(1988: 168) menyatakan bahwa kita tidak bisa dua kali masuk sungai
yang sama, waktu terus berubah, setuasi senantiasa berubah, dan
demikian pula perilaku manusia yang terlibat dalam situasi sosial.
Dengan demikian, tidak ada satu data tetap atau konsisten atau stabil.
Dibawah ini terdapat contoh, sebagai berikut:

Uji keabsahan data dalam pnelitian kualitatif meliputi uji


credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal),
dependability (reliabilitas) dan confirmability (objektivitas). Uji
kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan cara:

1. Memperpanjang Waktu Keikutsertaan


Dalam rangka memperpanjang waktu keikutsertaan
dengan responden atau sumber data, peneliti berusaha untuk
meningkatkan frekuensi pertemuan dan menggunakan waktu
seefisien mungkin. Untuk itu peneliti berusaha menghadiri
acara rapat, dan mengikuti berbagai kegiatan lain yang
menunjang pada penelitian.

2. Melakukan pengamatan secara seksama


Pengamatan secara seksama dilaksanakan untuk
menemukan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan situasi yang
diteliti, secara lebih cermat, teliti dan mendalam. Hal tersebut
berkaitan dengan ciri-ciri atau unsur spesifik yang sesuai
dengan situasi permasalahan yang diteliti, yakni
Pengembangan Life Skills sebagai Implementasi Pengembangan
Diri dalam meningkatkan Kecakapan Hidup.

3. Triangulasi
Triangulasi adalah salah satu teknik pemeriksaan
keabsahan data dengan membandingkan data yang diperoleh
dari satu sumber ke sumber lainnya pada saat yang berbeda,
atau membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber

55
dengan pendekatan yang berbeda, untuk mengecek atau
membandingkan data penelitian yang telah dikumpul.
Triangulasi dalam Pengembangan Life Skills sebagai
Implementasi Pengembangan Diri dalam eningkatkan
Kecakapan Hidup ini dilakukan dengan cara membandingkan
pendapat hasil wawancara Kepala Sekolah, Satgas Prodiksus,
Guru-guru yang bukan satgas Prodiksus, Siswa peserta
pelatiahn dan juga membandingkan dengan hasil observasi di
lapangan serta tidak lupa dokumen-dokumen yang termasuk
kajian peneliti. Triangulasi didalam penelitian ini juga peneliti
melaksanakan wawancara ulang pada sumber yang sama
dengan cara dan gaya yang berbeda.

4. Mengupayakan Referensi yang Cukup


Referensi yang digunakan akan menggambarkan kualitas
suatu penelitian, karena untuk meningkatkan keabsahan
informasi perlu ditunjang oleh informasi yang lenkap, baik dari
media cetak maupun media elektronik. Mengupayakan
referensi yang cukup adalah menyediakan semaksimal
mungkin sumber data dari media cetak (buku, jurnal, majalah,
koran, makalah, kertas kerja dan brosur), media elektronik
(alat rekam), serta realitas dilapangan seperti catatan
observasi dan photo dokumentasi. Disamping itu dilengkapi
dengan berbagai sumber mutakhir yang diperoleh dari
berbagai situs internet, terkait dengan pengembangan life skills

5. Melakukan Member check


Member check dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
memriksa keabsahan data. Member check dilakukan pada
setiap akhir kegiatan wawancara, baik dengan Kepala Sekolah,
Satgas Prodiksus Life Skill, Guru-guru yang tidak tergabung
dalam Satgas, Siswa peserta pelatihan. Dalam hal ini, peneliti
berusaha mengulang kembali dalam garis besarnya,
berdasarkan catatan peneliti, apa yang telah dikatakan
responden, dengan maksud agar mereka memperbaiki jika
terdapat kekeliruan dan menambahakan apa yang masih
kurang. Melalui member check diharapkan agar informasi yang
diperoleh dan digunakan dalam penulisan laporan sesuai
dengan apa yang dimaksud oleh responden.

56
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian dan Pembahasan


Dalam penulisan hasil penelitian, peneliti mengajukan beberapa hal
yang harus ditampilkan dalam hasil penelitian, didalam hasil
penelitian harus memberikan gambaran se realistis mungkin tentang
peristiwa, manusia dan pengalamannya, contohnya dengan mem-
berikan gambaran tentang struktur atau organisasi kelompok yang
diteliti atau menjelaskan cara hidup kelompok tertentu, selain itu
dalam hasil penelitian pula peneliti menyelipkan interpretasi dari
berbagai kajian yang telah diperoleh terhadap gejala yang
dijelaskannya, serta mencoba menjaga jarak dengan gejala yang
ditelitinya dengan membiarkan gejala itu menjelaskan dirinya
sendiri.
Didalam hasil penelitian dapat diuraikan berbagai hal yang
berkaitan dengan fokus kajian yang telah ditemukan atau di hasilkan
baik berupa narasi atau teks, tabel, gambar, penjelasan gambar bukan
pengulangan data di gambar, tetapi penjelasan secara nyata tentang
hasil yang ditampilkan di dalam gambar. Menurut Tim penyusun
(2014) pembahasan dan kesimpulan sebagai berikut:
a) Hasil Penelitian
Hasil penelitian berisi deskripsi hasil analisis data penelitian yang
sudah terorganisasi dengan baik. Data penelitian disajikan secara
informatif, komunikatif, dan relevan dengan masalah dan tujuan
penelitian. Penyajian hasil penelitian dapat berupa deskripsi,
table atau gambar atau bagan atau grafik yang disertai dengan
penjelasan, yang mudah dibaca dan dipahami dengan
memperhatikan tata cara penulisan yang umum.
b) Pembahasan
Hasil analisis data penelitian, dibahas dengan cara (1)
menginterpretasi temuan penelitian; (2) menjelaskan hubungan

57
antara temuan penelitian dengan penelitian terdahulu atau teori
terkait yang telah mapan; (3) memodifikasi teori yang ada atau
menyusun teori baru berdasarkan temuan penelitian; dan (4)
menjelaskan implikasi hasil penelitian, termasuk keterbatasan
temuan penelitian.

Penelitian kualitatif dituntut dapat menggali data berdasarkan


apa yang diucapkan, dirasakan, dan dilakukan oleh sumber data. Pada
penelitian kualitatif peneliti bukan sebagaimana seharusnya apa yang
dipikirkan oleh peneliti tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang
terjadi di lapangan, yang dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh
sumber data (Sigiyono, 2009:8).
Penulisan hasil peneltian dapat diawali dengan pengantar umum
tentang bab hasil penelitian, penjelasan tentang karakteristik sampel
kajian, menjabarkan hasil temuan yang berkaitan dengan rumusan,
tujuan penelitian. Sementara untuk pembahasan, semua hasil yang
ditemukan dalam penelitian di bahas secara terperinci dan
ditambahkan dan di perkuat dengan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya. Penelitian yang telah di lakukan sebelumnya yang
menjadi penguat ataupun menjadi pembanding dalam hasil kajian
penelitian. Di dalam pembahasan pula terdapat Interpretasi yang
berisi tentang penilaian terhadap kesenjangan dari teori dan hasil
penelitian yang disajikan & membandingkan hasil penelitian dengan
penelitian sebelumnya, memperkuat atau mendukung teori
sebelumnya, menemukan hal yang baru, serta Justifikasi kesenjangan
(instrumen, sampel, desain). Dibawah ini terdapat contoh hasil
penelitian dan pembahasan sebagai berikut:

Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari lokasi


penelitian melalui kegiatan observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi yang berhubungan dengan kegiatan Prodiksus Life
Skills dalam upaya peningkatan keahlian kecakapan hidup siswa
di SMA Kenanga, peneliti mencoba mendeskripsikan hasil
penelitian tersebut dan selanjutnya membahasnya sesuai dengan
teori-teori yang relevan melalui analisis kualitatif
Sebelum menguraikan lebih lanjut hasil penelitian yang
berhubungan dengan perumusan masalah, terlebih dahulu
peneliti mendeskripsikan gambaran umum situasi dan lokasi
penelitian di ketiga sekolah tersebut.

58
1. Deskripsi Umum
Adanya Komite Sekolah yang merupakan mitra kerja Kepala
Sekolah dalam menangani Pendidikan. Kepala Sekolah beserta
jajarannya diuntungkan, karena dalam pengelolaan sekolah tidak
lagi mesti harus memikirkan sarana dan prasarana pendukung
pembelajaran, karena hal itu sudah menjadi kewenangan dan
tanggung jawab dari Komite Sekolah untuk mengusahakannya
guna kelancaran Pendidikan di Sekolah tersebut. Sedangkan
Kepala Sekolah beserta jajarannya hanya terfokus pada
bagaimana meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah tersebut.

a. Kegiatan Pengembangan diri di SMA Kenanga meliputi:


1). Pengembangan diri Akademis
a). Pembelajaran E-learning.
b). Prodiksus Kemampuann Prestasi Akademik
2). Pengembangan diri Non Akademis
a). Pembiasaan
b). Pembentukan Karakter

b. Kegiatan Prodiksus Life Skills


Kegiatan Pengembangan diri yang memberikan keahlian
Kecakapan Hidup bagi peserta yang mengikutinya. Peserta
Prodiksus Life Skills diikuti oleh seluruh siswa kelas X dan
kelas XI yang berada di Kenanga, karena sifatnya wajib bagi
kelas X dan XI sesuai dengan program yang telah disepakati
bersama antara pihak sekolah dan Orang tua siswa.

2. Jawaban Atas Pertanyaan Penelitian


Berdasarkan teknik pengumpulan data melalui wawancara,
peneliti melakukan wawancara dengan empat sumber yang
berbeda, yaitu dengan kepala sekolah, Satgas Prodiksus Life Skills,
Guru yang tidak tergabung Satgas Prodiksus Life Skills, dan Siswa.
Untuk setiap tanggapan dilakukan cross check sebagai
pembanding dari jawaban wawancara sebelumnya dan dilengkapi
pula dengan observasi lapangan beserta penelitian dokumen yang
ada. Adapun tanggapan siswa selain wawancara dilakukan pula
dengan angket yang berhubungan dengan minat, manfaat dan
susana dari pelaksanaan kegiatan Prodiksus Life Skills. Penelitian

59
ini menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dikemukakan
dalam Bab I.

Pertanyaan penelitian pertama: Bagaimana implementasi


kegiatan Prodiksus Life Skills yang efektif di SMA Kenanga
dalam rangka peningkatan kecakapan hidup siswa di SMA
Kenanga?
a. Wawancara dengan Kepala Sekolah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kegiatan
Prodiksus Life Skills tidak terlepas dari komitmen Kepala Sekolah
sebagai penanggung jawab dan nakhoda dari sebuah institusi
pendidikan bernama SMA Kenanga dalam melaksanakan tugas
pengelolaannya. Menurut beliau dalam pengelolaan SMA Kenanga
khususnya dalam mengimplementasikan kegiatan Prodiksus Life
Skills ini sudah dijabarkan dalam Visi SMA Kenanga yaitu: “SMA
Kenanga Termasuk Sekolah Life Skills Akademik dan Vokasi
Termaju di Kota Bandung”.
Dengan Visi tersebut berarti suatu tekad dari seluruh civitas
akademika SMA Kenanga ingin menjadikan SMA Kenanga menjadi
sekolah termaju dalam bidang Akademik maupun Vokasi, ini
bersesuaian dengan Visi ksebagai kota Jasa, dimana seluruh
penduduk diharapkan terlatih dan trampil menguasai keahlian
dalam berbagai bidang. Ditunjang juga dengan salah satu dari
Misi Kenanga yaitu:” Mewujudkan kompetensi Life Skills
akademik dan vokasional peserta didik yang unggul sesuai
tuntunan pasar lokal dan global. Dari hasil wawancara dengan
Kepala Sekolah, bahwa kegiatan Prodiksus Life Skills ini adalah
merupakan bagian dari salah satu bentuk implementasi Otonomi
sekolah dengan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) dimana
sekolah diberikan kewenangan untuk mengelola sendiri
berdasarkan kesepakatan bersama antara pengelola pendidikan
dengan Stakeholdernya yang diwakili oleh Komite Sekolah untuk
memajukan mutu pendidikannya sehingga mempunyai daya saing
dengan sekolah lain dan nilai jual dimasyarakat.
Selanjutnya menurut Kepala Sekolah dengan berpedoman
pada Manajemen Berbasis Sekolah maka Kepala Sekolah
mendapatkan keleluasaan dalam menjalankan roda organisasi
sekolah, karena maju mundurnya suatu sekolah ada di tangan
Kepala Sekolah. Hal ini mengandung arti tidak mengecilkan

60
peranan guru, karena guru merupakan bagian dari pengelola
sekolah yang sudah menjadi satu kesatuan gerak langkah dalam
pengelolaan sekolah. Dengan adaya KTSP, maka sosok guru
mempunyai keleluasaan dalam menentukan segala sesuatu yang
menyangkut dengan kurikulum di sekolah tersebut.
Dukungan dari Yayasan Kenanga menurut Kepala Sekolah
sangat besar sekali, hal ini bisa dibuktikan dengan diberikannya
kebebasan pada Sekolah untuk menentukan jenis keahlian apa
saja yang dipandang sekolah akan memberikan dampak posistif
bagi keahlian siswa maupun bagi peningkatan mutu pendidikan
di SMA Kenanga ini, disamping itu memberikan keleluasaan
dalam hal penggunaan Sarana dan prasarana belajar untuk
dipakai kegiatan Prodiksus Life Skills.
Sedangkan dukungan dari Komite Sekolah SMA Kenanga
menurut beliau bisa dibuktikan dengan tiap diadakannya
musyawarah dengan Orang tua siswa dalam penentuan program
kegiatan di SMA Kenanga tidak ada orang tua atau wali siswa
yang merasa keberatan dengan kegiatan Prodiksus Life Skills ini,
bahkan mereka merespon cukup baik dengan memberikan saran-
saran untuk kemajuan Prodiksus Life Skill ini disamping
pembayaran iuran yang selalu tepat sebagai sumber dana dari
kegiatan Life Skills ini.
Adapun kedudukuan Prodiksus Life Skills dalam Struktur
sekolah adalah sama dengan dengan kedudukan Ekstrakurikuler
yang berada dalam wilayah Pengembangan diri, hal ini akan
berbeda dengan sekolah lain dalam melaksanakan dan mengelola
Pengembangan diri disekolahnya. Pengembangan diri di SMA
Kenanga menjadi 4 kelompok besar yatiu:
1) Pembiasaan, dilaksanakan bersama-sama dengan suatu
aturan yang telah ditentukan.
2) Konseling, dilaksanakan oleh Bimbingan Konseling
3) Ekstrakurikuler, dilaksanakan oleh PKS Kesiswaan
dibantu oleh Pembina Osis sebagai koordinator dari
Pembina masing-masing jenis Ekstrakurikuler
4) Prodiksus Life Skill, dilaksanakan oleh Satgas Khusus yang
diketuai langsung oleh PKS Kurikulum

61
Contoh Pembahasan Penelitian:

Pembahasan Hasil Penelitian


Analisis Hasil Wawancara
Seperti yang telah diuraikan pada bagian B tentang jawaban
atas pertanyaan penelitian, hasil penelitian berdasarkan hasil
wawancara. Adapun pelaksanaan wawancara yang dilakukan oleh
peneliti berkisar pada bulan Oktober dan Desember tahun 2013,
pengolahan data dilakukan pada bulan Januari 2014. Bila
ditemukan hal hal yang dianggap kurang, peneliti melakukan
pendalaman kembali dilapangan untuk melaksanakan wawancara
tambahan atau penggalian dokumentasi.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian no. 1, peneliti
menggali data dari sumber primer dan sumber skunder serta
penggalian lewat dokumentasi. Data dari sumber primer
diperoleh hasil wawancara langsung dengan Kepala Sekolah,
Satgas Prodiksus Life Skills, dan Guru yang tidak tergabung dalam
Satgas Prodiksus Life Skills, sedangkan tanggapan dari Orang tua
siswa, Komite Sekolah dan Yayasan didapat dari sumber skunder
yaitu hasil wawancara dengan Kepala Sekolah.

62
BAB V

SIMPULAN

A. Simpulan
Menurut Tim penyusun (2014) kesimpulan merupakan
temuan pokok yang menunjukkanmakna temuan-temuan hasil
penelitian yang ditulis secara singkat, padat, dan jelas dalam bentuk
uraian (paragraf demi paragraf), butir-butir, atau rincian,sesuai
dengan tujuan penelitian.
Ada 5 hal yang harus dijelaskan dalam desain penelitian yaitu:
1. Penegasan judul dan atau pembatasan masalah.
2. Alasan pemilihan judul (penting, menarik, belum ada yang
meneliti, tidak sesuai kenyataan di lapangan).
3. Problematik penelitian adalah pertanyaan yang dicarikan
jawabannya melalui penelitian. Dirumuskan dalam kalimat
pertanyaan dan merupakan hal yang dipertanyakan.
4. Tujuan penelitian adalah keinginan yang ingin dicapai oleh
peneliti melalui proses penelitin yang ia lakukan.
Dirumuskan dalam kalimat pernyataan dan merupakan
jawaban yang ingin dicari.
5. Kesimpulan yang ditulis pada akhir laporan penelitian
merupakan jawaban yang diperoleh. Antara problematik,
tujuan dan kesimpulan penilitian harus sinkron.
6. Penelitian yang dilakukan harus memiliki kegunaan dan
dapat disumbangkan untuk kemajuan bidang yang diteliti.
7. Saran berisi rekomendasi yang diajukan sesuai denganhasil
penelitian yang dilakukan secara operasional dandapat
ditindaklanjuti. Saran idealnya dikemukakan secara rinci
sehingga mudah untuk diimplementasikandan sesuai dengan
manfaat penelitian. Saran harus bersifat baru dan
mempunyai nilai lebih sehingga dapat dijadikan sebagai
sumber inspirasi oleh pembaca.

63
Dibawah ini terdapat contoh kesimpulan dan saran, sebagai berikut:
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka secara umum dapat
disimpulkan bahwa kegiatan pengembangan diri yang ada di SMA
Kenanga berjalan lancar dan baik yang berupa pembiasaan,
konseling, ekstrakurikuler maupun Prodiksus Life Skills mengisi hari-
hari diluar jam pembelajaran. Pelaksanaan pengembangan diri
khususnya yang menyangkut pelatihan kecakapan hidup yang
dikelola secara khusus oleh Satgas Prodiksus Life Skills mendapat
banyak dukungan dari berbagai pihak.
Namun demikian pelatihan Prodiksus Life Skills SMA Kenanga
masih kurang koordinasi dalam pengelolaan Prodiksus Life Skills
dengan kegiatan ekstrakurikuler, Kurang sarana pelatihan seperti
komputer, camera digital.

Saran

Untuk lebih mengefektifkan kinerja kegiatan Prodiksus Life


Skills dalam melaksanakan tugas pokok, fungsi dan perannya, agar
kualitas pelatihan kecakapan hidup peserta didik selalu meningkat
sehingga akan mendukung peningkatan kualitas keterampilan di
sekolah tersebut, perlu direkomendasikan hal-hal berikut:

1. Kepala Sekolah sebagai manager pendidikan harus


menjelaskan program ekstrakurikuler dan Prodiksus Life
Skills dalam persepektif kurikulum KTSP kepada guru, staf
administratif, Dewan/Komite Sekolah, para siswa dan orang
tua siswa.
2. Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab kegiatan
diharapkan dapat menselaraskan pengelolaan kegiatan
ekstrakurikuler dan Prodiksus Life Skills.

64
BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka merupakan kumpulan sumber referensi yang


dirujuk dalam teks skripsi/tesis. Daftar rujukan dapat digunakan
sebagai indikator untuk menunjukkan seberapa jauh wawasan
peneliti. Peneliti tidak boleh mencantumkan nama sumber rujukan
yang tidak dirujuk, sebaliknya peneliti tidakboleh mencantumkan
kutipan yang tidak disertai sumber rujukan
Daftar pustaka disusun secara alfabetis berdasarkan huruf
pertama nama akhir pengarang/penulis (kalau ada) tanpa
menggunakan nomor urut. Secara umum, urutan penulisan unsur-
unsur daftar pustaka adalah
(a) Nama Pengarang,
1. Nama pengarang ditulis lengkap tanpa gelar
kesarjanaan atau gelar agama.
2. Penulisan nama pengarang yang terdiri atas dua unsur
atau lebih dimulai dengan nama akhir (biasanya
merupakan nama keluarga) yang diikutip tanda koma,
lalu nama pertama. Urutan namaTionghoa tidak perlu
dibalik karena unsur nama pertama Tionghoa
merupakan nama keluarga.
3. Jika nama yang tercantum dalam rujukan adalah nama
editor, penulisan nama pengarang ditambah dengan
tulisan (Ed.). Contoh: Hamid, Abdul (Ed.).
4. Jika ada dua nama pengarang, urutan kedua nama
pengarang dibalik dan antar pengarang dihubungkan
menggunakan bahasa asing. Contoh: Sugiono, Ahmad
sugi dan Hardoko, Sotarto
5. Untuk nama pengarang yang terdiri atas tiga orangatau
lebih, maka singkatan dkk yang ada di kutipan harus
ditulis semua nama pengarangnya di daftar rujukan.

65
Untuk rujukan dari bahasa asing (Bahasa Inggris), maka
pada kutipan ditulis et al.
Contoh: Daryon o, Ekohariadi, Subandi, Sujarwanto, dan
Andre Dwijanto Witjaksono
6. Jika beberapa rujukan yang ditulis oleh seorang
pengarang dalam tahun yang berbeda, nama pengarang
harus tetap ditulis disertai dengan tahun penerbitan.
Contoh: Witjaksono, Andre Dwijanto.2010
Witjaksono, Andre Dwijanto. 2011
Witjaksono, Andre Dwijanto. 2012
7. Jika tidak ada nama pengarang, pada bagian nama
ditulis penerbit.
Contoh: Dikti ___________. 2012
(b) Tahun Terbit,
1. Tahun terbit ditempatkan sesudah nama pengarang dan
diakhiri dengan tanda titik.
2. Jika beberapa rujukan ditulis seorang pengarang dalam
tahun yang sama, penempatan urutan didasarkan pada
urutan abjad judul buku dengan cirri pembeda huruf
sesudah tahun terbit.
Contoh: Hutomo, Suripan Sadi. 1980a.Sosiologi Sastra
Jawa Modern.
Hutomo, Suripan Sadi. 1980b.Telaah Sastra Jawa
Modern
(c) judul sumber yang dirujuk,
1. Judul buku ditulis sesudah tahun terbit dan diakhiri
dengan tanda titik.
2. Artikel, laporan penelitian, dan makalah ditulis
diantara tanda petik ganda. Contoh: Kisyani-Laksono.
2005. “Pisuhan sebagai Cermin Nilai Rasa dan Jiwa”.
3. Keterangan yang menyertai judul (misalnya jilid dan
edisi) ditempatkan sesudah judul dan diakhiri dengan
tanda titik. Contoh: Kridalaksana, Hari murti. 2006.
Kamus Linguistik.Edisi Ketiga.
(d) Kota Tempat Terbit dan Nama Penerbit
1. Tempat terbit ditulis sesudah judul buku dan
keterangan yang menyertainya, diikuti tanda titik dua,
nama penerbit, dan tanda titik. Contoh: Sulistyo, Edy.
2011. Teknik Audio. Surabaya: Unipress.

66
2. Jika lembaga berkedudukan sebagai pengarang dan
penerbit, nama lembaga dicantumkan pada posisi
pengarang dan tidak perlu disebut dalam posisi nama
penerbit. Contoh: BPS Provinsi Jawa Timur. 2012. Jawa
Timur dalam Angka. Surabaya.
Contoh penulisan daftar pustaka dari berbagai sumber
lainnya adalah sebagai berikut.
a) Penulisan Pustaka dari Buku Teks Palupi, Aisyah
Endah. 2009. Kimia Teknik untuk Mahasiswa.
Surabaya: Unipress.Broch, T. A., Mandiga, M. T.
1991. Biology of Microorganism. Six Edition.
New Jersey: PrenticeHall.
b) Penulisan rujukan buku karya terjemahan
Wellek, Rene dan Warren, Austin.
Kesusastraan. Terjemahan Melani Budianta.
Jakarta: Gramedia.
3. Artikel, laporan penelitian, dan makalah di tulis di antara
tanda petik ganda. Contoh: Kisyani - Laksono. 2005.
“Pisuhan sebagai Cermin Nilai Rasa dan Jiwa”.
4. Keterangan yang menyertai judul (misalnya jilid dan edisi)
ditempatkan sesudah judul dan diakhiri dengan tanda
titik. Contoh: Kridalaksana, Hari murti. 2006. Kamus
Linguistik.Edisi Ketiga.

67
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Djunaedi, 2002. Petunjuk Penulisan Usulan Penelitian dan


Tesis. Edisi Kedua. Program Pascasarjana Magister
Perencanaan Kota & Daerah MPKD Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

Andrew Hale Feinstein dan William F. Harrah. 2001. A Study of


Relationships Between Job Satisfaction And Organizational
Commitment Among Restaurant Employees. Research Paper.

Andrik Purwasito. 2004. Teknik Membuat Proposal Penelitian


Kualitatif. Filsafat Ilmu dan Logika Sains Program Doktor Ilmu
Administrasi Universitas Tujuh Belas Agustus SURABAYA.
http://fisip.uns.ac.id/~purwasito/Buku%
20Filsafat%20ilmu.htm. Dikunjungi 04 februari 2017.

Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktik, Jakarta : Rineka Cipta,
Arikunto Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2005). ManajemenPenelitian. Jakarta:
RinekaCipta.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan
Praktek.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Peneelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rinerka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Aritonang, Lerbin R. 2007. Riset Pemasaran. Jakarta: Ghalia Indonesia
Ary, Jacobs, dan Razavieh. (2000) Pengantar Penelitian dalam
Pendidikan. (Alih Bahasa : Arief Furchan). Surabaya : Usaha
Nasional
Azuar Juliandi, 2004. Masalah Penelitian, Pemilihan Topik, dan
Variabel Penelitian. Materi Disajikan dalam Penataran dan
Lokakarya Metodologi Penelitian-Dosen Perguruan Tinggi
Swasta, Kerjasama Universitas Nomensen dengan DP3M
Dikti-Depdiknas di Medan, 21-24 Juli 2004.

68
Bambang Tri Cahyono 1996. Metodologi Riset Bisnis. Jakarta: Badan
Penerbit IPWI

Bogdan, R. C., Biklen, S. K., 1992, Qualitative Research for Education:


an Introduction to Theory and Methods, Boston: Allyn &
Bacon
Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Aktualisasi
Metodologis Kearah Ragam Varian Kontemporer). Jakarta:
Rajawali Press.
Burhan Bungin. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana
C. McDaniel dan R. Gates, . 1999. Contemporary Marketing Research.
SouthWestern College Publishing. Singapore.

Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung;


Pustaka Setia.

Darmawan, Deni. 2014. Metode Peneitian Kuantitatif. Bandung. PT


Remaja Rosdakarya.

David Lindsay. 1986. Penuntun Penulisan Ilmiah. Jakarta: UIPress.


Daymon, Christine &Immy Holloway. 2002. Metode-metode Riset
Kualitatif dalam Public Relations dan Marketing
Communications. Terjemahan oleh Cahya Wiratma. 2008.
Yogyakarta: Bentang

Dermawan Wibisono. 2000. Riset Bisnis. Yogyakarta: Badan Penerbit


Fakultas Ekonomi.
Erni R. Ernawan. 2004. Pengaruh Budaya Organisasi dan Orientasi
Etika terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur. Usahawan No.
09 TH. XXXIII September

Fred N Kerlinger. 2000. AsasAsas Penelitian Behavioural. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press

Hasan Mustafa. 1997. Mengawali Penelitian.


http://www.home.unpar.ac.id/~hasan/
mengawalipenelitian.rtf. Dikunjungi 04 FebruarI 2017.

Herdiansyah, Heri. 2010.Metodologi Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-


Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

69
Husein Umar. 2001. Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi.
Gramedia. Jakarta.

Husein Umar.1999. Metodologi Penelitian: Aplikasi dalam Pemasaran.


Jakarta: Gramedia.

Indriantoro dan Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk


Akuntansi. Jakarta : Rineka Cipta.
J. Supratno. 1997. Metode riset aplikasinya dalam pemasaran.
Jakarta:Rineka cipta.
Jacub Rais, 2003. Hakikat Penelitian untuk Suatu Disertasi Doktor.
http://www.geocities.com/poerbandono/files/DisertasiDokt
or.doc.. Dikunjungi 04 februari 2017

Jonathan Sarwono, 2002. Metodologi Penelitian. Universitas


Komputer Indonesia Bandung.
http://lppm.unikom.ac.id/Myprofile/jsarwono.html.
Dikunjungi 04 Febuuari 2017

Kartini Kartono. 1980. Pengantar Metodologi Research Sosial.


Bandung: Alumni

Kerlinger Fred N. 1986. Asas-asas penelitian behavioral. edisi ketiga


terjemahan Drs. landing R. simatupang, Jogjakarta : gajah mad
university press

Kerlinger, F.N. 1986. Foundations of Behavioral Research, Edisi ke-3,


New York, Macmillan
Mardalis, 2002. Metode Penelitian, (Jakarta, Bumi Aksara,)
Margono, S. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan,Jakarta: PT
Rineka Cipta
Masri Singarimbun. 1988. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta :
Universitas Press. Salemba.
Moleong, Lexy J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT
Remaja Rosdakarya Offset, Bandung
Michael H. Walizer & Paul L Wienir, (1987), Metode dan Analisis
Penelitian: Mencari Hubungan, Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Miles, B.B., dan A.M. Huberman, 1992, Analisa Data Kualitatif, UI Press
Jakarta

70
Mohammad Nazir. (1998) Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia
Indonesia
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy. J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Moloeng, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Mudrajad Kuncoro. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi:
Bagaimana Menelit dan Menulis Tesis. Jakarta. Erlangga

Mudrajad Kuncoro, 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi:


Bagaimana Menelit dan Menulis Tesis. Jakarta. Erlangga.

Muhammad Nazir, 1988, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.


Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Mustafa, H. 1997. Mengawali Penelitian.


http://www.home.unpar.ac.id/~hasan/ \
mengawalipenelitian.rtf. Dikunjungi 04 februari 2017.

Nasution, 2003.Metode Research (Penelitian Ilmiah).Jakarta : Bumi


Aksara
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi
(Cetakan Kedua). Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian
Bisnis: Untuk Akuntansi dan Manajemen. Badan Penerbit
Fakultas Ekonomi. Yogyakarta.

Poerwandari, E.K. 2005. Pendekatan Kualitatif untuk penelitian


perilaku manusia. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana
Pengukuran dan pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia.
RA., Johnson and Wichern DW. 2005. Applied Multivariate Statistical
Analysis. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Chiffs,.

Rosdakarya. Nazir, 2005, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia


Indonesia.

S. Nasution. 1996. Metode penelitian ilmiyah.Bandung.jermans.h23

71
Sarmanu. 2004. Metodologi Penelitian. Kumpulan Materi Pelatihan
Structural Equation Modeling. Lembaga Penelitian Universitas
Airlangga Surabaya.

Satori, Djamán dan Komariah, Aan. 2009. Metode Penelitian Kualitatif.


Alfabeta. Bandung.
Siswanto, Susila, & Suyanto. (2013). Metodologi Penelitian Kesehatan
dan Kedokteran.Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Sudjana, Nana dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian
Pendidikan.Bandung: Sinar Baru.
Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian
Pendidikan. Bandung : Sinar Baru.

Sugiyono. Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif,


kulaitatif dan R & D, Bandung : Cv. Alfa Beta, 2010
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.

Suharsimi Arikunto, 2010. Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan


Praktik, Jakarta: Rineka Cipta)

Suharsimi, arkunto,1993. Prosedur penelitian suatu pendekatan


praktek. Jakarta: rineka cipta
Sukardi. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan
Praktiknya. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara,
Sukmadinata, N.S., 1999, Pengembangan Kurikulum, Bandung:
Remaja

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan.


Bandung: PPS UPI dan PT Remaja Rosdakarya,

Suryana. 2010. Metodologi Penelitian Model Prakatis Penelitian


Kuantitatif dan Kualitatif.

72
Sutrisno Hadi. 1996. Metode Penelitian dan Aplikasi Statistik. Bandung
: Paraga.

Tim Ahli BPPT – PAATP. 1998. Pedoman Penulisan Laporan Hasil


Penelitian dan Karya Tulis Ilmiah. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
http://www.geocities.com/TheTropics/Lagoon/3449/PDF/
karyatulis.pdf. Dikunjungi 04 februari 2017
Tim penyusun. 2014. Pedoman penulisan skripsi. Universitas negeri
Surabaya.
Tohirin. 2011. Metode Penlitian Kualitatif Dalam Pendidikan Dan
Bimbingan Konseling. Jakarta. PT Grafindo Persada.
Tohirin. 2013. Metode Penlitian Kualitatif Dalam Pendidikan Dan
Bimbingan Konseling. Jakarta. PT Grafindo Persada.
Ulfatin, N. 2014. Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan:
Teori dan Aplikasinya. Malang: Bayumedia

W. Gede Merta, 2004. Metode Penelitian. Fakultas Ekonomi Unwar.

73

Anda mungkin juga menyukai