PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
Etik kelanasari
A.1610288
I PENDAHULUAN
I . 1 Latar Belakang
yang mudah teroksidasi serta menangkal radikal bebas oksigen reaktif jika
berkaitan dengan penyakit
3. Kandungan karotenoid, selenium, flavonoid dan fenolik dapat memperbaiki
kualitas daging dan produknya serta
4. Berfungsi sebagai suplemen protein yang mempunyai nilai gizi tinggi. Zat aktif
dalam daun kelor mempunyai efek anti bakteri yang diharapkan mampu
meningkatkan kinerja organ dalam dan mencegah kerusakan organ dalam
terutama pancreas sehingga meningkatkan metabolisme dan penyerapan nutrisi
(karbohidrat, lemak dan protein) dalam tubuh ternak untuk proses pertumbuhan
yang menghasilkan keseimbangan antara karkas dan non karkas (Analisa 2007).
Efisiensi penggunaan larutan daun kelor dalam air minum belum memberikan
informasi yang cukup mengenai sejauh mana pengaruh yang diberikan terhadap
karakteristik karkas. Oleh karena itu, perlu adanya kajian lebih lanjut ditinjau dari
persentase bobot karkas dan giblet. Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan
yang dapat diidentifikasi pada penelitian ini adalah daun kelor diketahui
mengandung zat aktif anti oksidan dan anti bakteri yang mampu meningkatkan
kinerja dan mencegah kerusakan organ dalam sehingga berpengaruh terhadap
peningkatan metabolisme dan penyerapan nutrisi dalam tubuh ternak yang dapat
memicu pertumbuhan, dalam hal ini pertumbuhan bobot badan ayam broiler yang
terdiri atas peningkatan bobot karkas dan giblet di mana pada umumnya juga diikuti
dengan proses deposisi lemak abdomen yang berkorelasi positif dengan total lemak
karkas yang dianggap hasil ikutan yang menghamburkan energi dalam ransum yang
menyebabkan penurunan kualitas dan bobot karkas yang dapat dikonsumsi.
II TINJAUAN PUSTAKA
Ayam broiler adalah ayam ras yang produksi utamanya adalah daging. Ayam
ini cepat pertumbuhannya dan penuh dengan timbunan daging yang terutama di
bagian dada maka ayam jenis ini khususnya untuk dipotong dan diambil dagingnya
(Fuad, 1992). Ayam ras adalah jenis ayam-ayam unggul impor yang telah
dimuliabiakan untuk tujuan produksi tertentu (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010).
Ayam broiler dihasilkan melalui perkawinan silang, seleksi, dan rekayasa genetik
yang dilakukan pembibitnya. Ayam broiler merupakan salah satu jenis ayam yang
dipelihara dengan tujuan produksi diambil dagingnya (Yuwanta, 2004). Ayam
broiler memiliki sifat-sifat dan kelebihian dibanding dengan ayam lain antara lain
adalah daging dari ayam broiler empuk, kulit licin dan lunak sedangkan tulang dada
belum membentuk tulang yang keras, ukuran badan yang besar dan bentuk dada
yang lebar padat dan berisi, efisien terhadap makanan cukup tinggi sehingga dari
makanan diubah menjadi daging, pertumbuhan atau pertambahan berat badannya
sangat cepat umur 7-8 minggu ayam bisa mencapai berat kurang lebih 2 kg. Di
dalam waktu yang singkat itu bisa dicapai suatu berat terentu yang jauh lebih besar
dari pada umur yang sama pada ayam petelur ataupun ayam kampung (Anonim,
2005). Ayam broiler yang merupakan hasil perkawinan silang dan sistem
berkelanjutan sehingga mutu genetiknya bisa dikatakan baik. Mutu genetik yang baik
akan muncul secara maksimal apabila ayam tersebut diberi faktor lingkungan yang
mendukung, misalnya pakan yang berkualitas tinggi, sistem perkandangan yang
baik, serta perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Ayam broiler
merupakan ternak yang paling ekonomis bila dibandingkan dengan ternak lain,
kelebihan yang dimiliki adalah kecepatan pertambahan/produksi daging dalam waktu
yang relatif cepat dan singkat atau sekitar 4 - 5 minggu produksi daging sudah dapat
dipasarkan atau dikonsumsi. Keunggulan ayam broiler antara lain pertumbuhannya
yang sangat cepat dengan bobot badan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek,
konversi pakan kecil, siap dipotong pada usia muda serta menghasilkan kualitas
daging berserat lunak. Perkembangan yang pesat dari ayam ras pedaging ini juga
6
Kebutuhan zat makanan ayam broiler dapat disajikan pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 1 Kebutuhan zat makanan ayam broiler starter
Zat-zat makanan NRC SNI
Kadar Air (%) 10 Maks. 14
Energi Metabolis (kkal.kg) 3200 Min. 2900
Protein (%) 23 19
Kalsium (%) 1,00 0,90-1,20
Phosfor tersedia (%) 0,45 0,40
Phospor total 0,60-1,00 0,60-1,00
Serat Kasar (%) - Max 6,0
Lemak kasar (%) - Max 8,0
Abu - Max 8,0
Aflatoksin - Max 50 ppb
L lysine 1,10 Min0,90
DL-Methionine 0,50 Min 0,30
Methionin, Sistin 0,90 Min 0,50
Protein, karbohidrat, vitamin, mineral dan air mutlak harus tersedia dalam
jumlah yang cukup. Kekurangan salah satu nutrisi tersebut maka mengakibatkan
kesehatan terganggu dan menurunkan produktivitas (Listiyowati dan Roospitasari,
2004).
Faktor terpenting dalam pemeliharaan ayam broiler adalah pemberian pakan.
Itulah sebabnya, 70% biaya yang dikeluarkan adalah untuk pakan. Pemberian pakan
yang tepat akan memberikan nutrisi yang dibutuhkan oleh ayam broiler sehingga
dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi yang maksimal.
2.4 Giblet
Giblet adalah bagian tubuh unggas yang terdiri dari tiga bagian yaitu gizzard,
hati,dan jantung (Septinovaet al. 2009). Menurut Soeparno (2009) saat ransum
masuk kedalam tubuh akan terjadi proses metabolisme. Proses metabolisme ini akan
mempengaruhi aktivitas kerja gizzard, hati, dan jantung. Unggas akan meningkatkan
kemampuan metabolismenya untuk mencerna serat kasar sehingga meningkatkan
ukuran gizzard, hati, dan jantung (Hetland et al. 2005).
2.4.2 Hati
8
2.4.3 Jantung
Jantung adalah suatu struktur muscular berongga yang bentuknya menyerupai
kerucut yang berfungsi memompakan darah ke dalam bilik-bilik atrial dan kemudian
memompakan darah tersebut dari ventrikel menuju ke jaringan dan kembali lagi.
Katup-katup jaringan terbuka dan tertutup mengikuti urutan yang tepat agar darah
mengalir. Organ ini memungkinkan terjadinya peredaran darah secara efisien
kedalam paru-paru untuk pergantian O2 dan CO2 dalam menyokong proses
metabolisme (Setiadi et al. 2012).
Pembesaran ukuran jantung biasanya diakibatkan oleh adanya penambahan
jaringan otot jantung, pada dinding jantung terjadi penebalan, sedangkan volume
ventrikel relatif menyempit apabila otot menyesuaikan diri pada kontraksi berlebihan
(Suyanto et al. 2013).
2.5 Potensi Daun Kelor (Moringa oleiferaL) sebagai Suplemen dalam air
minum Ayam Broiler
Tumbuhan kelor merupakan salah satu spesies tumbuhan dalam famili
Moringaceae yang tahan tumbuh di daerah kering tropis dan spesies ini merupakan
9
salah satu tanaman di dunia yang sangat bermanfaat, karena semua bagian dari
tanaman seperti daun, bunga dan akar dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan baik
berbagai tujuan baik di bidang medis maupun industri (Sjofjan 2008). Tumbuhan ini
juga sering kali dikonsumsi oleh masyarakat dengan cara diolah menjadi sayur,
tanaman ini selain bernilai nutrisi tinggi juga memiliki cita rasa yang enak serta
sering pula digunakan sebagai obat-obatan untuk pemanfaatan komposisi kimia yang
terdapat di dalamnya.
Kelor tumbuh dalam bentuk pohon, berumur panjang (perenial) dengan tinggi
7-12 m. Batang berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih kotor, kulit tipis,
permukaan kasar. Percabangan simpodial, arah cabang tegak dan miring, cenderung
lurus dan memanjang. Daun majemuk, bertangkai panjang, bersusun berseling
(alternate), beranak daun gasal (imparipinnatus), helai daun saat muda berwarna
hijau muda, setelah dewasa hijau tua, bentuk helai daun bulat telur, panjang 1-2 cm,
lebar 1-2 cm, tipis lemas, ujung dan pangkal tumpul (obtusus), tepi rata, susunan
pertulangan menyirip (pinnate), permukaan atas dan bawah halus. Bunga muncul di
ketiak daun (axillaris), bertangkai panjang, kelopak berwarna putuh agak krem,
menebar aroma khas. Buah kelor berbentuk panjang bersegi tiga, panjang 20-60 cm,
buah muda berwarna hijau setelah itu berwarna coklat kehitaman, berbuah setelah
berumur 12-18 bulan. Akar tunggang, berwarna putih, membesar seperti lobak.
Perbanyakan bisa secara generatif (biji) maupun vegetatif (stek batang). Tumbuh di
dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian ±1000 m dpl (Singh et al.
2012).
Daun kelor sering digunakan sebagai pakan ternak domba, kambing, sapi,
babi, kelinci dan cocok untuk pakan ikan-ikan budidaya seperti gurami. Kulit kayu,
daun dan akar mempunyai bau yang sangat tajam dan menyengat, juga banyak
digunakan untuk merangsang atau meningkatkan pencernaan (Sarjono 2008).
Kelebihan lain dari tanaman ini memiliki kemampuan adaptasi dengan lingkungan
yang baik, dapat tumbuh dengan mudah dan cepat meskipun dengan perbanyakan
tanaman dengan stek batang atau biji. Sehingga penyebarannya lebih mudah.
Toleransi terhadap variasi jenis tanah maupun curah hujan menyebabkan tanaman ini
mudah tumbuh.
bahwa tanaman kelor dikenal sebagai tanaman pakan yang tumbuh hingga mencapai
10-12 m, mempunyai dahan dan batang yang rapuh, daun kecil-kecil berbulu
berwarna hijau dengan jumlah yang banyak sepanjang 30 – 60 cm, dengan lebar 0,3–
0,6cm dan panjang 2 cm. Bunga tanaman ini berwarna putih dengan ukuran diameter
2,5 cm, kelopak bunga menggantung dan serbuk sari berwarna putih. Buah kelor
berbentuk memanjang dengan jumlah biji sekitar 20 buah. Adapun klasifikasi
tanaman kelor menurut Cwayita (2014) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Brassicales
Family : Moringaceae
Genus : Moringa
Species : Moringa oleifera, Lam
Daun kelor kaya asam askorbat, asam amino, sterol, glukosida, isoquarsetin,
karoten, ramentin, kaemperol dan kaemferitin. Hasil analisis nutrien juga
melaporkan adanya kandungan senyawa-senyawa berikut : 6,7 mg protein, 1,7 mg
(ekstrak eter), 13,4 mg karbohidrat, 0,9 mg serat dan 2,3% bahan mineral : 440 mg
kalsium, 70 mg fosfor, dan besi 7,0 mg/100 g daun. Daun kelor juga mengandung
11.300 IU karoten (prekursor vitamin A), vitamin B, 220 mg vitamin C dan 7,4 mg
tokoferol/100 g daun. Daun kelor juga mengandung substansi estrogenik dan
estrogenik dan esterase pektin. Asam amino essensial yang terdapat dalam protein
daun adalah (/16 g daun)6,0 mg, arginin; 2,0 mg metionin; 4,9 mg treonin; 9,3 mg
leusin; 6,3 mg isoleusin dan 7,1 mg valin (Singh et al. 2012).
Daun kelor (Moringa oleiferaL) memiliki beberapa zat hypotensif,
antikanker, dan anti bakterial antara lain niamicin, pterygospermin. Selain itu daun
kelor (Moringa oleifera L) juga memiliki zat antioksidan antara lain sitosterol dan
glukopyranoside. Berfungsi juga sebagai suplemen yang mempunyai nilai gizi yang
tinggi dan dianggap sebagai suplemen protein dan kalsium. Dari berbagai penelitian
dilaporkan bahwa daun kelor mengandung komposisi vitamin A, B, kalsium, zat besi
dan protein yang tinggi (Sarjono 2008). Sebagai sumber protein, daun kelor memiliki
kandungan asam amino esensial seimbang. Hasil penelitian di Afrika menunjukkan
bahwa daun kelor mengandung vitamin C tujuh kali lebih banyak dari buah jeruk,
mengandung kalsium empat kali lebih banyak dari susu di samping kandungan
11
protein daunnya yang dapat mencapai 43% jika diekstrak dengan ethanol (Analisa
2007).
Upaya pemberian air minum dengan campuran larutan daun kelor pada
ternak harus diperhatikan dosis penggunaannya, hal ini dikhawatirkan dapat
mengganggu kesehatan ternak jika diberikan dengan dosis yang tidak tepat.
Beberapa senyawa yang terkandung di dalam daun kelor baik itu yang bersifat nutrisi
maupun antinutrisi disajikan pada Tabel 5.
Tabel.5 Komposisi kimia dan nutrisi daun kelor
Komposisi Kimia (%) Nilai
Protein kasar ** 25,1-30,29
NDF** 11,40-21,9
ADF** 8,49-11,4
Energi (Kkal/100 kg)* 1440,11
Kadar lemak* 2,11-5,9
Profil asam amino (% BK) **:
Lysine 1,1-1,64
Hystidine 0,6-0,72
Threonine 0,8-1,36
Arginine 1,2-1,78
Methionin 0,30
Mineral:
Ca (%)*,*** 1,91-3,65
Mg(%)*,*** 0,38-0,50
K(%)*,*** 0,97-1,50
Na(%)* 192,95
Fe (ppm)* 107,48
Zn (ppm)* 60,06
P (ppm)* 30,15
Mn (ppm)* 81,65
Cu (ppm)* 6,10
Anti nutrisi *:
Phitat 2,59%
Oxalate 0,45%
Saponin 1,60%
Tannin 21,19%
Tripsin Inhibitor 3,00%
Hydrogen Cyanida (HCN) 0,10%
Total fenolik 2,02%-2,74 %
3.2.2 Alat
Kandang yang digunakan adalah kandang individu yang berukuran panjang
keseluruhan kandang adalah 27,9 m, lebar kandang adalah 5,5 m, dan tinggi total
keseluruhan kandang dari tanah hingga atap adalah 6,35 m. Kandang ayam broiler
ini mampu menampung ayam sebanyak 1500 ekor. lengkap dengan tempat pakan
dan minum. Peralatan lain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu timbangan,
peralatan kebersihan kandang, keranjang dan peralatan yang dibutuhkan lainnya.
dilengkapi tempat pakan dan minum, timbangan digital analitik (Biasanya
memiliki ketelitian 3 atau 4 digit setelah koma).
Alat untuk membuat larutan daun kelor antara lain pisau, panci, kompor, gelas
ukur, timbangan digital kapasitas 1000 g dengan ketelitian 1 g, dan alat dokumentasi.
14
Yij = µ + Ʈi + €ij
Keterangan:
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah IK. 2004. Nutrisi Ayam Petelur. Cetakan 1.Satu Gunungbudi. Bogor.
Anggorodi HR. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
Dhidhik HA, Widiastuti R. 2016. Persentase Karkas dan Giblet Burung Puyuh
Pengaruh Suplementasi Protein dan Serat Kasar Tepung Daun Mengkudu
dalam Pakan Komersial. Journal of Animal and Agronomy Panca Budi
Volume 1 No:2.
Donovan P. 2007. Moringa Oleifera: The Miracle Tree. Www. Natural New.Com
[20 juli 2017].
Lusi L.R.H Dima. Fatimawali. Widya Astuti Lolo 2016. Uji Antibakteri ekstrak
Daun Kelor (Moringa oleivera L) Terhadap Bakteri Escherichia Coli dan
Staphylococcus aureus.
Oludoyi IA, Toye AA. 2012. The Effect of Early Feeding Moringa oleifera Leaf
Meal on Performance of Broiler and Pullet chicks. Agrosearch, 12(2):160-172.
ResnawatiH. 2004. Bobot potong karkas dan lemak abdomen ayam ras
pedagingyang diberi ransum mengandung tepung cacing tanah (Lumbricus
rubellus).Didalam, Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner.Bogor, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.
Sarjono HT. 2008. Efek Penggunaan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera Lam)
dalam Pakan terhadap Persentase Karkas, Persentase Deposisi Daging Dada,
Persentase Lemak Abdominal dan Kolesterol Daging Ayam Pedaging.
Fakultas Bioteknologi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta
SetiadiD, Khaira N, Syahrio T. 2012. Perbandingan bobot hidup, karkas, giblet, dan
lemak abdominal ayam jantan tipe medium dengan strain berbeda yang diberi
ransum komersial broiler.[Skripsi]. Jurusan Peternakan. Fakultas Pertanian.
Universitas Lampung. Lampung.
Sjofjan O. 2008. Efek Penggunaan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) dalam
Pakan terhadap Penampilan Produksi Ayam Pedaging [Skripsi]. Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.
Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Badan Standar Nasional SNI. 2006. Ransum Puyuh Dara Petelur (Quail
Grower).Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.140/4/2009.
Steel RGD, Torrie JH. 1993. Principle and Procedure af Statistic. Mc. Graw-Hill-
Book Co, New York.
Sumarni. 2015. Pengaruh kuantitas ransum terhadap persentase karkas, giblet dan
lemak abdominal ayam broiler. [Skripsi]. Fakultas Peternakan. Universitas
Halu Oleo.Kendari.
Tetty. 2002. Puyuh si Mungil Penuh Potensi. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Tillman AD. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-4. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta
Zaenab AB, Bakrie T, Ramadhan, Nasrulah. 2005. Pengaruh Pemberian Jamu Ayam
terhadap Kualitas Karkas Ayam Buras Potong. Laporan Penelitian Balai Pengkajian
Tekhnologi Pertanian DKI Jakarta. Jakarta.
22