Anda di halaman 1dari 22

1

PROPOSAL PENELITIAN

PERSENTASE KARKAS DAN GIBLET


AYAM BROILER
YANG DIBERI LARUTAN DAUN KELOR ((Moringa olifera )

Oleh :
Etik kelanasari
A.1610288

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR
BOGOR
2018
2

I PENDAHULUAN

I . 1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,


peningkatan pendapatan dan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya gizi bagi
kesehatan tubuh, maka permintaan masyarakat akan arti pentingnya gizi bagi
kesehatan tubuh, maka permintaan masyarakat akan kebutuhan pangan sumber
protein hewani semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya
konsumsi protein hewani (daging, telur, dan susu) dari tahun ke tahun yaitu mulai
2004 hingga 2009 masing-masing adalah 4,15 %; 4,18 %; 4,19 %; 4,18 %; 4,33%;
dan 4,32 % (Dinas Peternakan Provinsi Lampung, 2009). Salah satu pangan sumber
protein hewani yang digemari oleh masyarakat adalah daging ayam. Daging ayam
yang dikonsumsi biasanya berasal dari daging ayam broiler dan daging ayam
kampung. Namun, ketersedian akan ayam kampung masih terbatas dan harganya
relatif mahal. Oleh sebab itu, ada alternatif lain yang digunakan untuk menggantikan
daging ayam kampung yaitu daging ayam broiler.

Produksi daging ayam broiler di Indonesia berkembang dengan pesat. Pada


peternakan komersil biasanya untuk pemeliharaan ayam ini menggunakan obat-
obatan, antibiotik dan vitamin. Penggunaan antibiotik yang terus menerus dengan
dosis kurang tepat akan menimbulkan resistensi. Selain itu bakteri yang ada dalam
saluran pencernaan dapat ikut terbunuh akibat spektrum kerja antibiotik yang luas.
Lebih lanjut residu yang tersisa pada produk bahan pangan asal ternak yang
dikonsumsi juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat.

Daun kelor (Moringa oleifera L) secara umum mengandung beberapa zat


yaitu :
1. Hypotensive (Niacimicin, Pterygospermin) yang berfungsi sebagai anti kanker
dan anti bacterial
2. Zat anti oksidan alami antara lain Sitosterol dan Glukopyranosidyang berfungsi
menjaga struktur makro molekul dasar biologis dan menghambat oksidasi zat
3

yang mudah teroksidasi serta menangkal radikal bebas oksigen reaktif jika
berkaitan dengan penyakit
3. Kandungan karotenoid, selenium, flavonoid dan fenolik dapat memperbaiki
kualitas daging dan produknya serta
4. Berfungsi sebagai suplemen protein yang mempunyai nilai gizi tinggi. Zat aktif
dalam daun kelor mempunyai efek anti bakteri yang diharapkan mampu
meningkatkan kinerja organ dalam dan mencegah kerusakan organ dalam
terutama pancreas sehingga meningkatkan metabolisme dan penyerapan nutrisi
(karbohidrat, lemak dan protein) dalam tubuh ternak untuk proses pertumbuhan
yang menghasilkan keseimbangan antara karkas dan non karkas (Analisa 2007).

Efisiensi penggunaan larutan daun kelor dalam air minum belum memberikan
informasi yang cukup mengenai sejauh mana pengaruh yang diberikan terhadap
karakteristik karkas. Oleh karena itu, perlu adanya kajian lebih lanjut ditinjau dari
persentase bobot karkas dan giblet. Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan
yang dapat diidentifikasi pada penelitian ini adalah daun kelor diketahui
mengandung zat aktif anti oksidan dan anti bakteri yang mampu meningkatkan
kinerja dan mencegah kerusakan organ dalam sehingga berpengaruh terhadap
peningkatan metabolisme dan penyerapan nutrisi dalam tubuh ternak yang dapat
memicu pertumbuhan, dalam hal ini pertumbuhan bobot badan ayam broiler yang
terdiri atas peningkatan bobot karkas dan giblet di mana pada umumnya juga diikuti
dengan proses deposisi lemak abdomen yang berkorelasi positif dengan total lemak
karkas yang dianggap hasil ikutan yang menghamburkan energi dalam ransum yang
menyebabkan penurunan kualitas dan bobot karkas yang dapat dikonsumsi.

1.2 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian larutan daun
kelor dalam air minum terhadap peningkatan persentase karkas dan giblet ayam
broiler.
4

1.3 Hipotesis Penelitian


Hipotesis dari penelitian ini adalah dengan penambahan larutan daun kelor
dalam air minum mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan persentase
karkas dan menurunkan persentase giblet ayam broiler.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat,
khususnya bagi para peternak rakyat mengenai penggunaan larutan daun kelor untuk
memperbaiki persentase karkas dan giblet pada ayam broiler sehubungan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan industri peternakan.
5

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam Broiler

Ayam broiler adalah ayam ras yang produksi utamanya adalah daging. Ayam
ini cepat pertumbuhannya dan penuh dengan timbunan daging yang terutama di
bagian dada maka ayam jenis ini khususnya untuk dipotong dan diambil dagingnya
(Fuad, 1992). Ayam ras adalah jenis ayam-ayam unggul impor yang telah
dimuliabiakan untuk tujuan produksi tertentu (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010).
Ayam broiler dihasilkan melalui perkawinan silang, seleksi, dan rekayasa genetik
yang dilakukan pembibitnya. Ayam broiler merupakan salah satu jenis ayam yang
dipelihara dengan tujuan produksi diambil dagingnya (Yuwanta, 2004). Ayam
broiler memiliki sifat-sifat dan kelebihian dibanding dengan ayam lain antara lain
adalah daging dari ayam broiler empuk, kulit licin dan lunak sedangkan tulang dada
belum membentuk tulang yang keras, ukuran badan yang besar dan bentuk dada
yang lebar padat dan berisi, efisien terhadap makanan cukup tinggi sehingga dari
makanan diubah menjadi daging, pertumbuhan atau pertambahan berat badannya
sangat cepat umur 7-8 minggu ayam bisa mencapai berat kurang lebih 2 kg. Di
dalam waktu yang singkat itu bisa dicapai suatu berat terentu yang jauh lebih besar
dari pada umur yang sama pada ayam petelur ataupun ayam kampung (Anonim,
2005). Ayam broiler yang merupakan hasil perkawinan silang dan sistem
berkelanjutan sehingga mutu genetiknya bisa dikatakan baik. Mutu genetik yang baik
akan muncul secara maksimal apabila ayam tersebut diberi faktor lingkungan yang
mendukung, misalnya pakan yang berkualitas tinggi, sistem perkandangan yang
baik, serta perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Ayam broiler
merupakan ternak yang paling ekonomis bila dibandingkan dengan ternak lain,
kelebihan yang dimiliki adalah kecepatan pertambahan/produksi daging dalam waktu
yang relatif cepat dan singkat atau sekitar 4 - 5 minggu produksi daging sudah dapat
dipasarkan atau dikonsumsi. Keunggulan ayam broiler antara lain pertumbuhannya
yang sangat cepat dengan bobot badan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek,
konversi pakan kecil, siap dipotong pada usia muda serta menghasilkan kualitas
daging berserat lunak. Perkembangan yang pesat dari ayam ras pedaging ini juga
6

merupakan upaya penanganan untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat terhadap


daging ayam.

Kebutuhan zat makanan ayam broiler dapat disajikan pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 1 Kebutuhan zat makanan ayam broiler starter
Zat-zat makanan NRC SNI
Kadar Air (%) 10 Maks. 14
Energi Metabolis (kkal.kg) 3200 Min. 2900
Protein (%) 23 19
Kalsium (%) 1,00 0,90-1,20
Phosfor tersedia (%) 0,45 0,40
Phospor total 0,60-1,00 0,60-1,00
Serat Kasar (%) - Max 6,0
Lemak kasar (%) - Max 8,0
Abu - Max 8,0
Aflatoksin - Max 50 ppb
L lysine 1,10 Min0,90
DL-Methionine 0,50 Min 0,30
Methionin, Sistin 0,90 Min 0,50

Sumber : NRC (1994) ; SNI (2008)

Protein, karbohidrat, vitamin, mineral dan air mutlak harus tersedia dalam
jumlah yang cukup. Kekurangan salah satu nutrisi tersebut maka mengakibatkan
kesehatan terganggu dan menurunkan produktivitas (Listiyowati dan Roospitasari,
2004).
Faktor terpenting dalam pemeliharaan ayam broiler adalah pemberian pakan.
Itulah sebabnya, 70% biaya yang dikeluarkan adalah untuk pakan. Pemberian pakan
yang tepat akan memberikan nutrisi yang dibutuhkan oleh ayam broiler sehingga
dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi yang maksimal.

2.3 Karakteristik Karkas


Karkas unggas pada umumnya dan ayam broiler pada khususnya adalah
bobot tubuh ayam broiler setelah dipotong dan dikurangi kepala, kaki, darah, bulu,
serta organ dalam (Abu bakar 1992). Karkas dibedakan menjadi karkas kosong yaitu
yang telah disembelih dan dikurangi dengan darah, alat tubuh bagian dalam, kepala
dan kaki. Adapun karkas segarnya diisi dengan hati, jantung dan rempela yang telah
7

dibersihkan. Persentase karkas sering digunakan untuk menilai produksi ternak


daging (Priyatno 2003).
Murtidjo, 1987 menyatakan bahwa rata-rata karkas berkisar antara 65-67 %
dari berat hidup pada waktu siap dipotong. Persentase karkas pada unggas umur 7
minggu sekitar 65,7% (betina) dan 65% (jantan). Zaenabet al. (2005) menambahkan
bahwa persentase karkas terdiri dari persentase karkas dada sekitar 23,45–25,5% dan
bagian dada merupakan bagian yang banyak mengandung daging, persentase karkas
paha sekitar 21,80%, persentase dilaporkan oleh Tilman et al.(1998) bahwa
meningkatnya bobot badan unggas diikuti menurunnya kandungan lemak abdominal
yang menghasilkan produksi daging yang tinggi. Sjofjan (2008) menjelaskan bahwa
pertumbuhan bobot hidup berkorelasi positif terhadap bobot hidup ayam broiler yang
dipotong, maka karkasnya akan semakin tinggi pula.

2.4 Giblet
Giblet adalah bagian tubuh unggas yang terdiri dari tiga bagian yaitu gizzard,
hati,dan jantung (Septinovaet al. 2009). Menurut Soeparno (2009) saat ransum
masuk kedalam tubuh akan terjadi proses metabolisme. Proses metabolisme ini akan
mempengaruhi aktivitas kerja gizzard, hati, dan jantung. Unggas akan meningkatkan
kemampuan metabolismenya untuk mencerna serat kasar sehingga meningkatkan
ukuran gizzard, hati, dan jantung (Hetland et al. 2005).

2.4.1 Rampela (Gizzard)


Rampela merupakan organ tubuh terbesar dalam sistem pencernaan unggas
yang berfungsi untuk menggiling dan menghancurkan makanan yang kasar sebelum
masuk kedalam usus (Resnawati 2004). Berat gizzard dipengaruhi oleh kadar serat
kasar ransum, semakin tinggi kadar serat kasar ransum, maka aktifitas gizzard juga
semakin tinggi, sehingga beratnya juga semakin besar (Saputra et al. 2015).
Persentase gizzard dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, bobot badan dan
pakan. Pemberian makanan yang lebih banyak serat kasar akan mengakibatkan
beban gizzard lebih besar untuk mencerna makan, akibatnya urat daging rempela
akan lebih tebal sehingga memperbesar ukuran gizzard (Suyanto et al. 2013).
Persentase rampela berkisar antara 1,81-2,10 % dari bobot tubuh (Resnawati 2004)

2.4.2 Hati
8

Hati merupakan organ terbesar di dalam tubuh. Hati memiliki beberapa


fungsi yaitu pertukaran zat dari protein, lemak, sekresi empedu, detoksifikasi
senyawa-senyawa yang beracun dan ekskresi senyawa-senyawa metabolit yang tidak
berguna lagi bagi tubuh (Amrullah 2004). Hati menerima aliran darah yang
mengandung zat makanan dari arteri hapatik yaitu suatu cabang arteri celiac yang
masuk kedalam porta hati. Aliran darah yang masuk kedalam hati kemungkinan
membawa zat-zat toksik termasuk tumbuhan, fungsi dan produk bakteri serta logam
yang dapat merusak hati (Sumarni 2015).
Fungsi fisiologis hati yaitu sekresi empedu untuk mengemulsi lemak,
penetralisir lemak, penetralisir racun, tempat penyimpanan energi yang siap untuk
dipakai glikogen serta menguraikan hasil sisa protein menjadi asam urat untuk
dikeluarkan oleh ginjal. Senyawa beracun akan mengalami proses detoksifikasi
dalam hati. Senyawa beracun yang berlebihan tentu saja tidak dapat didoktifikasi
seluruhnya. Hal inilah yang dapat mengakibatkan kerusakan dan pembengkakan hati
(Suyanto et al. 20130.

2.4.3 Jantung
Jantung adalah suatu struktur muscular berongga yang bentuknya menyerupai
kerucut yang berfungsi memompakan darah ke dalam bilik-bilik atrial dan kemudian
memompakan darah tersebut dari ventrikel menuju ke jaringan dan kembali lagi.
Katup-katup jaringan terbuka dan tertutup mengikuti urutan yang tepat agar darah
mengalir. Organ ini memungkinkan terjadinya peredaran darah secara efisien
kedalam paru-paru untuk pergantian O2 dan CO2 dalam menyokong proses
metabolisme (Setiadi et al. 2012).
Pembesaran ukuran jantung biasanya diakibatkan oleh adanya penambahan
jaringan otot jantung, pada dinding jantung terjadi penebalan, sedangkan volume
ventrikel relatif menyempit apabila otot menyesuaikan diri pada kontraksi berlebihan
(Suyanto et al. 2013).

2.5 Potensi Daun Kelor (Moringa oleiferaL) sebagai Suplemen dalam air
minum Ayam Broiler
Tumbuhan kelor merupakan salah satu spesies tumbuhan dalam famili
Moringaceae yang tahan tumbuh di daerah kering tropis dan spesies ini merupakan
9

salah satu tanaman di dunia yang sangat bermanfaat, karena semua bagian dari
tanaman seperti daun, bunga dan akar dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan baik
berbagai tujuan baik di bidang medis maupun industri (Sjofjan 2008). Tumbuhan ini
juga sering kali dikonsumsi oleh masyarakat dengan cara diolah menjadi sayur,
tanaman ini selain bernilai nutrisi tinggi juga memiliki cita rasa yang enak serta
sering pula digunakan sebagai obat-obatan untuk pemanfaatan komposisi kimia yang
terdapat di dalamnya.
Kelor tumbuh dalam bentuk pohon, berumur panjang (perenial) dengan tinggi
7-12 m. Batang berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih kotor, kulit tipis,
permukaan kasar. Percabangan simpodial, arah cabang tegak dan miring, cenderung
lurus dan memanjang. Daun majemuk, bertangkai panjang, bersusun berseling
(alternate), beranak daun gasal (imparipinnatus), helai daun saat muda berwarna
hijau muda, setelah dewasa hijau tua, bentuk helai daun bulat telur, panjang 1-2 cm,
lebar 1-2 cm, tipis lemas, ujung dan pangkal tumpul (obtusus), tepi rata, susunan
pertulangan menyirip (pinnate), permukaan atas dan bawah halus. Bunga muncul di
ketiak daun (axillaris), bertangkai panjang, kelopak berwarna putuh agak krem,
menebar aroma khas. Buah kelor berbentuk panjang bersegi tiga, panjang 20-60 cm,
buah muda berwarna hijau setelah itu berwarna coklat kehitaman, berbuah setelah
berumur 12-18 bulan. Akar tunggang, berwarna putih, membesar seperti lobak.
Perbanyakan bisa secara generatif (biji) maupun vegetatif (stek batang). Tumbuh di
dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian ±1000 m dpl (Singh et al.
2012).

Daun kelor sering digunakan sebagai pakan ternak domba, kambing, sapi,
babi, kelinci dan cocok untuk pakan ikan-ikan budidaya seperti gurami. Kulit kayu,
daun dan akar mempunyai bau yang sangat tajam dan menyengat, juga banyak
digunakan untuk merangsang atau meningkatkan pencernaan (Sarjono 2008).
Kelebihan lain dari tanaman ini memiliki kemampuan adaptasi dengan lingkungan
yang baik, dapat tumbuh dengan mudah dan cepat meskipun dengan perbanyakan
tanaman dengan stek batang atau biji. Sehingga penyebarannya lebih mudah.
Toleransi terhadap variasi jenis tanah maupun curah hujan menyebabkan tanaman ini
mudah tumbuh.

Karakteristik khas yang dimiliki tanaman kelor menyebabkan lebih mudah


untuk dikenali dan dibedakan dengan tanaman lainnya. Donovan (2007) menyatakan
10

bahwa tanaman kelor dikenal sebagai tanaman pakan yang tumbuh hingga mencapai
10-12 m, mempunyai dahan dan batang yang rapuh, daun kecil-kecil berbulu
berwarna hijau dengan jumlah yang banyak sepanjang 30 – 60 cm, dengan lebar 0,3–
0,6cm dan panjang 2 cm. Bunga tanaman ini berwarna putih dengan ukuran diameter
2,5 cm, kelopak bunga menggantung dan serbuk sari berwarna putih. Buah kelor
berbentuk memanjang dengan jumlah biji sekitar 20 buah. Adapun klasifikasi
tanaman kelor menurut Cwayita (2014) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Brassicales
Family : Moringaceae
Genus : Moringa
Species : Moringa oleifera, Lam
Daun kelor kaya asam askorbat, asam amino, sterol, glukosida, isoquarsetin,
karoten, ramentin, kaemperol dan kaemferitin. Hasil analisis nutrien juga
melaporkan adanya kandungan senyawa-senyawa berikut : 6,7 mg protein, 1,7 mg
(ekstrak eter), 13,4 mg karbohidrat, 0,9 mg serat dan 2,3% bahan mineral : 440 mg
kalsium, 70 mg fosfor, dan besi 7,0 mg/100 g daun. Daun kelor juga mengandung
11.300 IU karoten (prekursor vitamin A), vitamin B, 220 mg vitamin C dan 7,4 mg
tokoferol/100 g daun. Daun kelor juga mengandung substansi estrogenik dan
estrogenik dan esterase pektin. Asam amino essensial yang terdapat dalam protein
daun adalah (/16 g daun)6,0 mg, arginin; 2,0 mg metionin; 4,9 mg treonin; 9,3 mg
leusin; 6,3 mg isoleusin dan 7,1 mg valin (Singh et al. 2012).
Daun kelor (Moringa oleiferaL) memiliki beberapa zat hypotensif,
antikanker, dan anti bakterial antara lain niamicin, pterygospermin. Selain itu daun
kelor (Moringa oleifera L) juga memiliki zat antioksidan antara lain sitosterol dan
glukopyranoside. Berfungsi juga sebagai suplemen yang mempunyai nilai gizi yang
tinggi dan dianggap sebagai suplemen protein dan kalsium. Dari berbagai penelitian
dilaporkan bahwa daun kelor mengandung komposisi vitamin A, B, kalsium, zat besi
dan protein yang tinggi (Sarjono 2008). Sebagai sumber protein, daun kelor memiliki
kandungan asam amino esensial seimbang. Hasil penelitian di Afrika menunjukkan
bahwa daun kelor mengandung vitamin C tujuh kali lebih banyak dari buah jeruk,
mengandung kalsium empat kali lebih banyak dari susu di samping kandungan
11

protein daunnya yang dapat mencapai 43% jika diekstrak dengan ethanol (Analisa
2007).
Upaya pemberian air minum dengan campuran larutan daun kelor pada
ternak harus diperhatikan dosis penggunaannya, hal ini dikhawatirkan dapat
mengganggu kesehatan ternak jika diberikan dengan dosis yang tidak tepat.
Beberapa senyawa yang terkandung di dalam daun kelor baik itu yang bersifat nutrisi
maupun antinutrisi disajikan pada Tabel 5.
Tabel.5 Komposisi kimia dan nutrisi daun kelor
Komposisi Kimia (%) Nilai
Protein kasar ** 25,1-30,29
NDF** 11,40-21,9
ADF** 8,49-11,4
Energi (Kkal/100 kg)* 1440,11
Kadar lemak* 2,11-5,9
Profil asam amino (% BK) **:
Lysine 1,1-1,64
Hystidine 0,6-0,72
Threonine 0,8-1,36
Arginine 1,2-1,78
Methionin 0,30
Mineral:
Ca (%)*,*** 1,91-3,65
Mg(%)*,*** 0,38-0,50
K(%)*,*** 0,97-1,50
Na(%)* 192,95
Fe (ppm)* 107,48
Zn (ppm)* 60,06
P (ppm)* 30,15
Mn (ppm)* 81,65
Cu (ppm)* 6,10
Anti nutrisi *:
Phitat 2,59%
Oxalate 0,45%
Saponin 1,60%
Tannin 21,19%
Tripsin Inhibitor 3,00%
Hydrogen Cyanida (HCN) 0,10%
Total fenolik 2,02%-2,74 %

Keterangan: * Ogbe et al. (2012), **


Moyo et al. (2011), ***
Cwayita (2014)

2.5.1 Penggunaan Kelor untuk Pakan Ternak


Selain digunakan untuk bahan makanan, daun kelor telah dilaporkan menjadi
sumber yang kaya akan makronutrien maupun mikronutrien yang juga mengandung
β-karoten, protein, vitamin C, kalsium dan kalium dan bertindak sebagai sumber
antioksidan alami (Luqman et al. 2012).
12

Sejumlah khasiat obat dihubungkan dengan berbagai bagian dari M. Oleifera


telah diakui oleh sistem pengobatan Ayurveda dan Unani. Penerapan tanaman ini
telah ditemukan secara luas dalam pengobatan penyakit kardiovaskular antara lain
dalam akar, daun gum, bunga dan infus biji mengandung glikosida nitril, mustard
oil, dan glikosida tiokarbamat sebagai kandungan kimia yang dianggap bertanggung
jawab untuk aktivitas diuretik, menurunkan kolesterol, antiulser, hepatoproktetif dan
sebagai pelindung kardiovaskular.
Tanaman ini memiliki aktivitas antimikroba karena mengandung
pterigospermin sebagai komponen utama. Ekstrak daun segar diketahui menghambat
pertumbuhan patogen pada manusia (Staphilococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa). Kandungan kimia dari berbagai bagian pohon seperti : niazimin,
niaiminin, berbagai karbamat dan tiokarbamat telah menunjukkan aktivitas antitumor
in vitro. Bagian bunga menunjukkan aktivitas hepatoprotektif yang efektif. Karena
adanya efek kuarsetin. Biji dapat digunakan sebagai biosorben untuk menghilangkan
kadmium dari medium cair dan merupakan salah satu koagulan alami. Kelor juga
dianggap sebagai antipiretik dan dilaporkan menunjukkan aktivitas antimikroba
(Luqman et al. 2012).

III MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan pada Oktober - November 2018. Penelitian
dilakukan di Laboratorium Taman Teknologi Pertanian Cigombong yang berlokasi
di Cigombong kabupaten Jawa Barat.
13

3.2 Bahan dan Alat Penelitian


3.2.1 Bahan

Penelitian ini menggunakan 80 ekor ayam broiler umur 1 minggu dengan


syarat : sehat, mata cerah, tidak cacat, bergerak aktif, ekstrak daun kelor, pakan.
Pakan yanag digunakan menggunakan pakan komplit dari UD. Golden Egg yang
dalam bentuk butiran dan ekstrak daun kelor yang disusun sesuai perlakuan, serta
menggunakan vitachik untuk mmbantu
pertumbuhan, gula pasir untuk mengembalikan tenaga DOC, dan anti septik untuk
mencegah berkembangnya bakteri.

3.2.2 Alat
Kandang yang digunakan adalah kandang individu yang berukuran panjang
keseluruhan kandang adalah 27,9 m, lebar kandang adalah 5,5 m, dan tinggi total
keseluruhan kandang dari tanah hingga atap adalah 6,35 m. Kandang ayam broiler
ini mampu menampung ayam sebanyak 1500 ekor. lengkap dengan tempat pakan
dan minum. Peralatan lain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu timbangan,
peralatan kebersihan kandang, keranjang dan peralatan yang dibutuhkan lainnya.
dilengkapi tempat pakan dan minum, timbangan digital analitik (Biasanya
memiliki ketelitian 3 atau 4 digit setelah koma).
Alat untuk membuat larutan daun kelor antara lain pisau, panci, kompor, gelas
ukur, timbangan digital kapasitas 1000 g dengan ketelitian 1 g, dan alat dokumentasi.
14

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan rancangan percobaan rancangan acak

lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dengan 5 ulangan (masing-masing 4 ekor)

sehingga digunakan 80 ekor ayam broiler. Perlakuan adalah memberikan ekstrak

daun kelor. Perlakuan penelitian adalah sebagai berikut:

R0= Air minum tanpa pemberian ekstrak daun kelor.

R1= Air minum 90% dengan 10 % ekstrak daun kelor.

R2= Air minum 80% dengan 20 % ekstrak daun kelor.

R3= Air minum 70% dengan 30% ektrak daun kelor.

Pemberian air minum ad-libitum. , sedangkan daun kelor diperoleh dari

Institut Pertanian Bogor.

Model matematika yang digunakan untuk rancangan acak lengkap adalah :

Yij = µ + Ʈi + €ij

Keterangan:

i = 1,2,3.......i adalah perlakuan

j = 1,2,3.......j adalah ulangan

Yij = variabel respon dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ = rataan umum atau nilai tengah umum

Ʈi = pengaruh perlakuan ke-i


€ij = galat perlakuan ke-i dan ke-j
15

3.4 Peubah Penelitian


Peubah yang diamati pada penelitian ini meliputi:

1. Bobot Potong (g).


Pengukuran bobot hidup akhir dilakukan pada umur 4 bulan (28 minggu),
sampel sebanyak 2 ekor dari setiap unit petak kandang percobaan diambil secara
acak, kemudian dilakukan penimbangan bobot hidup satu persatu sebagai bobot
hidup akhir sebelum dipotong dengan menggunakan satuan gram.
2. Bobot Karkas (g).
Karkas dapat diidentifikasikan dengan cara melakukan pemotongan
sebelumnya. Pemotongan ayam broiler dilakukan dengan cara menyembelih
bagian atas leher dekat kepala dengan memotong vena jugularis, arteri carotis,
esophagus dan trachea.Karkas didefinisikan sebagai bagian tubuh dari ternak
unggas yang disembelih, dicabut bulunya, dikeluarkan isi rongga perut dan
dibersihkan tanpa bagian leher, kepala dan kaki.Berat karkas utuh adalah berat
karkas secara keseluruhan yang terdiri atas bagian dada, paha, punggung dan
sayap.

3. Persentase Karkas (%)


dapat diukur dengan membandingkan berat ayam broiler tanpa bulu, darah,
kepala, leher, kaki dan organ dalam dalam satuan gram dengan bobot hidup
(gram) kemudian dikalikan 100.
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑛𝑜𝑛 𝑘𝑎𝑟𝑘𝑎𝑠 (𝑔)
Persentase karkas (%) = 𝑋100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝

4. Persentase Giblet (%)


Pengukuran giblet dilakukan dengan menimbang bagian-bagian yang telah
dipisahkan dari karkas setelah pemotongan, terdiri atas: rampela (gizzard),
hati,dan jantung dengan menggunakan satuan gram. Cara mendapatkan bagian-
bagian giblet adalah masing-masing dilepas dari organ lain. Persentase giblet
yang akan diambil datanya yaitu dengan perbandingan berat giblet dengan bobot
potong dan dinyatakan dalam persen (%).
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑔𝑖𝑏𝑙𝑒𝑡 (𝑔)
Persentase bagian giblet (%) = 𝑋100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑜𝑡𝑜𝑛𝑔 (𝑔)
16

3.5 Prosedur Penelitian


3.5.1 Persiapan Kandang dan Peralatan Kandang
Kandang dibersihkan dan dicuci dengan desinfektan berspektrum luas
mengandung Glutaraldehide 30%, Benzylmethylamonium Chlorida 20 % dan
Isopropanol 10% (dosis 2.5–10 ml/liter air). Setelah kandang bersih, maka kandang
dan litternya ditaburi kapur/gamping. Kandang didiamkan (istirahat kandang) selama
2 minggu. Kemudian dicuci dan disemprot lagi dengan larutan desinfektan. Setelah
kandang disucihamakan dengan penyemprotan disinfektan kandang di angin-
anginkan selama 6-12 jam sampai air sisa penyemprotan disinfektan kering,
selanjutnya ayam broiler bisa di tempatkan di kandang tersebut.
Tempat pakan, tempat minum (gallon minum 500 ml), papan penampung
eskreta, disemprot menggunakan Desinfektan mengandung Ammonium Quat yang
setiap ml mengandung Benzalkonium Chloride 20%. Desinfektan tersebut
memberikan indikasi membunuh virus, bakteri dan jamur.

3.5.2 Persiapan Ternak


Ternak yang digunakan adalah 80 ekor ayam broiler. Ayam harus sehat
dengan ciri-ciri: tubuh tidak cacat, kaki kiri dan kanan tidak bengkok, paruh simetris
dan kondisinya normal, ukuran tubuh normal (tidak terlalu besar maupun terlalu
kecil, dan berat badannya proporsional), memiliki bulu tubuh yang kering, bulu
tubuh merata, tidak lengket atau gembel, lincah, sehat, mata cerah dan bercahaya,
serta kalau berdiri terlihat kokoh.
Ayam ditempatkan pada koloni/petak kandang perlakuan secara acak sesuai
rancangan acak lengkap. Penempatan ayam broiler di acak berdasarkan hasil
pengacakan diikuti dengan masing-masing perlakuannya. Masing-masing koloni/
petak kandang di isi 4 ekor ayam broiler dengan umur dan berat rataan yang
seragam. Ayam broiler dipelihara dalam kandang selama penelitian. Sebelum
memasuki tahap perlakuan, ayam broiler diadaptasikan dengan lingkungan
penelitian. Adaptasi dilakukan selama 3 hari dengan perlakuan yang akan diujikan.
17

3.5.3 Pembuatan Larutan Daun Kelor


Daun kelor yang digunakan adalah daun kelor segar. Prosedur
pembuatan larutan daun kelor menurut Departemen Pertanian (2016) yaitu:
1. Daun kelor yang digunakan adalah daun segar dari tanaman kelorminimal umur
3 tahun yang masih segar berwarna hijau tanpa cacat.
2. Daun kelor dipisahkan dari ranting dan tangkainya, daun yang kuning, berbintik
putih, masih muda atau rusak dibuang.
3. Daun kelor segar dicuci untuk menghilangkan kotoran dan debu.
4. Daun kelor ditimbang kemudian diiris kecil, ditambah dengan 100 ml air,
kemudian direbus selama 20 – 30 menit dengan api kecil.
5. Rebusan daun kelor didinginkan dan disaring, siap untuk dicampurkan dengan
air minum sesuai perlakuan.

3.5.4 Pemeliharaan Ayam Broiler


Pemberian ransum diberikan secara adlibitum. Pemberian pagi dimulai pukul
07.00 WIB. Air minum yang akan digunakan pada penelitian ini adalah air minum
yang diberi perlakuan larutan daun kelor. Pemberian air minum sesuai perlakuan
diberikan secara adlibitum. Cara pemberian air minum berdasarkan perlakuan
masing-masing adalah sebagai berikut:

R0= Air minum tanpa pemberian ekstrak daun kelor.

R1= Air minum 90% dengan 10 % ekstrak daun kelor.

R2= Air minum 80% dengan 20 % ekstrak daun kelor.

R3= Air minum 70% dengan 30% ektrak daun kelor.

3.5.5 Penyembelihan Ayam broiler


Pada akhir penelitian, setelah ayam broiler mencapai 3 minggu, ditimbang
untuk mendapatkan bobot hidup. Sebelum dilakukan penyembelihan , ayam broiler
tidak diberi ransum atau dipuasakan selama 3–4 jam kemudian di timbang kembali
untuk memperoleh bobot potong (Genchev dan Mihaylova 2008). Selanjutnya
dikatakan Soeparno (1992) bahwa maksud unggas dipuasakan agar diperoleh bobot
tubuh kosong dan mempermudah proses pemotongan. Sebelum dilakukan
pemotongan, ayam broiler ditimbang dan dari masing-masing ulangan diambil
18

sampel secara acak 2 ekor dari masing-masing perlakuan. Pemotongan dilakukan


dengan cara memotong leher bagian cervical, semua pembuluh darah, tenggorokan
dan oesophagus terpotong agar pendarahan sempurna. Ayam broiler yang telah
dipotong digantung supaya darahnya keluar secara sempurna. Langkah selanjutnya
ditimbang kembali.
3.5.6 Pengambilan Data Karkas dan Giblet
Pengambilan data karkas dan giblet diambil sampling 2 ekor dari masing-
masing perlakuan; yaitu dari 20 petak kandang di ambil 2 ekor ayam broiler secara
acak sederhana untuk di potong. Jumlah sampel sebanyak 40 sampel. Sedangkan
untuk mendapatkan berat bagian giblet (rampela (gizzard), hati dan jantung) sebelum
melakukan pemotongan bagian karkas, pengeluaran atau pemisahan isi jeroan dan
bagian giblet dipisahkan dan di timbang. Persentase giblet yang akan diambil
datanya yaitu perbandingan rampela (gizzard),hati dan jantung dengan bobot potong
yang dinyatakan dalam persen
19

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar. 1992. Grading Karkas Broiler.Prosiding.Seminar Ikatan


SarjanaPeternakan Indonesia ( ISPI ). Bogor. hal. 12 – 14.

Amrullah IK. 2004. Nutrisi Ayam Petelur. Cetakan 1.Satu Gunungbudi. Bogor.

Analisa L. 2007. Efek Penggunaan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera)dalam


Pakan terhadap Berat Organ Dalam, Glukosa Darah dan Kolesterol Darah
Ayam Pedaging. [Skripsi]. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang.

Anggorodi HR. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta

Cwayita W. 2014. Effects of Feeding Moringa Oleifera Leaf Meal as an Additive on


Growth Performance of Chicken, Physico- Chemical shelf-life Indikator, Fatty
Acids Profiles and Lipid Oxidation of Broiler Meat.Master Thesis Fakulty of
Science and Agriculture, University Fort Hare, Alice, South Africa.

Dhidhik HA, Widiastuti R. 2016. Persentase Karkas dan Giblet Burung Puyuh
Pengaruh Suplementasi Protein dan Serat Kasar Tepung Daun Mengkudu
dalam Pakan Komersial. Journal of Animal and Agronomy Panca Budi
Volume 1 No:2.

Donovan P. 2007. Moringa Oleifera: The Miracle Tree. Www. Natural New.Com
[20 juli 2017].

Hetland H, Svihus B, Choctt M. 2005. “Role of Insoluble Fiber on Gizzard Activity


In Layers”. Journal Applying Poultry. 14: 38-46.

Lusi L.R.H Dima. Fatimawali. Widya Astuti Lolo 2016. Uji Antibakteri ekstrak
Daun Kelor (Moringa oleivera L) Terhadap Bakteri Escherichia Coli dan
Staphylococcus aureus.

Luqman S, Suchita S, Ritesh K, Anil KM, Debabrata C. 2012. Experimental


Assessment of Moringa oleifera Leaf and Fruit for Its Antistress,
Antioxidant, and Scavenging Potential Using In Vitro and In Vivo. UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Assays. Hindawi Publishing Corporation
Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine : 1-12.

MoyoB,Oyedemi SPJ, Masika,Muchenje V. 2011. Polyphenolic Content and


antioxidant Properties of Moringa oleifera leaf Meal Extracts and Enzymatic
Activity of liver from goat pupplemented with Moringa oleifera /sunflower
cake .meat Sci 02:29

[National Research Centre]. 1997. Nutrient Requirenments of Poultry 9 ed. National


Academy Press, Washington DC.
20

Nuraeni.2016. Pengaruh Pemberian Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) dalam


Ransum terhadap Karakteristik Karkas dan giblet Broiler. [Skripsi].
Universitas Hasanudin. Makasar.

OgbeAO, Affiku JP.2012. Effect of Polyherbal Aqueous Extract (Moringa oleifera,


Arabic Gum,)and Wild Ganoderma lucidum) in Comparison with Antibiotic on
Growth Performance and Haematological Parameters of Broiler Chicken,
Res.J. Recent SSci, 1(7): 10-18.

Oludoyi IA, Toye AA. 2012. The Effect of Early Feeding Moringa oleifera Leaf
Meal on Performance of Broiler and Pullet chicks. Agrosearch, 12(2):160-172.

Prihayanti.2014. Potensi Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) sebagai Suplemen


Beta Karoten untuk Menghasilkan Telur Puyuh yang Kaya Oksidan.Institut
Pertanian Bogor. Bogor

Priyatno MA. 2003. Mendirikan Usaha Pemotongan Ayam. Penebar Swadaya.


Jakarta.

ResnawatiH. 2004. Bobot potong karkas dan lemak abdomen ayam ras
pedagingyang diberi ransum mengandung tepung cacing tanah (Lumbricus
rubellus).Didalam, Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner.Bogor, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.

SaputraHT, Khaira N,Dian S. 2015. Pengaruh penggunaan berbagai jenis litter


terhadap bobot hidup, karkas, giblet, dan lemak abdominal broiler fase finisher
di closed house. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 3(1):38-44.

Sarjono HT. 2008. Efek Penggunaan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera Lam)
dalam Pakan terhadap Persentase Karkas, Persentase Deposisi Daging Dada,
Persentase Lemak Abdominal dan Kolesterol Daging Ayam Pedaging.
Fakultas Bioteknologi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Septinova DT, Kurtini N, Purwaningsih, Riyanti. 2009. Pemanfaatan limbah udang


terolah dalam ransum terhadap bobot hidup, karkas, giblet dan lemak
abdominal broiler. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 3(1): 85-91.

SetiadiD, Khaira N, Syahrio T. 2012. Perbandingan bobot hidup, karkas, giblet, dan
lemak abdominal ayam jantan tipe medium dengan strain berbeda yang diberi
ransum komersial broiler.[Skripsi]. Jurusan Peternakan. Fakultas Pertanian.
Universitas Lampung. Lampung.

Sjofjan O. 2008. Efek Penggunaan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) dalam
Pakan terhadap Penampilan Produksi Ayam Pedaging [Skripsi]. Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.

Singh GP, Rakesh G, Sudeep B, Kumar S. 2012. Anti-inflammatory Evaluation of


Leaf Extract of Moringa oleifera. Journal of Pharmaceutical and
Scientific Innovation, 1(1); 22-24

Sitorus, Jaso Parson PAG.2009. Pemanfaatan Pemberian Tepung Cangkang Telur


Ayam Ras dalam Ransum terhadap Performan Burung Puyuh (Coturnix-
21

coturnix Japonica) umur 0-42 hari.[Skripsi]. Fakultas Pertanian Universitas


Sumatra Utara. Medan.

Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Badan Standar Nasional SNI. 2006. Ransum Puyuh Dara Petelur (Quail
Grower).Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.140/4/2009.

Steel RGD, Torrie JH. 1993. Principle and Procedure af Statistic. Mc. Graw-Hill-
Book Co, New York.

Sumarni. 2015. Pengaruh kuantitas ransum terhadap persentase karkas, giblet dan
lemak abdominal ayam broiler. [Skripsi]. Fakultas Peternakan. Universitas
Halu Oleo.Kendari.

SuyantoD, Achmanu, Muharlien. 2013. Penggunaan tepung kemangi (ocimum


basilicum) dalam pakan terhadap bobot karkas, presentase organ dalam dan
kolesterol daging pada ayam pedaging. [Skripsi]. Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya. Malang.

Tetty. 2002. Puyuh si Mungil Penuh Potensi. Jakarta: Agro Media Pustaka.

Tillman AD. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-4. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta

WinedarH, ListyawatiS, Sutarno. 2004. Daya Cerna Protein Pakan Kandungan


Protein Daging dan Pertambahan Berat Badan Ayam Broiler Setelah
Pemberian Pakan yang difermentasi dengan Effective microorganism-4 (EM4).
UNS. Surakarta

Wahyu. 2005. Bahan pakan unggas nonkonvensional. Penebar Swadaya. Jakarta.

Zaenab AB, Bakrie T, Ramadhan, Nasrulah. 2005. Pengaruh Pemberian Jamu Ayam
terhadap Kualitas Karkas Ayam Buras Potong. Laporan Penelitian Balai Pengkajian
Tekhnologi Pertanian DKI Jakarta. Jakarta.
22

Anda mungkin juga menyukai