“Pengawetan Suhu Rendah dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Gizi dan Mutu
Pangan”
Di Susun Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesempatan serta kesehatan kepada kami semua, sehingga saya dapat menyusun serta
menyelesaikan makalah ini dalam rangka melengkapi tugas makalah mata kuliah
EVALUASI GIZI.
Makalah ini dibuat untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan saya tentang
“Pengawetan Suhu Rendah dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Gizi dan Mutu pangan”.
Meskipun demikian, besar harapan saya terhadap kesempurnaan, saya mohon maaf
apabila dalam penyajian makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Pengolahan dan pengawetan bahan makanan memiliki interelasi
terhadap pemenuhan gizi masyarakat, maka tidak heran jika semua negara baik
negara maju maupun berkembang selalu berusaha untuk menyediakan suplai pangan
yang cukup, aman dan bergizi. Salah satunya dengan melakukan berbagai cara
pengolahan dan pengawetan pangan yang dapat memberikan perlindungan terhadap
bahan pangan yang akan dikonsumsi.
Salah satu pengawetan yang akan kita bahas pada makalah saat ini adalah
pengawetan dengan suhu rendah. Pengawetan dengan suhu rendah merupakan salah
satu metode pengawetan bahan pangan dengan menyimpan dan mempertahankan
suhu bahan pada titik bekunya. Dengan membekunya sebagian kandungan air bahan
atau dengan terbentuknya es, maka kegiatan enzim dan jasad renik dapat dihambat
atau dihentikan sehingga dapat mempertahankan mutu bahan pangan.
Berikut akan dibahas lebih rinci tentang pengawetan bahan makanan dengan
mengunakan metode pengawetan suhu rendah (pendiginan dan pembekuan) dalam
beberapa kelompok bahan makanan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh pendinginan dan pembekuan terhadap nilai gizi pangan ?
2. Bagaimana pengaruh pendinginan dan pembekuan terhadap mutu pangan ?
3. Apa saja produk-produk pangan hasil pendinginan dan pembekuan dilihat dari
kelompok bahan makanan, serta pengaruh pendinginan atau pembekuan terhadap
nilai gizi dan mutu ?
4. Bagaimana pengemasan yang baik dan benar setelah pengawetan untuk setiap
golongan bahan makanan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendinginan dan pembekuan terhadap nilai
gizi pangan.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendinginan dan pembekuan terhadap mutu
pangan.
3. Untuk mengetahui apa saja produk-produk pangan hasil pendinginan dan pembekuan
dilihat dari kelompok bahan makanan, serta pengaruh pendinginan atau pembekuan
terhadap nilai gizi dan mutu.
4. Untuk mengetahui bagaimana pengemasan yang baik dan benar setelah pengawetan
untuk setiap golongan bahan makanan.
D. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini agar seluruh masyarakat umum dapat
mengetahui bagaimana pengaruh pendinginan dan pembekuan terhadap nilai gizi dan
mutu suatu pangan, mengetahui produk-produk hasil pengawetan suhu rendah, serta
mengetahui bagaimana pengemasan yang baik dan benar untuk setiap bahan makanan
yang diawetkan. Serta manfaatnya bagi mahasiswa khususnya mahasiswa jurusan gizi
agar dapat menambah wawasan yang lebih luas lagi terhadap pengawetan bahan
pangan dengan metode pengawetan suhu rendah.
BAB II
PEMBAHASAN
6. Telur
Menurut Bobyda (2009) di suhu kamar, telur ayam kampung hanya
mempunyai masa simpan lebih pendek yaitu delapan hari sedangkan pada suhu
chilling bisa bertahan sampai tiga minggu, menurut Fardiaz (1993) hal ini disebabkan
Karena penyimpan telur pada suhu chilling dapat memperlambat reaksi metabolisme
dan pertumbuhan bakteri dibanding di suhu kamar kecepatan metabolisme dan
pertumbuhan bakteri dipercepat. Penyimpanan telur ayam kampung pada suhu
chilling mempunyai angka lempeng total bakteri lebih sedikit dibandingkan
penyimpanan pada suhu kamar.
Telur segar bisa dipertahankan mutunya dalam relative waktu yng lama bila
disimpan didalam ruangan dingin yng mempunyai kelembaban sekitar 80-90 % serta
kecepatan peredaran udara sekitar 1-1,5 m/s. dalam hal ini telur bisa disimpan sedekat
mungkin di atas titik beku telur yakni -20oC. suhu yang rendah ini akan
memperlambat hilangnya kadar CO2 serta air didalam telur dan penyebaran air sari
putih ke kuning telur.
Pengemasan telur dapat dilakukan secara kering dengan menggunakan bahan-
bahan seperti sekam, pasir dan serbuk gergaji. Jika pengemasnya padat, cara ini akan
memperlambat hilangnya air dan CO2. Kelemahan cara ini adalah manambah berat
dan volume, yang dapat menaikkan ongkos angkut dan ruang penyimpanan.
Disamping itu, pengemasan kering tidak banyak memberikan perlindungan terhadap
mikroba selama penyimpanan.
· kelenturan kemasan harus dapat melindungi isi dari kontaminasi udara luar,
· kemasan harus dapat tahan dalam suhu yang panas maupun dingin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh pendinginan dan
pembekuan terhadap nilai gizi yaitu denaturasi protein serta menurunnya kadar
vitamin C dalam suatu bahan pangan. Sedangkan, pengaruh suhu rendah terhadap
mutu bahan pangan sangat beragam, mulai dari penyimpanan yang meningkatkan
mutu hingga kerusakan yang ditimbulkan akibat suhu yang sangat rendah, tergantung
dari bahan pangan yang di awetkan.
Pengemasan setiap bahan pangan sangat beragam juga, dilihat dari jenis bahan
pangan yang akan dikemas, lama penyimpanan, serta tingkatan suhu untuk proses
penyimpanan mulai dari pendinginan hingga pembekuan.
B. Saran
Dari hasil penjelasan makalah ini disarankan untuk memilah serta
mencocokkan bahan pangan yang akan disimpan dalam jangka waktu yang lama agar
sesuai dengan suhu untuk proses penyimpanan serta pengemasan yang baik dan benar
dalam setiap bahan pangan.
DAFTAR PUSTAKA
IPB. Pengaruh pengemasan dan suhu terhadap daya simpan buah naga super merah
(Hylocereus costaricensis). Diambil dari link :
http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/46675/6/A11ppu_BA
B%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf (03 Maret 2018)
Nurhayati Safaryani, dkk. 2007. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan terhadap
Penurunan Kadar Vitamin C Brokoli ( Brassica oleracea L). Buletin
Anatomi dan Fisiologi. Vol. XV, No.2, Oktober 2007. Diambil dari :
file:///D:/69256-ID-pengaruh-suhu-dan-lama-penyimpanan-terha.pdf (19
Maret 2018)
HARDIANTO, dkk. 2012. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas
Telur Ayam Kampung Ditinjau dari Angka Lempeng Total Bakteri.
Indonesia Medicus Veterinus 2012 1(1) : 71-84 ISSN : 2301-7848. Lab
Kesehatan Masyarakat Veteriner, Lab Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Udayana. Jl. P.B. sudirman. Diambil dari link :
file:///C:/Users/Intel/Downloads/647-1-838-1-10-20120709.pdf (20 Maret
2018)