Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH EVALUASI GIZI

“Pengawetan Suhu Rendah dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Gizi dan Mutu
Pangan”

Di Susun Oleh :

SRI WULAN ANGGRAINI ANGGRAINI (J1A016097)


NONIK SALWINDA (J1A016081)
SUSI APRILIANTI (J1A016099)
NOVIA RIZKI WARISMAYATI (J1A016083)
DEWI FITRI NURAFUDIN (J1A016019)
NURUL MAYASARI (J1A016085)
SELA NOVITA SARI (J1A016095)
KETUT DETA RASTIKA (J1A0160470
EVA VATIMAH (J1A016031)
ELMIA KHARISMA ARSYI (J1A016027)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesempatan serta kesehatan kepada kami semua, sehingga saya dapat menyusun serta
menyelesaikan makalah ini dalam rangka melengkapi tugas makalah mata kuliah
EVALUASI GIZI.
Makalah ini dibuat untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan saya tentang
“Pengawetan Suhu Rendah dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Gizi dan Mutu pangan”.
Meskipun demikian, besar harapan saya terhadap kesempurnaan, saya mohon maaf
apabila dalam penyajian makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.

Mataram, 08 April 2019

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Pengolahan dan pengawetan bahan makanan memiliki interelasi
terhadap pemenuhan gizi masyarakat, maka tidak heran jika semua negara baik
negara maju maupun berkembang selalu berusaha untuk menyediakan suplai pangan
yang cukup, aman dan bergizi. Salah satunya dengan melakukan berbagai cara
pengolahan dan pengawetan pangan yang dapat memberikan perlindungan terhadap
bahan pangan yang akan dikonsumsi.
Salah satu pengawetan yang akan kita bahas pada makalah saat ini adalah
pengawetan dengan suhu rendah. Pengawetan dengan suhu rendah merupakan salah
satu metode pengawetan bahan pangan dengan menyimpan dan mempertahankan
suhu bahan pada titik bekunya. Dengan membekunya sebagian kandungan air bahan
atau dengan terbentuknya es, maka kegiatan enzim dan jasad renik dapat dihambat
atau dihentikan sehingga dapat mempertahankan mutu bahan pangan.
Berikut akan dibahas lebih rinci tentang pengawetan bahan makanan dengan
mengunakan metode pengawetan suhu rendah (pendiginan dan pembekuan) dalam
beberapa kelompok bahan makanan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh pendinginan dan pembekuan terhadap nilai gizi pangan ?
2. Bagaimana pengaruh pendinginan dan pembekuan terhadap mutu pangan ?
3. Apa saja produk-produk pangan hasil pendinginan dan pembekuan dilihat dari
kelompok bahan makanan, serta pengaruh pendinginan atau pembekuan terhadap
nilai gizi dan mutu ?
4. Bagaimana pengemasan yang baik dan benar setelah pengawetan untuk setiap
golongan bahan makanan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendinginan dan pembekuan terhadap nilai
gizi pangan.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendinginan dan pembekuan terhadap mutu
pangan.
3. Untuk mengetahui apa saja produk-produk pangan hasil pendinginan dan pembekuan
dilihat dari kelompok bahan makanan, serta pengaruh pendinginan atau pembekuan
terhadap nilai gizi dan mutu.
4. Untuk mengetahui bagaimana pengemasan yang baik dan benar setelah pengawetan
untuk setiap golongan bahan makanan.

D. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini agar seluruh masyarakat umum dapat
mengetahui bagaimana pengaruh pendinginan dan pembekuan terhadap nilai gizi dan
mutu suatu pangan, mengetahui produk-produk hasil pengawetan suhu rendah, serta
mengetahui bagaimana pengemasan yang baik dan benar untuk setiap bahan makanan
yang diawetkan. Serta manfaatnya bagi mahasiswa khususnya mahasiswa jurusan gizi
agar dapat menambah wawasan yang lebih luas lagi terhadap pengawetan bahan
pangan dengan metode pengawetan suhu rendah.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengaruh Pendinginan dan Pembekuan Terhadap Nilai Gizi Pangan


1. Denaturasi protein
Denaturasi protein berarti putusnya sejumlah ikatan air dan berkurangnya
kadar protein yang dapat diekstrasi dengan larutan garam. Gejala denaturasi protein
terjadi pada daging, ikan, dan produk-produk air susu. Proses denaturasi
menimbulkan perubahan-perubahan rasa dan bau, serta perubahan konsistensi (daging
menjadi liat atau kasap). Semua bahan yang dibekukan, kecuali es krim, sebelum
dikonsumsi dilakukan “thawing”, maka untuk bahan yang telah mengalami denaturasi
protein pada waktu pencairan kembali, air tidak dapat diabsorpsi (diserap) kembali.
2. Lemak
Semakin tinggi suhu semakin meningkat kadar lemak dalam suatu bahan
karena proses menggoreng menyebabkan kandungan lemak bahan pangan mengalami
kenaikan disebabkan oleh adanya minyak goreng yang terserap pada bahan pangan
tersebut yang mengakibatkan kadar lemak bertambah. Namun, semakin rendah suhu
penyimpanan suatu pangan, semakin menurun kadar lemak dalam suatu bahan.
3. Vitamin
Semakin tinggi suhu maka kandungan vitamin C semakin menurun.
Sedangkan lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan vitamin
C tetapi semakin lama penyimpanan kandungan vitamin C cenderung menurun.
Penyimpanan suhu 10oC selama 5 hari paling baik untuk mempertahankan kandungan
vitamin C.

B. Pengaruh Pendinginan dan Pembekuan Terhadap Mutu Pangan


Pengaruh pendinginan terhadap makanan :
1. Penurunan suhu mengakibatkan penurunan proses kimia, mikrobiologi , dan biokimia
yang berhubungan dengan kelayuan, kerusakan, pembusukan , dll.
2. Pada suhu kurang dari 0 oC , air akan membeku kemudian terpisah dari larutan dan
membentuk es. Jika kristal es yang terbentuk besar dan tajam akan merusak tekstur
dan sifat pangan , tetapi di lain pihak kristal es yang besar dan tajam juga bermanfaat
untuk mereduksi atau mengurangi mikroba jumlah mikroba.
3. Pembentukan kristal es menjadi bagian penting dalam mekanisme pengawetan dengan
pembekuan. Misalnya sebuah kristal es yang terbentuk dapat menarik seluruh air
bebas dalam sel bakteri dan khamir. Kristal-kristal ekstra seluler dapat menyebabkan
pembekuan isi sel melalui perforasi.
PERUBAHAN SELAMA PENDINGINAN :
a. Perubahan karakteristik sensori
 Selama pendinginan, produk pangan dapat mengalami kehilangan air atau
menyerap air sehingga terjadi perubaan tekstur dan penampakan.
 Kehilangan air dapat menyebabkan menurunkan kerenyahan produk, perubahan
warna menjadi kusam pada produk unggas.
 Produk gel seperti jeli atau puding serta yoghurt dapat mengalami sineresis
selama penyimpanan yaitu produk memisah dan terbentuk lapisan air.
 q Sebagian besar buah-buahan dan sayuran segar mengalami penurunan aroma
dan cita rasa selama penyimpanan.
 Sebagian besar perubahan aroma dan cita rasa pada penyimpanan dingin
disebabkan karena aktivitas mikroba.

Pembekuan menyebabkan terjadinya :


a. perubahan tekstur
b. pecahnya emulsi lemak
c. perubahan fisik dan kimia dari bahan
Perubahan yang terjadi tergantung dari komposisi makanan sebelum
dibekukan. Bila dalam larutan mengandung lebih banyak garam, gula, mineral, dan
protein, akan menyebabkan titik beku lebih rendah dan membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk membeku.

Pemakaian suhu rendah untuk mengawetkan bahan pangan tanpa


mngindahkan syarat-syarat yang diperlukan oleh masing- masing bahan, dapat
mngakibatkan kerusakan-kerusakan sebagai berikut :
1. Chilling injury
Chilling injury terjadi karena :
a. kepekaan bahan terhadap suhu rendah
b. daya tahan dinding sel
c. burik-burik bopeng (pitting)
d. Jaringan bahan menjadi cekung dan transparan
e. Pertukaran bau / aroma
Di dalam ruang pendingin dimana disimpan lebih dari satu macam komoditi
atau produk, kemungkinan terjadi pertukaran bau/aroma. Contoh: apel tidak dapat
didinginkan bersama-sama dengan seledri, kubis, ataupun bawang merah.
2. Kerusakan oleh bahan pendingin / refrigeran
Bila lemari es menggunakan amonia sebagai refrigeran, misalnya terjadi
kebocoran pada pipa dan ammonia masuk ke dalam ruang pendinginan, akan
mengakibatkan perubahan warna pada bagian luar bahan yang didinginkan berupa
warna coklat atau hitam kehijauan.

3. Kehilangan air dari bahan yang didinginkan akibat pengeringan


Kerusakan ini terjadi pada bahan yang dibekukan tanpa dibungkus atau yang
dibungkus dengan pembungkus yang kedap uap air serta waktu membungkusnya
masih banyak ruang-ruang yang tidak terisi bahan.

PERUBAHAN SELAMA PENDINGINAN

C. Produk-produk Pangan Hasil Pendinginan dan Pembekuan


1. Buah-buahan (Contoh : Buah Naga atau H. Costaricensis)
Pengaruh Pendinginan terhadap nilai gizi buah naga yaitu kehilangan cadangan
makanan selama respirasi karena cadangan makanan diubah menjadi energi untuk
mempertahankan kehidupan komoditi. Selain itu juga terjadi kehilangan nilai gizi,
berkurangnya kualitas rasa manis, dan juga kehilangan bobot karena komoidti
mengalami dehidrasi.
Penyimpanan suhu rendah dengan pendinginan dianjurkan untuk menyimpan
buah naga karena buah naga termasuk buah tropika yang bagus disimpan pada
pendinginan oleh karena itu kerusakan dapat ditekan dan mengurangi adanya
penimbunan panas dan CO2 yang tinggi. Penyimpanan buah tropika biasa dilakukan
pada suhu rendah, yaitu 10oC- 15oC. Jika penyimpanan buah naga dilakukan pada
suhu yang terlalu rendah maka dapat menyebabkan perubahan warna coklat akibat
dari oksidasi, terjadi penurunan kekerasan buah, dan dapat meningkatkan produksi
etanol dan asetildehid.
Pembungkusan produk dengan plastik dapat menimbulkan udara
termodifikasi yang menguntungkan karena udara mengalami perubahan komposisi
sehingga dapat memperpanjang umur simpan produk. Kardus dari karton
bergelombang biasanya menjadi dingin secara lambat jika disimpan di dalam ruang
pendingin sehingga dapat menghilangkan peningkatan panas secara perlahan.
Kemasan dan penyimpanan pada suhu rendah merupakan kombinasi yang baik untuk
mempertahankan mutu buah selama disimpan, dapat melindungi buah dari kelayuan,
pengerutan, dan kelunakan buah.

2. Sayur-sayuran (Contoh : Brokoli)


Kandungan vitamin C dalam brokoli bisa berkurang sampai lebih dari 50%
hanya dalam beberapa hari, tetapi kehilangan ini dapat dicegah dengan penyimpanan
pada suhu rendah.
Perubahan yang terjadi antara lain kenaikan kandungan gula, disusul
penurunannya. Hal ini terjadi akibat pemecahan polisakarida-polisakarida. Perubahan
keasaman dapat berbeda sesuai tingkat kemasakan dan tingginya suhu penyimpanan.
Asam-asam amino dengan cepat berkurang selama penympanan suhu rendah
yaitu antara 6-20 0C tetapi stabil pada suhu 20C. Kegiatan enzim-enzim katalase,
pektinesterase, selulase dan amilase meningkat selama penyimpanan. Perubahan lain
yaitu penurunan ketegaran dan kepadatan, warna okasidasi lemak dan melunaknya
jaringan-jaringan serta rasa pada bahan pangan.
Brokoli lalu dikemas dengan plastik dan disimpan pada almari dengan lama
penyimpanan 3 hari dan 7 hari.

3. Daging (Contoh : Daging Sapi)


Pembekuan daging adalah salah suatu cara dari pengawetan daging yaitu dengan
membekukan daging di bawah titik beku cairan yang terdapat di dalam daging, titik
beku daging pada temperatur -2oC s/d -3oC. Faktor temperatur pembekuan yang lebih
rendah mempengaruhi penurunan kadar air, abu daging sapi beku serta mencegah
penurunan kadar protein, lemak. Temperatur – 20oC lebih dapat mempertahankan
kualitas daging selama pembekuan.
Penggunaan bahan pengemas dalam pembekuan daging dapat mencegah
terjadinya gosong beku (Freezer burn) yang dapat menyebabkan perubahan flavor,
warna, tekstur dan penampakan daging beku yang tidak menarik, selain itu pengemas
dapat mengurangi terjadinya desikasi, dehidrasi dan oksidasi lemak, sehingga kualitas
daging beku dapat dipertahankan (Urbain, 1971). Plastik polietilen (PE), plastik
polipropilen (PP) dan aluminium foil dapat digunakan sebagai bahan pengemas
(Harte, 1985)

4. Ikan (Contoh : Ikan Lemuru atau Sardinella Lemuru)


Hasil analisis menunjukkan bahwa lama penyimpanan pada suhu rendah dapat
meningkatkan kadar air dalam daging ikan lemuru. Hal ini diduga karena adanya
denaturasi protein pada daging ikan lemuru. Lama penyimpanan berpengaruh pada
kadar air dan kadar lemak pada ikan lemuru. Semakin lama penyimpanan pada suhu
rendah -3oC semakin tinggi kadar air pada daging ikan lemuru namun semakin
berkurang kadar lemaknya.
Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) mudah mengalami kerusakan dan
pembusukan yang disebabkan karena kandungan lemak yang cukup tinggi (1- 24%)
dan tidak kompaknya tekstur ikan sehingga diperlukan penanganan berupa
pengolahan dan pengawetan yaitu salah satunya pengalengan.
Suhu penyimpanan yoghurt yang dianjurkan adalah 50C dan tidak dianjurkan
disimpan pac suhu kamar karena akan mengalami fermentasi terus menerus. Semakin
rendah suhu penyimpanan yoghurt maka semakin tinggi kadar lemaknya. “Kadar
protein yang tertinggi yaitu pada susu sapi dan susu kental manis dengan perlakuan
suhu 5°C, sedangkan yang terrendah adalah susu skim dengan perlakuan suhu
kamar”, hal ini menunjukkan bahwa kadar protein berpengaruh pada tingkatan suhu
penyimpanan (suhu rendah) dan jenis susu yang digunakan. Sedangkan kadar air
tertinggi saat penyimpanan suhu kamar. Semakin rendah suhu penyimpanan yoghurt
semakin bagus mutu yang dihasilkan, karena digemari oleh masyarakat umum.
Pengemasan memegang peranan penting dalam pengawetan suatu produk
makanan Salah satu kemasan yoghurt yang baik adalah menggunakan plastik
polipropilen, yang termasuk jenis plastik olefin dan polimer dari propilen. Beberapa
keuntungan dari plastik polipropilen antara lain :
a. Ringan, mudah dibentuk, tembus pandang dalam bentuk film dan dan tidak transparan
dalam bentuk kemasan kaku ;
b. Kekuatan tarik lebih besar dari polietilen ;
c. Lebih kaku dari polietilen dan tidak gampang sobek;
d. Permeabilitas uap air rendah, permeabilitas gas sedang, tidak baik untuk makanan
yang peka terhadap oksigen, dan
e. Tahan terhadap suhu tinggi sampai dengan 150oC.

6. Telur
Menurut Bobyda (2009) di suhu kamar, telur ayam kampung hanya
mempunyai masa simpan lebih pendek yaitu delapan hari sedangkan pada suhu
chilling bisa bertahan sampai tiga minggu, menurut Fardiaz (1993) hal ini disebabkan
Karena penyimpan telur pada suhu chilling dapat memperlambat reaksi metabolisme
dan pertumbuhan bakteri dibanding di suhu kamar kecepatan metabolisme dan
pertumbuhan bakteri dipercepat. Penyimpanan telur ayam kampung pada suhu
chilling mempunyai angka lempeng total bakteri lebih sedikit dibandingkan
penyimpanan pada suhu kamar.
Telur segar bisa dipertahankan mutunya dalam relative waktu yng lama bila
disimpan didalam ruangan dingin yng mempunyai kelembaban sekitar 80-90 % serta
kecepatan peredaran udara sekitar 1-1,5 m/s. dalam hal ini telur bisa disimpan sedekat
mungkin di atas titik beku telur yakni -20oC. suhu yang rendah ini akan
memperlambat hilangnya kadar CO2 serta air didalam telur dan penyebaran air sari
putih ke kuning telur.
Pengemasan telur dapat dilakukan secara kering dengan menggunakan bahan-
bahan seperti sekam, pasir dan serbuk gergaji. Jika pengemasnya padat, cara ini akan
memperlambat hilangnya air dan CO2. Kelemahan cara ini adalah manambah berat
dan volume, yang dapat menaikkan ongkos angkut dan ruang penyimpanan.
Disamping itu, pengemasan kering tidak banyak memberikan perlindungan terhadap
mikroba selama penyimpanan.

D. Pengemasan Bahan Pangan Dingin dan Beku


Metode kemasan makanan beku tidak boleh terbatas oleh metode yang
kaku. Kemasan harus dapat tahan panas sebagaimana kemasan biasa ikut dipanaskan
kembali bersama makanan di dalamnya. Prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam
memilih kemasan makanan beku, kemasan haruslah;

· kemasan mudah digunakan,

· melindungi kesegaran makanan,

· informasi nutrisi harus terpampang jelas pada kemasan,

· kelenturan kemasan harus dapat melindungi isi dari kontaminasi udara luar,

· kemasan harus aman dari penggunaan,

· kemasan harus dapat tahan dalam suhu yang panas maupun dingin.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh pendinginan dan
pembekuan terhadap nilai gizi yaitu denaturasi protein serta menurunnya kadar
vitamin C dalam suatu bahan pangan. Sedangkan, pengaruh suhu rendah terhadap
mutu bahan pangan sangat beragam, mulai dari penyimpanan yang meningkatkan
mutu hingga kerusakan yang ditimbulkan akibat suhu yang sangat rendah, tergantung
dari bahan pangan yang di awetkan.
Pengemasan setiap bahan pangan sangat beragam juga, dilihat dari jenis bahan
pangan yang akan dikemas, lama penyimpanan, serta tingkatan suhu untuk proses
penyimpanan mulai dari pendinginan hingga pembekuan.

B. Saran
Dari hasil penjelasan makalah ini disarankan untuk memilah serta
mencocokkan bahan pangan yang akan disimpan dalam jangka waktu yang lama agar
sesuai dengan suhu untuk proses penyimpanan serta pengemasan yang baik dan benar
dalam setiap bahan pangan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. PENYIMPANAN BAHAN PANGAN SUHU RENDAH


(PENDINGINAN & PEMBEKUAN). Diambil dari link :
https://lordbroken.wordpress.com/2011/10/01/penyimpanan-bahan-pangan-
suhu-rendah-pendinginan-pembekuan/ (09 Maret 2018)

IPB. Pengaruh pengemasan dan suhu terhadap daya simpan buah naga super merah
(Hylocereus costaricensis). Diambil dari link :
http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/46675/6/A11ppu_BA
B%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf (03 Maret 2018)

Nurhayati Safaryani, dkk. 2007. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan terhadap
Penurunan Kadar Vitamin C Brokoli ( Brassica oleracea L). Buletin
Anatomi dan Fisiologi. Vol. XV, No.2, Oktober 2007. Diambil dari :
file:///D:/69256-ID-pengaruh-suhu-dan-lama-penyimpanan-terha.pdf (19
Maret 2018)

Aris Sri Widati. 2008. PENGARUH LAMA PELAYUAN, TEMPERATUR


PEMBEKUAN DAN BAHAN PENGEMAS TERHADAP KUALITAS
KIMIA DAGING SAPI BEKU. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak,
Agustus 2008, Hal 39-49. Vol. 3.No. 2. ISSN : 1978 0303. Diambil dari :
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/32676784/PENGARU
H_LAMA_PELAYUAN__TEMPERATUR_PEMBEKUAN_DAN.pdf?A
WSAccessKeyId=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=1521519470
&Signature=YofK3eQn6%2FORn8SwpJKW43T8F2A%3D&response-
content-
disposition=inline%3B%20filename%3DPENGARUH_LAMA_PELAYU
AN_TEMPERATUR_PEMBEK.pdf (20 Maret 2018)

Anna Handayani, dkk. PENGARUH PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH


(freezer -3oC) TERHADAP KANDUNGAN AIR DAN KANDUNGAN
LEMAK PADA IKAN LEMURU. Diambil dari link : file:///D:/1639-3300-
1-PB.pdf (20 Maret 2018)

Abu BAKAR, dkk. PENGARUH SUHU DAN MACAM SUSU TERHADAP


MUTU YOGHURT SELAMA PENYIMPANAN. SeminarNasional
Peternakon dan Veteriner 1998. Balai Penelitian Teniak,P.O. Box 221
Bogor 16002 2 Dinas Peternakan Kotamadya Bogor. Diambil dari link :
http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/semnas/pronas98-
93.pdf?secure=1 (20 Maret 2018)

Dyah Fitri Kusharyati. PENYIMPANAN DAN PENGAWETAN YOGHURT.


Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman. Diambil dari link :
http://bio.unsoed.ac.id/sites/default/files/Penyimpanan%20dan%20Pengaw
etan%20Yoghurt-.pdf (20 Maret 2018)

HARDIANTO, dkk. 2012. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas
Telur Ayam Kampung Ditinjau dari Angka Lempeng Total Bakteri.
Indonesia Medicus Veterinus 2012 1(1) : 71-84 ISSN : 2301-7848. Lab
Kesehatan Masyarakat Veteriner, Lab Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Udayana. Jl. P.B. sudirman. Diambil dari link :
file:///C:/Users/Intel/Downloads/647-1-838-1-10-20120709.pdf (20 Maret
2018)

Thomas Saputro. 2015. MACAM MACAM CARA PENGAWETAN TELUR.


Diambil dari link : http://www.ilmuternak.com/2015/02/macam-macam-
cara-pengawetan-telur.html (20 Maret 2018)

Annonim. KEMASAN MAKANAN BEKU. Diambil dari link :


http://www.kemasankopi.co.id/kemasan-makanan-beku/ (21 Maret 2018)

Rani Rachmawat, dkk. PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN


TERHADAP KANDUNGAN VITAMIN C PADA CABAI RAWIT
PUTIH (Capsicum frustescens). Jurnal Biologi XIII (2) : 36 – 40. Diambil
dari link :
https://www.researchgate.net/profile/Made_Defiani/publication/277056989
_PENGARUH_SUHU_DAN_LAMA_PENYIMPANAN_TERHADAP_K
ANDUNGAN_VITAMIN_C_PADA_CABAI_RAWIT_PUTIH_CAPSIC
UM_FRUSTESCENS/links/5758d8fb08ae414b8e3f61f3/PENGARUH-
SUHU-DAN-LAMA-PENYIMPANAN-TERHADAP-KANDUNGAN-
VITAMIN-C-PADA-CABAI-RAWIT-PUTIH-CAPSICUM-
FRUSTESCENS.pdf (21 Maret 2018)

Dian Sundari, et.al. 2015. PENGARUH PROSES PEMASAKAN TERHADAP KOMPOSISI


ZAT GIZI BAHAN PANGAN SUMBER PROTEIN. Submitted: 06-07-2015,
Revised: 11-11-2015, Accepted: 30-11-2015. Diambil dari link :
https://media.neliti.com/media/publications/20747-ID-pengaruh-proses-pemasakan-
terhadap-komposisi-zat-gizi-bahan-pangan-sumber-protei.pdf (21 Maret 2018)

Anda mungkin juga menyukai