Anda di halaman 1dari 9

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PEMILIK USAHA MIKRO, KECIL,

DAN MENENGAH (UMKM) DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN (Studi pada Wajib
Pajak Pemilik UMKM Di KPP Pratama Malang Selatan)

Adi Ratno Pamuji


Mochammad Djudi Mukzam
Nengah Sudjana
(Ps Perpajakan, Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya,
105030400111025@mail.ub.ac.id)

ABSTRACT
This research is based on the way of Government in giving facilitation to people regarding the implementation of tax
obligation by establishing Government Regulation No. 46 2013. This research is purposed to explain influence
variable of tax understanding, controlling, and Socialization significantly influence in taxpayers compliance.
Research method that is used is explanatory research with quantitative approach. Data collection method by using
questionnaire for 100 MSME owners who are registered in tax office pratama malang selatan. Using descriptive
analysis and multiple linear regression helped by SPSS software version 21, this study showed that the variable tax
understanding, controlling, and Socialization significantly influence in taxpayers compliance.
Keywords: Tax Understanding, Controlling, Socialization, and Taxpayer Compliance
Indonesia, UMKM terbukti berhasil memainkan
PENDAHULUAN peran sebagai katup pengaman perekonomian

Suatu Negara dapat dikatakan mandiri jika


Negara tersebut sudah mampu untuk
nasional pada masa krisis, serta menjadi
membiayai pembangunannya sendiri. Dalam hal
dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis.
ini Pemerintah lah yang berperan untuk
Kenyataan tersebut membuat Pemerintah perlu
menghimpun pemasukan Negara. Pemerintah
memberi ruang bagi UMKM untuk berkembang.
terus berusaha melakukan kegiatan
Maka dari itu, diterbitkanlah Undang-Undang
pembangunan nasional secara bertahap yang
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
bertujuan untuk mensejahtrakan rakyat.
Kecil dan Menengah. Kemudian pada tahun
Pembangunan nasional yang dilakukan dapat
yang sama disusul dengan Undang-Undang
berupa perbaikan sarana dan prasarana serta
yang mengatur tentang Pajak Penghasilan, yaitu
infrastruktur publik yang dapat dimanfaatkan
UU No. 36 Tahun 2008. Pada Pasal 31E UU No.
oleh masyarakat. Sumber dana dalam negeri
36 tahun 2008 disebutkan bahwa Wajib Pajak
yang digunakan untuk membiayai
Badan UMKM mendapat pemberian fasilitas
pembangunan nasional berasal dari sektor
berupa pengurangan tarif sebesar 50% (Irfanto,
perpajakan. Waluyo (2011:2) menyatakan bahwa
2011:2). Namun pada masa Juli tahun 2013
pajak merupakan salah satu sumber pembiyaan
pemerintah menerbitkan peraturan baru yaitu
Negara untuk membiayaai pembangunan
PP No. 46 tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan
nasional demi kepentingan bersama.
atas Peredaran Bruto Tertentu, dengan demikian
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan BPS
pemberian fasilitas pada Pasal 31E UU No.36
(Badan Pusat Statistik) pada tahun 2013,
Tahun 2008 tidak diberlakukan lagi. PP 46 ini
diketahui penerimaan pajak ditargetkan
bertujuan untuk memberikan kemudahan
pemerintah mencapai Rp 1.192 triliun atau
pengadministrasian bagi Wajib Pajak UMKM,
sekitar 79% dari total pendapatan Negara. Selain
karena tarif pajak bersifat final, yaitu 1% dari
itu, pada enam tahun terakhir (2006-2012) rata-
peredaran bruto tertentu.
rata pajak memberikan kontribusi sebesar
Pemerintah dalam hal ini Direktorat
71,71% dari total pendapatan Negara. Hal
Jendral Pajak (DJP) berharap dengan
tersebut membuktikan bahwa penerimaan
dikeluarkannya PP 46 ini akan ada perluasan
negara yang berasal dari sektor perpajakan tetap
partisipasi pembayarn pajak, meningkatkan
menjadi primadona bagi Indonesia dalam
kepatuhan sukarela bagi Wajib Pajak UMKM,
rangka mewujudkan pembangunan nasional.
dengan demikian penerimaan pajak akan
Salah satu Wajib Pajak yang memberikan
meningkat dan diikuti dengan kesejahtraan
kontribusi dalam bidang perpajakan adalah
rakyat (Anonim, 2013).
Usaha Mikro Kecil, dan Menengah (UMKM). Di
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis dan menjelaskan faktor-faktor yang

1
akan mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Selanjutnya adalah Stelsel Campuran,
UMKM yaitu Pemahaman Wajib Pajak, yang memberlakukan 2 (dua) kali perhitungan
Pengawasan dan Sosialisasi. pajak dengan meggunakan kombinasi antara
Stelsel Nyata dengan Stelsel Fiktif. Stelsel nyata
TINJAUAN PUSTAKA digunakaan pada saat awal periode pajak
Pajak sehingga pada akhir periode pajak di tahun
Menurut UU KUP No. 28 Tahun 2007 pada pajak yang sama perhitungan pajak
pasal 1 angka 1 bahwa secara garis besar, pajak menggunakan Stelsel Fiktif.
dapat didefinisikan sebagai pungutan yang Terdapat 3 (tiga) cara pemungutan pajak
dipaksakan oleh pemerintah kepada masyarakat penghasilan yang diterapkan di Indonesia
guna mewujudkan cita-cita bersama yaitu (Lubis, 2011:134), diantaranya Asas Kebangsaan.
kemakmuran masyarakat. Seseorang yang talah Pada cara ini sumber penghasilan dan tempat
membayar kewajiban perpajakannya tidak tinggal Wajib Pajak tidak dilihat dalam
mendapatkan imbalan secara langsung pemungutan pajak, namun berdasarkan
melainkan melalui perbaikan sarana dan kebangsaan dan kewarganegaraan dari Wajib
prasarana publik. Pajak yang bersangkutan lah pemungutan pajak
Di Indonesai pajak memiliki fungsi dapat dilasanakan.
sebagai alat pengatur dan sebagai sumber Selain itu terdapat pula Asas Sumber.
keuangan Negara (Resmi, 2012:3). Adapun Dalam asas ini pemungutan pajak yang
penjelasannya sebagai berikut. dilakukan berdasarkan pendapatan atau
1. Fungsi regularend (pengatur) penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak
Memiliki arti bahwa dalam pelaksanaan dalam suatu Negara tanpa melihat dimana Wajib
segala kebijakan pemerintah di bidang Pajak itu berasal.
sosial maupun ekonomi, pajak berperan Yang terakhir adalah Asas Domisili.
sebagai pengatur untuk mencapai tujuan Dimana pemungutan pajak pada Asas Domisili
tersebut di luar bidang keuangan. didasari oleh tempat tinggal Wajib Pajak. Jika
2. Fungsi budgetair (sumber keuangan Seseorang telah bertempat tinggal lebih dari 183
Negara)” hari di Indonesia dan telah memperoleh
Hal ini menunjukkan bahwa segala penghasilan, maka Pemerintah Indonesia berhak
kegiatan yang berkaitan dengan mengenakan pajak penghasilan pada orang
pembangunan serta pengeluaran untuk tersebut.
kesejahteraan rakyat dibiayai oleh pajak Seseorang yang mendapatkan penghasilan
yang merupakan sumber penerimaan dari Negara lain, kemungkinan besar dapat
Negara. dikenakan pajak berganda. Untuk menghindari
Terdapat 3 macam stelsel pajak pada pengenaan pajak berganda, Pemerintah
pemungutan pajak penghasilan yang biasa mengadakan suatu perjanjian perpajakan (tax
diterapkan di Indonesia (Suandy, 2008:32). Yang treaty) dengan Negara lain.
pertama yaitu Stelsel Nyata, yang memiliki arti Sistem pemungutan pajak yang berlaku di
penentuan besaran pajak akan diketahui melalui Indonesia terbagi atas 3 (tiga) system (Waluyo,
perhitungan pada akhir tahun pajak (periode 2011:17) yaitu:
pajak), karena pada akhir tahun pajak besaran 1. Official Assessment System
jumlah penghasilan yang sebenarnya dapat Artinya Pemerintah (fiskus) memiliki
dilihat melalui objek pengenaan pajak yang wewenang penuh dalam menentukan
merupakan penghasilan yang diperoleh pada besaran pajak terutang yang dibebankan
tahun pajak. kepada Wajib Pajak.
Stelsel pajak yang kedua adalah Stelsel 2. Self Assessment System
Fiktif. Yaitu pengenaan pajak didapat dari suatu Pada sistem ini kewajiban perpajakan
asumsi. Asumsi disini dapat diartikan sebagai dalam hal mengitung,
suatu anggapan. Jika penghasilan pada tahun memperhitungkan, membayar, dan
berjalan telah diketahui maka penghasilan melapor, Wajib Pajak diberi keleluasan
tersebut dianggap sama dengan penghasilan dan kepercayaan untuk
tahun lalu, perlakuan perpajakannya sesuai melaksanakannya sendiri.
dengan peraturan perpajakan yang berlaku pada 3. Withholding System
tahun yang bersangkutan. Sistem ini menjelaskan bahwa pihak
ketiga lah yang bertanggung jawab atas

2
pemotongan dan pemungutan besaran 1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik
pajak terutang yang dibebankan oleh orang perorangan dan/atau badan usaha
Wajib Pajak. perorangan.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi
Pajak Penghasilan produktif yang berdiri sendiri, yang
Maksud dari Pajak Penghasilan yaitu suatu dilakukan oleh orang perorangan atau
perlakuan perpajakan yang dikenakan kepada badan usaha yang bukan merupakan anak
Wajib Pajak atas segala pendapatan yang perusahaan atau bukan cabang perusahaan
diterima di suatu Negara dalam 1 (satu) periode yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
pajak. Pendapatan yang dimaksud dapat berupa baik langsung maupun tidak langsung dari
gaji, hadiah, bunga, dan penghasilan berupa laba Usaha Menengah atau Usaha Besar.
usaha (Nurazizah, 2011:1). 3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi
Terdapat 20 poin objek pajak penghasilan produktif yang berdiri sendiri, yang
yang dijelaskan oleh IAI (Ikatan Akuntan dilakukan orang perorangan atau badan
Indonesia) (2013:142), diantaranya adalah usaha yang bukan merupakan anak
penggantian atau imbalan berkenaan dengan perusahaan atau cabang perusahaan yang
pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh. dimiliki, dikuasai, menjadi bagian baik
Imbalan tersebut dapat berupa gaji, honorarium, langsung maupun tidak langsung dengan
komisi, bonus, upah, dan bentuk laiinya sesuai Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan
dengan UU PPh. Hadiah dari undian atau jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
pekerjaan/kegiatan dan penghargaan laiinya, tahunan.
laba dari usaha, keuntungan karena penjualan
atau karena pengalihan harta. Keuntun Pajak atas Peredaran Bruto Tertentu
pajakngan karena penjualan atau pengalihan Perhitungan pajak atas peredaran bruto
sebagian atau seluruh hak penambangan tanda tertentu bukan berdasarkan pada keuntungan
turut serta dalam pembiayaan atau permodalan yang diperoleh, melainkan berdasarkan total
dalam perusahaan pertambangan. omzet. Kebijakan pengenaan PPh Badan yang
Selanjutnya adalah penerimaan kembali didasarkan pada omzet (bukan laba usaha)
pembayaran pajak yang telah dibebankan sebenarnya bukan hal lazim, namun model ini
sebagai biaya, dan pembayaran tambahan dapat dipahami karena pada umumnya UMKM
pengembalian pajak. Bunga termasuk premium, tidak memiliki sistem pembukuan yang baik
diskonto dan imbalan karena jaminan sehingga sulit menghitung kewajiban pajak
pengembalian hutang. Deviden dengan nama terutangnya. Dengan lebih memudahkan
dan dalam bentuk apapun. Royalti, sewa dan penghitungan pajak, tarif yang dikenakan pun
penghasilan lain sehubungan dengan lebih rendah, yaitu sebesar 1%.
penggunaan harta, penerimaan atau peolehan
pembayaran berkala, keuntungan karena Surat Pemberitahuan
pembebasan hutang, keuntungan selisih kurs Diana (2009:121) menjelaskan fungsi Surat
mata uang asing. Tambahan kekayaan neto yang Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Penghasilan
berasal dari penghasilan yang belum dikenakan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
pajak. mempertanggungjawabkan penghitungan
Enam poin yang terakhir yaitu selisih lebih jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan
karena penilaian kembali aktiva, premi asuransi, untuk melaporkan tentang :
iuran yang diterima atau diperoleh 1. Pembayaran atau pelunasan pajak yang
perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui
wajib pajak yang menjalankan usaha/pekerjaan pemotongan atau pemungutan pihak lain
bebas. Penghasilan dari usaha yang berbasis dalam 1 Tahun Pajak atau Bagian Tahun
syariah dan yang terakhir surplus Bank Pajak.
Indonesia. 2. Penghasilan yang merupakan objek pajak
dan/atau bukan objek pajak.
3. Harta dan kewajiban.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
4. Pembayaran dari pemotong atau pemungut
Definisi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
tentang pemotongan atau pemungutan
menurut UU RI No. 20 Tahun 2008 sebagai
pajak Orang Pribadi atau Badan lain dalam
berikut :
1 (satu) Masa Pajak sesuai dengan

3
ketentuan peraturan perUndang-Undangan Pajak tersebut tidak melanggar dan menerapkan
perpajakan. secara disiplin peraturan perpajakan yang
berlaku. Selain itu seperti yang dijelaskan
Variabel yang Mempengaruhi Kepatuhan Nurmantu (2005:148) bahwa hak dan kewajiban
Wajib Pajak perpajakan yang telah dilaksanakan dengan
disiplin, maka Wajib Pajak dapat dikatakan
1. Pemahaman Perpajakan
patuh.
Arikunto (2009:118) menyatakan bahwa
“pemahaman (comprehension) adalah bagaimana
Hipotesis
seorang mempertahankan, membedakan,
Variabel-variabel yang digunakan adalah
menduga (estimates), menerangkan, memperluas,
Pemahaman Perpajakan, Pengawasan,
menyimpulkan, menggeneralisasikan,
Sosialisasi, dan Kepatuhan Wajib Pajak. Model
memberikan contoh, menuliskan kembali, dan
penelitian sebagai berikut.
memperkirakan”. Pemahaman Perpajakan
adalah segala hal terkait perpajakan yang Pemahaman
dimengerti dengan baik dan benar oleh Wajib Perpajakan (X1)
Pajak dan dapat menerjemahkan dan/atau
menerapkan yang telah dipahaminya.
Tingkat Kepatuhan
2. Pengawasan Pengawasan Wajib Pajak (Y)
Pengawasan adalah suatu usaha sistematis (X2)
yang dilakukan oleh aparat pajak untuk
melakukan Pengawasan untuk menganalisis Sosialisasi (X3)
kinerja Wajib Pajak, rencana, atau tujuan yang
telah ditentukan terlebih dahulu untuk Gambar 1 Model Penelitian
menentukan apakah kinerja sejalan dengan Berdasarkan model penelitian, hipotesis
rencana. “Pengawasan dalam konteks pajak, yang dihasilkan adalah :
terdiri dari Intensifikasi dan Ekstensifikasi. 1. Pemahaman Perpajakan (X1) berpengaruh
Intesfikasi adalah memaksimalkan apa yang secara signifikan terhadap variabel tingkat
sudah ada yang berarti usaha menambah Kepatuhan Wajib Pajak (Y).
penerimaan pajak tanpa menambah objek pajak. 2. Pengawasan (X2) berpengaruh secara
Sementara Ekstensifikasi adalah menambah signifikan terhadap variabel tingkat
objek pajak yang berarti usaha menambah Kepatuhan Wajib Pajak (Y).
penerimaan pajak dengan menambah objek 3. Sosialisasi (X3) berpengaruh secara
pajak yang sebelumnya tidak ada” (Djuanda, signifikan terhadap variabel tingkat
2012). Kepatuhan Wajib Pajak (Y).
3. Sosialisasi
Basalamah (2004:196) menjelaskan METODE PENELITIAN
“Sosialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses Jenis pendekatan yang digunakan
dimana orang-orang mempelajari sistem nilai, adalah kuantitatif, karena menggunakan
norma dan pola perilaku yang diharapkan oleh pengukuran variabel-variabel penelitian dengan
kelompok sebagai bentuk transformasi dari angka dan melakukan analisis data dengan
orang tersebut sebagai orang luar menjadi prosedur statistik. Jenis penelitian yang
organisasi yang efektif”. Sehingga Sosialisasi digunakan adalah explanatory research atau
perpajakan dapat diartikan sebagai suatu upaya confirmatory, karena menjelaskan hubungan
dari Direktorat Jendral Pajak untuk memberikan kausal antara variabel melalui pengujian
pengertian, informasi, dan pembinaan kepada hipotesis guna memperkuat atau bahkan
masyarakat pada umumnya dan Wajib Pajak menolak teori tersebut.
khususnya mengenai segala sesuatu yang Penelitian yang dilakykan pada KPP
berhubungan dengan perpajakan. Pratama Malang setalan dengan
mempertimbangkan di daerah Malang Selatan
Kepatuhan Wajib Pajak merupakan kawasan industry yang dapat
Kepatuhan memiliki arti suatu tindakan mendukung perkembangan Usaha Mikro, Kecil,
yang sesuai aturan serta berperilaku disiplin dan Menengah (UMKM). KPP Pratama Malang
dengan mematuhi norma-norma yang berlaku. Selatan beralamatkan di Jalan Merdeka Utara
Hal ini sama dengan perlakuan pada perpajakan. No. 3 Malang.
Wajib Pajak dapat dikatakan patuh jika Wajib

4
Adapun jumlah pemilik UMKM pada KPP Wajib Pajak akan meningkat sebesar
Pratama Malang Selatan adalah 17.691, jumlah 0,166 jika variabel Pengawasan
tersebut akan dijadikan sebagai populasi dalam meningkat sebesar 1 satuan dengan
penelitian ini. Dari populasi tersebut dapat menganggap variabel bebas yang lain
diambil sampel sebanyak 100 responden yang bernilai 0/tetap.
berasal dari penggunaan rumus slovin. Selain itu, 4. Nilai koefisien sebesar 0,244 memiliki
penggunaan teknik Probability Sampling (secara arti jika variabel Sosialisasi meningkat
acak) dengan metode disproportionate stratified sebesar 0,244 maka akan diikuti dengan
random sampling yang dipilih oleh peneliti dalam peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak
pengambilan sampel. sebesar 0,244 dengan anggapan nilai
Analisis deskriptif dan analisis inferensial pada variabel Pemahaman Wajib Pajak
merupakan teknik analisis data yang digunakan dan Pengawasan = 0/tetap.
dalam penelitian ini. Peneliti juga menggunakan
kuesioner dan dokumentasi sebagai alat Uji Hipotesis
pengumpulan data. 1. Uji Koefisien determinasi
Koefisien Determinasi (uji R2) berguna
HASIL DAN PEMBAHASAN untuk mengukur seberapa besar pengaruh
Perhitungan pengaruh variabel bebas variabel X secara keseluruhan terhadap variabel
(Kepatuhan Wajib Pajak) dan variabel terikat Y. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
(Pemahaman Perpajakan, Pengawasan, dan pengaruh variabel bebas (X) dalam model
Sosialisasi) dalam penelitian ini menggunakan terhadap variabel terikat (Y), sedangkan sisanya
analisis regresi linear berganda dengan bantuan dipengaruhi oleh variabel (faktor) lain. Berikut
software SPSS versi 21. Adapun hasil arti penjelasanya :
perhitungan tersebut tersaji pada tabel 1. Tabel 2 Koefisien Determinasi
Tabel 1 Analisis Regresi Linear Berganda Model Summaryb
Unstandardized Standardized R Adjusted R Std. Error of
Model R
Model Coefficients Coefficients T Sig. Square Square the Estimate
B Std. Error Beta ,672
1 a
,451 ,434 ,20958
(Constant) 1,405 ,291 4,832 ,000
X1 ,262 ,072 ,299 3,621 ,000 Dari hasil regresi linear berganda pada tabel
1 2 diketahui besarnya R Square atau koefisien
X2 ,166 ,045 ,308 3,721 ,000
X3 ,244 ,066 ,301 3,684 ,000 determinasi sebesar 0,451 (45,1%) yang berarti
Maka didapatkan model regresi sebagai variabel Pemahaman Wajib Pajak, Pengawasan,
berikut: dan Sosialisasi dapat mempengaruhi Kepatuhan
Y = 1,405 + 0,262 X1 + 0,166 X2 + 0,244 X3 Wajib Pajak sebesar 45,1%. Selain itu, Kepatuhan
Dimana : Wajib Pajak juga dapat dipengaruhi oleh
1. Dari hasil analisis regresi linear variabel bebas yang lain diluar dari penelitian ini
berganda didapatkan nilai konstanta sebesar 54,9% (100%-45,1%).
sebesar 1,405. Hal ini mengartikan 2. Uji Simultan (Uji F)
bahwa jika nilai variabel Pemahaman Uji Simultan atau Uji secara bersama-sama
Wajib Pajak, Pengawasan, dan Sosialisasi dilakukan untuk menguji apakah variabel
tidak mengalami perubahan Pemahaman Wajib Pajak, Pengawasan, dan
tetap/konstan, maka nilai variabel Sosialisasi memiliki pengaruh secara bersama-
Kepatuhan Wajib Pajak sebesar 1,405. sama terhadap Kepatuhan wajib Pajak.
2. Variabel Pemahaman Wajib Pajak Pengujian dilakukan dengan menggunakan
memiliki nilai koefisien sebesar 0,262. hipotesis, jika H0 benilai 0, maka variabel bebas
Hal ini berarti Kepatuhan Wajib Pajak tidak memiliki pengaruh yang signifikan
akan mengalami peningkatan sebesar terhadap variabel terikatnya. Namun jika Ha
0,262 jika variabel Pemahaman Wajib tidak bernilai 0 maka variabel bebas memiliki
Pajak naik sebesar 1 satuan dengan pengaruh yang signifikan terhadap Kepatuhan
menganggap variabel Pengawasan dan Wajib Pajak.
Sosialisasi bernial 0/tetap. Pengujian yang lain dapat dilakukan
3. Nilai Koefisien pada variabel dengan cara membandingkan nilai Signifikasi F
Pengawasaan sebesar 0,166 yang dengan nilai α = 0,05. Untuk penjelasan lebih
memiliki arti bahwa variabel Kepatuhan lanjut dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Uji Simultan

5
Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa Pengawasan memiliki pengaruh yang signifikan
nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari > α terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
= 0,05. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa H0 3. Variabel Sosialisasi
ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan Berdasarkan hasil uji parsial (uji t) untuk
bahwa ke-tiga variabel bebas dalam penelitian variabel Sosialisasi pada tabel 4 menunjukkan
ini akan mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak. bahwa variabel memiliki pengaruh yang
3. Hasil Uji Parsial signifikan terhadap variabel Kepatuhan Wajib
Penggunaan uji parsial dalam penelitian ini Pajak. Hal tersebut dibuktikan melalui uji parsial
adalah untuk mengetahui apakah variabel bebas, (uji t) yang telah dilakukan oleh peneliti.
yaitu Pemahaman Wajib Pajak, Pengawasan, dan Hasil dari pengujian tersebut adalah
Sosialisasi memilik pengaruh yang signifikan variabel Sosialisasi memiliki nilai thitung sebesar
terhadap Kepatuhan ajib Pajak. Teknik 3,684 dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal
pengujian dilakukan jika suatu variabel bebas tersebut menunjukkan bahwa thitung > ttabel (3,684 >
memiliki thitung lebih besar dari ttabel atau nilai Sig. 1,66) dan nilai signifikan sebesar 0,000. Nilai
t lebih kecil dari nilai α = 0,05 maka variabel tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan
bebas tersebut memiliki pengaruh yang nilai signifikansi α sebesar 0,05.
signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Untuk lebih jelasnya lihat tabel 4. Pembahasan
Tabel 4 Uji Parsial Dengan menggunakan software SPSS versi
Unstandardized Standardized 21, maka hasil uji hipotesis yang didapat adalah
Model Coefficients Coefficients t Sig. sebagai berikut.
B Std. Error Beta
1. Pengaruh Pemahaman Perpajakan
(Constant) 1,405 ,291 4,832 ,000
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
X1 ,262 ,072 ,299 3,621 ,000
1 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
X2 ,166 ,045 ,308 3,721 ,000
X3 ,244 ,066 ,301 3,684 ,000 Pemahaman Perpajakan memiliki pengaruh
Didapatkan nilai ttabel dengan nilai signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di
signifikansi 0,05 dengan cara sebagai berikut : KPP Pratama Malang Selatan. Dengan melihat
df = jumlah sampel – jumlah variabel bebas hasil perhitungan dari analisis regresi linear
= 100 – 3 berganda, maka didapat nilai ttabel < thitung yaitu
= 97 sebesar 1,66. Angka tersebut lebih kecil jika
Maka nilai ttabel pada df = 97 adalah 1,66. dibandingkan dengan nilai thitung yaitu sebesar
Sedangkan Nilai thitung diperoleh dari 3,621. Selain itu, dapat diketahui juga nilai
Coefficients dimana diketahui : signifikansi dari variabel Pemahaman
1. Variabel Pemahaman Perpajakan Perpajakan sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih
Dari hasil uji parsial pada tabel 4, dapat kecil dibandingkan dengan toleransi kesalahan
disimpulkan bahwa variabel Pemahaman (α=0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel
Perpajakan memiliki pengaruh signifikan Kepatuhan Wajib Pajak mendapat pengaruh
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Hal tersebut di yang signifikan oleh variabel Pemahaman
buktikan dengan hasil penelitian melalui analisis Perpajakan, yang berarti Ha diterima dan Ho
regresi linear beganda, nilai thitung pada variabel ditolak.
Pemahaman Perpajakan terhadap variabel Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
Kepatuhan Wajib Pajak adalah 3,621 dengan telah dilakukan Ekawati (2008:2) yang
signifikan sebesar 0,000. Dengan demikian nilai menyatakan “Pemahaman Perpajakan meliputi
thitung 3,621 lebih besar dari ttabel 1,66 serta nilai pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) dengan
signifikansi pada α = 0,05 yang berarti 0,05 > benar, penghitungan pajak sesuai dengan pajak
0,000. terutang, dan penyetoran pajak secara tepat
2. Variabel Pengawasan waktu sesuai tempatnya”. Jadi, dapat
Tabel 4 menunjukkan bahwa thitung variabel disimpulkan bahwa selama ini para responden
Pengawasan memiliki nilai lebih besar jika mampu memahami setiap kewajiban perpajakan
dibandingkan dengan nilai ttabel (3,721 > 1,66) dan yang harus dipenuhi.
nilai signifikansi pada variabel Pengawasan Model Sum of df Mean F Sig.
sebesar 0,000 yang berarti nilai tersebut lebih Squares Square
kecil dibandingan dengan taraf signifikansi α = Regression 3,464 3 1,155 26,290 ,000b
0,05 (0,000 < 0,05). Dengan demikian variabel 1 Residual 4,217 96 ,044
Total 7,681 99

6
Semakin tinggi tingkat Pemahaman Dengan demikian nilai thitung memiliki nilai
Perpajakan, maka semakin tinggi pula tingkat yang lebih besar dibandingkan nilai ttabel (3,684 >
kepatuhan yang dimiliki oleh Wajib Pajak dalam 1,66), sementara nilai signifikansi sebesar 0,000
pemenuhan kewajiban perpajakan. Hal ini sesuai memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan
dengan hasil penelitian terdahulu yang telah dengan nilai toleransi kesalahan sebesar 0,05
dilakukan Prasetyo (2006) yang mengatakan (α=0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa Ho
bahwa variabel Pemahaman Perpajakan dengan ditolak dan Ha diterima.
Kepatuhan Wajib Pajak memiliki pengaruh yang Hasil penelitian tersebut selaras dengan
positif. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan
penelitian yang telah dilakukan oleh Ningtyas Adiyati (2009), dalam penelitiannya dijelaskan
(2012) yang menjelaskan diantara variabel bahwa Kepatuhan Wajib Pajak dapat
Pemahaman Perpajakan dengan Kepatuhan dipengaruhi oleh variabel Sosialisasi.
Wajib Pajak terdapat pengaruh yang saling Sosialisasi dapat dinilai melalui 4 (empat)
berkaitan, sesuai dengan penjelasan Cahyono dimensi seperti yang dijelaskan oleh Vedhayana
dalam Priambudi (2012:100) yang menyatakan (2012:20), yaitu penyuluhan berupa ketepatan
bahwa pemahaman perpajakan yang dimiliki pelaksanaan penyuluhan yang dilakukan oleh
oleh seorang Wajib Pajak mengenai peraturan kantor pajak, penyelenggaraan dapat berupa
perpajakan yang berlaku dapat dikatakan patuh intensitas waktu pelaksanaan Sosialisasi, cara
jika Wajib Pajak tersebut melaksanakan apapun Sosialisasi seperti pemaparan materi yang
yang telah dipahaminnya, begitu pula dijelaskan sesuai dengan kebutuhan Wajib Pajak,
sebaliknya. dan media yang digunakan berupa pemanfaatan
2. Pengaruh Pengawasan terhadap media cetak maupun elektronik dalam
Kepatuhan Wajib Pajak. memberikan Sosialisasi.
Sesuai dengan penelitian yang telah Jadi Kepatuhan Wajib Pajak dapat
dilakukan, didapatkan pengawasan yang meningkat mengikuti kegiatan Sosialisasi yang
dilakukan oleh pegawai pajak memiliki dilakukan oleh kantor pajak, mengingat pajak
pengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan 1% atas peredaran bruto tertentu ini merupakan
Wajib Pajak. Semakin tinggi atau sering pajak penghasilan baru. Untuk memberikan
pengawasan yang dilakukan oleh fiskus, maka edukasi kepada Wajib Pajak secara menyeluruh,
semakin tinggi pula tingkat ketaatan yang DJP dapat melakukan pemasangan iklan di
dimiliki oleh Wajib Pajak dalam memenuhi berbagai media, penyebaran brosur, serta
kewajiban perpajakannya, begitu pula menyamakan persepsi antar fiskus dalam
sebaliknya. menjawab atas pertanyaan atau keluhan Wajib
Hal ini sesuai dengan penjelasan dari Pajak.
Djuanda (2012) yang mengatakan pengawasan
dalam perpajakan dapat dibagi menjadi 2, secara KESIMPULAN DAN SARAN
intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi Kesimpulan
memiliki arti menambah jumlah objek pajak Kesimpulan yang dapat diambil adalah
yang telah dimiliki seseorang Wajib Pajak, sebagai berikut.
sedangkan ekstensifikasi berarti menambah 1. Variabel Pemahaman Perpajakan memiliki
objek pajak yang tidak dikenakan pajak nilai Sig. sebesar 0,000. Jika dibandingkan
sebelumnya. dengan nilai α=0,05 maka nilai Sig. untuk
Pengaruh variabel Pengawasan terhadap variabel Pemahaman Perpajakan menjadi
kepatuhan Wajib Pajak dapat diketahui dari lebih kecil. Hal ini menandakan bahwa
hasil uji t yang memiliki nilai thitung lebih besar variabel Pemahaman Perpajakan memiliki
dari nilai ttabel (3,721>1,66) serta nilai sig. yang pengaruh yang signifikan terhadap
lebih kecil dari α=0,05 (0,000<0,05). Dengan kepatuhan pemenuhan kewajiban
demikian Ha diterima dan H0 ditolak. perpajakan yang dilakukan oleh Wajib
3. Pengaruh Sosialisasi terhadap Kepatuhan Pajak UMKM. Dengan kata lain semakin
Wajib Pajak. tinggi tingkat kepatuhan Wajib Pajak,
Variabel Sosialisasi dengan variabel semakin tinggi pula tingkat Pemahaman
Kepatuhan Wajib Pajak memiliki pengaruh yang Perpajakan yang dimiliki Wajib Pajak.
signifikan. Hal ini sesuai dengan hasil riset yang 2. Kepatuhan Wajib Pajak dapat dipengaruhi
telah dilakukan peneliti, diketahui nilai thitung secara signifikan oleh variabel Pengawasan.
sebesar 3,684 dan nilai signifikan sebesar 0,000. Dengan demikian, tingkat Kepatuhan Wajib

7
Pajak dalam memenuhi kewajiban tarif pajak berdasarkan jenis usaha dan/atau
perpajakannya tergantung dengan berdasarkan jumlah omzet.
Pengawasan yang dilakukan oleh DJP.
Semakin sering DJP melakukan DAFTAR PUSTAKA
Pengawasan, maka Wajib Pajak akan Anonim. 2009. Undang-Undang Usaha Mikro,
semakin patuh. Hal ini sesuai dengan Kecil, dan Menengah (UU RI No. 20 Tahun
2008). Jakarta : Sinar Grafika.
penelitian yang telah dilakukan,
didapatkan nilai Sig. 0,000 lebih kecil dari _______. 2013. Modul Pelatihan Pajak Terapan
nilai α=0,05. Brevet A & B Terpadu. Jakarta : Ikatan
3. Tingkat intensitas pelaksanaan Sosialisasi Akuntan Indonesia.
yang dilakukan oleh kantor pajak dapat
_______. 2013. PPh atas Wajib Pajak Peredaran
menggambarkan tingkat Kepatuhan Wajib Bruto Tertentu adalah Untuk Keadilan.
Pajak yang terdaftar pada kantor pajak http://www.pajak.go.id (diakses pada
setempat. Hal ini sesuai dengan hasil yang tanggal 8 Oktober 2013).
didapatkan bahwa nilai Sig. sebesar 0,000
_______. 2013. Realisasi Penerimaan Negara.
lebih kecil dari level signifikansi 5%
http://www.bps.go.id (diakses pada
(α=0,05) yang menandakan bahwa tanggal 3 Oktober 2013).
Kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi secara
signifikan oleh variabel Sosialisasi. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Saran
Saran-saran penelitian sebagai berikut. Basalamah, Anies S. 2004. Perilaku Organisasi
1. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan Memahami dan Mengelola Aspek
variabel-variabel yang berbeda dengan Humaniora dalam Organisasi. Depok :
variabel yang telah dilakukan dalam Usaha Kami.
penelitian ini. Hal ini perlu dilakukan Diana, Anastasia dkk. 2009. Perpajakan Indonesia
mengingat nilai koefisien determinasi Konsep, Aplikasi, dan Penuntun Praktis.
dalam penelitian ini sebesar 45,1% sehingga Yogyakarta : CV Andi OFFSET.
diharapkan penelitian selanjutnya
Djuanda, I. Nyoman. 2012. Fungsi Pengawasan.
mendapatkan hasil yang lebih baik.
http://kpp802.itgo.com (diakses pada
2. Penelitian yang telah dilakukan dalam tanggal 8 Desember 2013).
penelitian ini hanya mengambil sampel
pada pemilik UMKM pada KPP Pratama Ekawati, Liana, dkk. 2008. “Survey Pemahaman
dan Kepatuhan Wajib Pajak Usaha Kecil
Malang Selatan. Maka peneliti selanjutnya
dan Menengah di Kota Yogyakarta”.
disarankan untuk melakukan penelitian
Jurnal Teknologi & Manajemen Informatika.
pada pemilik UMKM dari berbagai wilayah Vol 6, September 2008: 185-191.
di Indonesia. Hal ini berguna untuk
membandingkan kondisi pemilik UMKM di Irfanto, Heru. 2011. “Tinjauan Atas Penerimaan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan
berbagai wilayah Indonesia.
Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Dan
3. Mengingat pajak 1% atas peredaran bruto
Kontribusinya Terhadap Penerimaan
tertentu baru ditetapkan pada tahun 2013, Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak
maka Direktorat Jendral Pajak diharapkan Pratama Bantul”. Sekolah Tinggi
dapat meningkatkan intensitas waktu Akuntansi Negara, Tangerang.
Sosialisasi pada KPP Pratama di seluruh
Lubis, Irwansyah. 2011. Kreatif Gali Sumber Pajak
Indonesia dan tetap konsisten memberikan
Tanpa Bebani Rakyat. Jakarta : PT Elex
informasi melalui media cetak maupun Media Komputindo.
media elektronik. Sosialisasi yang konsisten
dan sering diadakan sejalan dengan tingkat Nurazizah, Yayuk dkk. 2011. OASIS
Pemotongan/Pemungutan PPh. Jakarta :
pengetahuan perpajakan yang dimiliki
DJP.
Wajib Pajak untuk menjalankan kewajiban
perpajakannya. Nurmantu, Safri. 2005. Pengantar Perpajakan.
4. DJP diharapkan untuk mengkaji ulang Jakarta : Granit.
terkait peraturan pajak atas peredaran bruto
Priambudi, Adam Adiansah Atsani. 2013.
tertentu agar pengenaan pajak lebih tepat “Pengaruh Pemahaman Perpajakan,
sasaran. Dapat dengan cara membedakan Tarif Pajak, Sanksi Pajak, Serta
Pelayanan Perpajakan Terhadap

8
Kepatuhan Wajib Pajak UMKM Di Kota
Surabaya”. Skripsi Universitas Brawijaya,
Malang.

Resmi, Siti. 2012. Perpajakan Teori dan Kasus.


Jakarta : Salemba Empat.

Suandy, Erly. 2008. Hukum Pajak. Jakarta :


Salemba Empat.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28


Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga
Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1983 Tentang Ketentuan Umum Dan
Tata Cara Perpajakan.

Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta :


Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai