Anda di halaman 1dari 5

RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

EKOLOGI ARSITEKTUR

Disusun oleh

Nama : Ramadyansyah

NPM : 180225000.P

UNIVERSITAS TRIDINANTI
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
APRIL 2019
2.1. Ekologi dan arsitektur ekologis
Atas dasar pengetahuan dasar – dasar ekologi yang telah telah diuraikan
pada bab sebelumnya, perhatian pada arsitektur sebagai ilmu teknik
dialihkan kepada arsitektur kemanusiaan yang memperhitungkan
keselarasan dengan alam maupun kepentingan penggunanya.

Konsep arsitektur ekologis yang holistis (berkeseluruhan)


Arsitektur ekologis tersebut mengandung bagian – bagian dari arsitektur
biologis, arsitektur alternatif, arsitektur matahari, arsitektur bionik, serta
pembangunan berkelanjutan. Istila arsitektur ekologis adalah istilah
holistik yang sangan luas & mengandung seluruh bidang tersebut.
Arsitektur ekologis tidak menentukan apa yang harus terjadi dalam
arsitektur karena tida ada sifat khas yang mengikat sebagai standar atau
ukuran baku, menghasilkan keselarasan antara manusia dan lingkungan
alamnya. Arsitektur ekologis juga mengandung dimensi lain kompleks,
padat, dan vital dibandingkan dengan arsitektur pada umumnya.

Berdasarkan diagram termodinamika tersebut diatas, maka bangunan


berkelanjutan yang ekologis
- Tidak menghabiskan bahan lebih cepat dari pada tumbuhnya
kembali bahan tersebut oleh alam.
- Menggunakan energi terbarukan secara optimal.
- Menghasilkan sampah yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
bahan baru.
-
2.2. Unsur pokok eko – arsitektur & pengaruh pada kesehatan manusia
Banyak manusia tradisional, segala materi terdiri dari empat unsur, yaitu
udara, air, tanah, & api walaupun menurut masa kini, hal ini jauh lebih
rumit, unsur tersebut dapat menjadi awal pembicaraan hubungan timbal
– balik antara gedung dan lingkungan.

2.3. Kualitas arsitetur dan tugas si arsitek


Batu, kayu, dan semen, dengan bahan tersebut akan dibuat rumah dan
istana, semuanya adalah persoalan kontruksi. Tiba – tiba hasilnya dapat
menyentuh hati saya merasa senang dan puas, saya berbahagia dan saya
berkata : inilah yang indah, inilah seni bangunan, dan inilah kesenian.
Lebih tepatnya yang ditonjolkan dalam sebuar rancangan arsitektur
adalah sebuah kualitas arsitektur yang biasanya sulit diukur dan
ditentukan, terlebih lagi dari bidang arsitektur.

3. Jejak ekologis

3.1. Pengertian jejak ekologis dan indikatornya


Setiap makhluk, manusia, binatang atau tumbuhan, merindukan
kehidupan. Akan tetapi, tidak ada makhlu yang mampu memuaskan nafsu
kehidupannya tanpa membatasi kualitas kehidupan makhluk yang lain.
Dalam hal ini diadakan dua percobaan untuk menyeimbangkan
ketidakseimbangan tersebut, yaitu kode etik lingkungan dan jejak
ekologis. Kebebasan manusia untuk memilih dan tugas untuk merawat
dunia ini dengan rasa penuh tanggung jawab etika lingkungan, maka etika
lingkungan masih menjadi tuntutan umum.
Untuk mengukur jejak ekologis dibutuhkan indikator – indikator seperti :
- Berapa luas lahan pertanian untuk menumbuhkan semua makanan seperti
beras, sayuran, rempah – rempah buah – buahan, tebu, teh, kopi, &
sebagainya.
- Berapa luas lahan pertanian yang dibutuhkan untuk menumbuhkan serat –
serat seperti kapok, linen, katun, murbai untuk menghasilkan produksi
dibidang tekstil.
- Berapa luas lahan pertanian yang dibutuhkan untuk peternakan seperti
rumput, jagung, kacang kedelai untuk memenuhi kebutuhan pangan
- Berapa luas danau & laut untuk menghasilkan ikan yang akan dikonsumsi
- Berapa luas lahan untuk membangun sebuah gedung dan jaringan
infrastruktur termasuk bahan bangunan yang menjadi komponen
rancangan pada sebuah karya kontruksi
- Brapa luas lahan hutan yang dibutuhan untuk menghasilan kayu yang
menjadi kebutuhan, dan hutan yang diperlukan untuk mengikat CO2
Barang – barang konsumsi yang menjadi kebutuhan manusia ternyata ada
yang melebihi cadangan bumi. Hal ini merupakan kenyaaan yang tidak
berkesinambungan dan tidak dapat dipertahankan dalam jangka panjang.

3.2. Jejak ekologis dan pengaruh atas pembangunan


Ketentuan bahwa 50% dari segala bahan yang diambil dari bumi yang
akan digunakan dibidang pembangunan harus dipertimbangkan kembali.
Dalam angka absolut, hal ini berarti bahwa pembangunan global
membutuhkan 600.000.000 m3 bahan baku setiap tahun dan dengan
begitu pengaruh atas jejak ekologis sangat berarti.
Selain eksploitasi bahan bangunan tersebut , perpindahan bahan itu dari
tempat semula ke tempat bangunan bisa juga sangat jauh dan dengan
demikian mencemari lingkungan dan memperluas jejak ekologisnya.
Lain halnya dengan makhluk hidup yang dapat berpindah – pindah
tempat, misalnya manusia. Kediak perhatian pada rantai bahan sebagai
peredaran alam mengakibatkan penyakit dan merusak lingkungan alam
sekitar. Pengertian rantai bahan sebagai sistem linier, yaitu bahan alami
dieksploitasi/dipanen kemudian diolah, dimanfaatkan, dan akhirnya
dibuang sebagai sampah yang seharusnya diubah menjadi peredaran
bahan yang makin lama makin integral.

Anda mungkin juga menyukai