Anda di halaman 1dari 8

2.

2 PENGENDALIAN INFEKSI BAGI PERAWAT DAN PERSONAL


LAYANAN KESEHATAN

Tidak berbeda dengan penyakit infeksi pada umumnya, kasus infeksi


nosokomial yang bersumber pada rumah sakit dan lingkungannya, dapat pula
dicegah dan dikendalikan dengan memerhatikan tiga sikap pokok berikut.

1. Kesadaran dan rasa tanggung jawab para petugas (medical provider)


bahwa dirinya dapat menjadi sumber penularan atau media perantara
dalam setiap prosedur dan tindakan medis (diagnosa dan terapi), sehingga
dapat menimbulkan terjadinya infeksi nosokomial.
2. Selalu ingat akan metode mengaliminasi mikroba patogen melalui
tindakan aseptik, disinfeksi, dan sterilisasi.
3. Disetiap unit pelayanan perawatan dan unit tindakan medis,khususnya
kamar operasi dan kamar bersalin,harus terjaga mutu sanitasinya.
Dengan demikian diharapkan kejadian infeksi nosokomial disetiap unit kerja
rumah sakit dapat dicegah atau dikendalikan.

Langkah-langkah yang harus dilakukan petugas ruangan/ bangsal perawatan


lain :

1. menjaga agar ruangan/bangsal perawatan selalu terjaga keebersihannya,


serta memerhatikan ventilasi dan pencahayaannya;
2. peralatan medis dan peralatan non medis yang tersedia dalam ruangan/
bangsal perawatan harus siap pakai, dalam keadaan bersih, dan tetap
terjaga sterilitasnya;
3. mencegah perilaku atau cara kerja petugas yang ceroboh, dengan tindakan
yang tidak higienis dan atau tindakan tidak aseptik;
4. mengenal diagnosis penyakit dari penderita terutama yang rawan
terjangkit infeksi nosokomial;
5. mengenal tindakan-tindakan invasif yang berpotensi dapat menimbulkan
infeksi nosokomial
6. mencegah terjadinya infeksi silang (cross infection) di antara penderita
yang dirawat dalam satu ruangan/ bangsal perawatan.

Dengan memahami butir-butir di atas, akan mempermudah petugas jaga (pagi,


siang, malam) untuk mengenal dan mengamati penderita, khususnya yang
berpotensi terjangkit infeksi nosokomial.

Sebagai sumber penularan atau resorvoir adalah orang (penderita), hewan,


serangga (arthopoda) seperti lalat, nyamuk, kecoa, yang sekaligus dapat berfungsi
sebagai media perantara. Contoh lain adalah sampah, limbah, ekskresi/sekreta dari

15
penderita, sisa makanan, dan lain-lain apabila perilaku hidup sehat sudah menjadi
budaya dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, serta sanitasi
lingkungan yang sudah terjamin, diharapkan kejadian penularan penyakit infeksi
dapat ditekan seminimal mungkin.

2.3 PERAN PERAWAT PENGENDALIAN INFEKSI

Pengendalian infeksi nosokomial merupakan suatu kendali mutu dalam


pelayananan keperawatan yang mengacu pada aktivitas yang digunakan untuk
mengevaluasi, memantau, atau mengatur layanan yang diberikan untuk konsumen
dengan menggunakan standar yang merupakan nilai dasar yang telah ditentukan
sebelumnya atau tingkat keunggulan yang berisi suatu model untuk diikuti dan
dipraktikkan sehingga memandu perawat secara individual dalam melakukan
asuhan yang aman dan efektif (marquis, 2010).

WHO (2002) menyatakan bahwa salah satu peran perawat dalam


pengendalian infeksi nosokomial adalah memantau teknik aseptik. Teknik aseptik
harus diterapkan pada semua prosedur asuhan keperawatan yang melibatkan
membran mukosa, darah dan cairan tubuh (CDC, 2002). Teknik aseptik yang
paling utama yang harus dilakukan perawat dalam pencegahan dan pengendalian
infeksi nosokomial adalah mencuci tangan (Larson, 2005). Mencuci tangan tetap
dilakukan walaupun sudah memakai sarung tangan atau alat pelindung lainnya
(Depkes, 1998).

Keterampilan perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dapat dilihat


dari tin dakan perawat dalam menerapkan standar operasional prosedur yang telah
ditentukan di rumah sakit (Depkes, 2001). Asuhan keperawatan yang sesuai
dengan standar operasional prosedur dapat mencegah terjadinya infeksi
nosokomial (Potter & Perry, 2005)

Menurut asumsi peneliti, apabila seorang perawat mengetahui bahwa dari hal
pemakaian baju dinas dapat menyebabkan infeksi nosokomial, maka angka
kejadian infeksi nosokomial dapat ditekan. Perawat yang mengenakan baju dinas
baik saat di dalam lingkungan pekerjaan ataupun diluar lingkungan pekerjaan
tidak hanya menyebarkan kuman penyakit kepada pasien yang dirawat di rumah
sakit saja. Namun kuman-kuman penyakit yang menempel di baju perawat yang
berasal dari rumah sakit dapat ditularkan kepada orang lain diluar lingkungan
rumah sakit yang kemungkinan memilki tubuh yang tidak sakit pada awalnya.

Fenomena dirumah sakit mengenai masih adanya perawat yang tidak


menerapkan upaya pengendalian infeksi nosokomial tersebut kemungkinan dapat
disebabkan karena perawat tidak pernah mengikuti pelatihan tentang infeksi

16
nosokomial sehingga keterampilan perawat dalam pencegahan dan pengendalian
infeksi nosokomial tergolong masih belum baik. Ivancevich et al (2007)
menyatakan bahwa latihan atau pelatihan dapat memperbaiki pengetahuan.
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk membentuk tindakan
atau perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007). Sehingga dapat dikatakan bahwa
pelatihan tentang infeksi nosokomial akan mempengaruhi pengetahuan dan
tindakan perawat dalam pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial.
Semakin sering mengikuti pelatihan maka pengetahuan dan keterampilan akan
semakin meningkat.

1) KOLABORATIF TIM MEDIS


kepemimpinan efektif merupakan pengetahuan kolaborasi adalah proses
dimana dokter dan perawat merencanakan dan praktek bersama sebagai
kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup
praktek mereka dengan berbagai nilai dan saling mengakui dan
menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk merawat
individu, keluarga dan masyarakat (Lindeke, L dan Sieckert, A, 2005).

Kesuksesan kolaborasi dalam suatu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh


faktor-faktor (Letica, 2008) yaitu faktor interaksi (interactional
determinants), yaitu hubungan interpersonal diantara anggota tim yang
terdiri dari kemauan untuk berkolaborasi, percaya, saling menghargai dan
berkomunikasi. Faktor organisasi (organizational determinants) yaitu
kondisi di dalam organisasi tersebut yang terdiri dari organizational
structure horisontal dianggap lebih berhasil daripada struktur hierarkis);
organization,s philosophy (nilai nilai keterbukaan, kejujuran, kebebasan
berekspresi, saling ketergantungan, integritas dan sikap saling percaya;
administrative support (kepemimpinan); team resource (tersedianya waktu
untuk bertemu dan berinteraksi, membagi lingkup praktek dengan
profesional lain, bekerja dalam suatu unit yang kecil); coordination
mechanism (pertemuan formal untuk diskusi, standarisasi prosedur dalam
bekerja). Faktor lingkungan organisasi (organization’s environment/
systemic determinants) yaitu elemen diluar organisasi seperti sistem sosial,
budaya, pendidikan, dan profesional. Menurut Evans et all (1994) sistem
sosial yang dapat menghambat praktek kolaborasi adalah ketidaksetaraan
diantara masing-masing profesi, perbedaan gender dimana laki-laki lebih
berkuasa dari perempuan dan perbedaan status ekonomi. Beberapa sistem
budaya dapat menghambat suatu kolaborasi misalnya otonomi profesi.

17
2) OPERAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Pengertian operan
Operan sering disebut dengan timbang terima atau over hand. Operan
adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan)
yang berkaitan dengan keadaan klien. Harus dilakukan seefektig mungkin
dengan cara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat,
tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/ belum dan perkembangan saat
itu informasi yang disampaikan harus akurat, jadi kesinambungan asuhan
keperawatan bisa berjalan dengan sempurna.

Tujuan operan
 Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien
 Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
 Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.

Langkah-langkah operan
 Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
 Petugas Shift yang akan mengoperkan mempersiapkan hal-hal yang
akan disampaikan.
 Perawat primer atau ketua tim menyampaikan kepada penanggung
jawab shift yang selanjutnya.
 Penyampaian operan diatas harus dilakukan secara jelas & tidak
terburu-buru.
 Perawat primer atau ketua tim & anggota kedua shift observasi
langsung kondisi klien.

Prosedur operan
1. Persiapan
• Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap.
• Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
2. Pelaksanaan
• Operan dilaksanakan setiap pergantian shift.
• Dari Nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan operan
dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang
masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah & yang
belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu
dilimpahkan.

18
• Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang
lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian
diserahterimakan kepada perawat jaga berikutnya.
• Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat operan
a. Identitas pasien & diagnosa medis
b. Masalah keperawatan yang muncul
c. Tindakan keperawatan yang sudah dan yang belum
d. Intervensi kolaboratif dan dependensi
e. Rencana umum & persiapan lain.
• Perawat yang melakukan operan dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang dioperkan.
• Penyampaian pada operan secara singkat & jelas.
• Lama operan untuk tiap pasien tidak lebih dari 5 menit, kecuali
pada kondisi khusus.
• Pelaporan untuk operan dituliskan secara langsung pada buku
laporan ruangan oleh Perawat primer.

Dokumentasi dalam operan


• Identitas klien
• Diagnosa medis klien
• Dokter yang menangani
• Kondisi saat klien ini
• Masalah Keperawatan
• Intervensi yang sudah dilakukan
• Intervensi yang belum dilakukan
• Tindakan kolaborasi
• Rencana umum dan persiapan lain
• Tanda tangan dan nama terang

CONTOH DOKUMENTASI OPERAN

OPERAN TIM A
NO NAMA/UMUR/NO.REG/
DX/DR. LAPORAN KEGIATAN
1 Ny. Tholhah (42 thn)
(5870049) Ca.Mammae post mastektomi / Dr.Nindi KU: baik,
komposmentis. TD: 110/80, N: 100 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 37 C.
Keluhan: nyeri pada luka lengan atas sebelah kanan dengan skala 7.
Masalah keperawatan: Nyeri, Resti infeksi dan gangguan integritas kulit.

19
Rencana yg sudah dilakukan: monitor TTV, Relaksasi & distraksi, ganti
balut, Injeksi Tramadol 1 ampul, Injeksi Cefotaxim 500 mg. Rencana yg
belum dilakukan: Kaji tanda-tanda infeksi, Kaji luka dan kaji nyeri.
Terapi: Tramadol 3x1 amp, Cefotaxim 2 x 500 mg, Infus NaCl 20
tts/mnt. Persiapan lain tidak ada.

2 Ny. Musayadah (47 thn)


(5873281) Ca Recti / Dr. Nindi KU : lemah, komposmentis, pucat,
anemis. TD: 100/60, N: 80 x/mnt, RR : 20 x mnt, S: 37 C. Keluhan nyeri
diarea anal, skala 7 dari 10. Masalah keperawatan: Nyeri. Rencana yang
sudah dilakukan: monitor TTV dan distraksi dan relaksasi. Rencana yang
belum dilakukan : pemberian asam mefenamat 500 mg peroral.
Terapi: Asam mefenamat 3 x 500 mg, Vit. B kompleks 3 x 1 tablet.
Persiapan lain: USG abdomen dan Cek albumin besok pagi, Konsul ke
Internis, Persiapan kolon in loop.

OPERAN TIM B
NO NAMA/UMUR/NO.REG/
DX/DR. LAPORAN KEGIATAN
1 Ny. Dewi (41 thn)
(5874031) Ca.Mammae / Dr. Samsul KU: baik, komposmentis. TD:
110/80, N: 100 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 37 C. Keluhan: takut kalau mau
dioperasi. Masalah keperawatan: Ansietas. Rencana yg sudah dilakukan:
monitor TTV, Motivasi individu. Rencana yg belum dilakukan:
Relaksasi, Pendidikan klien. Terapi: Vitamin C 3 x 500 mg, Vitamin B
kompleks 3 x 1 tablet peroral. Persiapan lain : Cek darah rutin.

2 Ny. Masamah (67 thn)


(5870051) Tumor kulit / Dr. Joko KU : baik, komposmentis. TD: 150/80,
N: 80 x/mnt, RR : 20 x mnt, S: 37 C. Keluhan nyeri skala 7 dari 10.
Masalah keperawatan: Nyeri. Resikio tinggi infeksi, gangguan integritas
kulit. Rencana yang sudah dilakukan: monitor TTV dan distraksi dan
relaksasi, ganti balut, Injeksi Cefotaxim 500 mg. Rencana yang belum
dilakukan : pemberian asam mefenamat 500 mg peroral, Monitor TTV.
Terapi: Asam mefenamat 3 x 500 mg, Cefotaxim 2 x 500 mg.
Persiapan lain: Program operasi ditunda besok pagi.

20
KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA TEAM KESEHATAN TERHADAP
PENCEGAHAN DAN PENYEBARAN INFEKSI

Berbagai jenis komunikasi antar petugas dapat terjadi di fasilitas


kesehatan, bergantung pada besar dan struktur organisasi fasilitas tersebut.
Komunikasi dalam satu puskesmas kelurahan akan sangat berbeda dengan
komunikasi dalam puskesmas kecamatan. Komunikasi dalam klinik 24 jam akan
sangat berbeda dengan rumah sakit daerah tingkat II, lebih-lebih bila di
bandingkan dengan rumah sakit rujukan. Secara umum, jenis komunikasi antar
petugas yang dapat terjadi si suatu organisasi layanan kesehtan antara lain.

(1) komunikasi antara perawat dengan perawat,

(2) komunikasi antara dokter dengan perawat,

(3) komunikasi antara perawat dengan ahli terapi,

(4) komunikasi antara perawat dengan ahli farmasi,

(5) komunikasi perawat dengan ahli gizi.

Jenis-jenis komunikasi tersebut tentunya bisa lebih banyak lagi bergantung


kepada besarnya organisasi dan banyaknya jenis pelayanan yang diberikan.
Semakin banyk jenis komunikasi yang ada suatu organisasi tersebut,
kemungkinan terjadi gangguan komunikasi juga lebih besar. Pemahaman terhadap
jenis komunikasi di organisasi layanan kedokteran, bagaimana komunikasi
dilaksanakan, diidentifikasi masalah komunikasi, penyebab hambatan komunikasi
dan bagaimana mengatasi hambatan tersebut diharapkam dapt meningkatkan
kualitas pelayanan.

Ada berbagai cara untuk menentukan informasi mengenai klien diantara


anggota tim perawatan dan kesehatan, antara lain adalah reporting dan recording

Contoh:

1. report(pelaporan)
• perawat memberi laporan verbal kepada perawat lain yang bekerja pada
shift berikutnya
• seseorang dokter dapat meminta laporan tentang kemajuan kesehatan
klien kepada perawat
• bagian laboratorium menyampaikan laporan tertulis hasil pemeriksaan
laboratorium untuk dimasukkan kedalam catatan medis yang permanen
(the permanen medical record)
• proses report (pelaporan) dapat berlangsung pada saat:

21
a. diskusi diantara anggota tim kesehatan
baik secara formal maupun informal, untuk mengkaji kembali
informasi yang ada sehingga masalah dapat diidentifikasi dan
ditemukan penyelesaiannya.
b. Konsultasi
Merupakan suatu bentuk diskusi dimana seseorang profesional
memberikan saran formal kepada orang lain mengenai perawatan
klien.

Contoh: perawat spesialis memberi saran tentang terapi yang terbaik


untuk mengkontrol efek samping kemoterapi atau seseorang dokter
konsultasi kepada ahli gizi untuk memilih terapi diet yang paling baik
untuk kliennya.
Hasil diskusi dan konsultasi sebaiknya didokumentasikan dalam
catatan permanen klien sehingga semua anggota tim perawat kesehatan
dapat mengambil manfaat dari informasi dan rencana perawatan yang
sesuai

2. Record (catatan)
Adalah pencatatan yang permanen yang mendokumentasikan informal
yang relevan untu manajemen perawatan kesehatan klien. Contoh:
pencatatan setelah tiap kunjungan klinik mengenai proses perawatan klien.
Pencatatan yang baik harus dapat berguna bagi seluruh tim keperawatan
dan anggota tim kesehatan lainnya. Pencatatan pada pendokumentasian
perawatan ini merupakan laporan yang berkelanjutan mengenai status
kesehatan dan kebutuhan klien selama rawat inap.

22

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen19 halaman
    Bab Ii
    Rania Atika Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab I Ekg
    Bab I Ekg
    Dokumen2 halaman
    Bab I Ekg
    Rania Atika Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab I Ekg
    Bab I Ekg
    Dokumen2 halaman
    Bab I Ekg
    Rania Atika Putri
    Belum ada peringkat
  • Ayat Pertama Dan Terakhir Alquran
    Ayat Pertama Dan Terakhir Alquran
    Dokumen1 halaman
    Ayat Pertama Dan Terakhir Alquran
    Rania Atika Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii 2.1
    Bab Ii 2.1
    Dokumen13 halaman
    Bab Ii 2.1
    Rania Atika Putri
    Belum ada peringkat
  • Latar Belakang
    Latar Belakang
    Dokumen2 halaman
    Latar Belakang
    Rania Atika Putri
    Belum ada peringkat
  • Soal Ujian Dan Jawaban Agamaaa Semster 1
    Soal Ujian Dan Jawaban Agamaaa Semster 1
    Dokumen3 halaman
    Soal Ujian Dan Jawaban Agamaaa Semster 1
    Rania Atika Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii 2.1
    Bab Ii 2.1
    Dokumen13 halaman
    Bab Ii 2.1
    Rania Atika Putri
    Belum ada peringkat
  • Eliminasi Kata Pengantar
    Eliminasi Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Eliminasi Kata Pengantar
    Rania Atika Putri
    Belum ada peringkat
  • Paradigma Keperawatan
    Paradigma Keperawatan
    Dokumen11 halaman
    Paradigma Keperawatan
    Rania Atika Putri
    Belum ada peringkat
  • Eliminasi Kata Pengantar
    Eliminasi Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Eliminasi Kata Pengantar
    Rania Atika Putri
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Rania Atika Putri
    Belum ada peringkat
  • KATA PENGANTAR Eliminasi
    KATA PENGANTAR Eliminasi
    Dokumen1 halaman
    KATA PENGANTAR Eliminasi
    Rania Atika Putri
    Belum ada peringkat
  • Latar Belakang
    Latar Belakang
    Dokumen2 halaman
    Latar Belakang
    Rania Atika Putri
    Belum ada peringkat
  • Latar Belakang
    Latar Belakang
    Dokumen2 halaman
    Latar Belakang
    Rania Atika Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen2 halaman
    Bab Iii
    Rania Atika Putri
    Belum ada peringkat
  • KATA PENGANTAR Eliminasi
    KATA PENGANTAR Eliminasi
    Dokumen1 halaman
    KATA PENGANTAR Eliminasi
    Rania Atika Putri
    Belum ada peringkat
  • Tabel Pengamatan Aluminium
    Tabel Pengamatan Aluminium
    Dokumen1 halaman
    Tabel Pengamatan Aluminium
    Rania Atika Putri
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Rania Atika Putri
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen16 halaman
    Kata Pengantar
    Rania Atika Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Rania Atika Putri
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Rania Atika Putri
    Belum ada peringkat
  • Landasan Nasionalisme Bangsa Indonesia
    Landasan Nasionalisme Bangsa Indonesia
    Dokumen1 halaman
    Landasan Nasionalisme Bangsa Indonesia
    Rania Atika Putri
    Belum ada peringkat
  • Daftar Is1
    Daftar Is1
    Dokumen1 halaman
    Daftar Is1
    Rania Atika Putri
    Belum ada peringkat
  • BAB I Eliminasi
    BAB I Eliminasi
    Dokumen2 halaman
    BAB I Eliminasi
    Rania Atika Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Rania Atika Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Rania Atika Putri
    Belum ada peringkat
  • Konsep Dasar Keperawatan
    Konsep Dasar Keperawatan
    Dokumen18 halaman
    Konsep Dasar Keperawatan
    Rania Atika Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Rania Atika Putri
    Belum ada peringkat