Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

HARGA DIRI RENDAH

A. Pengertian
Harga diri rendah merupakan perasaan negative terhadap diri sendiri termasuk
kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak
ada harapan dan putus asa (Depkes RI,2000)
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
Adanya perasaan hilang percaya diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai ideal diri (keliat,2001)
Harga diri rendah adalah persaan negative, tidak berharga, tidak berarti, rendah diri
berkepanjangan terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.

B. Proses terjadinya harga diri rendah


Gangguan harga diri rendah dapat terjadi secara :
1) Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus dioprasi, kecelakaan, dicerai suami,
putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri
rendah karena privasi yang kurang diperhatikan seperti pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan yang struktur, bentuk dan
fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang
tidak menghargai.
2) Maturasional
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan maturasi adalah :
(1) Bayi/usia bermain/pra sekolah berhubungan dengan kurang stimulasi atau
kedekatan, perpisahan dengan orangtua, evaluasi negative dari orangtua, tidak
adekuat dengan orangtua, ketidak mampuan mempercayai orang terdekat.
(2) Usia sekolah berhubungan dengan kegagalan mencapai tingkat atau peringkat
objektif, kehilangan kelompok sebaya, umpan balik negative berulang.
(3) Remaja pada usia remaja penyebab harga diri rendah , jenis kelamin, gangguan
hubungan teman sebagai perubahan dalam penampilan, masalah-masalah pelajaran
kehilangan orang terdekat.
(4) Usia sebaya. Berhubungan dengan perubahan yang berkaitan dengan penuaan.
(5) Lansia. Berhubungan dengan kehilangan (orang, financial, pension)
3) Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri yang telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negative. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negative terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan
respons yang maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik
yang kronis atau pasien gangguan jiwa.

1. Rentang respons konsep diri


Individu dengan kepribadian sehat akan terdapat citra tubuh yang positif/sesuai.,
ideal diri yang realistic, konsep diri positif, harga diri tinggi, penampilan peran yang
memuaskan dan identitas yang jelas. Respon konsep diri sepanjang rentang sehat-
sakit berkisar dari status aktualisasi diri (paling adaptif) sampai pada keracunan
identitas/depersonalisasi (maladaptive).

Respons Adaptif
Respons Maladaptif

Aktualisasi diri konsep diri positif harga diri rendah keracunan Depersonalisas

identitas
Keterangan :

1. Respon adaptif adalah respon yang dihadapi klien bila klien menghadapi suatu masalah
dapat menyelesaikannya secara baik antara lain :
a) Aktualisasi diri
Kesadaran akan diri berdasarkan konservasi mandiri termasuk persepsi masalalu akan
diri dan perasaannya.
b) Konsep diri positif
Menunjukan individu akan sukses dalam menghadapi masalah.
2. Respon mal-adaptif adalah respon individu dalam menghadapi maslaah dimana individu
tidak mampu memecahkan maslah tersebut. Respon maladaptive gangguan konsep diri
adalah :
a) Harga diri rendah
Transisi antara respon konsep diri positif dan mal adaptif.
b) Kekacauan identitas
Identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan kehidupan dalam
mencapai tujuan.
c) Depersonalisasi (tidak mengenal diri)
Tidak mengenal diri yaitu mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu
berhubungan dengan oranglain secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak
dapat membina hubungan baik dengan oranglain.

2. Etiologi
1) Faktor predisposisi
a. Faktor biologis
1. Kerusakan lobus frontal
2. Kerusakan hipotalamus
3. Kerusakan system limbic
4. Kerusakan neurotransmitter
b. Faktor psikologis
1. Penolakan orangtua
2. Harapan orangtua tidak realistis
3. Orang tua yang tidak percaya pada anaknya
4. Tekanan teman sebaya
5. Kurang reward system
6. Dampak penyakit kronis
c. Faktor social
1. Kemiskinan
2. Terisolasi dari lingkungan
3. Interaksi kurang baik dalam keluarga
d. Faktor cultural
1. Tuntutan peran
2. Perubahan kultur
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan
orangtua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,
ideal diri yang tidak realistis.

2) Faktor presipitasi
Adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,
kegagaln atau produktivitas yang menurun. Secara umum gangguan konsep diri
harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara
situasional misalnya karena trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya
harus dioperasi, kecelakaan, perkosaan, atau dipenjara termasuk dirawat
dirumah sakit bias menyebabkan harga diri, harga diri rendah di sebabkan
karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak
nyaman.
Penyebab lainnya adalah harapan fungsi tubuh yang tidak tercapai serta
perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga.
Harga diri rendah kronik biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum
dirawat klien sudah memiliki pikiran negative dan meningkat saat dirawat.
Dipengaruli oleh factor internal dan ekternal.
3. Rentang Respon Pathway

Faktor predisposisi :
- Faktor biologis
Perubahan penampilan :
- Faktor psikologis
- Kehilangan bagian tubuh. - Faktor social
- Kehilangan bagian tubuh. - Faktor kultural
- Bentuk badan berubah. - Faktor presipitasi

Harapan yang tidak sesuai


dengan kenyataan.

Equilibrium (keseimbangan)
terganggu.

Kecewa/setress

Positif positif

Ada faktor yang mengimbangi tidak ada faktor yang mengimbangi

Realitas terhadap kejadian tidak realitas terhadap kejadian

Dorongan situasi kuat dorongan situasi tidak kuat

Mekanisme pertahanan kuat mekanisme pertahanan tidak kuat

Problema terpecahkan equilibrium tak seimbang

Equilibrium seimbang KRISIS

Tidak ada krisis


- perasaan malu terhadap diri sendiri
akibat penyakit
- percaya diri kurang
Harga Diri Rendah
- perasaan tidak mampu
- pandangan hidup yang pesimistis
4. Tanda dan gejala
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut menjadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya
segera ke rumah sakit, menyalahkan/mengejek dan mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya
orang bodoh, dan tidak tau apa-apa.
4. Percaya diri kurang. Misalnya : klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternative tindakan.
5. Ekpresi malu atau merasa bersalah dan khawatir, menolak diri sendiri.
6. Perasaan tidak mampu.
7. Pandangan hidup yang pesimistis.
8. Tidak berani menatap lawan bicara.
9. Lebih banyak menunduk.
10. Penolakan terhadap kemampuan diri.
11. Kurang memperhatikan perawatan diri.
12. Data objektif :
a) Produktifitas menurun
b) Perilaku distruktif pada diri sendiri
c) Perilaku distruktif pada orang lain.
d) Penyalahgunaan zat.
e) Menarik diri dari hubungan social.
f) Ekspresi wajah malu dan merasa bersalah.
g) Menunjukan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
h) Tampak mudah tersinggung/mudah marah.
C. Proses keperawatan klien harga diri rendah
1. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama pada proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri
dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang
dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, social, dan spiritual.
Isi dari pengkajian tersebut adalah :
I. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa,
nama panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat
pertemuan, topic yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No
RM, tanggal pengkajian dan sumber data yang didapatkan.
II. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat dirumah sakit,
apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah ini. Pada klien dengan harga diri rendah klien
meyendiri, tidak mampu menatap lawan bicara, merasa tidak mampu.
III. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil
pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga, dan tindakan criminal. Menanyakan kepada klien dan keluarga
apakah ada yang mengalami gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang
pengalaman yang tidak menyenangkan. Pada klien dengan perilaku kekerasan
faktor predisposisi, faktor presifitasi klien dari pengalaman masa lalu yang
tidak menyenangkan, adanya riwayat anggota keluarga yang gangguan jiwa dan
adanya riwayat penganiayaan.
IV. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, dan tanyakan apakah ada keluhan
fisik yang dirasakan klien. Memeriksa apakah ada kekurangan pada kodisi
fisiknya. Pada klien harga diri rendah terjadi peningkatan tekanan darah,
peningkatan frekuensi nadi.
V. Psikososial
1. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh. Penelusuran genetic
yang menyebabkan/menurunkan gangguan jiwa merupakan hal yang sulit
dilakukan hingga saat ini.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai,
reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang
disukai. Pada klien harga diri rendah klien cenderung merendahkan
dirinya sendiri, perasaan tidak mampu dan rasa bersalah terhadap diri
sendiri.
b. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap
status dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan,
keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya.
Klien dengan harga diri rendah klien lebih banyak menunduk, kurang
percaya diri, dan tidak berani menatap lawan bicara.
c. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau
perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat,
bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut. Pada klien HDR
tidak mampu melakukan perannya secara maksimal hal ini ditandai
dengan kurang percaya diri dan motivasi yang kurang dari individu
tersebut.
d. Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran,
dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap
lingkungan, harapan klien terhadap penyakit, bagaimana jika kenyataan
tidak sesuai dengan harapannya. Pada klien dengan harga diri rendah
klien cenderung percaya diri kurang, selalu merendahkan martabat, dan
penolakan terhadap kemampuan dirinya.
e. Harga diri
Yaitu penilaian tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal
dirinya. Pada klien dengan HDR merasa malu terhadap dirinya sendiri,
rasa bersalah terhadap dirinya sendiri, merendahkan martabat,
pandangan hidup yang pesimis, penolakan terhadap kemampuan diri,
dan percaya diri kurang.
3. Hubungan social
Tanyakan orang yang sangan berarti dihidup klien, tanyakan uapaya yang
biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti
dalam masyarakat, keterlibatan atau peran setra dalam kegiatan
kelompok/masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan oranglain,
minat berinteraksi dengan oranglain. Dalam hal ini orang mengalami harga
diri rendah cenderung menarik diri dari lingkungan sekitarnya dank lien
merasa malu.
4. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan Ibadan/menjalankan keyakinan, kepuasan
dalam menjalankan keyakinan. Pada klien harga diri rendah cenderung
berdiam diri, dan tidak melaksanakan fungsi spiritualnya.
VI. Status mental
1. Penampilan
Melihat menampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada
yang tidak rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak
seperti biasanya, kemampuan klien dalam berpakaian, dampak ketidak
mampuan berpenampilan baik/berpakaian terhadap status psikologis klien.
Pada klien dengan harga diri rendah klien kurang memperhatikan perawatan
diri, klien dengan harga diri rendah rambut tampak kotor dan lusuh, kuku
panjang dan hitam, kulit kotor dan gigi kuning.
2. Pembicaraan
Klien dengan HDR bicaranya cenderung gagap, sering terhenti/bloking,
lambat, membisu, menghindar, dan tidak mampu memulai pembicaraan.
3. Aktivitas motoric
Pada klien dengan HDR klien lebih sering menunduk, tidak berani menatap
lawan bicara, dan merasa malu.
4. Afek dan emosi
Klien cenderung datar (tidak ada perubahan roman muka pada saat ada
stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan)
5. Interaksi selama wawancara
Pada klien dengan HDR klien kontak kurang (tidak mau menatap lawan
bicara)
6. Proses pikir
a. Arus fikir
Klien dengan HDR cenderung bloking (pembicaraan terhenti tiba-tiba
tanpa gangguan dari luar kemudian dilanjutkan kembali)
b. Bentuk fikir
Otistik : bentuk pemikiran yang berupa fantasia atau lamunan untuk
memuaskan keinginan yang tidak dapat dicapainya.
c. Isi fikir
- Pikiran rendah diri : selalu merasa bersalah pada dirinya dan
penolakan terhadap kemampuan diri. Klien menyalahkan, menghina
dirinya terhadap hal-hal yang pernah dilakukan ataupun belum
pernah dilakukan.
- Rasa bersalah : pengungkapan diri negative
- Pesimis : berpandangan bahwa masa depan dirinya yang suram
tentang banyak hal didalam kehidupannya.
7. Tingkat kesadaran
Klien dengan HDR tingkat kesadarannya composmentis, namun ada
gangguan orientasi terhadap oranglain.
8. Memori
Klien dengan HDR mampu mengingat memori jangka panjang ataupun
jangka pendek.
9. Tingkat konsentrasi
Tingkat konsentrasi klien HDR menurun karena pemikiran dirinya sendiri
yang merasa tidak mampu.
10. Kemampuan penilain/pengambilan keputusan
Klien dengan HDR sulit menentukan tujuan dan mengambil keputusan
karena selalu terbayang ketidak mampuan untuk dirinya sendiri.
11. Daya Tarik
Mengingkari penyakit yang diderita : klien tidak menyadari gejala penyakit
(perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta
pertolongan/klien menyangkal keadaan penyakitnya, klien tidak mau
bercerita tentang penyakitnya. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya :
menyalahkan orang lain atau lingkungan yang menyebabkan timbulnya
penyakit atau masalah sekarang.

VII. Kebutuhan perencaan pulang


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
2. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
VIII. Mekanisme koping
Bagaimana dan jelaskan reaksi klien bila menghadapi suatu permasalahan,
apakah menggunakan cara-cara yang adaptif seperti bicara dengan oranglain,
mampu menyelesaikan masalah, teknik relaksasi, aktifitas kontruktif, olahraga,
dll ataukah menggunakan cara-cara yang maladaptive seperti meminum
alcohol, merokok, reaksi lambat/berlebihan, menhindar, mencederai diri atau
lainnya.
Pada proses pengkajian, data penting dan masalah yang perlu dikaji adalah :
No Masalah Data subyektif Data objektif
keperawatan
1. Masalah utama : a. Mengungkapkan a. Merusak diri
Gangguan konsep ingin diakui jati sendiri maupun
diri : dirinya. oranglain.
Harga diri rendah. b. Mengungkapkan b. Ekspresi malu.
tidak ada lagi c. Menarik diri
yang peduli. dari hubungan
c. Mengungkapkan social.
tidak bisa apa- d. Tampak
apa. mudah
d. Mengungkapkan tersinggung.
dirinya tidak e. Tidak mau
berguna. makan dan
e. Mengkritik diri tidak tidur.
sendiri. Perasaan
tidak mampu.
2. Masalah a. Mengungkapkan a. Tampak
keperawatan: ketidakmampuan ketergantungan
koping individu dan meminta terhadap
tidak efektif bantuan orang oranglain.
lain. b. Tampak sedih
b. Mengungkapkan dan tidak
malu dan tidak melakukan
bisa ketika diajak aktivitas yang
melakukan seharusnya
sesuatu. dapat
c. Mengungkapkan dilakukan.
tidak berdaya c. Wajah tampak
murung.
dan tidak ingin
hidup lagi.
3. Masalah a. Mengungkapkan a. Ekspresi wajah
keperawatan : enggan berbicara kosong tidak ada
menarik diri : dengan oranglain. kontak mata.
isolasi social b. Klien mengatakan b. Ketika diajak
malu bertemu dan bicara suara pelan
berhadapan dengan dan tidak jelas
oranglain. hanya memberi
jawaban singkat
(ya/tidak).
c. Menghindar ketika
didekati.

a. Pohon masalah
Isolasi social : menarik diri (akibat)

Gangguan konsep diri : harga diri rendah (core problem)

Tidak efektifnya koping individu (causa/penyebab)


b. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
2. Isolasi social : menarik diri.
3. Koping individu tidak efektif.
Intervensi

Rencana Keperawatan
Klien dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Perencanaan
Intervensi Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi
Tujuan Umum :
Klien mampu
meningkatkan harga
diri
Tujuan Khusus 1 : Kriteria evaluasi : 1.1 Bina hubungan Hubungan saling
Klien dapat membina 1. Klien dapat saling percaya percaya akan
hubungan saling mengungkapkan a. Sapa klien dengan menimbulkan
percaya perasaannya ramah, baik kepercayaan klien
2. Ekspresi wajah verbal maupun pada perawat
bersahabat non verbal sehingga akan
3. Ada kontak mata b. Perkenalkan diri memudahkan dalam
4. Menunjukan rasa dengan sopan pelaksanaan tindakan
senang c. Tanya nama selanjutnya
5. Mau berjabat lengkap klien dan
tangan nama panggilan
6. Mau menjawab yang disukai klien
salam d. Jelaskan tujuan
7. Klien mau duduk pertemuan,jujur,
berdampingan dan menepati janji
8. Klien mau e. Tunjukan sikap
mengutarakan empati dan
masalah yang menerima klien
dihadapi apa adanya
f. Beri perhatian
pada klien
1.2 Beri kesempatan
untuk
mengungkapkan
perasaan tentang
penyakit yang
dideritanya
1.3 Sediakan waktu
untuk
mendengarkan
klien
1.4 Katakan pada
klien bahwa ia
adalaj seorang
yang berharga
dan bertanggung
jawab serta
mampu menolong
dirinya sendiri
Tujuan khusus 2 : Kriteria Evaluasi : 2.1 Diskusikan Pujian akan
Klien dapat 1. Klien mampu kemampuan dan meningkatkan harga
mengidentifikasi mempertahankan aspek positif yang diri klien
kemampuan dan aspek yang positif dimiliki klien dan
asfek positif yang beri pujian/
dimiliki reinforcement atas
kemampuan
mengungkapkan
perasaan
2.2 Saat bertemu
klien, hindarkan
memberi
penilaian negatif.
Utamakan
memberi pujian
yang realistis
Tujuan Khusus 3 : Kriteria evaluasi : 3.1 Diskusikan Peningkatan
Klien dapat menilai 1. Kebutuhan klien kemampuan yang kemampuan
kemampuan yang terpenuhi masih dapat mendorong klien
dapat digunakan 2. Klien dapat digunakan selama untuk mandiri
melakukan sakit
aktifitas terarah 3.2 Diskusikan juga
kemampuan yang
dapat dilanjutkan
penggunaan
dirumah sakit dan
dirumah nanti
Tujuan khusus 4 : Kriteria evaluasi : 4.1 Rencanakan Pelaksanaan kegiatan
Klien dapat 1. Klien mampu bersama klien secara mandiri modal
menetapkan dan beraktifitas sesuai aktivitas yang awal untuk
merencanakan kemampuan dapat dilakukan meningkatkan harga
kegiatan sesuai 2. Klien mengikuti setiap hari sesuai diri
dengan kemampuan terapi aktivitas kemampuan :
yang dimiliki kelompok Kegiatan mandiri,
kegiatan dengan
bantuan minimal,
kegiatan dengan
bantuan total.
4.2 Tingkatkan
kegiatan sesuai
dengan toleransi
kondisi klien
4.3 Beri contoh cara
pelaksanaan
kegiatan yang
boleh klien
lakukan (sering
klien takut
melaksanakannya)
Tujuan khusus 5 : Kriteria evaluasi : 5.1 Beri kesempatan Dengan aktivitas
Klien dapat 1. Klien mampu klien untuk klien akan
melakukan kegiatan beraktivitas sesuai mencoba kegiatan mengetahui
sesuai kondisi sakit kemampuan yang kemampuannya
dan kemampuannya direncanakan
5.2 Beri pujian atas
keberhasilan klien
5.3 Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan
dirumah
Tujuan khusus 6 : Kriteria evaluasi : 6.1 Beri pendidikan Perhatikan keluarga
Klien dapat 1. Klien mampu kesehatan pada dan pengertian
memanfaatkan melakukan apa keluarga tentang keluarga akan dapat
system pendukung yang diajarkan cara merawat membantu
yang ada 2. Klien mau klien harga diri meningkatkan harga
memberikan rendah diri klien
dukungan 6.2 Bantu keluarga
memberi
dukungan selama
klien di rawat
6.3 bantu keluarga
menyiapkan
lingkungan
dirumah

4. Implementasi
Implementasi meliputi implementasi pada pasien dan keluarga.
a. SP pasien
SP 1
 Mengidentifikasi kemampuan dan asfek positif yang dimiliki pasien
 Menilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini
 Memilih kemampuan yang akan dilatih
 Melatih kemampuan pertama yang dipilih
 Memasukkan dalam jadwal kegiatan harian pasien
SP 2
 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien (SP 1)
 Melatih kemampuan kedua yang dipilih pasien
 Melatih kemampuan yang dipilih
 Memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
SP 3
 Mengevaluasi kegiatan harian yang lalu (SP 1 dan 2)
 Memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan
 Melatih kemampuan ketiga yang dipilih
 Masukkan dalam kegiatan jadwal pasien
b. SP Keluarga
SP 1
 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
 Menjelaskan pengertian,tanda dan gejala harga diri rendah serta proses terjadinya
 Menjelaskan cara merawat klien dengan harga diri rendah
 Bermain peran dalam merawat pasien HDR
 Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien
SP 2
 Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1)
 Melatih keluarga merawat langsung klien dengan harga diri rendah
 Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien
SP 3
 Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1)
 Evaluasi kemampuan klien
 Rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan

5. Evaluasi
1. Kemampuan pasien dan keluarga
Format evaluasi penilaian kemampuan pasien dan keluarga
dengan Harga Diri Rendah

Nama pasien :
Ruangan :

Petunjuk pengisian
1. Beri tanda (v) jika pasien mampu melakukan kemampuan dibawah ini
2. Tulis tanggal setiap dilakukan supervisi
No. Kemampuan Tanggal
A. Pasien
1 Menyebutkan kemampuan dan aspek
posotif yang dimiliki
2 Menilai kemampuan yang masih
dapat digunakan
3 Memilih kegiatan yang akan dilatih
sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
4 Melatih kegiatan yang telah dilatih
5 Melaksanakan kemampuan yang
telah dilatih
6 Melakukan kegiatan sesuai

No Kemampuan Tanggal
B Keluarga
1 Menjelaskan pengertian dan tanda-
tanda orang HDR
2 Menyebutkan tiga cara merawat
pasien HDR (memberikan pujian,
menyediakan fasilitas untuk pasien,
dan melatih pasien melakukan
kemampuan)
3 Mampu mempraktekkan cara
merawat pasien
4 Melakukan follow up sesuai rujukan
3. Kemampuan perawat
Penilaian kemampuan perawat dalam merawat pasien HDR

Ruangan : ...................
Nama Perawat : ....................
Petunjuk pengisian:
Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP dengan menggunakan Instrumen
penilaian kinerja.
Nilai tiap penilaian kinerja masukkan ke tabel padabaris nilai SP.

No Kemampuan Tanggal
A Pasien
SP I p
1 Mengidentifikasi kemampuan dan
aspek positif yang masih dapat
digunakan
2 Membantu pasien menilai
kemampuan pasien yang masih dapat
digunakan
3 Membantu pasien memilih kegiatan
yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan pasien
4 Melatih pasien sesuai kemampuan
yang dipilih
5 Memberikan pujian yang wajar
terhadap keberhasilan pasien
6 Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
Nilai SP I p
SP II p
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2 Melatih kemampuan kedua
3 Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
Nilai SP II p

No Kemampuan Tanggal
B Keluarga
SP I k
1 Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
2 Menjelaskan pengertian, tanda dan
gejala harga diri rendah yang dialami
pasien beserta proses terjadinya
Nilai SP I k
3 Menjelaskan cara-cara merawat
pasien harga diri rendah
SP II k
1 Melatih keluarga mempraktekkan
cara merawat pasien dengan harga
diri rendah
2 Melatih keluarga melakukan cara
merawat langsung kepada pasien
harga diri rendah
Nilai SP II k
SP III k
1 Membantu keluarga membuat jadwal
aktivitas di rumah termasuk minum
obat (discharge planning)
2 Menjelaskan follow up pasien
setelah pulang
Nilai SP III k
Total nila: SP p + SP k
Rata–rata

Anda mungkin juga menyukai