Di Susun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan
Pada Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
OLEH :
i
ii
iii
RIWAYAT HIDUP
I. Identitas
3. Agama : Hindu
II. Pendidikan
sekarang.
iv
Motto
Teruslah berkarya…
Lakukan apa yang ada di dalam pikiran mu
Lakukanlah menggunakan hati mu
Pilihlah teman-teman yang sehati dengan mu
Yang bisa di ajak maju bersama dengan semangat dan tanggung jawab
serta almamaterku
v
ABSTRAK
Kata Kunci : Penerapan SOP Pemasangan Infus, Fase Persiapan, Fase Pelaksanaan
vi
KATA PENGANTAR
“Om Swastiastu”
Puji syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan
Yang Maha Esa), karena atas limpahan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis
Prosedur (SOP) Pemasangan Infus Pada Pasien Dewasa Di Ruang IGD RSU
Penulis sadar dan mengakui bahwa karya tulis ini masih jauh dari
walaupun penulis telah berupaya semaksimal mungkin. Oleh karena itu kritik dan
saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi
bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, penulis dengan penuh rasa ikhlas menyampaikan ucapan terimakasih dan
yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dengan penuh kesabaran dan tanggung
jawab.
vii
Tak lupa penulis juga ucapkan terimakasih dari berbagai pihak yang telah
membantu terselesaikannya karya tulis ilmiah ini baik secara langsung maupun tidak
3. Bapak dan Ibu Dosen Penguji, Pengajar dan seluruh Staf Poltekes
4. Bapak Kepala Kantor Badan Riset Sultra yang telah memberikan izin
beserta staf, serta perawat maupun tenaga medis yang telah banyak
Sudri yang saya sangat sayangi serta saudaraku I Made Widana, yang
banyak memberikan dukungan dan motivasi serta bantuan baik materi
Kendari.
sama selama ± 3 tahun dalam suka maupun duka untuk mencapai cita-cita.
Dan yang terkhusus teman-teman GGK yang paling saya cintai dan
selama ini baik dalam suka maupun duka, dalam gelap maupun terang.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) dapat
membalas segala kebaikan yang telah semua pihak berikan dalam penyelesaian karya
Akhir kata, semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
Keperawatan.
Penulis
DAFTAR ISI
viii
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................................ 35
B. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................................... 35
C. Populasi dan Sampel ....................................................................................... 35
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................................. 37
E. Pengelolahan Data ........................................................................................... 38
F. Analisa Data .................................................................................................... 38
G. Penyajian Data ................................................................................................ 39
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .............................................................................................. 40
B. Pembahasan .................................................................................................... 52
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 59
B. Saran ............................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Jenis dan Jumlah Ketenagaan RSU Bahteramas Tahun 2011 46
Sampai Dengan 2015 …………………………...
ix
DAFTAR GRAFIK
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan gawat darurat meliputi pelayanan keperawatan yang
ditujukan kepada pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya bila tidak mendapat pertolongan secara
cairan infus) merupakan tindakan pada kondisi gawat darurat yang sangat
menentukan keselamatan hidup pasien (Riyadi S & Harmoko, 2012 dalam Kaloa,
2016). Namun, hal ini bisa menjadi tempat risiko tinggi terjadinya infeksi
tindakan keperawatan dengan hasil yang optimal pada pasien, walaupun mereka
terkadang masih ada yang mengalami kegagalan yang membuat pasien mengalami
dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada standar yang telah ditetapkan. Maka
perawat yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dituntut untuk memiliki
1
pelayanan awal pada rumah sakit, sehingga semua perawat dituntut memiliki
tersebut, seperti tidak tersedia sarung tangan, kain kasa steril, alkohol, dan
Indonesia sebanyak (17,11%) (Suprapto, 2015). Dan menurut data surveilans World
Instalasi Gawat Darurat cukup tinggi yaitu 85% per tahun dan 120 juta orang dari
190 juta pasien yang di rawat di rumah sakit menggunakan infus serta didapatkan
juga 70% perawat tidak patuh dalam melaksanakan standar pemasangan infus
Darurat oleh perawat, jumlah tindakan pemasangan infus yang dilakukan di Instalasi
Unit Gawat Darurat mencapai 12.749 pasien pada tahun 2015 dan 13.393 pasien
pada tahun 2016, jumlah pasien dalam 1 (satu) bulan mencapai 1.100 pasien dengan
jumlah pasien dewasa mencapai 508 pasien atau 46% dari jumlah total pasien
2
dalam 1 (satu) bulan dengan jumlah tenaga perawat pelaksana 31 orang. Angka
kejadian flebitis yang terjadi di RSUD Bahteramas mencapai 13,06 % pada tahun
2016.
Salah satu faktor yang berperan pada kejadian flebitis terhadap pasien dengan
(2014 dalam Kaloa 2016) dari 36 responden hanya 15 responden (41,7%) dikatakan
patuh sedangkan 21 responden (58,3%) tidak patuh. Dalam hal ini dapat dilihat
bahwa masih banyak perawat yang belum melakukan pemasangan infus sesuai
Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di Instalasi Unit Gawat Darurat
bahwa dari 5 pasien yang dilakukan pemasangan infus, 2 pasien atau 40% dilakukan
pemasangan infus sesuai dengan SOP dan sebanyak 3 pasien atau 60% dilakukan
pemasangan infus tidak sesuai dengan SOP. Hal ini ditunjukkan dengan, tenaga para
medis yang melakukan pemasangan infus (perawat) tidak mencuci tangan terlebih
dahulu, tidak membawa bengkok dan alat yang telah digunakan diletakkan pada
tempat yang sama dengan alat yang belum digunakan, serta saat pemasangan infus
3
tenaga medis (perawat) tidak menggunakan tourniquet tetapi menggunakan
handscoon.
B. Rumusan Masalah
pada pasien dewasa di Ruangan IGD RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2017?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
fase persiapan alat pemasangan infus pada pasien dewasa di Ruangan IGD
4
D. Manfaat Penelitian
telah dilakukan.
opersional prosedur (SOP) pada pemasangan infus lebih efektif dan dapat
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
pembuluh darah vena dalam jumlah banyak dan waktu yang lama, dengan
pemasukan jarum atau kateter infus (Abocat) melalui transkutan dengan stilet
tajam, berbentuk kaku dan steril yang disambungkan dengan spuit (Tim Penulis
vena. Fungsi vena adalah tekhnik yang mencakup penusukan vena melalui
transkutan dengan suatu jarum atau stilet tajam yang kaku, seperti angiokateter,
atau dengan jarum yang disambungkan pada spuit. Penggunaan utama tekhnik
ini adalah untuk memulai dan mempertahankan terapi cairan intravena (Potter &
Perry, 2005).
2. Tujuan
lemak, dan kalori yang dalam keadaan tertentu pemasukannya tidak dapat
6
2. Memperbaiki asam basa tubuh.
3. Memelihara nutrisi.
dalam tubuh dengan menggunakan cairan dalam dosis tertentu sesuai dengan
8. Menjadi terapi bagi klien yang diduga hipovolemik dan mengalami trauma
berat.
intravena adalah :
a. Keuntungan
absorbs total memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih dapat
7
untuk obat yang tidak dapat diabsorbsi denga rute lain karena molekul yang
b. Kerugian
Kerugian terapi intravena adalah : tidak biasa dilakukan ´”drug recall” dan
misalnya flebitis kimia, dan inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai
obat tambahan.
Menurut (Perry dan Potter 2005), tempat atau lokasi vena perifer yang
sering digunakan pada pemasangan infus adalah vena supervisial atau perifer
kutan terletak di dalam fasia subcutan dan merupakan akses paling mudah untuk
dorsal tangan (vena supervisial dorsalis, vena basalika, vena sefalikal), lengan
bagian dalam (vena basalika, vena sefalika, vena kubital median, vena median
lengan bawah, dan vena radialis), permukaan dorsal (vena sevena magma,
ramusdorsalis).
8
medial masuk ke vena basilica, vena ini menuju permukaan anterior lengan
b. Vena sefalika pada tangan, berakhir dengan menembus faia profunda pada
c. Vena basilica; dari dorsum manus sisi medial lengan bawah menembus fasia
melalui vena basilica, dan vena sefalika, lalu bermuara ke vena aksilaris.
d. Vena kubital median, merupakan vena yang berasal dari vena lengan bawah
dan umumnya terbagi dalam dua pembuluh darah, satu berhubungan dengan
vena basilica dan yang lainnya berhubungan dengan vena sefalika. Vena ini
e. Vena radialis, merupakan vena yang terdapat pada lenga atas yang bersatu
dengan vena ulnaris, kedua vena ini bersatu di siku dan menjadi vena
f. Vena savena magna; mengangkut darah dari ujung medial arkus venosus
belakang lutut melalui sisi medial paha pada fasia profunda dan bergabung
dengan vena profunda sepanjang sisi medial betis. Pada hiatus safenus di
9
3) Vena pudenda interna superfisialis
penusukan adalah :
3) Siku bagian dalam fosa antekubital, media basilica, dan media sefalika untuk
4) Ekstremitas bawah:
1) Kaki pada vena pleksus dorsum, arkus vena dorsalis, dan vena medical
marginalis;
a. Umur pasien: misalnya pada anak kecil, pemilihan sisi adalah sangat penting
tingkat kesadaran.
10
d. Jenis intravena : jenis larutan dan obat-obatan yang akan diberikan sering
memelihara vena; pilih vena yang akurat dan baik, rotasi sisi dengan hati-
hati, rotasi sisi pungsi dari distal ke proksimal (mulainya mulut di tangan dan
pindahkan ke lengan).
f. Ketersediaan vena perifer bila sangat sedikit vena yang ada, pemilihan sisi
dan rotasi yang berhati-hati menjadi sangat penting; jika sedikit vena
pengganti.
tidak baik untuk di gunakan kemoterapi sering membuat vena menjadi buruk
dengan stroke.
11
5. Prosedur pemasangan infus sesuai dengan teori
peralatan intravena harus steril, juga wadah dan selang parenteral. Tempat
insersi harus dibersihkan dengan kapas povidoneiodine selama 2-3 menit, mulai
dari tengah ke arah tepi. Tindakan ini diikuti dengan alcohol 70% (Hanya
alcohol yang digunakan jika pasien alergi pada iodine). Perawat harus
menggunakan sarung tangan sekali pakai tidak steril selama prosedur fungsi
a. Persiapan klien
a) Tingkat kesadaran.
b) Tanda-tanda vital.
kotor/dikotori.
12
(4) Bila ada yang dikeluhkan berhubungan dengan tempat insersi,
b. Persiapan alat
2) Kasa steril.
3) Kapas steril.
4) Alcohol 70%
5) Povidone iodone.
6) Plester.
7) Standar infus.
8) Infus set.
11) Perlak/pengalas.
12) Bengkok
14) Gunting
15) Tornikuet/manset
16) Perban
13
c. Prosedur kerja
1) Tahap preinteraksi
b) Cuci tangan
2) Tahap orientasi
3) Tahap kerja
perawat.
tindakan..
sekarang.
e) Posisikan klien semi fowler atau berikan posisi supine jika tidak
memungkinkan.
14
i) Hubungkan cairan infus dengan infus set lalu gantungkan pada
standar infus.
j) Periksa label klien apakah telah sesuai dengan instruksi cairan yang
akan diberikan.
di dalamnya.
m) Kencangkan tourniket/manset.
p) Gunakan ibu jari untuk menekan jaringan dan vena dengan jarak
q) Pegang jarum pada posisi 300 pada vena yang akan ditusuk, setelah pasti
r) Rendahkan posisi jarum sejajar pada kulit dan tarik jarum sedikit lalu
15
u) Sambungkan plastic IV kateter dengan ujung selang infus.
v) Lepaskan manset.
(3) Tutp bagian kasa steril dan letakkan dengan plester sesuai dengan
kebutuhan
penutup kasa.
4) Tahap terminasi
16
5) Dokumentasi
Terapi intravena diberikan secara terus menerus dan dalam jangka waktu
a. Flebitis
rasa lunak pada area insersi atau sepanjang vena, dan pembengkakan.
b. Infiltrasi
mudah dikenali jika tempat penusukan lebih besar dari pada tempat yang di
17
tornukuet tersebut secukupnya untuk menghentikan aliran vena. Jika infus
c. Iritasi vena
Kondisi ini ditandai degan nyeri selama diinfus, kemerahan pada kulit
di atas area insersi. Iritasi vena biasa terjadi karena cairan dengan pH tinggi,
d. Hematoma
sekitar area insersi. Hal ini disebabkan oleh pecahnya dinding vena yang
berlawanan selama penusukan vena, jarum keluar vena, dan tekanan yang
tidak sesuai yang diberikan ke tempat penusukan setelah jarum atau kateter
segera pada tempat penusukan, dan kebocoran darah pada tempat penusukan.
e. Tromboflebitis
leukositosis.
18
f. Thrombosis
dan aliran infus berhenti. Thrombosis disebabkan oleh injuri sel endotel
g. Occlusion (kemacetan)
botol dinaikkan, aliran balik darah di selang infus, dan tidak nyaman pada
IV, aliran balik darah ketika pasien berjalan, dan selang diklem terlalu lama.
h. Spasme vena
Kondisi ini ditandai dengan nyeri sepanjang vena, kuit pucat disekitar
vena, aliran berhenti meskipun klem sudah di buka maksimal. Spasme vena
biasa disebabkan oleh pemberian darah atau cairan yang dingin, iritasi vena
oleh obat atau cairan yang sudah mengiritasi vena dan aliran yang terlalu
cepat.
i. Reaksi vasovagal
Kondisi ini ditandai oleh nyeri ekstrem, kebas/mati rasa, dan kontraksi
otot. Efek lambat yang biasa muncul adalah paralysis, mati rasa dan
19
deformitas. Efek lambat oleh tekhnik pemasangan yang tidak tepat sehingga
a. Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus baru.
b. Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda infeksi.
d. Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi penusukan.
f. Tekan lokasi penusukan menggunakan kasa steril, lalu cabut jarum infus
h. Gunakan alat-alat yang steril saat pemasangan, dan gunakan teknik sterilisasi
i. Hindarkan memasang infus pada daerah-daerah yang telah rusak, vena pada
20
B. Tinjauan Tentang Standar Operasional Prosedur
1. Pengertian
tatacara atau tahapan yang dilakukan dan yang harus dilalui untuk
pekerjaan yang bertujuan untuk memperoleh hasil kinerja yang paling efektif
dari para pekerja dengan biaya yang serendah-rendahnya. SOP biasanya terdiri
dari manfaat, kapan dibuat atau direvisi, metode penulisan prosedur, serta
2. Tujuan SOP
Puji, 2014;30):
21
a. Untuk menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja atau kondis tertentu
dan kemana petugas dan lingkungan dalam melaksanakan sesuatu tugas atau
pekerjaan tertentu.
dan supervisor.
e. Untuk lebih menjamin penggunaan tenaga dan sumber daya secara efesien
dan efektif.
f. Untuk menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas
yang terkait.
kerja bila terjadi suatu kesalahan atau dugaan mal praktek dan kesalahan
petugas.
i. Sebagai dokumen sejarah bila telah di buat revisi SOP yang baru.
3. Fungsi SOP
2014:35):
22
a. Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja
4. Manfaat SOP
b. SOP membantu staf menjadi lebih mandiri dan tidak tergantug pada
23
h. Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan prosedural dalam
berbagai situasi.
Tata cara pemasangan jalur untuk pemberian cairan infus melalui pembuluh
b. Tujuan
c. Kebijakan
Rawat Inap
d. Prosedur
1) Persiapan
a) Standar infus
c) Infus set
24
d) Kapas alcohol 70% atau alcohol swab
e) Gunting
f) Plester/ hipafix
g) Hansaplas
h) Emla
j) Bengkok
k) Tourniquet
m) Hand schoen
n) Alat cukur
o) Bak instrument
2) Pelaksanaan
dilakukan.
f) Pasang infus set ke botol infus dengan cara : infus set diklem dulu
25
tabung pengontrol (pada selang infus) sesuai batas. Klem di buka
i) Tentukan vena yang akan ditusuk ( dimulai dari vena bagian distal)
k) Pasang tourniquet
cm
m) Beri emla cream pada vena yang akan ditusuk, tunggu 3 s/d 5 menit
o) Lepaskan tourniquet
v) Beri label ( yang berisi tanggal dan jam pemasangan) pada tempat
fiksasi
26
w) Rapikan pasien dan rapikan alat-alat
1. Pengertian Pasien
Sakit dan Kewajiban Pasien, pasien adalah setiap orang yang melakukan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pasien adalah orang sakit (yang
dirawat dokter) atau pasien adalah penderita (sakit). Ada beberapa macam
pasien :
tinggal atau dirawat pada suatu unit pelayanan kesehatan tertentu; pasien
2. Hak Pasien
27
b. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi
d. Memilih Dokter dan dokter Gigi serta kelas perawatan sesuai dengan
Dokter Gigi lain yang mempunyai Surat Izin Praktek (SIP) baik di dalam
data medisnya;
yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
Rumah Sakit;
28
l. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap
dirinya;
m. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
rekam medik;
penelitian kesehatan;
perundang-undangan;
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana.
3. Kewajiban Pasien
Menurut PMK No. 69 Tahun 2014 (pasal 28) Tentang Kewajiban Rumah
Sakit dan Kewajiban Pasien, dalam menerima pelayanan dari Rumah Sakit
29
c. Menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan
D. Tinjauan Dewasa
1. Dewasa
Dewasa, istilah dewasa berasal dari bahasa latin yaitu adultus yang berarti
tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi
dan menerima kedudukan yang sama dalam masyarakat atau orang dewasa
lainnya. Para ahli psikologi berpendapat bahwa masa dewasa memiliki berbagai
30
masalah seperti masalah fisik,psikis, dan sosial (Pieter & Lubis, 2011). Secara
Faktor resiko kesehatan bagi individu masa dewasa berasal dari komunitas,
gaya hidup, dan riwayat keluarga. Semua kebiasaan gaya hidup yang
direncanakan, penyakit menular seks (PMS), dan faktor pekerjaan juga menjadi
31
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
dimana fungsi vena adalah tekhnik yang mencakup penusukan vena melalui
transkutan dengan suatu jarum atau stilet tajam yang kaku, seperti angiokateter,
atau dengan jarum yang disambungkan pada spuit. Pemasangan infus harus
dilakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja
tertentu. Dalam SOP pemasangan infus, terdiri dari dua tahapan yaitu tahap
Fase Pelaksanaan
32
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen (bebas) yang termasuk dalam penelitian ini adalah Standar
2. Variabel Dependen (terikat) yang termasuk dalam penelitian ini adalah pasien
dewasa di IGD.
1. Pasien yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua pasien dewasa berusia
21 sampai < 60 tahun yang masuk IGD RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
2. Pemasangan infus yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemasangan infus
Kriteria objektif :
pelaksanaan diterapkan.
Tidak: Jika salah satu tahapan SOP pemasangan infuse fase persiapan dan
33
4. Fase persiapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tahapan atau prosedur
persiapan alat yang terdiri dari 15 tahapan sesuai dengan SOP pemasangan infus
Kriteria objektif :
dengan SOP.
Tidak : Jika salah satu dari tahapan persiapan pemasangan infus tidak diterapkan
5. Fase pelaksanaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tahapan atau
Kriteria objektif :
dengan SOP.
Tidak: Jika salah satu dari tahapan pelaksanaan pemasangan infus tidak
34
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pemasangan Infus Pada Pasien Dewasa di Ruangan IGD RSU Bahteramas Provinsi
1. Waktu penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 6 Juli sampai dengan 12 juli
2017.
2. Tempat penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang
35
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien dewasa yang masuk di IGD RSU
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2012).
a. Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dewasa yang masuk di IGD RSU
subyek penelitian < 100 lebih baik di ambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subyeknya > 100 dapat
Jadi besar sampel dalam penelitian ini diambil 10% dari jumlah populasi,
c. Kriteria Sampel
36
1) Kriteria Inklusi
2) Kriteria Ekslusi
1. Jenis Data
a. Data primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data tentang observasi langsung
penerapan SOP pemasangan infus oleh tenaga medis yang terdiri dari fase
b. Data sekunder
mengenai penelitian ini yaitu data jumlah perawat IGD, jumlah pasien
dewasa yang masuk IGD dalam 1 bulan, jumlah pemasangan infus dalam
Tenggara.
37
2. Cara Pengumpulan Data
daftar SOP pemasangan infus yang ada di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
E. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpul dari responden diolah dengan langkah – langkah
sebagai berikut:
1. Coding, yaitu kegiatan memberikan kode terhadap data dari bentuk huruf
menjadi angka yang berguna untuk memudahkan pada waktu memasukkan data.
F. Analisa Data
38
𝒇
𝑿= 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
𝐧
Keterangan :
G. Penyajian Data
Penyajian data disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan grafik frekuensi
penelitian.
39
BAB V
A. Hasil Penelitian
a. Letak Geografis
pindah lokasi dari Jln. Dr. Ratulangi No. 151 Kelurahan Kemaraya
b. Lingkungan Fisik
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara berdiri di atas tanah seluas 17,5 Ha.
Luas seluruh bangunan adalah 53,269 m2, luas bangunan yang terealsasi
40
kelompok kegiatan pelayanan rumah sakit, kelompok kegiatan penunjang
administrasi
No. 3 tahun 199. Kedudukan Rumah sakit Secara teknis berada di bawah
Pendidikan.
41
Medis sesuai dengan SK Dirjen Yanmed No. HK.00.06.3.5.139. Selanjutnya
Kesehatan Kerja.
untuk meningkatkan mutu pelayanan, maka RSU Prov Sultra telah menjadi
2010. Pada tanggal 21 November 2012 RSU Prov. Sultra pindah lokasi dan
Ir. H. Hatta Rajasa dan Gubernur Sulawesi Tenggara, H.Nur Alam SE. Pada
tahun 2013 telah terakreditasi menjadi Rumah sakit Pendidikan (SK Mentri
kepada masyarakat mengacu pada Visi da Misi Pemerintah Daerah dan Visi
42
pembangunan Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, Visi RSUD Provinsi
Tahun 2018”.
pendidikan.
karyawan.
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah RSU Provinsi Sulawesi
Tenggara dan Pola Tata Kelola RSUD Prov. Sultra adalah melaksanakan
upaya rujukan.
43
Untuk meyelenggarakan tugas pokok sebagaimana tersebut di atas,
17 bangunan fisk, yang sampai saat ini masih terus menerus di tambah
bangunan adalah 22.5577,38 m2, dan halaman parker seluas ± 1.500 m2.
lain-lain.
44
2) Prasarana
a) Listrik dari PLN tersedia 1100 KVA dibantu dengan 2 unit genset (2
x 250 KVA).
IPAL
pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pegawai kontrak, terdiri atas tenaga medis,
tenaga untuk tipe Rumah Sakit Umum Pendidikan Kelas B. Beberapa tenaga
dengan keterampilan tertentu masih sangat diperlukan pada saat ini, sehingga
45
formal lanjutan untuk staf RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
Tahun
No Jenis Tenaga
2011 2012 2013 2014 2015
1. Tenaga Medis 62 50 71 70 68
Dokter Spesialis (S-2) 28 26 32 30 28
Dokter Umum (S-1) 30 20 35 37 37
Dokter Gigi (S-1) 4 4 4 3 3
2. Para Medis Perawatan 261 286 315 378 330
Sarjana (S-1 dan D-IV) 10 13 17 27 26
Akademi (D-III) 153 180 212 276 278
Diploma I (D-I) 18 16 16 3 3
SLTA 80 77 81 72 71
3. Para Medis Non 128 158 183 207 207
Perawatan
Pasca Sarjana (S-II) 15 16 18 20 22
Sarjana (S-1 dan D-IV) 54 62 72 83 78
Akademi (D-III) 32 43 61 76 81
Diploma (D-I) 13 17 11 11 10
SLTA 21 19 21 17 16
4. Non Medis 100 111 111 116 98
Sarjana (S-1) 17 21 22 27 27
Akademi (D-III) 2 3 15 6 4
SLTA 70 76 76 83 67
SLTP 6 7 7 0 1
SD 5 4 3 0 0
Total 549 617 700 771 703
Sumber: profil Rumah Sakit Umum Bahteramas Tahun 2017
46
h. Gambaran IGD RSU Bahteramas
tempat pasien ditindaki secara medis oleh dokter dan perawat. Ruangan ini
ruangan IGD berbeda dengan ruang perawatan lainnya, karena di ruangan ini
merupakan tempat dimana pasien gawat darurat pertama kali ditangani oleh
para tenaga kesehatan, biasanya pasien yang masuk di ruangan IGD adalah
triase, ruangan bedah, dan ruangan non bedah serta terdapat ruang tindakan
2. Variabel Penelitian
pengolahan data yang dilakukan, maka disajikan hasil penelitian sebagai berikut:
a. Karakteristik Responden
47
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
di Ruang IGD Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara tahun 2017
No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1. Laki-Laki 23 45,10
2. Perempuan 28 54,90
Jumlah 51 100
2) Umur responden
Jumlah 51 100
48
46-59 tahun sebanyak 25 responden (49,02%), kemudian golongan umur
1. Diterapkan 22 43,14
Jumlah 51 100
49
Grafik 5.1 Penerapan SOP Fase Persiapan
60
50
Responden
40
30
51 51 51 51 50 49 51
20 41 45 45 43
10 24 27 28 23 27 24 25 26
0 0 0 0 10 1 6 2 0 6 8
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Tidak Dilakukan Prosedur Fase Persiapan
Dilakukan x y
persiapan yang paling banyak tidak diterapkan pada responden yaitu pada
1. Diterapkan 21 41,18
Jumlah 51 100
50
(58,82%) dan responden yang diterapkan Pemasangan Infus sesuai SOP
40 44 45 46
40 41
30 36
30 28 29 28
20 23 23
21 22
10 15
11 7 6 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 5 0 10 1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Tidak Dilakukan Prosedur Fase Pelaksanaan
Dilakukan x y
51
3) Penerapan SOP Pemasangan Infus Pada Pasien Dewasa di IGD
RSU Bahteramas
Infus (%)
1. Diterapkan 21 41,18
Jumlah 51 100
B. Pembahasan
52
terendah yaitu sebanyak 22 responden (43,14%) yang diterapkan SOP
15 item aspek yang dinilai, sarana dan prasarana yang paling banyak tidak
merupakan cream yang digunakan untuk anestesi lokal sebelum operasi minor
infeksi nosokomial yang berasal dari cairan tubuh pasien seperti darah serta
sehingga jika alat ini tidak disiapkan maka tingginya kejadian infeksi pada
tidak diterapkan sebanyak 25 responden (49,01%), jika alat ini tidak disiapkan
maka sampah medis yang berasal dari pemasangan infus seperti jarum abocath
dapat saja melukai dokter atau perawat yang melakukan pemasangan infus hal
53
ini dapat disebut sebagai human eror yang bisa mengakibatkan terjadinya
infeksi nosokomial.
dalam SOP Pemasangan Infus yaitu sebanyak 15 alat (standar infus, cairan
yang akan diberikan, infus set, kapas alkohol, gunting, plester atau hipafix,
tidak sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan oleh Rumah Sakit Bahteramas
sehingga hal ini dapat menyebabkan tingginya resiko infeksi nosokomial dan
terjadinya infeksi akibat dari pemasangan infus (flebitis) yang dampaknya bagi
fase pelaksanaan.
perawat atau dokter yang tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah
54
21 responden (41,17%) yang dilakukan pemasangan infus dengan tenaga medis
menggunakan hanschoon secara berulang kali antara pasien yang satu dengan
penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh
petugas kesehatan (Nursalam ,2007 dalam Irawati 2014). Hal ini menunjukk
medis dan perawat dalam melakukan tindakan pemasangan infus belum sesuai
dengan apa yang telah diharapkan. Jika diuraikan bakteri dan virus yang telah
menempel di hanschoon sudah pasti menempel pula pada kapas alkohol yang
dipakai untuk desinfektan kulit pasien yang akan dipasang infus. Kapas alkohol
yang dipakai untuk membersihkan kulit sebelum infus dipasang dalam keadaan
kotor bagaimana kulit tersebut bisa dikatakan bersih bahkan steril dan siap
pemasangan infus, salah satunya pasien yang terpasang infus akan mudah
55
mengalami flebitis akibat dari tindakan pemasangan infus yang tidak steril.
Seperti yang diungkapkan Hidayat (2008), ada beberapa hal yang harus
yang dinilai, prosedur pelaksanaan yang paling banyak tidak diterapkan pada
Perlak atau pengalas saat melakukan pemasangan infus adalah salah satu syarat
untuk terlaksananya pemasangan infus sesuai SOP, fungsi dari pengalas atau
perlak saat melakukan pemasangan infus adalah untuk melindungi daerah yang
akan terpasang infus dalam keadaan bersih dari kuman yang ada di tempat tidur
pasien. Menjaga tidak ada darah atau cairan tubuh yang terjatuh ditempat tidur
yang akan membuat bakteri atau virus berpindah dari satu tempat ke tempat
yang akan ditusuk kemudian tidak memberi label (yang berisi tanggal dan jam
56
3. Penerapan SOP Pemasangan Infus Pada Pasien Dewasa Di IGD RSU
Bahteramas
hasil observasi hanya sebagian dari fase persiapan dan fase pelaksanaan yang
pemasangan infus hanya menggunakan alat yang dianggap penting atau utama
untuk digunakan seperti abocat, infus set, cairan infus, handscoon, kapas
alcohol, dan tiang infus. Dan pada fase pelaksanaan yang paling banyak tidak
rumah sakit dan kewajiban pasien salah satu hak pasien adalah memperoleh
layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
dan efesien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi.
57
Oleh karena itu seharusnya pemasangan infus diterapkan sesuai dengan
SOP yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit. Agar mencegah terjadinya
kerugian fisik dan materi pada pasien akibat dari komplikasi pemasangan infus
yang tidak sesuai SOP dan untuk menciptakan pelayanan yang bermutu serta
58
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Operasional Prosedur (SOP) Pemasangan Infus Pada Pasien Dewasa Di IGD RSU
orang pasien yang dijadikan sampel umunya sebagian kecil telah diterapkan SOP
pemasangan infus pada pasien dewasa di IGD Rumah Sakit Umum Bahteramas
responden (41,18%).
dari total 51 pasien yang dijadikan obyek penelitian, yang tidak diterapkan
59
dari total 51 pasien yang dijadikan obyek penelitian, yang tidak diterapkan
B. Saran
pemasangan infus secara benar. Dan bagi yang telah menerapkan agar
tetap dipertahankan serta di beri reward oleh pihak rumah sakit sehingga
masyarakat.
60
3. Bagi Peneliti
Adanya hal-hal yang kurang dalam penelitian ini bisa menjadi bahan oleh
peneliti lain agar meneliti lebih lanjut dengan variabel penelitian yang lebih
luas.
61
LAMPIRAN 1
Kepada Yth,
Bapak/Ibu Responden
di-
Tempat
Nim : P00320014032
Peneliti,
LEMBAR OBSERVASI
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMASANGAN INFUS
DI RUANG IGD RSU BAHTERAMAS TAHUN 2017
A. Identitas Responden
Nama responden : No. urut:
Jenis kelamin : Tanggal Obseravsi :
Umur :
B. Variabel Penelitian
1. Fase persiapan
DILAKUKAN
NO PROSEDUR YA TIDAK
1. Standar Infus
2. Fase Pelaksanaan
DILAKUKAN
NO PROSEDUR
YA TIDAK
1. Cuci tangan (sesuai dengan SOP Cuci tangan)
2. Salam dan kenalkan nama petugas
3. Identifikasi pasien (sesuai dengan SPO identifikasi pasien)
4. Jelaskan kepada pasien/keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
5. Pasang infus set ke botol infus dengan cara: infus set diklem dulu
kemudian tusukkan ke botol infus, gantung cairan pada standart infus
dengan ketinggian kurang lebih 1 m dari tempat penusukan. Isi tabung
pengontrol (pada slang infus) sesuai batas. Klem dibuka penuh sampai
cairan memenuhi seluruh slang.
6. Atur posisi pasien
7. Kenakan hand scoon
8. Tentukan vena yang akan ditusuk (dimulai dari vena bagian distal)
9. Pasang pengalas
10. Cukur daerah yang akan dipasang infus yang banyak rambutnya,
dilakukan pencukuran dulu*
11. Pasang torniquet
12. Desinfeksi area yang akan ditusuk arahnya melingkar keluar dimulai
dari area tengah ke tepi dengan alcohol sweep dengan diameter 5-10 cm
13. Beri emla cream pada vena yang akan ditusuk, tunggu 3 s/d 5 menit
14. Tusuk jarum infus/abbocatch pada vena yang telah ditentukan
15. Lepaskan torniquet
16. Lakukan fiksasi abbocatch dengan hansaplas
17. Hubungkan abocatch dengan slang infus
18. Buka klem pada slang infus, observasi adanya extravasasi/ rembesan
19. Fiksasi abbocatch dengan plester
20. Atur jumlah tetesan cairan infus sesuai dengan kebutuhan
21. Perhatikan reaksi pasien
22. Beri label (yang berisi tanggal dan jam pemasangan) pada tempat
fiksasi
23. Rapikan pasien dan rapikan alat-alat
24. Perawat cuci tangan
25. Catat tindakan dalam dokumen keperawatan
Jumlah
A. FASE PERSIAPAN
Saat melakukan observasi penerapan SOP Pemasangan Infus pada pasien dewasa