BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemberlakuan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan ditindaklanjuti
oleh Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Propinsi sebagai
daerah otonom, memberikan kewenangan kepada daerah untuk menangani manajemen pemerintahan
di daerahnya secara utuh sehingga dapat leluasa melaksanakan pelayanan kepada masyarakat atas
prakarsa sendiri sesuai dengan kepentingan masyarakat dan kondisi daerahnya masing-masing.
Berdasarkan hal diatas, maka kegiatan pembangunan kesehatan di Kecamatan Indihiang saat ini
diarahkan kepada upaya-upaya peningkatan manajemen beberapa program kesehatan yang bersifat
unggulan yang ditunjang oleh peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai unsur pelaksana
program.
Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini telah berhasil meningkatkan derajat
kesehatan secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang
akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya
berbagai masalah kesehatan dan kurang memuaskannya kinerja pembangunan kesehatan.
Agar kinerja pembangunan kesehatan bisa lebih optimal dan dapat keluar dari permasalahan yang ada,
telah ditetapkan visi dan misi pembangunan kesehatan untuk mengatasi masalah-masalah dan
tantangan di masa mendatang.
Dengan visi dan misi tersebut, orientasi pembangunan kesehatan yang semula sangat menekankan
upaya kuratif dan rehabilitatif, secara bertahap pindah menjadi upaya kesehatan yang terintegrasi
menuju kawasan sehat dengan peran aktif masyarakat yang bersifat preventif dan promotif.
B. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang :
5. Quality Control
C. Metodologi
BAB II
A. VISI
B. MISI
Untuk mewujudkan visi pembangunan kesehatan tersebut diatas maka telah ditetapkan 5 misi sebagai
berikut :
Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan
C. STRATEGI
1) Peningkatan kualitas dan cakupan ANC (Ante Natal care), PNC (Pre Natal Care) dan Linakes
(Persalinan oleh tenaga kesehatan)
4) Peningkatan kualitas MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) dan MTBM (Manajemen Terpadu Bayi
Muda)
3) Pemenuhan obat, bahan habis pakai, alat kesehatan sesuai standar dan kebutuhan
1) Pemantapan kelembagaan
3. Pemberdayaan Masyarakat
a. Revitalisasi Posyandu sebagai forum komunikasi dan tempat pelayanan kesehatan terpadu termasuk
perbaikan gizi dan pengembangan perilaku
b. Pos Kesehatan termasuk pos Kesehatan di pesantren sebagai pusat pengembangan perilaku sehat ,
peningkatan kesehatan lingkungan dan pengembangan pembiayaan pra-upaya
d. Pemantapan Gerakan Sayang Ibu, Desa siaga, donor darah berjalan, Bidan siaga, Tabulin, Ambulan
Desa dan sebagainya
e. Peningkatan kemitraan dengan lintas sektor, swasta, LSM dan organisasi masyarakat dalam upaya
preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif
f. Peningkatan perilaku hidup sehat keluarga dan masyarakat melalui pendidikan kesehatan mulai usia
dini
g. Pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan kesehatan lingkungan, misalnya SARASA, Desa sehat
a. Penggalian dana masyarakat termasuk swasta, dana sehat, infak sehat, tabungan bersalin, dana sosial
bersalin, dana sosial keagamaan, dan lain-lain
c. Peningkatan pembiayaan kesehatan dari Pemerintah (APBD Kabupaten/Kota, Propinsi, sumber lain :
PLN, hibah) disertai penggunaan lebih efektif dan efisien khususnya pemenuhan ”public goods” dan
pelayanan kesehatan “Keluarga Miskin”
a. Sumber Daya
b. Sarana
c. Prasarana
Lokasi Puskesmas berada di dekat pusat terminal ( pasar dan terminal type A kota Tasikmalaya,
terbesar se Priangan Timur )
d. Dana
e. Manajemen Puskesmas
2. Kelemahan (Weaknesses)
a. Sumber Daya
Distribusi tenaga tidak merata dan pola penempatan tenaga belum sesuai
b. Sarana
Jenis peralatan yang diperlukan tidak sesuai dengan kebutuhan karena pengadaan sarana yang
tersentralisasi dari pusat dan distribusi tidak merata
c. Prasarana
Bangunan berada di belakang pasar dan tidak berada di pinggir jalan protokol, sehingga akses menuju
Puskesmas sulit.
d. Dana
e. Manajemen Puskesmas
Tidak terdapat pembagian tugas yang jelas dan masih berlaku budaya “ asal bapak senang”
3. Kesempatan (Opportunities)
a. Masyarakat bersedia diberi pelayanan kesehatan
c. Berada di dekat pusat keramian sehingga bias menjadi pusat pelayanan gawat darurat
4. Ancaman (Threats)
a. Banyak berdiri Balai Pengobatan swasta yang memberikan pelayanan yang sama
c. Status kepemilikan sertifikat tanah yang ditempati gedung belum jelas dan sering ada isu akan
digugat
F. KENDALA
4. Pelayanan kesehatan yang dilakukan karyawan tidak hanya dilakukan di dalam gedung Puskesmas
5. Kepala Puskesmas sering tidak berada di tempat karena sering mengikuti rapat dinas
6. Distribusi tugas dan tanggung jawab belum berdasar pada prinsip “ The right man on the right place”
G. SOLUSI
3. Mengaktifkan kegiatan apel pagi sebagai sarana silaturahmi dan berbagi informasi antar karyawan
4. Pembagian tugas berdasarkan prinsip “ The right man on the right place”
H. TINDAK LANJUT
2. Program pengobatan gratis bagi pasien yang datang pada jam kerja
I. QUALITY CONTROL
Menjaga pelayanan yang optimal dengan cara memberikan kepuasan kepada customer :
1. Meningkatkan produktifitas
A. Kesimpulan
Peranan Puskesmas sebagai unit fungsional kesehatan yang terdepan akan sangat menentukan
keberhasilan pencapaian visi dan misi. Secara operasional peran Puskesmas tersebut harus lebih jelas
dan terukur sehingga Puskesmas harus lebih efekktif dan responsif terhadap masalah-masalah kesehatan
di wilayah kerjanya.
Pelayanan kesehatan dituntut untuk memberikan suatu jaminan dalam bentuk layanan yang memiliki
tingkat mutu yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk meningkatkan pengelolaan pelayanan
kesehatan diperlukan komitmen yang penuh kesungguhan.
Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis situasi dengan mengidentifikasikan berbagai faktor secara
sistematis terhadap kekuatan-kekuatan (Strenghts) dan kelemahan-kelemahan (Weaknesses). Suatu
organisasi dan kesempatan-kesempatan (Opportunities) serta ancaman-ancaman (Threats) dari
lingkungan untuk merumuskan strategi organisasi.
B. Saran
Keberhasilan sarana kesehatan dapat dilihat dari sudut dan tingkat kepuasan pelanggannya. Ukuran
keberhasilan layanan kesehatan dapat dilihat dari layanan yang diberikan. Oleh karena itu maka semua
layanan kesehatan harus melaksanakan Gugus Kendali Mutu (GKM).
v.threebd di 17.25
Berbagi
Posting Komentar
Beranda
Mengenai Saya
Foto saya
v.threebd