OLEH
KELOMPOK
KUPANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Illmu Farmasi Kedokteran (IFK) merrupakan ilmu yang mempelajari tentang peresepan
obat secara rasional yaitu meliputi pemberian obat yang tepat, pada pasien yang tepat, dengan
bentuk sediaan obat yang tepat, dosis obat yang tepat, waktu minum obat yang tepat dan jalur
pemberian obat yang meliputi oral, rektal, parenteral serta yang lainnya harus ditentukan dan
ditetapkan sebagai petunjuk tentang dosis-dosis yang dianjurkan bagi pasien dalam berbagai
umur, berat dan status penyakitnya serta teknik penggunaannya atau petunjuk pemakainnya.
Bentuk sediaan dan cara pemeberian merupakan penentu dalam memaksimalkan proses
absorbs obat oleh tubuh karena keduannya sangat menentukan efek biologis suatu obat seperti
absorbs dan bioaviabilitas (total obat yang diserap), cepat atau lambatnya obat mulai bekerja
(onset of action), intensitas kerja obat, respons farmakologik yang dicapai serta dosis yang tepat
untuk memberikan respons tertentu. Setiap cara pemberian obat memiliki keuntungan dan
kerugian masing-masing yang dimana tujuannya obat dapat mencapai reseptor kerja yang
diinginkan setelah diberikan melalui rute tertentu yang nyaman dan aman.
Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan takaran tertentu dan dengan
penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa, mencegah penyakit,
menyembuhkan atau memelihara kesehatan. Oleh karena itu sebelum menggunakan obat, harus
diketahui sifat dan cara penggunaannya agar tepat, aman dan rasional. Informasi tentang obat,
dapat diperoleh dari etiket atau brosur yang menyertai obat tersebut. Apabila isi informasi dalam
etiket atau brosur obat kurang dipahami, dianjurkan untuk menanyakan pada tenaga kesehatan.
1.2.TUJUAN PRAKTIKUM
PEMBAHASAN
3.1. Acara 2
Metode :
1. Agrixine.
Pemberian : oral
Cara penggunaan : 1 g untuk 2 liter air minum 10/KG BB selama 3 hari. Untuk
pengobatan salmonellosis harus diberikan selama 5 hari berturut-turut bila perlu
pengobatan diulang selama 1 minggu, waktu henti obat 5 hari.
Bahan pembuatan : setiap kg mengndung Enroflosasine 100 g
Ciri khusus dari kemasan : tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K
dengan lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.
2. Ampivet
Pemberian : oral.
Cara penggunaan : 0,5 g/L air minum diberikan 4-5 hari berturut-turut.
Babi,sapid an kambing : 1,25-2 g per 30 kg BB dimelalui air minum selama 4-5
hari berturut.
Bahan pembuatan : setiap kg mengandung 240 g ampisilin aktif
Ciri khusus dari kemasan : tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K
dengan lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.
3. Betamoxin.
Pemberian : parental.
Cara penggunaan : sapi, anjing dan kucing 1,0 ml/kg BB
Bahan pembuatan : amoxicillin (trihidrat)
Ciri khusus dari kemasan : tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K
dengan lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam
4. Ambroxol.
Gambar :
Pemberian : oral
Cara penggunaan : Gunakanlah obat ini setelah makan dan dianjurkan untuk
banyak minum air putih. Selalu ikuti anjuran dokter atau petunjuk penggunaan
yang tertera pada kemasan sebelum mulai mengonsumsinya. Gunakanlah antara
satu dosis dengan dosis lainnya pada jarak jam yang sama, misalkan dua kali
sehari berarti per 12 jam, tiga kali sehari berarti per 8 jam. Oleh sebab itu, untuk
memudahkan usahakan untuk mengonsumsinya pada jam yang sama setiap hari.
Apabila ada dosis yang terlewat akibat lupa, maka begitu ingat dianjurkan untuk
segera meminumnya apabila dosis berikutnya masih lama sekitar 5 jam atau lebih.
Tidak boleh menggandakan dosis ambroxol pada jadwal minum berikutnya
sebagai ganti untuk dosis yang terlewat.
Bahan pembuatan : ambroxol tablet dan sirup, setiap tablet mengandung
ambroxol 30 mg; pada kemasan sirup, setiap 5 ml sirup mengandung ambroxol 15
mg.
Ciri khusus dari kemasan : tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K
dengan lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.
5. Ibuprofen.
Gambar :
Metode :
Menurut Pasal 2, Peraturan ini dimaksudkan sebagai dasar pelaksanaan pengawasan bagi
petugas pengawas terhadap pelaku usaha dalam penyediaan, pembuatan, peredaran, dan
pemakaian obat hewan, dengan tujuan agar obat hewan yang beredar dalam masyarakat
terjaga khasiat, mutu, dan keamananya, terdaftar, dan tepat dalam pemakaiannya.
Menurut Pasal 1.
a. Obat hewan adalah obat yang khusus dipakai untuk hewan.
b. Pembuatan adalah proses kegiatan pengolahan, pencampuran da pengubahan bentuk
bahan baku obat hewan menjadi obat hewan.
c. Penyediaan adalah proses kegiatan pengadaan dan/atau pemilikan dan/atau penguasaan
dan/atau penyimpanan obat hewan disuatu tempat atau ruangan dengan maksud untuk
diedarkan.
d. Peredaran adalah proses kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan, pengangkutan
dan penyerahan obat hewan.
e. Pengawas obat Hewan adalah Pegawai Negeri Sipil berijazah dokter hewan yang diberi
tugas dan kewenangan untuk melakukan pengawasan obat hewan.
f. Kepala Dinas adalah instansi yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan.
3. Unit yang diperiksa dalam kegiatan pengawasan terhadap obat hewan ?
4. Persyaratan yang harus dipenuhi bila bertindak sebagai petugas pengawas obat hewan
Pengawas obat hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bertugas di lingkungan instansi yang membidangi
fungsi kesehatan hewan paling kurang 1 (satu) tahun;
b. Berijazah dokter hewan;
c. Telah mengikuti pelatihan pengawas obat hewan yang dibuktikan dengan sertifikat
pelatihan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang;
d. Tidak berafiliasi atau konflik kepentingan dengan usaha di bidang obat hewan.
Menurut Pasal 21
(1) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, paling kurang memuat:
c. situasi peredaran obat hewan di wilayah, dampak penggunaan obat hewan dan
permasalahannya.
(2) Pengawas obat hewan kabupaten/kota, menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada
Bupati/Walikota melalui Kepaka Dinas kabupaten/kota.
(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Kepala Dinas kabupaten/kota
menyampaikan laporan kepada Kepala Dinas provinsi
(4) Pengawas obat hewan provinsi menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Gubernur
melalui Kepala Dinas provinsi.
(5) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Kepala Dinas provinsi
menyampaikan laporan kepada Gubernur dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Peternakan.
(6) Pengawas obat hewan pusat menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Menteri
Pertanian melalui Direktur Jenderal Peternakan.
7. Ketentuan dan sanksi yang diberikan kepada pembuat, pemasok atau distribusi obat
tersebut bila ditemukan adanya pelanggaran
Menurut pasal 22
1) Apabila hasil pengawasan yang dilakukan oleh petugas pengawas obat hewan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 terjadi pelanggaran terhadap ketentuan dalam
peraturan ini, Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota berwenang mengambil tindakan
administratif;
2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. peringatan secara tertulis;
b. larangan melakukan produksi dan/atau pemasukan dan/atau mengedarkan untuk
sementara waktu dan/atau perintah menarik obat hewan dari peredaran;
c. penghentian peredaran untuk sementara waktu;
d. perintah pemusnahan obat hewan jika terbukti tidak sesuai dengan persyaratan
administrasi dan persyaratan teknis yang ditetapkan;
e. rekomendasi pencabutan izin usaha;
f. pencabutan izin usaha;
g. pencabutan nomor pendaftaran.
3) Pengenaan tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
berdasarkan tingkat resiko yang diakibatkan oleh pelanggaran yang dilakukan.
4) Pelaksanaan tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, b, c, f
dan g dilakukan oleh Menteri Pertanian
5) Pelaksanaan tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, b, d, e,
dan f dilakukan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.
6) Pelaksanaan tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g
dilakukan oleh Gubernur.
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan takaran tertentu dan dengan
penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa, mencegah penyakit,
menyembuhkan atau memelihara kesehatan. Oleh karena itu sebelum menggunakan obat, harus
diketahui sifat dan cara penggunaannya agar tepat, aman dan rasional. Informasi tentang obat,
dapat diperoleh dari etiket atau brosur yang menyertai obat tersebut. Apabila isi informasi dalam
etiket atau brosur obat kurang dipahami, dianjurkan untuk menanyakan pada tenaga kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 1992 Tentang Obat Hewan
Hewan