1
PENDAHULUAN
berupa data jadi, yang kemudian dilanjutkan dengan perhitungan sesuai materi
yang bersangkutan.
Metoda analisis yang digunakan dalam praktikum antara lain :
1. Percobaan Analisa Cutting, menggunakan Metoda Fluoroscopic dan
Metoda Solvent.
2. Percobaan Kombinasi Log dan Korelasi, menggunakan Metoda
Interpretasi Log.
3. Percobaan Penentuan Cadangan, menggunakan Metoda Pyramidal dan
Trapezoidal.
BAB I
Penetuan Zona Permeabel dan litologi
Dalam electric log terdapat dua macam loging, yaitu Spontaneous log dan
Induksi log, dimana keduanya mempunyai fungsi dan tujuan penggunaan masing-
masing.
Resistivity Log adalah suatu alat yang dapat mengukur tahanan batuan
formasi beserta isinya, yang mana tahanan ini tergantung pada porositas
efektif, salinitas air formasi dan banyaknya hidrokarbon dalam pori-pori
batuan.
Tujuan dari Induction Log adalah mendeteksi lapisan-lapisan tipis yang jauh
untuk menentukan harga Rt dan korelasi, tanpa memandang jenis Lumpur
pemborannya.
Tujuan utama kurva SP adalah untuk membedakan formasi shale dan non
shale sebagai kurva litologi, kurva SP juga digunakan untuk menentukan batas -
batas lapisan, ketebalan lapisan dan perkiraan secara kuantitatif besarnya
kandungan shale dalam lapisan lapisan porous tersebut., serta dapat digunakan
untuk menentukan resistivitas air formasi. Sebelum itu kita tinjau mengenai
kondisi lubang bor yang dipengaruhi oleh filtrate Lumpur, berikut notasi - notasi
untuk mempermudah penjelasan dari logging ini.
Merupakan zona infiltrasi yang terlatak paling dekat dengan lubang bor
serta terisi oleh air filtrat Lumpur yang mendesak kandungan semula.
Meskipun demikian, mungkin saja tidak seluruh kandungan semula terdesak
kedalam zone yang lebih dalam.
b. Transition zone
Merupakan zone infiltrasi yang lebih dalam dimana zone ini didapati
oleh campuran dan air filtrate Lumpur dengan kandungan semula.
c. Uninvaded zone
Merupakan zona infiltrasi yang terletak paling jauh dari lubang bor,
serta seluruh pori terisi oleh kandungan semula, dengan ini zona tersebut sama
sekali tidak dipengaruhi oleh adanya infiltrasi air filtrat Lumpur. Kurva SP
dihasilkan karena adanya perbedaan potensial dari suatu elektroda yang berjalan
(dari lubang bor) dengan elektroda yang tetap dipermukaan, karena elektroda
melewati berbagai jenis batuan yang berbeda sifat serta kandungannya.
a. Faktor lithologi
1) Shale / clay, bentuk kurva SP yang merupakan shale base line.
2) Lapisan kompak, defleksi SP akan mengecil mendekati shale base
line, tergantung tingkat kekompakan batuan.
3) Lapisan shally, memperkecil defleksi SP mendekati shale base line.
Tergantung prosentase shale pada lapisan permeabel.
b. Faktor kandungan
1) Air asin : Defleksi SP negatif
2) Air tawar : Defleksi SP positif
3) Hidrokarbon : Defleksi SP negatif
4) Air payau : Defleksi SP mendekati shale base line
B. INDUKSI LOG
1. Defleksi kurva RIL yang jauh lebih tinggi dari pada kurva SN menunjukkan
bahwa salinitas air formasi lebih rendah dari pada air filtrat, sehingga
kemungkinan mengandung gas.
2. Defleksi kurva RIL lebih besar sedikit atau lebih kecil sedikit ataupun sama
juga dengan kurva SN, menunjukkan adanya minyak.
3. Bila kurva RIL jauh lebih rendah dari kurva SN serta mendekati garis shale
(resistivity shale) berarti menunjukkan air asin, namun demikian harus
BAB II
2.1.Tujuan Percobaan
a) Menentukan porositas ().
b) Menentukan saturasi air (Sw).
2.2.Teori Dasar
Didalam melakukan interpretasi log dari suatu sumur sebaiknya digunakan
log dengan skala 1 : 200, karena dengan skala ini pembacaan log akan dapat
dilakukan dengan lebih teliti. Sedangkan secara umum log dengan skala 1 : 1000
pada log elektrik digunakan untuk maksud korelasi, karena dengan skala besar
seluruh penampang log dapat terlihat untuk mempermudahkan pekerjaan korelasi
yang dimaksud.
Dalam contoh disajikan 2 jenis log utama yaitu DLL (dual laterolog) untuk
log listrik, dan log FDC-CNL untuk log porositas dengan skala 1 : 1000. untuk
penyajian dalam skala 1 : 200 adalah tidak memungkinkan karena panjangnya
interval yang akan diamati.
Log DLL telah diinterpretasikan pada praktikum sebelumnya tanpa
menggunakan microlog. Dengan melakukan interpretasi log secara kombinasi bisa
saja apa yang telah diinterpretasikan pada praktikum sebelumnya akan mengalami
perubahan, perubahan yang mana merupakan penyempurnaan dari apa yang kita
lakukan.
Dari defleksi kurva N dan b pada lapisan air asin ini terlihat adanya sparasi
positif, sehingga bila kita hanya melihat sparasi positifnya saja kita akan keliru
menafsirkan sebagai lapisan mengandung hidrokarbon. Oleh sebab itu telah
dijelaskan untuk separasi positif pada difleksi kurva N dan b harus dilihat pula
perkembangan kurva Rtnya, dimana kurva Rt menunjukan harga yang cukup
rendah yang megindikasikan adanya lapisan air asin.
Kandungan shale yang ada dalam lapisan air asin shally dapat dilihat dari
kurva GR yang lebih tinggi dibandikan GR pada lapisan air asin kompak,
sedangkan kandungan air asin dapat dilihat dimana puncak – puncak defleksi SP
diikuti dengan tendensi menurunya harga kurva Rt. Pada lapisan shally air asin ini
sisipan shale dapat dilihat dimana pada kurva SP yang menunjukan perkembangan
kekanan, diikuti semakin tingginya harga GR.
BAB III
3.2.Teori Dasar
Cut Off digunakan untuk menghilangkan bagian reservoir yang dianggap
tidak produktif. Nilai cut off ditentukan dari nilai data log, data core, data test
produksi. Cut Off dibagi menjadi dua yaitu :
a. Total Pay : Ketebalan yang dihitung tanpa menggunakan harga Cut Off
b. Net : Ketebalan yang dihitung menggunakan harga cut off
porositas dan V shale
c. Net Pay :Ketebalan yang dihitung menggunakan harga Cut Off
Porositas, V shale dan Sw
Untuk melengkapi informasi mengenai identifikasi hidrokarbon dan
menentukan cut off diperlukan data sebagai berikut :
a. Analisa Cutting
Tujuan analisa ini adalah untuk mengidentifikasi awal adanya hidrokarbon
dan memperkirakan karakteristik batuan reservoir. Data analisa cutting dapat
digunakan untuk membantu interpretasi mud log. Interval pengambilan smple
dilakukan oleh waktu pemboran, formasi yang akan dievaluasi dan tekanan yang
terdeteksi.
b. Analisa core
Analisa core diperlukan untuk mengetahui lebih rinci mengenai
karakteristik batuan, jenis mineral – mineral yang terdapat pada formasi tersebut,
menentukan sifat fisik batuan reservoir ( Saturasi air, Porositas dan Permeabilitas)
BAB IV
PENENTUAN VCLAY
4.1. Tujuan Percobaan
1. Untuk membedakan lapisan - lapisan shale dan non shale pada sumur -
sumur open hole atau cased hole dan juga pada kondisi ada lumpur
maupun tidak.
2. Sebagai pengganti SP Log untuk maksud - maksud pendeteksian lapisan
permeabel, karena untuk formasi yang tidak terlalu resistif (Rw/Rmf) hasil
SP Log tidak akurat.
3. Untuk korelasi batuan.
4. Untuk mendeteksi mineral - mineral radio aktif.
5. Untuk mengetahui prosentase kandungan shale pada lapisan permeabel.
6. Untuk mengetahui kedalaman perforasi yang telah diinjeksikan air (water
plugging).
4.1.2. Neutron Log
Pada Gamma Ray Log, parameter yang diukur adalah intensitas radioaktif
alamiah yang dikandung oleh batuan.
Intensitas radio aktif yaitu sinar alfha ( ), sinar beta ( ), dan sinar gamma (
). Sinar Alpha dan Beta daya tembus lemah sehingga sinar tersebut terabsorsi
oleh batuan, akibatnya intensitas radio aktif tidak tertangkap oleh alat. Sinar
gamma ( ) daya tembusnya paling besar (kuat) sehingga dapat terdeteksi oleh
alat.
Yang diukur oleh Gamma Ray Log adalah sinar gamma, besar kecilnya
intensitas radio aktif alamiah terkandung dari jenis batuannya, sehingga dari besar
kecilnya intensitas yang tertangkap oleh alat dapat diketahui jenis batuannya,
Sinar radio aktif disebabkan oleh disentegrasi unsur-unsur radio aktif, seperti:
a. Tumbukan Elastis
Partikel neutron terpental setelah tumbukan dengan inti atom formasi tanpa
terjadi apa-apa.
b. Tumbukan Inelastis
Sebagian tenaga dari partikel neutron diberikan kepada inti atom. Karena
tumbukan tenaga kinetik tersebut, inti atom dapat pindah ke tingkat tenaga
atom yang lebih tinggi, kemudian melapuk dengan melepaskan kelebihan
tenaga berupa sinar gamma.
c. Tangkapan Neutron
Inti atom menyerap seluruh tenaga neutron, berpindah ke tingkat tenaga yang
lebih tinggi karena tambahan tenaga kinetik dari neutron kemudian melapuk
dengan memancarkan sinar gamma.
d. Aktifasi
Proses hampir sama dengan peristiwa tangkapan neutron, akan tetapi selama
proses pelapukan inti atom memancarkan sinar beta, gamma dan juga
elektron.
Cairan garam NaCl dari filtrat lumpur di dalam daerah rembesan akan
mengurangi konsenterasi dari atom hidrogen. Sehingga porositas CNL perlu
dikoreksi terhadap salinitas.
Menurut teori fisika nuklir, bila sinar gamma dengan tenaga tinggi
ditembakkan ke suatu bahan ada 3 jenis interaksi yang mungkin terjadi:
Alat densitas yang pertama (FDL) terdiri dari satu sumber radiasi dan satu
detektor ditempatkan pada suatu bantalan (pad).
1. Ionization Chamber
Prinsip kerjanya:
Lapisan shale yang porous tapi tidak permeable akan mengendapkan sinar
gamma yang ditembakkan dari alat FDL atau LDT sehingga alat detektor
akan membaca densitas bulk (ρb) yang besar dan akan menghasilkan
porositas yang besar pula. Sehingga perlu dilakukan koreksi terhadap
porositas Density tersebut terhadap kandungan shale/clay.
BAB V
SOFTWARE INTERACTIVE PETROPHYSICS