Anda di halaman 1dari 22

9

1

PENDAHULUAN

Keberhasilan dalam mendapatkan akumulasi hidrokarbon merupakan


suatu hal yang sangat penting, dimana hal-hal yang sangat diperhatikan
diantaranya:
- Dimana dan pada kedalaman berapa terdapat akumulasi hidrokarbon?
- Besarnya cadangan akumulasi hidrokarbon tersebut?
- Apakah cukup prospek dan ekonomis?
Penilaian formasi adalah proses penggunaan pengukuran lubang bor untuk
mengevaluasi karakteristik dari formasi-formasi dibawah permukaan. Untuk
mendapatkan data geologi bawah permukaan secara cepat dan tepat, maka
dilakukan logging. Berdasarkan sifat fisik batuan dan keterangan lain bawah
permukaan dengan cepat dapat diperoleh sehingga pekerjaan yang menyangkut
pembuatan peta kontur, isochore, isoratio, ataupun pembuatan profil geologi dan
stratigrafi dengan cepat dapat dilakukan.
Pengukuran-pengukuran dapat dibagi menjadi empat cara:
- Drilling operation mud log: analisa cutting atau serbuk bor, analisa
lumpur, pengumpulan data serta analisa pemboran.
- Analisa core: pengukuran kualitatif dan pengukuran kuantitatif.
- Wireline well log: electrical (Spontaneous potential non focused current
resistivity, induction), akustik (transite time, full wave train, bore hole,
televiewer), dan radioactive (Sinar gamma, neutron, densitas, neutron life
time, spectrum).
- Test production: pengetesan formasi, DST, dan test produksi.
Adapun tujuan dan manfaat dari praktikum penilaian formasi adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui korelasi batuan dari lapisan batuan yang dianalisa.
2. Mengetahui lapisan yang produktif.
3. Letak batas air-minyak untuk menentukan besarnya bulk volume
reservoir.
4. Dasar untuk menentukan produktifitas sumur.

5. Menentukan metoda produksi yang akan digunakan dan juga akan


membantu dalam meramalkan kelakuan reservoir dikemudian hari.
Dalam pelaksanaannya, ada beberapa materi praktikum penilaian formasi
yang dianalisa antara lain :
1. Analisa Cutting, yang bertujuan untuk mengidentifikasi saturasi
hidrokarbon dan mengestimasi karakteristik batuan reservoir.
2. Log Listrik, meliputi :
a. Spontaneous Potential Log, bertujuan untuk menentukan harga Rw,
ketebalan lapisan porous, koreksi batuan, evaluasi Vclay.
b. Induction Log, bertujuan untuk mendeteksi konduktifitas formasi.
3. Log Radioaktif, meliputi :
a. Gamma Ray Log, bertujuan untuk membedakan lapisan shale dan
non shale, korelasi batuan, prosentase kandungan shale, deteksi
mineral radioaktif, dan mendeteksi lapisan yang permeabel.
b. Neutron Log, bertujuan untuk menentukan porositas total,
mendeteksi adanya formasi gas, dan korelasi batuan.
c. Formation Density Log, bertujuan untuk mengukur porositas batuan,
menentukan densitas hidrokarbon, Oil Shield Yield, dan mendeteksi
GOC.
4. Jenis Log lainnya, meliputi :
a. Sonic Log, bertujuan untuk menentukan porositas.
b. Caliper Log, bertujuan untuk mengetahui lapisan permeabel dan
lapisan produktif, mengetahui diameter lubang bor.
5. Kombinasi Log dan Korelasi (Interpretasi Log), bertujuan untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam evaluasi formasi serta
menentukan potensial produktifitas yang dimiliki.
6. Penentuan Cadangan, bertujuan untuk menentukan jumlah minyak dan
gas pada suatu reservoir, menentukan kepastian mengenai produktifitas
reservoir.
Dalam percobaan yang dilakukan, alat-alat yang digunakan untuk
melakukan pengukuran tidak digunakan, Karena hasil pengukuran alat sudah

berupa data jadi, yang kemudian dilanjutkan dengan perhitungan sesuai materi
yang bersangkutan.
Metoda analisis yang digunakan dalam praktikum antara lain :
1. Percobaan Analisa Cutting, menggunakan Metoda Fluoroscopic dan
Metoda Solvent.
2. Percobaan Kombinasi Log dan Korelasi, menggunakan Metoda
Interpretasi Log.
3. Percobaan Penentuan Cadangan, menggunakan Metoda Pyramidal dan
Trapezoidal.

BAB I
Penetuan Zona Permeabel dan litologi

1.1. Tujuan Percobaan

Dalam electric log terdapat dua macam loging, yaitu Spontaneous log dan
Induksi log, dimana keduanya mempunyai fungsi dan tujuan penggunaan masing-
masing.

1.1.1. Spontaneous Potensial Log (SP Log)

Dalam industri perminyakan, SP Log dirancang untuk:

1. Mengidentifikasi lapisan-lapisan permeabel.


2. Mencari batas-batas lapisan permeabel dan korelasi antar sumur
berdasarkan batas lapisan.
3. Mencari harga Rw.
4. Mengetahui ketebalan lapisan.
5. Mengkorelasi batuan.
6. Membedakan lapisan yang bersih dari shale.

1.1.2. Resistivity Log

Resistivity Log adalah suatu alat yang dapat mengukur tahanan batuan
formasi beserta isinya, yang mana tahanan ini tergantung pada porositas
efektif, salinitas air formasi dan banyaknya hidrokarbon dalam pori-pori
batuan.

1.1.3. Induction Log

Tujuan dari Induction Log adalah mendeteksi lapisan-lapisan tipis yang jauh
untuk menentukan harga Rt dan korelasi, tanpa memandang jenis Lumpur
pemborannya.

1.2. Teori Dasar


A. SP LOG
SP Log adalah rekaman mengenai perbedaan arus listrik DC (dalam milivolt)
antara potensial natural karena pergerakan elektroda dalam lubang bor dengan
elektroda yang ditempatkan di permukaan. SP log tidak dapat beroperasi pada
non-conduktive drilling muds.

Tujuan utama kurva SP adalah untuk membedakan formasi shale dan non
shale sebagai kurva litologi, kurva SP juga digunakan untuk menentukan batas -
batas lapisan, ketebalan lapisan dan perkiraan secara kuantitatif besarnya
kandungan shale dalam lapisan lapisan porous tersebut., serta dapat digunakan
untuk menentukan resistivitas air formasi. Sebelum itu kita tinjau mengenai
kondisi lubang bor yang dipengaruhi oleh filtrate Lumpur, berikut notasi - notasi
untuk mempermudah penjelasan dari logging ini.

Permeabel akan selalu terbentuk tiga zona infiltrasi, yaitu :

 Flushed zone atau invaded zone


 Transitioan zone
 Uninvaded zone
a. Flushed zone

Merupakan zona infiltrasi yang terlatak paling dekat dengan lubang bor
serta terisi oleh air filtrat Lumpur yang mendesak kandungan semula.
Meskipun demikian, mungkin saja tidak seluruh kandungan semula terdesak
kedalam zone yang lebih dalam.

b. Transition zone

Merupakan zone infiltrasi yang lebih dalam dimana zone ini didapati
oleh campuran dan air filtrate Lumpur dengan kandungan semula.

c. Uninvaded zone

Merupakan zona infiltrasi yang terletak paling jauh dari lubang bor,
serta seluruh pori terisi oleh kandungan semula, dengan ini zona tersebut sama
sekali tidak dipengaruhi oleh adanya infiltrasi air filtrat Lumpur. Kurva SP
dihasilkan karena adanya perbedaan potensial dari suatu elektroda yang berjalan
(dari lubang bor) dengan elektroda yang tetap dipermukaan, karena elektroda
melewati berbagai jenis batuan yang berbeda sifat serta kandungannya.

Defleksi negatif ataupun positif terjadi karena adanya perbedaan salinitas


antara lumpur dan kandungan dalam batuan. Dengan menggunakan jenis Lumpur
pemboran dari “fresh water mud” berbagai defleksi SP dapat terbentuk, bentuk itu
disebabkan adanya hubungan antara arus listrik dengan gaya-gaya elektromotif
(elektrokimia dan elektrokinetik) dalam formasi.

Harga SP untuk serpih cenderung konstan (shale base line). Penyimpangan


SP dapat kekiri atau kekanan tergantung pada kadar garam dari air formasi dan
filtrasi lumpur. Lapisan permeabel ditandai dengan adanya defleksi SP dari shale
base line. Defleksi kurva SP Log yang tergambar pada slip log akan memberikan
bentuk- bentuk sebagai berikut:

1. Lurus dan biasa disebut shale base line.


2. Untuk lapisan yang permeabel (air asin), kurva SP log berkembang
negatif (kekiri) dari shale base line.
3. Untuk lapisan yang permeabel (hidrokarbon), kurva SP log akan
berkembang negatif (kekiri) dari shale base line.
4. Untuk lapisan yang permeabel (air tawar), kurva SP log akan
berkembang positif (kekanan) dari shale base line.
Ada dua hal yang mengakibatkan timbulnya defleksi SP Log, yaitu:

1. Electrikal component (Ec)


Disebabkan karena gerak elektrolit pada daerah dengan konsentrasi
berbeda, diantaranya:

Membran potensial, terjadi pada batas lempung dengan reservoir.



Liquid junction potensial, potensial yang ditimbulkan oleh perbedaan


konsentrasi ion (Na+) dan (Cl-) pada kontak cairan formasi, filtrat,
dan lumpur.

2. Electrokinetik component (Ek)


Terjadi karena bergeraknya air filtrat menembus kerak lumpur,
biasanya terjadi pada lapisan yang permeabel, disebabkan karena
perbedaan tekanan, (Ek)mc.

Faktor-faktor yang mempengaruhi SP adalah:

a. Faktor lithologi
1) Shale / clay, bentuk kurva SP yang merupakan shale base line.
2) Lapisan kompak, defleksi SP akan mengecil mendekati shale base
line, tergantung tingkat kekompakan batuan.
3) Lapisan shally, memperkecil defleksi SP mendekati shale base line.
Tergantung prosentase shale pada lapisan permeabel.
b. Faktor kandungan
1) Air asin : Defleksi SP negatif
2) Air tawar : Defleksi SP positif
3) Hidrokarbon : Defleksi SP negatif
4) Air payau : Defleksi SP mendekati shale base line

B. INDUKSI LOG

Jenis Log Induksi yang sering digunakan adalah Induction Electrical


Survey (IES). Keunggulan dari induction log adalah pengaruh diameter lubang
bor, lapisan batuan disekitarnya dan pengaruh air filtrat yang menginvasi dapat
diperkecil.

Prinsip kerjanya adalah arus bolak-balik dengan frekuensi tinggi ( 


20.000 cps) yang mempunyai intensitas konstan dikirimkan melalui kumparan

pengirim (transmiter coil) sehingga menghasilkan medan elektromagnetik yang


mana akan menimbulkan arus induksi dalam formasi.

Alat ini dapat mendeteksi dengan baik konduktivitas formasi yang


selanjutnya dikonversikan dalam satuan resistivity. Dengan demikian setiap
pengukuran akan menghasilkan kurva- kurva:

- SP Log untuk menentukan lithologi.


- Short Normal resistivity (SN) untuk menentukan Rxo.
Rxo merupakan pengukuran kuantitatif resistivitas zona terinvasi.
Beberapa manfaat Rxo diantaranya :

1. Diperlukan untuk penentuan resistivitas formasi Rt dengan akurat


2. Mendeteksi adanya mud cake, karena adanya mud cake bisa membantu
identifikasi zona permeable
3. Salah satu metode yang digunakan untuk menghitung Sw
- Induction Log resistivity (RIL) untuk menentukan Rt.
Rt merupakan pengukuran kuantitatif resistivitas zona yang belum
terinvasi.

Prinsip dari Log Induksi (Log resistivitas) adalah mengukur tahanan


jenis formasi batuan dan fluida yang dikandungnya terhadap arus listrik yang
melaluinya.

Kurva normal mempunyai objek dan tujuan pengukuran sebagai berikut :

1. Defleksi kurva RIL yang jauh lebih tinggi dari pada kurva SN menunjukkan
bahwa salinitas air formasi lebih rendah dari pada air filtrat, sehingga
kemungkinan mengandung gas.
2. Defleksi kurva RIL lebih besar sedikit atau lebih kecil sedikit ataupun sama
juga dengan kurva SN, menunjukkan adanya minyak.
3. Bila kurva RIL jauh lebih rendah dari kurva SN serta mendekati garis shale
(resistivity shale) berarti menunjukkan air asin, namun demikian harus

ditunjang dengan defleksi SP apakah positif atau negative. Dimana defleksi


positif berasosiasi dengan kandungan air tawar.

BAB II

PENENTUAN SATURATION WATER DAN POROSITAS

2.1.Tujuan Percobaan
a) Menentukan porositas ().
b) Menentukan saturasi air (Sw).

2.2.Teori Dasar
Didalam melakukan interpretasi log dari suatu sumur sebaiknya digunakan
log dengan skala 1 : 200, karena dengan skala ini pembacaan log akan dapat
dilakukan dengan lebih teliti. Sedangkan secara umum log dengan skala 1 : 1000
pada log elektrik digunakan untuk maksud korelasi, karena dengan skala besar
seluruh penampang log dapat terlihat untuk mempermudahkan pekerjaan korelasi
yang dimaksud.
Dalam contoh disajikan 2 jenis log utama yaitu DLL (dual laterolog) untuk
log listrik, dan log FDC-CNL untuk log porositas dengan skala 1 : 1000. untuk
penyajian dalam skala 1 : 200 adalah tidak memungkinkan karena panjangnya
interval yang akan diamati.
Log DLL telah diinterpretasikan pada praktikum sebelumnya tanpa
menggunakan microlog. Dengan melakukan interpretasi log secara kombinasi bisa
saja apa yang telah diinterpretasikan pada praktikum sebelumnya akan mengalami
perubahan, perubahan yang mana merupakan penyempurnaan dari apa yang kita
lakukan.

Sebagaimana telah diinterpretasikan pada praktikum sebelumnya bahwa


lapisan yang mengandung air asin (kompak ataupun shally) berdasarkan defleksi
kurva Rt dan SP. Defleksi kurva gama ray pada lapisan air asin mempunyai harga
yang cukup rendah dan bahkan paling rendah diantara lapisan permeabel yang
ada. Dengan demikian pada kurva GR terendah ini dapat ditarik suatu garis ”clean
sand” melalui lapisan air asin serta merupakan suatu ”clean water bearing zone”

Dari defleksi kurva N dan b pada lapisan air asin ini terlihat adanya sparasi
positif, sehingga bila kita hanya melihat sparasi positifnya saja kita akan keliru
menafsirkan sebagai lapisan mengandung hidrokarbon. Oleh sebab itu telah
dijelaskan untuk separasi positif pada difleksi kurva N dan b harus dilihat pula
perkembangan kurva Rtnya, dimana kurva Rt menunjukan harga yang cukup
rendah yang megindikasikan adanya lapisan air asin.

Kandungan shale yang ada dalam lapisan air asin shally dapat dilihat dari
kurva GR yang lebih tinggi dibandikan GR pada lapisan air asin kompak,
sedangkan kandungan air asin dapat dilihat dimana puncak – puncak defleksi SP
diikuti dengan tendensi menurunya harga kurva Rt. Pada lapisan shally air asin ini
sisipan shale dapat dilihat dimana pada kurva SP yang menunjukan perkembangan
kekanan, diikuti semakin tingginya harga GR.

BAB III

PENENTUAN CUT OFF DAN PERKIRAAN CADANGAN


3.1.Tujuan Percobaan
Menentukan cut off dan perkiraan jumlah cadangan

3.2.Teori Dasar
Cut Off digunakan untuk menghilangkan bagian reservoir yang dianggap
tidak produktif. Nilai cut off ditentukan dari nilai data log, data core, data test
produksi. Cut Off dibagi menjadi dua yaitu :

1. Cut Off Lithology : Porositas, Permeabilitas, V shale, dan ketebalan


efektif
2. Cut Off Saturasi : Sw, Sor, Shm
Cadangan adalah jumlah hidrokarbon yang dapat diproduksi secara
ekonomis dari suatu reservoir. Secara umum data – data dari porositas, saturasi
air, permeabilitas dengan data kumulatif ketebalan, rasio porositas hidrokarbon
feet ditabulasikan menjadi tiga estimasi cadangan :

a. Total Pay : Ketebalan yang dihitung tanpa menggunakan harga Cut Off
b. Net : Ketebalan yang dihitung menggunakan harga cut off
porositas dan V shale
c. Net Pay :Ketebalan yang dihitung menggunakan harga Cut Off
Porositas, V shale dan Sw
Untuk melengkapi informasi mengenai identifikasi hidrokarbon dan
menentukan cut off diperlukan data sebagai berikut :

a. Analisa Cutting
Tujuan analisa ini adalah untuk mengidentifikasi awal adanya hidrokarbon
dan memperkirakan karakteristik batuan reservoir. Data analisa cutting dapat
digunakan untuk membantu interpretasi mud log. Interval pengambilan smple
dilakukan oleh waktu pemboran, formasi yang akan dievaluasi dan tekanan yang
terdeteksi.

b. Analisa core
Analisa core diperlukan untuk mengetahui lebih rinci mengenai
karakteristik batuan, jenis mineral – mineral yang terdapat pada formasi tersebut,
menentukan sifat fisik batuan reservoir ( Saturasi air, Porositas dan Permeabilitas)

c. Uji kandungan Lapisan


Data test produksi disebut juga Uji kandungan Lapisan ( UKL), misalnya
DST, RFT dan MDT. Salah satu tujuan UKL adalah membuktikan isi kandungan
lapisan.

Parameter yang didapat dari etst UKL adalah :

1. Jenis fluida formasi dan laju alirnya


2. Tekanan maksimum reservoir, permeabilitas efektif dan skin
3. Heterogenitas Reservoir

BAB IV
PENENTUAN VCLAY
4.1. Tujuan Percobaan

4.1.1. Gamma Ray Log

Gamma Ray Log dirancang untuk :

1. Untuk membedakan lapisan - lapisan shale dan non shale pada sumur -
sumur open hole atau cased hole dan juga pada kondisi ada lumpur
maupun tidak.
2. Sebagai pengganti SP Log untuk maksud - maksud pendeteksian lapisan
permeabel, karena untuk formasi yang tidak terlalu resistif (Rw/Rmf) hasil
SP Log tidak akurat.
3. Untuk korelasi batuan.
4. Untuk mendeteksi mineral - mineral radio aktif.
5. Untuk mengetahui prosentase kandungan shale pada lapisan permeabel.
6. Untuk mengetahui kedalaman perforasi yang telah diinjeksikan air (water
plugging).
4.1.2. Neutron Log

1. Untuk menentukan porositas (Ф) total.


2. Untuk mendeteksi adanya formasi gas setelah dikombinasikan dengan
porosity tool lainnya (Density Log)
3. Untuk penentuan korelasi batuan.
4.1.3. Density Log

1. Untuk mengukur porositas batuan.


2. Untuk mengidentifikasi mineral batuan.
3. Untuk mengetahui shally sand dan litologi yang kompak.

4.2. Teori Dasar

Pada Gamma Ray Log, parameter yang diukur adalah intensitas radioaktif
alamiah yang dikandung oleh batuan.

Intensitas radio aktif yaitu sinar alfha (  ), sinar beta (  ), dan sinar gamma (
 ). Sinar Alpha dan Beta daya tembus lemah sehingga sinar tersebut terabsorsi
oleh batuan, akibatnya intensitas radio aktif tidak tertangkap oleh alat. Sinar
gamma (  ) daya tembusnya paling besar (kuat) sehingga dapat terdeteksi oleh
alat.

Yang diukur oleh Gamma Ray Log adalah sinar gamma, besar kecilnya
intensitas radio aktif alamiah terkandung dari jenis batuannya, sehingga dari besar
kecilnya intensitas yang tertangkap oleh alat dapat diketahui jenis batuannya,

Sinar radio aktif disebabkan oleh disentegrasi unsur-unsur radio aktif, seperti:

a. Uranium (U238) : Umumnya pada batuan sand stone.


b. Thorium (Th232) : Umumnya pada batuan sand stone.
c. Potasium (K40) : Umumnya pada batuan shale.
Log GR diskala dalam satuan API (GAPI), satuan API = 1/200 dari
tangkapan yang didapat dari kalibrasi standar suatu formasi tiruan yang berisi
Uranium, Thorium, dan Potasium dengan kuantitas yang diketahui dengan tepat
dan diawasi oleh API di Houston, Texas.

Log GR biasanya ditampilkan pada kolom pertama, bersama dengan kurva SP


dan kaliper. Biasanya di skala dari kiri ke kanan dalam 0-100 atau 0-150 API.

Tingkat radiasi lebih tinggi dibandingkan batuan lain karena unsur-unsur


radio aktif cenderung mengendap dibatuan serpih yang tidak permeabel, hal ini
terjadi selama proses perubahan geologi batuan.

Prinsip kerja dari Neutron Log adalah memancarkan partikel neutron


(misalnya AmBe) ke dalam formasi, menurut teori fisika nuklir terdapat beberapa
macam interaksi yang mungkin terjadi:

a. Tumbukan Elastis
Partikel neutron terpental setelah tumbukan dengan inti atom formasi tanpa
terjadi apa-apa.

b. Tumbukan Inelastis
Sebagian tenaga dari partikel neutron diberikan kepada inti atom. Karena
tumbukan tenaga kinetik tersebut, inti atom dapat pindah ke tingkat tenaga
atom yang lebih tinggi, kemudian melapuk dengan melepaskan kelebihan
tenaga berupa sinar gamma.

c. Tangkapan Neutron
Inti atom menyerap seluruh tenaga neutron, berpindah ke tingkat tenaga yang
lebih tinggi karena tambahan tenaga kinetik dari neutron kemudian melapuk
dengan memancarkan sinar gamma.

d. Aktifasi
Proses hampir sama dengan peristiwa tangkapan neutron, akan tetapi selama
proses pelapukan inti atom memancarkan sinar beta, gamma dan juga
elektron.

Untuk CNT (Compensated Neutron Log), interaksi yang menarik adalah


tumbukan elastis. Pada interaksi ini hukum kekekalan tenaga berlaku, maka
neutron akan kehilangan tenaga karena tumbukan dengan inti formasi sepanjang
perjalanannya di dalam formasi sampai ditangkap oleh atom saat neutron hampir
kehilangan seluruh tenaga.

Tangkapan alat neutron terurtama mencerminkan banyaknya atom hidrogen


dalam formasi. Karena minyak dan air mempunyai jumlah hidrogen per unit
volume yang hampir sama, neutron akan memberikan tanggapan porositas fluida
dalam formasi bersih, akan tetapi neutron tidak dapat membedakan antara atom
hidrogen bebas dengan atom-atom hidrogen yang secara kimia terikat pada
mineral batuan, sehingga tanggapan neutron pada formasi lempung yang banyak

mengandung atom hidrogen di dalam susunan molekulnya seolah-olah


mempunyai porositas yang lebih tinggi.

Gas mempunyai konsenterasi hidrogen yang lebih rendah yang bervariasi


dengan suhu dan tekanan, sehingga bila terdapat gas dalam lapisan yang cukup
dekat dengan dinding sumur masih dalam jangkauan alat neutron, akan
memberikan pembacaan porositas yang lebih rendah daripada porositas formasi
sesungguhnya.

Cairan garam NaCl dari filtrat lumpur di dalam daerah rembesan akan
mengurangi konsenterasi dari atom hidrogen. Sehingga porositas CNL perlu
dikoreksi terhadap salinitas.

Menurut teori fisika nuklir, bila sinar gamma dengan tenaga tinggi
ditembakkan ke suatu bahan ada 3 jenis interaksi yang mungkin terjadi:

1. Gejala Fotolisterik, bila energi mula-mula E<100 ke V.


2. Hambatan Compton, bila 75 ke V<E<2 MeV.
3. Produksi Kamar, bila E>1.2 MeV.
Sinar Gamma mempunyai sifat men-dua artinya pada saat dapat berbentuk
gelombang elektromagnetik atau menjadi partikel foton. Pada kejadian Compton,
foton sinar gamma bertumbukan dengan elektron dari atom di dalam batuan, foton
akan kehilangan tenaga karena proses tumbukan dan hamburan kearah yang tidak
sama dengan arah foton awal, sedangkan tenaga foton yang hilang sebetulnya
diserap oleh electron sehingga elektron dapat melepaskan diri dari ikatan atom
menjadi electron bebas. Foton yang diamburkan ini masih mampu ‘menendang’
ke luar elektron-elektron dari atom-atom lain dalm proses tumbukan lanjutan
sampai akhirnya foton yang sudah melemah tersebut terserap secara keseluruhan
sebagai akibat dari gejala foto listerik, jumlah electron yang ‘ditendang’ keluar
oleh foton merupakan fungsi dari foton dan jenis mineral.

Alat densitas yang pertama (FDL) terdiri dari satu sumber radiasi dan satu
detektor ditempatkan pada suatu bantalan (pad).

Jenis-jenis detektor yang sering digunakan, adalah sbb:

1. Ionization Chamber
Prinsip kerjanya:

a. Di dalam tabung terdapat gas bertekanan tinggi. Sinar radio aktif


(α,β,γ) menimbulkan steel case tetapi hanya sinar gamma yang dapat
masuk ke dalam steel case, sedangkan sinar alpha dan beta akan
terhalang.
b. Akibat terjadi tumbukan dengan gas bertekanan tinggi, maka energi
dari sinar gamma akan mengecil atau kekuatan sinar gamma
berkurang, sehingga menimbulkan tumbukan elektron baru sebesar
100 kali lebih banyak dari awal (terionisasi).
c. Karena electron-electron tersebut bermuatan negatif sedangkan kawat
bermuatan positif, maka electron tersebut akan ditarik kearah kawat
dan menimbulkan arus listrik.
d. Arus listrik tersebut selanjutnya direkam/dicatat oleh recorder
kemudian dimodifikasi menjadi grafik.
2. Geiger Mullar Counter
Pada prinsipnya alat ini sama dengan Ionization Chamber,
perbedaannya terdapat pada:

a. Tekanan gas diperkecil


b. Tegangan kawat diperbesar, sehingga akumulasi elektron di kawat
lebih cepat dan akibatnya proses ionisasi di dalam chamber menjadi
lebih cepat.
c. Pada ionisasi chamber, kekuatan ionisasi hanya tergantung pada sinar
gamma.
d. Pada type ini, dengan tegangan kawat yang tinggi atau dipertinggi
akan menstimulasi sinar gamma untuk diintegrasi sehingga proses
ionisasi menjadi lebih cepat.
3. Scintilation counter

Komponen pentingnya adalah Transparan Crystal dan Photomulitifier.

Lapisan shale yang porous tapi tidak permeable akan mengendapkan sinar
gamma yang ditembakkan dari alat FDL atau LDT sehingga alat detektor
akan membaca densitas bulk (ρb) yang besar dan akan menghasilkan
porositas yang besar pula. Sehingga perlu dilakukan koreksi terhadap
porositas Density tersebut terhadap kandungan shale/clay.

Kurva densitas di sekala langsung dalam gr/cc. Jika alat dikerjakan


tersendiri, sekala dari kurva 2-3 gr/cc.

Skala Penentuan nilai porositas:

1. 0% - 5 % porositas sangat buruk dan dapat diabaikan


2. 5% - 10% porositas buruk (POOR)
3. 10% - 15% porositas cukup (FAIR)
4. 15% - 20% porositas baik (GOOD)
5. 20% - 25% porositas sangat baik (VERY GOOD)
6. >25% porositas istimewa (EXCELLENT)

BAB V
SOFTWARE INTERACTIVE PETROPHYSICS

5.1 Pengenalan Software Interactive Petrophysics


Pengenalan Software Interactive Petrophysics dilakukan dengan cara
dibimbing langsung dengan asisten praktikum penilaian formasi. Hal
pertama yang praktikan lakukan dalam praktikum ini adalah
memperhatikan penjelasan dari asisten praktikum setelah itu asisten
praktikum memberikan data yang akan diinterpretasi pada Software
Interactive Petrophysics kepada praktikan. Kemudian praktikan
dipersilahkan untuk memulai interpretasi data log dengan langkah kerja
seperti yang telah dijelaskan oleh asisten praktikum. Dengan prosedur
percobaan sebagai berikut :
5.1.1 Modul Percobaan Interactive Petrophysics
1. Penentuan Zona Permeabel
2. Penentuan Sw
3. Penentuan Cut off dan Cadangan
4. Penentuan Vclay
5. Penentuan Litologi

5.1.2 Prosedur Percobaan


1. Membuka software Interactive Petrophysics
2. Membuat database sesuai dengan keinginan dari praktikan dan
input file data sumur yang diberi oleh asisten praktikum kemudian
klik load.
3. Mengklik toolbar well kemudian klik create new well dan memberi
nama sumur yang diinginkan.
4. Mengklik toolbar log plot menu kemudian program default plots
dan run triple combo.
5. Membuat dengan create a new log plot for the current well agar
chart log terbentuk secara vertical.
6. Mengganti skala pada log jika ada yang tidak sesuai dengan
ketentuan pada kolom 1 untuk log permeable dengan cara klik
sekali pada kolom 2 untuk log resistivity dan kolom 3 untuk log

porosity. Kemudian mengubah shading pada log porosity dengan


cara left side of shading memakai RHOB dan right side of shading
memakai NPHI.
7. Mengklik toolbar interpretation kemudian klik clay volume beri
tanda ceklis untuk gamma ray, resistivity , dan density kemudian
run.
8. Mengubah log permeable pada histogram sand base line dan shale
base line.
9. Memplot Split Zone berdasarkan trend.
10. Mengubah plot pada log porosity dengan cara klik kanan kemudian
klik NPHI/RHOB x plot dekatkan garis merah pada x plot ke zona
yang mayoritas terkumpul.
11. Menginterpretasikan porosity dan water saturation dengan 4 ineral,
default saturation equation diubah menjadi Indonesia dan
temperature unit diubah menjadi centigrade.
12. Memasukan temperature secara manual dengan surface
temperature berdasarkan data beserta depth nya dan bottom
temperatureberdasrakan data beserta depth nya.
13. Mengubah shading pada log porosity untuk pemberian warna zona
oil, gas, dan water seusai dengan keinginan.
14. Mengkoreksi Rw dan Rmf pada kolom salinity pada Split Zone.
15. Meng-out put plot to printer dengan mengubah menjadi graphics
file.
16. Menyimpan file dalam bentuk “jpg”.

Anda mungkin juga menyukai