Anda di halaman 1dari 3

I.

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Keamanan pangan bukan hanya merupakan isu dunia tapi juga menyangkut
kepedulian individu. Jaminan akan keamanan pangan adalah merupakan hak asasi
konsumen. Pangan termasuk kebutuhan dasar terpenting dan sangat esensial
dalam kehidupan manusia. Walaupun makanan itu menarik, nikmat, tinggi
gizinya, jika tidak aman dikonsumsi, praktis tidak ada nilainya sama sekali (
Winarno, 1994).
Pangan yang tidak aman dapat disebabkan karena berbagai faktor seperti alat
pengolahan dan wadah yang tidak bersih, lingkungan yang tidak dijaga
sanitasinya atau pekerja yang mengolah pangan tersebut kurang memperhatikan
kebersihan. Tangan merupakan pembawa utama kuman penyakit oleh karena itu
sangat penting untuk diketahui dan diingat bahwa perilaku cuci tangan pakai
sabun merupakan perilaku sehat yang sangat efektif untuk mencegah penyebaran
berbagai penyakit menular seperti diare, ISPA, dan flu burung. Penyakit-penyakit
tersebut di atas dapat diputus hanya dengan perilaku cuci tangan pakai sabun atau
antiseptik yang merupakan perilaku sederhana, mudah dilakukan, tidak perlu
menggunakan banyak waktu dan biaya. Salah satu usaha untuk mengurangi
kontaminasi pada bahan pangan adalah dengan menggunakan disinfektan.
Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi
umumnya dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi,
yaitu bahan kimia yang mengandung gugus -COH; golongan alkohol, yaitu
senyawa kimia yang mengandung gugus -OH; golongan halogen atau senyawa
terhalogenasi, yaitu senyawa kimia golongan halogen atau yang mengandung
gugus -X; golongan fenol dan fenol terhalogenasi, golongan garam amonium
kuarterner, golongan pengoksidasi, dan golongan biguanida. Menurut Widiaastuti
(1994), metode yang biasa dipergunakan untuk mengevaluasi aksi antimikrobial
suatu antiseptik adalah dengan menghitung Koefi sien Fenol. Koefi sien Fenol
adalah perbandingan antara daya bunuh sebuah obat terhadap organisme yang
diuji dengan daya bunuh Fenol pada kondisi yang sama.
Fenol adalah jenis desinfektan yang paling kuno dan karena kekuatannya telah
diketahui maka kualitas desinfektan selalu dibandingkan dengan fenol. Fenol
dengan kadar 0,2 persen bersifat bakteriostatik yakni menahan pertumbuhan
bakteri, sedangkan fenol 1% bersifat mematikan bakteri atau bakterisid. Koefisien
fenol adalah bilangan pecahan yang menunjukkan perbandingan kekuatan daya
bunuh dari desinfektan dibaningkan dengan kekuatan daya bunuh dari fenol
sebagai pembanding dalam kondisi yang sama, yaitu jenis bakteri yang sama dan
dan waktu kontak yang sama. Menurut Collier (1998), waktu untuk menguji
antibiotika adalah 18-24 jam, sedangkan untuk mata tidak mungkin selama itu.
Oleh karena itu, digunakan waktu tertentu dengan metode kontak secara
konvensional, waktu yang paling cepat adalah 2,5 menit, paling lama 15 menit.
Kekuatan fenol untuk menguji desinfektan adalah tidak lebih besar dari 5%.

1.2.Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk menguji nilai koefisien fenol.
DAFTAR PUSTAKA

Collier, L. 1998. Microbiology and Microbial Infections.New York: Oxford


University Press Inc.

Widiastuti, M.G. 1994. Efisiensi Aksi Antimikrobia Larutan Dikloro Isosianurat


dan Larutan Natrium Hipoklorit terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus
secara in vivo. Tesis. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Winarno. 1994. Sterilisasi Komersial Produk-produk Pangan. Gramedia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai