Pertanyaan Tugas 3
Disusun
Oleh
KELOMPOK 1
1. Apa saja sanksi yang paling berat untuk industry yang tidak menerapkan K3 pada perusahaan ?
Jawab :
Terdapat 3 jenis sanksi yang diberikan kepada pelanggar K3 yaitu sabksi administratif, sanksi perdata dan sanksi
pidana. Namun sanksi yang paling berat merupakan sanksi pidana karena terdiri atas hukuman kurungan selama
waktu tertentu dan denda senilai jumlah tertentu.
KELOMPOK 2
1. Apa standart K3 yang digunakan pada industri?
Jawab :
Standar K3 yang digunakan pada industri bisa mengacu pada OHSAS 18001 yaitu:
a. Adanya komitmen dari semua management perusahaan tentang Sistem Manajemen K3
b. Adanya perencanaan/analisa tentang program-program Sistem Manajemen K3 dalam perusahaan
c. Melakukan Implementasi/penarapan Sistem Manajemen K3dalam perusahaan itu sendiri
d. Pemeriksaan dan tindakan koreksi terhadap pelaksanaan Sistem Manajemen K3 di perusahaan
e. Melakukan Review dari manajemen perusahaan tentang kebijakan Sistem
f. Manajemen K3 untuk di praktekkan dalam semua kegiatan perusahaan secara berkesinambungan.
KELOMPOK 4
1. Apa teori penyebab kecelakan, jelaskan?
Jawab :
a. Teori Domino :
Konsep dasar model tersebut adalah:
Kecelakaan adalah sebagai suatu hasil dari serangkaian kejadian yang berurutan.Kecelakaan tidak terjadi
dengan sendirinya.
Penyebabnya adalah faktor manusia dan faktor fisik.
Kecelakaan tergantung kepada lingkungan fisik dan sosial kerja.
Kecelakaan terjadi karena kesalahan manusia.
b. Teori Bird & Loftus :
Kunci kejadian masih tetap sama seperti yang dikatakan oleh Heinrich, yaitu adanya tindakan dan kondisi tidak
aman. Bird dan Loftus tidak lagi melihat kesalahan terjadi pada manusia/pekerja semata, melainkan lebih
menyoroti pada bagaimana manajemen lebih mengambil peran dalam melakukan pengendalian agar tidak
terjadi kecelakaan.
c. Teori Swiss Cheese :
Kecelakaan terjadi ketika terjadi kegagalan interaksi pada setiap komponen yang terlibat dalam suatu sistem
produksi. Kegagalan suatu proses dapat dilukiskan sebagai “lubang” dalam setiap lapisan sistem yang berbeda.
Dengan demikian menjelaskan apa dari tahapan suatu proses produksi tersebut yang gagal.
2. Penyebab dan pencegahan penyakit akibat kecelakan kerja dari segi faktor fisik, kimia, biologi, fisiologi dan
psikologi pada karyawan?
Jawab :
Tedapat beberapa penyebab PAK yang umum terjadi di tempat kerja, berikut beberapa jenis yang digolongkan
berdasarkan penyebab dari penyakit yang ada di tempat kerja.
a. Golongan fisik: bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara, vibrasi, penerangan
b. Golongan kimiawi: semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas, larutan, kabut
c. Golongan biologik: bakteri, virus, jamur, dll
d. Golongan fisiologik/ergonomik: desain tempat kerja, beban kerja.
e. Golongan psikososial: stres psikis, monotomi kerja, tuntutan pekerjan
3. Manajemen pengendalian resiko kecelakaan dan pengamanan pada instalasi beresiko tinggi meliputi apa saja?
Jawab :
a. Eliminasi (Elimination)
Eliminasi merupakan suatu pengendalian resiko yang bersifatpermanen dan harus dicoba untuk diterapkan
sebagai pilihan prioritas utama. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan obyek kerja atau sistem kerja
yang berhubungan dengan tempat kerja yang tidak dapat diterima oleh ketentuan, peraturan atau standar baku
K3 atau kadarnya melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan. Cara pengendalian yang baik
dilakukan adalah dengan eliminasi karena potensi bahaya dapat ditiadakan.
b. Substitusi (Substitution)
Cara pengendalian substitusi adalah dengan menggantikan bahanbahan dan peralatan yang lebih berbahaya
dengan bahan-bahan dan peralatan yang kurang berbahaya atau yang lebih aman.
c. Rekayasa Teknik (Engineering Control)
Pengendalian rekayasa teknik termasuk merubah struktur obyek kerja untuk mencegah seseorang terpapar
potensi bahaya. Cara pengendalian yang dilakukan adalah dengan pemberian pengaman mesin, penutup ban
berjalan, pembuatan struktur pondasi mesin dengan cor beton, pemberian alat bantu mekanik, pemberian
absorber suara pada dinding ruang mesin yang menghasilkan kebisingan tinggi, dan lain-lain.
d. Isolasi (Isolation)
Cara pengendalian yang dilakukan dengan memisahkan seseorang dari obyek kerja, seperti menjalankan
mesin-mesin produksi dari tempat tertutup (control room) menggunakan remote control.
e. Pengendalian Administrasi (Admistration Control)
Pengendalian yang dilakukan adalah dengan menyediakan suatusistem kerja yang dapat mengurangi
kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya yang tergantung dari perilaku pekerjanya dan memerlukan
pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya pengendalian administrasi ini. Metode ini meliputi penerimaan
tenaga kerja baru sesuai jenis pekerjaan yang akan ditangani, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, rotasi
kerja untuk mengurangi kebosanan dan kejenuhan, penerapan prosedur kerja, pengaturan kembali jadwal kerja,
training keahlian dan training K3.
f. Alat Pelindung Diri (Administration Control)
Alat pelindung diri yang digunakan untuk membatasi antara terpaparnya tubuh dengan potensi bahaya yang
diterima oleh tubuh.
KELOMPOK 5
1. Arti penting K3 dalam dunia industri?
Jawab :
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi
produktivitas karyawan. Resiko kecelakaan serta penyakit akibat kerja sering terjadi karena program K3 tidak
berjalan dengan baik. Hal ini dapat berdampak pada tingkat produktivitas karyawan. Pada umumnya kecelakaan
kerja disebabkan oleh dua faktor yaitu manusia dan lingkungan. Faktor manusia yaitu tindakan tidak aman dari
manusia seperti sengaja melanggar peraturan keselamatan kerja yang diwajibkan atau kurang terampilnya pekerja
itu sendiri. Sedangkan faktor lingkungan yaitu keadaan tidak aman dari lingkungan kerja yang menyangkut antara
lain peralatan atau mesinmesin.
Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang benarbenar menjaga keselamatan dan kesehatan karyawannya
dengan membuat aturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang dilaksanakan oleh seluruh karyawan dan
pimpinan perusahaan. Perlindungan tenaga kerja dari bahaya dan penyakit akibat kerja atau akibat dari lingkungan
kerja sangat dibutuhkan oleh karyawan agar karyawan merasa aman dan nyaman dalam menyelesaikan
pekerjaannya. Tenaga kerja yang sehat akan bekerja produktif, sehingga diharapkan produktivitas kerja karyawan
meningkat. Memperhatikan hal tersebut, maka program K3 dan produktivitas kerja karyawan menjadi penting
untuk dikaji, dalam tujuannya mencapai visi dan misi perusahaan. Ravianto (1990) menyatakan bahwa
produktivitas sebagai efisiensi dari pengembangan sumber daya untuk menghasilkan keluaran. Lebih lanjut dapat
dikatakan bahwa produktivitas merupakan rasio yang berhubungan dengan keluaran (output) terhadap satu atau
lebih dari keluaran tersebut. Lebih spesifik, produktivitas adalah volume barang dan jasa yang sebenarnya
digunakan secara fisik pula.
Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di
tempat kerja (Mangkunegara, 2000). Sedangkan menurut Suma’mur (1996) keselamatan kerja adalah keselamatan
yang bertalian dengan mesin, alat kerja, proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan serta cara-
cara melakukan pekerjaan. Dalam hal ini, keselamatan kerja menyangkut peralatan yang dipakai oleh karyawan
dalam bekerja, guna melindunginya dari resiko-resiko tertentu agar terhindar dari kecelakaan kerja.
4. Contoh real kasus kecelakaan pada dunia industri?
Jawab :
a. Kejatuhan alat berat
b. Keracunan gas bocor
c. Jatuh dari tempat yang tinggi
d. Berkontak dengan bahan kimia yang berbahaya
e. Jatuh terpeleset
f. Berkontak dengan suhu panas
5. Pada faktor-faktor yang sudah ada di safety policy,adakah ketentuan khusus dari faktor tersebut?
Jawab : Ada
a. Faktor manusia yang dipengaruhi oleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap sehingga pekerja seharusnya
ditempatkan sesuai dengan keterampilan, pengetahuan mereka.
b. Usia Pekerja. Pekerja yang sudah memiliki umur 40-an akan lebih cenderung mengalami kecelakaan kerja
dikarenakan sudah menurunnya kesehatan mereka. Pekerja yang lebih muda akan memiliki kondisi tubuh yang
lebih baik seperti penglihatan, pendengaran dan lainnya.
c. Jenis Kelamin. Pekerja pria memiliki tubuh yang lebih kuat dibandingkan dengan pekerja wanita sehingga
pada industri pekerja pria akan ditempatkan pada lapangan dan pekerja perempuan ditempatkan pada lab atau
kantor.
KELOMPOK 6
1. Apa tindakan pemerintah jika industri tidak menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ?
Jawab :
Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di suatu perusahaan/industri sangatlah penting. Hal ini pun sudah
diatur dalam perundang-undangan di Indonesia mengenai kebijakan pemerintah terhadap penerapan keselamatan
dan kesehatan kerja (K30 yang dicantumkan sebagai berikut :
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan tempat kerja dan pekerja dalam
melaksanakan keselamatan kerja.
Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
Undang- Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan berkewajiban memeriksakan kesehatan
badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja
baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara
berkala. Sebaliknya para pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan tepat dan benar
serta mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan. Undang-undang nomor 23
tahun 1992, pasal 23 Tentang Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap
pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya hingga
diperoleh produktifitas kerja yang optimal. Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja,
pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.
Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan dengan ketenagakerjaan mulai dari upah
kerja, jam kerja, hak maternal, cuti sampai dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
Sebagai penjabaran dan kelengkapan Undang-undang tersebut, Pemerintah juga mengeluarkan Peraturan
Pemerintah (PP) dan Keputusan Presiden terkait penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),
diantaranya adalah :
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan
Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan dan
Penggunaan Pestisida
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di
Bidang Pertambangan
Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Akibat Hubungan Kerja
Dari paparan diatas, dapat dijelaskan bahwa andil pemerintah apabila perusahaan atau industri tidak menerapkan
keselamatan dan keseahatan kerja (K3) dikenakan ancaman kurungan paling lama 1 tahun penjara atau denda maksimal
15 juta bagi perorangan yang tidak menerapkan kebijakan K3. Dan bagi perusahan sendiri dikenakan denda dan akan
terhambat proses produksinya
KELOMPOK 7
1. Faktor-faktor apa saja yang paling sering menyebabkan sebuah kecelakaan kerja disuatu industri ?
Jawab :
Terdapat 3 faktor penting yang menyebabkan terjadi nya kecelakaan pada K3 di sebuah industry antara lain sebagai
berikut :
Faktor manusia
Yang paling sering terjadi kecelakaan di industry dikarenakan faktor manusia yaitu kurangnya kesadaraan
pekerja terhadap penggunaan alat pelindung diri (APD). Hal ini yang paling sering terjadi. Banyak sekali pekerja
yang tidak memakai alat pelindung seperti sepatu safety, masker, helm ataupun sarung tangan. Contoh kecil
kecelakaan yang paling sering terjadi yaitu tertimpa material karena tidak memakai sepatu safety atau[un helm
safety. Padahal penggunaan alat pelindung diri dapat mencegah kecelakaan kerja sangat dipengaruhi oleh
pengetahuan, sikap dan praktek pekerja dalam penggunaan alat pelindung diri.
Faktor lingkungan
Ada beberapa hal mengenai faktor lingkungan yang sering terjadi kecelakan antara lain yaitu faktor kebisingan.
Bising merupakan suara/bunyi yang tidak diinginkan. Hal tersebut pun dapat menggangu kefokusan para pekerja
dan terhambatnya komunikasi para pekerja. Sehingga dengan kebisingan tersebut dapat membuat atau terjadinya
kecelakan pada proses produksi. Selain faktor kebisingan, ada beberapa hal yang menyebabkan kecelakaan yaitu
suhu/udara, penerangan ataupun lantai licin
Faktor peralatan
Faktor peralatan yang sering terjadinya kecelakaan antara lain yaitu kondisi mesin dan letak mesin
3. Apa keunggulan dari perusahaan yang menerapkan K3 dengan baik dan tidak menerapkan K3 ?
Jawab :
Beberapa keunggulan dari perusahaan yang menerapkan K3 dengan perusahaan yang tidak menerapkan K3 yaitu
sebagai berikut :
Perusahaan tersebut tidak akan pernah khawatir terhadap keamanan para pekerjanya, karena sudah menerapkan
K3 dengan baik
Resiko para pekerja terjadinya kecelakaan sangat minim, dikarenakan telah memakai alat pelindung yang sesuai
dengan kebijakan K3
Para pekerja akan sehat saat bekerja (sangat minim gangguan karena sudah menerapkan K3)
Produktivitas barang/produk akan meningkat
Perusahaan akan mendapatkan laba yang lebih banyak, karena tidak ada gangguan atau hambatan saat proses
produksi berlangsung
KELOMPOK 8
1. Apakah setiap pemilik perusahaan sudah melakukan safety policy dengan baik?
Jawab :
Kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia sangat mencemaskan. Menurut Jamsostek pada tahun
2012, kecelakaan kerja di Indonesia telah menyentuh angka 103.000 kasus hanya dalam 1 tahun. Bila dirata-rata, 9
pekerja Jamsostek meninggal karena kecelakaan kerja setiap harinya. Tidak heran jika kita melihat jumlah
perusahaan skala besar yang menerapkan Sistem Manajemen K3 yang hanya 2.1% saja dari 15.000 perusahaan.
Penerapan K3 seutuhnya menjadi tanggungjawab dari perusahaan yang memperkerjakan para pekerja nya. Tetapi,
tidak semua perusahaan memiliki sistem manajemen K3 yang baik. Hal tersebut dikarenakan beberapa alas an.
Salah satu alasan yang paling sering ditemukan yaitu program K3 ini hanya menambah beban biaya untuk
perusahaan tersebut
2. Menurut anda, sudahkah pemerintah mengawal proses berlangsungnya safety policy pada industri?
Jawab :
Menurut pendapat saya, pemerintah saat ini masih sangat lemah dalam mengawal berlangsungnya safety policy
pada industri-industri di Indonesia. Dikarenakan masih banyaknya perusahaan yang tidak menerapkan sistem K3
tersebut dengan alasan menambah beban/biaya perusahaan tersebut. Dan juga masih minimnya kesadaran para
pekerja mengenai K3 tersebut. Hal tersebut dibuktikan seiring bertambahnya tahun, kecelakan yang terjadi di dunia
industri semakin meningkat. Peran pemerintah juga kurang tegas dalam memberikan sanksi terhadap perusahaan
yang tidak menerapkan sistem K3 tersebut
3. Jika terjadi pelanggaran safety policy, UUD manakah yang akan dikenakan kepada perusahan sebagai sanksi?
Jawab :
Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) harus bergeser dari sekadar
pembinaan menjadi penegakan hukum, sesuai dengan ketentuan UU No.1/1970 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Pada pasal 15 UU tersebut menetapkan bagi yang melanggar ketentuan keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) dapat diancam pidana dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan
atau denda setinggi-tingginya Rp100.000.000 juta rupiah
KELOMPOK 9
1. Apa saja hambatan dalam pelaksanaan K3?
Jawab :
a. Hambatan dari sisi pekerja/ masyarakat :
Tuntutan pekerja masih pada kebutuhan dasar
Banyak pekerja tidak menuntut jaminan k3 karena SDM yang masih rendah.
b. Hambatan dari sisi perusahaan:
Perusahaan yang biasanya lebih menekankan biaya produksi atau operasional dan meningkatkan efisiensi
pekerja untuk menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Walaupun K3 sudah dianggap penting
dalam aspek kegiatan operasi namun didalam pelaksanaannya masih saja ditemui hambatan serta
kendala-kendala. Hambatan tersebut ada yang bersifat makro (di tingkat nasional) dan ada pula yang
bersifat mikro (dalam perusahaan).
Hambatan makro
Di tingkat nasional (makro) ditemui banyak faktor yang merupakan kendala yang menyebabkan
kurang berhasilnya program keselamatan kerja antara lain :
Pemerintah
Masih dirasakan adanya kekurangan dalam masalah pembinaan (formal & non formal), bimbingan
(pelayanan informasi, standar, code of pratice), pengawasan (peraturan, pemantauan / monitoring serta
sangsi terhadap pelanggaran), serta bidang-bidang pengendalian bahaya.
Teknologi
Perkembangan teknologi perlu diantisipasi agar bahaya yang ditimbulkannya dapat diminimalisasi atau
dihilangkan sama sekali dengan pemanfaatan ketrampilan di bidang pengendalian bahaya.
Sosial budaya
Adanya kesenjangan sosial budaya dalam bentuk rendahnya disiplin dan kesadaran masyarakat
terhadap masalah keselamatan kerja, kebijakan asuransi yang tidak berorientasi pada pengendalian
bahaya, perilaku masyarakat yang belum sepenuhnya mengerti terhadap bahaya-bahaya yang terdapat
pada industri dengan teknologi canggih serta adanya budaya “santai” dan “tidak peduli” dari
masyarakat atau dengan kata lain belum ada “budaya” mengutamakan keselamatan di dalam
masyarakat / pekerja
Hambatan mikro
Masalah yang bersifat mikro yang terjadi di perusahaan antara lain terdiri dari :
Kesadaran, dukungan dan keterlibatan
Kesadaran, dukungan dan keterlibatan manajemen operasi terhadap usaha pengendalian
bahaya dirasakan masih sangat kurang. Keadaan ini akan membudaya mulai dari lapis bawah
sehingga banyak para karyawan memilki kesadaran keselamatan yang rendah, disamping itu
pengetahuan mereka terhadap bidang rekayasa dan manajemen keselamatan kerja juga sangat
terbatas. Ditambah lagi anggapan bahwa K3 adalah cost center yang padahal sebenarnya
justru sebaliknya.
Kemampuan yang terbatas dari petugas keselamatan kerja
Kemampuan petugas keselamatan kerja dibidang rekayasa operasi, rekayasa keselamatan
kerja, manajemen pengendalian bahaya dirasakan sangat kurang sehingga merupakan kendala
diperolehnya kinerja keselamatan kerja yang baik. Akibat daripada kekurangan ini terdapatnya
kesenjangan antara makin majunya teknologi terapan dengan dampak negatif yang makin
tinggi dengan kemampuan para petugas keselamatan kerja dalam mengantisipasi keadaan
yang makin berbahaya. Hal ini juga disebabkan karena kurangnya pengembangan SDM di
bidang K3 atau kurang dikembangkannya perkembangan dunia pendidikan di bidang ini.
Standard, code of practice
Masih kurangnya standard-standard dan code practice di bidang keselamatan kerja serta
penyebaran informasi di bidang pengendalian bahaya industri yang masih terbatas akan
menambah memperbesar resiko yang dihadapi.
2. Unsur-unsur penyebab kecelakan kerja?
Jawab :
Kecelakaan kerja mengandung unsur-unsur sebagai berikut : (Tarwaka, 2008)
Tidak diduga semula, oleh karena di belakang peristiwa kecelakaan tidak terdapat unsur kesengajaan dan
perencanaan
Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan akan selalu disertai kerugian baik fisik
maupun material
Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang sekurang-kurangnya menyebabkan gangguan proses kerja.
3. Apa saja alat pelindung diri (APD) yang efektif bagi pekerja industri?
Jawab :
Berikut ini beberapa alat pelindung diri yang efektif bagi pekerja industri antara lain :
Sepatu safety
Helm safety
Masker
Kacamata pelindung
Sarung tangan
Hearphone (pelindung telinga)
Rompi safety
KELOMPOK 10
1. Coba buat perbandingan antara industry yang menanamkan nilai K3 dengan yang tidak?
Jawab :
Perbandingan antara industry yang menanamkan nilai K3 dengan yang tidak menerapkan nilai K3 dapat dilihat dari
beberapa hal berikut ini :
Akibat yang ditimbulkan apabila mengindahkan K3
Kecelakaan kerja tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang salah atau kondisi yang
tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan. Hal
tersebut menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk melenyapkan kondisi kelalaian dan memperbaiki
kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan pabrik. Dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan biasanya
terjadi karena mereka lalai ataupun kondisi kerja yang kurang aman. Di dalam menganalisa pekerjaan seorang
pekerja, teknisi keselamatan dapat mengantisipasi kemungkinan kesukaran dan ketergantungan di dalam
bekerja. Sebagai contoh, jika analisanya dapat berjalan dengan lancar untuk menjalankan roda gigi dan
memakai tangannya tanpa kesukaran, menunjukkan bahwa ia mampu menjalankan mesin dengan baik
walaupun mesin tadi dapat ditinggal-tinggal.
Dengan cara yang sama bahwa analisa metode suatu pekerjaan terhadap elemen-elemennya untuk menganalisa
gerak pribadi dan waktu masing-masing, atau dengan cara yang sama meneliti analisa seperti aspek-aspek
suatu tingkatan pekerjaan, tanggung jawab dan juga pelatihan, analisa keselamatan juga memandang tugas dari
seorang operator untuk menghindari terjadinya kecelakaan. Sebelum menyelesaikan suatu studi kasus, analisa
keselamatan harus bisa menentukan, tujuan setiap pekerjaan. Jika fakta-fakta tersebut ditentukan sebelumnya,
menyaring dan penempatan, kedua perusahaan dan pekerja mendapatkan keuntungan.
Penyelidikan terhadap kecelakaan
Walaupun analisa keselamatan kerja dan penyelidikan terhadap pabrik dapat mengelakkan kecelakaan,
beberapa kecelakaan masih akan terjadi sebagai bukti kekurangan dari manusia. Ketika kecelakaan terjadi,
melalui penyelidikan mungkin akan mengetahui bahaya yang sering terjadi dan sebagai koreksi pekerjaan
dalam suatu pabrik, kegagalan penyelidikan dapat mengakibatkan kecelakan yang fatal hingga menyebabkan
kematian. Tanpa sebab penyelidikan kecelakaan seharusnya direncanakan dengan menunjukkan bagian
pekerjaan ini yang salah dalam bekerja. Tujuan penyelidikan adalah memberikan fakta-fakta agar kecelakaan
tidak terulang kembali. Lebih baik memberi peringatan daripada setelah terjadinya suatu kecelakaan,Dan
kenyataan bahwa kecelakaan tidak terjadi selama beberapa kecelakaan yang ada, tidak menjamin bahwa
kecelakan itu tidak mungkin terjadi lagi.
Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja
Tujuan pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja adalah mengelakkan terjadinya kecelakaan. Cara efektif
untuk mengelakkan terjadinya kecelakaan, harus diambil tindakan yang tepat terhadap pekerja dan
perlengkapan, agar pekerja memiliki konsep keselamatan dan kesehatan kerja demi mengelakkan terjadinya
kecelakaan.
3. Berdasarkan gender, jenis pekerjaan apa yang aman untuk wanita dan pria?
Jawab :
Menurut pendapat saya, pekerjaan khususnya di industri selalu mempunyai risiko apapun itu pekerjaan. Hal
tersebut tidak dapat dipungkiri lagi. Seberat ataupun ringan pekerjaan tersebut pasti nya mempunyai risiko
kecelakaan meskipun bisa di minimalisirkan. Berdasarkan gender, pekerjaan di industri kimia yang aman untuk
wanita yaitu pada bagian office sebagai admin atau sekretaris, lab analisis, di bidang kesehatan. Sedangkan untuk
pria sendiri di industry pastinya sangat berisiko sekecil apapun itu seperti di unit proses, utilitas maupun
pengolahan limbahnya.
KELOMPOK 11
1. Jika dalam suatu industry mengalami kebisingan yang berlebih, apakah ada efek samping/pengaruhnya?
Jawab :
Pasti ada efek samping yang ditimbulkan dari kebisingan di industry. Untuk waktu jangka pendek memang tidak
terlihat efek samping yang ditimbulkan dari kebisingan tersebut. Tetapi untuk jangka waktu yang lama, efek
samping yang ditimbulkan akibat kebisingan yaitu gangguan pendengaran pada telingga
2. Apa kebijakan khusus industry untuk wanita haid/hamil?
Jawab :
Berdasarkan Undang-Undang (UU) nomor 13 Pasal 18 Tahun 1981 sudah diatur tentang perlindungan pekerja
perempuan pada masa menstruasi. Pekerja perempuan tidak diwajibkan bekerja pada hari pertama dan kedua pada
waktu menstruasi. Beberapa ketentuan yang ditetapkan yaitu, pekerja perempuan yang merasakan sakit saat
menstruasi, memberitahu ke perusahaan tentang siklus menstruasi serta pelaksanaan peraturan ini diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan dan perjanjian kerjasama.
Bagi pekerja perempuan yang hamil, diberikan waktu cuti selama 1,5 bulan sebelum melahirkan dan 1,5 bulan
setelah melahirkan. Hal ini diatur dalam UU no. 13 Tahun 2003 pasal 82. Untuk pengajuan cuti ini, pekerja
perempuan wajib memberitahu pihak manajemen perusahaan sedikitnya 1,5 bulan sebelum perkiraan kelahiran.
Begitu pula setelah kelahiran anak, sebaiknya dilaporkan pada perusahaan selambatnya 7 hari dengan melampirkan
bukti kelahiran atau akta kelahiran.