Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Cirebon merupakan
salah satu Fakultas dari lima Fakultas yang berada di lingkungan Universitas
Muhammadiyah Cirebon yang didirikan pada tahun 2000 berdasarkan SK
Mendiknas No. 2039. D4. II/12/99 tanggal 24 Desember 1999. Pembelajaran
klinik merupakan salah satu mata kuliah yang ada di Fakultas Ilmu Kesehatan.
Pada mata kuliah pembelajaran klinik, terdapat tugas yang harus mahasiswa
analisis melalui kegiatan fieldtrip.
Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, dapat menjadikan
mahasiswa lebih aktif dan mampu mendapatkan contoh konkrit yang telah
didapatkan dari pembelajaran di dalam kelas. Pemanfaatan lingkungan sebagai
sumber belajar dapat menjadikan mediator bagi siswa untuk memahami konsep
dengan cara mnegamati secara langsung.
Menurut (Erden, 1996) mengatakan bahwa field trip membantu seseorang
dalam melakukan observasi mandiri tanpa adanya mediator. Field trip dapat
diartikan sebagai kunjungan atau karyawisata. Menurut (Roestiyah, 200) field
trip bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajaran
dengan melihat kenyataan.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa filed trip merupakan
pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
Pelaksanaan filed trip tidak hanya berisi dengan bermain-main saja tetapi juga
diisi dengan pembelajaran yang telah didasari dengan tujuannya. Filed trip
sangat membantu mahasiswa dalam penguatan konsep materi yang telah
diajarkan dengan contoh nyatanya yang terdapat dalam pelaksanaan field trip.
Penerapan field trip dalam proses pembelajaran akan sangat membantu
mahasiswa untuk mengamati secara langsung dan mampu memecahkan
permasalahan yang mereka dapatkan dalam pembalajaran dan
mengembangkan pemikiran serta merangsang kreatifitas karena mahasiswa

1
menyaksikan dan membuktikan sendiri fenomena alam yang terjadi. Melalui
penggalian sumber belajar yang ada dilingkungan, secara tidak langsung dosen
telah mendekatkan mahasiswa dengan lingkungan.
Latar belakang diadakannya fieldtrip ini adalah untuk meningkatkan
pemahaman mahasiswa tentang materi konsep pembelajaran klinik serta
mahasiswa dapat melakukan analisis terhadap kegiatan fieldtrip mengenai
metode pembelajaran klinik dengan membandingkan antara praktek dan teori,
sehingga mahasiswa dapat memahami serta menerapkan metode pembelajaran
klinik sesuai teori yang tepat pada saat di lahan rumah sakit.
Adapun tempat yang telah ditetapkan oleh Universitas Muhammadiyah
Cirebon untuk diadakannya kegiatan fieldtrip yaitu tepatnya di Rumah Sakit
Pertamina Cirebon (RSPC), yang merupakan salah satu unit dari PT Pertamina
Bina Medika (Pertamedika). Rumah Sakit Pertamina Cirebon (RSPC)
beralamat di Jl. Patra Raya Klayan Cirebon No.1 Klayan, Gunungjati, Cirebon,
Jawa Barat 45133.
Rumah Sakit Pertamina Cirebon didirikan pada tahun 1973, RSPC ini pada
awalnya merupakan bagian dari Kesehatan Pertamina Unit EP III Cirebon yang
menegelola fasilitas kesehatan karyawan Pertamina Unit EP III beserta
keluarganya. Tetapi seiring berjalannya waktu RSPC kini tidak lagi berfokus
pada kesehatan karyawan Pertamina Unit EP III dan beserta keluarganya saja,
tetapi seluruh masyarakat khususnya daerah cirebon untuk memenuhi
kebutuhannya akan layanan kesehatan yang optimal dan terjangkau.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai metode pembelajaran
klinik yang telah di dapat ketika berada di dalam kelas secara langsung,
sehingga mahasiswa mampu menerapkan pengetahuan yang telah di dapat
untuk menerapkan metode pembelajaran klinik di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:

2
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Klinik
2. Mengobservasi dalam penerapan metode pembelajaran klinik meliputi
Hand Over, Ronde Keperawatan, Pre dan Post Conference, dan Bed Side
Theaching di Ruang ICU, Rumah Sakit Pertamina Cirebon.

1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Pelaksanaan fieldtrip dilaksanakan pada :
Hari, Tanggal : Sabtu, 04 Mei 2019
Pukul : 08.30 s.d 14.00 WIB
Tempat : Rumah Sakit Pertamina Cirebon
Alamat : Jl. Patra Raya Klayan, Cirebon, Jawa Barat 45133.
Telp. (0231) 224797, 224798
Jumlah : 15 Mahasiswa dalam 1 Kelompok

1.4 Manfaat
Manfaat kegiatan field trip dalam pembahasan ini dapat dikemukakan menjadi
dua sisi diantaranya adalah:
1. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya field trip dapat membantu mahasiswa dalam menerapkan
teori yang diperoleh dalam perkuliahan ke dalam praktek yang
sesungguhnya dan menambah pengalaman serta meningkatkan pengetahuan
bagi kepentingan profesionalisme dimasa yang akan datang.
2. Bagi Institusi
Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas maupun
kuantitas Institusi Fakultas Ilmu Kesehatan, termasuk para pendidik yang
ada di dalamnya, serta penentu kebijakan dalam Institusi Fakultas Ilmu
Kesehatan, dan juga dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan dalam
dunia kesehatan sebagai pengembangan metode pembelajaran praktika di
masa depan agar lebih baik dan efektif.

3
BAB II
HASIL KEGIATAN, PEMBAHASAN, DAN ANALISIS HASIL

2.1 HASIL KEGIATAN


Hasil dari kegiatan field trip yang dilakukan di Rumah Sakit Pertamina
Cirebon ini sangat memberikan pengetahuan dan gambaran yang jelas bagi
mahasiswa mengenai penerapan secara langsung tentang teori yang didapatkan
dalam perkuliahan khususnya dalam pembelajaran klinik, yang di dalamnya
mencakup materi mengenai timbang terima, ronde keperawatan, bed side
teaching, dan pre dan post conference di Ruang ICU Rumah Sakit Pertamina
Cirebon.
Secara tidak langsung dengan adanya kegiatan fild trip ini mahasiswa
mampu memahami dan medeskripsikan pembahasan mengenai teori yang
didapatkan dalam perkuliahan dengan mengaplikasian tindakan secara nyata di
lahan instansi. Selain itu memberikan pengalaman bagaimana cara beradaptasi
dengan lingkungan, baik dengan teman sejahwat, tenaga kesehatan lain, tenaga
non kesehatan, pasien, ataupun keluarga pasien.
Di Rumah Sakit Pertamina Cirebon baik dari segi pelayanan ataupun
fasilitasnya sudah termasuk rumah sakit yang memenuhi standar yang baik,
saat ini RSPC sudah dilengkapi dengan fasilitas ruang perawatan, pelayanan
kesehatan 24 jam, poliklinik, fasilitas unggulan dalam perawatan, fasilitas
layanan penunjang kesehatan, transportasi (ambulance) khusus, baik untuk
transportasi pasien pulang, dalam dan luar kota, serta di medan-medan tertentu,
serta fasilitas-fasilitas lainnya.
Adapun gambaran mengenai Ruangan ICU Rumah Sakit Pertamina Cirebon
adalah sebagai berikut :
Ruang ICU Rumah Sakit Pertamina Cirebon bersebelahan dengan Ruang
Hemodialisa, ruang ICU mempunyai 6 tempat tidur yang memadai,
diantaranya 1 ruangan NICU, dan terdapat 1 tempat tidur yang telah di desain
khusus untuk pasien yang hendak melakukan hemodialisa (cuci darah) dimana
untuk pasien yang dalam keadaan kurang stabil, Ke 6 tempat tidur yang berada

4
di ruang ICU ini dilengkapi dengan centra monitor, centra oksigen, dan alat
EKG. Ruang ICU RSPC terdapat ruangan khusus seperti ruang khusus untuk
keluarga pasien, ruang penyimpanan alat medis dan ruang penyimpanan alat
tenun, serta ruang untuk menyimpan alat tenun yang kotor.
Di dalam ruang ICU terdapat alat khusus blue code yang hanya boleh
dipakai oleh tenaga kesehatan tertentu saja, alat suction, defibrilator, alat
resusitasi yang terpasang segel beserta papan resusitasi, 3 alat ventilator,
syringe pump, infus pump, dll. Semua peralatan apabila tidak sedang diguakan
semuanya dalam keadaan rapih, bersih serta tertutup baik dengan
menggunakan plastik. Menurut pembimbing rumah sakit ruangan ICU yang
terkini penerapan alat pada bagian atas tempat tidur pasien, seharusnya bukan
terdapat centra oksigen saja, tetapi dilengkapi dengan kompresor untuk
ventilator, dan alat suction.
Berikut ini adalah beberapa hasil yang telah di dapat dari kegiatan observasi
mengenai pembelajaran klinik di Ruang ICU Rumah Sakit Pertamina Cirebon,
antara lain sebagai berikut:
1. Timbang Terima
Setelah melakukan observasi bersama KARU di Ruang ICU Rumah Sakit
Pertamina Cirebon, didapatkan hasil mengenai metode timbang terima,
adalah sebagai berikut:
a. Metode timbang terima diruang ICU sudah diterapkan dan dilakukan
setiap pergantian shift 3 kali sehari.
b. Pelaksanaannya dilakukan metode Pertim, contoh dalam Perawat 1
menangani 2 pasien, perawat 2 menangani 2 pasien, sehingga Metode
Handover ini lebih detail dengan perawat 1 dengan perawat 2 mengenai
pasien A-Z.
c. Laporan yang dilakukan pada saat timbang terima meliputi
perkembangan mengenai kesehatan pasien, pada saat dilakukannya
timbang terima perawat melihat secara langsung keadaan pasien, untuk
pasien yang kesadarannya baik selalu ditanya mengenai keluhannya saat
ini.
d. Pergantian antara shift pagi dengan shift siang biasanya di pimpin oleh
masing-masing dari pertim yang merawat pasien tersebut.

5
2. Ronde Keperawatan
Setelah melakukan observasi bersama KARU di Ruang ICU Rumah Sakit
Pertamina Cirebon, didapatkan hasil mengenai metode ronde keperawatan,
adalah sebagai berikut:
a. Ronde keperawatan diruang ICU sudah diterapkan, kegiatan utama
yaitu merumuskan masalah terlebih dahulu, setelah itu dikaji dan
dirumuskan permasalahannya
b. Pelaksanaannya tidak dilaksanakan untuk satu pasien 1 kasus, tetapi
dilaksanakan dalam satu ruangan ada beberapa pasien dan dijadikan
satu kasus.
c. Isi dari pelaksanaannya sama dengan pelaksanaan conference, hanya
saja perbedaannya jika ronde keperawatan kegiatannya lebih spesifik
dibandingkan dengan conference.
d. Pelaksanaannya melibatkan Dokter Spesialis, KARU, Ketua Tim, dan
Perawat Pelaksana, selain itu terdapat dari tenaga kesehatan lainnya
yang melakukan visitasi, seperti dari Tim Ahli Gizi, Apoteker, dan
Labolatorium. Pada saat penanganan pasien kegawat daruratan di ruang
ICU apabila pada saat itu dokter spesialis telah selesai dalam visitasi,
biasanya dokter umum yang sedang berjaga di IGD akan terlibat dalam
pelaksanaan ronde keperawatan.
e. Melibatkan dokter dan perawat dalam pelaksanaan ronde keperawatan,
karna dalam pelaksanaan ronde keperawatan di Ruang ICU biasanya di
gabungkan dengan pertemuan bulanan yang didalamnya ada yang
mengisi materi dan membahas permasalahan kasus yang ada dalam
ruangan tersebut.
f. Dilaksanakan setiap pergantian shift 3 kali sehari
g. Setelah dilaksanakannya ronde keperawatan, KARU, Ketua Tim, dan
Perawat Pelaksana melakukan brefing ruangan yang dilaksanakan satu
bulan sekali diadakan pada pertemuan bulanan.
h. Hambatan dari pelaksanaan metode ronde keperawatan ini biasanya
dari pelaksananya sendiri
3. Bed Side Teaching
Setelah melakukan observasi bersama KARU di Ruang ICU Rumah Sakit
Pertamina Cirebon, didapatkan hasil mengenai metode bed side teaching,
adalah sebagai berikut:
a. Bed side teaching sudah diterapkan di Ruang ICU, dalam
Pelaksanaannya tidak menentu, tergantung dengan kebutuhan pasien.

6
b. Langkah pelaksanaannya KARU atau Ketua Tim yang melakukannya,
lalu siswa yang melihat dan mendemonstrasikan, dengan catatan jika
KARU mengizinkan,
c. Bed side teaching yang dilakukan di Ruang ICU merupakan
pembelajaran untuk pasien, yang pelaksanaannya hampir sama dengan
pendidikan kesehatan.
4. Pre dan Post Conference
Setelah melakukan observasi bersama KARU di Ruang ICU Rumah Sakit
Pertamina Cirebon, didapatkan hasil mengenai metode conference, adalah
sebagai berikut:
a. Metode conference sudah diterapkan di Ruang ICU dan dilaksanakan
setiap pergantian shift 3x sehari
b. Pelaksanaannya melibatkan Dokter Anastesi, Dokter Spesialis. KARU,
Ketua Tim, dan Perawat Pelaksana hanya mendampingi Dokter Anestesi
atau Dokter Spesialis yang bertemu dengan pasien, karna sebagian besar
informasi tentang medis adalah hak dari dokter.
c. Adapun isi dari conference adalah rencana harian dari tenaga kesehatan
dan hasil dari asuhan keperawatan yang telah dilakukan, serta hal-hal
penting yang akan disampaikan saat timbang terima.

2.2 PEMBAHASAN
1. Timbang Terima
Menurut (Nursalam, 2011) definisi timbang terima adalah suatu cara dalam
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan
sebelum pergantian dinas. Selain laporan antar dinas, dapat disampaikan
juga informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau
belum dilaksanakan.
Tujuan timbang terima adalah sebagai berikut :
Menurut (Australian Health Care and Hospitals Association/ AHHA, 2009)
tujuan timbang terima adalah untuk mengidentifikasi, mengembangkan dan
meningkatkan timbang terima klinis dalam berbagai pengaturan kesehatan.
Menurut (Nursalam, 2011) tujuan dilaksanakan timbang terima adalah:
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum.

7
b. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
c. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Manfaat timbang terima menurut (AHHA, 2009) adalah:
a. Peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang berkelanjutan.
Misalnya, penyediaan informasi yang tidak akurat atau adanya
kesalahan yang dapat membahayakan kondisi pasien.
b. Selain mentransfer informasi pasien, timbang terima juga merupakan
sebuah kebudayaan atau kebiasaan yang dilakukan oleh perawat.
c. Timbang terima juga memberikan “manfaat katarsis” (upaya untuk
melepaskan beban emosional yang terpendam), karena perawat yang
mengalami kelelahan emosional akibat asuhan keperawatan yang
dilakukan bisa diberikan kepada perawat berikutnya pada pergantian
dinas dan tidak dibawa pulang.
d. Timbang terima memiliki dampak yang positif bagi perawat, yaitu
memberikan motivasi, menggunakan pengalaman dan informasi untuk
membantu perencanaan pada tahap asuhan keperawatan selanjutnya
(pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan), meningkatkan kemampuan komunikasi antar
perawat, menjalin suatu hubungan kerja sama dan bertanggung jawab
antar perawat, serta perawat dapat mengikuti perkembangan pasien
secara komprehensif.
2. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan meerupakan prosedur dimana dua atau lebih perawat
mengunjungi pasien untuk mendapatkan informasi yang akan membantu
dalam merencanakan pelayanan keperawtan dan memberikan kesempatan
pada pasien untuk mendiskusikan masalah keperawatan serta mengevaluasi
pelayanankeperawatan yang telah diterima pasien (Kozier et al. 2004).
Tujuan ronde keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Menumbuhkan cara berfikir secara kritis dan sistematis
b. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien

8
c. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
d. Menumbuhkan pemikran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
e. Menilai kemampuan justifikasi
f. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
g. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
Manfaat ronde keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Masalah pasien dapat teratasi
b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
c. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
d. Terjalinnya kerjasama antar tim
e. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat
dan benar
Karakteristik ronde keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Klien dilibatkan secara langsung
b. Klien merupakan fokus kegiatan
c. Perawat pelaksana, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi
bersama
d. Konselor memfasilitasi kreatifitas
e. Konselor membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet,
perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi
masalah.
3. Bed Side Teaching
Bedside teaching adalah suatu metode pembelajaran klinis yang melibatkan
pasien, mahasiswa dan pembimbing klinis yang dilakukan dalam konteks
klinis. Metode ini bertujuan untuk memberikan pengalaman klinis pada
konteks nyata (real setting) dan mahasiswa dapat belajar dari pengalaman
tersebut dan dari umpan balik dari pembimbing klinik dan pasien.
Metode ini dirasakan yang paling efektif dibanding pembelajaran di kelas
dalam melatih keterampilan klinis mahasiswa, seperti berkomunikasi

9
dengan pasien (history taking), melakukan pemeriksaan fisik, observasi
dan menerapkan etika klinis, profesionalisme dan mengembangkan
kemampuan nalar klinis (clinical reasoning). Bedside teaching terdiri atas
3 tahapan, yaitu:
a. Tahap Persiapan
Mahasiswa dan pembimbing mendiskusikan tujuan belajar yang ingin
dicapai. Pembimbing memastikan bahwa mahasiswa paham atas apa
yang akan dihadapi pada saat interaksi dengan pasien dan bagaimana
mengoptimalkan kesempatan itu untuk mencapai tujuan belajar.
b. Tahap Pengalaman
Pasien hadir bersama mahasiswa dan pembimbing. Pasien mendapat
penjelasan tentang aktivitas pembelajaran dan memberikan
persetujuan. Tahap pengalaman dapat berupa demonstrasi atau
observasi.
c. Tahap Refleksi
Mahasiswa dan pembimbing mendiskusikan pencapaian tujuan belajar.
Mahasiswa mendapatkan umpan balik, mendiskusikan hal-hal yang
belum dipahami, memperkuat pengetahuan klinis dan clinical
reasoning, serta merumuskan tujuan belajar untuk bedside teaching atau
aktivitas pembelajaran lain selanjutnya. Untuk menjaga kenyamanan
pasien sebaiknya tahap ini dilakukan di tempat lain tanpa keberadaan
pasien.
4. Pre dan Post Conference
Menurut (Modul MPKP, 2006) Pre conference adalah komunikasi katim
dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada
shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim.
Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference
ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana
harian), dan tambahan rencana dari katim dan PJ tim. Sedangkan Post
conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post

10
conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan
(tindak lanjut).
Tujuan conference adalah sebagai berikut :
a. Menganalisa masalah-masalah secara kritis dan menjabarkan alternatif
penyelesaian masalah
b. Untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan
kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan
c. Membantu koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan
Pedoman conference adalah sebagai berikut :
a. Penjelasan mengenai tujuan conference sebelum pelaksanaan
conference dimulai
b. Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok
c. Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga fokus diskusi
d. Pemimpin harus merencanakan topik yang penting secara periodik
e. Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran
f. Ruang diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat diskusi
g. Pemimpin harus menyimpulkan hasil diskusi

2.3 ANALISIS HASIL


Analisis hasil mengenai metode-metode pembelajaran klinik di Ruang ICU
Rumah Sakit Pertamina Cirebon yang dibahas kelompok dalam laporan field
trip adalah sebagai berikut:
Dalam bab ini diuraikan tentang hasil observasi mengenai metode
pembelajaran klinik dan hambatannya pada praktek lapangan menurut persepsi
mahasiswa melalui proses pengumpulan data yang dilakukan tanggal 04 Mei
2019 terhadap 1 ruangan di Rumah Sakit Pertamina Cirebon, salah satu
ruangan yang dijadikan responden sekaligus sebagai narasumber adalah Ruang
ICU. Penyajian data hasil penelitian meliputi deskripsi dan studi komparatif
mengenai penerapan Metode Pembelajaran Klinik di Ruang ICU Rumah Sakit
Pertamina Cirebon

11
Berdasarkan pemaparan narasumber di Ruang ICU, tenaga perawat di ICU
rata-rata merupakan lulusan D3 Keperawatan, tenaga perawat dengan lulusan
D3 Keperawatan sudah mengetahui tentang metode pembelajaran klinik
sehingga mampu menganalisa terkait metode pembelajaran klinik.
Metode pembelajaran klinik merupakan metode yang sudah diterapkan di
Ruang ICU, pelaksanaannya dilakukan setiap pergantian shift sebanyak 3 kali
(pagi, siang dan malam) meliputi timbang terima, ronde keperawatan, bed side
teaching, dan pre dan post conference.
Dalam pelaksanaannya pre conference dilakukan di awal shift yang kemudian
dilanjutkan dengan handover dan post-conference yang dilakukan diakhir shift.
Dalam pelaksanaannya melibatkan Ka-shift dan perawat pelaksana. Selain itu,
penerapan metode pembelajaran klinik yang sering dilakukan adalah Study
Case berupa pembelajaran berdasarkan kasus yang ditemukan di lapangan dan
penulisan askep dengan menggunakan standar metode SOAPI, namun masih
menggunakan teknik manual dalam pelaporan asuhan keperawatan dan belum
berbasis komputerisasi. Adapun Ronde Keperawatan dan Bedsite Teaching
merupakan metode pemebelajaran klinik yang telah diterpakan dalam ruangan
ICU.
Berdasarkan pemeparan tersebut didapatkan kesimpulan bahwa penerapan
metode pembelajaran klinik sangat efektif dan berpengaruh dalam
meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor perawat.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

13
DAFTAR PUSTAKA

14

Anda mungkin juga menyukai