TI ( Pengukuran Sudut )
I. Hari / Tanggal Percobaan : Senin / 26 Februari 2018
Tempat Percobaan : Jl. Gunung Mas
Waktu : 07:30 - 12:00
Ad.1 untuk membuat tegak lurus sumbu pertama digunakan sebuah Nivo,
karena pada Nivo didapat suatu garis lurus, yaitu garis jurusan Nivo yang
dapat dibuat mendatar. Sumbu pertama akan tegak lurus bila garis jurusan
Nivo telah dibuat tegak lurus pada sumbu pertama dan selanjutnya sumbu
pertama dibuat tegak lurus pada garis jurusan Nivo dalam dua jurusan agar
sumbu pertama menjadi tegak lurus. Untuk ini digunakan Nivo yang
terdpat pada plat Nonius mendatar.
Membuat garis jurusan Nivo tegak lurus pada sumbu pertama, dilakukan
sebagai berikut :
Pada peninjauan pengaruh garis miringnya sumbu kedua dan belum tegak
lurusnya garis bidik pada sumbu kedua, maka sumbu pertama dianggap sudah
tegak lurus. Untuk menyelidiki kesalahan sumbu kedua dan garis bidik, alat
theodolit dipasang 3 atau 5 m dimuka suatu dinding yang terang. Dengan garis
bidik. Dengan garis bidik yang mendatar dan kira-kira tegak lurus dengan bidang
dinding dibuat lebih dahulu suatu titik T pada dinding yang berimpit dengan titik
potong dua garis diafragma. Dengan menggunakan unting-unting dibuat titik p
tegak lurus diatas titik T yang tingginya dua kali tinggi T ( tinggi titik T = tinggi
sumbu kedua ) dan titik Q tegak lurus dibawah titik T dan terletak di kaki dinding.
Keadaan berikut ini akan ditinjau satu persatu
Pekerjaan pengaturan sumbu kedua dan garis bidik adalah sebagai berikut
:
PG = PE + EG = x + y
GH = FH – QF = x + y
V. Teori Tambahan
( Sumber : http://www.acamedia.edu/15348852/modul_1_pengukuran-sudut).
V. Prosedur Percobaan
1. Theodolit
Theodolit digunakan untuk melihat ( meneropong ) nilai titik BA, BT dan
BB pada setiap titik
2. Statif
Statif digunakan untuk tempat dudukan / sanggahan dari waterpass
3. Unting - unting
Unting – unting digunakan sebagai penunjuk tengah dari waterpass
5. Meteran Gulung
Meteran gulung digunakan untuk mengukur jarak antara titik ke titik lain
6. Payung
Payung digunakan untuk melindungi waterpass dari sinar matahari
8. Paku Payung
Paku payung digunakan untuk memberi tanda pada letak posisi titik
9. Pilox
Pilox digunakan untuk menandai letak posisi titik
10. Benang
Benang digunakan untuk melihat atau menghubungkan titik – titik yang
sudah ditandai
VII. Analisa Data
A. CARA BIASA
1. 38°36’54” - 00°00’00” = 38°36’54”
2. 60°47’00” - 38°36’54” = 22°10’06”
3. 108°25’56” - 60°47’00” = 47°38’56”
4. 142°59’41” - 108°25’56” = 34°33’45”
5. 180°21’27” -142°54’41” = 37°21’46” +
180º21’27”
208º41’33.5”
D. MENGHITUNG JARAK OPTIS
BA+BB
= 𝐵𝑇
2
Titik A
1455 +1360
AU = = 1407,5 𝑚𝑚
2
1440 +1365
AA = = 1402,5 𝑚𝑚
2
1430 +1370
AB = = 1400 𝑚𝑚
2
1430 +1390
AC = = 1410 𝑚𝑚
2
1450 +1390
AD = = 1420 𝑚𝑚
2
1450 +1390
AE = = 1420 𝑚𝑚
2
Titik B
1455 +1390
BE = = 1422.5 𝑚𝑚
2
1445 +1390
BD = = 1417.5 𝑚𝑚
2
1440 +1390
BC = = 1415 𝑚𝑚
2
1425 +1365
BB = = 1395 𝑚𝑚
2
1435 +1365
BA = = 1400 𝑚𝑚
2
1455 +1360
BU = = 1407.5 𝑚𝑚
2
VIII. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
1. Pengaruh cuaca sangat penting dalam menggunakan theodolite
karena cuaca yang mendung akan menyulitkan menerima cahaya
dalam melihat nilai derajat.
2. Dari hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran
disetiap titik-titik berbeda dikarenakan elevasi tanah yang berbeda-
beda.
3. Dalam melaksanakan praktikum, ada kesalahan yang diperhatikan
yaitu:
Kesalahan nivo kotak.
Permukaan tanah tidak rata.
Karena cahaya matahari.
Kesalahan pengaturan derajat.
4. Dalam melaksanakan praktikum ada kesalahan yang tidak
diperhatikan, yaitu :
Garis bidik tidak sejajar dengan arah nivo.
Karena kedudukan masuknya ketiga kaki dan mistar kedalam
tanah.
Saran
1. Diharapkan agar pihak UMSU dapat melengkapi alat alat
praktikum.
2. Memperbaiki dan mengatur jadwal praktikum bagi anak malam,
sehingga tidak menghambat pekerjaan mereka.
3. Diharapkan agar asisten lan mengajari praktikum satu persatu agar
lebih memahami cara pengaturan nivo.
4. Sebaiknya asisten lab dapat lebih fokus mengajari para praktikan
5.
2. Koordinat titik 1
Koordinat titik 3
X₃ = .14181,16 + ( sin 260º34’33” x 22730 )
= ─8242,06 mm
Y₃ = 34409,85 + ( cos 260º34’33” x 22730 )
= 30687,99 mm
Koordinat titik M₁
Xm₁ = ─8242,06 + ( sin 287º00’26” x 6400 )
= ─14362,17 mm
Ym₁ = 30687 + ( cos 287º00’26” x 6400 )
= 32558,95 mm
Koordinat titik ∟A
X∟a = ─14362,17 + ( sin 327º59’04” x 4270 )
= ─16625,91 mm
Y∟a = 32558,95 + ( cos 327º59’04” x 4270 )
= 36179,50 mm
Koordinat titik P₁
Xp₁ = ─16625,91 + ( sin 347 º47’06” x 7660 )
= ─18246,62 mm
` Y p₁ = 36179,50 + ( cos 347 º47’06” x 7660 )
= 43666,08 mm
3. Koordinat titik 2
Koordinat titik ∟B
= ─22048,21 mm
= 45452,36 mm
Koordinat titik P4
= ─30517,79 mm
= 45872,56 mm
Koordinat titik 4
= ─83106,11 mm
= 45452,38 mm
4. Koordinat titik 3
Koordinat titik P5
= 83589, 68 mm
= 56922,19 mm
Koordinat titik ∟C
= 80894,20 mm
= 57680,06 mm
Koordinat titik 5
= 58676,35 mm
= 57989,54 mm
5. Koordinat titik 4
Koordinat titik ∟D
= 57879,04 mm
= 59054,06 mm
Koordinat titik P3
= 43304,41 mm
= 58658,27 mm
Koordinat titik 1
= 13723,44 mm
= 53661,66 mm