Anda di halaman 1dari 8

Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis UNS Ke 42 Tahun 2018

“Peran Keanekaragaman Hayati untuk Mendukung Indonesia sebagai Lumbung Pangan


Dunia”

Implementasi Peran dan Fungsi Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di Kabupaten


Magelang
Fitrin Yunita1, Sriroso Satmoko2, Wiludjeng Roessali2
1
Mahasiswa Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro
2
Dosen Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro
Email : fitrinyunita.86@gmail.com

Abstrak

Upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional salahsatunya ditempuh dengan memperkuat
balai penyuluhan pertanian (BPP). BPP sebagai pos simpul koordinasi pelaksanaan kegiatan
pembangunan pertanian di wilayah kecamatan. Peran dan fungsi BPP adalah menyelenggarakan dan
menfasilitasi kegiatan penyuluhan. Tujuan pengkajian adalah untuk mengetahui implementasi peran
dan fungsi BPP di Kabupaten Magelang. Pengkajian dilakukan secara deskriptif dengan pemilihan
lokasi secara purposive yaitu Kabupaten Magelang. Hasil pengkajian diketahui bahwa penyusunan
programa penyuluhan pertanian tingkat kecamatan, ketersediaan sarana informasi di BPP,
pengembangan kelembagaan petani di tingkat BPP, fungsi BPP untuk menfasilitasi percontohan,
fungsi BPP sebagai tempat pertemuan, serta peran dan fungsi BPP secara keseluruhan di Kabupaten
Magelang dalam kategori baik.

Kata kunci: Peran, Fungsi, Balai Penyuluhan Pertanian

Pendahuluan
Salah satu upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional yaitu dengan memperkuat
pendampingan dan penyuluhan kepada petani sebagai pelaku utama. Terbitnya UU No. 16 Tahun
2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) menyebutkan bahwa
kelembagaan penyuluhan ditingkat kecamatan adalah berbentuk balai penyuluhan (Pasal 8 ayat 2
huruf d). Balai penyuluhan memiliki peran strategis dalam menentukan keberhasilan pembangunan
pertanian, maka Kementerian Pertanian mengambil kebijakan menjadikan balai penyuluhan
pertanian sebagai pos simpul koordinasi pelaksanaan kegiatan pembangunan pertanian di wilayah
kecamatan. Balai penyuluhan merupakan satuan administrasi pangkal (satminkal) bagi penyuluh
pertanian, perikanan dan kehutanan yang berperan mengkoordinasikan, mensinergikan dan
menyelaraskan kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian di wilayah kerja balai.
Hariadi (2015), menjelaskan bahwa dalam rangka meningkatkan produksi pertanian BPP
sebagai center of extension memegang peranan penting karena menjadi pusat kegiatan, baik
penyuluh pertanian, swadaya maupun swasta. Fungsi dan peran BPP dikembangkan untuk
E-ISSN: 2615-7721 Vol 2, No. 1 (2018) E.109
P-ISSN: 2620-8512
mencapai harapan yang diinginkan, yaitu swasembada pangan dan peningkatan kesejahteraan
petani. Peran dan fungsi balai penyuluhan pertanian antara lain penyusunan programa penyuluhan,
menyediakan dan menyebarluaskan informasi teknologi, menfasilitasi pengembangan kelembagaan
petani, menfasilitasi peningkatan kapasitas penyuluh dan petani, melaksanakan proses pembelajaran
melalui percontohan dan pengembangan model usaha tani bagi pelaku utama dan usaha untuk
mendukung program swasembada pangan serta sebagai tempat pertemuan para penyuluh dan
pelaku utama dan usaha.

Metodologi
Penelitian ini menggunakan metode survei untuk memberikan gambaran mengenai suatu
sampel tertentu sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan
secara purposive di Kabupaten Magelang dengan pertimbangan bahwa semua BPP di Kabupaten
Magelang telah memiliki gedung sendiri sebanyak 21 BPP. Penentuan sampel Balai Penyuluhan
dilakukan secara sensus. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini membutuhkan Penyuluh
Pertanian sebagai responden. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan metode
Penarikan sampel acak terstruktur dilakukan dengan membagi anggota populasi dalam beberapa sub
kelompok yang disebut strata, lalu suatu sampel dipilih dari masing-masing stratum (Propotional
stratified random sampling). Maka penentuan jumlah sampel dari bagian 1 unit balai penyuluhan,
ditentukan berdasarkan rumus Slovin (Sujarweni dan Endrayanto, 2012), yaitu :

dimana
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
e : batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Jadi banyaknya sampel yang diambil adalah


n= 234 = 148 orang
1 + 234 (0,05)2
Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder yaitu catatan tentang suatu peristiwa dari
sumber aslinya (Nazir, 2013). Data dikumpulkan melalui teknik wawancara kepada responden
dengan panduan kuesioner yang telah dipersiapkan yang diberikan langsung kepada pengumpul
data (Sugiyono, 2015). Teknis analisis data untuk mengetahui peran dan fungsi BPP dengan metode
deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendalam satu atau beberapa fenomena.
Pada jenis penelitian ini dapat mengembangkan konsep, menghimpun data tetapi tidak menguji

E-ISSN: 2615-7721 Vol 2, No. 1 (2018) E.110


P-ISSN: 2620-8512
hipotesa. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang
melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah, membuat perbandingan atau evaluasi
(Rakhmad, 2005).

Hasil dan Pembahasan


Kinerja organisasi merupakan kuantitas dan kualitas hasil kerja individu atau sekelompok
didalam organisasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang berpedoman pada norma,
standar operasional, kriteria dan ukuran yang telah ditetapkan atau yang berlaku dalam organisasi
(Torang, 2014). Hasil analisis peran dan fungsi Balai Penyuluhan Pertanian di Kabupaten Magelang
adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Rekapitulasi Tugas dan Fungsi BPP di Kabupaten Magelang


No Peran dan Fungsi BPP Rataan Skor Kategori
yang didapat
1 Penyusun programa penyuluhan pertanian tingkat 3,57 Baik
kecamatan
2 BPP sebagai penyedia sarana informasi pertanian 3,59 Baik
3. BPP berfungsi sebagai tempat untuk pengembangan 3,66 Baik
kelembagaan petani
4. BPP berfungsi sebagai tempat untuk pelatihan 3,64 Baik
5. BPP berfungsi untuk menfasilitasi percontohan 3,59 Baik
6. BPP berfungsi sebagai tempat untuk pertemuan bagi petani 3,64 Baik
dan penyuluh
7. Peran dan Fungsi BPP Secara Keseluruhan 3,62 Baik
Sumber : Data Primer, 2017

Penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian tingkat kecamatan


Penyusunan programa tingkat kecamatan di Kabupaten Magelang dalam kategori baik
dengan skor rata-rata 3,57. Penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian diatur dalam Permentan
Nomor 47/Permentan/SM.010/9/2016 menjelaskan bahwa programa penyuluhan pertanian
merupakan perpaduan antara rencana kerja pemerintah dengan aspirasi pelaku utama dan pelaku
usaha, serta pemangku kepentingan lainnya. Adapun substansinya meliputi rencana kegiatan dalam
rangka perubahan perilaku yang berkaitan dengan tingkat penerapan inovasi teknologi yang
direkomendasikan, serta rencana kegiatan pendukung yang mempengaruhi keberhasilan usaha tani.
Keterlibatan petani dalam penyusunan programa penyuluhan pertanian sangat penting. Herawati
dan Pulungan (2006), menyebutkan bahwa programa penyuluhan sebagai wadah dalam kegiatan
pertanian sehingga partisipasi petani untuk hadir dalam pertemuan programa penyuluhan.
Kelembagaan lokal yang ada di masyarakat memegang peranan penting dalam kegiatan
penyuluhan. Petani yang tergabung dalam kontaktani yang mengurus suatu organisasi memiliki

E-ISSN: 2615-7721 Vol 2, No. 1 (2018) E.111


P-ISSN: 2620-8512
kemampuan untuk menyampaikan gagasan dalam suatu forum diskusi/musyawarah. Adanya
komunikasi di antara anggota kelompoktani, sesama kontaktani dan dengan kelembagaan lainnya
sangat penting dalam menentukan sukses tidaknya kegiatan penyuluhan sesuai programa yang telah
disusun. Menurut Pelawi, dkk (2016), salahsatu penghambat penyusunan programa penyuluhan
pertanian di masing-masing BPP adalah pelaksanaan programa tidak sepenuhnya terlaksana sesuai
dengan jadwal karena beberapa faktor diantaranya faktor alam dan biaya.

BPP sebagai penyedia sarana informasi pertanian

BPP berfungsi sebagai sarana penyedia informasi baik bagi petani maupun sangat pihak-
pihak diluar kelembagaan BPP. Penyediaan sarana informasi BPP di Kabupaten Magelang dalam
kategori baik dengan skor rata-rata 3,59. Informasi ini disusun penyuluh dalam rangka penyusunan
materi penyuluhan, penyusunan programa penyuluhan dan penyusunan Rencana Kerja Penyuluh,
serta untuk mengetahui potensi wilayah penyuluh pertanian. Kegiatannya antara lain melalui Cyber
Extension, kaji terap, pengumpulan data base, konsultasi dengan instansi terkait, serta menfasilitasi
penyuluh untuk mengikuti seminar maupun pelatihan-pelatihan. Menurut Andriyati dan Setyorini
(2012), BPP yang telah tersedia di setiap kecamatan memudahkan petani untuk berinteraksi atau
berkomunikasi dengan BPP dan penyuluh yang ada untuk memperoleh informasi. Hal ini didukung
dengan persepsi petani terhadap pertemuan dengan penyuluh. Melalui pertemuan tersebut, petani
dapat memperoleh berbagai informasi yang berkaitan dengan teknologi produksi, pengolahan hasil,
maupun pemasaran. Ketersediaan media personal seperti pertemuan sangat penting karena media
tersebut paling disukai petani sebagai sarana untuk memperoleh informasi pertanian. Selain itu,
penyuluh merupakan sumber utama petani dalam memperoleh informasi pertanian. Adanya
keikutsertaan petani mengikuti penyuluhan, petani dapat memecahkan masalah yang berkaitan
dengan usaha tani.

BPP berfungsi sebagai tempat untuk mengembangkan kelembagaan petani


Peningkatan kemampuan kelembagaan petani dimaksudkan agar kelembagaan petani dapat
meningkatkan peran dan fungsinya dengan baik. Kelembagaan petani salahsatunya adalah
kelompok tani, agar pengembangan kelompok tani berfungsi sebagai kelas belajar, wahana kerja
sama dan unit produksi, unit penyedia sarana dan prasarana produksi, unit pengolahan dan
pemasaran dan unit jasa penunjang sehingga menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri.
Pelaksanaan pengembangan kelembagaan petani di tingkat BPP tergolong baik dengan skor rata-
rata 3,66. Artinya BPP masih harus meningkatkan kegiatan pengembangan kelembagaan petani.
Penilaian kelas kemampuan kelompok tani yang dilakukan oleh penyuluh di BPP setiap tahun
bertujuan untuk melihat perkembangan kelompok tani. Berdasarkan Permentan Nomor
67/Permentan/SM.050/12/2016 tentang pembinaan kelembagaan petani menyebutkan bahwa
E-ISSN: 2615-7721 Vol 2, No. 1 (2018) E.112
P-ISSN: 2620-8512
pengorganisasian penumbuhan, pembinaan dan pengembangan kelembagaan petani berada pada
satuan kerja yang melaksanakan tugas penyuluhan di kecamatan dalam hal ini adalah BPP.
Tindakan yang diambil dimaksudkan untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan proses
pengembangan dan pembinaan kelembagaan petani agar terlaksana lebih efisien dan efektif, sebagai
bahan untuk penyusunan rencana kebijakan dan kegiatan tahun berikutnya. Hal ini sejalan dengan
apa yang dinyatakan oleh Anantanyu (2011) bahwa kelembagaan penyuluhan yang dibentuk oleh
pemerintah berkewajiban melakukan kegiatan peningkatan kapasitas kelembagaan petani. Kegiatan
penyuluhan pertanian yang dilakukan yaitu dengan memotivasi petani untuk berpartisipasi dalam
kelembagaan petani. Kegiatan penyuluhan pertanian perlu dirancang dengan memberikan muatan
(content area) pada penguatan kapasitas individu petani sekaligus penguatan kapasitas kelembagaan
petani itu sendiri. Kelembagaan petani harus ditempatkan sebagai sarana untuk mewujudkan
harapan, keinginan, dan pemenuhan kebutuhan petani.

BPP berfungsi sebagai tempat untuk pelatihan


BPP berfungsi pula sebagai tempat untuk meningkatkan kapasitas baik penyuluh maupun
petani. BPP di Kabupaten Magelang yang yang berfungsi sebagai tempat pertemuan dalam kategori
baik dengan skor rata-rata 3,64. Kegiatan pelatihan minimal dilakukan 1 bulan sekali baik pelatihan
/training bagi petani maupun bagi penyuluhnya. Pelatihan-pelatihan ini dapat berupa pelatihan
teknis misalnya pelatihan pembuatan pestisida nabati ramah lingkungan, pelatihan teknis budidaya,
maupun pelatihan-pelatihan yang terkait penguatan kelembagaan petani. Kunci keberhasilan kinerja
BPP salahsatunya adalah peningkatan kapasitas SDM yang ada. Peningkatan kapasitas artinya
meningkatnya kompetensi penyuluh maupun petani agar pengetahuan, sikap maupun
keterampilannya meningkat. Upaya yang harus ditempuh melalui inventarisasi kebutuhan materi
dan pelatihan yang tercantum didalam programa penyuluhan (Kementerian Pertanian, 2014).
Lesmana (2007) menambahkan bahwa peran dan fungsi strategis lembaga penyuluhan pertanian
khususnya di Kecamatan dan Penyuluh Pertanian adalah meningkatkan kualitas SDM petani dalam
membangun sistem dan usaha agribisnis yang berkelanjutan. Usaha lain yang dilakukan adalah
meningkatan kompetensi penyuluh pertanian, terutama dengan diklat dan pelatihan yang
disesuaikan dengan kondisi wilayah kerja dan perkembangan dunia pertanian sehingga dapat
memberikan wawasan dan keterampilan teknis yang sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan
petani.

BPP berfungsi untuk menfasilitasi percontohan

Fungsi BPP untuk menfasilitasi percontohan di Kabupaten Magelang dalam kategori baik
dengan rata-rata skor 3,59. Hasil percontohan yang diterapkan dari kegiatan ini nantinya diharapkan
dapat meningkatkan kualitas dan sumberdaya para petani dan penyuluh pertanian. Kegiatan
E-ISSN: 2615-7721 Vol 2, No. 1 (2018) E.113
P-ISSN: 2620-8512
percontohan ini diperlukan untuk meyakinkan para petani dalam menerapkan suatu teknologi.
Percontohan ini merupakan salah satu metode penyuluhan yang cukup efektif di lapangan karena
petani melihat langsung dan dapat meyakinkan petani untuk dapat menerapkan teknologi yang
dicontohkan. Metode dan teknik penyuluhan pertanian merupakan cara dan prosedur yang
dilakukan penyuluh dalam menyampaikan pesan kepada sasaran agar terjadi perubahan perilaku
sesuai tujuan yang ingin dicapai. Faqih, dkk (2015), menjelaskan bahwa tujuan pemilihan metode
dan teknik penyuluhan pertanian adalah untuk mendorong terjadinya efek atau perubahan perilaku
yang sebanyak-banyaknya dari sasaran, untuk meningkatkan komunikasi dan mengurangi gangguan
komunikasi, untuk meningkatkan daya anut sasaran serta untuk mendorong munculnya sifat
keterbukaan dan kemandirian petani. Adanya lahan percontohan di BPP sangat mendukung
kegiatan desiminasi teknologi yang ada. Jika tidak ada lahan percontohan penyuluh dapat
bekerjasama dengan petani untuk melakukan kegiatan percontohan tersebut. Ketersediaan anggaran
untuk kegiatan percontohan juga akan berpengaruh terhadap percontohan yang akan dilakukan,
umumnya penyuluh akan melakukan dengan swadaya ataupun bekerjasama dengan pihak lain.
BPP berfungsi sebagai tempat untuk pertemuan bagi petani dan penyuluh

UU SP3K No. 16 Pasal 15 menjelaskan bahwa BPP berfungsi sebagai tempat pertemuan
para penyuluh, pelaku utama dan usaha. Fungsi BPP sebagai tempat pertemuan para penyuluh,
pelaku utama dan pelaku usaha dalam penyelenggaraan penyuluhan diharapkan dapat meningkatkan
fungsi penyebarluasan informasi dan teknologi pertanian secara cepat, efektif dan efisien, untuk
dapat memfasilitasi akses petani terhadap sumber-sumber permodalan, pasar, dan teknologi
pertanian (Kementerian Pertanian, 2014). Fungsi BPP sebagai tempat pertemuan dalam kategori
baik dengan skor rata-rata 3,64. Pertemuan disini berarti bahwa BPP menfasilitasi kegiatan
pertemuan-pertemuan antara lain mimbar sarasehan, rembug tani, penyusunan RDK-RDKK,
pertemuan penyusunan programa penyuluhan tingkat kecamatan serta sebagai tempat konsultasi
bagi petani. Minimal dilakukan pertemuan rutin sebulan sekali, misalnya pertemuan dengan
pengurus-pengurus gapoktan maupun kelompok-kelompok tani di masing-masing BPP. Menurut
Arifudin, dkk (2013), pada pertemuan ini petani akan diberikan arahan atau informasi mengenai
kegiatan yang akan dilaksanakan. Adanya pertemuan yang dilakukan minimal sekali dalam sebulan
pelaku utama/ petani dapat menyampaikan permasalahan dan kendala yang dihadapi kepada
penyuluh di BPP, sehingga didapat solusi dari permasalahan tersebut.

Peran dan Fungsi BPP

Menurut Harahap, dkk (2016) kelembagaan dari suatu penyuluhan di daerah sangat
menentukan proses penyelenggaraan kegiatan penyuluhan dengan kata lain bahwa tingkat
efektifitas dari penyuluhan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh kelembagaannya. Secara keseluruhan
E-ISSN: 2615-7721 Vol 2, No. 1 (2018) E.114
P-ISSN: 2620-8512
peran dan fungsi BPP di Kabupaten Magelang dalam kategori baik dengan skor rata-rata 3,62.
Artinya bahwa proses penyelenggaraan kegiatan penyuluhan yang dilakukan di BPP di Kabupaten
Magelang sudah baik namun perlu ditingkatkan lagi. Peningkatan ini dilakukan dari aspek SDM
penyuluhnya, pembiayaan dan sarana dan prasarana. Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan
oleh Fendiana (2016), untuk melakukan peran dan fungsi BPP sebagai kelembagaan penyuluhan
perlu dilengkapi dengan penambahan tenaga penyuluh serta berbagai sarana dan prasarana
penyuluhan sehingga BPP bisa menjalankan fungsinya sebagai tempat berkumpulnya para
penyuluh, pelaku utama/usaha, sebagai tempat pelatihan/magang serta sebagai pusat informasi dan
cyber extension. Menurut Jamil (2012), biaya operasional penyelenggaraan penyuluhan oleh BPP
sudah harus tercermin dan teranggarkan melalui pagu indikatif dalam setiap rencana kegiatan
penyelenggaraan penyuluhaan dalam programa penyuluhan. Besarnya biaya operasional sangat
ditentukan oleh jenis dan volume kegiatan disamping jangkauan kegiatan atau sasaran dan durasi
kegiatan. Perlunya kecermatan dalam menyusun biaya operasional agar semua kegiatan yang
direncanakan dapat diwujudkan dan dilaksanakan secara baik. Hal ini dilakukan untuk mencapai
tujuan dan sasarannya yang akan menggambarkan kinerja BPP yang baik pula.

Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Penyusunan programa penyuluhan pertanian tingkat kecamatan, ketersediaan sarana
informasi di BPP, pengembangan kelembagaan petani di tingkat BPP, fungsi BPP untuk
menfasilitasi percontohan, fungsi BPP sebagai tempat pertemuan, peran dan fungsi BPP secara
keseluruhan di Kabupaten Magelang dalam kategori baik.

2. Saran
Peningkatan kapasitas balai penyuluhan pertanian harus disertai dengan peningkatan sarana
dan prasarana, pembiayaan yang memadai serta sinergi yang baik antar lembaga penyuluhan
pertanian guna melaksanakan tugas dan fungsi balai penyuluhan secara optimal guna mencapai
swasembada pangan.

Ucapan Terimakasih
Terimakasih penulis sampaikan kepada Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang beserta
jajarannya yang telah memberikan akses untuk pelaksanaan penilitian ini, serta tak lupa kepada para
penyuluh pertanian yang menjadi informan dalam penelitian ini.

E-ISSN: 2615-7721 Vol 2, No. 1 (2018) E.115


P-ISSN: 2620-8512
Daftar pustaka
Anantanyu, S. 2011. Kelembagaan petani: peran dan strategi pengembangan kapasitasnya. SEPA 7
(2) : 102-109.
Arifudin, E. Sayamar, S. Edwina, W. Rizki. 2013. Implementasi UU SP3K pada kelembagaan
penyuluhan pertanian di Kota Pekanbaru. SEPA 9 (2) : 190-200.
Andriaty, E dan E. Setyorini. 2012. Ketersediaan Sumber Informasi Teknologi Pertanian di
Beberapa Kabupaten Di Jawa. Jurnal Perpus Pertanian 21 (1) : 30-35.
Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian Kementerian Pertanian.
2014. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 13/Per/OT.140/J/01/14 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Manajmen Pimpinan Balai Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan. Jakarta.
Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian Kementerian Pertanian.
2015. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 67/Permentan/SM.050/12/2016 Tentang
Pembinaan Kelembagaan Petani. Jakarta.
Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian Kementerian Pertanian.
2016. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 47/Permentan/Sm.010/9/2016 Tentang Pedoman
Penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian. Jakarta.
Faqih. D, Dukat, R. Susanti. 2015. Efektivitas metode dan teknik penyuluhan pertanian dalam
penerapan teknologi budidaya Padi Sawah (Oryza Sativa L.) sistem tanam jajar legowo 4:1
(Studi kasus di Kelompok Tani Silih Asih Desa Ciomas Kecamatan Ciawigebang
Kabupaten Kuningan). AGRIJATI 28 (1), 45-67.
Fendiana, R.N. 2016. BPP Kronjo sebagai BPP model perikanan budidaya. Lingkar Widyaiswara
3 (1) : 21-32.
Harahap, N., W. Hardjono dan K. Tarigan. 2016. Kaji model metode penyuluhan di era berlakunya
Asean Economic Community (AEC) melalui sistem penyuluhan yang bersinergi, terintegrasi
dan berkelanjutan. Agrica Ekstensia 10 (1) : 11–22.
Hariadi, S.S. 2015. Kelembagaan penyuluhan pertanian problem dan solusi untuk swasembada
pangan. Paper dipresentasikan dalam seminar nasional hasil-hasil penelitian sosial ekonomi
pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Herawati dan I. Pulungan. 2006. Faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi kontaktani
dalam perencanaan program penyuluhan pertanian (Kasus WKUPP Nyalindung, Kabupaten
Sukabumi). Penyuluhan. 2 (2) : 107–114.
Jamil, M.H. 2012. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan kinerja balai penyuluhan pertanian
(BPP) dan dampaknya pada perilaku petani padi di Sulawesi Selatan. Disertasi. Bogor:
Sekolah Pascasarjana, IPB. Onlinehttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/53628.
Diakses pada tanggal 20 Februari 2017.
Kementerian Pertanian. 2006. Undang-Undang No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Jakarta.
Lesmana, D. 2007. Kinerja BPP Kota Samarinda. EPP Vol 4 (2) : 24-31.
Nazir. 2013. Metode Penelitian. Galia Indonesia. Bogor.
Pelawi W.D.P, Rosnita, R. Yulida. 2016. Analisis kelembagaan penyuluhan pertanian di Kabupaten
Kampar. Ilmiah Pertanian 13 (1) : 1-14.
Rakhmat, J. 2005. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Manajemen. Alfabeta. Bandung.
Sujarweni. V dan P. Endrayanto. 2012. Statistika untuk Penelitian. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Torang, Syamsir. 2014. Organisasi dan Manajemen. Alfabeta. Bandung.

E-ISSN: 2615-7721 Vol 2, No. 1 (2018) E.116


P-ISSN: 2620-8512

Anda mungkin juga menyukai