Disusun Oleh :
1. HENDRA MULYANTON
2. MUHAMMAD YOGA
3. PUJI ANUGROHO
4. UNTUNG WIBOWO
Halaman
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 5
A. Pengertian Tuberkulosis (TBC) ............................................................................................... 5
B. Penyebab Tuberkulosis ................................................................................................................ 5
C. Cara Penularan Tuberkulosis . ............................................................................................... 7
D. Gejala penyakit Tuberkulosis ..................................................................................................... 7
E. Patofisiologi Dan Pathways.................................................................................................... 9
F. Cara Pencegahan Tuberkulosis ............................................................................................. 10
G. Pengobatan Tuberkulosis ....................................................................................................... 10
BAB III ................................................................................................................................................. 13
ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................................................... 13
1. Asuhan Keperawatan TB Paru.............................................................................................. 13
II. Diagnosa Keperawatan ................................................................................................................. 15
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 22
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami mengucapkan terima
kasih kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan medikal bedah I yang telah memberikan tugas
ini kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang berilmu dan
berpengetahuan.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami mengharapkan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Wassalam...
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
salah satu masalah kesehatan yang utama di dunia. Setiap tahun terdapat 9 juta kasus baru dan
kasus kematian hampir mencapai 2 juta manusia. Di semua negara telah terdapat penyakit ini,
tetapi yang terbanyak di Afrika sebesar 30%, Asia sebesar 55%, dan untuk China dan India
secara tersendiri sebesar 35% dari semua kasus tuberkulosis.(Universitas Sumatera Utara)
Laporan WHO (global reports 2010), menyatakan bahwa pada tahun 2009 angka
kejadian TB di seluruh dunia sebesar 9,4 juta (antara 8,9 juta hingga 9,9 juta jiwa) dan
meningkat terus secara perlahan pada setiap tahunnya dan menurun lambat seiring didapati
peningkatan per kapita. Prevalensi kasus TB di seluruh dunia sebesar 14 juta (berkisar 12 juta
tiga menjadi peringkat ke lima di dunia, namun hal ini dikarenakan jumlah penderita TB di
Afrika Selatan dan Nigeria melebihi dari jumlah penderita TB di Indonesia. Estimasi prevalensi
TB di Indonesia pada semua kasus adalah sebesar 660.000 dan estimasi insidensi berjumlah
430.000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61.000 kematian per
tahun. Selain itu, kasus resistensi merupakan tantangan baru dalam program penanggulangan
TB. Pencegahan meningkatnya kasus TB yang resistensi obat menjadi prioritas penting.
1
Laporan WHO tahun 2007 menyatakan persentase resistensi primer di seluruh dunia
telah terjadi poliresistensi 17,0%, monoresistensi terdapat 10,3%, dan Tuberculosis - Multidrug
Resistant (TB-MDR) sebesar 2,9 %. Sedangkan di Indonesia resistensi primer jenis MDR
terjadi sebesar 2%. Kontak penularan M. tuberculosis yang telah mengalami resistensi obat
akan menciptakan kasus baru penderita TB yang resistensi primer, pada akhirnya mengarah
pada kasus multi-drug resistance (MDR). Ketika dilaporkan adanya beberapa kasus resistensi
obat TB di beberapa wilayah di dunia hingga tahun 1990-an, masalah resistensi ini belum
dipandang sebagai masalah yang utama. Penyebaran TB-MDR telah meningkat oleh karena
lemahnya program pengendalian TB, kurangnya sumber dana dan isolasi yang tidak adekuat,
tindakan pemakaian ventilasi dan keterlambatan dalam menegakkan diagnosis suatu TB-MDR.
resistensi primer pada penderita tuberkulosis paru kasus baru. Didapatkan dengan hasil pola
resisten sebagai berikut: resistensi terhadap Streptomisin sebanyak 13 orang (26%), Isoniazid
8 orang (16%), Etambutol 8 orang (16%), Rifampisin 4 orang (8%) dan Pirazinamid 1 (0,2%).
Sedangkan di Indonesia TB-MDR telah diperoleh sebanyak 2 orang (0,4%) pasien. Angka
menetapkan kasus dengan BTA (+), dan penanganan kasus termasuk peran Pengawas Menelan
Obat (PMO) yang dapat berpengaruh pada tingkat kepatuhan penderita untuk minum obat.
Faktor lain yang mempengaruhiangka resistensi/ MDR adalah ketersediaan OAT yang cukup
dan berkualitas ataupun adanya OAT yang digunakan untuk terapi selain TBC. (Universitas
SumateraUtara)
2
Semakin jelas bahwa kasus resistensi merupakan masalah besar dalam pengobatan pada
masa sekarang ini. WHO memperkirakan terdapat 50 juta orang di dunia yang telah terinfeksi
oleh Mycobacterium tuberculosis yang telah resisten terhadap OAT dan dijumpai 273.000
(3,1%) dari 8,7 juta TB kasus baru pada tahun 2000. Berdasarkan wilayah administratif di
Indonesia, Provinsi Jawa Timur menempati urutan ke 8 angka temuan kasus TBC paru terbesar
tahun 2007, meskipun belum mencapai target yang ditetapkan. Sebaran angka temuan kasus
tersebut yaitu DKI Jakarta(88,14%), Sulawesi Utara (81,36%), Banten (74,62%), Jawa Barat
(67,57%), Sumatra Utara (65,48%), Gorontalo (62,15%), Bali (61,39%), Jawa Timur
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
3
3. Untuk mengetahui cara Penularan TBC.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat
sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya)
dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru
TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan,
Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC
yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC
di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC
Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002
mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan
B. Penyebab Tuberkulosis
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium
tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ
tubuh lain. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam
pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman
TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di
tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama
5
Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC.
Percikan dahak yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem
pertahanan mukosilierbronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap
disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara membelah
diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa
kuman TBC ke kelenjar limfe disekitar hilus paru dan ini disebut sebagai kompleks primer.
Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6
minggu.
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari
negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman
yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitasseluler). Pada umumnya reaksi
daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun
demikian ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur).
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah
infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status
gizi buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan
6
C. Cara Penularan Tuberkulosis
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada
anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini
bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembangbiak menjadi
banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat
Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti:
paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-
lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru. Saat
akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui
serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui
jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk
fotorontgen.
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi 2, yaitu gejala umum dan gejala khusus
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas
terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
7
1. Gejala Sistemik/Utama
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam.
Gejala Khusus
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang
membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan
sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat
dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya, pada muara ini akan keluar
cairan nanah.
Pada anak–anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
8
D. Patofisiologi Dan Pathways
9
F. Cara Pencegahan Tuberkulosis
Menyembuhkan penderita.
Mencegah kematian.
Mencegah kekambuhan.
Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk lebih dari 3 minggu, merasa
sakit di dada dan kesukaran bernafas segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.
Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya bercampur darah segera
Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah digunakan oleh penderita.
Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi dengan vaksin BCG. Karena
G. Pengobatan Tuberkulosis
1. Jenis Obat
Isoniasid
10
Rifampicin
Pirasinamid
Streptomicin
2. Prinsip Obat
Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan
dosis tepat selama 6-8 bulan,supaya semua kuman dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan
dosis tahap lanjutan ditelan dalam dosis tunggal,sebaiknya pada saat perut kosong.
Tahap intensif
Pada tahap intensif penderita mendapat obat (minum obat) setiap hari selama 2 - 3 bulan.
Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minum obat) tiga kali seminggu selama 4 – 5
bulan.
bervariasi mulai dari ringan hingga berat. Efek samping ringan dapat berupa berubahnya
warna urine menjadi kemerahan yang diakibatkan oleh rifampisin. Efek samping lainnya
dapat berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu makan, mual, kesemutan dan rasa terbakar di hati,
gatal dan kemerahan dikulit gangguan keseimbangan hingga kekuningan (ikterus). Jika
pasien merasakan hal-hal tersebut, pasien harus segera berkonsultasi dengan dokter untuk
11
memperoleh penanganan lebih lanjut, fase lanjutan. Dalam beberapa kasus pengobatan bisa
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Asuhan Keperawatan TB Paru
1. Pengkajian
A. Aktifitas/istirahat
Kelelahan
Mimpi buruk
B. Integritas Ego
Menyangkal
C. Makanan / Cairan
13
Penurunan berat badan
D. Kenyamanan
Nyeri dada
Gelisah
E. Pernafasan
Nafas Pendek
Batuk
Defiasi trakeal
F. Keamanan
14
G. Interaksi Sosial
Pemeriksaan Diagnostik
1. Kultur Sputum
2. Zeihl-Neelsen
3. Tes Kulit
4. Foto Thorak
5. Histologi
7. Elektrosit
8. GDA
- Kerusakan jaringan
- Penurunan ketahanan
15
- Malnutrisi
- Terpapar lngkungan
aman
Intervensi :
3. Anjurkan pasien untuk batuk /bersin dan mengeluarkan pada tissue dan menghindari
meludah
8. Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara perodik terhadap sputum
16
10. Kolaborasi pemberian antibiotik
- adanya secret
- Edema tracheal
Kriteria Evaluasi : Pasien menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat
Intervensi :
1. Kaji fungsi pernafasan , kecepatan , irama , dan kedalaman serta penggunaan otot
asesoris
17
- Kerusakan membran alveolar – kapiler
- Edema bronchial
Kriteria Evaluasi : Pasien menunjukkan perbaikan venilasi dan oksigenasi jaringan adekuat
dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan
Intervensi :
2. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran , catat sianosis dan atau perubahan pada warna kulit
4. Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan atau Bantu aktivitas perawatan diri sesuai
kebutuhan
5. Kolaborasi oksigen
- Kelemahan
- Anorexia
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan BB, menunjukkan perubahan perilaku / pola hidup
18
Intervensi :
1. Catat status nutrisi pasien pada penerimaan , catat turgor kulit , BB, Integrtas mukosa
4. Selidiki anorexia , mual , muntah dan catat kemungkinan hhubungan dengan obat
7. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohodrat.
10.Konsul dengan terapi pernafasan untuk jadual pengobatan 1-2 jam sebelum dan sesudah
makan.
Berhubungan dengan :
- Keterbatasan kognitif
19
Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan pengobatan serta
Intervensi :
4. Berikan interuksi dan informasi tertuls khusus pada pasien untuk rujukan.
5. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan
pengobatan lama.
8. Rujuk untuk pemeriksaan mata setelah memula dan kemudian tiap bulan
20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan demikian, bahwa penyakit tuberculosis (TBC) itu disebabkan karena adanya
bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Oleh karena itu untuk mencegah penularan penyakit ini
sebaiknya harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Tuberkulosis juga penyakit yang
B. Saran
Saran penulis kepada masyarakat dalam mengenai penyakit tuberkulosis yaitu, Selalu
berusaha mengurangi kontak dengan penderita TBC paru aktif. Selalu menjaga standar hidup
yang baik, caranya bisa dengan mengkonsumsi nakanan yang bernilai gizi tinggi, menjaga
lingkungan selalu sehat baik itu di rumah maupun di tempat kerja (kantor), dan menjaga
kebugaran tubuh dengan cara menyempatkan dan meluangkan waktu untuk berolah raga.
Pemberian vaksin BCG, tujuannya untuk mencegah terjadinya kasus infeksi TBC yang lebih
21
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, C.L. 1996. Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses keperawatan)
Bandung
Dorland, W.A Newman. 2009. Kamus saku Kedokteran DORLAND.Edisi 28. Jakarta:EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Edisi 2. Jakarta:Salemba Medika
Nurarif, A.H, Hardi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi. Yogyakarta: Media Action Publishing
Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta:
EGC
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
http://myadventureonfastabiqulkhairat.blogspot.co.id/2014/12/konsep-dasar-asuhan-
keperawatan-pada.html
http://cari-carimakalah.blogspot.co.id/2016/02/makalah-tentang-tuberculosis-tbc.html
22