Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PROSES KEPERAWATAN PADA PASIEN


TUBERCULOSIS PARU (TBC)

Disusun Oleh :
1. HENDRA MULYANTON
2. MUHAMMAD YOGA
3. PUJI ANUGROHO
4. UNTUNG WIBOWO

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KOTA TEGAL


Jl. Dewi Sartika No. 1 Debong Kulon Kota Tegal
Telp. (0283) 323523, 323524
Tahun 2015 – 2016
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 5
A. Pengertian Tuberkulosis (TBC) ............................................................................................... 5
B. Penyebab Tuberkulosis ................................................................................................................ 5
C. Cara Penularan Tuberkulosis . ............................................................................................... 7
D. Gejala penyakit Tuberkulosis ..................................................................................................... 7
E. Patofisiologi Dan Pathways.................................................................................................... 9
F. Cara Pencegahan Tuberkulosis ............................................................................................. 10
G. Pengobatan Tuberkulosis ....................................................................................................... 10
BAB III ................................................................................................................................................. 13
ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................................................... 13
1. Asuhan Keperawatan TB Paru.............................................................................................. 13
II. Diagnosa Keperawatan ................................................................................................................. 15
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 22

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-Nya kami

dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami mengucapkan terima

kasih kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan medikal bedah I yang telah memberikan tugas

ini kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang berilmu dan

berpengetahuan.

Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan

masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami mengharapkan saran yang

membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang

membacanya.

Wassalam...

Tegal, 19 Januari 2017

Penulis

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia.

Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari

populasi dunia telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis masih merupakan

salah satu masalah kesehatan yang utama di dunia. Setiap tahun terdapat 9 juta kasus baru dan

kasus kematian hampir mencapai 2 juta manusia. Di semua negara telah terdapat penyakit ini,

tetapi yang terbanyak di Afrika sebesar 30%, Asia sebesar 55%, dan untuk China dan India

secara tersendiri sebesar 35% dari semua kasus tuberkulosis.(Universitas Sumatera Utara)

Laporan WHO (global reports 2010), menyatakan bahwa pada tahun 2009 angka

kejadian TB di seluruh dunia sebesar 9,4 juta (antara 8,9 juta hingga 9,9 juta jiwa) dan

meningkat terus secara perlahan pada setiap tahunnya dan menurun lambat seiring didapati

peningkatan per kapita. Prevalensi kasus TB di seluruh dunia sebesar 14 juta (berkisar 12 juta

sampai 16 juta). Jumlah penderita TB di Indonesia mengalami penurunan, dari peringkat ke

tiga menjadi peringkat ke lima di dunia, namun hal ini dikarenakan jumlah penderita TB di

Afrika Selatan dan Nigeria melebihi dari jumlah penderita TB di Indonesia. Estimasi prevalensi

TB di Indonesia pada semua kasus adalah sebesar 660.000 dan estimasi insidensi berjumlah

430.000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61.000 kematian per

tahun. Selain itu, kasus resistensi merupakan tantangan baru dalam program penanggulangan

TB. Pencegahan meningkatnya kasus TB yang resistensi obat menjadi prioritas penting.

(Universitas Sumatera Utara)

1
Laporan WHO tahun 2007 menyatakan persentase resistensi primer di seluruh dunia

telah terjadi poliresistensi 17,0%, monoresistensi terdapat 10,3%, dan Tuberculosis - Multidrug

Resistant (TB-MDR) sebesar 2,9 %. Sedangkan di Indonesia resistensi primer jenis MDR

terjadi sebesar 2%. Kontak penularan M. tuberculosis yang telah mengalami resistensi obat

akan menciptakan kasus baru penderita TB yang resistensi primer, pada akhirnya mengarah

pada kasus multi-drug resistance (MDR). Ketika dilaporkan adanya beberapa kasus resistensi

obat TB di beberapa wilayah di dunia hingga tahun 1990-an, masalah resistensi ini belum

dipandang sebagai masalah yang utama. Penyebaran TB-MDR telah meningkat oleh karena

lemahnya program pengendalian TB, kurangnya sumber dana dan isolasi yang tidak adekuat,

tindakan pemakaian ventilasi dan keterlambatan dalam menegakkan diagnosis suatu TB-MDR.

(Universitas Sumatera Utara)

Rao dan kawan-kawan di Karachi-Pakistan pada tahun 2008, melakukan penelitian

resistensi primer pada penderita tuberkulosis paru kasus baru. Didapatkan dengan hasil pola

resisten sebagai berikut: resistensi terhadap Streptomisin sebanyak 13 orang (26%), Isoniazid

8 orang (16%), Etambutol 8 orang (16%), Rifampisin 4 orang (8%) dan Pirazinamid 1 (0,2%).

Sedangkan di Indonesia TB-MDR telah diperoleh sebanyak 2 orang (0,4%) pasien. Angka

resistensi/TB-MDR paru dipengaruhi oleh kinerja program penanggulangan TBC parudi

kabupaten setempat/kota setempat terutama ketepatan diagnosis mikroskopik untuk

menetapkan kasus dengan BTA (+), dan penanganan kasus termasuk peran Pengawas Menelan

Obat (PMO) yang dapat berpengaruh pada tingkat kepatuhan penderita untuk minum obat.

Faktor lain yang mempengaruhiangka resistensi/ MDR adalah ketersediaan OAT yang cukup

dan berkualitas ataupun adanya OAT yang digunakan untuk terapi selain TBC. (Universitas

SumateraUtara)

2
Semakin jelas bahwa kasus resistensi merupakan masalah besar dalam pengobatan pada

masa sekarang ini. WHO memperkirakan terdapat 50 juta orang di dunia yang telah terinfeksi

oleh Mycobacterium tuberculosis yang telah resisten terhadap OAT dan dijumpai 273.000

(3,1%) dari 8,7 juta TB kasus baru pada tahun 2000. Berdasarkan wilayah administratif di

Indonesia, Provinsi Jawa Timur menempati urutan ke 8 angka temuan kasus TBC paru terbesar

tahun 2007, meskipun belum mencapai target yang ditetapkan. Sebaran angka temuan kasus

tersebut yaitu DKI Jakarta(88,14%), Sulawesi Utara (81,36%), Banten (74,62%), Jawa Barat

(67,57%), Sumatra Utara (65,48%), Gorontalo (62,15%), Bali (61,39%), Jawa Timur

(59,83%), DI Yokyakarta (53,23%), Sumatra Barat (51,36%) (Depkes RI, 2007).

(Universitas Sumatera Utara)

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian dari TBC?

2. Bagaimana penyebab penyakit TBC?

3. Bagaimana cara Penularan TBC?

4. Apa gejala-gejala seseorang menderita TBC?

5. Bagaimana cara penanggulangan/pencegahan TBC?

6. Bagaimana cara pengobatan kepada penderita TBC?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dari TBC.

2. Untuk mengetahui penyebab penyakit TBC.

3
3. Untuk mengetahui cara Penularan TBC.

4. Untuk mengetahui gejala-gejala TBC.

5. Untuk mengetahui cara penanggulangan/pencegahan TBC.

6. Untuk mengetahui cara pengobatan kepada penderita TBC.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tuberkulosis (TBC)

Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat

sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi

organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya)

dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru

TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan,

Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC

yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC

di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC

Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002

mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan

merupakan kasus baru.

B. Penyebab Tuberkulosis

Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium

tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ

tubuh lain. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam

pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman

TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di

tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama

selama beberapa tahun.

5
Infeksi Primer

Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC.

Percikan dahak yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem

pertahanan mukosilierbronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap

disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara membelah

diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa

kuman TBC ke kelenjar limfe disekitar hilus paru dan ini disebut sebagai kompleks primer.

Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6

minggu.

Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari

negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman

yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitasseluler). Pada umumnya reaksi

daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun

demikian ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur).

Kadang-kadang daya tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya

dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC.

Tuberkulosis Pasca Primer

Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah

infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status

gizi buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan

terjadinya kavitas atau efusi pleura.

6
C. Cara Penularan Tuberkulosis

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri

Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada

anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini

bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembangbiak menjadi

banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat

menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.

Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti:

paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-

lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru. Saat

Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera

akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui

serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui

pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru.

Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi

jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk

dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan

fotorontgen.

D. Gejala penyakit Tuberkulosis

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi 2, yaitu gejala umum dan gejala khusus

yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas

terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.

7
1. Gejala Sistemik/Utama

Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai

keringat malam.

Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.

Penurunan nafsu makan dan berat badan.

Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

Gejala Khusus

Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian

bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang

membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.

Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan

sakit dada.

Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat

dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya, pada muara ini akan keluar

cairan nanah.

Pada anak–anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai

meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan

kesadaran dan kejang – kejang.

8
D. Patofisiologi Dan Pathways

9
F. Cara Pencegahan Tuberkulosis

Adapan tujuan dari pencegahan TBC, yaitu;

Menyembuhkan penderita.

Mencegah kematian.

Mencegah kekambuhan.

Menurunkan tingkat penularan.

Cara-cara pencegahan TBC sebagai berikut;

Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk lebih dari 3 minggu, merasa

sakit di dada dan kesukaran bernafas segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.

Saat batuk memalingkan muka agar tidak mengenai orang lain.

Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya bercampur darah segera

dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.

Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah digunakan oleh penderita.

Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi dengan vaksin BCG. Karena

vaksin tersebut akan memberikan perlindungan yang amat bagus.

G. Pengobatan Tuberkulosis

1. Jenis Obat

Isoniasid

10
Rifampicin

Pirasinamid

Streptomicin

2. Prinsip Obat

Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan

dosis tepat selama 6-8 bulan,supaya semua kuman dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan

dosis tahap lanjutan ditelan dalam dosis tunggal,sebaiknya pada saat perut kosong.

Apabila paduan obat yangdigunakan tidak adekuat, kuman TB akan berkembangmenjadi

kuman kebal. Pengobatan TB diberikan dalan 2 Tahap yaitu:

Tahap intensif

Pada tahap intensif penderita mendapat obat (minum obat) setiap hari selama 2 - 3 bulan.

Tahap lanjutan

Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minum obat) tiga kali seminggu selama 4 – 5

bulan.

3. Efek Samping Obat

Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi obat TB

bervariasi mulai dari ringan hingga berat. Efek samping ringan dapat berupa berubahnya

warna urine menjadi kemerahan yang diakibatkan oleh rifampisin. Efek samping lainnya

dapat berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu makan, mual, kesemutan dan rasa terbakar di hati,

gatal dan kemerahan dikulit gangguan keseimbangan hingga kekuningan (ikterus). Jika

pasien merasakan hal-hal tersebut, pasien harus segera berkonsultasi dengan dokter untuk

11
memperoleh penanganan lebih lanjut, fase lanjutan. Dalam beberapa kasus pengobatan bisa

berlangsung hingga delapan bulan.

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Asuhan Keperawatan TB Paru
1. Pengkajian

Data Yang dikaji

A. Aktifitas/istirahat

Kelelahan

Nafas pendek karena kerja

Kesultan tidur pada malam hari, menggigil atau berkeringat

Mimpi buruk

Takhikardi, takipnea/dispnea pada kerja

Kelelahan otot, nyeri , dan sesak

B. Integritas Ego

Adanya / factor stress yang lama

Masalah keuangan, rumah

Perasaan tidak berdaya / tak ada harapan

Menyangkal

Ansetas, ketakutan, mudah terangsang

C. Makanan / Cairan

Kehilangan nafsu makan

Tak dapat mencerna

13
Penurunan berat badan

Turgor kult buruk, kering/kulit bersisik

Kehilangan otot/hilang lemak sub kutan

D. Kenyamanan

Nyeri dada

Berhati-hati pada daerah yang sakit

Gelisah

E. Pernafasan

Nafas Pendek

Batuk

Peningkatan frekuensi pernafasan

Pengembangn pernafasan tak simetris

Perkusi pekak dan penuruna fremitus

Defiasi trakeal

Bunyi nafas menurun/tak ada secara bilateral atau unilateral

Karakteristik : Hijau /kurulen, Kuning atua bercak darah

F. Keamanan

Adanya kondisi penekanan imun

Test HIV Positif

Demam atau sakit panas akut

14
G. Interaksi Sosial

Perasaan Isolasi atau penolakan

Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab

Pemeriksaan Diagnostik

1. Kultur Sputum

2. Zeihl-Neelsen

3. Tes Kulit

4. Foto Thorak

5. Histologi

6. Biopsi jarum pada jaringan paru

7. Elektrosit

8. GDA

9. Pemeriksaan fungsi Paru

II. Diagnosa Keperawatan


1. Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivasi ulang ) B.d

- Pertahanan primer tak adekuat , penurunan kerja silia

- Kerusakan jaringan

- Penurunan ketahanan

15
- Malnutrisi

- Terpapar lngkungan

- Kurang pengetahuan untuk menghindari pemaparan patogen

Kriteria hasil :- Pasien menyatakan pemahaman penyebab / faktor resiko individu

- mengidentifkasi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi

- Menunjukkan teknik , perubahan pola hidup untuk peningkatan lingkungan yang

aman

Intervensi :

1. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi

2. Identifikasi orang lain yang beresiko

3. Anjurkan pasien untuk batuk /bersin dan mengeluarkan pada tissue dan menghindari

meludah

4. Kaji tindakan kontrol infeksi sementara

5. Awasi suhu sesuai indikasi

6. Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulang

7. Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat

8. Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara perodik terhadap sputum

9. Dorong memilih makanan seimbang

16
10. Kolaborasi pemberian antibiotik

11. Laporkan ke departemen kesehatan lokal

2. Bersihan jalan nafas tak efektif B.d

- adanya secret

- Kelemahan , upaya batuk buruk

- Edema tracheal

Kriteria Evaluasi : Pasien menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat

Intervensi :

1. Kaji fungsi pernafasan , kecepatan , irama , dan kedalaman serta penggunaan otot

asesoris

2. Catat kemampuan unttuk mengeluarkan mukosa / batuk efekttif

3. Beri posisi semi/fowler

4. Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea

5. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml per hari

6. Kolaboras pemberian oksigen dan obat – obatan sesuai dengan indikasi

3. Resiko tinggi / gangguan pertukaran gas B.d

- Penurunan permukaan efektif paru , atelektasis

17
- Kerusakan membran alveolar – kapiler

- Sekret kental , tebal

- Edema bronchial

Kriteria Evaluasi : Pasien menunjukkan perbaikan venilasi dan oksigenasi jaringan adekuat

dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan

Intervensi :

1. Kaji Dipsnea,Takhipnea, menurunnya bunyi nafas ,peningkatan upaya pernafasan ,

terbatasnya ekspansi dinding dada , dan kelemahan

2. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran , catat sianosis dan atau perubahan pada warna kulit

3. Anjurkan bernafas bibr selama ekshalasi

4. Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan atau Bantu aktivitas perawatan diri sesuai

kebutuhan

5. Kolaborasi oksigen

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan B.d

- Kelemahan

- Sering batuk / produksi sputum

- Anorexia

- Ketidakcukupan sumber keuangan

Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan BB, menunjukkan perubahan perilaku / pola hidup

untuk meningkatkan / mempertahankan BB yang tepat

18
Intervensi :

1. Catat status nutrisi pasien pada penerimaan , catat turgor kulit , BB, Integrtas mukosa

oral , kemampuan menelan , riwayat mual / muntah atau diare

2. Pastikan pola diet biasa pasien

3. Awasi masukan dan pengeluaran dan BB secara periodik

4. Selidiki anorexia , mual , muntah dan catat kemungkinan hhubungan dengan obat

5. Dorong dan berikan periode stirahat sering.

6. Berikan perwatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan.

7. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohodrat.

8. Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah.

9. Kolaborasi ahli diet untuk menentukan komposisi diet.

10.Konsul dengan terapi pernafasan untuk jadual pengobatan 1-2 jam sebelum dan sesudah

makan.

11. Awasi pemeriksaan laboratorium

12. Kolaborasi antipiretik

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan, dan pencegahan

Berhubungan dengan :

- Keterbatasan kognitif

- Tak akurat/lengkap informasi yang ada salah interpretasi informasi

19
Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan pengobatan serta

melakukan perubahan pola hidupdan berpartispasi dalam program pengobatan

Intervensi :

1. Kaji kemampuan psen untuk belajar

2. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat

3. Tekankan pentingnya mempertahankan proten tinggi dan det karbohidrat dan

pemasukan cairan adekuat.

4. Berikan interuksi dan informasi tertuls khusus pada pasien untuk rujukan.

5. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan

pengobatan lama.

6. Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah

7. Tekankan kebutuhan untuk tidak minum alcohol sementara minum INH

8. Rujuk untuk pemeriksaan mata setelah memula dan kemudian tiap bulan

selama minum etambutol

9. Dorongan pasien/ atau orang terdekat untuk menyatakan takut / masalah.

Jawab pertanyaan dengan benar.

10. Dorong untuk tidak merokok

11. Kaji bagaimana TB ditularkan dan bahaya reaktivasi

20
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan demikian, bahwa penyakit tuberculosis (TBC) itu disebabkan karena adanya

bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Oleh karena itu untuk mencegah penularan penyakit ini

sebaiknya harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Tuberkulosis juga penyakit yang

harus benar-benar segera ditangani dengan cepat.

B. Saran

Saran penulis kepada masyarakat dalam mengenai penyakit tuberkulosis yaitu, Selalu

berusaha mengurangi kontak dengan penderita TBC paru aktif. Selalu menjaga standar hidup

yang baik, caranya bisa dengan mengkonsumsi nakanan yang bernilai gizi tinggi, menjaga

lingkungan selalu sehat baik itu di rumah maupun di tempat kerja (kantor), dan menjaga

kebugaran tubuh dengan cara menyempatkan dan meluangkan waktu untuk berolah raga.

Pemberian vaksin BCG, tujuannya untuk mencegah terjadinya kasus infeksi TBC yang lebih

berat. Vaksin BCG secara rutin diberikan kepada semua balita

21
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, C.L. 1996. Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses keperawatan)
Bandung

Doengoes, M. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Doengoes, Marilyn. E. 2005. Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. Jakarta:EGC

Dorland, W.A Newman. 2009. Kamus saku Kedokteran DORLAND.Edisi 28. Jakarta:EGC

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Edisi 2. Jakarta:Salemba Medika

Nurarif, A.H, Hardi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi. Yogyakarta: Media Action Publishing

Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta:
EGC

Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

http://myadventureonfastabiqulkhairat.blogspot.co.id/2014/12/konsep-dasar-asuhan-
keperawatan-pada.html

http://cari-carimakalah.blogspot.co.id/2016/02/makalah-tentang-tuberculosis-tbc.html

22

Anda mungkin juga menyukai