Anda di halaman 1dari 8

GAMBARAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN PADA BALITA

DI INDONESIA
Overview of Health Services Access for Toddlers in Indonesia

Zainul Khaqiqi Nantabah1, Zulfa Auliyati1, dan Agung Dwi Laksono1


1 Puslitbang Humaniora dan Manajemen Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.
Jl. Percetakan Negara 29 Jakarta 10560, Indonesia
E-mail: z_nantabah@yahoo.com

Naskah masuk: 14 Agustus 2018 Perbaikan: 4 Oktober 2018 Layak terbit: 18 Desember 2018
http://dx.doi.org/10.22435/hsr.v22i1.439

ABSTRAK
Anak balita merupakan periode masa yang disebut golden age. Akses pelayanan kesehatan untuk kelompok ini menjadi
perhatian karena kesinambungan hidup pada kelompok tersebut menjadi salah satu tolok ukur pembangunan kesehatan.
Penelitian ini merupakan analisis lanjut data Riskesdas 2013, yang disajikan secara deskriptif kuantitatif. Penulisan artikel ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran akses pelayanan kesehatan pada kelompok balita di Indonesia. Analisis dilakukan
pada variabel-variabel cakupan kunjungan balita ke pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan dimaksud adalah Rumah
Sakit, Puskesmas/Pustu, Praktik Dokter/Klinik, dan Polindes/Praktik Bidan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa balita yang
tinggal di perkotaan dan pada kelompok kaya dan sangat kaya memiliki akses yang lebih baik di Rumah Sakit dan praktik
dokter/klinik pada akses rawat jalan dan rawat inap. Sementara mereka yang tinggal di perdesaan dan pada kelompok
miskin memiliki akses yang lebih baik ke Puskesmas/Pustu dan Polindes/praktik bidan baik di rawat jalan maupun rawat
inap. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa balita yang tinggal di perkotaan dan pada kelompok kaya
memiliki akses yang lebih baik pada pelayanan kesehatan rujukan, sementara mereka yang tinggal di perdesaan dan
pada kelompok miskin memiliki akses yang lebih baik di fasilitas pelayanan kesehatan dasar.

Kata kunci: akses, pelayanan kesehatan, balita

ABSTRACT
Toddler is a period of time called golden age. Access to health services for this group is a concern because the
continuity of life in the group is one of the benchmarks for health development. This research is an advance analysis of
the Riskesdas 2013, which is presented in quantitative descriptive manner. This article aims to find out an overview of
health services access for toddler in Indonesia. Analysis was carried out on the variables of coverage of toddler visits to
health services. The intended health services are hospitals, health center/Pustu, doctor/clinic, and Polindes/midwife, both
on outpatient visits and inpatients. The results showed that toddlers who lived in urban areas and in the rich and very rich
groups had better access in hospitals and doctor/clinic practices on access to outpatient and inpatient care. While those
who live in rural areas and the poor have better access to health center/Pustu and Polindes/ midwives both in outpatient
and inpatient care. Based on the results of the study it can be concluded that toddlers who live in urban areas and in rich
groups have better access to referral health services, while those who live in rural areas and in poor groups have better
access to basic health care facilities.

Keyword: access, health services, toddler

PENDAHULUAN di atas satu tahun sampai dengan usia 5 tahun, atau


biasa digunakan perhitungan bulan usia 12–59 bulan.
Anak Bawah Lima Tahun atau sering disingkat
Anak balita merupakan periode masa yang disebut
Anak Balita adalah anak yang telah menginjak usia

Korespondensi:
Zulfa Auliyati Agustina
Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
E-mail: zoelauliya@gmail.com

54
Gambaran Akses Pelayanan Kesehatan (Zainul Khaqiqi Nantabah, dkk.)

golden age. Tumbuh kembang anak mengalami menjadi salah satu tolok ukur pembangunan
proses peningkatan yang pesat pada masa ini (Zaki, kesehatan. Diberlakukannya JKN dan pencapaian
Farida, & Sari, 2018)(Simanjuntak, Haya, Suryani, & target UHC pada tahun 2019, menuntut adanya
Ahmad, 2018). peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan di
Balita adalah salah satu kelompok rentan fasilitas kesehatan (Sekretariat Jenderal Kementerian
(vulnerable people) selain ibu hamil, dan orang tua Kesehatan RI., 2015b). Rata-rata cakupan pelayanan
yang menjadi perhatian Badan Kesehatan Dunia kesehatan anak balita secara nasional pada tahun
atau WHO (World Health Organization, 2018). 2014 sebesar 75,82 %, sedangkan target renstra
Dalam masa pertumbuhan Balita, tiga tahun pertama tahun 2014 adalah 85%. Hal tersebut berarti
masa kehidupannya merupakan masa paling rawan, bahwa terdapat sekitar 10,18% anak balita belum
karena gangguan yang terjadi pada masa-masa ini mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai
akan menimbulkan efek yang menetap atau jangka (Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI.,
panjang (Diana, 2010)(Wulansari, Sadewo, & Raflizal, 2015a).
2015)(Pramono & Paramita, 2015)(Simanjuntak et Berdasarkan uraian latar belakang tersebut
al., 2018). Berbagai upaya untuk mempertahankan maka tujuan penulisan artikel ini adalah untuk
keberlangsungan hidup kelompok Anak Balita pun mengetahui gambaran akses pelayanan kesehatan
menjadi fokus program kerja pemerintah dalam pada kelompok balita di Indonesia. Sarana pelayanan
bidang kesehatan. kesehatan yang dimaksud meliputi Rumah sakit,
Data Hasil sementara Survei Penduduk Antar Puskesmas/Pustu, Klinik/ Dokter praktik pribadi dan
Sensus (SUPAS) tahun 2015 menunjukkan AKB Polindes.
22 per 1.000 kelahiran hidup dan AKBA 26 per
1.000 kelahiran hidup. Sedangkan target MDGs
METODE
yang ke-4 adalah menurunkan Angka Kematian
Bayi (AKB) menjadi 23/1.000 kelahiran hidup dan Penelitian mengenai akses pelayanan kesehatan
Angka Kematian Balita (AKBA) menjadi 32 per 1000 pada balita ini mengambil data dari Riset Kesehatan
kelahiran hidup. Hal tersebut berarti bahwa target Dasar (Riskesdas) tahun 2013. Riskesdas adalah
MDGs 4 dalam penurunan kematian Bayi dan Balita, survei skala nasional yang didesain secara cross
tercapai. Meskipun demikian jumlah kematian Balita sectional. Ada 1.027.763 individu yang diambil
secara absolut masih tetap tinggi, terutama kematian sebagai sampel Riskesdas (National Institute of
pada kelompok usia neonatal. Penyebab utama Health Research and Development of Ministry of
kematian bayi dan Balita sebagian besar dapat Health of the Republic of Indonesia, 2013). Sedang
dicegah. Untuk itu, upaya pencegahan kesakitan dan sampel yang dianalisis dalam artikel ini adalah anak
kematian bayi dan Balita ini menjadi upaya prioritas yang berusia 1–5 tahun, sejumlah 67.886 balita,
dan perlu diperkuat dan ditingkatkan (Kementerian yang dalam proses wawancara diwakili oleh orang
Kesehatan RI., 2016). tuanya.
Akses keterjangkauan dan mutu pelayanan Analisis dilakukan pada variabel-variabel
kesehatan memberi pengaruh yang besar terhadap cakupan kunjungan balita ke pelayanan kesehatan.
keberhasilan pelaksanaan pembangunan bidang Pelayanan kesehatan dimaksud adalah Rumah
kesehatan itu sendiri. Dimana Indonesia merupakan Sakit, Puskesmas/Pustu, Praktik Dokter/Klinik,
wilayah dengan kondisi geografis yang cukup dan Polindes/Praktik Bidan. Kunjungan meliputi
kompleks serta masih adanya ketimpangan sebaran rawat jalan maupun rawat inap. Informasi mengenai
fasilitas kesehatan, sehingga akses ke pelayanan cakupan-cakupan kunjungan ke fasilitas pelayanan
kesehatan masih menjadi tugas penting untuk kesehatan tersebut bersumber pada pengakuan
diselesaikan bersama agar seluruh masyarakat responden yang diwawancara dengan kuesioner
merasakan manfaat yang adil dan merata (Suharmiati, terstruktur. Data variabel cakupan kunjungan ke
Laksono, & Astuti, 2013)(Laksono, 2016). fasilitas pelayanan kesehatan dianalisis secara
Demikian juga akses pelayanan kesehatan deskriptif kuantitatif dengan menggunakan perspektif
untuk kelompok balita menjadi perhatian karena sosial-ekonomi dan karakteristik wilayah (desa/kota)
kesinambungan hidup pada kelompok tersebut untuk melihat pemerataan atau kesenjangannya
(Mubasyiroh, Nurhotimah, & Laksono, 2016)(Saha,
Annear, & Pathak, 2013)(Laksono, 2016).

55
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 22 No. 1 Januari 2019: 54–61

HASIL pengobatan lanjutan atau rujukan setelah tidak bisa


diatasi di pelayanan dasar. Kecenderungan akses balita
Sebagai salah satu kelompok rentan, status
di Rumah Sakit lebih banyak terjadi pada balita yang
kesehatan balita merupakan salah satu tolok ukur
tinggal di perkotaan. Sementara itu berdasarkan status
pembangunan kesehatan di suatu wilayah. Pada
Sosial-Ekonomi, kecenderungan akses menunjukkan
umur tiga tahun pertama umur balita, merupakan
bahwa semakin tinggi status sosial-ekonomi keluarga
masa rawan yang rentan untuk sakit. Gangguan
balita, akses ke Rumah Sakit juga cenderung semakin
pada masa ini bisa berdampak dalam jangka panjang
tinggi. Kondisi ini berlaku sama saja antara rawat jalan
(Wulansari et al., 2015) (Pramono & Paramita, 2015)
maupun rawat inap.
(Simanjuntak et al., 2018). Karena alasan itulah maka
perhatian pada akses balita ke pelayanan kesehatan
Akses Balita ke Puskesmas/Pustu
menjadi sangat penting.
Tabel 1 menunjukkan bahwa balita yang tinggal Tabel 3 menunjukkan akses balita ke Puskesmas/
di kawasan perkotaan lebih dominan berada pada Pustu. Akses pada fasilitas pelayanan kesehatan
kategori rumah tangga yang kaya dan sangat kaya. Puskesmas/Pustu menggambarkan akses balita
Ada 66,1% balita di Indonesia yang berada pada ke pelayanan kesehatan dasar. Pada tabel ini
kelompok tersebut. Pada wilayah perdesaan kondisi kecenderungan akses balita lebih banyak terjadi pada
tersebut terlihat berkebalikan. Balita di kawasan balita yang tinggal di perdesaan. Balita yang miskin
perdesaan justru dominan pada kelompok sangat dan sangat miskin juga memiliki kecenderungan
miskin dan miskin. Sebanyak 46,5% balita di untuk lebih banyak mengakses Puskesmas/Pustu
perdesaan masuk pada kategori tersebut. dibanding kelompok lainnya. Kondisi ini berlaku untuk
rawat jalan maupun rawat inap.
Akses Balita ke Rumah Sakit
Akses Balita ke Dokter Praktik/Klinik)
Pada Tabel 2 menunjukkan akses balita ke Rumah
Tabel 4 menunjukkan bahwa balita yang tinggal
Sakit. Akses di Rumah Sakit menunjukkan gambaran
di perkotaan memiliki akses yang cenderung lebih

Tabel 1. Karakteristik Tempat Tinggal dan Status Sosial-Ekonomi Balita di Indonesia Tahun 2013.
Status Sosial-Ekonomi
Total
Karakteristik Balita Sangat Miskin Miskin Menengah Kaya Sangat Kaya (%)
(%) (%) (%) (%) (%)
Kategori Wilayah Perkotaan 3,4 11,1 19,4 31,2 34,9 100,0
Perdesaan 24,9 22,0 20,2 17,6 15,3 100,0
Total 12,4 15,6 19,7 25,5 26,8 100,0
Sumber: Riskesdas 2013

Tabel 2. Akses Balita ke Rumah Sakit Berdasarkan Kategori Wilayah dan Status Sosial-Ekonomi di Indonesia pada
Tahun 2013
Akses ke Rumah Sakit
Karakteristrik Balita Rawat Jalan Tidak Rawat Jalan Rawat Inap Tidak Rawat Inap
(%) (%) (%) (%)
Kategori Wilayah Perkotaan 10,7 89,3 86,1 13,9
Perdesaan 4,8 95,2 64,6 35,4
Total 7,5 92,5 77,1 22,9
Status Sosial-Ekonomi Sangat Miskin 3,8 96,2 59,5 40,5
Miskin 4,8 95,2 67,2 32,8
Menengah 6,5 93,5 75,7 24,3
Kaya 8,2 91,8 82,7 17,3
Sangat Kaya 14,4 85,6 86,9 13,1
Total 7,5 92,5 77,1 22,9
Sumber: Riskesdas 2013

56
Gambaran Akses Pelayanan Kesehatan (Zainul Khaqiqi Nantabah, dkk.)

Tabel 3. Akses Balita ke Puskesmas/Pustu Berdasarkan Kategori Wilayah dan Status Sosial-Ekonomi di Indonesia pada
Tahun 2013
Akses ke Puskesmas/Pustu
Karakteristik Balita Rawat Jalan Tidak Rawat Jalan Rawat Inap Tidak Rawat Inap
(%) (%) (%) (%)
Kategori Wilayah Perkotaan 40,3 59,7 11,6 88,4
Perdesaan 44,8 55,2 30,1 69,9
Total 42,7 57,3 19,3 80,7
Status Sosial-Ekonomi Sangat Miskin 59,2 40,8 38,4 61,6
Miskin 48,5 51,5 29,4 70,6
Menengah 44,1 55,9 19,5 80,5
Kaya 36,8 63,2 14,0 86,0
Sangat Kaya 25,3 74,7 9,8 90,2
Total 42,7 57,3 19,3 80,7
Sumber: Riskesdas 2013

Tabel 4. Akses Balita ke Dokter Praktik/Klinik Berdasarkan Kategori Wilayah dan Status Sosial-Ekonomi di Indonesia
pada Tahun 2013
Akses ke Dokter Praktik/Klinik
Karakteristik Balita Rawat Jalan Tidak Rawat Jalan Rawat Inap Tidak Rawat Inap
(%) (%) (%) (%)
Kategori Wilayah Perkotaan 32,8 67,2 2,9 97,1
Perdesaan 20,5 79,5 4,3 95,7
Total 26,2 73,8 3,5 96,5
Status Sosial-Ekonomi Sangat Miskin 13,3 86,7 1,3 98,7
Miskin 19,2 80,8 3,1 96,9
Menengah 22,9 77,1 4,1 95,9
Kaya 31,9 68,1 3,8 96,2
Sangat Kaya 43,6 56,4 4,2 95,8
Total 26,2 73,8 3,5 96,5
Sumber: Riskesdas 2013

Tabel 5. Akses Balita ke Polindes/Praktik Bidan Berdasarkan Kategori Wilayah dan Status Sosial-Ekonomi di Indonesia
pada Tahun 2013
Akses ke Polindes/Praktik Bidan
Karakteristrik Balita Rawat Jalan Tidak Rawat Jalan Rawat Inap Tidak Rawat Inap
(%) (%) (%) (%)
Kategori Wilayah Perkotaan 21,3 78,7 0,9 99,1
Perdesaan 34,4 65,6 2,0 98,0
Total 28,4 71,6 1,4 98,6
Status Sosial-Ekonomi Sangat Miskin 28,4 71,6 2,2 97,8
Miskin 32,5 67,5 0,7 99,3
Menengah 31,1 68,9 3,0 97,0
Kaya 27,8 72,2 1,3 98,7
Sangat Kaya 21,5 78,5 0,4 99,6
Total 28,4 71,6 1,4 98,6
Sumber: Riskesdas 2013

57
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 22 No. 1 Januari 2019: 54–61

tinggi ke dokter praktik/klinik dibanding mereka yang Perbedaan antara wilayah rural dengan urban
tinggal perdesaan. Balita yang berada pada keluarga juga menimbulkan akses ke rumah sakit yang berbeda
kaya juga menunjukkan akses yang lebih baik ke pula. Ketersediaan rumah sakit yang seringkali berada
dokter praktik/klinik. Kondisi ini tidak ada perbedaan di wilayah urban, membuat akses rumah sakit secara
antara akses rawat jalan maupun rawat inap. fisik di wilayah urban cenderung lebih bagus (Meng et
al., 2012)(Gonzales et al., 2017)(Li, Shi, Liang, Ding,
Akses Balita ke Polindes/Praktik Bidan & Xu, 2018)(Wulandari, Supriyanto, Qomaruddin, &
Tabel 5 menunjukkan akses balita ke fasilitas Laksono, 2019)(Wulandari & Laksono, 2019). Selain
pelayanan kesehatan Polindes/praktik bidan. Pada karena ketersediaan rumah sakit, juga karena akses
kategori ini akses balita memiliki kecenderungan jalan dan transportasi yang lebih baik. Jarak fasilitas
yang mirip dengan akses balita ke Puskesmas/Pustu. kesehatan yang sangat berbeda menyebabkan
Baik pada akses rawat jalan maupun rawat inap balita pemanfaatan pelayanan kesehatan yang tidak sama.
yang tinggal di wilayah perdesaan dan berada pada Alasan inilah yang membuat analisis spatial sebelum
kelompok miskin cenderung memiliki akses yang mendirikan fasilitas pelayanan kesehatan diperlukan
lebih baik ke Polindes/praktik bidan. (Owen, Obregón, & Jacobsen, 2010)(Huerta Munoz &
Källestål, 2012)(Gao, Kihal, Meur, Souris, & Deguen,
2017)(Ehara, 2017)(Megatsari, Laksono, Ridlo,
PEMBAHASAN Yoto, & Azizah, 2018). Di China penelitian tentang
Hasil penelitian menemukan bahwa balita akses fasilitas pelayanan kesehatan menyimpulkan
yang tinggal di wilayah urban dan memiliki status bahwa mereka yang tinggal di wilayah rural lebih
sosial-ekonomi keluarga yang lebih baik cenderung membutuhkan perhatian. Hal ini dikarenakan akses
memiliki akses yang lebih baik ke rumah sakit dan yang lebih buruk dibanding dengan mereka yang
klinik. Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan tinggal di kota (Zhang et al., 2017).
kesehatan rujukan dan klinik cenderung memerlukan Berbeda dengan rumah sakit dan klinik, akses
biaya yang lebih besar dibanding fasilitas pelayanan balita ke Puskesmas dan Polindes cenderung
kesehatan lainnya (Jacobs & Weissert, 2007)(Xu lebih baik pada mereka yang memiliki status sosial
et al., 2018). Hal ini membawa konsekuensi akses ekonomi-rendah. Pada konteks Indonesia hal ini
yang berbeda pada masyarakat dengan tingkat bisa dipahami sebagai dampak dari kebijakan di
sosial-ekonomi yang berbeda. banyak wilayah yang memberi akses universal pada
Hasil penelitian yang didapatkan tersebut relatif Puskesmas sebagai primary health care (Rukmini,
sama dengan temuan-temuan penelitian lainnya. Rachmawaty, & Laksono, 2013). Biaya berobat ke
Sebuah studi yang membandingkan angka kesakitan Puskesmas yang murah cenderung digratiskan
tumor Wilms antara negara-negara Eropa dengan sebagai janji politik kepala daerah. Kondisi ini sejalur
Amerika menyimpulkan bahwa anak-anak di wilayah dengan hasil penelitian di Mongolia yang menemukan
rural dan dengan status sosial-ekonomi rendah tidak akses ke primary health care yang lebih baik pada
menikmati fasilitas rumah sakit yang sama dibanding wilayah rural dan mereka yang miskin. Dalam konteks
anak-anak yang memiliki kondisi lebih baik (Doganis Mongolia hal ini dikarenakan akses ke primary health
et al., 2018). Kesimpulan yang sama juga disimpulkan care yang gratis dan universal (Dorjdagva et al.,
pada sebuah penelitian pada penderita obstructive 2017).
sleep apnea di Amerika Serikat. Hasil penelitian Upaya pemerataan akses ke fasilitas pelayanan
menemukan adanya perbedaan akses yang signifikan kesehatan akibat ketimpangan status sosial ekonomi
pada kategori status sosial-ekonomi (Xie et al., bisa saja dilakukan dengan memberi subsidi. Tetapi
2018). Mereka yang memiliki status sosial-ekonomi ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk
lebih baik terbukti lebih bisa memanfaatkan fasilitas memberikan subsidi biaya berobat bagi semua balita,
pelayanan kesehatan yang ada (Sibley & Weiner, maka seyogyanya semua balita harus memiliki akses
2011)(Vanamail & Gunasekaran, 2011)(Thin Zaw, yang sama ke fasilitas pelayanan kesehatan (Carrin,
Liabsuetrakul, Htay, & McNeil, 2012) (Dhruve, Mathauer, Xu, & Evans, 2008)(Thin Zaw et al., 2012)
Badgaiyan, & Pandey, 2016)(Yu, Matthes, & Wei, (Ravindran, 2012)(Qian et al., 2017)(Al Hilfi, Lafta,
2018)(Boulton, Carlson, Power, & Wagner, 2018). & Burnham, 2013)(Kim & Kwon, 2015)(Ehara, 2017)
(Pratiwi et al., 2014).

58
Gambaran Akses Pelayanan Kesehatan (Zainul Khaqiqi Nantabah, dkk.)

KESIMPULAN Scientific Research, 5(6), 618–620. Available at: https://


www.researchgate.net/publication/316941142
Kesimpulan Diana, F.M. 2010. Pemantauan Perkembangan Anak Balita.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(2).
bahwa balita yang tinggal di wilayah perdesaan dan Doganis, D., Panagopoulou, P., Tragiannidis, A., Vichos,
masuk kategori miskin cenderung memiliki akses T., Moschovi, M., Polychronopoulou, S., … Perisic,
yang lebih tinggi pada pelayanan kesehatan dasar S.Z. 2018. Survival and mortality rates of Wilms
tumour in Southern and Eastern European countries:
di Puskesmas/Pustu dan Polindes/Praktik Bidan.
Socioeconomic differentials compared with the United
Sementara kelompok balita yang tinggal di perkotaan
States of America. European Journal of Cancer,
dan masuk kategori kaya memiliki akses yang lebih 101, 38–46. Available at: https://doi.org/10.1016/j.
baik di pelayanan dasar dokter praktik/klinik dan ejca.2018.06.012
pelayanan kesehatan lanjutan atau rujukan di Rumah Dorjdagva, J., Batbaatar, E., Svensson, M., Dorjsuren,
Sakit. B., Batmunkh, B., & Kauhanen, J. 2017. Free and
universal, but unequal utilization of primary health care
Saran in the rural and urban areas of Mongolia. International
Journal for Equity in Health, 16 (1). Available at:
Berdasarkan simpulan maka disarankan https://doi.org/10.1186/s12939-017-0572-4
untuk melakukan pemerataan akses pelayanan Ehara, A. 2017. Unequal accessibility of nurseries for
kesehatan, terutama rumah sakit, pada balita dengan sick children in over- and under-populated areas of
menitikberatkan perhatian pada balita dengan Japan. Tohoku Journal of Experimental Medicine,
keluarga miskin dan yang tinggal di wilayah rural. 24 (2), 97–102. Available at: https://doi.org/10.1620/
Pemerataan akses untuk balita pada keluarga miskin tjem.241.97
sudah dilakukan dengan kebijakan Kartu Indonesia Gao, F., Kihal, W., Meur, N., Souris, M., & Deguen, S. 2017.
Does the edge effect impact on the measure of spatial
Sehat untuk keluarga miskin, yang belum dilakukan
accessibility to healthcare providers? International
adalah kebijakan untuk subsidi akses secara fisik atau Journal of Health Geographics, 16 (1). Available at:
transportasi untuk pemerataan yang lebih baik. https://doi.org/10.1186/s12942-017-0119-3
Gonzales, S., Mullen, M.T., Skolarus, L., Thibault, D.P.,
Udoeyo, U., & Willis, A.W. 2017. Progressive rural-
UCAPAN TERIMA KASIH
urban disparity in acute stroke care. Neurology, 88
Terima kasih kepada Badan Penelitian dan (5), 441–448. Available at: https://doi.org/10.1212/
Pengembangan Kementerian Kesehatan Republik WNL.0000000000003562
Indonesia yang telah menyediakan data Riskesdas Huerta Munoz, U., & Källestål, C.C. 2012. Geographical
accessibility and spatial coverage modeling of the
2013 sebagai bahan analisis dalam artikel ini.
primary health care network in the Western Province of
Rwanda. International Journal of Health Geographics.
DAFTAR PUSTAKA Available at: https://doi.org/10.1186/1476-072X-11-
40
Al Hilfi, T.K., Lafta, R., & Burnham, G. 2013. Health Jacobs, B., & Weissert, W. 2007. Helping protect the
services in Iraq. The Lancet. Available at: https://doi. elderly and the public against the catastrophic costs
org/10.1016/S0140-6736(13)60320-7 of long-term care. Journal of Policy Analysis and
Boulton, M.L., Carlson, B.F., Power, L.E., & Wagner, Management, 5(2), 378–383. Available at: https://
A.L. 2018. Socioeconomic factors associated with doi.org/10.1002/pam.4050050214
full childhood vaccination in Bangladesh, 2014. Indonesia. Undang-Undang, Peraturan, dsb. 2016. Undang-
International Journal of Infectious Diseases, 69, undang lindungi hak anak untuk dapatkan pelayanan
35–40. Available at: https://doi.org/10.1016/j. kesehatan. Retrieved July 13, 2018, Tersedia pada:
ijid.2018.01.035 http://www.depkes.go.id/article/print/16051800001/
Carrin, G., Mathauer, I., Xu, K., & Evans, D.B. 2008. undang-undang-lindungi-hak-anak-untuk-dapatkan-
Universal coverage of health services: Tailoring pelayanan-kesehatan.html
its implementation. Bulletin of the World Health Kim, S., & Kwon, S. 2015. Impact of the policy of expanding
Organization, 86, 857–863. Available at: https://doi. benefit coverage for cancer patients on catastrophic
org/10.2471/BLT.07.049387 health expenditure across different income groups
Dhruve, S., Badgaiyan, Y.D., & Pandey, S. 2016. A Study in South Korea. Social Science and Medicine, 138,
of Socio Economic Factors Affecting Family Planning 241–247. Available at: https://doi.org/10.1016/j.
Services in An Urban Area. International Journal of socscimed.2015.06.012

59
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 22 No. 1 Januari 2019: 54–61

Laksono, A.D. 2016. Health Care Accessibility (Aksesibilitas Suppl 1, S4. Available at: https://doi.org/10.1186/1471-
Pelayanan Kesehatan). In S. Supriyanto, D. 2458-12-S1-S4
Chalidyanto, & R. D. Wulandari (Eds.), Aksesibilitas Rukmini, Rachmawaty, T., & Laksono, A.D. 2013. The
Pelayanan Kesehatan di Indonesia. 5–20, Kanisius. Analysis of Jampersal Implementationin Sampang
Jogjakarta. District Health Office. Bulletin of Health System
Li, J., Shi, L., Liang, H., Ding, G., & Xu, L. 2018. Urban-rural Research, 16 (2), 154–167.
disparities in health care utilization among Chinese Saha, S., Annear, P.L., & Pathak, S. 2013. The effect of Self-
adults from 1993 to 2011. BMC Health Services Help Groups on access to maternal health services:
Research, 18 (102), 1–9. Available at: https://doi. evidence from rural India. International Journal for
org/10.1186/s12913-018-2905-4 Equity in Health, 12, 36. Available at: https://doi.
Megatsari, H., Laksono, A.D., Ridlo, I.A., Yoto, M., & org/10.1186/1475-9276-12-36
Azizah, A.N. 2018. Community Perspective about Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. 2015a.
Health Services Access. Buletin Penelitian Sistem Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Kementerian
Kesehatan, 21, 247–253. Available at: https://doi. Kesehatan RI. Jakarta.
org/10.22435/hsr.v2Ii4.231 Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. 2015b.
Meng, Q., Xu, L., Zhang, Y., Qian, J., Cai, M., Xin, Y., Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
… Barber, S.L. 2012. Trends in access to health 2015-2019. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta
services and financial protection in China between Sibley, L.M., & Weiner, J.P. 2011. An evaluation of access to
2003 and 2011: A cross-sectional study. The Lancet, health care services along the rural-urban continuum
379, 805–814. Available at: https://doi.org/10.1016/ in Canada. BMC Health Services Research, 11, 20.
S0140-6736(12)60278-5 available at: https://doi.org/10.1186/1472-6963-11-
Mubasyiroh, R., Nurhotimah, E., & Laksono, A.D. 2016. 20
Indeks Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan di Simanjuntak, B.Y., Haya, M., Suryani, D., & Ahmad, C.A.
Indonesia. In S. Supriyanto, D. Chalidyanto, & R. D. 2018. Early Inititation of Breastfeeding and Vitamin A
Wulandari (Eds.), Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan Supplementation with Nutritional Status of Children
di Indonesia (pp. 21–58). Kanisius. Jogjakarta. Aged 6-59 Months. National Public Health Journal, 12
National Institute of Health Research and Development (3), 107–113. Available at: https://doi.org/10.21109/
of Ministry of Health of the Republic of Indonesia. kesmas.v12i3.1747
2013. The 2013 Indonesia Basic Health Survey Suharmiati, Laksono, A.D., & Astuti, W.D. 2013. Policy
(Riskesdas): National Report. Jakarta. Review on Health Services in Primary Health Center
Owen, K.K., Obregón, E.J., & Jacobsen, K.H. 2010. A in the Border and Remote Area. Bulletin of Health
geographic analysis of access to health services System Research, 16 (2), 109–116.
in rural Guatemala. International Health, 2, Thin Zaw, P.P., Liabsuetrakul, T., Htay, T.T., & McNeil,
143–149. Available at: https://doi.org/10.1016/j. E. 2012. Equity of access to reproductive health
inhe.2010.03.002 services among youths in resource-limited suburban
Pramono, M.S., & Paramita, A. 2015. Pattern of Occurrence communities of Mandalay City, Myanmar. BMC Health
and Determinants of Baby with Low Birth Weight in Services Research, 12, 458. Available at{ https://doi.
Indonesia 2013. Bulletin of Health System Research, org/10.1186/1472-6963-12-458
18(1), 1–10. Available at: https://doi.org/10.22435/ Vanamail, P., & Gunasekaran, S. 2011. Possible relationship
hsr.v18i1.4263.1-10 among socio-economic determinants, knowledge and
Pratiwi, N.L., Suprapto, A., Laksono, A.D., Rooshermiati, B., practices on lymphatic filariasis and implication for
Rukmini, Puto, G., Sugiharto. 2014. Kajian Kebijakan disease elimination in India. International Journal of
Penyaluran Dana Bantuan Operasional Kesehatan Public Health, 56 (1), 25–36. Available at: https://doi.
dalam Mendukung Pencapaian Kesehatan Ibu dan org/10.1007/s00038-010-0159-y
Anak (MDG’s 4,5) di Tiga Kabupaten, Kota di Provinsi World Health Organization. 2018. Vulnerable groups.
Jawa Timur Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Retrieved July 10, 2018, Available at: http://www.who.
Kesehatan, 17 (4), 395–405. int/environmental_health_emergencies/vulnerable_
Qian, Y., Zhou, Z., Yan, J., Gao, J., Wang, Y., Yang, groups/en/
X., … Li, Y. 2017. An economy-ralated equity Wulandari, R.D., & Laksono, A.D. 2019. Urban-Rural
analysis of health service utilization by women in Disparities in Puskesmas (Public Health Center)
economically underdeveloped regions of western Utilization among Elderly People in East Java,
China. International Journal for Equity in Health, Indonesia. Surabaya. Available at: https://doi.
16 (1). Available at: https://doi.org/10.1186/s12939- org/10.13140/RG.2.2.19309.03047
017-0667-y Wulandari, R.D., Supriyanto, S., Qomaruddin, B., & Laksono,
Ravindran, T.K.S. 2012. Universal access: making health A.D. 2019. Socioeconomic Disparities in Hospital
systems work for women. BMC Public Health, 12 Utilization among Elderly People in Indonesia.

60
Gambaran Akses Pelayanan Kesehatan (Zainul Khaqiqi Nantabah, dkk.)

Surabaya. Available at: https://doi.org/10.13140/ Shaanxi Province, China. PLoS ONE, 13(3). available
RG.2.2.11898.54721 at: https://doi.org/10.1371/journal.pone.0194539
Wulansari, S., Sadewo, F.S., & Raflizal, R. 2015. Social Yu, T.H., Matthes, N., & Wei, C.J. 2018. Can urban-rural
Construction and Action of Mother of Malnutrition patterns of hospital selection be changed using a
Toddler (A Case Study in Sampang and Bojonegoro). report card program? A nationwide observational
Bulletin of Health System Research, 18(1), 65– study. International Journal of Environmental
75. Available at: https://doi.org/10.22435/hsr. Research and Public Health, 15 (9). Available at:
v18i1.4272.65-75 https://doi.org/10.3390/ijerph15091827
Xie, D.X., Wang, R.Y., Penn, E.B., Chinnadurai, S., Zaki, I., Farida, F., & Sari, H.P. 2018. Peningkatan Kapasitas
Shannon, C.N., & Wootten, C.T. 2018. Understanding Kader Posyandu Melalui Pelatihan Pemantauan Status
sociodemographic factors related to health outcomes Gizi Balita. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat,
in pediatric obstructive sleep apnea. International 3(2), 169–177. available at: https://doi.org/10.22146/
Journal of Pediatric Otorhinolaryngology, 111, jpkm.28595
138–141. Available at: https://doi.org/10.1016/j. Zhang, X., Dupre, M.E., Qiu, L., Zhou, W., Zhao, Y., & Gu,
ijporl.2018.05.030 D. 2017. Urban-rural differences in the association
Xu, Y., Ma, J., Wu, N., Fan, X., Zhang, T., Zhou, Z., … between access to healthcare and health outcomes
Chen, G. 2018. Catastrophic health expenditure in among older adults in China. BMC Geriatrics, 17
households with chronic disease patients: A pre- (1). Available at: https://doi.org/10.1186/s12877-
post comparison of the New Health Care Reform in 017-0538-9

61

Anda mungkin juga menyukai