Anda di halaman 1dari 181

TESIS

SASTRA DAN KONFLIK SOSIAL KEAGAMAAN PASCA ARAB SPRING

( Studi Sosiologi Sastra Terhadap Novel Amal fī Sūriā Karya Dina


Nasrini)

Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Humaniora.

Pembimbing:

Prof.Dr. Sukron Kamil,MA

Oleh :

Zuhirawati

(21150222000001)

MAGISTER BAHASA SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI

Nama : Zuhirawati

No Nim : 21150222000001

Judul Tesis : SASTRA DAN KONFLIK SOSIAL KEAGAMAAN PASCA ARAB SPRING
( Studi Sosiologi Sastra Terhadap Novel Amal fī Sūriā Karya Dina Nasrini)

Tim Penguji

No Nama Tanda Tangan Tanggal

Prof . Dr. Sukron Kamil.MA.


1 ( Pembimbing merangkap penguji)

Dr.Siti Amsariah, M.Ag


2 ( Penguji)

Dr. Yeni Ratna Yuningsih,MA.


3
(Penguji)
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis yang berjudul “Sastra dan Konflik Sosial Keagamaan Pasca Arab Spring

( Studi Sosiologi Sastra Dalam Novel Amal fī Sūriā Karya Dina Nasrini)” yang ditulis oleh :

Nama : Zuhirawati

Nim : 21150222000001

Program : Magister ( S2)

Jurusan : Bahasa dan Sastra Arab

Bahwa tesis ini telah melalui proses ujian beberapa tahap yaitu ujian proposal, Work in
progress (WIP), kompre ,pendahuluan dan promosi serta telah diperiksa dan diperbaiki sebagaimana
semestinya. Dengan ini saya menyetujui untuk dicetak buku.

Jakarta. 2018

Pembimbing,

Prof. Sukron Kamis, MA.


PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam penelitian ini


merujuk pada pedoman transliterasi Arab-Latin berdasarkan Surat Keputusan
Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
No.158 tahun 1987 dan No.0543b/U/1987.

A. Konsonan
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

Ba b Be

Ta t Te

Ṡa ṡ Es (dengan titik di atas)

Jim j Je

Ḥa ḥ Ha (dengan titik di
bawah)
Kha kh Ka dan Ha

Dal d De

Żai ż Zet (dengan titik di atas)

Ra r Er

Zai z Zet

Sin s Es

Syin sy Es dan Ye

Ṣ ad ṣ Es (dengan titik di
bawah)
Ḍ ad ḍ De (dengan titik di
bawah)
Ṭa ṭ Te (dengan titik di
bawah)

ii
Ẓa ẓ Zet (dengan titik di
bawah)
„Ain „ Koma terbalik (di atas)

Gain g Ge

Fa f Ef

Qaf q Qi

Kaf k Ka

Lam l El

Mim m Em

Nun n En

Waw w We

‫ھ‬ Ha h Ha
Hamzah ' Apostrof

Ya y Ye

B. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap (tasydid) ditulis rangkap.

Contoh : = muqaddimah
= al-Madīnah al-munawwarah

C. Vokal Pendek
َ Fatḥ ah a
ِ Kasrah i
ُ Ḍ ammah u

iii
D. Vokal Panjang
َ...‫ا‬ َ...‫ى‬ Fatḥ ah dan alif atau ya ā
ِ...‫ى‬ Kasrah dan ya ī
ُ...‫و‬ Ḍ ammah dan wau ū

E. Vokal Rangkap (Diftong)


َ...‫ى‬ Fatḥ ah dan ya ai
َ...‫و‬ Fatḥ ah dan wau au

F. Ta Marbutah
a. Ta marbutah yang berharkat sukun ditransliterasikan dengan huruf
“h”.

Contoh : = makkah al-mukarramah


= al-syarī’ah al-Islāmiyyah

b. Ta marbutah yang berharkat hidup ditransliterasikan dengan huruf “t”.

Contoh : = al-ḥ ukūmatu al-Islāmiyyah

= al-sunnatu al-mutawātirah

G. Hamzah

Huruf hamzah ( ‫ ) ء‬ditransliterasikan dengan tanda apostrof. Namun,


ketentuan ini hanya berlaku apabila huruf hamzah terletak di tengah dan
akhir kata. Adapun huruf hamzah yang terletak pada awal kata
ditransliterasikan dengan huruf vokal. Contoh : = īmānun.

iv
H. Lafzu al-Jalālah

Lafzu al-Jalālah (kata ) yang berbentuk frase nomina ditransliterasikan

tanpa hamzah. Contoh : = „Abdullah.

I. Kata Sandang ‘al’


1. Kata sandang “al” tetap ditulis “al”, baik pada kata yang dimulai
dengan huruf qamariyah maupun syamsiyah.

Contoh : = al-amākinu al-muqaddasah


= al-siyāsah al-syar’iyyah

2. Huruf “a” pada kata sandang “al” tetap ditulis dengan huruf kecil
meskipun merupakan nama diri.

Contoh : = al-Māwardi

= al-Azhar
3. Kata sandang “al” pada awal kalimat dan pada kata “Allah Swt,
Qur‟an” ditulis dengan huruf kapital.
Contoh : Al-Afgani adalah seorang tokoh pembaharu.
Saya membaca Al-Qur‟ān al-Karīm.

v
ABSTRAK

Tesis ini ingin membuktikan bahwa novel Amal fī Sūriā merupakan


kritik seorang pengarang bernama Dina Nasrini terhadap sistem
pemerintahan Bashar Assad di Suriah. Kritikan itu terlihat dengan jelas
dalam teks di mana pengarang secara transparan mencantumkan nama
Bashar Assad kemudian mencercanya. Melalui novel Amal fī Sūriā ini
pengarang ingin menceritakan peristiwa besar pada bulan Maret tahun 2011
lalu.
Penelitian ini merupakan penelitian perpustakaan ( Library Research)
yaitu penelitian yang memperoleh data dan informasi tentang objek
penelitiannya melalui buku-buku atau alat audiovisual lainnya. Ada dua teori
yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama, teori sastra Rene Wellek,
sastra sebagai cerminan kenyataan. Kedua teori konflik Ralf Dahrendorf
yang menekankan pada kekuasaan dan wewenang dalam masyarakat
kemudian didukung oleh teori hegemoni Antonio Gramsci yang memusatkan
pada aspek politik, ideologi maupun kultural.
Hasil dari penelitian ini adalah novel Amal fī Sūriā sarat sekali
menggambarkan mengenai konflik bersifat vertikal terlihat pada kekejaman-
kekejaman yang dilakukan oleh Bashar Assad terhadap rakyat Suriah.
Sedangkan konflik bersifat harizontal terlihat pada perseteruan antara dua
kelompok aliran teologi yaitu Sunni dan Syi’ah Alawite di Suriah. Perbedaan
dalam aspek ideologi menjadi faktor utama yang menyebabkan konflik
semakin meluas bahkan berujung pada peperangan sipil di Suriah. Melalui
novel ini, pengarang telah memberikan gambaran bahwa rezim Assad
merupakan salah satu contoh dari rezim yang otoriter, tiran dan juga diktator
terhadap rakyatnya sendiri. Dan novel ini dapat menjadi cerminan mengenai
peristiwa pada masanya.
ABSTRACT

This thesis proves that the novel Amal fī Sūriā is a criticism of an


author named Dina Nasrini against the government system of Bashar Assad
in Syria. Criticism is very visible in the texts of the novel that much raised
about the recording of the events of the Arab Spring conflict in March 2011.
There are so many events in the text that are almost identical to the factual
data that the historical truth can prove. Therefore this novel can be
categorized as a historical fiction.

This research is a library research which obtains data and information


about the object of research through books or other audiovisual tools. This
research employs two approaches. First, sociology of literature to explain
about Rene Wellek, literature as a reflection of reality. Second, Ralf
Dahrendorf to explain social conflicts of Syria which emphasizes the power
and authority in society.

The result of this study gives a clear picture that novel Amal fī Sūriā
depicts the horizontal conflict between Sunni and Shi'i Alawite in Syria.
The conflict between the two groups is rooted in ideology difference which
later led to civil war in Syria. Through this novel, the author has illustrated
that the Assad regime is one example of an authoritarian, tyrant and
dictatorial regime against his own people.
(Rene Wellek)

(Ralf Dahrendorf)
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik
dan hidayahnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini
yang berjudul “ sastra dan konflik sosial keagamaan pasca Arab Spring studi
sosiologi dalam novel Amal fi Suriah karya Dina Nasrini”. Shalawat dan
salam tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah penulis
telah bisa merampungkan tesis ini dengan baik, segala bentuk rintangan dan
cobaan yang merupakan suatu perjuangan bagi penulis sendiri, tentu semua
itu membutuhkan proses yang panjang, kesabaran dan keuletan sehingga
tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Di balik semua itu banyak
pihak-pihak yang ikut membantu serta mendoakan tesis ini dalam jangka
satu tahun. Tanpa doa dari mereka semua, tentu tesis ini belum bisa
terselesaikan hingga saat ini. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima
kasih ada semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini. Berbagai
pihak tersebut antara lain:

1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof


Dr. Dede Rosyada,M.A.
2. Dekan fakultas Adab dan Humaniora dan juga beliau sekaligus
pembimbing tesis, Prof Dr.Sukron Kamil,M.A. Terima kasih
banyak telah memberi banyak saran serta kritikan bahkan arahan
dan motivasi dalam proses penulisan tesis ini. Semoga Allah
SWT membalas semua kebaikannya.Amiin.
3. Ketua Program Magister fakultas Adab dan Humaniora, bapak
Dr. Adullah, M.Ag terima kasih atas semua bantuan dan
motivasinya agar semua mahasiswa secepatnya menyelesaikan
studinya.
4. Sekretaris Program Magister Fakultas Adab dan Humaniora,
bapak Dr. Adib Misbachul Islam, terima kasih atas semua
bantuannya terutama dalam hal administrasi serta pengaturan
jadwal ujian.
5. Ibu Dr. Siti Amsariah,M.Ag yang telah banyak memberikan saran
dan masukan. Semoga Allah SWT membalas kebaikan ibu
dengan pahala yang berlipat ganda. Amin.
6. Ibu Dr.Yeni Ratna Yuningsih, MA yang telah memberikan
masukan dan semangat kepada penulis semoga ibu selalu dalam
keadaan sehat wala’fiyat. Amin yaa robbal a’lamin.

Tidak akan pernah lupa ucapan terima kasih juga penulis haturkan
kepada orang tua yang sangat saya cintai, tentu sebagai seorang anak,
seorang putri satu-satunya dalam keluarga, penulis sangat banyak
mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada orang tua tercinta, Ayah
Rahali dan Ibu Nurhidayah serta saudara laki-laki satu-satunya Nasrullah
yang turut mendoakan, memberi motivasi, membantu baik itu moril maupun
materil kepada penulis agar segera menyelesaikan tesis ini. Mudah-mudahan
Allah SWT membalas kebaikan mereka dengan pahala yang terhingga.
Amiiin. Tak terlupakan juga ucapan terima kasihku untuk teman-teman
seperjuangan terutama sahabatku Isnawati Nurul Azizah, kak Mela yang
selalu menjadi tempat untuk berdiskusi mengenai berbagai hal dalam
penulisan tesis ini, semoga Allah membalas semua kebaikan kalian. Dan
untuk Isna tetap semangat agar secepatnya bisa menyusul wisuda berikutnya.
Terakhir penulis tidak pernah lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada
calon imamku Akbar Gafari Awinda, seseorang yang selalu memberikan
motivasi serta semangat ketika penulis bermalas-malasan dalam
mengerjakan tesis ini bahkan ketika penulis mengalami situasi terburuk
sekalipun, dia selalu ada dengan memberi dukungan kepada penulis agar
selalu siap untuk bangkit dalam keadaan apapun. Alhamdulillah dengan
bantuan doa darinya tesis ini rampung juga. Semoga secepatnya juga
menyelesaikan studi s2 nya dan meraih gelar Magister Hukum.

Penulis sangat menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kata
sempurna, akan tetapi penulis berharap dapat memberikan sumbangsih dan
kontribusi pada prodi Bahasa dan Sastra Arab Magister Fakultas. Atas kritik
dan saran dari semua pihak untuk kesempurnaan tesis ini penulis sekali lagi
mengucapkan beribu-ribu terima kasih. Penulis memohon maaf apabila
dalam penyelesaian tesis ini terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan,
selayaknya penulis masih dalam proses belajar.

Jakarta, 12 februari 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul...............................................................................................i
Pedoman Transliterasi..................................................................................ii
Kata Pengantar............................................................................................iii
Abstrak.........................................................................................................iv
Daftar Isi........................................................................................................v
BAB I – PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................................1
1.1.1 Arab Spring Suriah...........................................................................1
1.1.2. Konflik Sosial Suriah dalam Karya Dina Nasrini..........................10
B. Permasalahan.............................................................................................14
C. Tujuan Penelitian .....................................................................................15
D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian........................................................16
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan.........................................................16
F. Metodologi Penelitian .............................................................................17
G. Sistematika Penulisan ..............................................................................19

BAB II - SASTRA DAN KONFLIK SOSIAL


2.1 Fiksi dan Nonfiksi........................................................................21
2.1.1 Fiksi Sejarah ......................................................................26
2.1.2 Fiksi Sains...........................................................................27
2.1.3 Fiksi Biografi......................................................................28
2.2 Konsepsi Sastra dalam Telaah Sosiologi Sastra.........................28
2.3 Konflik Sosial dalam Perspektif Ralf Dahrendorf.....................33
2.4 Teori Hegemoni Antonio Gramsci Sebagai Pendukung Teori Konflik
Ralf Dahrendorf...............................................................................39

BAB III - SURIAH PADA MASA PEMERINTAHAN BASHAR


ASSAD (2000-SEKARANG).

3.1 Kondisi Sosial, Politik Suriah Pada Masa Pemerintahan Bashar


Assad…......................................................................................42
3.1.1 Suriah Pra - Arab Spring ( 2000-2011).................................42
3.1.2 Suriah Pasca Arab Spring.( 2011- Sekarang).......................49
3.2 Sejarah Sunni dan Syi’ah.................................................................54
3.3 Biografi Sastrawan Dina Nasrini.....................................................58
BAB IV – SASTRA DAN KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL AMAL
FĪ SŪRIĀ .

4.1.Sinopsis Novel Amal Amal fī Sūriā..................................................60


4.2 Analisis Intrinsik Novel Amal fī Sūriā .........................................62
4.2.1. Analisis Tokoh.....................................................................63
4.2.2. Alur atau Plot.......................................................................93
4.2.3 Tema Utama........................................................................98
4.2.4. Amanat.................................................................................99
4.2.5. Sudut Pandang....................................................................100
4.3 Novel Amal fī Sūriā Sebagai Gambaran Konflik Sosial Vertikal
dan Harizontal Suriah....................................................................101
4.3.1.Bashar Assad vs Rakyat Suriah..............................................101
4.3.2.Pertikaian Sunni dan Syi’ah (Alawite) Suriah........................126
4.3.3.Tentara Assad vs Tentara FSA ( Free Syrian Army) Sebagai
Konflik Internal Suriah...........................................................135
4.3.6. Novel Amal fī Sūriā Sebagai Kritik Terhadap Pemerintahan
Bashar Assad.........................................................................144
BAB V - PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................153
B. Saran..........................................................................................154

DAFTAR PUSTAKA
Glosarium
Indeks
Lampiran
Tentang Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.


1.1 Arab Spring Suriah.
Musim semi selalu diasosiasikan dengan pembaharuan. Dalam
beberapa tahun terakhir ini, dunia Arab tengah diguncang dengan problema
besar yaitu berupa aksi pergolakan secara global. Peristiwa itu dimulai pada
akhir tahun 2010 di negara Tunisia kemudian diikuti oleh negara-negara
Arab lainnya seperti aksi demontrasi di Mesir, perang saudara di Libya,
pemberontakan sipil di Bahrain dan Yaman, protes besar di Aljazair, Irak,
Yordania, Maroko, dan Oman, protes kecil di Kuwait, Lebanon, Mauritania,
Arab Saudi, Sudan, dan Sahara Barat dan pada akhirnya merembet juga ke
Suriah 1 Semua negara-negara Arab ini terkena imbas dari fenomena besar
yang sering disebut dengan Arab Spring.2 Dabashi dalam reviewnya
mengungkapkan bahwa istilah lain dari Arab Spring ialah revolusi Arab
atau kesadaran orang Arab. Tujuan mereka melakukan aksi revolusi tersebut
ialah agar dapat menciptakan suatu perubahan dan mengharapkan keadaan
semakin membaik dari sebelumnya. 3

1
Lihat. Adam Garfinkle, How to Think About The Middle East Before The “Arab
Spring” - And After, Foreign Policy Research Institute Footnotes, November 2013. Di
akses pada tanggal 11 November 2016. Pukul 19:20. WIB.
2
Ada beberapa istilah yang digunakan oleh berbagai media dalam menyoroti
fenomena besar yang terjadi di dunia Arab. Media Arab menyebut fenomena tersebut
dengan Arab Spring, sedangkan Al-Jazeera yang merupakan stasiun tv terbesar di Timur
Tengah menyebutnya dengan istilah ats-Tsaurah al-Arabiyyah atau dengan menyebut
nama tempat di mana revolusi itu terjadi dengan Jazmin revolution dan Tahrir Revolution.
Lihat : www.al.jazeera.net/portal.
3
“Arab Spring” over other terms like “Arab Awakening” or “Arab revolutions”
because of its metaphorical significance in creating a sense of hope. Lihat selengkapnya
Hamid Dabashi, Arab Studies Quarterly, The Arab Spring: The End of Postcolonialism,
(New York: Zed Books, 2012). Paperback. Vol. 34, No. 4 (Fall 2012). hlm. 287-289.

1
2

Arab Spring merupakan suatu bentuk protes yang dilakukan oleh


massa berupa aksi demonstrasi dengan turun ke jalan. Hal ini dilakukan
bertujuan untuk menggulingkan,menurunkan bahkan menjatuhkan pemimpin
negara yang telah bertindak diktator serta otoriter kepada rakyatnya. Mereka
hanya menginginkan suatu perubahan dalam negara mereka. Rentetan protes
yang bernama Arab Spring ini menggunakan beberapa teknik diantaranya
adalah pemberontakan sipil dengan turun ke jalanan, demonstrasi dan juga
memanfaatkan media sosial seperti facebook, twitter, youTube, skype dan
media lainnya sebagai sarana komunikasi utama.4 Pada dasarnya fenomena
Arab Spring merupakan suatu perubahan yang terjadi pada beberapa negara
Timur Tengah dan Afrika Utara. Negara-negara tersebut bertransformasi dari
sistem kekuasaan diktator yang menganut sistem monarki absolut menjadi
sistem kekuasaan rakyat (demokrasi). Pada tahun 2011 Arab Spring
melanda Suriah yaitu sebuah negara yang relatif lebih stabil dibandingkan
dengan negara-negara Arab lainnya. Peristiwa ini terjadi sejak 6 Maret 2011
gelombang demonstrasi pro-demokrasi telah menyebar ke seluruh penjuru
Suriah terutama di kota Deraa, Suriah.5
Awal mula revolusi Suriah di awali dengan sebuah insiden kecil yang
dilakukan oleh anak-anak sekolah di sebuah kota kecil di perbatasan
Yordania bernama Deraa. Mereka mencoret dinding sekolah dengan
bertuliskan kalimat As-Shaab Yoreed Eskaat el-Nizam (rakyat ingin
menumbangkan rezim). Melihat aksi yang dilakukan oleh 15 pelajar tersebut,
polisi Suriah yang dipimpin oleh Jendral Atef Najib, sepupu Presiden Bashar
al Assad menangkap dan memenjarakan mereka. 15 orang anak itu terdiri
dari anak laki-laki berusia sekitar 10-15 tahun. Mereka disiksa dengan

4
Lihat Lembaga Kajian Syamina Bekerja Mencegah Kezaliman, Yaman Konflik
Yang Tak Kunjung Usai, XVII/Januari-Februari 2015.hlm. 9-11.
5
Trias Kuncahyono, Musim Semi di Suriah: Anak-anak Penyulut Revolusi.
(Jakarta: Kompas, 2012), hlm. 114.
3

dipukuli, tubuh mereka dibanting ke tembok bahkan mereka dipaksa untuk


memasukkan kepala, leher dan kaki mereka ke sebuah ban.6 Melihat
kekejaman yang telah melewati batas itu, massapun turut turun tangan.
Pada akhirnya lahirlah gelombang protes massa berupa aksi demonstasi
dengan turun ke jalan untuk menuntut pembebasan terhadap anak-anak
Deraa.7 Hal tak terduga yang terjadi adalah reaksi dari tentara-tentara Suriah
terhadap para demonstran itu sangat berlebihan. Mereka ditembaki oleh
aparat keamanan sehingga mengakibatkan 4 orang meninggal dunia.
Semenjak peristiwa itu, bentrokan antara para demonstran dan tentara
Suriah semakin sering terjadi. Melihat tragedi tersebut, pemerintah Suriah
tidak tinggal diam malah membalas dengan melakukan tindakan kejam.
Mereka tidak segan-segan untuk menggunakan senjata api bahkan tank untuk
merepresif rakyat Suriah agar mereka membungkam dari gerakan protes
itu. Aksi represif seperti ini telah pernah terjadi dan dilakukan pada masa
pemerintahan Hafedz Assad. Aksi seperti ini merupakan cara yang sangat
efektif untuk membungkam rakyat Suriah, namun siapa sangka di masa
sekarang hal seperti itu tidak berlaku lagi. Sikap demikian semakin
memperkeruh keadaan bahkan memicu terjadinya aksi demonstrasi yang
berujung dengan peperangan antara rakyat sipil dan pemerintah Suriah
hingga saat ini. 8

6
Denny Armandhanu, 6 Februari 2014, Jadi Tawanan, Anak-anak Suriah Disiksa
dan Diperkosa (Mereka dipukuli kabel besi, disundut rokok dan dicabuti kukunya) (Online) ,
lihat juga pada. http://dunia.news.viva.co.id/news/read/479120- jadi-tawanan--anak-anak-
suriah-disiksa-dan-diperkosa/(1 Maret 2014). Di akses pada tanggal 20 Agustus 2016.
7
Lihat Erzsébet N. Rózsa, dkk The Arab Spring, Its Impact on the Region and on
the Middle East Conference, Academic Peace Orchestra Middle East, NOS. 9/10 • August
2012 hlm. 11.Lihat juga Siti Muti’ah Setiawati, Pergolakan Panjang Suriah: Masih
Adakah Pan-Arabisme dan Pan-Islamisme, Jurnal CMES Volume V Nomor 1, Edisi Juli -
Desember 2012, (Pusat Studi Timur Tengah FSSR UNS).hlm.4.
8
Merdeka.com, Mereka Mau Hancurkan Suriah, Bukan Sekadar Tumbangkan
Assad, 24 September 2013. Di akses pada tanggal 12 September 2017. Pukul 14:40.WIB.
4

Gelombang revolusi Suriah ini sangat unik dan berbeda sekali dengan
revolusi yang terjadi di berbagai negara Arab lainnya seperti Mesir dan
Tunisia. Kedua negara ini tidak membutuhkan waktu lama untuk
melengserkan rezim mereka yaitu rezim Zein El-Abidin Ben Ali Tunisia
dan presiden Gamal Abdul Nasir di Mesir. Revolusi Suriah sudah memasuki
tahun ke-6 namun hingga saat ini belum tampak tanda-tanda konflik akan
segera berakhir. Dalam hal ini penulis akan mengklasifikasikan beberapa
perbedaan antara revolusi Suriah dan negara-negara Arab lainnya. Pertama,
dari segi waktu. Revolusi Suriah memakan waktu lebih lama dibandingkan
dengan negara Arab lainnya seperti Tunisia dan Mesir yang hanya
membutuhkan waktu penyelesaian hanya satu tahun saja. Sedangkan Suriah
telah memasuki tahun ke-6 namun belum menemukan titik terang bahkan
masih berlangsung hingga saat ini. Kedua, revolusi Suriah jauh lebih banyak
memakan korban jiwa dibandingkan dengan negara Arab lainnya. Konflik
Suriah telah memakan ratusan ribu korban yang tewas setiap harinya. Dan
hal ini merupakan angka yang sangat besar dibandingkan dengan negara
Mesir dan Tunisia. Ketiga, perlawanan dimulai dari kota kecil seperti
Deera dan Homs lalu menyebar ke kota besar seperti Damaskus dan Aleppo.
Sedangkan Tunisia dan Mesir dimulai dari ibukota yaitu Tunis dan Kairo.
Keempat, Suriah adalah negara yang kuat secara militer dan inteljen
sehingga sangat sulit sekali untuk menumbangkan rezim Assad yang
berkuasa. Dan negara ini sangat banyak diminati oleh negara-negara oposisi
Barat maupun Timur yang ingin mengambil keuntungan dari konflik Suriah
tersebut.

Konflik Suriah ini telah banyak mendapat perhatian di dunia lokal


maupun Internasional. Hal itu dikarenakan pemberontakan selalu terjadi
hampir setiap hari di seluruh penjuru kota di Suriah. Banyak warga sipil
yang menjadi korban kebrutalan yang dilakukan oleh aparat keamanan
5

Suriah, tidak jarang aksi tersebut menyebabkan luka-luka bahkan telah


banyak menelan korban jiwa.Sebagaimana telah diungkapkan oleh Sekretaris
Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Lynn Pascoe ia mengatakan
bahwa jumlah korban meninggal dari konflik Suriah mencapai 7.500 orang.
Terdapat laporan lain yang menyatakan bahwa jumlah korban meninggal
melebihi 100 warga sipil setiap harinya dan sebagian besar korbannya
adalah wanita dan anak-anak. Pemerintah Suriah menyatakan kehilangan
1.345 pasukan keamanan dan sebanyak 2.493 warga sipil yang tewas. 9 Hal
yang tidak kalah memilukannya lagi adalah dampak dari konflik Suriah
menyebabkan banyaknya pengungsi (Refugee). Mayoritas rakyat Suriah
memilih untuk mengungsi bahkan keluar dari negaranya menuju ke negara-
negara tetangga bahkan sampai ke benua Eropa.10 Dalam Journal on
Migration (2015) menyebutkan bahwa sebanyak 7,6 juta orang mengungsi
ke negara-negara tetangga seperti Lebanon, Yordania, Iraq, Mesir dan
paling banyak mengungsi ke Turki sebanyak 3,7 juta orang melarikan diri
dari negaranya.11 Sedangkan data lain menyatakan bahwa sebanyak 150.000
pengungsi Suriah yang keluar dari negaranya.12
Melihat konflik yang terjadi di Suriah saat ini, situasinya semakin
hari semakin memprihatinkan. Kekejaman dan intensitas kebrutalan selalu
terjadi. Revolusi Suriah menimbulkan pertanyaan besar bagi masyarakat
lokal maupun internasional. Berbagai asumsi maupun spekulasi yang tiada
mendasar dari berbagai media mengenai konflik Suriah ini. Apa sebenarnya

9
Apriadi Tamburuka, Revolusi Timur Tengah, Kejatuhan Para penguasa Otoriter
di Negara-negara Timur Tengah, (Jakarta: PT. Buku Seru, 2011), hlm. 9
10
Pinar Yazqan, Migration Letters, vol 12 N0 3 PP.181-192.ISSN: 1741-8984 dan
e-ISSN: 1741-8992, (Article History: 16 August, 2015) hlm. 181.
11
Nicole Ostrand, Journal on Migration and Human Security ( JMHS), The Syria
Refugee Crisis: A Comparison of Responses by Germany, Sweden, The United Kingdom,
and The United States, Vol 3 No 3 ( 2015) : hlm. 255.
12
Hussein Ibish, Was The Arab Spring Worth It?, Foreign Policy, No. 194 (July /
August 2012), pp. 92-93
6

yang terjadi di Suriah? sehinggga sejumlah tokoh maupun ulama besar


turut berkomentar dan menyampaikan pernyataan sikapnya mengenai
revolusi Suriah diantaranya adalah Syeikh Dr.Yusuf al-Qardhawi, ketua
IUMS (Persatuan Ulama Muslim Sedunia) mengungkapkan bahwa
sesungguhnya ia sangat mendukung perjuangan rakyat Suriah untuk meraih
hak kebebasan sipil mereka dan membantah rumor sebagai pendukung
Assad. Ia juga menyeru kepada seluruh tentara Suriah untuk menghentikan
dukungannya terhadap presiden Assad dan bersatu memperjuangkan hak-
hak mereka kembali. Lebih lanjut ia meminta kepada rakyat Suriah agar
tidak membiarkan konflik ini sampai berlarut-larut sampai saat ini. Karena
pada hakikatnya peperangan Suriah ini merupakan perang terhadap umat
Islam secara keseluruhan, bukan saja terbatas pada rakyat Suriah. 13
Sementara itu, Syeikh al-Amin el-Hajj sebagai ketua ikatan ulama muslimin
juga mengungkapkan rasa keprihatinannya terhadap Suriah. Menurutnya
konflik Suriah ini merupakan persoalan yang harus dihadapi oleh setiap
kaum muslimin karena mujahid yang berperang melawan rezim Bashar al-
Assad di Suriah pada hakikatnya demi kepentingan Islam. Berjihad di Suriah
hukumnya adalah wajib bagi seluruh umat. Ia juga menyeru kepada seluruh
umat muslimin di dunia agar berjihad di bumi Syam tersebut.14

Revolusi Suriah diibaratkan air yang sudah keruh, banyak tangan


yang dicelupkan ke dalamnya demi mencari keuntungan dari revolusi
tersebut. Banyak dalang atau pun aktor ternama di dunia yang ikut berperan
di dalamnya. Mereka semua mempunyai niat serta kepentingan yang sama
yaitu untuk mendapatkan keuntungan dari konflik Suriah. Dari keuntungan
tersebut mereka akan menjatuhkan pihak lawan di mana kedua kelompok
13
Lihat dalam M.Agastya ABM, Arab Spring Badai Revolusi Timur Tengah
Yang Penuh Darah, (Jogjakarta: IRCiSoD, 2013). hlm.178.
14
M.Agastya ABM, hlm.180-181.
7

terus bersikeras terhadap kepentingan masing-masing tidak ada yang mau


mengalah demi tercapainya kemaslahatan bersama. Begitulah kejamnya
dunia politik tidak ada teman yang sejati yang ada hanyalah kepentingan
yang abadi. Fred Lawson dalam reviewnya mengungkapkan bahwa ada
beberapa alasan mengapa konflik Suriah selalu berujung dengan peperangan.
Pada awalnya sumber terjadinya konflik Suriah dilatarbelakangi oleh
beberapa faktor. Pertama, faktor ekonomi yaitu krisis dalam negeri. Kedua,
rezim yang terlalu berlebihan menanggapi perlawanan massa seringkali
berakhir dengan peperangan. Ketiga, oknum-oknum dari rezim yang terlalu
agresif untuk mengambil keuntungan dari Suriah namun terlebih dahulu
mereka menghancurkan pertahanan dalam Suriah kemudian mereka
mendapatkan dukungan dari masyarakat secara umum. Keempat, jika rezim
bersatu kekuatan dalam menghadapi krisis kemungkinan kecil sekali akan
terjadinya krisis dan akan mengurangi keterlibatan pihak-pihak asing yang
ada di Suriah, ketika ekonomi semakin membaik maka, kecil kemungkinan
terjadinya peperangan.15

Republik of Syria atau lebih dikenal dengan Suriah merupakan


sebuah negara majemuk dan multikultural. Di dalamnya terdapat berbagai
macam agama, ras, suku baik itu Islam bersekte Sunni maupun Syi’ah,
Kristen, Druze, Yahudi dan masih banyak lagi agama lainnya. Mayoritas
penduduk Suriah beragama Islam Sunni. Sementara tombak kekuasaan
dipegang oleh kelompok minoritas Syi’ah Alawite kedua sehingga tidak
menutup kemungkinan perbedaan ideologi merupakan salah satu faktor
pemicu lahirnya konflik di Suriah.

15
Fred Lawson. Why Syria Goes to War,( Shofar, Ithaca and London: Cornell
University Press, 1998) Vol. 16, No. 3, hlm. 172.
8

Sementara itu Michel Meyer, seorang pengamat politik dari


Universitas Muchen, Jerman membantah hal tersebut. Menurutnya konflik
Suriah lebih disebabkan oleh persaingan ekonomi daripada perbedaan
mazhab keagamaan. 16 Sebuah konflik terjadi tidak disebabkan oleh satu
sebab tunggal saja. Konflik selalu lahir oleh sebab yang kompleks dan
diliputi oleh banyak faktor dan kepentingan di dalamnya. Terlalu sederhana
untuk menyatakan bahwa konflik tersebut merupakan konflik teologis,
meskipun asumsi tersebut juga tidak bisa diabaikan sama sekali. Isu agama
biasanya merupakan salah satu faktor pemicu diantara faktor-faktor yang
lahir sebagai penyebab konflik. Selain faktor ideologis, ekonomi juga sangat
berperan lahirnya gelombang revolusi Suriah itu.

Suriah dikenal sebagai negara yang sangat kaya akan hasil minyak
bumi. Selain itu rakyat Suriah juga bergantung hidup pada sektor tradisional
yakni pertanian. Dalam beberapa tahun terakhir pendapatan negara baik itu
minyak bumi maupun hasil pertanian lainnya semakin menurun.17 Akibat dari
berbagai persoalan yang membelit itu berdampak pada rakyat. Mayoritas
rakyat Suriah harus hidup di bawah garis kemiskinan, pengangguran terjadi
di mana-mana, hutang negara terhadap luar negeri semakin meningkat
bahkan mencapai 12,5 persen dari GDP terutama hutang pada Russia,
18
tingkat inflasi semakin tinggi. Sementara pemerintah cenderung korupsi,
represif serta tidak memperhatikan kepentingan dan apresiasi rakyatnya.
Hal yang paling krusialnya lagi yang membuat rakyat semakin frustasi,
putus asa bahkan murka adalah tidak imbangnya pemerataan hasil kekayaan

16
Lihat www.dw.de, Kepentingan Arab Saudi dalam Perang Suriah, 24 Januari
2014.
17
Lihat selengkapnya Nimrod Raphaeli, Syria’s Fragile Economy, Middle East
Review of International Affairs ( MERIA), Vol. 11, No. 2 (June 2007).hlm. 34-35.
18
VP Haran, Roots of the Syrian Crisis (Institute of Peace and Conflict Studies,
March 2016). hlm. 2
9

negara. Kekayaan negara hanya mengalir di antara rezim yang berkuasa. 19


Sedangkan rakyat miskin hanya bertugas sebagai penonton saja. Situasi
seperti inilah yang menjadi pemicu paling mudah dalam mengobarkan
api revolusi hingga berlarut-larut sampai pada saat ini.

Suriah juga beraliansi dengan negara-negara Barat lainnya seperti


Rusia dan China. Persahabatan diantara ketiga negara tersebut telah terjalin
sekian lama mengingat diantara mereka mempunyai kepentingan satu sama
lainnya baik dalam bidang ekonomi maupun militer. Suriah membutuhkan
pasokan persenjataan dari Rusia. Sedangkan Suriah merupakan pasar
terbesar bagi Rusia dan China dalam hal transaksi penjualan persenjataan
yang selalu dikirim secara rutin ke Suriah. Mereka tidak akan memutuskan
begitu saja relasi politik yang telah lama terjalin diantara mereka mengingat
mereka mempunyai kepentingan satu sama lainnya. Di lain pihak, Suriah
sangat anti dengan negara oposisi seperti Israel dan negara adikuasa
Amerika Serikat. Karena Israel pernah merebut Dataran Tinggi Golan dari
Suriah pada tahun 1967 dalam Perang Enam Hari lalu Israel mengusir orang
Suriah yang ada di wilayah tersebut.20 Sementara AS ikut terlibat membantu
Israel dalam perang tersebut. Peristiwa itulah yang membuat Suriah sangat
anti terhadap kedua negara oposisi tersebut.

Mengacu pada penjelasan di atas hemat penulis, sumber masalah


konflik Suriah itu sangatlah kompleks baik itu ekonomi, sosial dan politik.
Terdapat juga kepentingan bisnis negara-negara lain terhadap Suriah. Semua
masalah itu berjalin-kelindan dan rumit untuk diuraikan. Masih menjadi

19
Lihat selengkapnya M.Agastya ABM, Arab Spring Badai Revolusi Timur Tengah
Yang Penuh Darah, Jogjakarta: IRCiSoD, 2013.hlm.175.
20
Robert Burrowes and Douglas Muzzio', The road to the Six Day War: aspects of
an enumerative history of four Arab states and Israel, 1965-196, The Journal of Conflict
Resolution, Vol. 16, No. 2, Research Perspectives on theArab-Israeli Conflict: A
Symposium (Jun., 1972), pp. 211-226 7 hlm.211.
10

renungan bersama apa sebenarnya faktor yang dominan menjadi penyebab


utama konflik yang berkepanjangan itu. Jika disederhanakan sumber konflik
Suriah dapat dipilah menjadi dua. Pertama, berasal dari dalam negeri yaitu
permasalahan sosial, ekonomi dan politik dalam negeri berupa tingginya
pengangguran, tingginya inflasi, terbatasnya mobilitas sosial, merajalelanya
korupsi, tidak adanya kebebasan politik dan represifnya aparat keamanan.
Kedua, konflik yang berasal dari luar negeri. 21
1.2. Konflik Sosial Suriah dalam Karya Dina Nasrini.
Konflik telah mengelilingi seluruh perputaran kehidupan manusia
baik itu antarindividu, kelompok, bermasyarakat maupun bernegara. Sebagai
manusia tentu tidak pernah bisa lepas dari cengkraman konflik dan konsesus.
Karena konflik selalu ada tak mengenal batas ruang dan waktu. Telah
menjadi fitrahnya manusia untuk tidak bisa lepas dari kedua hal tersebut.
Konflik bisa terlihat di mana dan kapan saja secara langsung maupun
tidak langsung melalui sarana media baik itu elektronik, massa maupun
cetak. Semua itu sangat mudah untuk di akses dan disaksikan secara
langsung dari media elektonik seperti televisi, di baca melalui artikel dan
koran bahkan juga bisa terlihat dalam sebuah karya sastra. Konflik bisa
terlihat jelas secara kasat mata dan disaksikan melalui televisi dan audio
visual lainnya. Ada perbedaan dengan konflik yang digambarkan dalam
sebuah karya sastra. Sastra menampilkan sebuah fenomena sosial yang
terjadi dalam masyarakat dengan cara yang berbeda, tentunya semua itu
harus melalui tangan seorang pengarang terlebih dahulu. Kemudian seorang
sastrawan menuangkannya ke dalam sebuah karya sastra. Di dalamnya
pengarang dapat mencurahkan semua isi hati baik itu rasa penderitaan,

21
Jeremy M. Sharp and Christopher M. Blanchard, “Armed Conflict in Syria:
Background and U.S. Response,” Congressional Research and Servise, 6 September, 2013,
hlm.6
11

kepiluan, kepedihan yang dialami langsung oleh sastrawan maupun


masyarakatnya.
Novel Amal fī Sūriā merupakan karya perdana seorang Dina Nasrini
diterbitkan di Mesir pada tahun 2014. Ada dua karya lagi setelah novel ini
yaitu Saya’tii (2014), Zaakiratul Wurud (2016). Dari ketiga karya ini hanya
Amal fī Sūriā yang menggambarkan mengenai konflik sosial Suriah. Di
dalamnya banyak mengisahkan mengenai tragedi kemanusiaan dan
peperangan yang terjadi di Suriah. Dan novel ini telah berhasil tersebar di
seluruh percetakan maupun koran yang ada di Suriah secara tidak langsung
membuktikan bahwa novel ini telah banyak diketahui dan digemari oleh para
peminat karya sastra. Dalam novel Amal fī Sūriā ini menggambarkan
revolusi Suriah dalam skala besar. Karena di dalamnya tidak hanya
menyinggung mengenai tragedi kemanusiaan sekaligus juga menyinggung
mengenai politik dan sumber hukum yang ada di Suriah. Konflik dalam
novel ini sangat luas sehingga sangat sulit untuk membedakan apa faktor
pemicu yang menyebabkan revolusi Suriah terus berlanjut hingga saat ini.
Dina Nasrini merupakan penduduk asli Aleppo, Suriah. Sebagai
bagian dari masyarakat Suriah tentu ia turut merasakan dampak dari konflik
ini baik itu berupa ledakan, penyiksaan yang terjadi dalam negara mereka .
Mereka terpaksa harus hidup di bawah tekanan rezim tiran yang sewenang-
wenang terhadap rakyatnya. Suriah merupakan salah satu contoh negara
yang tidak pernah memberi ruang hak dan kebebasan terhadap rakyatnya
untuk berbuat ataupun berpendapat. Mereka harus patuh dan tunduk
terhadap setiap otoritas rezim mereka. Melalui karya ini, pengarang ingin
menyampaikan tentang sebuah harapan yang ada dalam diri anak-anak
Suriah. Mereka yakin dan percaya bahwa suatu hari situasi Suriah akan bisa
semakin membaik dari keadaan semula. Mereka memimpikan hidup dalam
keadaan damai dan tentram meski banyak memiliki perbedaan antara satu
12

dan lainnya.22 Novel ini menggugat penguasa Assad yang tengah dimabuk
kekuasaan sehingga ia lupa bahwa banyak sekali rakyat yang hidup
menderita karena keserakahannya. Kekuasaan berada di atas segalanya.
Demi mempertahankan sebuah kekuasaan mereka rela melakukan apapun
bahkan tega membunuh rakyatnya tidak berdosa sekalipun. Secara tidak
langsung novel ini menggambarkan bagaimana mengerikannya sebuah
kekuasaan. Pihak penguasa tentunya mereka ingin mempertahankan
kekuasaannya dengan cara apapun agar tetap bertahan di kursi kekuasaan
tersebut. Sedangkan sebagai pihak yang dikuasai dalam hal ini adalah rakyat,
mereka juga menginginkan perubahan-perubahan dalam negara mereka.
Mereka tidak sanggup jika terus menerus hidup di bawah penindasan rezim
Assad selama puluhan tahun lamanya.
Ada beberapa alasan penulis memilih novel ini menjadi korpus
utama. Pertama, novel ini ditulis oleh seorang perempuan asli Suriah yang
bisa dikatakan sangat berani untuk mengungkapkan realitas di Suriah.
Kedua, isu mengenai konflik Suriah hingga saat ini masih terbilang hangat
dan up to date. Peristiwa besar ini masih berlangsung hingga saat ini. Ketiga,
novel Amal fī Sūriā ini tidak hanya menyinggung mengenai tragedi
kemanusiaan melainkan juga menyinggung mengenai politik, sosial serta
hukum di Suriah. Alasan keempat adalah Novel Amal fī Sūriā dianggap
sebagai cerminan dari kondisi sosial masyarakat Suriah tahun 2011 pada
masa kepemimpinan Bashar Assad. Beberapa faktor di atas menjadi alasan

22
Hannan A’qil, ar-Ruwāiyah as-Sūriā Dina Nasrini ,( al-Manzūmah al-Fikriyah
as- Sūriā Tudāru tahta Watatu Raqābah as-Siyāsiyah al-Musyaddadah ), Kairo, Majalah
Suriah Syahriyah: No.10 Juli 2014. hlm.130.
13

penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam novel Amal fī Sūriā ini lebih
lanjut.
Novel sebagai salah satu karya sastra yang diciptakan oleh sastrawan
untuk mengkomunikasikan baik itu masalah sosial maupun individual yang
tengah dialami oleh sastrawan maupun masyarakatnya. Seringkali terjadi
kesamaan antara realita dengan dunia fiksi. Sebuah karya tidak akan lahir
hanya karena faktor khayalan atau imajinasi semata. Melainkan sebuah
karya lahir sedikit banyaknya terinspirasi dari fenomena-fenomena yang
telah terjadi kemudian seorang sastrawan memasukkan unsur fakta di
dalamnya baik itu dirasakan langsung oleh pengarang sendiri ataupun
masyarakatnya. Meskipun sebuah karya sastra itu bersifat imajinatif namun,
fakta sosial merupakan objek dominan dari penciptaan sebuah karya sastra.
Novel juga dianggap sebagai upaya untuk menciptakan kembali dunia sosial
baik itu relasi sosial dengan keluarga, lingkungan, ekonomi, budaya bahkan
politik dalam suatu negara. Melalui novel ini, seorang pengarang ingin
menceritakan kembali serta memberitahu kepada pembaca mengenai
peristiwa besar yang telah terjadi tahun 2011 lalu. Banyaknya peristiwa
dalam novel ini hampir mirip dengan data-data faktual yang dapat dibuktikan
kebenarannya. Sebagai sebuah karya sastra tentu tidak dapat menghilangkan
unsur imajinasi di dalamnya.
Berdasarkan pada alasan-alasan di atas, maka novel Dina Nasrini
dipilih menjadi korpus utama dalam penelitian ini untuk memperlihatkan
konflik sosial di Suriah sejak kurun 2011 tepatnya semenjak pecahnya Arab
Spring Suriah hingga saat ini. Dari beberapa argumen-argumen yang telah
dikemukakan tersebut menjadi landasan bagi penulis untuk mengkaji lebih
dalam mengenai konflik sosial Suriah yang terdapat dalam teks novel
Amal fī Sūriā kemudian dikorelasikan dengan fakta-fakta yang terjadi. Dan
sejauh mana novel Amal fī Sūriā ini merepresantasikan realita yang terjadi di
14

Suriah. Dengan demikian, sekiranya karya ini sangat layak untuk diteliti
dan oleh penulis dirangkum dalam judul besar: Sastra Dan Konflik
Sosial Keagamaan Pasca Arab Spring (Studi Sosiologi Sastra Terhadap
Novel Amal fī Sūriā Karya Dina Nasrini).

B. Permasalahan.

1.1 Identifikasi Masalah

Untuk menghindari pemahaman yang tidak terarah, maka penulis


perlu melakukan identifikasi-identifikasi masalah yang berkaitan dengan
judul tesis ini. Sehubungan dengan uraian terdahulu, pembahasan akan
difokuskan pada penelitian seperti berikut ini:

a. Dalam penelitian ini memfokuskan pada konflik sosial Suriah


yang terdapat dalam teks novel Amal fī Sūriā tersebut.
b. Konflik Suriah pada saat Arab Spring tahun 2011.
c. Konflik yang bertipe vertikal maupun harizontal Suriah.
d. Penelitian sastra dengan unsur intrinsik dan ekstrinsik.
e. Relevansi kisah dalam teks novel tersebut dengan realita terjadi.
f. Kritikan Dina Nasrini terhadap pemerintahan Bashar Assad dalam
novel Amal fī Sūriā.

1.2 Pembatasan Masalah.

Fokus penelitian ini adalah konflik-konflik yang tergambar dalam


teks-teks dalam novel ini. Muatan yang terkandung dalam novel tersebut
dipahami dengan mengaitkan konteks sosialnya. Dalam istilah Rene Wellek
dan Austin Warren disebut sisi ekstrinsik, sebagaimana yang menjadi objek
kajian sosiologi sastra.23 Kajian mengenai konflik sangat luas sekali, terkait

23
Rene Wellek dan Austin Warren, Teori Kesusasteraan, 79.
15

beberapa aspek bisa konflik bathin, ideologi dan sistem didalamnya. Agar
penelitian ini tidak meluas, sehingga menjadi jelas dan fokus, maka dalam
penelitian ini diberikan batasan-batasan sebagai berikut:

a. Konflik Suriah pada peristiwa Arab Spring Suriah tahun 2011 .


b. Konflik bertipe harizontal yaitu antar kelompok Sunni dan Syi’ah.
c. Konflik vertikal yaitu rezim Assad versus rakyat Suriah.
d. Relevansi teks tersebut dengan realita yang terjadi di Suriah.

1.3. Perumusan Masalah.

Berdasarkan pernyataan masalah diatas, dapat dikemukakan perumusan


masalah sebagai berikut:

a. Mengapa Arab Spring Suriah berakibat pada maraknya konflik


sosial baik itu vertikal maupun harizontal dan bagaimana novel
Amal fī Sūriā menjelaskan hal itu?
b. Apakah konflik sosial di Suriah itu murni konflik internal atau
eksternal, bagaimana novel Amal fī Sūriā menggambarkan hal
tersebut ?

C. Tujuan Penelitian.

Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk


membuktikan beberapa hal penting dibawah ini:

a. Untuk mengetahui mengapa Arab Spring di Suriah berakibat pada


maraknya konflik sosial baik itu vertikal maupun harizontal, dan
bagaimana novel Amal fī Sūriā menjelaskan hal itu
b. Untuk mengetahui apakah konflik sosial di Suriah itu murni konflik
internal atau eksternal, dan bagaimana novel Amal fī Sūriā
menggambarkan hal tersebut.
16

D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian.

Penelitian ini memiliki signifikansi sebagai berikut :

1. Secara teoritis, penelitian ini berkontribusi untuk memberikan


pengetahuan kepada pembaca tentang konflik sosial yang terjadi di
Suriah sebagaimana yang tergambar dalam novel Amal fī Sūriā
tersebut. Dan dapat dijadikan sebagai sarana motivasi terhadap
peneliti untuk menggunakan media karya sastra dalam penelitiannya.
2. Secara Praktis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan
akademik dalam bidang kesusasteraan Arab, mengingat khazanah
kepustakaan sastra Arab yang ditulis dalam bahasa Indonesia masih
sangat sedikit dilakukan. Selain itu juga dapat dijadikan sumber
inspirasi bagi pengembangan-pengembangan penelitian lebih lanjut
dalam perspektif yang berbeda.
3. Disamping itu hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah
satu sumber imformasi bagi peneliti sastra selanjutnya serta dapat
menambah khazanah bagi kajian dan pengembangan pemahaman
mengenai konflik-konflik yang pernah terjadi pada negara-negara
manapun terlebih dalam negara mayoritas muslim di Timur Tengah
yaitu Suriah.

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan.

Penelitian mengenai novel Amal fī Sūriā karya Dina Nasrini masih


terbilang langka untuk ditemukan, mengingat novel ini merupakan karya
perdana dan diterbitkan pada tahun 2014, seorang pengarangnya pun masih
terbilang muda dan belum terlalu dikenal oleh masyarakat karena baru
beberapa tahun terakhir menjajaki diri di dunia sastra. Ada beberapa review
yang berhasil ditemukan oleh penulis baik itu di koran dan majalah
17

mengenai korpus utama ini. Diantaranya, Sami Daud dalam koran Tsaqafah
al-Arabiyyah (Kairo, Jumat, 13 Juni, 2014), ia menyatakan bahwa novel
Amal fī Sūriā mengisahkan mengenai revolusi dan peperangan di Suriah Dan
novel ini sarat sekali menceritakan mengenai tragedi kemanusiaan di Aleppo,
Suriah. Hal yang sama juga telah dilakukan oleh Sulaiman dalam surat
kabar harian alarab.co.uk, London,1977 (terbitan 12-September, 2014) ia
menyatakan bahwa novel Amal fī Sūriā karya Dina Nasrini ini benar-benar
mengungkapkan tentang revolusi Suriah dalam skala besar di dalamnya
tidak hanya menyinggung mengenai tragedi kemanusiaan, tetapi juga
menyinggung mengenai politik dan sumber hukum di Suriah secara langsung
itulah yang membuat novel ini sangat berpotensial untuk diteliti lebih lanjut.
Hannan A’qil, ar-Ruwāiyah as-Sūriā Dina Nasrini, (al-Manzūmah al-
Fikriyah as-Sūriā Tudāru tahta Watatu Raqābah as-Siyāsiyah al-
Musyaddadah), Kairo, Majalah Suriah Syahriyah: No. 10 Juli 2014.
Sedangkan penelitian terdahulu dari sebuah penelitian secara ilmiah seperti
skripsi,tesis maupun disertasi sejauh ini penulis belum menemukannya.

F. Metodologi Penelitian.

Penelitian ini menggunakan teori Rene Wellek dan Austin Warren,


menurutnya ada tiga klasifikasi dalam sosiologi sastra. Pertama, sosiologi
pengarang: yakni yang mempermasalahkan tentang status sosial, ideologi
politik, dan lain-lain yang menyangkut status pengarang. Kedua, sosiologi
karya sastra yakni mempermasalahkan tentang sebuah karya sastra tersebut
dan apa tujuan atau amanat yang hendak disampaikan oleh pengarang.
Ketiga, sosiologi sastra yakni mempermasalahkan tentang pembaca dan
pengaruh sosialnya terhadap masyarakat.24 Sejalan dengan Rene Wellek dan
Austin Warren, telaah sosiologi sastra menurut Ian Watt mencakup tiga

24
M. Atar Semi, Metode Penelitian Sastra , (Bandung : Angkasa, 2012). hlm. 53
18

hal.Pertama, konteks sosial pengarang. Hal ini berkaitan dengan masyarakat


pembaca yang berhubungan dengan posisi sosial pengarang. Faktor-faktor
sosial yang ditemukan dalam konteks ini adalah pengarang sebagai
pribadi yang berpengaruh besar bagi isi karya sastranya. Kedua, sastra
sebagai cerminan masyarakat. Pada aspek kedua ini sejauh mana sastra
dapat dianggap mencerminkan keadaan masyarakat. Ketiga, fungsi sosial
sastra, yang mengaitkan sastra dengan nilai sosial.25 Dalam penelitian ini
menggunakan perspektif yang kedua yaitu sastra sebagai cerminan dari
masyarakat. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
Sosiologi sastra. Dikarenakan membedah sebuah karya tidak bisa lepas dari
sejarah, maka pendekatan sejarah juga digunakan dalam penelitian ini.
Kemudian untuk melihat konflik sosial Suriah, penulis menggunakan teori
konflik Ralf Dahrendorf yang lebih memusatkan pada kekuasaan dan
wewenang dalam suatu negara kemudian didukung oleh teori konflik
Antonio Gramsci.

Penelitian ini termasuk penelitian perpustakaan (Library research),


yaitu penelitian yang memperoleh data dan imformasi tentang objek
penelitiannya lewat buku-buku atau alat audiovisual lainnya.26 Data-data
yang berasal dari sumber kepustakaan tersebut kemudian dipilah dalam
klaster-klaster sesuai dengan tujuan kajian. Data-data tersebut kemudian
dianalisis dengan cara reduksi, dispaly data, dan penarikan kesimpulan.
Kemudian metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
Dalam kritik sastra metode ini relevan sekali untuk meneliti novel Amal
fī Sūriā, jika melihat dari aspek teks tersebut kemudian dihubungkan
dengan konteks keberadaannya.

25
Hasanatul Jannah Okara Jurnal Bahasa dan Sastra, (Yogyakarta, Unit Bahasa
STAIN pemekasan), vol, III, tahun 2 Mei 2007. hlm. 246.
26
M. Atar Semi, Metode penelitian Sastra ( Bandung : Angkasa, 2012). hlm. 10.
19

Sementara itu kerangka kerja analisis dalam penelitian ini


dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut. Pertama, korpus data
yang telah dipilih, diklasifikasikan sesuai dengan objek kajian. Kedua,
setelah data diklasifikasikan selanjutnya dilakukan kajian isi teks-teks mana
saja yang mengandung konflik sosial dalam novel tersebut. Ketiga
memahami konteks historisnya, ini berarti bahwa teks dalam novel tersebut
diutamakan sebagai bahan penelaahan kemudian dipergunakan lebih dalam
lagi untuk melihat gejala sosial yang terdapat diluar teks dari novel
tersebut, dan terakhir membuat kesimpulan terkait dengan rumusan
masalah atau jawaban dari permasalahan tersebut

G. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari lima bab, setiap bab terdapat sub bab untuk
memperjelas fokus dari judul besar tersebut.

Bab pertama dimulai dari latar belakang masalah, penelitian,


identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian,
penelitian terdahulu yang relevan, metodologi dan sistematika penulisan.

Bab kedua merupakan landasan teoritis penelitian yang membahas


tentang sastra dan konflik sosial dengan teori utama yaitu teori sastra Rene
Wellek dengan teori bantu konflik sosial. Dalam hal ini penulis membaginya
ke pada tiga sub bab. Pertama, fiksi dan nonfiksi . Kedua, konsep sastra
dalam telaah sosiologi sastra. Ketiga, konflik Sosial Ralf Dahrendorf dan
didukung oleh teori konflik Antonio Gramci yang lebih menekankan pada
teori hegemoni dalam masyarakat baik itu aspek politik, ideologi maupun
kultural.

Bab ketiga akan menguraikan tentang setting sosial Suriah serta


biografi Dina Nasrini. Dalam bab ini terbagi pada dua sub bab yaitu melihat
20

kondisi dan stuasi Suriah pra- Arab Spring (2000-2010) dan pasca Arab
Spring (2011-sekarang). Hal yang tidak kalah pentingnya lagi penulis juga
menyinggug mengenai sejarah munculnya Sunni dan Syi’ah, mengingat
konflik antara mereka masih hangat dan segar di Suriah.Terakhir tidak lupa
penulis memaparkan mengenai biografi pengarang dari novel Amal fī Sūriā.

Bab keempat merupakan bab analisis mengenai penelitian ini. Pada


bagian ini pertama sekali memaparkan unsur intrinsik dari novel Amal fī
Sūriā melihat konflik yang terkandung dalam teks tersebut. Selanjutnya
penulis mengaitkan konflik yang terdapat dalam teks dengan kondisi sosial
Suriah dilihat dari aspek sejarahnya. Dalam hal ini penulis membagi bagian
ekstrinsik ini menjadi empat sub bab yaitu Bashar Assad vs rakyat Suriah,
pertikaian Sunni dan Syi’ah ( Alawite) Suriah, Tentara Assad vs FSA ( Free
Syrian Army) Sebagai Konflik Internal Suriah dan novel Amal fī Sūriā
sebagai kritikan terhadap pemerintahan Bashar Assad. Dengan demikian
akan terjawab apa yang menjadi point utama dari penelitian ini.

Bab kelima berisi penutup, berupa kesimpulan dalam tulisan ini yang
merupakan hasil penelitian untuk menjawab permasalahan-permasalahan
yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya dan terakhir berupa saran atau
rekomendasi yang diharapkan dapat menambah khazanah mengenai konflik
sosial dalam tinjauan sosiologi sastra.
BAB II

SASTRA DAN KONFLIK SOSIAL

2.1 Fiksi dan Nonfiksi.

Sastra merupakan karya tulis indah yang berbentuk puisi, novel,


essay dan lain sebagainya. Secara umum sastra terbagi menjadi dua yaitu,
karya sastra fiksi dan nonfiksi. Sastra fiksi erat sekali kaitannya dengan
cerita pendek maupun novel padahal fiksi berarti segala narasi dalam bentuk
prosa atau sajak dan merupakan sebuah karya imajinatif baik itu drama
maupun puisi naratif.1 Dengan istilah lain sastra terbagi menjadi empat
bentuk yaitu narativ, drama, puisi dan nonfiksi. Narativ merupakan suatu
rangkaian cerita sebuah peristiwa yang bersifat fiksional meskipun
terkadang peristiwa tersebut dihubungkan dengan peristiwa yang sangat
bersejarah. Oleh sebab itu, karya narativ ini sering disebut sebagai karya
fiksi.
Istilah fiksi atau fiction diturunkan dari bahasa Latin fictio, fictum
yang berarti membentuk, membuat, mengadakan dan menciptakan.2 Dengan
demikian dapatlah dianalogikan bahwa kata benda fiksi dalam bahasa
Indonesia secara singkat berarti sesuatu yang dibentuk, diciptakan dan
sesuatu cerita yang disusun dan diimajinasikan. Menurut Cleanth Brooks
dalam Tarigan (1993) menyatakan bahwa fiksi merupakan suatu istilah yang
dipergunakan untuk membedakan uraian yang tidak bersifat historis dari
uraian yang bersifat historis dengan penunjukan khusus pada sastra.3 Istilah
fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan atau cerita khayalan.4 Hal ini

1
Lihat selengkapnya Albertino Minderop, Metode Karakterisasi Telaah Fiksi,
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005). hlm. 1
2
Webster‟s New Collegiate Dictionary,1959. hlm. 308.
3
Henry Guntur tarigan, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra, ( Bandung, Angkasa,1993)
cet.ke-1.hlm. 120.
4
Warsiman, Membangun Pemahaman Terhadap Karya Sastra Berbentuk Fiksi:
Telaah Sifat dan Ragam Fiksi Naratif , Jurnal Thaqafiyyat, Vol 14,No.1. (2013). hlm. 181

21
22

disebabkan fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran pada
kebenaran sejarah. Secara garis besar ada dua macam karya fiksi. Pertama,
fiksi imajinatif yang berdasarkan imajinasi. Kedua, fiksi ilmiah yang
berdasarkan analisa ilmiah.
Fiksi merupakan suatu karya sastra yang mengungkapkan realitas
kehidupan sehingga mampu mengembangkan daya imajinasi atau khayalan.
Fiksi merupakan hasil dialog, kontemplasi dan reaksi seorang pengarang
terhadap lingkungan dan kehidupan. Meskipun fiksi berupa khayalan namun
tidak benar jika fiksi dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka,
melainkan suatu penghayatan dan perenungan secara intens seorang
pengarang, perenungan terhadap hakikat hidup dan kehidupan. Perenungan
dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab dari pengarangnya. Fiksi
merupakan sebuah karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung
jawab dari segi kreativitas sebagai karya seni.
Sebagai sastra fiksi atau imajinatif, secara tidak sadar seorang
pengarang mengungkapkan data yang menyangkut keadaan sosial dari
periode waktu cerita itu terjadi. Sedangkan dalam sebuah cerita realistik
tidak boleh terjadi hal-hal yang sangat kebetulan. Dalam menilai hal-hal
tersebut kita mengukur dunia fiksi dengan bayangan kita tentang kenyataan
yang terjadi. Di sinilah kadang-kadang kita sukar sekali untuk membedakan
antara sebuah teks fiksi dari sebuah teks nonfiksi ataupun sebaliknya. Ada
perbedaan antara kebenaran dalam dunia fiksi dengan kebenaran di dunia
nyata. Kebenaran dalam dunia fiksi adalah kebenaran yang sesuai dengan
keyakinan pengarang. Sebuah kebenaran yang telah diyakini keabsahannya
sesuai dengan pandangannya terhadap masalah hidup dan kehidupan.
Kebenaran dalam karya fiksi tidak harus sejalan dengan kebenaran yang
berlaku di dunia nyata misalnya kebenaran dari segi hukum, moral, agama
23

bahkan logika. Sesuatu yang tidak mungkin terjadi dan tidak dianggap
benar di dunia dapat saja terjadi dan dianggap benar dalam dunia fiksi.
Adanya ketegangan yang terjadi karena hubungan faktual dan kebenaran
imajinatif bersumber dari pandangan Aristoteles :
Karya sastra merupakan paduan antara unsur mimetik dan kreasi,
peniruan dan kreativitas, khayalan dan realitas. Teori mimetik
menganggap bahwa fiksi hanya merupakan peniruan atau
pencerminan terhadap realitas kehidupan sekaligus merupakan hasil
kreativitas seorang pengarang.5

Dari ungkapan Aristoteles di atas dapat dipahami bahwa sebuah


teks fiksi menciptakan dunianya sendiri yang harus dibedakan dengan
khayalan. Hal yang menjadi pertanyaan adalah sejauh mana dunia fiksi itu
berbeda dengan dunia nyata?. Dunia fiksi itu merupakan suatu dunia lain
yang berdiri di samping dunia kenyataan. Sekalipun seorang pengarang
melampiaskan daya khayalnya yaitu dengan menciptakan makhluk-makhluk
yang tidak ada yang hidup di dalam suatu lingkungan khayalan, namun
tetap saja ada kaitan-kaitan tertentu antara tokoh-tokoh yang dapat
dimengerti oleh pembaca. Meskipun sebuah teks fiksi tidak melukiskan
kenyataan, namun menampilkan segala macam hubungan dan kaitan yang
kita kenal kembali berdasarkan pengalaman mengenai kenyataan. Itulah
sebabnya teks fiksi sangat cocok untuk melukiskan segi-segi yang khas
dalam kenyataan. Dengan melukiskan sebuah peristiwa yang jarang terjadi,
maka teks fiksi dapat memperlihatkan masalah-masalah kehidupan manusia
pada umumnya. Di sini terlihat antara fiksi dan mimesis (tiruan) merupakan
dua pengertian yang bertolak belakang namun bergandengan tangan.

Jika dilihat sekilas bahwa fiksi sangat erat sekali kaitannya dengan
teks naratif dan adab (bahasa Arab) atau sastra. Fiksi naratif (cerita)

5
A .Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra,Pengantar Teori Sastra. (Jakarta; Pustaka
Jaya, 1984). hlm. 222
24

berkaitan dengan urutan waktu dan cerita tersebut banyak bersumber dari
sejarah.6 Dalam bahasa Inggris ada dua ragam fiksi naratif utama disebut
dengan romance ( romansa) dan novel. Romansa adalah sesuatu yang ditulis
dengan bahasa agung dan diperindah di dalamnya menggambarkan apa yang
tidak pernah terjadi bahkan tidak mungkin terjadi. Sifatnya adalah puitis
dan epik. Sedangkan novel merupakan suatu gambaran kehidupan dan
perilaku yang benar-benar nyata pada saat novel itu ditulis yang sifatnya
realistis.7 Sedangkan sastra atau adab (bahasa Arab) yaitu kumpulan teks-
teks tertulis yang terkandung di dalamnya ide-ide berupa karangan atau seni
tulisan.8 Defenisi tersebut tidak jauh berbeda dengan sastra dalam bahasa
Indonesia yaitu suatu tulisan yang berupa puisi atau prosa dan nilainya
sangat tergantung dengan ekspresi jiwa serta kedalaman pikiran manusia.9
Makna adab ini mengalami perkembangan dari satu masa ke masa yang lain
mulai dari masa Jahiliyah, masa nabi Muhammad SAW, sahabat sampai saat
ini.10 Demikian juga dalam literatur Indonesia kata adab ini bermakna sopan
santun, budi bahasa dan kemudian bermakna kemajuan atau kecerdasan.11
Secara leksikal, kata adab mempunyai banyak pengertian selain bermakna
sastra juga bermakna etika (sopan santun), tata cara filologi, kemanusiaan,
kultur dan juga ilmu humaniora.12 Kata adab baru memiliki pengertian
sastra sebagaimana pada saat ini. Dalam arti bahasa adab mengandung nilai
estetika dari segi bentuk maupun isi baik itu lisan maupun tulisan. Oleh
6
Lihat selengkapnya Rene Wellek dan Austin Warren terj. (1962). hlm.258.
7
Lihat selengkapnya Rene Wellek dan Austin Warren terj. (1962). hlm.260.
8
Hanna al-Fakhuri, Tarikh al-Adab al-Arabi( tt. Al-Maktabah al- Bulisiyah, 1987).
hlm. 83.
9
Abdul Razak Zaidan, Kamus Istilah Sastra ( Jakarta : Balai Pustaka, 2007). hlm.
180.
10
Lihat Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2012), hlm 4.
11
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta:
Balai Pustaka, 2002). hlm.6.
12
Ahmad, Warson Munawwir, al-Munawwir, Kamus Arab Indonesia, (Yogyakarta:
Pesantren Krapyak, 1984). hlm. 13-14.
25

karena itulah pada masa modern, kata adab disamping bermakna sopan
santun, juga memiliki dua makna lain yaitu ilmu humaniora secara umum
dan sastra sebagai makna khusus.13 Pada dasarnya ketiga jenis yang telah
dipaparkan di atas sama hanya perbedaan dalam peristilahan saja.
Sementara itu, nonfiksi merupakan suatu karya sastra yang dibuat
tidak hanya berdasarkan data-data yang otentik saja, namun bisa juga data
tersebut dikembangkan sesuai dengan imajinasi pengarang. Sastra nonfiksi
adalah karya sastra yang ditulis berdasarkan kajian keilmuan atau
pengalaman. Karangan nonfiksi dapat berupa esai, artikel, jurnalistik, artikel
ilmiah, biografi dan lain sebagainya. Menurut Tarigan (1993) perbedaan
utama fiksi dan nonfiksi terletak pada tujuan. Maksud dan tujuan dari cerita
atau narasi yang nonfiksi seperti biografi, sejarah dan sains bertujuan untuk
menciptakan kembali apa-apa yang telah terjadi secara aktual. Dengan kata
lain bahwa nonfiksi dapat dikatakan bahwa.

a. Narasi nonfiksi mulai dengan mengatakan karena semua ini


fakta, maka beginilah yang harus terjadi.
b. Narasi nonfiksi mulai dengan mengatakan, seandainya semua ini
fakta, maka beginilah yang terjadi.

Sementara fiksi lebih memusatkan perhatian sepenuhnya pada tokoh-


tokoh imajinatif yang membuat karya menjadi hidup. Nonfiksi bersifat
aktual sedangkan fiksi bersifat realitas.14 Nonfiksi terbagi menjadi dua
macam yaitu :

13
Ahmad as-Syayib, Usul an-Naqd al-Adabi, Kairo: Maktabah an-Nahdah al-
Misriyyah,1964. Cet-ke 7. Hlm. 1-15. Lihat juga Abdul al-Aziz bin Muhammad al-Faisal,
al-Adab al-Arabi wa Tarikhuhu, al-‘Asr al-Jahili wa „Asr Sadr al-Islam wa al-A‟sr al-
Umawi, Riyad : Kerajaan Saudi Arabia, 1405,H. hlm. 5-8.
14
Djago Tarigan dan H.G Tarigan, Teknik Keterampilan Berbahasa,
(Bandung:Angkasa, 1990).hlm.74
26

a. Nonfiksi murni yaitu buku yang berisi pengembangan berdasarkan


data-data yang otentik.
b. Nonfiksi kreatif adalah berawal dari data yang otentik kemudian
pengembangannya berdasarkan imajinasi yang pada umumnya
berbentuk novel, puisi dan prosa.

Dalam dunia kesusastraan juga mengenal karya sastra yang


berdasarkan cerita atau realita. Karya yang demikian menurut Abrams dalam
Nurgyantoro, (2009) disebut sebagai fiksi historis (historical fiction) jika
penulisannya berdasarkan fakta sejarah, fiksi biografis (biografical fiction)
jika berdasarkan fakta biografis dan fiksi sains (science fiction) jika
penulisannya berdasarkan pada ilmu pengetahuan. Ketiga jenis ini disebut
fiksi nonfiksi (nonfiction fiction).15
2.1.1 Fiksi Sejarah. (historical fiction) .
Sejarah dalam arti sempit mempelajari tentang manusia pada masa
lampau sepanjang hal itu dapat diteliti dari keterangan-keterangan tertulis
yang berasal dari zamannya dan kemudian disampaikan kepada kita.
Sedangkan dalam arti luas, sejarah berusaha mengungkapkan tentang
manusia pada masa lalu tidak peduli apakah keterangan yang
ditinggalkannya berupa keterangan tertulis atau tidak.16 Sejarah merupakan
studi masa lampau manusia yang dapat dijadikan cermin untuk melihat masa
sekarang sekaligus merupakan suatu pedoman atau kiblat untuk menata
masa depan. Sejarah memiliki tiga dimensi waktu yaitu masa lalu, kini dan
masa depan. Dengan demikian, Nevins (1962) menyatakan bahwa history
is actually a bridge connecting the past with the present and pointing the

15
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2009 ). hlm.4
16
Lihat selengkapnya Sugihastuti, Teori Apresiasi Sastra, ( Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002 ). hlm. 161.
27

road to the future.17 Posisi dari sastra baik itu tertulis maupun lisan dapat
memberikan keterangan masa lampau berupa imformasi yang disebut
sebagai bahan dokumenter bagi studi sejarah. Karena sastra berfungsi
sebagai sumber sejarah. Sastra sebagai pelengkap studi sejarah. Pemanfaatan
sastra sebagai sumber sejarah dapat dipahami dengan cara terlebih dahulu
menempatkan sastra dalam kerangka sastra dan realitas. Dalam novel Amal
fī Sūriā ini terdapat banyak sekali mengisahkan mengenai sejarah pada masa
pemerintahan Bashar Assad di Suriah tepatnya peristiwa Arab Spring
tahun 2011 lalu. Melalui karya sastra yang bernuansa sejarah ini, seorang
pengarang ingin memberitahu kepada pembaca bagaimana perjuangan dan
penderitaan rakyat Suriah pada masa pemerintahan rezim otoriter Bashar
Assad di Suriah. Dikarenakan unsur sejarah tidak bisa lepas dari karya sastra.
Oleh karena itu novel Amal fī Sūriā dikategorikan ke dalam fiksi sejarah.
2.1.2 Fiksi Sains (science fiction).
Fiksi sains (Science fiction) dapat dipahami dalam beberapa pengertian.
Robert Heinlein, seorang pengarang fiksi sains mengemukakan bahwa fiksi
sains merupakan fiksi spekulatif di mana seorang pengarang mengambil
postulat dari dunia nyata sebagaimana yang kita ketahui dan mengaitkan
fakta dengan hukum alam.18 Senada dengan itu juga Kingsley Amis dalam
(Lukens,1999) merupakan seorang kritikus, mengatakan bahwa fiksi sains
adalah hipotesis yang berdasarkan sejumlah inovasi dalam sains dan
teknologi. Kadang-kadang tidak mudah untuk dibedakan apakah ia murni
fantasi atau sains 19.

17
Nevins Allan, The Gateway to History, New York : Doubleday & Co, 1962.
18
Rebecca Lukens, A,Critical Handbook of Children’s, ( New York:Longman,
1999). hlm. 23.
19
Lihat Rebecca Lukens, 1999. hlm. 23.
28

2.1.3. Fiksi Biografi (biografical fiction).


Biografi merupakan karya tulis yang menceritakan mengenai
perjalanan kehidupan seseorang baik itu pengarang itu sendiri maupun orang
lain. Pada umumnya biografi ini, berisi kisah mengenai orang-orang yang
terkenal, bintang film, tokoh sejarah penting dan sebagainya. Dalam biografi,
bisa saja penulis menciptakan adegan maupun dialog dan itu artinya penulis
sedang menulis novel biografi. Sebuah novel biografi yang sebenarnya
adalah fiksi yang berdasarkan materi nonfiksi namun bukan merupakan
sebuah karya nonfiksi yang menggunakan tehnik penulisan karya fiksi.
Dengan adanya biografi fiksi atau novel biografi menyebabkan sejarah
mengenai seseorang atau biografi lebih enak dinikmati dan mudah dipahami.
Hal ini dikarenakan, bahasa yang digunakan dalam novel biografi lebih
hidup. Novel jenis biografi ini merupakan sebuah karya faksi atau fakta fiksi
yang diciptakan berdasarkan fakta baik itu melalui wawacara maupun
pengamatan. Meskipun demikian, imajinasi pengarang pun tetap tidak dapat
dihindarkan. Unsur imajinatif dalam novel biografi menjadikan biografi
seorang tokoh dalam bentuk novel lebih hidup dan menyenangkan untuk
dinikmati oleh siapapun.
2.2 Konsepsi Sastra dalam Telaah Sosiologi Sastra.

Sosiologi sastra atau sosiokritik dianggap sebagai suatu disiplin ilmu


yang baru. Sebagai suatu disiplin ilmu yang otonom, sosiologi sastra
baru lahir pada abad ke-18 meskipun demikian, disiplin ilmu ini telah
berkembang pesat seperti disiplin ilmu-ilmu lainnya.20 Teori ini mulai
dikembangkan oleh seorang kritikus naturalis asal Prancis yang bernama

20
Sosiologi sastra berkembang dengan pesat sejak penelitian-penelitian dengan
memanfaatkan teori strukturalisme dianggap mengalami kemunduran, stagnasi bahkan
dianggap sebagai involusi. Analisis strukturalisme dianggap telah mengabaikan relevansi
masyarakat yang justru merupakan asal usulnya. Lihat selengkapnya dalam Nyoman Kutha
Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian sastra. hlm.332.
29

Hypolite Taine (1766-1817). Ia merupakan peletak dasar dari teori sosiologi


modern. Menurutnya, suatu karya sastra itu dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu
ras (sesuatu yang diwarisi manusia di dalam jiwanya), lingkungan dan
momen (setting sosial politik pada masa itu).21 Sebagai suatu ilmu yang
bersifat multidisipliner ilmu-ilmu yang terlibat dalam sosiologi sastra tidak
hanya sosiologi dan sastra saja juga meliputi sejarah, psikologi dan juga
kebudayaan.22

Jika dirunut pengertian sosiologi sastra, terdapat dua kata yang pada
dasarnya memiliki hubungan yaitu sosiologi dan sastra.Sosiologi merupakan
studi ilmiah terhadap perilaku sosial atau tindakan manusia.23 Sastra adalah
akhlak dan jiwa pengarang berdasarkan jumlah pola hidup di lingkungannya
yang berbeda-beda baik itu pola sosial, mental maupun emosional.24 Sastra
berhubungan dengan manusia dalam masyarakat seperti halnya dengan
sosiologi yang sangat erat kaitannya dengan manusia baik itu dikalangan
keluarga, lingkungannya, politik dan negara. Itulah tugas sosiologi sebagai
suatu disiplin ilmu yang otonom yang akan mengungkapkan kembali
problema sosial tersebut. Masyarakat adalah orang-orang yang hidup
bersama dan menghasilkan kebudayaan. Perbedaannya dengan sastrawan

21
Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern, hlm. 11.
22
Lihat selengkapnya Nyoman Kutha Ratna, Paradigma Sosiologi Sastra,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009).hlm. 26.
Teks asli

Basmah Rahman „Awdah, „‟Dawr ‘Ilm al-Ijtima’fi tanzim al-Mujtama’ ‘’for


humanities Science al-qadisiya, Vol 111 No 4 (2008), hlm. 428.

24
Teks asli

Raja‟ „Ajil „‟al-Muqaddimat al- Talaliyah fi al-Mu‟allaqat Qira‟ah fi Binyah al-


Lughawiyah wa- al-Athar al-Nafsiyah, „‟ Journal of Kerbala University, Vol 7 No 1 (2008),
hlm 173.
30

adalah apabila pakar sosiolog melukiskan kehidupan manusia dan


masyarakat melalui analisis ilmiah dan sifatnya objektif, maka seorang
sastrawan mengungkapkannya melalui emosi secara subjektif dan evaluatif.
Sastra juga memanfaatkan pikiran, intelektualitas, tetapi tetap didominasi
oleh emosionalitas. Oleh karena itu, sejalan dengan apa yang diungkapkan
oleh Damono apabila ada dua orang sosiolog yang melakukan penelitian
terhadap suatu permasalahan dalam masyarakat yang sama, maka hasil dari
kedua penelitiannya itu cenderung sama. Namun sebaliknya apabila dua
sastrawan atau seniman menulis mengenai masalah masyarakat yang sama,
25
maka hasil karyanya pasti berbeda. Secara umum fokus penelitian sastra
dengan pendekatan sosiologi sastra adalah unsur ekstrinsiknya. Termasuk
juga halnya fokus pada kritik sosial maupun politik didalam novel. Jenis
pendekatan ini lebih melihat sisi eksternal dari sebuah karya sastra. Hal
itu didasari dari defenisi sosiologi itu sendiri, yaitu studi ilmiah terhadap
perilaku sosial dan perbuatan sosial dengan objek manusia.26 Namun tidak
mengabaikan aspek intrinsik yang turut membangun dalam sebuah karya
sastra.

Sebagaimana telah disebutkan pada bagian awal bahwa teori utama


yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Rene Wellek dan Austin
Warren, menurutnya sosiologi sastra itu mempunyai tiga klasifikasi
sebagaimana yang dikatakan oleh Rene Wellek dan Austin Warren. Pertama,
sosiologi pengarang yakni yang mempermasalahkan tentang status sosial,
ideologi politik dan lain-lain yang menyangkut status pengarang. Kedua,
sosiologi karya sastra yakni mempermasalahkan tentang suatu karya sastra

25
Sapardi Djoko damono, sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas, ( Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978).
hlm 6-8.
26
Basmah Rahman, Awdah, Dawr ‘ Ilm al-Ijtima’ fi Tanzim al-Mujtama, For
humanities Sciences al-Qadisiya, Vol, 11 No. 4 (2008). hlm. 428.
31

untuk mengetahui apa tujuan dan pesan atau amanat yang hendak
disampaikan oleh seorang pengarang. Ketiga, sosiologi sastra yakni
mempermasalahkan tentang pembaca dan pengaruh sosialnya terhadap
masyarakat.27 Sejalan dengan Rene Wellek dan Austin Warren, telaah
sosiologi sastra menurut Ian Watt mencakup tiga hal. Pertama, konteks
sosial pengarang.Hal ini berkaitan dengan masyarakat pembaca yang
berhubungan dengan posisi sosial pengarang. Faktor-faktor sosial yang
ditemukan dalam konteks ini adalah pengarang sebagai pribadi yang
berpengaruh besar bagi isi karya sastranya. Kedua, sastra sebagai cerminan
masyarakat. Pada aspek kedua ini sejauh mana sastra dapat dianggap
mencerminkan keadaan masyarakat. Ketiga, fungsi sosial sastra, yang
mengaitkan sastra dengan nilai sosial.28 Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan perspektif yang kedua yaitu sastra sebagai cerminan dari
masyarakat. Dan hemat penulis, novel Amal fī Sūriā ini merupakan cerminan
atau representasi dari masa pemerintahan Bashar Assad di Suriah setelah
terjadinya Arab Spring 2011 lalu.

Dan perlu diketahui juga bahwa apa yang tersirat dalam karya
sastra meskipun mencerminkan kenyataan, namun kenyataan sosial yang
ada dalam karya sastra tersebut merupakan olahan pengarang. Meskipun
seorang pengarang melukiskan kondisi sosial yang berada di lingkungannya
namun belum tentu menyuarakan keamanan masyarakatnya dan yang pasti
pengarang hanya menyalurkan atau mewakili hati nuraninya sendiri.
Apabila seorang pengarang kebetulan mengucapkan sesuatu yang bergejolak
dalam masyarakat. Hal ini merupakan suatu kebetulan dan ketajaman
batinnya dapat menangkap isyarat-isyarat tersebut. Itu semua disajikan oleh

27
M. Atar Semi, Metode Penelitian Sastra , (Bandung : Angkasa, 2012). hlm. 53
28
Hasanatul Jannah Okara Jurnal Bahasa dan Sastra, (Yogyakarta, Unit Bahasa
STAIN pemekasan), vol, III, 2 Mei tahun 2007. hlm. 246.
32

pengarang melalui tokoh-tokohnya. Fakta sosial bukanlah fenomena


psikologis karena ia berada di luar kekuasaan kesadaran seorang individu.
Meskipun ia tercipta dalam akal budi manusia, namun fenomena ini
bukanlah hasil kehendak individual anggota masyarakat. 29 Kenyataan yang
ada dalam sosiologi bukanlah kenyataan objektif tetapi kenyataan yang
sudah ditafsirkan, kenyataan sebagai konstruksi sosial. Alat utama dalam
menafsirkan kenyataan adalah bahasa. Bahasa merupakan milik bersama di
dalamnya terkandung persediaan pengetahuan sosial. Lebih-lebih dalam
sastra, kenyataan bersifat interpretatif subjektif, sebagai kenyataan yang
diciptakan. Kenyataan, baik sebagai fakta sosial maupun fakta sejarah
memegang peranan penting baik dalam karya sastra maupun kebudayaan.
Kenyataan dan rekaan pada umumnya memiliki makna yang sejajar dengan
fakta dan fiksi.

Dalam ilmu sosial dan humaniora fakta sesungguhnya dianggap tidak


pernah ada, fakta selalu didahului oleh penafsiran, karena itulah disebut
sebagai fakta-fakta sosial. Melalui fakta-fakta sosial itulah pada akhirnya
karya memperoleh makna, sumber aktivitas kreatif yang tidak pernah
berakhir. Meskipun secara etimologis fiksi disejajarkan dengan rekaan dan
khayalan sebagaimana yang dimaksudkan dalam kehidupan sehari-hari
disamakan dengan angan-angan, lamunan dan fantasi (fancy, fantasy and
fictitious). Oleh karena itulah, Wellek dan Warren menyebutkan ciri-ciri
utama karya sastra adalah fiksi, imajinasi dan invensi.30 Sedangkan hakikat
dari karya sastra adalah imajinasi yang dilukiskan melalui bahasa yang
dilakukan oleh pengarang, namun tanpa didasarkan pada pemahaman

29
Rh. Widada, Saussure, Untuk Sastra Sebuah Metode Kritik Sastra Struktural,
(Yogyakarta: Jalasutra, 2009.).
30
Rene Wellek dan Austin Warren, Teori Kesusasteraan, Terj. Melani Budianta,
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1995. hlm.26-27.
33

mengenai kenyataan dalam masyarakat maka, hakikat karya sastra tidak


dapat dipahami secara benar dan akan berubah menjadi dongeng, cerita
khayal bahkan sebagai ilmu pengetahuan. Dengan memberikan perhatian
pada kenyataan bukan berarti mengurangi kedudukan karya sastra sebagai
rekaan akan tetapi perhatian terhadap masyarakat justru meningkatkan
pemahaman terhadap karya sastra sebagai bagian integral dalam masyarakat
secara keseluruhan. Jika dilihat apa yang tersirat dalam novel Amal fī Sūriā
kemudian dikorelasikan dengan peristiwa yang terjadi dilapangan banyak
sekali kesesuaian diantara keduanya. Apa yang telah diungkapkan oleh
pengarang di dalam karyanya sedikit banyaknya terinspirasi dari dunia nyata
kemudian memasukkannya ke dalam dunia sastra.

2.3.Konflik Sosial Perspektif Ralf Dahrendorf.

Istilah konflik secara etimologi berasal dari bahasa latin con yang
31
berarti bersama dan Fligere yang berarti benturan atau tabrakan. Menurut
Webster (1966), istilah conflict di dalam bahasa aslinya berarti perkelahian,
peperangan atau perjuangan yakni berupa konfrontasi fisik antara beberapa
pihak. Dikarenakan istilah konflik sangat universal, maka dirumuskanlah
konflik yang berarti persepsi mengenai perbedaan kepentingan (Perceived
divergence of interest) atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi pihak-pihak
yang berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan.32 Sedangkan dalam
Kamu Umum Bahasa Indonesia yang disusun oleh Poerwadarminta (1976),
konflik berarti pertentangan atau percekcokan. Pertentangan di sini bisa
muncul disebabkan oleh pertentangan ide ataupun fisik antara dua belah

31
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan
Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2011), hlm. 345.
32
Lihat selengkapnya Dean G.Pruitt, Jeffrey Z. Rubin, Teori Konflik Sosial,
(Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004). hlm.9.
34

pihak yang berseberangan.33 Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk


konfliktis (Homo Conflictus) yaitu makhluk yang selalu terlibat dalam
perbedaan, pertentangan bahkan persaingan baik itu secara sukarela ataupun
terpaksa.
Menurut Soerjono Suekanto, konflik adalah pertentangan atau
pertikaian suatu proses yang dilakukan orang atau kelompok manusia guna
memenuhi tujuannya dengan jalan menentangi pihak lawan yang disertai
ancaman dan kekerasan. Oleh sebab itu, konflik di identikkan dengan suatu
tindakan kekerasan.34 Konflik tidak hanya muncul dengan bentuk kekerasan
(koersif) namun juga bisa muncul dalam bentuk damai (persuasif).35 Dua
aspirasi yang muncul dari dua individu atau organisasi berbeda bisa
dilakukan dalam bentuk aksi kekerasan atau malah sebaliknya dengan
menggunakan cara-cara perdamaian. William Chang meragukan akar dari
konflik ada pada ketidakpuasan bathin, kecemburuan, iri hati, kebencian,
pekerjaan bahkan masalah kekuasaan. Ia mempertegas pendapatnya lagi
bahwa selain unsur-unsur diatas, emosi manusia sesaat pun dapat memicu
terjadinya konflik sosial.36 Konflik bisa muncul pada skala yang berbeda
seperti konflik antar orang (interpersonal conflict), konflik antarkelompok
dengan kelompok (intergroup conflict), konflik antar kelompok dengan
negara (vertical conflict) bahkan konflik antarnegara (interstate conflict).37

Konflik merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari


masyarakat dan konflik merupakan hasil dari hubungan sosial. Ibarat pepatah
mengatakan bagaikan sayur tanpa garam. Tidak akan ada konflik tanpa

33
Lihat Novri Susan, Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer. hlm.4.
34
Soerjono Suekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, ( Jakarta : Rajawali Pers, 1992),
hlm. 86.
35
Novri Susan. Sosiologi dan Isu-Isu Konflik Kontemporer. hlm.105.
36
Elly M.Setiadi.Usman Kolip. hlm.52.
37
Novri Susan, Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer. hlm.5.
35

ada hubungan sosial atau interaksi sosial antar individu ataupun kelompok
dengan kelompok yang lainnya. Dalam berinteraksi itulah sering terjadi
pertentangan, perdebatan pendapat diantara mereka. Konflik Tidak hanya
berbentuk fisik saja, namun bisa juga berbentuk lisan atau nonfisik.
Konflik lisan ini bisa berupa polemik maupun perbedaan pendapat yang
hanya terbatas adu argumen saja. Jika tidak dapat diselesaikan maka akan
meningkat menjadi konflik fisik seperti pemberontakan, revolusi bahkan
berakhir dengan peperangan antar bangsa.38 Seperti yang terjadi di dunia
Arab beberapa tahun terakhir, terutama yang terjadi di Suriah hingga saat
ini. Faktor utama terjadinya konflik menurut Marx adalah faktor ekonomi.
Bagi Marx, faktor ekonomi memainkan peran penting dalam teorinya
sehingga teori Marx ini dapat dikategorikan sebagai determinisme
ekonomi.39 Perjuangan kelas yang merupakan tema utama dalam teori Marx
ini disebabkan oleh faktor ekonomi yakni penderitaan kelas proletar sebagai
akibat keinginan kelas borjuis untuk memperoleh keuntungan sebesar-
besarnya. Menurut Marx, ekonomi yang memainkan peran penting dalam
kehidupan manusia. Manusia akan dikatakan terpenuhi kebutuhan hidupnya
apabila bisa memenuhi kebutuhan materinya.

Berbeda halnya dengan Max Weber dia sama sekali membantah


pendapatnya Karl Marx meskipun dia merupakan penerus dari Karl Marx.
Menurutnya tindakan manusia itu didorong oleh kepentingan-kepentingan,
namun tidak hanya kepentingan yang bersifat material saja melainkan
kepentingan-kepentingan yang bersifat ideal.40 Hal ini menunjukkan bahwa

38
Lihat Ted Robert Gurr, Introduction dalam Handbook of Political
Conflict,Theory and Research, Ted Robert Gurr Penyunting ( New York :NY: The Free
Press, 1980), hlm. 1-16.
39
Lihat Noveri susan, hlm. 31
40
I.B. Wirawan, Teori –Teori Sosial dalam Tiga Paradigma ( Fakta Sosial,
Defenisi Sosial, Dan Perilaku Sosial), Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,cet.ke-2,
2013 hlm.69.
36

konflik itu tidak hanya dilatarbelakangi oleh faktor material (ekonomi)


saja, akan tetapi bisa juga disebabkan oleh faktor ideal seperti sosial, budaya
maupun politik. Konflik dalam kehidupan sosial juga berarti benturan
kepentingan, keinginan, pendapat, dan lain-lain paling tidak melibatkan
dua pihak atau lebih. Hal itu disebabkan setiap individu dan kelompok
mempunyai kepentingan sosial yang berbeda-beda. Sebagaimana yang telah
kita saksikan selama ini bahwa konflik Suriah terjadi dilatarbelakangi
dengan berbagai faktor baik sosial, ekonomi maupun politik. Jadi tidak
didasari oleh satu faktor saja. Sebagaimana yang telah dipaparkan pada
bagian awal.

Sementara itu, Rene Wellek dan Austin Warren juga turut


menyatakan bahwa konflik merupakan sesuatu yang dramatik, mengacu pada
pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang, menyiratkan adanya aksi
dan balasan aksi.41 Konflik akan terjadi apabila tidak adanya kesepakatan
atau pengaturan secara teratur antara sebuah keinginan satu dan keinginan
yang lain. Konflik juga dapat terjadi jika tidak adanya kesepakatan antara
ego satu dan ego yang lainnya. Hal ini biasanya terjadi pada kehidupan nyata
yang kebanyakan orang sering menghindarinya. Dalam dunia sastra, konflik
sangatlah dibutuhkan bahkan dapat dibilang penting demi menunjang isi
cerita. Jika dalam sebuah cerita tidak ada konflik, maka dapat dipastikan
cerita tersebut tidak akan hidup dan menarik pembaca untuk membacanya
karena tidak adanya peristiwa yang bisa dirasakan. Bahkan tidak berlebihan
juga bila menulis karya sastra adalah membangun dan mengembangkan
konflik karena semakin banyak dan semakin menarik konflik yang terjadi
maka cerita tersebut akan lebih menarik untuk dibaca. Oleh karena itu,
peristiwa dalam sebuah karya sastra sangat erat sekali hubungannya dengan

41
Rene Wellek, dan Austin Warren, Theory of Literature, Terj.oleh Melani
budianta, Teori Kesusasteraan, Jakarta: PT. Gramedia, 1989. hlm. 285.
37

konflik. Sebagaimana yang terdapat dalam novel Amal fī Sūriā ini yang di
dalamnya banyak sekali mengisahkan mengenai konflik di Suriah pada masa
pemerintahan Bashar Assad terutama pada saat pecahnya gelombang
revolusi 2011 lalu.
Konflik dalam persepektif Ralf Dahrendorf merupakan separuh
penerimaan, separuh penolakan serta modifikasi dari teori sosiologi Karl
Marx. Ia merupakan seorang tokoh utama dalam teori konflik. Wewenang
dan posisi kekuasaan sebagai konsep sentral teorinya. Ia juga mengatakan
bahwa sebuah kekuasaan dan otoritas merupakan sumber-sumber yang
menakutkan karena mereka yang memegangnya memiliki kepentingan untuk
mempertahankan status quo.42 Ia menambahkan bahwa kedua jenis ini
merupakan kepentingan yang objektif yang terbentuk dalam peran-peran itu
sendiri bersamaan dengan kepentingan atau fungsi dari semua peran dalam
mempertahankan organisasi itu sebagai keseluruhan. Suatu peran yang
mengandung kekuasaan bertujuan untuk mengukuhkan kekuasaannya agar
tetap berkuasa. Ada perbedaan antara kekuasaan dan otoritas. Kekuasaan
cenderung menaruh kepercayaan pada kekuatan. Sedangkan otoritas adalah
kekuasaan yang dilegitimasikan atau yang telah mendapat pengakuan umum.
Kedua jenis ini merupakan fakta sosial. Distribusi kekuasaan dan wewenang
secara tidak merata tanpa kecuali menjadi faktor yang menentukan konflik
sosial secara sistematis. Perbedaan wewenang merupakan suatu tanda dari
adanya berbagai posisi dalam masyarakat.
Kekuasaan dapat bersumber dari milik kebendaaan (materi),
kedudukan sosial dan demokrasi, kemampuan dalam ilmu pengetahuan
(intelektualitas).43 Dan kekuasaan erat kaitannya dengan authority (otoritas

42
I.B. Wirawan, Teori –Teori Sosial dalam Tiga Paradigma ( Fakta Sosial,
Defenisi Sosial, Dan Perilaku Sosial), Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, cet.ke-2,
2013. hlm.88.
43
Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar.hlm.149.
38

dan wewenang) dan legitimacy (legitimasi, keabsahan).44 Kekuasaan atau


otoritas mengandung dua unsur yaitu penguasa dan orang yang dikuasai atau
dengan kata lain atasan dan bawahan. Dahrendorf membedakan dua tipe
utama kelompok yaitu. Pertama, kelompok semu (quasi group) yaitu
sejumlah pemegang posisi dengan kepentingan yang sama. Dengan adanya
kelompok semu ini akan melahirkan calon anggota tipe kedua yaitu
kelompok kepentingan.45 Kedua, kelompok kepentingan (manifest), yaitu
kelompok yang memiliki struktur, bentuk organisasi, tujuan atau program
dan anggota perorangan.Kelompok kepentingan inilah yang menjadi sumber
nyata timbulnya konflik dalam masyarakat. Kelompok ini juga merupakan
agen riil dari konflik kelompok.46 Sedangkan dalam masyarakat selalu
terdapat dua golongan yang saling bertentangan yaitu antara penguasa dan
yang dikuasai. Pertentangan yang terjadi karena golongan berkuasa yang
selalu berusaha untuk mempertahankan status quo. Sedangkan yang dikuasai
selalu berusaha untuk mengadakan perubahan-perubahan.Kedua kelompok
ini mempunyai kepentingan yang berbeda.47
Teori konflik Dahrendorf ini merupakan mata rantai antara konflik
dan perubahan sosial.48 Penyebab konflik menurutnya adalah kepemilikan
wewenang (otoritas) dalam kelompok yang beragam, jadi konflik bukan
hanya saja dari segi materi (ekonomi) saja namun bisa juga dari sosial,
politik dan sebagainya. Sementara itu, Dahrendorf membagi konflik kepada
empat macam. Pertama, konflik yang terjadi dalam peranan sosial atau
biasa disebut dengan konflik peran. Konflik peran adalah suatu keadaan

44
Lihat Robert Biersdet, An Analysis of Social Power, American Sociological
review, Volume 15, desember 1950. Hlm. 732.
45
Ralf Dahrendorf, Teori Sosiologi Modern Edisi Keenam, (Jakarta : Prenada
Media, 2004), hlm. 156.
46
Nasir, Ms, Teori-Teori Sosiologi, (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), hal.25
47
Lihat Bernand Raho, SVD, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi Pustaka,
2007), cet.ke-1.hlm.79-80.
48
Lihat I.B. Wirawan, Teori –Teori Sosial dalam Tiga Paradigma. hlm. 89.
39

yang mana setiap individu menghadapi harapan-harapan yang berlawanan


dari berbagai peranan yang dimilikinya. Kedua, konflik antara kelompok-
kelompok sosial. Ketiga, konflik antara kelompok-kelompok yang
terorganisir dan tidak terorganisir. Keempat, Konflik antara satuan nasional
seperti antar partai politik, antar negara, atau organisasi internasional. 49
2.4. Teori Hegemoni Antonio Gramsci Sebagai Pendukung Teori Konflik Ralf
Dahrendorf.
Hegemoni berasal dari bahasa yunani kuno, eugemonia (hegemonia),
yang berarti memimpin. Roger Simon menyatakan bahwa hegemoni
bukanlah hubungan dominasi dengan menggunakan kekuasaan, melainkan
hubungan persetujuan dengan menggunakan kepemimpinan politik dan
50
ideologis. Teori hegemoni merupakan sebuah teori politik paling penting
abad XX. Teori ini dikemukakan oleh Antonio Gramsci (1891-1937) sebagai
pemikir politik terpenting setelah Marx. Teori hegemoni sebenarnya
merupakan hasil pemikiran Gramci ketika beliau berada dipenjara yang
akhirnya dibukukan dengan judul “Selection from The Prissons Notebook”
yang banyak dijadikan acuan atau diperbandingkan khususnya dalam
mengkritik pembangunan. Dalam perkembangan selanjutnya teori hegemoni
ini dikritisi oleh kelompok yang dikenal dengan nama New Gramcian.
Teori hegemoni ini lebih memusatkan pentingnya ide dan tidak
mengandalkan kekuatan fisik belaka dalam kontrol sosial politik. Menurut
Gramci, agar yang dikuasai mematuhi penguasa, yang dikuasai tidak hanya
harus merasa mempunyai dan menginternalisasi nilai-nilai serta norma
penguasa, lebih dari itu mereka juga harus memberi persetujuan atas
subordinasi mereka. Inilah yang dimaksud Gramsci dengan hegemoni atau

49
Robert H. Lauer, Perspektif Tentang Perubahan Sosial, (Jakarta : PT. Rineka
Cipta, 2001), hlm.102
50
Roger Simon, Gagasan-Gagasan Politik Gramsci, Yogyakarta : Pustaka Pelajar dan
Insist, 1999. hlm. 19-20
40

menguasai dengan kepemimpinan moral dan intelektual secara konsensual.


Dalam kontek ini, Gramsci secara berlawanan mendudukan hegemoni,
sebagai satu bentuk supermasi satu kelompok atau beberapa kelompok atas
yang lainnya, dengan bentuk supermasi lain yang ia namakan dominasi
sebagai kekuasaan yang ditopang oleh kekuatan fisik. Melalui konsep
hegemoni, Gramsci beragumentasi bahwa kekuasaan agar dapat abadi dan
langgeng membutuhkan paling tidak dua perangkat kerja. Pertama, adalah
perangkat kerja yang mampu melakukan tindak kekerasan yang bersifat
memaksa. Perangkat kerja yang pertama ini biasanya dilakukan oleh pranata
negara (state) melalui lembaga-lembaga seperti hukum, militer, polisi dan
bahkan penjara. Kedua, adalah perangkat kerja yang mampu membujuk
masyarakat beserta pranata-pranata untuk taat pada mereka yang berkuasa
melalui kehidupan beragama, pendidikan, kesenian dan bahkan juga
keluarga. Lebih jauh dikatakan Gramsci bahwa apabila kekuasaan hanya
dicapai dengan mengandalkan kekuasaan memaksa, hasil nyata yang berhasil
dicapai dinamakan dominasi. Stabilitas dan keamanan memang tercapai,
sementara gejolak perlawanan tidak terlihat karena rakyat memang tidak
berdaya. Namun hal ini tidak dapat berlangsung secara terus menerus
sehingga para penguasa yang benar-benar sangat ingin melestarikan
kekuasaannya dengan menyadari keadaan ini akan melengkapi dominasi
(bahkan secara perlahan-lahan kalau perlu menggantikannya) dengan
perangkat kerja yang kedua, yang hasil akhirnya lebih dikenal dengan
sebutan hegemoni. Dengan demikian supermasi kelompok (penguasa) atau
kelas sosial tampil dalam dua cara yaitu dominasi atau penindasan dan
kepemimpinan intelektual dan moral. Tipe kepemimpinan yang terakhir
inilah yang merupakan hegemoni .51 Dengan demikian kekuasaan hegemoni

51
Hendarto, Heru, Mengenal Konsep Hegemoni Gramsci dalam Diskursus
Kemasyarakatan dan Kemanusiaan, (Jakarta: Gramedia,1993). Hlm. 74.
41

lebih merupakan kekuasaan melalui “persetujuan” (konsensus), yang


mencakup beberapa jenis penerimaan intelektual atau emosional atas taanan
sosial politik yang ada. Ada tiga konsep Hegemoni yaitu ekonomi,negara
dan rakyat sipil. Ekonomi menjadi hal yang paling mendasar dalam sebuah
kekuasaan sedangkan politik yang menjadi arenanya. Pendek kata, hegemoni
dalam pandangan Gramsci bukanlah sebuah kekuasaan yang harus
dipaksakan, melainkan kekuasaan yang harus diperoleh melalui upaya-upaya
politis baik itu dalam aspek kultural, moral dan intelektual agar terciptanya
keselarasan bagi seluruh masyarakat. Teori politik dari Gramsci ini lebih
kepada menjelaskan bagaimana ide-ide atau ideologi bisa menjadi alat atau
instrumen dominasi agar masyarakat memberikan legitimasi kekuasaan
kepada penguasa.
Dalam novel Amal fī Sūriā sarat sekali menggambarkan bagaimana
pentingnya sebuah kekuasaan dalam suatu negara. Kekuasaan dalam hal ini
lebih bersifat memaksa. Rezim Assad akan melakukan tindakan apapun agar
bisa bertahan berkuasa, menjadi kelompok yang mendominasi dan
berpengaruh di Suriah.Melihat realita yang terjadi saat ini, maka banyak
sekali peristiwa-peristiwa yang sudah sangat brutal, kejam bahkan jauh dari
kata manusiawi yang dilakukan oleh rezim Assad terhadap rakyatnya..
Kekuasaan merupakan suatu hal yang diburu oleh siapapun tanpa mengenal
etnis atau kelompok berasal dari mana pun ia berasal. Kekuasaan dianggap
sebagai lambang atau simbol berpengaruhnya suatu kelompok dalam sebuah
negara. Sebagaimana di Suriah kelompok yang memegang tampuk
kekuasaan adalah kelompok minoritas yaitu Alawite Syi‟ah meskipun
mereka merupakan kelompok minoritas Suriah akan tetapi mereka berhasil
menguasai Suriah dalam genggaman mereka. Mereka bisa mendominasi
kelompok lain sesuai dengan keinginan mereka. Hal ini telah dimulai
semenjak beberapa dekade ketika ayahnya Bashar Assad mulai menguasai
42

Suriah dan menjadi presiden pertama Suriah pada tahun 1970 an sampai saat
ini kekuasaan kembali dipegang oleh anaknya yaitu Bashar Assad. Salah
satunya inilah yang menyebabkan Suriah selalu mengalami pergolakan
konflik sepanjang sejarah yakni tidak harmonisnya hubungan antar
kelompok di Suriah terutama kelompok Sunni dan Syi‟ah Suriah tujuan
mereka hanya satu yaitu ingin menjadi kelompok superior yang berkuasa
di Suriah. Oleh karena itu, hemat penulis teori konflik Ralf Dahrendorf yang
didukung oleh teori hegemoni Antonio Gramsci sangat relevan dalam
penelitian ini.
BAB III

SURIAH PADA MASA PEMERINTAHAN BASHAR ASSAD PERIODE


2000-SEKARANG

Bab ini akan membincang tentang bagaimana posisi novel Amal fī


Sūriā dalam kehidupan sosial masyarakat Suriah pada masa pemerintahan
Bashar Assad. Bab ini juga akan memaparkan mengenai situasi sosial politik
Suriah. Dalam hal ini penulis mengklasifikasikannya menjadi dua sub bab.
Pertama, Suriah pra-Arab Spring tepatnya pada mula Bashar Assad menjadi
presiden Suriah tahun 2000 sampai terjadinya peristiwa Arab Spring tahun
2011. Kedua, Suriah pasca Arab Spring 2011 sampai saat ini. Hal yang tidak
kalah pentingnya juga dalam bab ini akan memaparkan mengenai sejarah
Sunni dan Syi’ah di Suriah, mengingat dalam novel Amal fī Sūriā ini banyak
sekali menggambarkan pertarungan antar ideologi Sunni dan Syi’ah Suriah
yang bisa dikatakan konflik tiada berujung. Sebagai sebuah karya sastra
tidak akan pernah lepas dari seseorang yang menciptakannya. Karena karya
sastra tidak akan ada tanpa melalui olahan tangan pengarangnya. Oleh
karena itu penulis juga memaparkan biografi pengarang novel Amal fī Sūriā
yaitu Dina Nasrini.

3.1 Kondisi Sosial Suriah pada Masa Pemerintahan Bashar Assad.

3.1.1 Suriah Pra Arab Spring ( 2000-2011).

Republik Arab Suriah (bahasa Arab, dan bahasa

Inggris, Syria) beribukota Damaskus yang merupakan kota tertua di dunia.


Kota ini diperkirakan telah ada sejak 6.000 tahun SM yang terletak di
kawasan Timur Tengah. Negara ini telah merdeka pada tanggal 17 April

42
43

tahun 1946 di bawah mandat Prancis.1 Sebelum mendapat kemerdekaan


tersebut Suriah telah mengalami tiga kali pergolakan api revolusi .2 Di bawah
kekuasaan Prancis inilah Suriah mengalami kekacauan dan penindasan yang
amat menyakitkan.Pada akhirnya Prancis membelah kawasan Suriah dengan
memisahkan Lebanon dari Syria.3 Kedua negara ini pada awalnya bersatu
padu menjadi satu negara, mengingat Lebanon mempunyai negara yang lebih
kecil dari Syria. Negara ini berbatasan dengan negara Turki di sebelah Utara,
Irak di sebelah Timur, Lebanon di sebelah Barat dan Yordania di Selatan.
Suriah tergolong salah satu pusat peradaban paling tua di muka bumi.4
Penggalian oleh para arkeolog pada tahun 1975 di kota Ebla bagian Utara
Suriah menunjukkan bahwa kerajaan Semit sempat berdiri dan menyebar
dari Laut Merah ke Turki dan Mesopotemia pada tahun 2500-2400 SM. Dan
etnis Suriah termasuk dari bagian etnis Semit.
Suriah beribukota Damaskus luasnya 186.480 km² dengan jumlah
penduduk 12.254.000, kepadatan penduduk 66/km².5 Suriah juga kaya akan
budaya agama, ras atau suku, 90 persen terdiri atas warga yang beragama
muslim yaitu dengan 74 persen Sunni dan 16 persen terdiri dari kelompok
muslim lainnya seperti Syi’ah, Alawite dan Druze. Sementara 10 persen

1
Nader Ibrahim, M.Bani Nasur, Syria-Iran relations ( International Journal of
Humanities and social science, vol.4.No.12 october 2014: Jordan, College University). hlm.
80. Baca juga George Antonius, Syria and the French Mandate,International Affairs (Royal
Institute of International Affairs 1931-1939), Vol. 13,No. 4 (Jul. - Aug., 1934), pp. 523-539.
Lihat juga William Ochsenwald Sydney Nettleton Fisher, The Middle East a History, sixth
edition, hlm. 626
2
Negara Suriah hidup di bawah mandat Perancis pada tahun 1920 an. Lima tahun
kemudian, 1925, pecah revolusi rakyat Suriah melawan penguasa kolonial Perancis.
Kemudian Revolusi pecah lagi pada tahun 1936 dan 1945. Tiga revolusi itu tidak mampu
menghasilkan kemerdekaan bagi rakyat Suriah. Lihat. Trias Kuncahyono, Musim Semi di
Suriah Anak-anak Sekolah Penyulut Revolusi, (Jakarta, Kompas, 2012) . hlm 27.
3
Lihat selengkapnya William L. Cleveland,Martin Bunton, A History of The
Modern Middle east, (Westview Press, 2013). fifth edition, hlm. 202.
4
Ensiklopedia Geografi 9, (Jakarta: PT Lentera Abadi, 2006), hal 247.
5
Sumber: Ensiklopedia Islam PT Ichtiar Baru Van Hoeve 1999. hlm.321, akan
tetapi dalam Ensiklopedia geografi, Intermassa cetakan tahun 1990, hlm 217 menyatakan
bahwa penduduk Suriah berjumlah 12.210.000 dengan kepadatan penduduk 65/.km²
44

penganut Kristen.6 Suriah merupakan kota tertua didunia yang pernah


ditaklukkan oleh kerajaan-kerajaan besar pada zamannya seperti Umayyah,
Abbasyiah, Fatimiyah dan Mamluk.7 Suriah tergolong salah satu pusat
peradaban dan kota paling tua di muka bumi. Penggalian oleh para arkeolog
pada tahun 1975 di kota Ebla bagian Utara Suriah menunjukkan bahwa
sebuah kerajaan Semit sempat berdiri dan menyebar dari Laut Merah ke
Turki dan Mesopotamia pada tahun 2500-2400 SM.9 Suriah merupakan
sebuah negeri yang memiliki catatan sejarah yang paling penting dalam
perjalanan hidup manusia. Di negeri inilah disinyalir awal kehidupan anak
manusia dimulai, Suriah menjadi saksi kehidupan nabi Adam AS dan
keluarganya. Dahulu negeri Syria ini bernama Syam. 8 Kota ini banyak
memiliki keutamaan salah satunya sebagaimana yang disabdakan nabi
Muhammad SAW

Artinya :
Jika penduduk Syam rusak agamanya maka tak tersisa
kebaikan di tengah kalian. Akan selalu ada satu kelompok dari
umatku yang dimenangkan oleh Allah, tak terpengaruh orang yang

6
Lihat selengkapnya M.Agastya ABM,Arab Spring Badai Revolusi Timur Tengah
Yang Penuh Darah, (Yogyakarta:IRCiSoD2013), hlm.156
7
Damaskus juga pernah menjadi pusat pemerintahan Sultan Salah al-Din Yusuf ibn
Ayyub (1137-1193). Dia merupakan seorang sultan besar pendiri dinasti ayyubiyah di mesir
yang oleh dunia barat lebih dikenal dengan nama Sultan saladin. Dialah pahlawan besar
Islam yang pernah menaklukkan Jerussalem pada 2 Oktober 1187. Hampir semua negeri di
Timur tengah ada jalan yang diberi nama Saladin, dan kini patung Saladin tersebut
menunggang kuda berdiri megah dan kokoh di Damaskus. Lihat Trias Kuncahyono. hlm. 25.
8
Syam, Sham diambil dari kata Shem yaitu putra tertua Nabi Nuh AS yang memilih
tinggal di wilayah itu setelah banjir bandang. Dalam kitab Perjanjian Lama dikisahkan,
bahwa Nabi Nuh As memiliki tiga anak laki-laki yaitu Shem, Ham dan Yafet. Dan Shem
inilah yang memilih tinggal di Damaskus. Sebagian orang menyebutnya dengan Suriah
Raya. Lihat selengkapnya Trias Kuncahyono, hlm. 19-21.
45

menggembosi dan tidak pula orang yang berseberangan hingga


datang hari Kiamat. (Shahih, HR Tirmidzi: 2192). 9
Realitanya sekarang negeri Syam terpecah menjadi empat negara
yaitu Palestina, Libanon, Yordania dan Suriah. Dan wilayah ini sering terjadi
gejolak sosial dan politik di muka bumi ini. Negara ini memiliki luas
185.180 kilometer persegi, sebagian wilayah daratan dan hanya memiliki
wilayah perairan 1.130 kilometer persegi. Sepanjang barat gunung pantai,
Suriah beriklim mediteranian, sebagaimana didaerah mediteranian lainnnya.
Di sana ada musim kering yang panjang dari bulan Mei hingga Oktober,
hujan musim panas sangatlah jarang terjadi di Suriah. Di pantai, musim
panas sangat panas dan lembab dengan suhu rata-rata 29C, namun ketika
terjadi musim dingin daerah ini mempunyai suhu minimal harian 10 C.
Suriah terdapat 14 kota diantaranya Dara, Dimashq, Dayr az Zawr, Al -
Hasakah, Hims, Halb, Hamah, Idlib, Al-Ladhiqiyah, Al-Qunaytirah, Rif
Dimashq, Ar Raqqah, As Suwayda, dan Tartus.
Republik of Syria atau Suriah pada mulanya di pimpin oleh seorang
presiden pertama yang bernama Hafedz Assad yaitu seorang pemerintah
yang dikenal dengan kediktatoran dan otoriter. Hafedz Assad lahir dari
keluarga Alawite menjadi anggota Angkatan Udara Suriah dan merupakan
anggota pendiri Partai Ba’ath yang membuatnya mengambil posisi yang
menguntungkan menyusul kudeta di Suriah pada tahun 1966. Pada saat itu
ia menjabat sebagai menteri Pertahanan. Tentunya ia terlibat langsung dalam
Perang Enam Hari melawan Israel pada tahun 1967 dan peristiwa September
Hitam saat PLO mencoba dengan dukungan Suriah untuk menggulingkan
Raja Hussein bin Talal dari Yordania.10 Pada tanggal 12 Maret 1971 Hafez

9
Hadis Shahih, HR Tirmidzi (2192), beliau berkata: Hadits Hasan Shahih di
shahihkan oleh Syeikh Al-Albani.
10
Biografi Bashar Assad, merdeka.com, 5 Desember. 2013. Di unduh pada tanggal
30 Maret 2017. Pukul 12:00 WIB
46

Assad terpilih menjadi presiden Republik Arab Suriah. Ia berkuasa hingga


tahun 2000 (kurang lebih 30 tahun). Kemudian tongkat kepemimpinannya
dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Bashar Assad sampai saat ini. Harus
diakui bahwa Hafedz Assad semasa masih berkuasa, memang merupakan
sosok pemimpin yang pantas diperhitungkan dalam peraturan politik di
Timur Tengah. Ayaz Ahmed Khan seorang pensiunan Marsekal udara,
dalam tulisannya yang berjudul Hafez al-Assad The Leaderof Arab
Resistance.Hafez Assad merupakan simbol perlawanan Arab dan perlawanan
terhadap hegemoni Inggris-Amerika serta pendudukan Israel. Di mata AS,
Hafez Assad adalah musuh, karena dia merupakan sosok yang tak pernah
takut pada siapapun oleh karena itu ia sering disebut dengan Singa dari
Damaskus 11 Sementara model pemerintahan yang dikembangkan oleh Hafiz
Assad sejak ia berkuasa adalah pemerintahan yang sektarian (al- hukm al-
tha’ifi) yang bertumpu pada pengikut Nushairiyah. Lingkaran kekuasaannya
hanya terdiri atas pengikut sekte atau keluarga dekat hafedz Assad saja .
Setelah Hafez Assad meninggal, tombak kepemimpinan dilanjutkan
oleh anaknya Bashar Assad. Meski Suriah mengklaim sebagai negara
republik tetap saja ia menginginkan kepemimpinan dilanjutkan oleh anak
keturunannya. Hal itu terbukti Hafez Assad sudah menyiapkan anak laki-
laki tertuanya yaitu Bashil Assad sebagai calon penggantinya. Hal itu telah
dilakukan semenjak ia merasa kondisi kesehatannya semakin merosot. Tiba-
tiba terjadi peristiwa duka. Ibarat kata malang tidak dapat ditolak, untung
tidak dapat diraih. Basil tewas dalam kecelakaan mobil pada pagi hari
tahun 1994 . Pada saat itu Bashar Assad masih di luar negeri, ia berprofesi
sebagai seorang dokter ophthalmologi lulusan Universitas Damaskus yang
sedang mengambil studi postgraduate di Western Eye Hospital, London,
Inggris terpaksa dipanggil pulang oleh orang tuanya. Pada akhirnya ia pun

11
Trias Kuncahyono, Musim Semi di Suriah, hlm. 48.
47

pulang untuk bergabung dengan keluarga besarnya yang tengah dilanda


duka. 12
Pada saat itu Bashar belum membayangkan bahwa ayahnya akan
menunjuknya untuk menggantikan posisi Basil, sebagai putra mahkota.
Semua itu terlihat jelas setelah ia banyak dilibatkan dalam masalah politik.
Sedangkan politik adalah bidang yang sangat jauh dari yang ia cita-citakan.
Pada tanggal 24 Juni tahun 2000 Partai Ba’ath mengadakan Kongres
Nasional Kesembilan, yang merupakan kongres pertama dalam waktu 15
tahun terakhir. Agenda kongres hanya satu, memilih seorang Sekretaris
Jenderal Partai Ba’ath yang baru. Kandidatnya hanya satu yaitu Bashar
Assad. Seluruh peserta kongres, seperti sudah diduga karena memang sudah
direncanakan, sepakat memilih Bashar Assad sebagai Sekretaris Jenderal
yang baru. Inilah langkah pertama untuk menuju kursi tertinggi di Suriah.
Seluruh anggota majelis nasional mendukung Bashar Assad. Pada akhirnya
ia pun resmi dilantik menjadi presiden Suriah.13 Pada awal pemerintahan
Bashar Assad muncul gerakan yang disebut dengan Damascus Spring yaitu
sebuah gerakan pembaharuan yang semua diberi tempat oleh Bashar, namun
tiba-tiba dalam sekejap berubah menjadi Damascus Winter.
Pada bulan Oktober tahun 2005 sebanyak 250 tokoh oposisi bersama-
sama mendeklarasikan apa yang disebut dengan Damascus Declaration,
Deklarasi Damaskus. Isi dari deklarasi tersebut secara tajam mengkritik
rezim Bashar Assad tetapi menyerukan reformasi secara berdamai.
Sebelumnya hal seperti itu juga pernah dilakukan oleh Mesir untuk
memprotes Husni Mubarak tujuannya hanya satu yaitu mereka hanya

12
Najib Ghadbian, The New Asad: Dynamics of Continuity and Change in Syria,
Middle East Journal, Vol. 55, No. 4 (Autumn, 2001), pp. 624-641. hlm. 625
13
Biografi Bashar Assad, Merdeka.com, 5 Desember 2013. Di akses pada tanggal
20 Agustus 2017. Pukul 13: 00.WIB
48

menginginkan perubahan.14 Selama Bashar menjabat banyak sekali


kekacauan terjadi di Suriah. Banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi
tentunya sangat berbeda dengan pada masa pemerintahan ayahnya Hafez
Assad. Hal itu dikarenakan mereka berdua memiliki latar belakang yang jauh
berbeda. Hafez Assad merupakan anak seorang petani yang kemudian
merantau ke kota dan menjadi militer. Dan pada akhirnya ia ia terjun ke
dunia politik lewat Partai Ba’ath. Dengan demikian ia merupakan seorang
politikus sekaligus militer. Sedangkan Bashar Assad merupakan anak kota,
anak tokoh darah militer, seorang dokter dan anak seorang presiden yang
menikmati pendidikan lebih maju dibandingkan ayahnya. Bashar Assad
merupakan sosok pemimpin muda yang mengenyam pendidikan Barat serta
hidup di zaman yang berbeda yakni zaman internet. Oleh karena itulah ia di
gelar dengan pangeran internet.15 Ia sama sekali bukan kalangan orang
politik. Terbukti ketika ia menjabat banyak sekali kerusuhan-kerusuhan yang
terjadi di Suriah. Ibarat kata apabila suatu pekerjaan tidak diberikan kepada
ahlinya maka, tunggulah kehancuran yang akan terjadi. Hal ini sangat
berlaku bagi Bashar. Menjadi seorang politisi apalagi memimpin Suriah
bukanlah basicnya. Karena memang dari awal ia tidak berniat untuk
berkecimpung di dunia politik. Merupakan hal yang sudah wajar jika
keadaan Suriah semakin kacau balau semenjak ia menjadi presiden Suriah.
Ada banyak sekali peristiwa-peristiwa yang terjadi semenjak ia menjadi
orang nomor satu di Suriah.
Pada tahun 2000 musim semi telah terjadi di awal pemerintahan
Bashar Assad, meski berumur pendek namun memberikan inspirasi lahirnya
partai-partai oposisi di pengasingan di luar Suriah. Salah satu partai itu
adalah Partai Pembaharuan Suriah (Syria Reform Party/ Hizb al-Islah al-

14
Trias Kuncahyono, Tahriri Square Jantung Revolusi Mesir, hlm. 46.
15
Trias Kuncahyono, Musim Semi di Suriah, hlm.62.
49

Suri) yang didirikan pada tahun 2003 yang diketuai oleh seorang usahawan
AS-Suriah, Farid Nahid al-Ghadry. Partai ini mengadakan rapat di Brussels
pada bulan Januari dan mengundang semua partai oposisi yang berada di luar
Suriah. Partai Pembaharuan Suriah juga ingin membangun aliansi dengan
partai-partai lain yang mereka sebut untuk demokrasi (al-Tahaluf min ajl al-
Dimuqratiyya).16 Musim semi pun kembali lagi terjadi pada tahun 2011.
Musim semi kedua inilah kemudian sering disebut dengan Syria Spring
yang telah menelan ribuan nyawa. Telah banyak korban jiwa yang telah
gugur dalam peristiwa ini. Dan pada akhirnya musim semi 2011 ini
memberikan inspirasi lahirnya kelompok oposisi di Suriah. Semakin hari
kelompok yang menyatakan oposisi semakin banyak, mereka berkumpul
kemudian bersatu untuk menurunkan rezim Assad yang telah memimpin
selama beberapa dekade. (1970-sekarang).

3.1.2 Suriah Pasca Arab Spring ( 2011- Sekarang).


Bashar Assad telah menjabat sebagai presiden Suriah pada tahun
2000 sampai saat ini. Selama ia menjabat banyak sekali kerusuhan-
kerusuhan yang terjadi terutama setelah terjadi peristiwa besar yang bernama
Arab Spring pada tahun 2011 lalu. Pada awal masa kekuasaannya, ia
memposisikan dirinya sebagai seorang reformis.17 Sementara kritik tajam
meluncur ketika masyarakat tidak merasakan perubahan yang signifikan.
Protes keras terhadap rezim Assad muncul pada Maret tahun 2011 yang
menyebabkan terjadinya perang sipil hingga saat ini. Telah banyak sekali
kekejaman-kekejaman yang telah dilakukan olehnya, banyak rakyat warga
sipil yang tidak bersalah dibunuh olehnya hanya demi mempertahankan
kekuasaan politiknya di Suriah. Merupakan suatu hal yang wajar jika ia
16
Lihat selengkapnya Trias Kuncahyono, 2013. hlm. 169
17
Shmuel Bar, Bashar’s Syria: The Regime and its Strategic Worldview The
Interdisciplinary Center Herzliya Lauder School of Government, Diplomacy and Strategy
Institute for Policy and Strategy. hlm. 370.
50

dijuluki dengan Firaun abad 21 dari Suriah.18 Misalnya saja peristiwa


ledakan bom di Idlib pada tanggal 4 April merupakan sebuah insiden yang
menggunakan senjata kimia telah merenggut nyawa sekitar lebih dari 80
orang dan menyebabkan 200 warga sipil lainnya luka-luka terutama orang
Sunni Suriah. Intelijen Prancis menyebutkan bahwa rezim Assad merupakan
19
dalang dibalik serangan kimia yang terjadi di Suriah. Ada dua kota yang
sangat di incar oleh rezim Assad untuk meledakkan bom yaitu Aleppo dan
Homs. Kedua kota itu sekarang telah hancur lebur diratakan oleh debu.
Sebagai seorang presiden tentunya Bashar Assad memiliki pengaruh
yang superior di Suriah. Sebagai pemimpin telah seharusnya ia harus
bertanggung jawabterhadap gejolak revolusi Suriah tersebut.Koalisi Nasional
Pasukan Revolusioner dan Oposisi Suriah serta sejumlah negara Barat
mereka menuduh pasukan pemerintah Suriah yang melakukan serangan
tersebut. Sementara Damaskus membantah tuduhan itu.20 Komisi PBB pun
pada akhirnya menyelidiki tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap
kemanusiaan di Suriah, mereka menegaskan bahwa untuk saat ini belum
dapat dipastikan jenis gas apa yang digunakan dalam serangan Idlib. Komisi
tersebut hanya mengatakan bahwa serangan gas bersamaan dengan serangan
udara di daerah tersebut.21 Melihat dari semua perbuatan Assad tersebut
sudah sepantasnya jika ia dijuluki sebagai Fir'aun Suriah. Hal itu bukan
tanpa alasan, sebagaimana yang dipaparkan Syaikh Gayyats, seorang ulama
dari Suriah. Kekejaman dan kezaliman dari rezim penganut Syi’ah
Nusairiyah itu terhadap rakyatnya sudah melewati batas. Selain kejam,

18
Index Suara -Islam .Com, Selasa, 25 Apr 2017 / 28 Rajab 1438.
19
Dikutip dari laman Al Arabiya, Rabu (26/4/2017) . di unduh pada tanggal 21
Juli 2017.Pukul 10:00 WIB
20
Berlianto,Sindonews.com. Assad Sebut Barat Ingin Gantikannya dengan
Presiden Boneka, Sabtu, 22 April 2017 - 16:56 WIB
21
Berlianto, Sindonews.com, , Komisi PBB Belum Pastikan Jenis Gas dan Pelaku
Serangan Kimia, Sabtu, 22 April 2017 - 14:30 WIB
51

Bashar Assad juga mengaku dirinya sebagai tuhan layaknya Fir’aun.22


Sebagaimana dikutip dalam M.Agastya ABM (2013) dibawah ini.
Puluhan kota diserang, ribuan nyawa melayang, masjid-masjid
dihancurkan, mushaf al-Quran dibakar, orang-orang muslim
Ahlussunnah yang sedang shalat dibunuh, dinding-dinding masjid
ditulis “Laa ilaaha illa Bashar Assad” (Tiada Tuhan selain Bashar
Assad). Karena itulah, ia layak disebut dengan Fir‟ aun abad ini.23

Ada empat keuntungan yang membuat rezim Assad masih bisa


bertahan hingga saat ini. Pertama, militer. Jumlah tentara Suriah saat ini
mencapai 220.000 orang. Faktor penting lainnya adalah sekitar 70 persen
kelas perwira Militer berasal dari komunitas Alawite. Kedua, terkait dengan
isu politik sektarian Suriah yang membuat kelompok minoritas bersandar
dan berpihak pada rezim berkuasa sebagian diantara mereka adalah
penduduk Damaskus dan Aleppo. Ketiga, lawan-lawan politik Bashar Assad
terpecah belah. Keempat, Sikap Rusia yang secara tegas menentang
intervensi asing terhadap masalah Suriah.24
Sementara itu ada beberapa faktor yang menyebabkan Bashar Assad
masih bisa mempertahankan kekuasaannya hingga saat ini. Pertama,
keluarga besar Assad di mana semua aparat pemerintahan mayoritas berasal
dari klan Assad. Kedua adalah keluarga Syi’ah Alawite atau Nushairiyah.
Syi’ah Alawite merupakan Syi’ah yang mendominasi dalam sistem
pemerintahan. Mereka telah menguasai seluruh aspek pemerintahan militer,
keamanan bahkan kursi pemerintahan. Syi’ah Alawite merupakan sebuah
aliran yang telah dianut oleh keluarga Bashar dari dahulu. Namun aliran ini
berbeda dan jauh menyimpang dari Syi’ah pada umumnya mereka bisa

22
VosIslam, http://www.voislam.com/read/worldworld/2012/02/26/17918/bagai-
firaun-rezim-syiah-suriah-paksa-tahanan-sujud-pada-foto-presiden. Di unduh pada tanggal
25 april 2017. pukul. 12:00 Wib.
23
M.Agastya ABM, Arab Spring Badai Revolusi Timur Tengah Yang Penuh
Darah. hlm. 165 .
24
Lihat selengkapnya Trias Kuncahyono, 2013. hlm. 230.
52

dikatakan bukan Islam, karena dalam ajaran Syi’ah Alawite ini banyak sekali
memasukkan unsur dari kekeristenan dan agama lainnya. Dalam hal
peribadatan pun mereka menghadap matahari, dan membolehkan perzinahan.
Pendukung Assad yang ketiga adalah partai Ba’ath. Partai Ba’ath
(Hizb al-Ba’ath al-‘Arabi allishtiraki) ini merupakan salah satu partai
terbesar di dunia Arab. Partai ini didirikan pada tahun 1943 di Damaskus
oleh Michel Aflak, Salah al-Din al-Blitar dan Zaki Arsuzi. Michel Aflak
merupakan pemikir sekaligus politisi sosialis kelahiran Damaskus pada tahun
1910. Tokoh Ba’ath ini merupakan lulusan Universitas Sorbonne, Paris,
Prancis yang membawa Partai Ba’ath ke Irak pada akhirnya meninggal di
Baghdad.25 Semenjak berlangsung pergolakan pada tahun 1950-an, nasib
Syria di tentukan oleh (partai Ba’ath dan rezim militer. Sepanjang

1950-an, melalui pemilihan umum dan kudeta, partai Ba’ath pun pada
akhirnya memperluas kekuasaannya terhadap Syria, pada tahun yang sama
partai Ba’ath memperkasai persekutuan dengan Mesir.26 Di Irak Partai Ba’ath
dipimpin oleh Saddam Hussein. Sedangkan di Suriah Partai ini diketuai oleh
Hafedz Assad dan merupakan partai satu-satunya terbesar dan berkuasa di
Suriah. Mereka berdua bersaing untuk menjadi pemimpin di Dunia Arab.
Dengan jatuhnya Partai Ba’ath di Irak, maka Partai Ba’ath di Suriah
merupakan satu-satunya kekuasaan tunggal.
Jika dirunut kata Ba’ath berarti kelahiran kembali, kebangkitan.
Mottonya adalah Persatuan, Kebebasan, Sosialisme (Wahda, Hurriya,
ishtirakiya) mengacu pada persatuan Arab dan kebebasan dari non-Arab
kontrol dan gangguan bangsa non Arab. Persatuan adalah persatuan
bangsa Arab. Kebebasan merupakan kebebasan dari imperialisme dan

25
Trias Kuncahyono, 2013. Hlm. 36
26
Lapidus, Ira, M, Sejarah Sosial Umat Islam Jilid 3, (Jakarta :PT. Raja Grafindo
Persada, 2000) . hlm. 160.
53

zionisme. Sedangkan sosialisme dinyatakan sebagai aspirasi umum kearah


pembangunan ekonomi yang diarahkan oleh negara yang didukung oleh
ekonomi campuran.27 Pada kenyataannya partai ini tidak sesuai dengan
slogan yang telah disebutkan diatas. Kehadiran dari partai ini tidak lebih
hanya sebagai ornemen politik belaka. Sejak tahun 1975 hingga 2000, partai
ini hanya empat kali melakukan Muktamar dan itupun hanya sekedar untuk
melegitimasi kepentingan politik Hafidz Assad dan sebagai sarat rekayasa
saja. Model politik seperti ini pun masih dilanjutkan pada masa jabatan
anaknya sekarang yaitu Bashar Assad. Rezim Ba’ath berkuasa di Suriah
lebih berorientasi kepada sosialis ketimbang sebagian besar rezim-rezim
yang berkuasa di negara Arab. Selain dari itu Partai Ba’ath juga merupakan
mitra strategis bagi Uni Soviet, yang ditenggarai masih memiliki hubungan
kuat dengan Rusia. Ada dimensi ideologis dibalik dukungan Rusia dan China
terhadap rezim Bashar Assad. Rusia dan China tidak ingin kecolongan
memberikan keleluasan bagi Barat dalam mendikte negara-negara Arab,
khususnya yang sedang disapu angin revolusi. Disamping alasan ideologis,
terdapat dimensi kepentingan pragmatis dibalik dukungan kedua negara
tersebut terhadap rezim yang berkuasa saat ini. Hal tersebut terkait dengan
kepentingan politik dan ekonomi sebagai konsesi dari aliansi ideologis.
Faktor pendukung keempat adalah Militer dikendalikan sepenuhnya
oleh keluarga rezim Assad. Sekte Alawite juga menjadi salah satu pihak
yang masih setia memberikan dukungan terhadap rezim sehingga dapat
memperkuat kepercayaan diri untuk mempertahankan kekuasaannya.
Sehingga dengan sikap militer yang mendukung penuh rezim Suriah ini
menjadi penghambat utama kesuksesan revolusi Suriah. Militer menyebut
revolusi tersebut sebagai sebuah gerakan separatis yang dilakukan oleh
segelintir kelompok untuk menciptakan ketidakstabilan keamanan dalam

27
Lihat selengkapnya Trias Kuncahyono, 2013. hlm. 37.
54

negeri. Berdasarkan dalih itulah para militer Suriah menggunakan segala


cara untuk menekan dan memberantas pergerakan revolusi di Suriah.
3.2. Sejarah Syi’ah dan Sunni.
Syi’ah dan Sunni atau yang sering dikenal dengan Ahlusunnah
merupakan dua aliran dalam islam yang sering diposisikan berhadap-
hadapan secara diametral. Dan posisi itu mewarnai hampir sepanjang sejarah
Islam. Telah diketahui bahwa dua ideologi ini tidak pernah bisa disatukan
baik dalam hal pemikiran, kehidupan sosial dan kehidupan beragama.
Konflik di antara dua aliran ini sudah tampak sejak awal sejarah Islam,
kemudian tumbuh dan berkembang seiring dengan semakin meningkatnya
kompleksitas persoalan yang menyertai sejarahnya.28 Konflik Syi’ah-Sunni
adalah konflik yang memiliki akar historis yang cukup panjang. Benih-
benihnya mulai tumbuh sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW.29 Pada
mulanya konflik ini merupakan konflik politik yakni terkait siapa yang akan
meneruskan kepemimpinan pasca wafatnya nabi. Namun demikian, konflik
ini kemudian terseret dalam konflik akidah antara pengikut Ali (Syi’ah)
dan pengikut Abu Bakar dan sahabat lainnya. Konflik ini memiliki dampak
yang sangat besar dalam mewarnai perjalanan peradaban dunia Islam yang
sulit dikompromikan hingga saat ini. Bahkan konflik ini turut mewarnai
prahara politik di Timur Tengah, terutama dunia Arab khususnya di suriah.
Sejarah munculnya Syi’ah tidak lepas dari perdebatan tentang
khalifah pengganti Rasulullah. Kalangan Anshar mengklaim golongan
merekalah yang berhak memegang amanat itu.Sementara kalangan Muhajirin
mengklaim sebaliknya. Di pihak yang lain, kelompok yang mendukung Ali
ibn abi Thalib yang didukung bani Hashim, Al-Miqdad ibn al-Aswad,
28
Siti Maryam, Damai dalam Budaya : Integrasi Tradisi Syiah dalam Komunitas
Ahlusunnah Waljama’ah di Indonesia, ( Jakarta : Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama RI, 2012 ), hlm. 1.
29
Lihat Jurnal Arun Sinha , Shia-Sunni Conflict, Economic and Political Weekly,
Vol. 13, No. 45 (Nov. 11, 1978), pp. 1841-1842.
55

Salman al- Farisi, Abū Dhar al-Giffari yang muncul pada akhir pemerintahan
Usman ibn Affan, dan berkembang pesat ketika Ali ibn Abi Thalib
memegang kekuasaan sebagai khalifah.30 Kata Syi’ah digunakan untuk
menunjuk kepada segolongan orang yang loyal pada Ali ibn Abi Thalib dan
Ahl al-bayt serta mereka meyakini bahwa Ali adalah orang yang berhak atas
imamah dan khilafah baik berdasarkan Nas maupun wasiat baik eksplisit
maupun implisit bahwa imamah tersebut tidak akan lepas dari anak cucunya
sampai hari akhir nanti.
Dalam al-Quran kata Syi’ah, menurut al-Jauzi memiliki makna empat
aspek, yaitu Pertama bermakna kelompok sebagaimana yang terdapat dalam
surat al-An’am ayat 159.31 dan Al-Hijr ayat 10. Kedua, bermakna al-ahl wan
nasab, anggota keluarga (keturunan) seperti yang terdapat dalam surat al-
Qasas ayat 15.32 Ketiga, bermakna ahl al-Millah, kelompok pemeluk agama

30
Sabir Tuaimah, Dirasat fi al-Firaq (Riyadh: Maktabah al-Ma„arif, 1983),
hlm.10

Artinya.
Dan Musa masuk ke kota ( Memphis) ketika penduduknya sedang lengah,
maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang
seorang dari golongannya ( Bani Israel) dan seorang (lagi) dari musuhnya
(Firaun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya,
untuk megalahkan musuhnya itu. Lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya
itu. Musa berkata: Ini adalah perbuatan syaitan. Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).

32

Artinya.
Kemudian pasti kami akan tarik dari tiap-tiap golongan siapa di antara
mereka yang sangat duraka kepada Tuhannya Yang Maha Pemurah .
56

sebagaimana yang terdapat dalam surat Maryam ayat 69 33


dan Saba’ ayat 54.
Keempat, ahl–ahwa’ al-mukhtalifah, aliran-aliran pemikiran yang bermacam-
macam, seperti dalam surat al-An’am ayat 65.34 Beberapa makna Syi’ah yang
termaktub dalam al-Quran itu tidak mengacu pada arti Syi’ah sebagaimana
secara umum dimaksud. Pada awalnya, Syi’ah bukan mazhab dalam konteks
keagamaan melainkan muncul sebagai kekuatan politik yang beranggapan
bahwa Ali ibn Abi Thalib adalah seorang yang dirampas kepemimpinannya
oleh Abū Bakr, Umar dan Usman. Pada perkembangannya kelompok ini
memiliki pandangan keagamaan dalam bidang akidah dan hukum yang
kemudian berkembang menjadi suatu aliran besar dengan berbagai sekte. 35
Kata Sunnah dalam bahasa Arab berasal dari kata sunna yang berarti
jalan.36 Jadi sunnah secara etimologi sama artinya dengan tariqah dan sirah
yaitu perjalanan. Disamping itu juga kata sunnah berarti hadis. Dalam kaitan
dengan madzhab dalam Islam kata sunnah biasa didahului oleh kata ahl, ahl
al-sunnah, yang berarti pemeluk aliran atau pengikut madzhab dan diikuti

33

Artinya.
Katakanlah ‘’Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu,
dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam
golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada
sebahagian) kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami
mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami
(nya).
34
Lihat selengkapnya Musthafa Muhammad asy-Syak’ah, Islam Bila Madzahib,
Jakarta: Gema Insani Press, 1994. Terdapat beberapa defenisi yang dibuat oleh para
ilmuwan mengenai kata Syi‟ ah. Secara harfiyah, kata Syi’ah berasal dari kata sya’a-
syiya’an yang berarti mengikuti, menemani. Lihat juga Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi
Mudhor, Kamus Kontemporer Arab Indonesia (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1999).
hlm. 110
35
Lihat Siti Maryam, Damai Dalam Budaya: Integrasi Tradisi Syi’ah Dalam
Komunitas Ahlussunnah Waljama’ah di Indonesia ( Jakarta: Badan Litbang dan Diklat
Kementrian Agama RI, 2012). hlm. 5.
36
Lihat Siti Maryam, Damai Dalam Budaya: Integrasi Tradisi Syi’ah Dalam
Komunitas Ahlussunnah Waljama’ah di Indonesia ( Jakarta: Badan Litbang dan Diklat
Kementrian Agama RI, 2012). hlm. 5.
57

oleh kata wa-al-jama’ah.37 Sedangkan al-jama‟ ah adalah sekumpulan orang


yang memiliki tujuan. Apabila dikaitkan dengan aliran Islam, maka kata itu
biasa digunakan untuk melengkapi sebutan bagi aliran Ahlussunnah wa al-
jama’ah atau yang sering disebut dengan Sunni. Dalam konteks sosial
politik, pergolakan pemikiran Sunni ini tidak terlepas dari adanya perdebatan
pemimpin atau pengganti pasca meninggalnya Rasulullah SAW. Dalam
pandangan Sunni, pemimpin merupakan tonggak berdirinya agama ini,
sehingga kekosongan pemimpin merupakan jurang kehancuran bagi ajaran
Islam. Paham keagamaan ini berpandangan bahwa berpegang teguh dan
mengikuti jejak Rasulullah merupakan jalan keluar untuk memperoleh
keselamatan, yakni dengan berpegang teguh pada Kitabullah dan Sunnah
Rasulullah SAW.38 Selain dari itu pandangan politik kaum Sunni, mereka
mengembangkan strategi pemisahan radikal antara otoritas agama dan
otoritas politik. Otoritas agama membentuk sebagian besar tubuh sosial dan
menjadi politik didukung oleh kekuatan militer.
Dari penjelasan diatas terlihat bahwa Syi’ah dan Sunni merupakan
aliran atau sekte dalam Islam yang mana perbedaan paradigma diantara
keduanya telah ada semenjak wafatnya Rasulullah SAW. Perbedaan itu
berlarut-larut hingga saat ini, namun semua itu tidaklah mengurangi nilai
Islam itu sendiri, karena mereka memperdebatkan masalah furu’ (cabang)
bukan masalah ushul. Namun seiring waktu persoalan membawa nama
agama atau teologi. tidak jarang sekali Politik mengatasnamakan Agama
(ideologi). Sebagaimana yang terjadi di Timur Tengah khususnya Suriah,
yang mana seringkali terjadi percekcokan antara dua sekte ini, bahkan
berakhir dengan pertumpahan darah diantara mereka hingga saat ini.
37
Lihat Helmi Candra, Pengaruh Sejarah Politik Syi’ah dan Sunni Terhadap
Ilmu Hadis syi’ah perspektif Syi’ah dan Sunni, ( Tangerang Selatan: Young Progressive
Muslim, 2016). hlm. 50.
38
Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1996), hlm.121-
122.
58

3.3 Sekilas Riwayat Hidup Dina Nasrini.

Dina Nasrini lahir pada 28 februari 1981 di Aleppo yang merupakan


kota terbesar kedua di Suriah setelah Damaskus. Wanita 36 tahun ini
merupakan lulusan Sastra Prancis Universitas Aleppo pada tahun 2001.
Kemudian ia bekerja di salah satu perusahaan tour dan pariwisata karena ia
tertarik untuk mengetahui secara mendalam tentang Syria dan Aleppo.
Pada saat terjadinya revolusi Suriah pada tahun 2011 lalu. Semua keadaan
menjadi berubah menjadi radikal dan ia tidak dapat lagi bekerja di
perusahaan tersebut. Selama satu setengah tahun ia hanya berdiam diri
dengan mengamati keadaan sekitar. Melihat semua penderitaan dan
kesedihan yang dialami oleh rakyat Suriah. Oleh karena itu terbesit di
benaknya untuk melahirkan novel Amal fī Sūriā ini sebagai novel perdana
beliau. Untuk menceritakan tentang peristiwa yang telah ia dan rakyat
Suriah alami kemudian ia tuangkan ke dalam karya ini agar semua orang
bisa mengetahui bagaimana rasa keputusasaan, penderitaan yang telah
dirasakan oleh rakyat Suriah pada saat revolusi itu terjadi.
Dina beragama Islam Sunni dan berstatus sebagai single parent, ia
telah bercerai dengan suaminya. Penulis belum menemukan Imformasi
megenai suaminya. Ia tinggal di Aleppo bersama kedua anaknya, satu orang
anak laki-laki bernama Ahmed Alothman dan satu perempuan bernama Dala.
Wanita yang akrab di panggil Dina itu memiliki segudang profesi. Ia mulai
tertarik untuk menulis dan menggeluti dunia sastra dari tahun 2011 semenjak
terjadinya peristiwa besar di Suriah. Hingga saat ini telah menghasilkan
beberapa karya sastra seperti novel diantaranya novel Amal fī Sūriā yang di
terbitkan pada tahun 2014 merupakan sebuah karya perdananya, karya
keduanya berjudul Saya’tii (2014), Zaakiratul Wurud (2016). Pada tahun
2016 ia pernah berprofesi sebagai penata rias dan make up artis (MUA).
Selain itu juga wanita yang telah dikarunia dua anak ini juga berprofesi
59

sebagai seorang pendidik atau pun guru di sebuah Yayasan Private School
(TK) yang bernama al-Amal yang berada di Perkampungan Aleppo.
BAB IV

STUDI SOSIOLOGI SASTRA DAN KONFLIK SOSIAL KEAGAMAAN


TERHADAP NOVEL AMAL FĪ SŪRIĀ PADA MASA PEMERINTAHAN
BASHAR ASSAD.

Bab ke empat ini merupakan intisari dari penelitian ini, di dalamnya


akan menjawab dari rumusan masalah yang telah diungkapkan pada bagian
awal. Meskipun penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra
yang lebih memusatkan pada aspek ekstrinsik, namun pada penelitian ini
tidak mengabaikan aspek intrinsiknya. Sebuah penelitian yang baik tidak
mengabaikan salah satu dari keduanya. Pada bagian ini terlebih dahulu
penulis memaparkan sinopsis dari novel Amal fī Sūriā kemudian
memaparkan analisis intrinsik dari novel ini setelah itu penulis langsung
menjawab dari pokok permasalahan dari penelitian ini dengan mengaitkan
pada kondisi konflik sosial Suriah pada masa kepemimpinan Bashar Assad
pasca Arab Spring 2011 lalu. Dengan demikian terjawablah pokok
permasalahan dalam penelitian ini.

4.1 Sinopsis Novel Amal fī Sūriā.

Novel Amal fī Sūriā ini terdiri dari 175 halaman (sudah termasuk
sampul novel). Novel ini mengisahkan mengenai peristiwa revolusi yang
terjadi di Suriah pada tahun 2011 lalu. Dalam novel ini diperankan oleh
seorang tokoh utama perempuan yang bernama Siham merupakan sosok
pejuang tanggguh, meskipun dia perempuan namun ketangguhannya bisa
mengalahkan laki-laki, berprofesi sebagai guru TK di sebuah sekolah di
perkampungan kota Halb (Aleppo). Ia mempunyai anak perempuan yang
bernama Amal sangat relevan sekali dengan judul dari novel ini namun
sosok suaminya tidak dicantumkan dalam teks. Di dalam teks diceritakan
mengenai seorang pemuda yang bernama Samir merupakan kekasih masa

60
61

lalu pada saat mereka masih sama-sama kuliah di Perguruan Tinggi di


Aleppo. Mereka telah berpisah selama 11 tahun, namun rasa cinta di hati
mereka tidak pernah pudar sampai pada akhirnya takdir mempertemukan
mereka kembali. Setelah mereka bertemu ternyata sosok Samir yang pernah
dikenal dan dicintainya dahulu telah berubah menjadi seorang tentara Assad.
Profesi di bidang kemiliteran sangat dibenci olehnya bahkan sekali pun ia
tidak pernah percaya terhadap politik, baginya tentara Assad sangat suka
menyiksa dan membunuh rakyat sipil Suriah sebagaimana dengan peristiwa
pecahnya revolusi tahun 2011 lalu. Hal itu membuat Siham sangat membenci
apapun yang berhubungan dengan rezim yang berkuasa. Ia telah terlanjur
menaruh benci yang amat mendalam terhadap rezim Assad begitu juga
yang dirasakan oleh rakyat Suriah lainnya. Mereka telah lelah hidup di
bawah tekanan dari sang penguasa. Begitu juga dengan tentara-tentara
Assad telah banyak membunuh orang-orang yang tidak bersalah. Oleh
karena itu, bagi Siham semua instansi atau apapun yang bekerja sama
dengan rezim Assad sama saja, semua tentara di Suriah sama saja, suka
membunuh dan membuat kegaduhan di mana-mana, melempar bom kepada
rakyat sipil yang tidak berdosa.

Pada saat perang berkecamuk, pertumpahan darah terjadi di mana-


mana, anak-anak bahkan wanita banyak yang terbunuh. Mereka terpaksa
harus menjalani hidup dalam kemiskinan, kekurangan air, dan juga makanan.
Harga sandang pangan maupun papan kian melambung, mengakibatkan
mayoritas rakyat Suriah hidup di bawah garis kemiskinan. Selain daripada
itu mereka harus hidup dengan menghadapi penguasa yang kejam dan tiran
terhadap rakyatnya. Rezim yang tega membunuh rakyatnya sendiri, tak
ayal banyak dari mereka yang tidak tahan dengan kondisi tersebut dan
memutuskan untuk mengungsi dan pindah dari negaranya dan mengungsi ke
negara-negara tetangga seperti Turki,Yordania, bahkan sampai ke Lebanon.
62

Berbeda dengan Siham, ia sama sekali tidak mau untuk mengungsi ataupun
keluar dari negaranya. Ia harus berjuang sendiri mempertaruhkan nyawanya
demi anak dan keluarga yang sangat ia cintai. Meskipun pada akhirnya dia
harus menerima kenyataan bahwa Samir dan Amal putri tunggalnya telah
meninggal dunia disebabkan ledakan bom. Mengungsi atau tidak baginya
sama saja. Ia hanya ingin seperti rakyat Palestina yang selalu cinta dan setia
untuk tetap tinggal di negaranya meskipun kematian selalu menghampiri
mereka. Baginya Suriah tetaplah sebuah negara yang damai, tentram.
Secercah harapan selalu tertanam di hati mereka berharap suatu saat
peperangan Suriah akan segera berakhir. Meskipun mereka tahu bahwa
Suriah tidak akan pernah sama seperti negara yang mereka agung-agungkan
dahulu lagi. Harapan hanyalah tinggal sebuah harapan. Suriah telah mati,
namun harapan di hati mereka tidak akan pernah mati.

4.2. Analisis Intrinsik Novel Amal fī Sūriā Karya Dina Nasrini.

4.2.1 Analisis Tokoh (Tahlil as-Syakhsiyyat) .

Ada beberapa tokoh yang terdapat dalam novel ini baik itu berperan
sebagai tokoh protagonis yaitu tokoh dalam karya sastra yang memegang
peranan baik dan tokoh antagonis merupakan tokoh dalam karya sastra
yang merupakan penantang dari tokoh utama, biasanya memegang peranan
jahat. Ada tiga tokoh utama (Central Character, Main Character) yang
ditampilkan dalam novel Amal fī Sūriā. Dalam novel ini yang bertindak
sebagai penggerak cerita yaitu seorang pahlawan perempuan bernama Siham
mempunyai anak yang bernama Amal, selain tokoh utama perempuan yang
bernama Siham. Ada juga tokoh utama laki-laki bernama Samir yang
merupakan kekasih masa lalu Siham. Sedangkan tokoh tambahan atau
pembantu (Peripheral Character) merupakan tokoh yang tidak memegang
peranan penting bahkan muncul hanya sesekali saja. Ada lima tokoh
63

tambahan yang terdapat dalam novel ini yaitu ayah Siham, bibi Ridwa,
Ja‟far, Abu Dhaba‟u dan paman Yasir.

1. Siham

Siham merupakan tokoh yang memegang peranan penting dalam


novel ini. Ia digambarkan sebagai tokoh pahlawan perempuan yang tangguh,
kuat dan pemberani. Selain itu, ia juga merupakan sosok yang penyabar,
tegar dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi situasi apapun. Sosok
Siham berprofesi sebagai guru TK pada salah satu sekolah di Aleppo.
Sedangkan anaknya Amal di sekolahkan satu tempat di mana ia mengajar.
Dikisahkan bahwa pada saat itu Siham sedang berjalan ke daerah perbatasan
kemiliteran, ia langsung dihadang dan di interogasi oleh seseorang yang
bertubuh pendek, jenggotnya tebal dan berwarna kecoklatan, kedua matanya
merah. Sedangkan giginya berwarna kuning yang membuat wajahnya
semakin terlihat kusam. Laki-laki itu dalam keadaan mabuk di pinggangnya
terdapat sebuah pistol yang menunjukkan bahwa ia termasuk anggota tentara
Assad. Dengan wajah yang sangar, ia bertanya pada Siham berasal dari
daerah mana? Sedangkan di tangannya sambil memegang beberapa foto-
foto salah satunya ada fotoku dan juga anakku Amal. Dengan segera aku
mengambil foto itu dari tangannya. Keberanian Siham terlihat dalam teks
di bawah ini.

-
64

- Kamu berasal dari daerah ini?


- Iya benar, aku berasal dari daerah ini.
Aku menjawabnya dengan berani dan merasa tidak puas
dengan pertanyaannya.Hal itu membuat pembuluh darahku seperti
mendidih. Aku pun beradu argumen dengannya. Aku mengetahui
bahwa dia mendapatkan foto-fotoku dari Facebook, dia pikir aku
akan terjebak karenanya. Tidak akan, itu semua tidak akan
merubah niatku. Aku tak peduli dengan itu semua. Dengan segera
aku mengambil foto-foto tersebut dari tangannya.
- Maaf, ini foto identitas.!
Ia pun menyeringai dengan gigi taringnya sambil memegang
pistol yang berada di tangannya lalu ia memperingatkanku agar aku
berhenti bertanya lebih lanjut.
- Ini adalah penyelidikan secara birokrasi.
- Kenapa kamu ingin menyelidikiku? Apakah kamu melihatku
seperti seorang teroris?. Aku adalah penduduk di daerah ini.
Kembalikan aku ke rumahku dengan aman!. Kamu termasuk
orang yang ada dalam foto tersebut.
Dari penggalan dialog di atas terlihat bahwa Siham merupakan
sosok perempuan yang sangat pemberani, tidak takut kepada siapapun
dan menghadapi situasi apapun. Melihat keberanian yang dimiliki oleh
Siham inilah yang seringkali membuatnya selalu diincar oleh kelompok
Abu Dhaba‟u. Karena pada dasarnya keberanian itu cenderung dianggap

1
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 31.
65

sebagai tindakan yang memberontak terhadap para penguasa. Tak ayal


jika pada akhirnya Siham ditahan dan disiksa oleh kelompok Assad ini.
Dan orang yang pemberani cenderung menciptakan konflik. Ia tidak segan-
segan menentang musuhnya dengan cara apapun dan tidak pernah takut
akan resiko apapun yang akan ia tanggung nantinya Oleh karena itulah
orang yang memiliki karakter seperti tokoh Siham ini akan sangat mudah
menciptakan konflik dengan orang sekitarnya.

Selain pemberani, tokoh ini juga dikenal sebagai seorang yang sangat
penyabar dalam menghadapi situasi yang sangat menyakitkan sekalipun. Dan
ia tidak akan mudah menyerah dengan begitu saja apalagi ketika semua
rakyat Suriah memutuskan untuk mengungsi ke negara-negara tetangga, ia
tetap teguh pada pendiriannya untuk tetap tinggal di Suriah sambil
menunggu perang berakhir. Sebagaimana teks di bawah ini menggambarkan
karakter Siham itu.

Artinya.
- Siham ?
- Kenapa kalian bisa sabar menghadapi kondisi seperti ini?
- Allah SWT yang memberikan pada kami kesabaran dan hanya
dia yang mengubah hidup kami, permasalahan itu bukanlah suatu
perkara yang sulit, alhamdulillah kondisi kami jauh lebih baik dari
kebanyakan orang lainnya.

Dari penggalan teks di atas terlihat bahwa sosok Siham memiliki sifat
yang sangat penyabar, menerima dengan lapang dada semua yang telah
ditakdirkan oleh Allah SWT untuknya dan mengembalikan semua itu

2
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 58
66

padanya. Ia cukup bersyukur dengan kondisi yang tengah ia dan rakyat


Suriah hadapi saat itu. Ia merasa bahwa masih banyak lagi rakyat yang
berada di negara- negara Arab lainnya memiliki nasib lebih memilukan dan
lebih menderita dari yang mereka alami. Hemat penulis, yang dimaksud
oleh pengarang dalam kalimat kondisi kami jauh

lebih baik dari kebanyakan orang lainnya) adalah rakyat Palestina


sebagaimana yang dicantumkan pada teks selanjutnya. Dahulu pada saat
Palestina dilanda tragedi kemanusiaan yang sama, nasib rakyatnya lebih
parah dibandingkan dengan rakyat Suriah. Suriah termasuk salah satu
negara yang paling banyak membantu pada saat badai konflik menghantam
Palestina dengan membawa mereka ke negara Suriah. Oleh karena itu, jika
dibandingkan penderitaan yang telah dialami oleh rakyat Palestina dan
Suriah keduanya sangat jauh berbeda. Sedangkan tokoh Siham merupakan
penduduk asli Suriah ikut merasakan bahwa nasib mereka jauh lebih
beruntung dibandingkan dengan saudara-saudara mereka di Palestina pada
waktu itu.
Selain dikenal sebagai sosok perempuan yang pemberani dan
penyabar ternyata Siham memiliki sifat yang sangat fanatik atau militan
terhadap kelompoknya sendiri yaitu Sunni. Ia sangat anti dan benci
terhadap kelompok atau aliran yang bersebrangan dengannya misalnya saja
kelompok Syi‟ah Alawite yang merupakan kelompok minoritas yang
menguasai Suriah saat ini. Sebagaimana yang digambarkan dalam teks di
bawah ini.

-
67

Artinya.
- Apakah kamu tidak melihat?
- Melihat apa?
Aku melontarkan kata-kata tersebut dengan penuh kebencian dan
perasaan dendam.
- Syi‟ah !
- Ia memegang kepalanya dengan penuh kesedihan.

Melihat sikap Siham dalam teks di atas menggambarkan bahwa ia


sangat anti dan militan sekali terhadap kelompok keagamaan lainnya seperti
Syi‟ah Alawite. Mendengar kata Syi‟ah saja ia sudah tidak suka apalagi
harus berhubungan dan berkomunikasi secara langsung dengan mereka.
Oleh karena itu, tokoh ini sangat berpotensi dalam membangun konflik
harizontal. Sikap anti terhadap kelompok lain merupakan langkah awal
terjadinya aksi saling menebar kebencian antarkelompok keagamaan di
Suriah. Dan yang paling krusialnya lagi adalah akan sangat mudah
mengobarkan api permusuhan diantara mereka. Bisa dikatakan bahwa
konflik sangat rentan terjadi disebabkan oleh tokoh ini.

Ada beberapa hal yang menjadi alasan penulis menyatakan bahwa


tokoh ini sangat berpotensi membangun konflik diantaranya adalah
Pertama, dikarenakan profesi Siham sebagai pendidik, pengajar di sekolah
TK. Kedua, dianggap pahlawan perempuan Suriah. Sebagai seorang guru,
tentunya ajaran yang ia sampaikan akan sangat mudah didengar dan
diterima oleh anak didiknya. Sebagaimana teks di bawah ini memperlihatkan
hal tersebut.

-
-

3
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 131.
68

4
.
- Apa mimpi kalian? Suatu pertanyaan penutup agar terbuka pemikiran
baru.
- Aku ingin kembali ke rumahku.
- Agar listrik tidak terputus lagi.
- Allah SWT menyanyangi kalian semua dan ia akan memberikan
semua hak-hak kalian, insya allah. Bagaimana menurutmu jika kita
berdoa bersama.Hatiku menjadi tenang ketika melihat telapak tangan
yang mungil sambil berdoa dan mengangkat tangan mereka. Allah
SWT akan mendengar dan mengetahui semua permohonan kalian.

Redaksi di atas memperlihatkan mengenai profesi Siham sebagai


pendidik yang mempunyai kewajiban untuk mengajarkan hal-hal yang
bersifat positif kepada anak didiknya. Sebagai seorang guru yang
profesional, ia mempunyai kebebasan untuk bertanya kepada anak didiknya
tentang apa yang menjadi impian mereka di masa depan. Dan seorang guru
tentu memiliki peran yang sangat besar untuk mengajarkan ajaran apapun
terhadap anak didik sesuai dengan keinginannya. Jika melihat apa yang
tersirat dalam teks di atas terdapat sesuatu hal yang unik dari sikap Siham
ini. Meskipun ia mempunyai kesempatan serta kekuasaan membentuk
konflik dalam dunia pendidikan dengan mengajarkan apapun kepada anak
didiknya termasuk mengajarkan hal-hal yang berbau kebencian. Namun
semua itu tidak pernah ia lakukan karena ia memiliki hati nurani dan
menganggap bahwa anak-anak didiknya masih di bawah umur yang belum
mengerti untuk bisa di ajak berdiskusi mengenai permasalahan rumit yang
tengah melanda Suriah. Hal ini menunjukkan bahwa Siham masih

4
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm. 15
69

memegang nilai dan etika akademis seorang pendidik yang profesional. Ia


berusaha semaksimal mungkin untuk menyembunyikan semua permasalahan
dari mereka. Ia tidak pernah mengucapkan ujaran-ujaran ataupun bertindak
negatif ketika berada di depan mereka. Sebagaimana teks di bawah ini
memperlihatkan hal tersebut.

-
Artinya .
Aku menyadari bahwa mereka semua mengetahui kalau itu
adalah suara ledakan, ledakan demi ledakan, perselisihan demi
perselisihan, pengeboman, penembak dan juga tentara. Semua kata-
kata tersebut aku temukan di buku anak-anak seperti pelangi,bintang,
bunga, kupu-kupu, mawar merah, bunga melati sampai pada kue,
Barbie, Spiderman, Yoyo dan Naruto. Di sana juga terdapat
tank,burung. Aku sangat tahu bahwa mereka juga telah mengetahui
makna di balik suara yang telah kami dengar. Akan tetapi aku
menyadari bahwa aku harus sedikit berbohong dengan tidak

5
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm.18.
70

mengatakan kejadian yang sebenarnya agar mereka merasa aman.


Jika pun harus berbohong tentu tidak bisa membohongi semuanya.
- Itu adalah suara ledakan.
- Akan tetapi ledakan itu berada jauh dari kita, nak. Dan kita tidak
punya hubungan dengan mereka.
Berdasarkan penggalan teks di atas memperlihatkan bahwa Siham
masih menggambarkan sosok figur seorang guru yang profesional. Ia bisa
menyembunyikan suasana yang sangat menegangkan menjadi lebih santai.
Hal itu bertujuan agar anak didiknya tidak semakin khawatir dengan
peristiwa ledakan yang berada di dekat mereka. Melihat sikap Siham dalam
teks di atas menunjukkan bahwa ia ingin merahasiakan semua permasalahan
pelik yang tengah dihadapi oleh negaranya dari anak-anak. Dan tidak ada
satu ujaran ataupun tindakan Siham yang mengisyaratkan bahwa ia
mempropaganda terhadap anak didiknya bahkan ia rela melakukan sedikit
kebohongan agar mereka tidak khawatir dengan peristiwa yang tengah
melanda negara mereka. Hal ini menunjukkan bahwa sosok Siham ini bisa
membedakan kepada siapa ia harus melakukan aksinya namun tidak
pada anak didiknya. Hanya saja tokoh ini berperan melakukan aksinya
dalam kehidupan sosial baik itu kepada teman-teman kampusnya dahulu
maupun teman sesama profesinya, orang tua murid dan juga muslim
Sunni lainnya. Siham memiliki pengaruh yang cukup besar dan dianggap
sebagai pahlawan oleh teman-temannya. Sebagaimana diceritakan dalam
teks di bawah ini bahwa ada seorang perempuan bernama Latifah, ia
merupakan orang tua dari anak didiknya yaitu Sa‟id datang kepada Siham
kemudian ia meminta bantuan agar dapat membantunya dalam menghadapi
permasalahan yang tengah ia hadapi.

-
71

-
Artinya.
- Kami tinggal di daerah pusat pertempuran.
- Izaa’ah........merupakan pusat pertempuran dan perkelahian di
kota Aleppo sehingga dijadikan nama daerah dikarenakan sering
dijadikan sebagai tempat yang menjadi titik rawan terjadinya aksi
kekerasan. Pertempuran yang terjadi di sana merupakan
pertempuran untuk mempertahankan atau melindungi kekuasaan
dan hegemoni di kota Aleppo.
- Aku berharap padamu agar bisa membantu kami.
Berdasarkan redaksi di atas terlihat bahwa Siham dianggap sebagai
sosok pahlawan menjadi tempat tumpuan mengadu bagi orang tua anak
didiknya untuk membantu mengenai permasalahan yang mereka alami. Hal
itu membuktikan bahwa Siham mempunyai pengaruh yang cukup besar
sebagai seorang pahlawan perempuan di Suriah. Dengan posisi status sosial
yang ia miliki maka dengan sangat mudah untuk mempengaruhi dan
memprovokasi orang lain agar menebar kebencian untuk tidak menyukai
apalagi bergaul dengan kelompok Syi‟ah Alawite yang dianut oleh keluarga
besar Bashar Assad .

Dari pemaparan di atas penulis menyimpulkan bahwa tokoh Siham


ini sangat militansi sekali terhadap ajaran atau aliran yang ia anut. Ia sama
sekali tidak ingin bergaul dengan kelompok keagamaan lainnya. Melihat
sikap militan yang dimiliki oleh Siham ini menunjukkan bahwa meskipun
ia berprofesi sebagai seorang guru lulusan dari universitas Aleppo, namun
semua itu tidak membuatnya menjadi seseorang yang berpikiran terbuka
dan mempunyai sikap toleransi yang tinggi terhadap kelompok keagamaan

6
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm.120.
72

lain. Ia sangat fanatik terhadap aliran yang di anutnya sampai-sampai ia


mempersempit diri dalam pergaulannya dengan tidak menerima ruang
pertemanan dan bersosialisasi denga kelompok lainnya. Sikap membatasi
diri seperti ini membuatnya semakin diincar dan dianggap sebagai
pemberontak oleh kelompok Abu Dhaba‟u. Sikap Siham di atas dapat
digambarkan dalam skema di bawah ini.

Keras
kepala

Militan Tokoh Intoleran


Siham

Tidak
membuka
diri

Berdasarkan skema di atas terlihat bahwa Siham memiliki karakter


keras kepala hal itu terlihat pada saat ia berdebat dengan Samir. Dan itu
telah di akui oleh Siham sendiri. Sebagaimana diungkapkannya dalam teks
di bawah ini.

7
.

Artinya.
Seburuk-buruk karakterku adalah keras kepala.

Sedangkan sikap militan, intoleran dan sikap menutup diri dari


kehidupan sosial telah digambarkan dalam teks sebelumnya. Karakter-
karakter yang dimiliki oleh Siham di atas secara tidak langsung sangat

7
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm, 135.
73

mudah sekali menciptakan konflik sosial antarkeagamaan. Menurut hemat


penulis, konflik Suriah ini pada dasarnya dilatarbelakangi oleh perbedaan
paham keagamaan atau ideologi. Berbedanya paham keagamaan yang di anut
oleh pemerintah dan rakyatnya akan menimbulkan benih-benih kebencian
yang semakin lama semakin dalam seperti yang terjadi di Suriah saat ini.
Dan setiap individu tentu ingin menjadikan kelompoknya menjadi kelompok
yang berkekuatan superior, mendominasi dalam negaranya masing-masing.
Apalagi mayoritas rakyat Suriah beraliran Sunni, tentu mereka tidak akan
mudah terima begitu saja jika mereka dipimpin oleh kelompok minoritas
Alawite bahkan sampai puluhan tahun lamanya. Mereka selalu disiksa dan
Itulah salah satu yang menyebabkan konflik masih berlangsung hingga saat
ini.

2. Samir

Samir merupakan tokoh utama laki-laki dalam novel ini. Ia memiliki


karakter sebagai seorang pahlawan dan pejuang tangguh karena ia berprofesi
sebagai tentara, selain dari itu ia juga merupakan sosok yang romantis
dan setia. Tokoh Samir dalam novel ini bisa dikatakan sebagai sosok
yang selalu meredam terjadinya konflik apalagi konflik yang terjadi antara
dirinya dan Siham. Ia selalu bersabar menghadapi sikap keras kepala Siham.
Sikap Samir ini sangat kontras sekali dengan Siham, oleh karena itulah
seringkali terjadi percecokan diantara mereka berdua. Sama halnya dengan
Siham, Samir juga merupakan lulusan Universitas Aleppo namun mereka
berdua mempunyai pola pemikiran yang sangat bersebrangan terutama sikap
yang sangat fanatik terhadap paham keagamaan tertentu. Jika tokoh
Siham sangat fanatik dan menutup diri dari kelompok lain berbeda halnya
dengan Samir. Ia mempunyai pola pemikiran yang sangat terbuka, mudah
bersosialisasi dengan kelompok keagamaan lainnya misalnya saja Syi‟ah
74

Alawite. Mengingat profesinya sebagai seorang tentara tentunya banyak


memiliki teman dan kolega yang berbeda aliran darinya sehingga
membuatnya menjadi sosok yang sangat toleran serta bisa menerima
perbedaan dan keberagaman yang ada di Suriah. Sosok Samir juga
merupakan sosok yang penyabar dalam menghadapi sikap Siham yang
cenderung keras kepala. Apalagi pada saat Siham yang menudingnya bahkan
tidak mempercayainya sebagai tentara Suriah. Sebagaimana teks di bawah
ini memperlihatkan itu.

-
-
-
-
-
- Siham : Kenapa kamu bersama tentara Assad?
- Samir: Aku bukanlah termasuk anggota tentara Assad, Siham!
Aku seorang tentara Suriah.
- Siham : Omong kosong.
- Samir: Jadi maksudmu jika menjadi seorang tentara di Suriah
berarti sama dengan tentara Assad.?
- Bukan begitu..maksudku.
Dari penggalan di atas terlihat Samir berusaha untuk meyakinkan
Siham bahwa ia bukan termasuk tentara Assad, melainkan ia merupakan
bagian dari tentara Suriah yang pro terhadap rakyat Suriah. Teks di atas
sekaligus memperlihatkan bahwa Samir memiliki karakter yang sangat
penyabar dalam menghadapi sikap Siham yang keras kepala yang tidak
pernah mempercayainya. Tokoh Samir ini selalu berusaha untuk meredam
amarah agar tidak menimbulkan konflik berkepanjangan baik itu konflik
pribadi dengan Siham maupun konflik antarkelompok keagamaan di Suriah.

8
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm, 122
75

Hal itu menunjukkan bahwa ia sangat toleran kepada sesama sehingga ia


mau bergabung menjadi tentara Suriah. Di dalamnya kelompok tentara itu
banyak terdapat orang-orang yang tidak sepaham dengannya. Sikap Samir
dapat terlihat dalam skema di bawah ini.

Toleran

Sosialisasi Tokoh Pemikiran


tinggi Samir terbuka

Penyabar

Berdasarkan skema di atas terlihat jelas tokoh Samir dapat


disimpulkan bahwa tokoh yang selalu berusaha mencegah dan meredam agar
tidak terjadinya konflik baik itu konflik antar individu dirinya dan Siham,
antarkelompok di Suriah. Samir lebih cenderung toleran dan menerima
semua keberagaman yang ada di Suriah.Baginya perbedaan itu biasa.
Memang benar keberagaman dan perbedaan akan membawa kepada konflik,
akan tetapi semua itu bisa dicegah dan diminimalisir. Seandainya setiap
kelompok bisa saling menghargai, menghormati kelebihan dan kekurangan
dari kelompok lainnya. Islam itu indah dan tidak menyukai kekerasan.
Akan tetapi yang terjadi di Suriah malah sebaliknya setiap kelompok
berlomba-lomba untuk menjadi kelompok yang menguasai seluruh tatanan
pemerintahan Suriah. Mereka beranggapan bahwa dengan menjadi kelompok
yang superior, punya kekuasaan penuh maka akan sangat mudah bagi
mereka menindas kelompok lainnya.
76

3. Amal .

Amal juga berperan sebagai tokoh utama dalam novel ini dan ia
merupakan anak semata wayang dari Siham. Meskipun ia masih anak-anak
yang duduk di bangku sekolah TK namun ia sangat pintar dan mempunyai
pemikiran yang sangat kritis. Ia selalu bertanya dan bertanya kepada ibunya
mengenai fenomena-fenomena yang ia lihat di Suriah. Sebagaimana teks di
bawah ini memperlihatkan karakter dari sosok Amal ini.

Artinya.
Ada seorang anak kecil membawa beberapa ember yang penuh
berisi air menuju rumahnya. Amal pun bertanya.
- Dari mana berasalnya air itu, Ma? Berulang kali Amal bertanya
kepadaku, hal tersebut menunjukkan bahwa ia sangat penasaran
dan membutuhkan jawabanku segera. Aku masih berpikir
bagaimana harus menjelaskan padanya bahwa ada lobang yang
terdapat di bawah kota Aleppo, terlintas dalam pikiranku untuk
mengatakan ( sumur) yang terdapat di bawah gedung di daerah
kami. Akan tetapi aku tidak tahu bagaimana cara untuk
menjelaskan padanya.
- Dari sumur, sayang. Dengan tenang aku mencoba menjawab
semua pertanyaannya.

Teks di atas memperlihatkan bagaimana sikap Amal ketika bertanya


pada ibunya, selalu bertanya dan ingin mengetahui mengenai problem yang

9
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 14
77

terjadi di Suriah. Ia merupakan sosok anak yang sangat cerdas dan


berpikiran kritis dalam melihat sesuatu. Meskipun masih terbilang masih di
bawah umur namun ia bisa mengerti apa yang tengah dihadapi oleh ibunya
dan masyarakat Suriah.

Sikap Amal di atas menunjukkan bahwa bagaimana seorang anak


kecil seperti Amal dapat mewakili perasaan anak-anak Suriah lainnya yang
sedang dilanda kekhawatiran dan kebingungan melihat situasi yang tengah
terjadi di negaranya itu. Meskipun sosok anak ini tidak secara langsung
berperan dalam novel ini, namun kehadiran tokohnya sangat berpengaruh
terhadap jalan cerita mewakili perasaan anak-anak Suriah. Tokoh ini juga
termasuk salah satu tokoh yang membangun terjadinya konflik meskipun di
dalam narasi tidak ada ujaran ataupun tindakan-tindakan yang ia lakukan
untuk menebar kebencian kepada teman-temannya. Akan tetapi ia adalah
salah satu penyebab ibunya Siham ditahan dan disiksa oleh kelompok Abu
Dhaba‟u. Hal itu dikarenakan ia merupakan anak yang selalu diincar oleh
mereka. Sebagaimana foto-foto mereka telah tersebar di media baik itu di
youtube, facebook maupun media lainnya. Sedangkan ibunya ingin
menyelamatkan dan lebih memilih dirinya disiksa daripada harus anak
semata wayangnya yang harus merasakannya. Oleh karena itu, hemat
penulis tokoh Amal ini sangat berpengaruh dan berperan penting dalam
menimbulkan terjadinya konflik yang ada di Suriah. Kendati demikian judul
dari novel ini pun diambil dari kata Amal yang merujuk pada nama anak
dari Siham yaitu Amal yang juga berarti harapan.

4. Abu Dhaba‟u

Abu Dhaba‟u merupakan tokoh antagonis dalam novel ini,


meskipun ia tidak berperan sebagai tokoh utama, namun ia sangat berperan
penting dalam terjadinya konflik. Ia memiliki sifat yang sangat kejam,
78

sering menyiksa orang-orang yang dianggap anti pemerintah Assad. Ia


merupakan ketua dari kelompok tentara Assad dan ia tidak akan mentolerir
siapapun yang dianggapnya dapat membahayakan posisi rezim Assad.
Sebagai pimpinan dari kelompok tentara Assad yang beraliran Sunni,
tentunya keberadaan Abu Dhaba‟u sangat dihormati dan dikagumi oleh
para bawahannya. Sebagaimana Siham yang sangat membenci Syi‟ah, ia
juga sangat membenci kelompok Sunni. Dengan posisi kekuasaan yang
berada dalam genggamannya ia sangat mudah sekali mempropaganda anak
buahnya untuk membenci kelompok keagamaan lainnya seperti Sunni. Hal
itu terlihat ketika mayoritas rakyat Sunni yang menjadi korban kebiadaban
mereka. Rakyat Sunni selalu disiksa dan disakiti tanpa ada rasa perasaan
kasihan sedikitpun. Sebagaimana yang digambarkan dalam teks sebelumnya
bahwa yang menjadi korban kebiadabannya adalah Siham.

Dikisahkan bahwa Siham telah di curigai oleh kelompok Abu


Dhaba‟u sebagai pemberontak. Ia di interogasi dan dianggap sebagai
seorang teroris yang dapat membahayakan posisi rezim Assad di Suriah.
Pada akhirnya Siham ditahan dan disiksa oleh mereka. Memegang posisi
penting sebagai pemimpin dalam kelompok Assad, tentu ia sangat disegani
dan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap anak buahnya dan juga
masyarakat sekitar. Karena ia merupakan sosok yang sangat ditakuti oleh
rakyat Aleppo. Sebagai tokoh yang berperan jahat tentunya ia banyak
melakukan tindakan-tindakan kekerasan yang banyak merugikan orang lain.
Dan dapat disimpulkan bahwa Abu Dhaba‟u ini sebagai tokoh yang
membawa masalah dan selalu menimbulkan kekacauan di Suriah. Salah
satunya kekacauan yang dilakukannya adalah menangkap Siham. Beberapa
teks di bawah ini akan memperlihatkan karakter dan kekejaman yang telah
dilakukan oleh Abu Dhaba‟u ini.
79

Artinya.
Kenapa kamu ingin menyelidikiku? Apakah kamu melihatku
seperti seorang teroris?. Aku adalah penduduk di daerah ini.
Kembalikan aku ke rumahku dengan aman !

11

Artinya.
Abu Dhaba‟u mendekati dan menarik penutup kepalaku lalu
ia menarik kepalaku ke depan, aku pun berusaha untuk memberontak
namun ia semakin kuat mencengkramku. Ia memperlakukanku
dengan kasar lalu ia mendekatkan mulutnya pada telingaku.

12
!‫؟‬
- Abu Dhaba‟u......buka pintunya!
Dia berteriak dan penuh kemarahan, memakinya seperti hewan.
- a********kenapa kamu menyekapku?!

Dari beberapa penggalan teks di atas memperlihatkan bagaimana


kejamnya tokoh Abu Dhaba‟u ini ketika menyiksa Siham bahkan sampai-
sampai memperkosanya. Dengan kehadiran tokoh yang berperan jahat
seperti Abu Dhaba‟u ini tentu akan semakin membuat novel ini semakin
menarik dari aspek jalan cerita dan tentunya dengan munculnya berbagai
konflik dalam sebuah karya sastra akan semakin menambah kualitas dari
karya tersebut. Sebagai tokoh antagonis, tentunya Abu Dhaba‟u banyak

10
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm. 31
11
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm. 71.
12
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 78.
80

menimbulkan permasalahan-permasalahan yang membuat keadaan kota


Aleppo semakin kacau. Abu Dhaba‟u merupakan ketua dari kelompok
tentara Assad yang sangat di agung-agungkan oleh anak buahnya pada saat
mereka membawa Siham kepada Abu Dhaba‟u yang dianggap oleh mereka
sebagai hadiah untuk pemimpinnya itu. Sebagaimana teks di bawah ini
memperlihatkan hal tersebut.

-
-
-
-
Artinya :
- Abu Dhaba‟u kami akan memberimu hadiah.
- Hei anak pr a****g ! diikuti oleh tertawa terbahak-bahak.
- Belum pernah membawa hadiah apapun padamu yang memiliki
jenggot (Abu Dhaba‟u) dia termasuk sosok yang kau senangi.
- Berikan padanya.

Berdasarkan beberapa redaksi di atas menggambarkan bahwa Abu


Dhaba‟u sangat dihormati dan diagung-agungkan oleh anak buahnya. Saking
di agung-agungkannya sosok ini sampai-sampai ia diberikan hadiah yaitu
Siham untuk dijadikan sebagai sandera dan korban dari kebiadaban mereka.
Dalam bagian inilah awal mula penderitaan yang dialami oleh Siham, ia
disiksa dan diperkosa sampailah pada akhirnya ia diselamatkan oleh
Samir. Peristiwa itu membuat Siham menjadi depresi dan tidak sadarkan diri
selama beberapa hari. Setelah peristiwa itu, Siham semakin membenci Abu
Dhaba‟u dan semakin terguncang jiwanya. Semua itu ia lakukan demi
menyelamatkan anaknya Amal.

13
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 72.
81

5. Bibi Radwa

Bibi Radwa merupakan sosok bibi yang sangat baik hati,


memperlakukan Siham sama seperti memperlakukan anaknya sendiri.
Sebagaimana yang tergambar dalam teks berikut ini.

-
14
-
Artinya.
- Bibi Radwa: kamu baik-baik saja nak, jangan takut kami
selalu ada bersamamu.
- Siham : Terima kasih bibi, aku sangat menyayangimu.
Teks di atas menggambarkan situasi di mana Siham sedang
mengalami depresi setelah peristiwa penangkapan dirinya. Sebagai figur
seorang bibi yang telah menganggap Siham sebagai anak kandungnya
sendiri, ia berusaha menenangkan Siham agar bisa bersikap tenang seperti
sediakala. Begitupun dengan Siham ia yang sangat menyayangi bibinya
itu. Sebagai tokoh pembantu, sosok bibi Radwa memang tidak terlalu
berperan penting dalam novel ini, hanya sesekali saja ia dimunculkan dalam
cerita, namun ia sangat berjasa terhadap proses penyembuhan tokoh utama
Siham .

Dalam menanggapi konflik Suriah yang semakin berkecamuk, tokoh


bibi ini lebih memilih untuk bersikap netral. Tidak ditemukan ujaran atau
tindakan yang menunjukkan bahwa tokoh bibi ini ikut berperan dalam
menebar kebencian antarkelompok keagamaan Suriah. Hal ini menunjukkan
bahwa ia lebih memilih diam dan bersikap netral terhadap permasalahan
ini, ia menganggap bahwa konflik antarkeagamaan Sunni dan Suriah

14
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm.98.
82

memang telah ada sejak lama dan merupakan isu yang sangat sensitif di
Suriah. Sebagai orang tua yang sudah lama hidup di Suriah tentu ia sangat
memahami konflik yang tengah dihadapi negaranya itu, akan tetapi apa
yang bisa dilakukan oleh orang tua yang sudah renta seperti dirinya. Ia
hanya butuh mencari tempat aman di tengah kondisi Suriah yang semakin
berkecamuk itu. Hal itu terlihat dalam teks di bawah ini.

Artinya.
Rambutnya yang putih, keriting rontok di setiap tempat.
Sedangkan pakaiannya bertaburan di mana-mana, seharusnya ia
sudah waktunya tidur sebagai tamu aku masuk ke dalam rumahnya.
Kemudian aku bilang padanya mengenai urusanku bahwa aku harus
buru-buru pulang ke rumah sebelum hari gelap. Ia pun mengangguk
dengan ragu-ragu akan tetapi terlihat keraguan dari matanya yang
bersinar sebagai tanda kebahagiaan. Aku pun langsung pamitan
pulang kepadanya.
Dari redaksi di atas terlihat bahwa bibi Radwa lebih memilih
berdiam diri di rumahnya, menutup diri dari dunia luar dan ia hanya
menjadi penonton dengan melihat situasi yang bergejolak di negaranya itu.
Hal itu dikarenakan usianya tidak muda lagi. Ia berpikir tidak ada hal yang
bisa ia lakukan untuk menyelamatkan negaranya dengan tangan orang tua

15
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm.68
83

seperti dirinya, oleh karena itulah ia lebih memilih berdiam diri dan pasrah
melihat semua itu. Berbeda halnya dengan Siham yang masih muda tentu
mempunyai semangat berjuang yang masih menggebu-gebu. Ia hanya bisa
berharap bahwa keadaan Suriah akan semakin membaik dari sebelumnya.
Hemat penulis tokoh bibi Radwa merupakan tokoh yang bersifat netral tidak
memihak pihak manapun mengingat usianya yang tidak muda lagi. Tidak
ada lagi hal yang bisa ia lakukan dan hanya bisa menerima apapun yang
terjadi saat itu.

6. Ja‟far

Ja‟far sebenarnya merupakan sosok anak sangat baik, penyayang dan


berbakti pada orang orang tua terutama pada ibunya, namun sangat
disayangkan ia mempunyai sifat pendendam hal itu dikarenakan ia ingin
membalaskan dendam kepada orang-orang yang telah membunuh saudara
laki-lakinya. Meskipun tokoh ini hanya sebagai tokoh tambahan, namun
kehadirannya sangat berperan besar dalam menimbulkan konflik sektarian
Suriah. Diceritakan bahwa tokoh ini bekerja melayani angkatan bersenjata
tujuannya bekerja bukan karena uang melainkan hanya semata-semata ingin
membalaskan dendam saudaranya yang telah di bunuh oleh kelompok Abu
Dhaba‟u. Dan ia bekerja dengan rezim Assad atas saran ibunya, agar bisa
membalaskan dendam terhadap mereka. Sebagaimana yang teks di bawah
ini memperlihatkannya.

Artinya.
Aku di sini dikarenakan ibu saya dan aku berada di sini karena
saudaraku.

16
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm. 113.
84

-
-
Artinya.
- Siham : Itu semua karena uang! dengan suara yang agak pelan.
Sambil duduk ia menjawab dengan cepat.
- Ja‟far : Tentu saja tidak! Bukan masalah uang ! dengan profesi
seperti itu maka sangat mudah bagiku untuk mendapatkan uang
puluan ribu dalam waktu sekejap.
- Siham : Jadi karena apa?
- Ja‟far : Karena dendam
Beberapa kutipan redaksi di atas menggambarkan bahwa tokoh Ja‟far
seringkali beradu argumen dengan tokoh utama Siham mengenai alasan ia
bekerja menjadi pelayan di angkatan bersenjata Assad. Dan alasan ia bekerja
bukan semata-mata karena uang melainkan karena ingin balas dendam. Di
sini terlihat bahwa tokoh Ja‟far ini sangat berperan penting dalam novel ini.
Ia adalah salah satu orang yang membangun pembentukan konflik. Meskipun
ia hanya sebagai tokoh pembantu, namun ia berperan sekali menimbulkan
konflik harizontal. Ada yang unik dari karakter Ja‟far ini, meskipun ia
sangat pendendam, namun ia memiliki toleran yang tinggi terhadap paham
keagamaan lainnya sebagaimana yang terlihat dalam teks di atas. Jika
memang ia tidak memiliki sikap toleran yang tinggi serta sangat militan
terhadap kelompok sendiri, tentu ia tidak akan mau bekerja dengan rezim
Assad yang menganut aliran Syi‟ah. Sedangkan ia sendiri beraliran Sunni.
Dikarenakan tokoh ini memiliki rasa toleransi yang tinggi. Ia mampu
bekerja dengan mereka, hanya saja tujuan ia bekerja dikarenakan ingin

17
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm.109
85

balas dendam. Ia memiliki pemikiran yang sangat terbuka terhadap


keanekaragaman kelompok lain. Tokoh ini sangat memahami bahwa di
Suriah terdapat berbagai faksi dan sekte keagamaan. Ia sebagai anak muda
tentunya harus bisa menghargai sebuah keberagaman dalam kehidupan
bernegara. Negara bukanlah milik agama tertentu dan salah satu aset
kekayaan dalam sebuah negara adalah keberagaman dalam beragama.

Hemat penulis, tokoh Ja‟far ini berbeda sekali dengan Siham


meskipun mereka sama-sama berperan penting dalam membangun konflik,
sama-sama berpendidikan tinggi, namun dari segi pemikiran mereka jauh
berbeda. Ja‟far lebih rasional sedangkan Siham sebaliknya terlalu irasional
dan militan terhadap aliran yang ia anut. Dalam teks di bawah ini Siham
bertanya langsung kepada Ja‟far mengenai aliran keagamaan apa yang di
anutnya.

-
Artinya.
- Siham : Kamu beraliran Syi‟ah?
Sesaat ia memandangku lalu tersenyum dan menjawab dengan
bijaksana.
- Aku seorang muslim Sunni.
Melihat pertanyaan yang dilontarkan Siham kepada Ja‟far di atas
membuktikan bahwa Siham sangat anti terhadap Syi‟ah Alawite dan ternyata
ja‟far menganut Islam Sunni sama seperti dirinya. Mereka berdua
mempunyai permasalahan yang sama yaitu ingin balas dendam terhadap
tokoh Abu Dhaba‟u. Skema di bawah ini akan memperlihatkan lebih jelas
karakter dari tokoh Ja‟far.

18
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm.114.
86

Toleran

Rasional Tokoh Pemikiran


terbuka
Ja'far

Balas
dendam

7. Paman Yasir.

Merupakan paman Siham. Ia seorang insinyur yang sangat jenius.


Berkat kejeniusannya ia ditugaskan menjadi orang kepercayaan Bashar
Assad. Ia pernah ditugaskan menjadi orang yang menetapkan undang-
undang dalam pemerintahan Assad selama tiga tahun. Ia seringkali di kirim
ke luar negara untuk menjadi delegasi atau utusan dari negara Suriah.
Sebenarnya ia sosok paman yang baik, namun dikarenakan ia termasuk
salah satu pejabat dalam pemerintahan Bashar Assad, ia tidak bisa berbuat
banyak untuk membantu Siham dan rakyat Suriah lainnya, hanya saja
ia memberi saran kepada Siham agar mengungsi dan keluar dari Suriah
seperti rakyat lainnya. Menurutnya keadaan Suriah semakin lama semakin
tidak aman untuk di tempati. Sebagaimana dalam teks di bawah ini
memperlihatkan bahwa paman Yasir berusaha untuk membujuk Siham agar
mengungsi sebagaimana yang dilakukan oleh para pengungsi lainnya.
-

-
87

-
Artinya.
- Ini tidak masuk akal.! Apa yang bisa kamu harapkan dari negeri
ini. Jika kamu bertekad untuk tinggal di sini ? Mungkin saja jika
kamu mengungsi kamu bisa melakukan hal yang bisa kamu
lakukan di sana.
- Tidak, Paman. Ini adalah negaraku. Negaraku bukan negara
mereka, aku tidak akan pernah meninggalkannya.
- Anakku!.

Berdasarkan dialog di atas menperlihatkan bahwa paman Yasir


menyarankan pada Siham agar pindah dari negara Suriah dan pergi ke
negara tetangga seperti Turki, Yordania dan Lebanon. Lebih lanjut ia
mengatakan bahwa mungkin saja dengan keluar dari Suriah bisa membuat
hidup Siham lebih baik daripada terus menerus tinggal di Suriah yang tidak
mempunyai harapan untuk lebih baik dari sebelumnya. Teks di atas
memperlihatkan sikap Siham yang bersikukuh untuk tetap tinggal di
negaranya.Apapun yang terjadi di Suriah ia tidak akan pernah meninggalkan
tanah kelahirannya. Sikap Siham ini menggambarkan sikap cinta tanah air
yang rela berjuang dan berkorban demi negaranya. Merupakan hal yang
wajar jika ia dianggap sebagai pahlawan perempuan Suriah.
Hemat penulis, teks di atas sekaligus memperlihatkan bahwa paman
Yasir menganut aliran Sunni sama seperti Siham. Disebabkan ia masih
berstatus sebagai pejabat dalam pemerintahan Assad sehingga ia tidak
berani berbuat apapun karena takut pada rezim Assad tersebut. Oleh sebab
itulah ia menyarankan pada Siham agar pindah dari Suriah agar aman dari
incaran rezim Assad. Tokoh paman Yasir ini hanya sebagai tokoh pembantu
dalam novel ini, sejauh ini penulis tidak menemukan satu tindakan ataupun
ujaran yang menunjukkan bahwa ia ingin menebar kebencian terhadap

19
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm. 59.
88

kelompok keagamaan lainnya. Mengingat posisi dari tokoh ini sedang


berada di dalam genggaman kelompok Assad. Tentu ia sangat takut akan di
hukum dan di siksa oleh rezim Assad. Apalagi dalam pemerintahan Assad
mayoritas dikuasai oleh kelompok Syi‟ah Alawite sedangkan kelompok
Sunni dan kelompok lainnya hanya terbilang jari saja. Itulah salah satu
alasan tokoh ini memilih untuk bersikap netral agar terhindar dari kejahatan
rezim Assad tersebut.
8. Ayah Siham.
Ayah Siham merupakan sosok ayah yang sangat baik, bijaksana yang
selalu menasehati anaknya jika melakukan kesalahan. Tokoh ayah ini hanya
sebagai tokoh pendamping hanya sesekali saja ia muncul dalam cerita dan
tidak terlalu berperan penting terjadinya konflik sosial. Hanya saja kewajiban
sebagai orangtua dari Siham yang selalu setia menemani anaknya dikala suka
maupun duka serta selalu menasehati anaknya di saat Siham melakukan
kesalahan. Sebagaimana yang tergambar dalam dialog dibawah ini yang
mana ayahnya menasehati agar jangan terlalu membenci Samir. Samir adalah
orang yang menyelamatkannya dari siksaan Abu dhaba‟u.
-
20
-
Artinya.
Ayah : Nak, Samir akan datang menemuimu hari ini setelah dia
menyelesaikan tugasnya.
Ayah : Dialah orang yang membawamu pulang tadi malam.
Allah telah memberikan kelembutan dan kasih sayang di hatinya.

Dari penggalan dialog diatas terlihat bahwa ayahnya Siham berusaha


membujuk dan menasehati Siham, agar dia tidak membenci Samir lagi.
Karena Samirlah orang yang telah kirimkan oleh Allah SWT untuk
menyelamatkan Siham dari tragedi nahas yang telah dialaminya saat itu.

20
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm. 88.
89

Melihat sikap ayah Siham di atas menunjukkan bahwa setiap orang tua
berkewajiban menasehati anaknya jika berbuat kesalahan. Meskipun tokoh
ayah Siham ini hanya berperan sebagai tokoh tambahan. Namun ia sangat
berperan dalam meredam amarah konflik pribadi yang terjadi antara Samir
dan Siham. Tidak terlihat ujaran maupun tindakan yang menunjukkan bahwa
ayahnya ini menebar kebencian kepada kelompok lain. Meskipun ia tidak
pernah mengeyam pendidikan yang tinggi namun ia sangat memahami
kondisi Suriah saat itu. Sebagai orang tua tentu ia lebih tahu apa yang telah
terjadi selama ini. Konflik antarkelompok keagamaan ini telah ada benih-
benihnya sejak zaman dahulu kala ia sebagai seorang muslim yang beriman
hal yang perlu dilakukannya adalah saling menghormati dan menghargai
keberagaman dalam sebuah negara. Islam adalah agama yang rahmatan
lil’alamin, agama yang mengajarkan kepada umatnya agar saling
menghargai dan menghormati satu sama lainnya, agama yang mengajarkan
kedamaian dan membenci kekerasan. Dalam Alquran Surah al-Kafirun
ayat ke- 6 . ( bagimu agamamu, bagiku agamaku). Ayat ini

menjelaskan mengenai kewajiban kepada setiap orang mukmin agar saling


menghormati dan bersikap toleransi terhadap kelompok atau agama lainnya.
Dengan bersikap seperti itu negara akan aman dan tentram terhindar dari
konflik yang berkepanjangan seperti yang terjadi saat ini. Hemat penulis,
meskipun kehadiran tokoh ayah ini hanya sebagai tokoh tambahan, namun
keberadaannya sangat penting dalam cerita novel ini karena ia sebagai tokoh
yang meredam konflik yang terjadi antara Siham dan Samir selama ini.
Dari beberapa tokoh-tokoh yang telah dipaparkan di atas dapat
disimpulkan bahwa ada beberapa tokoh yang ikut terlibat dan berperan
penting dalam pembentukan terjadinya konflik baik itu konflik vertikal
maupun harizontal di Suriah. Tokoh-tokoh yang ikut terlibat dalam
pembentukan konflik vertikal adalah. Pertama, tokoh Siham terlihat dalam
90

upaya-upaya yang telah dilakukannya baik itu dalam bentuk ungkapan


yang ia tulis di halaman status facebooknya maupun dari tindakan yang
selalu ia lakukan sebagai bentuk kebencian terhadap rezim Assad. Selain
daripada itu, tokoh ini berperan penting dalam menebar kebencian baik
itu kepada teman-teman sejawat maupun rakyat Sunni Suriah lainnya
mengingat ia berprofesi seorang guru dan juga dianggap sebagai pahlawan
perempuan Suriah. Meskipun tokoh ini sangat militan sekalipun tidak pernah
ia mengajarkan hal-hal yang berbau kebencian kepada anak didiknya. Hal ini
menunjukkan bahwa ia masih memiliki hati nurani dan memegang nilai-
nilai dan etika seorang pendidik yang profesional.

Tokoh kedua adalah Ja‟far terlihat dari aksinya yang rela bekerja
melayani tentara Assad agar bisa membalaskan dendam saudaranya
terhadap rezim otoriter itu. Meskipun tokoh Ja‟far ini sangat membenci
rezim Assad seperti halnya Siham, namun ia tidak pernah melakukan upaya
menebar kebencian terhadap kelompok keagamaan lainnya. Ia juga tidak
pernah membatasi diri dalam bergaul dengan siapapun. Hal ini menunjukkan
bahwa ia merupakan contoh anak muda memiliki pemikiran terbuka, rasa
toleransi yang tinggi, bisa menghargai perbedaan yang ada di Suriah
sehingga ia tidak mudah mengkafirkan kelompok keagamaan tertentu. Ia
hanya perlu bersikap menerima dengan segala perbedaan yang ada,
bagaimanapun perbedaan itu merupakan rahmat tuhan. Di manapun kita
berada perbedaan itu pasti ada tergantung sikap kita yang bisa atau tidaknya
menerima segala keberagaman yang ada.

Tokoh ketiga adalah Abu Dhaba‟u terlihat dalam aksi kekerasan dan
penyiksaan yang dilakukan olehnya terhadap Siham dan rakyat Sunni Suriah
lainnya. Tokoh ini sangat ekstrem dan tiran selayaknya tokoh antagonis
selalu menebar kebencian terhadap siapapun. Memiliki sikap intoleran
91

terhadap paham Sunni dan sangat militan terhadap kelompok Alawite . Sikap
militan tokoh ini terlihat pada upaya-upaya yang dilakukannya dalam
mempropaganda anak buahnya untuk membenci muslim Sunni Suriah. Ia
tidak segan-segan menyiksa orang-orang Sunni dan orang-orang yang dapat
mengancam posisi kedudukan rezim Assad di Suriah. Hal ini menunjukkan
bahwa tokoh ini sangat militan dan sangat fanatik terhadap paham
keagamaan yang ia anut. Ia tidak menghargai perbedaan dan keberagaman
dalam hidup bernegara. Baginya Suriah tetaplah sebuah negara yang
dikuasai oleh paham Alawite sebagaimana dalam beberapa dekade terakhir
telah dipimpin oleh Hafedz Assad sampai pula pada kepemimpinan anaknya
Bashar Assad hingga saat ini.Sedangkan tokoh Amal meskipun ia
dikategorikan sebagai tokoh utama penyebab konflik, namun ia tidak
melakukan tindakan ataupun melontarkan ujaran apapun yang berbentuk
menebar kebencian kepada teman-teman di sekolahnya. Akan tetapi
disebabkan dirinyalah ibunya Siham ditahan dan di penjara oleh tokoh Abu
Dhaba‟u.

Sedangkan tokoh-tokoh yang berperan dalam pembentukan konflik


harizontal adalah. Pertama, Siham terlihat dalam sikap membatasi diri tidak
mau bergaul dengan kelompok keagamaan lainnya. Kedua, Abu Dhaba‟u
terlihat dalam upaya-upaya yang dilakukannya terhadap anak buahnya untuk
turut menebar kebencian kepada kelompok Sunni.Kedua tokoh ini bisa
dikatakan sebaai perwakilan dari faksi mereka masing-masing. Ketiga adalah
Amal, meskipun ia tidak pernah melakukan aksi propaganda terhadap
teman-temannya namun secara tidak langsung ia adalah salah satu orang
yang menyebabkan konflik terus terjadi. Ia merupakan anak yang selalu di
incar oleh kelompok Abu Dhaba‟u. Dikarenakan novel ini memceritakan
mengenai penderitaan anak-anak Suriah, lewat tokoh anak kecil yang
92

bernama Amal inilah pengarang menceritakan kembali mengenai perasaan


mereka ketika disiksa oleh rezim Assad.

Diantara tokoh-tokoh yang telah disebutkan di atas ternyata tidak


semua tokoh-tokoh tersebut berperan membangun konflik, tetapi ada juga
tokoh-tokoh yang mencoba meredam terjadinya konflik baik itu konflik
antarindividu maupun antarkelompok keagamaan di Suriah. Tokoh-tokoh
tersebut adalah Samir, ayah Siham dan Paman Yasir berperan sebagai
peredam terjadinya konflik dan mereka lebih memilih untuk bersikap netral
dalam menyikapi konflik yang terjadi di Suriah. Sebagaimana akan di
digambarkan melalui grafik di bawah ini.

v Bashar Assad

Siham

netral

Paman Yasir Bibi Radwa Ayah Samir


Ja‟far

h
Siham Abu Dhaba‟u Amal

Berdasarkan grafik di atas terlihat jelas tokoh-tokoh siapa saja yang


berperan penting dalam membentuk konflik vertikal, harizontal maupun
yang bersikap netral. Penulis juga merangkum bahwa ada beberapa
persamaan dan perbedaan antara keempat tokoh yaitu Siham, Samir, ja‟far
dan tokoh Abu Dhaba‟u mengingat mereka sangat berperan dalam cerita
novel ini.
93

No Samir Siham Ja‟far Abu Dhaba‟u


Alumni Alumni Siswa -
1 Universitas Universitas
Aleppo Aleppo
Tentara Guru TK Pelayan tentara Tangan kanan
2
Assad Bashar Assad
Pola pemikiran Keras kepala Balas dendam Kejam dan
3 terbuka dan pemberani dan berpikiran sombong
terbuka
Toleran Intoleran dan Toleran Intoleran
4
militan
Sosialisasi Tidak menerima Menghargai Membenci
5
yang tinggi perbedaan perbedaan perbedaan
Meredam dan Menebar Menebar Menebar
mencegah kebencian kebencian kebencian
6 terjadinya terhadap terhadap terhadap
konflik kelompok kelompok kelompok
Syi‟ah Syi‟ah Sunni
Beraliran Beraliran Sunni Beraliran Sunni Beraliran
7
Sunni Syi‟ah

4.2.2. Alur/Plot ( Al-Habakah).

Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur maju (progresif).
Pada bagian awal kisah, pengarang menyinggung mengenai akibat dari
konflik internal yang terjadi di Suriah yaitu berupa aksi kekerasan yang
dilakukan oleh tentara Assad dengan meledakkan bom di seluruh kota
94

Aleppo hal itu menyebabkan terputusnya semua air, listrik dan juga jaringan
seluler di kota tersebut. Akibatnya banyak rakyat Aleppo yang harus
hidup dalam keadaan kekurangan air bahkan tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan mereka sehari-hari. Hal yang paling krusialnya yang dirasakan
oleh mayoritas penduduk Aleppo adalah mereka harus tinggal di kamp
perkemahan yang disediakan oleh pemerintah Turki. Mereka telah
menyediakan tempat tinggal, persediaan makanan dan juga beberapa
fasilitas lainnya. Oleh sebab itu, Turki sangat berjasa dalam memberikan
bantuan kepada rakyat Suriah. Sebagaimana yang telah digambarkan
dalam teks di bawah ini.

21
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 13.
95

Artinya.
Dengan segera aku menghilangkan orang tersebut dari
pikiranku dan ia menarikku jauh dari jalan itu. Akhirnya kami
kembali kepada trotoar tadi, tidak beberapa lama setelah itu kami
melihat ada kamp yang dipenuhi oleh balastik yang bermacam bentuk
dan warna, sebagiannya ada yang ditingggali oleh anak-anak,
perempuan dan para orang tua. Akan tetapi, perbandingan mereka
lebih besar dari toko bahan makanan, daging dan produksi lainnya
dari Turki, “ Perbatasan Turki” Ini adalah pasar yang dimaksudkan
itu dan kami membeli keperluan apapun dari pasar ini. Sedangkan
pasar yang lainnya itu hancur bahkan sering berpindah-pindah dan
juga pasar ini terletak di tempat yang rawan disebut juga dengan‟‟
area berbahaya „‟dengan melewati tempat-tempat seperti ini
membuatku berpikir sejenak. Apakah kamu melihat mereka para
pengungsi yang berkemah itu mencuri barang dagangan ini atau
mereka membeli? Apakah kamu melihat bahwa pakaian ini dicuri
dari penyimpanan rumah yang dirampas? Apakah lobang-lobang ini
dirampas dari orang yang punya pabrik dan membunuh mereka
dengan membidik peluru ke tubuhnya ? Mungkin saja dengan kamu
membeli bisa mendapat jawaban yang bisa menenangkan hatimu‟‟
apakah kamu melihatku membayar untuk orang yang akan
membunuhku besok?.
Teks di atas mencantumkan nama negara Turki. Melalui teks ini,
pengarang ingin memperlihatkan kepada pembaca bahwa negara Turki
pernah berjasa dalam memberikan bantuan sumbangsih kepada para
pengungsi Suriah setelah peristiwa pecahnya revolusi 2011 lalu. Peristiwa-
peristiwa yang di utarakan oleh pengarang pada bagian awal novel ini
semuanya menggambarkan mengenai dampak-dampak yang harus diterima
oleh rakyat Suriah setelah terjadinya ledakan yang dilancarkan oleh rezim
Assad. Hal ini menunjukkan bahwa novel ini di awali dari akibat, disebabkan
keserakahan akan kekuasaan dari seorang pemimpin otoriter, Bashar
Assad. Novel ini dimulai dari kisah tentang peristiwa terjadinya revolusi
Suriah. Ledakan-ledakan yang dilancarkan tentara Assad kepada rakyat
96

Suriah terutama Sunni. Kemudian pada bagian selanjutnya pengarang mulai


bercerita mengenai konflik-konflik mulai dari konflik antarindividu maupun
konflik harizontal yaitu konflik antarkelompok keagamaan Sunni dan Syi‟ah
kemudian pengarang menceritakan kekejaman-kekejaman yang telah
dilakukan oleh Bashar Assad terhadap rakyat Suriah dan tidak lupa ia
mencantumkan nama Bashar Assad serta mencercanya dalam karyanya ini.
Pada bagian akhir cerita, ditutup dengan kisah yang sangat menyedihkan,
anaknya Amal dan Samir. Keduanya tewas dalam peristiwa ledakan bom di
Aleppo pada waktu itu. Hemat penulis, melalui karya agungnya ini,
pengarang benar-benar ingin menceritakan kronologis konflik Suriah yang
sebenarnya, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa sebuah karya sastra
tidak harus menceritakan kejadian realita yang sebenarnya, namun dalam hal
ini setidaknya pengarang ingin menyuguhkan realita yang sebenarnya agar
pembaca mengetahui apa yang tengah menimpa pada rakyat Suriah pada
waktu itu berdasarkan apa yang dilihat dan dialami oleh pengarang sendiri.
Sistematika penyajian alur tergambar dalam bagan di bawah ini

Latar belakang Penculikan Konflik


terjadinya konflik individu

Penyelesaian dan Balas dendam Puncak


akhir cerita konflik

a. Latar belakang terjadinya konflik berupa aksi kekerasan dalam


negara dengan meledakkan bom di kota Aleppo, terputusnya air,
listrik dan juga jaringan telepon seluler. Pada mulanya konflik ini
lebih kepada negara. Karena negara dapat mewakili pemahaman
tertentu. Setiap kelompok berlomba-lomba ingin menjadi
97

kelompok yang mendominasi di Suriah terutama Sunni sebagai


kelompok mayoritas di Suriah. Mereka tidak terima bahwa
kelompok minoritas Syi‟ah memimpin mereka. Sehingga
terjadilah aksi serang menyerang. Sebagai kelompok yang
berkekuatan superior, Syi‟ah bebas melakukan tindakan apapun
seperti anarkis terhadap Sunni. Sehingga terjadilah konflik yang
tiada akhir hingga saat ini. Yang berperan dalam melakukan
kekerasan dalam fase ini adalah tentara-tentara Assad.
b. Penculikan Siham dilakukan oleh kelompok Abu Dhaba‟u. Ia di
penjara kemudian disiksa bahkan diperkosa menyebabkan Siham
menjadi depresi. Dalam hal ini yang menyelamatkannya adalah
Samir.
c. Konflik antarindividu yaitu antara Siham dan Samir lebih kepada
permasalahan pribadi diantara mereka berdua.Pada fase inilah
Siham menuding Samir merupakan tentara dari rezim Assad.
d. Pada fase ini merupakan puncak dari konflik antarkeagamaan.
Pada fase ini yang berperan adalah Siham. Ia mulai bertanya
kepada Ja‟far mengenai aliran apa yang dianutnya kemudian
Siham mulai melakukan aksinya dengan menebar kebencian
kepada teman-teman sejawat, wali murid bahkan pada masyarakat
Sunni Suriah terhadap kelompok Syi‟ah Alawite yang di anut
oleh keluarga Assad. Dalam fase ini terlihat bahwa konflik Suriah
merupakan konflik yang berbasis agama namun berakhir menjadi
konflik antara rakyat dan pemerintah. Karena setiap orang
maupun pemerintah mewakili dari paham keagamaan yang
dianutnya masing-masing. Terlihat dalam fase ini bahwa
kekuasaan itu merupakan suatu hal yang sangat menakutkan.
Orang yang telah berkuasa akan melakukan apapun untuk
98

mempertahankan posisinya. Dalam hal ini yang berperan


melakukan kekejaman terhadap rakyat Suriah adalah tentara
Assad yang merupakan perwakilan dari rezimnya. Dalam fase
inilah terlihat bahwa ada perbedaan antara tentara Suriah (FSA)
dan tentara Assad.
e. Balas dendam dilakukan oleh dua orang tokoh yaitu Ja‟far dan
Siham. Mereka berdua sama-sama memiliki dendam pribadi
kepada tokoh Abu dhaba‟u karena telah menyiksa Siham dan
membunuh saudara laki-laki Ja‟far.
f. Pada fase ini merupakan akhir dari sebuah cerita. Meskipun
konflik tidak bisa terselesaikan dalam novel ini. Di akhir cerita
berakhir dengan kisah yang sangat dramatis. Dua orang yang
sangat berarti dalam kehidupan Siham telah tewas. Samir
ditembak oleh tentara Assad sedangkan Amal meninggal dunia
karena ledakan bom di Aleppo.

4.2.3. Tema Utama (al-Fikrah, at-Tausiyah al-Maudu’).

Tema merupakan sesuatu yang menjadi dasar cerita atau pun yang
menjadi judul pokok dari sebuah cerita. Tema mayor yang disajikan
dalam novel Amal fī Sūriā adalah mengenai krisis kemanusiaan baik itu
berbentuk pergolakan revolusi, peperangan, konflik Suriah pada masa
pemerintahan Bashar Assad. Sedangkan tema minornya adalah tentang
ekonomi, kemiskinan dan pendidikan, percintaan semuanya itu berujung
pada konflik baik itu konflik antarindividu maupun antarkelompok
keagamaan di Suriah. Berawal dari perbedaan ideologi berujung pada
peperangan yang tiada akhir hingga saat ini. Pada bagian novel ini telah
dicantumkan kalimat yang memperlihatkan mengenai konflik telah terjadi.
Terdapat kata-kata “buuuuuuuuum” dalam teks ini bahkan berulang kali
99

telah dicantumkan oleh pengarang dalam teks tersebut. Hal ini


mengindikasikan bahwa telah seringkali terjadi ledakan-ledakan yang
dilancarkan oleh tentara Assad terhadap rakyatnya. Sebagaimana teks di
bawah ini memperlihatkan hal tersebut:

22

Artinya.
Buuuuuum... Suara dentuman dari ledakan itu tidak langsung
membuat kami merasa ketakutan, namun tergambar jelas dari
wajah kami bahwa semua itu cukup membuat kami sangat
menderita. Sehingga burung-burung yang terbang di langit pun ikut
merasakan ketakutan seperti yang kami rasakan, semua itu terdengar
pada saat kicauannya di pagi hari.
Berdasarkan teks di atas semakin memperjelas bahwa novel ini sarat
sekali menyinggung mengenai krisis kemanusiaan yang terjadi di Suriah
pada masa pemerintahan Bashar Assad. Rezim Assad ini merupakan salah
satu contoh rezim yang otoriter yang tega menyiksa rakyatnya sendiri di
Timur Tengah. Dalam novel ini, pengarang secara terang-terangan
menceritakan mengenai konflik sosial yang terjadi di Suriah sebagaimana
yang telah dipaparkan dalam teks sebelumnya.

4.2.4. Amanat.
Setiap karya sastra yang diciptakan tentu mempunyai pesan atau
amanat yang ingin disampaikan oleh pengarangnya kepada pembacanya.
Ada beberapa hal yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui novel ini
yaitu perdamaian dan harapan. Pesan universal yang tersirat dalam novel ini

22
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā.hlm. 11.
100

adalah mengenai pentingnya perdamaian dalam sebuah negara apalagi dalam


sebuah negara tentu terdapat berbagai sekte atau aliran di dalamnya. Sebagai
penganut agama yang baik seharusnya bisa menghormati dan menghargai
komunitas keagamaan lainnya. Memang benar tidak dapat dipungkiri bahwa
konflik tidak akan bisa terlepas dari kehidupan manusia. Akan tetapi
semua itu bisa di minimalisir dengan sikap saling menghargai
antarkelompok, tidak menghakimi dan menebar kebencian satu sama lain.
Dan yang terpenting adalah tidak menganggap kelompok mereka yang
paling hakiki. Semua itu diperlihatkan oleh pengarang dalam novel ini
melalui konflik-konflik yang sifatnya harizontal antarkelompok keagamaan
Sunni dan Syi‟ah yang terus bersitegang dikarenakan terdapat perbedaan
ideologi diantara mereka.
Pesan lainnya yang ingin disampaikan oleh pengarang lewat karya ini
adalah pentingnya sebuah harapan dalam kehidupan. Terutama dalam novel
ini yang ingin disampaikan oleh pengarang adalah mengenai harapan anak-
anak Suriah selalu berharap tidak ada kata putus asa bahwa hari esok akan
lebih baik dan indah dari hari ini agar mereka bisa bermain dan melewati
masa kecil bersama teman-teman mereka. Meskipun sangat tipis harapan
untuk Suriah kembali menjadi negara yang aman seperti dahulu lagi, namun
sebuah harapan akan selalu ada di dalam hati mereka. Berharap dan
terus berharap akan tiba keajabaiban di hari esok yang lebih indah dari hari
ini.

4.2.5. Sudut Pandang.

Dalam novel ini, pengarang menggunakan sudut pandang orang


pertama “aku” ) ) menunjukkan seolah-olah pengarang

sendiri ikut terlibat dalam bagian cerita ini. Hemat penulis, pengarang
berada diantara tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel ini, dan itu terlihat
101

dari tokoh utama Siham, pengarang ikut merasakan secara langsung


peristiwa terjadinya revolusi di Suriah pada waktu itu. Ada beberapa hal
yang memperkuat argumen penulis dan itu terlihat salah satunya dari profesi
yang ditekuni oleh pengarang Dina Nasrini dengan profesi tokoh utama
Siham dalam cerita ini sama yaitu sebagai guru di sekolah TK. Apalagi
dengan identitas pengarang yang merupakan penduduk asli Aleppo. Hal itu
mengindikasikan bahwa pengarang secara tidak langsung menceritakan
mengenai dirinya dan apa yang telah dialaminya pada saat terjadinya
peristiwa tersebut. Sedikit banyaknya ia ikut merasakan kondisi genting
pada saat itu lalu memasukkan pengalaman pribadinya dalam karyanya ini.
Karena pada dasarnya sebuah karya sastra diciptakan berdasarkan hasil
dari kenyataan bahkan apa yang telah dirasakan oleh pengarang sendiri.

4.3 Novel Amal fī Sūriā Sebagai Gambaran Konflik Sosial Vertikal


dan Harizontal Suriah

Pada bagian ini akan membicarakan mengenai situasi sosial dalam


teks novel Amal fī Sūriā kemudian dikorelasikan dengan konteks sosial
konflik yang terjadi di Suriah baik itu vertikal maupun harizontal, internal
dan eksternal. Sebagaimana teori utama yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu sastra merupakan refleksi atau cerminan dari kenyataan. Oleh sebab
itu dalam bagian ini penulis membaginya menjadi empat sub bab. Pertama,
Bashar Assad vs Rakyat Suriah mengindikasikan bahwa perlawanan selalu
terjadi antara pemerintah dan rakyat Suriah. Perlawanan ini diantara kedua
kubu ini terlihat sangat terlihat baik itu berupa aksi kekerasan maupun dalam
media sosial. Kedua, pertikaian Antara Sunni dan Syi‟ah (Alawite) Suriah.
Pertikaian ini antara dua sekte keagamaan ini telah tumbuh benih-benihnya
setelah zaman nabi Muhammad SAW wafat dan masih berlangsung hingga
saat ini, dikarenakan perbedaan dalam paham politik. Dalam bab ini akan
102

memaparkan bagaimana perbedaan dalam ranah ideologi menjadi salah satu


faktor konflik selalu terjadi di Suriah. Ketiga, tentara Assad vs Tentara FSA
(Free Syria Army), Sebagai Konflik Internal Suriah. Bagian ini akan
menjelaskan mengenai permusuhan antara dua tentara yaitu tentara Assad
terhadap tentara FSA atau tentara pembebasan Suriah yang dianggap sebagai
pemberontak oleh Bashar Assad. Keempat, novel Amal fī Sūriā Sebagai
Kritikan Terhadap Pemerintahan Bashar Assad. Kehadiran novel ini sebagai
upaya kritikan dari seorang pengarang terhadap pemerintahan Assad dan
ingin memberitahu kepada pembaca betapa kejam dan otoriternya rezim
tersebut.

4.3.1 Bashar Assad vs Rakyat Suriah.

Konflik sosial vertikal di Suriah terlihat pada penyiksaan demi


penyiksaan yang selalu dilancarkan oleh rezim Assad kepada rakyat Suriah
baik itu berbentuk ledakan, bom maupun penyiksaan lainnya. Rezim ini
dikenal sebagai rezim yang tiran yang tidak mengenal kata kasihan kepada
siapapun. Akibat dari keserakahan dan kekejaman mereka banyak rakyat
sipil yang tidak berdosa kehilangan tempat tinggal bahkan nyawa mereka.
Salah satu pihak yang turut merasakan dampak dari konflik Suriah adalah
anak-anak Suriah. Mereka yang masih di bawah umur harus mengalami
penderitaan dan penyiksaan yang sama sekali tidak mereka pahami
kesalahan apa yang telah mereka perbuat sehingga mereka dihukum seperti
itu. Mereka yang masih duduk di bangku TK turut merasakan kebingungan
apa yang telah terjadi di negara mereka. Hal yang paling krusialnya lagi
adalah mereka tidak bisa menikmati proses belajar mengajar dengan baik. Di
negara lain anak-anak yang seumuran dengan mereka bisa melakukan proses
belajar dengan baik, sangat berbeda sekali dengan mereka yang harus putus
sekolah dan mengubur harapan dan impian mereka dalam-dalam, karena
103

konflik berkepanjangan yang tiada akhir hingga saat ini.Semenjak angin


revolusi melanda Suriah, bangunan- bangunan bahkan rumah dan tempat
tinggal mereka telah hancur diledakkan oleh tentara Assad. Hal itu terlihat
dalam beberapa kutipan teks di bawah ini.

Buuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuum
Suara ledakan bom kali ini lebih dekat dan kuat dari sebelumnya
sehingga pintu ikut terbuka dengan sangat kuat. Dengan segera
aku langsung mendekat ke pintu itu kemudian menutupnya.
- Apa tugas seorang dokter?
Ketakutan dalam diri anak-anak juga tergambar dalam teks di
bawah ini.

- Apa yang akan kita lakukan jika mereka datang untuk membunuh
kita.?
- Itu adalah suara ledakan bom. Akan tetapi sangat jauh dari
tempat kita, Nak. Dan yang terpenting kita tidak ada hubungan
sama sekali dengan mereka.
Dari beberapa kutipan teks di atas menggambarkan bagaimana
kesulitan dan ketakutan yang telah dialami oleh anak-anak Suriah pada
saat menghadapi situasi yang sangat mengerikan itu. Setiap hari mereka

23
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 17
24
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 18
104

harus mendengar suara ledakan, tembakan bahkan mereka tidak tahu sampai
kapan mereka bisa selamat dari maut itu.

Beberapa kutipan teks di atas memperlihatkan bagaimana kacaunya


kondisi Suriah di tengah konflik-konflik yang berkecamuk itu. Dahulu
Suriah menjadi sebuah negara yang aman dan nyaman bagi warga
negaranya, namun kini Suriah telah berubah menjadi sebuah negara yang
sangat menakutkan bahkan tidak aman bagi warga negaranya sendiri.
Ledakan bom terjadi di mana-mana, bangunan-bangunan di perkotaan telah
hancur lebur dihanguskan oleh rudal dan tembakan lainnya. Di sini terlihat
sudah kekacauan di bumi Suriah, sedangkan anak-anak masih melakukan
proses belajar mengajar. Mereka tidak tahu sama sekali mengenai apa yang
tengah terjadi di negara mereka. Mereka hanya bisa merasa ketakutan setiap
kali mendengar ledakan bom tersebut. Di sini terlihat bahwa novel ini
sarat sekali menceritakan mengenai anak-anak Suriah penyulut revolusi
Suriah pada tahun 2011 lalu. Dalam novel ini sangat gamblang sekali
mengisahkan mengenai kondisi melalui tokoh anak yang bernama Amal.
Ia merupakan sosok anak yang sangat pintar dan ceria, ia bisa mengerti apa
yang tengah dialami oleh ibunya. Meskipun ia masih kecil bahkan bisa
dikatakan masih belia untuk seumuran anak yang sekolah TK, namun ia
begitu memahami bahwa ibunya dan rakyat Suriah tengah menghadapi
kesulitan di dalam negara mereka. Sebagaimana yang tergambar dalam teks
di bawah ini.
105

Artinya.
Ibu, lihatlah ....Ia berkata padaku sambil tersenyum penuh bangga
terpancar dari wajahnya yang cantik, aku melihat ia memegang
sebuah papan tulis yang telah di lukis dengan coretan gambaran anak-
anak yang indah, belum sempat aku bertanya padanya. Amal telah
menyodorkan padaku :
- Ini untukmu, Mama. Ia membawa sebotol air hangat agar ia
bisa mengangatkanku, dan ternyata ia benar-benar membawa
secangkir teh agar bisa menghangatkan tangan serta wajahnya.

Dalam teks di atas terdapat sebuah kalimat yang

bermakna lukisan anak-anak secara tidak langsung. Kalimat ini


mengingatkan kita pada sebuah insiden kecil yang telah terjadi pada tahun
2011 lalu, maraknya revolusi Suriah yang berawal dari sebuah grafity atau
coretan dinding di sebuah sekolah yang dilakukan oleh anak-anak di Deraa,
Aleppo. Dalam hal ini pengarang secara tidak langsung ingin menceritakan
kembali mengenai peristiwa besar itu. Hemat penulis teks ini selain
memperlihatkan penderitaan anak-anak Suriah. Teks ini juga
memperlihatkan mengenai tragedi penyiksaan terhadap anak-anak Suriah
pada tahun 2011. Sangat sulit untuk dibayangkan pedihnya siksaan dan
penderitaan yang telah dialami oleh anak-anak Suriah apalagi harus
menyaksikannya secara langsung. Revolusi Suriah ini lebih lama dan rumit
dibandingkan dengan revolusi yang terjadi di negara lainnya terutama dari
korban jiwa. Setiap hari banyak korban jiwa yang berjatuhan tidak sedikit
diantara mereka terluka bahkan meninggal dunia diteror dan diserang oleh
rezimnya sendiri. Sebagaimana yang dikutip dalam koran Sindonews.com

25
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 23
106

menyebutkan bahwa dalam lima tahun terakhir perang saudara yang


melanda Suriah, 400.000 warga Suriah telah tewas dan 70.000 lainnya
tewas akibat tidak adanya sarana kebutuhan dasar macam air bersih dan
kesehatan.26

Jika dicermati secara seksama ketika anak-anak Suriah bisa


melakukan aksi protes seperti itu terhadap rezimnya. Di sini terlihat
bagaimana konflik Suriah antara rezim versus rakyatnya tidak hanya terjadi
di kalangan orang tua saja namun telah merasuki ke relung hati anak-anak
Suriah. Kekejaman serta kebrutalan penguasa terhadap warga sipil Suriah
telah melewati batasnya sehingga anak-anak Suriah turut berpartisipasi
dengan melakukan coretan di dinding sebagai bentuk aksi protes mereka
terhadap rezim Assad. Mereka tidak tahan dengan kekejaman serta
perlakukan yang telah mereka alami selama dinasti Assad menguasai
Suriah. Mereka menuliskan sebuah kalimat yang provokatif dan dianggap
sebagai pemberontak terhadap pemerintah rakyat ingin

menumbangkan rezim penguasa). Meskipun mereka masih di bawah umur


untuk mengerti apa itu revolusi, aksi protes dan sebagainya. Mereka
terinspirasi untuk melakukan hal itu dari siaran televisi yang sedang
menayangkan revolusi Arab lainnya seperti Tunisia, Mesir dan Libya. Dan
itu merupakan slogan yang ditayangkan di semua stasiun televisi untuk
menumbangkan rezim mereka sehingga anak-anak Suriah turut terinspirasi
dan melakukan hal yang sama demi mengungkapkan perasaan kekesalan
yang tengah mereka alami. Jika dikorelasikan antara novel ini dengan
peristiwa grafity di Suriah tahun 2011 lalu sedikit banyaknya ada kemiripan

26
Lihat koran Sindonews.com, Berlianto, Korban Tewas Konflik Suriah Sentuh
Angka 470 Ribu Jiwa, Kamis, 11 Februari 2016 - 22:30 WIB. Di unduh pada tanggal 22
Oktober 2017. Pukul 15:00 WIB.
107

diantara keduanya. Novel ini mengisahkan mengenai anak-anak Suriah


yang masih sekolah di TK sedangkan peristiwa 2011 lalu anak laki-laki
yang berumuran 10-15 tahun. Apalagi dalam teks novel ini, pengarang
mencantumkan nama-nama anak laki-laki berikut ini.

Rami....Sami....Hani...Ramiz....Hamid ...Kamal...Jamal
Jamil...Samir....Hadir....Samih.
Hisam...Wisam...Abdullah...Abdurraman...Abdussami‟..Abdurrazzaq.
Abdul-Mun‟im...Hasan...Husain..Sa‟id.

Berdasarkan teks di atas terlihat bahwa pengarang mencantumkan


beberapa nama anak laki-laki Suriah, menurut hemat penulis, secara tidak
langsung novelis ingin menceritakan kembali me ngenai tragedi grafity
tahun 2011 lalu melalui nama anak laki-laki dalam teks tersebut. Dan
penulis berkesimpulan bahwa novel ini kental sekali nuansa sejarah yang
menceritakan kembali mengenai sebuah peristiwa nahas yang dialami oleh
anak-anak penyulut revolusi 2011 lalu. Beberapa kutipan teks di atas terlihat
bagaimana konflik antar pihak penguasa yaitu rezim Assad dan rakyat
Suriah. Tentunya konflik ini bertipe vertikal. Melalui teks ini, pengarang
ingin memperlihatkan bahwa anak-anak Suriah merupakan penyulut revolusi
yang terjadi di Suriah yakni insiden lewat karya grafity atau coretan dinding
yang dilakukan anak-anak tersebut. Meskipun dalam novel ini tidak secara
tersurat diceritakan kejadian sebenarnya, namun secara implisit atau secara
tidak langsung kutipan beberapa teks di atas telah mewakili peristiwa
bermula terjadinya revolusi 2011 lalu. Ada kemiripan antara realita dengan

27
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 115-116
108

apa yang tercantum dalam teks novel tersebut bahwa anak-anak Suriah
sangat berperan penting dalam lahirnya revolusi Suriah.

Dalam sebuah kalimat di atas, terdapat kata

Sebagaimana yang diungkapkan oleh David Wlesch dalam Trias


Kuncahyono (2013) bahwa anak-anak tersebut menggunakan kata-kata

yang bermakna sistem atau rezim ketimbang yang bermakna

pemerintah.28 Dengan memilih kata terlihat jelas siapa sasaran frustasi

serta kekesalan mereka. Mereka frustasi dengan sistem yang ada di Suriah,
bukan terhadap pemerintah Suriah. Lebih lanjut David juga mengutip
pendapat James L gelvin dalam The Arab Spring: Change and Resistence in
the Middle East bahwa pemilihan kata mengindikasikan bahwa anak-

anak Suriah lebih tertarik pada isu-isu tentang keadilan sosial dan korupsi
dibandingkan isu-isu demokrasi.29 Karena anak-anak secara langsung ikut
merasakan dampak dari persoalan sosial yang tengah dialami oleh negara
mereka. Mereka harus menjalani hidup dalam penderitaan dan kelaparan
setiap harinya. Yang jelas anak-anak Suriah mencoret dinding tersebut
sebagai bentuk ekspresi kemarahan mereka terhadap rezim Assad, mereka
tidak mempunyai cara lain untuk menyalurkan ataupun mengungkapkan
apa yang telah mereka rasakan selama ini. Telah banyak sekali tindakan serta
kebijakan yang telah dibuat oleh penguasa, namun di lain pihak merugikan
rakyatnya. Misalnya saja faktor ekonomi, mayoritas rakyat Suriah sulit
mendapatkan pekerjaan, banyak lulusan sarjana Suriah menganggur karena
tidak tersedianya lapangan pekerjaan bagi mereka, korupsi semakin

28
Trias Kuncahyono, 2013. hlm. 114.
29
Lihat selengkapnya David Wlesch, Mark L Haas, The Arab Spring: Change and
Resistence in the Middle East, https: www.amazon.com/Arab-Spring-Change-Resistance-
Middle/dp/0813348196. Di unduh pada tanggal 12 Agustus 2017. Pukul 14: 00 WIB.
109

merajalela, harga sembako melambung tinggi. Semua itu membuat rakyat


semakin menderita bahkan putus asa. Rakyat merasakan banyak
ketidakadilan baik itu secara sosial, ekonomi maupun politik. Tidak
imbangnya pemerataan kekayaan dalam negara, kekayaan negara hanya
mengalir ke rezim yang berkuasa dan pihak-pihak yang dekat dengan
rezim Assad. Mereka hidup dengan layak, berkecukupan tidak ada
kekurangan apapun. Melihat ketidakadilan tersebut membuat rakyat Suriah
semakin murka. Mereka menginginkan keadilan dan kesejahteraan sesuai
dengan janji-janji Assad ketika memulai menjabat dahulu. Realitanya janji
hanya tinggal janji, ibarat kata pepatah yang kaya semakin kaya, yang
miskin semakin miskin. Semua janji tidak pernah terealisasikan bahkan
banyak rakyat Suriah yang mati kelaparan. Sebagaimana teks di bawah ini
memperlihatkan keadaan tersebut.

Artinya.
Terdengar suara seorang laki-laki yang sudah tua melewati
kami, ternyata dia seorang pedagang yang mengomel sendiri,
tatapannya kosong sambil membawa kantong plastik yang berisi
roti . Dia menarik anak kecil tersebut kesampingnya, dia langsung
meneruskan perjalanannya sambil berbicara sendiri tanpa memahami
apa yang dikatakannya.Aku menatapnya dengan perasaan sedih,
terlihat air mata mengalir di pipi anak kecil tersebut, dengan
cepat ia mengusap dengan lengan bajunya. Kemudian dia mengikuti
jalan lelaki tua tersebut.

30
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm. 21.
110

Teks di atas memperlihatkan kondisi masyarakat Suriah yang harus


hidup kelaparan, sistem ekonomi Suriah tidak stabil, pengangguran di
mana-mana, tidak adanya lapangan pekerjaan yang disediakan untuk
masyarakat Suriah terutama para anak muda dan sarjana. Akibat dari krisis
ekonomi ini, banyak rakyat sipil Suriah yang meninggal akibat kelaparan.
Melalui teks di atas secara tidak langsung pengarang memperlihatkan situasi
Suriah yang tengah dihadapi permasalahan internal yang tidak kunjung usai.
Dan Semua permasalahan di atas merupakan permasalahan yang timbul
dari dalam Suriah. Dan pada akhirnya rakyat Suriah tidak tahan lagi
menanggung semua permasalahan yang disebabkan oleh kelalaian rezim
mereka sendiri, menyebabkan lahirnya konflik internal Suriah yaitu antara
rakyat Suriah versus rezim berkuasa (Assad). Berawal dari sebuah keluhan-
keluhan yang diabaikan, lama kelamaan menjadi peperangan dalam skala
Suriah yang berlangsung hingga saat ini. Permasalahan internal yang tidak
bisa terselesaikan dengan baik . Sehingga menarik pihak luar ikut campur
dan mengambil keuntungan darinya. Sebagaimana yang telah disebutkan
pada bagian awal, bahwa konflik Suriah ini tidak hanya dipicu oleh faktor
ekonomi saja, tetapi juga faktor politik dan sosial lainnya. Konflik Suriah ini
bersifat multidimensi, semua internal, eksternal, vertikal maupun harizontal
semua berkumpul menjadi satu bagaikan benang yang semakin kusut, tak
akan mudah untuk meleraikannya. Apapun itu pemicu konflik Suriah, yang
pasti anak-anak yang paling menderita.

Tidak hanya sampai di situ saja kekejaman-kekejaman yang telah


mereka lakukan terhadap rakyat sipil Suriah.Yang lebih tragisnya lagi
adalah mereka melarang terhadap rakyat Suriah untuk menggunakan media
sosial seperti facebook, youtube dan media sosial lainnya. Dalam teks di
bawah ini terlihat tokoh perempuan Siham sedang menggunakan media
sosial seperti facebook.
111

.
-
-
31
-
-
Artinya.
Aku tidak pernah lupa dengan aktifitas facebook, setiap kali ada
kesempatan, aku akan mengupdate atau mempublikasikannya dalam
berbentuk status.
- Allah SWT akan mengutuk ruh mu wahai Hafedz.
- kemerdekaan jaya jaya.
- Allah akan memberikan pertolongan pada tentara pembebasan.

Melihat ungkapan suara hati dari seorang Siham di atas


memperlihatkan bagaimana tokoh Siham sebagai warga negara Suriah
menggunakan media sosial yakni facebook lalu membuat status dan
mempublikasikannya mengenai apa yang sedang ia pikirkan pada saat itu.
Dari status atau ungkapan yang ia publikasikan tersebut terdapat nama
seseorang yang sangat berpengaruh di Suriah yaitu Hafedz meskipun nama
ini bisa saja diperuntukkan kepada pemilik nama hafedz lainnya, namun
jika nama ini dikaitkan dengan negara Suriah tentu yang dimaksudkan
tiada lain dan tiada bukan adalah Hafedz Assad, ayahnya Bashar Assad
presiden pertama Suriah. Hafedz Assad merupakan presiden pertama Suriah
yang menjadi presiden melalui peristiwa kudeta Suriah pada tahun 1970
lalu. Dari status atau ungkapan yang ditulis oleh Siham itu menandakan
bahwa ia sangat membenci bahkan mengutuk kepemimpinan Hafedz Assad.
Selama memimpin Hafedz Assad dikenal merupakan sosok pemimpin yang
otoriter dan itu diwariskan kembali pada anaknya sekarang. Dan nama
Hafedz masih sangat membekas di hati rakyat Suriah malahan luka tersebut

31
Trias Kuncahyono, 2013. hlm. 26
112

semakin lama semakin mendalam apalagi semenjak pecahnya revolusi


Suriah 2011 lalu. Ungkapan Siham yang dituangkan ke dalam status tersebut
terlihat bahwa ia sangat mengutuk sistem pemerintahan Suriah, tidak hanya
pada masa Bashar Assad sekarang, namun kebencian tersebut telah ada
semenjak ayahnya hafedz Assad menjabat sebagai presiden Suriah dari
beberapa dekade lalu.
Menurut hemat penulis, apa yang dilakukan oleh Siham dalam teks
ini secara tidak langsung telah mewakili perasaan dari masyarakat Suriah
yang ingin mengutarakan apa yang tengah mereka alami serta
mempublikasikannya melalui media sosial agar seluruh manusia di dunia
mengetahui bagaimana rakyat Suriah telah mengutuk rezimnya. Dan itulah
salah satu alasan mengapa rezim Assad memutuskan semua fasilitas baik
itu listrik, jaringan telepon dan semua media dibungkam dan dilarang masuk
ke Suriah bertujuan agar rakyat Suriah tidak bisa melihat dunia luar apalagi
sampai ikut terprovokasi oleh negara-negara Arab lainnya yang tengah di
guncang dengan fenomena revolusi dan krisis kemanusiaan yang sama.
Pemerintah memblok semua saluran televisi dan media di Suriah agar rakyat
Suriah tidak semakin memberontak dengan melakukan hal-hal yang dapat
melengserkan kedudukan serta eksistensi rezim Assad di Suriah. Peran
media sangat besar dalam revolusi ini, tentu rezim Assad sangat menyadari
akan hal itu. Oleh karena itulah mereka memblok semua jaringan telepon,
media sosial di Suriah. Semua rakyat Suriah dilarang menggunakan media
sosial baik itu facebook, twitter maupun media sosial lainnya.
Peristiwa yang nyaris serupa dengan Suriah telah terjadi sebelumnya
terjadi di Tunisia, Muhammad Bouazizi yang direkam oleh sepupunya lalu
mengunggahnya ke Internet. Dalam sekejap menjadi viral dan lahirlah
gelombang revolusi Arab pada akhir 2010 lalu. Rezim Assad tentu tidak
akan melakukan kesalahan yang sama sebagaimana yang telah dilakukan
113

oleh Tunisia dan negara Arab lainnya, oleh karena itu, untuk mengantisipasi
terjadinya hal tersebut, mereka memblok semua media sosial baik itu
facebook, twitter, youtbe dan lainnya, tidak seorangpun rakyat Suriah yang
diperbolehkan menggunakannya. Larangan penggunaan facebook ini telah
berlaku selama empat tahun, apalagi yang memegang saham terbesar
perusahaan telepon nasional Suriah, Rami Makhlouf yang merupakan adik
iparnya Bashar Assad sendiri dan ia menguasai 55 persen pasar di Suriah.32
Sedangkan realita yang terjadi adalah semakin pemerintah melarang
menggunakannya, maka semakin banyak pula rakyat Suriah yang
menggunakannya. Menurut The New York Time dalam Trias Kuncahyono
(2013) tercatat ada sekitar 580.000 pengguna media sosial terutama facebook
di Suriah dan itu angka yang sangat fantastis dari sebelumnya. Setelah
sebulan pecahnya revolusi, pengguna media sosial di Suriah bukannya
semakin berkurang malah semakin bertambah banyak menjadi 180.000.33
Dengan sarana media sosial ini, rakyat bisa menyebarluaskan semua
peristiwa-peristiwa berdarah, pembunuhan serta pembantaian terhadap
warga sipil di Suriah, agar semua orang di dunia bisa melihat betapa kejam
dan brutalnya rezim Assad ini.
Berdasarkan teori Dahrendorf menyebutkan bahwa sebagai pihak
yang berkuasa akan berbuat apapun demi mempertahankan legitimasinya di
Suriah. Sedangkan sebagai pihak yang dikuasai akan melakukan apapun
untuk melengserkan rezim hanya ingin memperoleh perubahan di Suriah,
sebagaimana yang dilakukan oleh rakyat Suriah. Bashar Assad merupakan
contoh dari salah satu pemimpin yang rakus akan kekuasaan menginginkan
menjadi penguasa abadi di Suriah. Kedudukan telah membutakan mata dan
hati nuraninya sehingga ia tidak merasa kasihan apalagi simpati melihat apa

32
Trias Kuncahyono,2013.hlm.94.
33
Trias Kuncahyono, 2013. hlm. 100.
114

yang tengah menimpa pada rakyatnya bahkan ia sendiri sebagai aktor utama
yang membunuh rakyatnya sendiri, setiap hari korban terus berjatuhan
akibat dari otoriternya rezim Assad tersebut. Ia akan melakukan apapun
untuk mempertahankan status quo di Suriah. Akibat dari kerakusan Assad
akan kekuasaan menyebabkan peperangan yang tiada akhir sampai saat
ini. Dan salah satu upaya agar mereka bisa mempertahankan kekuasaannya
yaitu dengan memblokir semua media sosial.

Media sosial merupakan salah satu cara yang tepat mereka


melakukan pemberontakan. Melalui media sosial mereka mengungkapkan
keluhan serta isi hati sebagai bentuk ungkapan kekesalan serta kemarahan
yang telah dilakukan Bashar Assad terhadap rakyatnya selama ini. Agar
seluruh orang mengetahui bagaimana represifnya rezim Assad terhadap
mereka. Dari sebuah status yang ditulis oleh Siham di atas tercantum sebuah
kalimat ( Semoga Allah melaknat jiwamu,Hafiz). Kalimat

ini bermakna penuh dengan rasa amarah yang amat luar biasa sehingga
Siham menyebut nama “hafez” yaitu ayah dari Bashar Assad yang pernah
menjabat puluhan tahun lamanya sebelum dilanjutkan oleh Bashar Assad.
Teks di bawah ini akan menggambarkan mengenai kekejaman-
kejaman yang selalu dilakukan oleh Bashar Assad terhadap rakyatnya
Kekejaman-kekejaman yang dilakukan itu tidak berdasarkan rasa
prikemanusiaan.

-
-
115

Artinya.
Aku teringat pada cerita bahwa beribu-ribu orang yang
terkurung dalam penjara mereka disiksa. Dalam pikiranku selalu
terlintas sosok Abu Dhaba‟u yang menyiksa pemuda - pemuda
dengan sangat kejam karena dendam terhadap mereka. aku pun
menjawab perkataannya:
- Mereka disiksa?
- Tidak, ia meninggal akibat dari kelalaian mereka sendiri.Ia
meninggal dalam penjara bawah tanah, mereka menimbunnya
bersama enam orang lainnya dalam satu lobang, lalu mereka
meninggalkannya.
- Telah meninggal selama tiga hari.

Dalam paragraf lain juga diceritakan kekejaman-kekejaman Bashar


Asaad tersebut.

Artinya.
Mereka (rezim Assad) telah membunuh keluarga kami!
Mereka telah menyembelih mereka seperti biri-biri, lalu mereka
mengumumkan dalam pertempuran tersebut bahwa Suriah
pendukung Bashar. Kamu masih mengatakan bahwa aku tidak
mengetahui hal apapun.!

Dari kutipan teks diatas terlihat bahwa bagaimana kejamnya rezim


Bashar Assad, mereka tega menyiksa orang -orang yang tidak bersalah,
mereka dengan sengaja mengurung dan mengubur pemuda-pemuda hidup-
hidup dalam penjara bawah tanah dalam satu lobang lalu menimbun
mereka hingga tewas selama tiga hari. Meskipun dalam dunia realita tidak
ada data sejarah yang dapat membuktikan bahwa Bashar Assad

34
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm. 154.
35
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 131.
116

memenjarakan dan menimbun rakyat Suriah dalam satu lobang di bawah


tanah, namun masih banyak lagi kejahatan dan kekejaman lainnya yang tak
kalah serupa bengisnya dengan kejahatan tersebut. Dan yang paling
parahnya lagi adalah mayoritas masyarakat yang disiksa itu dari kelompok
Sunni. Di sini terlihat bahwa perbedaan dari ideologi yang menyebabkan
Bashar Assad tega menyiksa rakyatnya sendiri. Dan dalam teks di bawah ini
terdapat sebuah kalimat yang sangat transparan sekali menyebutkan
mengenai 15 orang yang disiksa dan itu tentu mengingatkan pada peristiwa
grafity yang dilakukan oleh anak-anak yang berjumlah 15 orang pada saat
meletusnya revolusi 2011 lalu.

Artinya.
Mereka memasukkan enam orang ke dalam satu lobang,
jangan bertanyakan padaku bagaimana! Pada waktu yang lain mereka
memasukkan lebih dari lima belas orang dalam satu lobang lagi!!!
Juga jangan tanyakan padaku bagaimana! Akan tetapi pada saat kami
bangun pada pagi harinya kami mendapat berita bahwa ada enam
orang dari mereka yang memberi kesaksian, bahwa ada seorang
algojo yang pada hari itu menyiksa mereka mendapat penghargaan
dan merupakan sebuah pencapaian yang besar.

Dalam teks di atas terdapat kalimat (15 orang) dan

penulis sangat meyakini bahwa dalam hal ini pengarang menyinggung


mengenai peristiwa grafity tahun 2011 lalu namun mengenai aksi anak-anak
dalam mencoret dinding sekolahan tersebut tidak secara langsung diceritakan

36
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm. 154-155
117

oleh Dina Nasrini dalam novel ini. Hemat penulis peristiwa tersebut sangat
sensitif untuk diceritakan dalam sebuah karya sastra.

Yang menjadi pertanyaan besar bagi rakyat dan anak-anak Suriah,


apa itu revolusi ( )? Apa itu kemerdekaan ? ( ) Untuk siapa

sebenarnya revolusi ini? Dan kenapa Suriah harus terjadi

revolusi?. Kenapa harus menewaskan banyak nyawa? Semua pertanyaan itu


membutuhkan jawaban yang belum bisa terpecahkan hingga saat ini.
Sebagaimana teks di bawah ini menggambarkan mengenai revolusi Suriah
tersebut.

Artinya.
Para pengungsi yang berpindah harus merasakan kesedihan,
hidup dalam kesederhanaan disekitar tempat pengungsian. Mengapa
dinamakan republik Suriah, kenapa ? Untuk siapa? Siapa yang akan
bisa menjawab semua pertanyaan yang besar ini. Apakah ini yang
dinamakan revolusi?
Pertanyaan-pertanyaan besar yang diungkapkan oleh pengungsi
Suriah dalam teks di atas menunjukkan bahwa rakyat sipil Suriah merasa
kebingungan, tidak mengetahui apa yang sebenarnya yang menimpa negara
mereka itu. Jika memang ini revolusi untuk membawa perubahan untuk
kepentingan siapa? Dan kenapa revolusi Suriah lebih parah dibandingkan
dengan negara lainnya? Mereka saling bertanya diantara mereka sendiri.
Revolusi merupakan suatu perubahan terhadap sistem ketatanegaraan
(pemerintahan maupun keadaan sosial) yang dilakukan dengan cara
kekerasan atau menggunakan senjata. Revolusi seringkali dikaitkan dengan

37
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm 15.
118

suatu upaya penggulingan kekuasaan atau kudeta dengan berlandaskan asas


kesamaan nasib antar bangsa pada suatu negara. Dan revolusi ini biasanya
terjadi ketika suatu negara telah dipimpin oleh seorang presiden yang
terlalu lama berkuasa dan memerintah secara otoriter. Pada akhirnya
revolusi dilakukan bertujuan untuk menjatuhkan kediktatoran pemimpin
negara tersebut, disebabkan rakyat yang tidak puas atas kekuasaan yang
dipimpin oleh rezimnya. Sebagaimana peristiwa revolusi Suriah telah terjadi
pada Maret 2011 lalu, yang diawali dengan sebuah insiden kecil yang
dicoret pada tembok sekolah di Deraa, setelah insiden tersebut situasi Suriah
semakin hari semakin memprihatinkan bahkan berakhir dengan peperangan
yang tiada berujung hingga saat ini. Sedangkan kemerdekaan diartikan
sebagai hak yang dimiliki setiap individu untuk bebas melakukan apapun
selama itu tidak membahayakan orang lain

Merdeka berarti terbebas dari segala macam belenggu, aturan, dan

kekuasaan dari pihak tertentu. Merdeka merupakan sebuah rasa kebebasan


bagi makhluk hidup untuk mendapatkan hak dalam berbuat sesuai keinginan
setiap individu baik itu bebas berbicara, mengutarakan pendapat apalagi
menyampaikan aspirasi dan harapan mereka terhadap pemerintah yang
berkuasa. Suriah dipimpin oleh klan Assad yaitu Bashar Assad dari
kelompok Alawite Suriah. Suriah selama beberapa dekade di bawah
pimpinan Assad ini bisa dikatakan tidak banyak mengalami perubahan baik
itu dari segi ekonomi, infrastruktur maupun kesejahteraan bagi rakyatnya.
Realitanya yang terjadi sebaliknya, rakyat semakin menderita,kelaparan,
hidup terlantar, banyak rakyat Suriah yang menjadi tunawisma dikarenakan
rumah dan tempat tinggal mereka telah dihancurkan oleh aparat yang brutal.
Setelah pecahnya peristiwa Arab Spring 2011 lalu situasi Suriah semakin
tidak terkendali, rakyat terus menerus melakukan aksi demontrasi menuntut
119

mundurnya rezim Assad yang sudah terlalu lama berkuasa (dimulai sejak
Hafedz al-Assad tahun 1972, lalu digantikan anaknya Bashar al-Assad
sejak tahun 2000 hingga kini).
Melihat revolusi yang tidak kunjung usai tersebut, rakyat Suriah
pun mulai merasa putus asa dan tidak tahan harus terus berada dalam kondisi
yang menyakitkan itu. Mereka rakyat Suriah memutuskan untuk mengungsi
ke negara tetangga seperti Turki, Yodania bahkan sampai pada Lebanon.
Sebagaimana teks di bawah ini menggambarkan mengenai dampak revolusi
tersebut.

Artinya.
Siham : Itu bukanlah revolusi.
Ja‟far: Aku tahu itu ya Sayyidah, aku tahu, bahwa revolusi akan
menentang peraturan dari rezim tersebut dan akan menimbulkan
masyarakat tetekan.Jumlah revolusioner semakin hari semakin
banyak. Terutama ketika para revolusioner memutuskan untuk
menyelamatkan diri dan meminta pertolongan kepada negara
luar untuk mendapat perlindungan terhadap masalah yang
mereka alami seperti Turki, Yordania bahkan sampai Lebanon.

Teks di atas memperlihatkan bahwa mayoritas rakyat Suriah sudah


tidak sanggup menghadapi situasi yang semakin hari semakin memburuk
39
tersebut. Pada akhirnya mereka memutuskan untuk mengungsi bahkan
pindah dan keluar dari negaranya sendiri menuju ke negara-negara tetangga

38
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 111.
39
Ratna, H. UNICEF: 14 Juta Anak Menderita Akibat Konflik di Suriah-Irak. New
York: Antaranews.com. (2015). Di unduh pada tanggal 23 Juli 2017. Pukul: 12:30 WIB.
120

seperti Turki, Yordania hingga Lebanon untuk meminta perlindungan.


Berdasarkan data dari PBB, konflik Suriah telah membuat 220.000 lebih
kehilangan nyawa. Lebih dari empat juta orang telah mengungsi di berbagai
negara tetangga Suriah, sedangkan 7,6 juta orang lagi menjadi pengungsi di
dalam negeri Suriah.40 Sementara data pada tahun 2013 menyatakan bahwa
ada sekitar 250.000 pengungsi Suriah di Lebanon dan 394.876 orang
pengungsi Suriah di Yordania.41 Dalam berita harian Al-Jazeera juga
menyatakan bahwa pengungsi semakin hari semakin bertambah hingga
mencapai 5 juta jiwa selama 6 tahun terakhir. Juru bicara UNHCR, Babar
Baloch mengatakan bahwa jumlah pengungsi Suriah di Turki telah
meningkat sebesar 47 ribu sejak Februari. Total pengungsi Suriah di Turki
saat ini menjadi 2,97 juta pengungsi. Turki menjadi rumah bagi lebih dari
setengah jumlah pengungsi Suriah di negara-negara tetangga lainnya.42
Dalam teks di bawah ini menggambarkan mengenai pengungsi Suriah yang
berada di kamp pengungsian di bawah perlindungan negara Turki.

Artinya.

40
AntaraNews.com. UNICEF : 14 Juta Anak Menderita Akibat Konflik di Suriah-
Irak,Jumat, 13 Maret 2015. Di unduh pada tanggal 23 Juli 2017. Pukul: 12:30 WIB.
41
Lihat selengkanya BookReview Dina Y. Sulaeman, Prahara Suriah: Membongkar
Persekongkolan Multinasional, oleh A.Muchaddam Fahham, 2014.

42
Sulhi El-Izzi, Al-Jazeera.Pada Kamis, 30 Maret 2017. Pukul 23:00. Lihat juga
https://m.kiblat.net/2017/03/30/jumlah-pengungsi-suriah-di-negara-tetangga-tembus-lima-
juta. Di unduh pada tanggal 21 Agustus.Pukul. 20: 30 Wib..
43
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm.13.
121

Aku mencoba untuk menyingkirkan orang tersebut dari


pikiranku, Amal menyeretku jauh dari trotoar. Sambil terus berjalan
kami melanjutkan obrolan kami tadi, Tak lama kemudian kami
melewati orang-orang yang sedang duduk dalam sebuah tenda
Balastikiyah yang bermacam-macam. Mereka yang duduk terdiri dari
anak-anak, wanita dan orang tua. Akan tetapi yang lebih
mengherankan adalah yang mempunyai tempat tinggal, toko bahan
makanan, daging-daging serta sayur-sayuran itu di produksi dari
Turki.
Dari teks di atas menggambarkan mengenai bantuan yang diberikan
oleh pemerintah Turki terhadap pengungsi Suriah. Mayoritas pengungsi
Suriah meminta perlindungan pada Turki. Pemerintah Turki telah
menampung pengungsi Suriah terbanyak dibandingkan dengan negara Arab
lainnya. Negara ini telah banyak membantu dan melindungi pengungsi sejak
awal terjadinya konflik bersenjata di Suriah pada tahun 2011 lalu mulai dari
makanan, pakaian dan peralatan medis lainnya Pemerintah Turki terus
membuka gerbang perbatasan dan mengizinkan pengungsi Suriah memasuki
negaranya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh PBB bahwa saat ini Turki
telah menampung hampir tiga juta warga Suriah, setelah kedatangan 47 ribu
44
pengungsi baru dari negara itu pada Februari lalu. Dengan demikian,
jumlah pengungsi yang melarikan diri dari perang di Suriah telah menembus
angka lima juta orang. Teks di atas secara tidak langsung menggambarkan
mengenai bantuan negara Turki terhadap pengungsi Suriah. Melalui teks ini,
pengarang bermaksud untuk menceritakan kembali mengenai kejadian yang
sebenarnya terjadi pada waktu itu. Sementara itu Lembaga Pusat Penelitian
Kebijakan Suriah (Syrian Center for Policy Research, SCPR) menyebutkan

44
BBC Arabiah,Turkiyā Tan fī Tarhīl Lājī’n as-Sūriyīn a’n-Ardīhā Qasron,28 Maret
2013.
122

bahwa total korban tewas akibat konflik lima tahun di Suriah telah
mencapai angka lebih dari 470.000 jiwa.45
Berbeda halnya dengan tokoh utama perempuan Siham, ia sama
sekali tidak ingin mengungsi ataupun meninggalkan Suriah untuk
menyelamatkan diri seperti pengungsi lainnya yang tinggal di kamp
pengungsian. Sebagaimana yang tergambar dalam teks di bawah ini.
-
-
-
-
-

Artinya.
- Siham : Aku tidak akan mengungsi untuk sementara waktu
sampai perang ini berakhir. Aku pikir dengan mengungsi juga
tidak menjamin rakyat Palestina berbeda dari keadaan mereka
semula.
- Paman: Ini bukan Palestina anakku.
- Siham : Iya aku tahu itu, Paman, akan tetapi aku tidak akan
pernah meninggalkan negaraku.
Dikisahkan dalam novel Amal fī Sūriā bahwa tokoh utama perempuan
Siham sedang dilanda kebingungan, bagaimana tidak semua rakyat Suriah
memutuskan untuk mengungsi dan keluar dari Suriah. Sedangkan Siham
tidak ingin melakukan hal yang serupa, ia bersikukuh untuk tetap tinggal di
negerinya menunggu sampai perang akan berakhir. Menurutnya dengan
mengungsi tidak akan menjamin keamanan pada seseorang. Ia ingin seperti
rakyat Palestina yang tetap setia untuk tinggal di negaranya. Dan dari dialog
diatas terlihat bahwa betapa Siham tetap dengan pendiriannya, ia tidak

45
Lihat selengkapnya, Al-Jazeera Tsaurah Dāriyā as-Sūriā, 28-08-2016.Pukul
18:27.
46
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm. 59.
123

akan mengungsi ke negara tetangga seperti yang dilakukan oleh


pengungsi-pengungsi lainnya. Ia sangat mencintai negerinya meskipun
Suriah tidak seperti sebuah negeri yang ia agung-agungkan seperti dahulu
lagi, Kini Suriah telah menjadi sebuah negeri yang dipenuhi dengan
kesuraman, kebrutalan rezim Assad yang semakin hari semakin menjadi-
jadi. Setiap waktu korban terus berjatuhan, dentuman dari ledakan bom
terus bergemuruh diberbagai penjuru negeri.

Melihat sikap Siham di atas menunjukkan betapa cintanya Siham


kepada negaranya. Nasionalismenya sangat tinggi terhadap negara Suriah.
Sebagaimana yang tergambar dalam teks berikut ini.

-
-
Artinya.
- Paman Yasir: Ini tidak masuk akal.! Apa yang bisa kamu
harapkan dari negeri ini jika kamu masih tetap tinggal di sini.
Barangkali kamu bisa melakukannya di sana sebagaimana yang
kamu lakukan di sini.
- Siham : Tidak, Paman, ini adalah negaraku buka negara mereka,
aku tidak akan pernah meninggalkannya hanya karena mereka.
- Paman Yasir: Anakku!.
Sikap Siham dalam teks di atas menunjukkan bahwa ia sangat
mencintai negaranya, Suriah. Suriah adalah negaranya bukan negara mereka
yang menghancurkan Suriah. Sikap cinta tanah air yang dicontohkan oleh
Siham ini menunjukkan bahwa setiap orang harus mempunyai rasa
nasionalisme yang tinggi terhadap tanah airnya. Bukankah setiap orang
berkewajiban untuk mencintai negara mereka sendiri. Ada sebuah kalimat

47
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 59
124

dalam bahasa Arab yang menyatakan bahwa cinta terhadap negara


merupakan sebagian daripada iman. . Sikap Siham di atas

memperlihatkan bahwa ia merupakan seorang yang sangat mencintai


negaranya memiliki nasionalisme yang tinggi, tidak peduli apapun yang
terjadi, ia tidak akan pernah meninggalkan Suriah apalagi pindah dan
mengungsi ke negara tetangga hanya karena keadaan Suriah tidak membaik
sebagaimana yang telah dilakukan oleh pengungsi Suriah lainnya. Melalui
teks tersebut, pengarang menggambarkan bahwa mayoritas rakyat Suriah
memilih untuk mengungsi dan keluar dari negara Suriah untuk
menyelamatkan diri mereka dan meminta perlindungan pada negara lainnya.

Ada sebuah kalimat yang sangat menarik perhatian penulis dari


kalimat di atas ,48 kalimat yang hampir senada lainnya

adalah ini adalah Suriah .

Konflik Suriah tidak bisa dibandingkan dengan konflik yang terjadi di


berbagai negara Arab lainnya. Suriah bukan Palestina, sebelum peristiwa
konflik yang terjadi pada tahun 2011 Suriah adalah negara pengayom
pengungsi. Selama 63 tahun, Suriah merupakan sebuah negara yang menjadi
tempat berlindung orang-orang Palestina yang terusir dari tanah air mereka
sendiri. Suriah juga menjadi markas perjuangan Hamas untuk membebaskan
Palestina dari penjajahan Israel. Ada sekitar 500.000 pengungsi Palestina di
Suriah. Para pengungsi ini mendapat layanan kesehatan dan perumahan
yang sama sebagaimana rakyat Suriah. Dalam hal ini dapat diakui bahwa
Suriah sangat berjasa terhadap bangsa Palestina. Selain Palestina, ada negara
lainnya yang dibantu oleh Suriah yaitu Irak. Pada tahun 2007 Suriah

48
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm. 59
49
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm. 8
50
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm. 8
125

kembali kedatangan 2000 pengungsi Irak akibat serangan AS ke negara


itu untuk menumbangkan rezim Saddam Husein. Jika Suriah menjadi tempat
berlindung yang aman bagi para pengungsi Palestina, sebaliknya Mesir sejak
era Husni Mubarak hingga era Mursi justru menutup pintu perbatasan Rafah
menghalangi masuknya pengungsi Palestina. Perlakuan baik Suriah terhadap
para pengungsi Palestina ini diakui oleh UNHCR. Suriah bahkan disebut
sebagai negara terbaik di kawasan Timur Tengah dalam memberikan
layanan sosial dan ekonomi bagi para pengungsi.51

Tiba-tiba saja penulis teringat pada sebuah lagu yang sangat


fenomenal yang sering dikumandangkan oleh anak-anak di Suriah, Atouna
el-Toufoule, (Inggris: give us a chance) menceritakan mengenai

penderitaan anak-anak Suriah yang hidup terlantar, terpisah dari keluarga,


mereka hanya menginginkan hak-hak mereka kembali. Hemat penulis, pesan
yang terkandung dalam lagu ini hampir sama dengan novel Amal fī Sūriā ini
yang menceritakan mengenai pergolakan revolusi Suriah yang berdampak
pada anak-anak Suriah, anak-anak harus kehilangan orang tuanya, wanita
kehilangan suami dan keluarganya, keluarga kehilangan harta benda mereka.
Pesan atau amanat yang ingin disampaikan antara lagu dan novel ini adalah
sama yaitu mengenai harapan anak-anak Suriah yang ingin keluar dari
konflik berkepanjangan tersebut. Jika kita menyaksikan dari berbagai media
mengenai penderitaan yang telah mereka alami, tentu kita tidak akan
sanggup melihatnya. Anak-anak Suriah bertanya pada diri mereka apa
kesalahan yang telah mereka perbuat sehingga mereka dihukum seperti itu.
Anak-anak tidak berdosa sama sekali, bahkan mereka tidak tahu sama sekali
apa yang tengah menimpa negara mereka itu. Permintaan mereka hanya
satu yaitu agar kehidupan mereka kembali normal seperti sediakala, ingin

51
Lihat Trias Kuncahyono, 2013.
126

merasakan bermain dan menghabiskan hari-hari masa kecil bersama


teman-temannya. Mereka hanya bisa berharap pada satu harapan bahwa
meskipun tanpa ada kepastian kapan peperangan akan segera berakhir,
cepat atau lambat Suriah akan bisa kembali menjadi sebuah negara yang
mereka aman dan damai bagi rakyatnya lagi. Semoga saja.

4.3.2 Pertikaian Sunni dan Syi’ah (Alawite) Suriah.

Melihat konflik sektarian yang terjadi di Suriah semakin hari semakin


memanas dan tidak ada solusi yang bisa untuk mendamaikan keduanya.
Konflik ini telah ada sejak zaman dahulu kala tepatnya semenjak nabi
Muhammad SAW meninggal dunia. Pada mulanya konflik ini hanya
pertikaian mengenai politik saja, namun lama kelamaan merambat ke urusan
ideologi. Semua berawal dari perebutan kekuasaan, mereka berkompetisi
untuk menjadi kelompok yang mendominasi di Suriah. Sebagai kelompok
mayoritas di Suriah tentunya Sunni menganggap sangat wajar dan sudah
seharusnya mereka yang berhak memimpin Suriah, namun realitanya selama
beberapa dekade ini, Suriah dikuasai oleh kelompok minoritas yaitu Syi‟ah
Alawite merupakan ideologi yang dianut oleh rezim Assad. Nushairiyah atau
alawite ini merupakan sebuah sekte Syi‟ah yang sangat ekstrem. 52 Jenis
Syiah ini menampilkan aksi cleansing ideology (pembersihan ideologi)
terhadap kelompok yang menganut ideologi Sunni. Semua rakyat Sunni
akan dilenyapkan dari bumi Suriah, mereka akan dibunuh, disiksa bahkan
diteror. Melihat keadaan itu masyarakat muslim Sunni merasakan
ketidakadilan, kecewa dan tidak terima apalagi melihat perlakuan dan
siksaan yang selalu dilancarkan oleh kelompok Syi‟ah terhadap mereka. Hal

52
Sulaiman al- Halabi, Thaifah al-Nushairiyah Tārikhuhā wa ‘Aqā’iduhā, (Kuwait:
Ad-Dār As-Salafiyah, cet.ke- 2), hlm. 21-26.
127

itulah yang menyebabkan peperangan selalu terjadi di Suriah. Suriah tidak


pernah luput dari peperangan yang terus terjadi. Kondisi seperti inilah yang
sangat mengkhawatirkan bagi dunia lokal maupun internasional, banyak
yang berasumsi dan berspekulasi bahwa peperangan yang terjadi di Timur
Tengah, Suriah dipicu oleh faktor ideologi antara kelompok Sunni dan
Syi‟ah yang bisa juga dikatakan peperangan sektarian antara Sunni dan
Syi‟ah. Kelompok Sunni selalu disiksa oleh mereka kelompok Syi‟ah dan
kelompok Syi‟ah tidak akan pernah membiarkan kelompok Sunni bisa hidup
tenang sedikitpun. Hemat penulis, kebencian yang tersimpan dalam hati
mereka itu telah menjadi darah daging,tentu sangat sulit sekali untuk
menghilangkannya mengingat sebagai kelompok yang selalu ditindas,
disiksa tidak akan mudah melupakan kepedihan itu begitu saja, butuh waktu
lama untuk menyembuhkannya. Oleh karena itu tidak berlebihan rasanya jika
penulis menyimpulkan bahwa ini merupakan bentuk kebencian abadi. Dalam
novel Amal fī Sūriā juga memperlihatkan mengenai konflik antara dua sekte
ini.
-

53

Artinya.

- Tidakkah kamu diperlakukan berbeda dengan ras lain disana?


Ia menjawab dengan tertawa sinis dengan niat mengejek. Aku
tidak bisa mengerti apa yang dikatakannya pada hari itu. Pada hari
ini aku bisa memahami semuanya setelah beberapa tahun lamanya.
Aku telah melihat partai politik yang mengatasnamakan agama yang
mengerahkan terjadinya petempuran sengit di negeriku. Mereka
53
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm. 58.
128

saling bersaing untuk memerangi suku yang lainnnya dan berlomba


untuk menjadi suku yang terkuat.
Berdasarkan dialog di atas terlihat bagaimana perlakuan diskriminasi
oleh kelompok syi‟ah terhadap kelompok Sunni Suriah. Syi‟ah Alawite
telah menguasai berbagai parlemen pemerintahan Suriah. Betapa sengitnya
pertikaian dan perseteruan antar golongan Sunni dan Syi‟ah ini yang mana
pada awalnya dari perbedaan politik semata, lama kelamaan berujung pada
pertempuran dan peperangan. Tentunya mereka berkompetisi untuk menjadi
suku yang terkuat yang mendominasi di Suriah. Jika dicermati secara
seksama bahwa konflik antara Syi‟ah-Sunni ini memiliki dua bentuk
universal. Pertama, konflik antara kelompok masyarakat dengan rezim,
baik itu rezim yang Syi‟ah dan kelompok masyarakat yang Sunni
maupun sebaliknya. Kedua, konflik antar negara (rezim).54 Konflik yang
terjadi antara masyarakat dan rezim ini telah melanda Suriah yang mana
konflik antara rezim Assad dan rakyatnya. Sedangkan konflik antar negara
lebih kepada adanya intervensi-intervensi maupun kepentingan dari pihak
luar terhadap Suriah.
Konflik ini merupakan dendam lama minoritas kaum Syi‟ah
kepada mayoritas Sunni yang mana pada masa kepemimpinan Saddam
Hussein di Irak. Kelompok Syi‟ah merasa diperlakukan secara kejam dan
tidak adil oleh penguasa pada saat itu. Mereka dianggap berpihak pada
Iran dalam perang teluk, bahkan pada tahun 1980, pemimpin umat Syi‟ah
Irak, Imam Ayatullah Baqir al-Shadr dihukum mati bersama keluarga dan
pengikutnya.55 Oleh karena itu dendam dan kebencian masih membekas di
hati mereka hingga saat ini, mereka akan membalaskan semua rasa sakit hati

54
Ahmad Sahide, Konflik Syi’ah- Sunni Pasca The Arab Spring. (Kawistara, Vol. 3
No.3, 22 Desember 2013). hlm.319.
55
Lihat selengkapnya Sahide, Ahmad, Ketegangan Politik Syi’ah-Sunni di Timur
Tengah. (Yogyakarta: The Phinisi Press, 2013). hlm. 319.
129

mereka kembali terhadap kelompok Sunni. Dalam peristiwa revolusi 2011


lalu, mayoritas demonstran yang terbunuh berasal dari kelompok Sunni.
Hemat penulis, kesempatan seperti itulah yang dinanti-nantikan oleh
kelompok Alawite untuk membalaskan dendam mereka terhadap kelompok
Sunni.
Jika dikembalikan pada sejarah orang Arab yang mereka dikenal
memiliki karakter yang positif yaitu keberanian dan kepahlawanannya
yang sangat tangguh dalam berjuang untuk bertahan hidup di gurun pasir.
Padang pasir menggambarkan watak yang keras, kekerasan yang tercipta
dari kondisi alam yang tandus. Hal itu menyebabkan mereka sering
pindah atau hijrah dari suatu tempat ketempat lainnya. Keadaan tersebut
menuntut mereka untuk bertahan hidup dalam kawasan yang penuh dengan
kegersangan tersebut. Dengan kondisi alam seperti inilah yang memberikan
pengaruh besar terhadap karakter bangsanya baik itu fisik maupun psikis.
Dari bentuk fisik pada umumnya mereka berbadan besar dan kuat. Jadi,
tidak salah lagi jika mereka mempunyai watak yang keras dan identik
dengan kesombongan. 56 Mereka sangat suka hidup berkelompok, dan satu-
satunya cara bertahan hidup hanyalah dengan selalu berkelompok. Seseorang
yang sendirian tak memiliki kesempatan sama sekali. Masyarakat Arab pun
sulit untuk bersatu sesama mereka apalagi dengan orang yang diluar
kelompok mereka. Fanatik terhadap kelompok sangat tinggi, mereka punya
prinsip bahwa setiap orang berkewajiban untuk menjaga kehormatan diri dan
seluruh anggota suku mereka bahkan darah harus dibayar dengan darah,
balas dendam harus terbalaskan. Oleh sebab itu hubungan suku satu dengan
suku yang lainnya tidak pernah harmonis, mereka menganggap musuh
kepada orang yang tidak sama dengan suku mereka. Tidaklah heran jika

56
Selengkapnya lihat Wildana Wargadinata, Laily Fitriani, Sastra Arab dan Lintas
Budaya, ( Malang: UIN Malang Press, 2008). hlm.51-58.
130

mereka sering turun ke medan pertempuran demi membela kehormatan


sukunya bahkan mereka sanggup bermusuhan dengan suku dan kelompok
lain dengan waktu yang sangat lama, puluhan bahkan ratusan tahun lamanya
sebagaimana yang terjadi pada dua kelompok yaitu Sunni dan Syi‟ah
Alawite Suriah. Suatu bentuk dari kebencian dan dendam abadi. Dan itulah
beberapa karakter negatif orang Arab mereka sangat suka berperang bahkan
sanggup bermusuhan antara satu kelompok dengan kelompok yang lainnya
dalam waktu yang lama. Dan hemat penulis, itulah yang terjadi pada dua
kelompok Sunni dan Syi‟ah Suriah tersebut.
Dalam teks di atas terdapat kalimat (Partai

mengatasnamakan ideologis). Ideologi di sini bermakna berupa pedoman,


pola dan norma hidup tetapi sekaligus bermakna ideal atau cita-cita. Perang
ideologi lebih ekstrim dan berbahaya dibandingkan dengan perang fisik,
karena sejatinya perang ideologis ini merupakan peperangan yang tidak
terlihat oleh kasat mata, tetapi menggunakan cara-cara yang keji. Perang
ideologis ini memang sengaja dilancarkan oleh orang-orang yang anti
terhadap Islam. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh kaum Alawite
terhadap Sunni Suriah. Ajaran Alawite ini merupakan ajaran yang sesat yang
bukan berasal dari ajaran agama Islam, namun mereka masih menganggap
kalau mereka itu bagian dari Islam Syi‟ah . Dan mereka tidak henti-hentinya
memusuhi orang-orang Sunni. Meskipun Sunni dan Syi‟ah sama-sama
merupakan bagian dari ajaran Islam, namun secara akidah terdapat banyak
perbedaan yang sangat mencolok diantara keduanya. Ajaran Syi‟ah Alawite
ini merupakan pecahan dari Syiah Ismailiyah yang telah berpisah selama 100
tahun yang lalu dan telah lama memisahkan diri dari ajaran Syi‟ah. Alawite
131

(Alawiyah) bisa juga disebut dengan Nussuriayah atau Nushairiyah yang


diambil dari Imam abad ke- 9 yaitu Muhammad Ibnu Nusyri al-Namiri.57
Jika melihat realita konflik yang terjadi di Suriah saat ini telah
banyak dicampuri dengan beberapa faktor lainnya baik itu ekonomi, politik.
Pada awalnya hanya disebabkan teologis saja, namun seiring berjalannya
waktu timbullah beberapa kepentingan lainnya baik itu dari aspek ekonomi
dan politik dalam negeri maupun luar negeri. Kalimat di atas

semakin menegaskan penulis bahwa isu agama atau ideologi akan sangat
rentan terjadinya konflik. Dan banyak juga diantara mereka
mengatasnamakan agama, agama dijadikan kambing hitam untuk
mendapatkan kekuasaan. Baik itu berbentuk partai ataupun kekuasaan
lainnya. Di Suriah terdapat sebuah partai terbesar di dunia Arab yaitu Partai
Ba‟ath (Hizb al- Ba’ath al -‘Arabi allishtiraki). Mottonya adalah Persatuan,
Kebebasan, Sosialisme (Wahda, Hurriya, ishtirakiya) mengacu pada
persatuan Arab. Partai ini didirikan pada tahun 1943 di Damaskus oleh
Michel Aflak, Salah al-Din al-Blitar dan Zaki Arsuzi. Michel Aflak
merupakan pemikir sekaligus politisi sosialis kelahiran Damaskus pada
58
tahun 1910. Partai ini merupakan partai komunis yang berkedok sosialis
dan partai inilah pendukung rezim Assad tetap berkuasa sampai saat ini. Di
dalamnya hanya dikuasai oleh kelompok Syi‟ah saja meskipun ada kalangan
dari Sunni namun kehadiran mereka hanya sebatas formalitas saja.
kepentingan politik dan ekonomi sebagai konsesi dari aliansi ideologis.
Hemat penulis, salah satunya inilah faktor yang menyebabkan peperangan
terus berlangsung hingga hari ini.

57
Lihat Trias Kuncahyono pada bagian pendahuluan, Musim Semi di Suriah
Anak-Anak Penyulut Revolusi.2013.
58
Trias Kuncahyono, 2013. Hlm. 36..
132

Ada sebuah kalimat dalam teks yang lebih menggambarkan mengenai


konflik antar sekte ini yang berujung kepada peperangan sipil. Sebagaimana
teks di bawah ini akan menggambarkan hal itu.

Artinya.
Putih, pendek, partai politik semuanya mengangkat senjata
berkumpul di Aleppo dan Hamah, tentunya kubu atau kelompok
Sunni di Suriah, perang saudara, perang antar golongan...lebih
besar dari mati syahid.

Dalam teks di atas terdapat kalimat

(perang saudara, perang antar sekte lebih besar daripada mati syahid)

. Istilah lain dari perang saudara adalah perang sipil dan perang

madani. Peperangan yang terjadi diantara sesama rakyat sipil terlepas itu
muslim Sunni, Syi‟ah, Kurdi, Kristen Druze dan agama lainnya. Di Suriah
juga terjadi perang sektarian yaitu peperangan yang disebabkan

permusuhan dengan kelompok atau etnis lain dikarenakan perbedaan


ideologi diantara mereka, adanya diskriminasi antara satu kelompok dengan
kelompok lainnya yang menyebabkan selalu terjadinya percekcokan sampai
berakhir pada peperangan dalam hal ini antara dua kelompok fenomenal
Suriah yaitu Sunni dan Syi‟ah. Kedua jenis perang ini telah terjadi di
Suriah yang berawal dari permusuhan dikarenakan perbedaan ideologi
berakhir dengan kekerasan yang terjadi antara satu kelompok dengan
kelompok lainnya. Jelas kedua peperangan akan menyebabkan situasi dalam

59
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 56.
133

negara semakin kacau, mereka selalu berperang mempertahankan diktrin


mereka masing-masing.
Rezim Assad ini dikenal dengan rezim dikatator yang sangat otoriter,
tiran terhadap rakyatnya. Banyak rakyat Suriah yang menderita oleh semua
perlakuannya terutama pada kelompok Sunni. Mereka memang mengincar
dan membunuh orang Sunni dan membersihkan mereka dari Suriah. Orang-
orang Sunni merupakan musuh yang nyata bagi mereka, begitu pun
sebaliknya orang Sunni pun menganggap hal yang serupa bahwa setelah
sekian lama mereka disiksa oleh rezim penguasa dan diperlakukan secara
tidak manusiawi oleh rezimnya. Dalam teks di bawah ini bagaimana sosok
Siham yang beragama Islam sunni memperlihatkan kebencian terhadap
kelompok Syi‟ah tersebut:

60
. -
Artinya.
- Siham : Kamu beraliran Syi‟ah ?
Dia berbalik ke belakang lalu ia memandangku dengan raut wajah
terkejut sembari tersenyum dan menjawab.
- Ja‟far : Saya muslim Sunni.
Dilihat dari pertanyaan yang dilontarkan oleh Siham kepada Ja‟far
di atas memperlihatkan bahwa sosok siham ini sangat anti terhadap orang-
orang Suriah yang menganut sekte Syi‟ah. Teks di atas memperlihatkan
bagaimana sikap Siham ketika bertemu dengan orang lain yang dianggap
menganut aliran Syi‟ah. Sikap seperti ini menunjukkan bahwa ia sangat anti
dan benci terhadap kelompok tersebut. Sikap Siham ini dapat juga mewakili
sikap orang-orang Sunni lainnya yang anti terhadap Alawite tersebut.
Apalagi keluarga Assad termasuk ke dalam aliran tersebut. Selain daripada
60
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 114
134

itu, orang Alawite ini dikenal suka membunuh, menyiksa orang Sunni
Suriah. Dina Nasrini, pengarang dalam novel ini menganut aliran Sunni,
tentu ia termasuk orang yang ikut merasakan kekejaman yang telah
diperbuat kelompok Alawite terhadap kelompok Sunni.

Ada hal yang menarik dalam pandangan penulis yaitu Sunni dan
Syi‟ah ini memang saling membenci satu sama lainnya.Dan novel ini seperti
ungkapan hati seorang yang menganut aliran Sunni yang sangat membenci
terhadap aliran Syi‟ah sebagaimana tokoh Siham di atas. Dalam teks di
bawah ini pengarang banyak sekali menggambarkan rasa kebencian diantara
dua sekte Suriah Sunni dan Syi‟ah. Sebagaimana yang diperlihatkan oleh
tokoh Siham dalam teks di bawah ini.

Artinya.

61
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 130- 131.
135

- Tuan apakah mau membeli bunga? Hanya ada satu kata yang
menggelora dalam hatiku pada saat itu,dipenuhi dengan perasan
amarah, kebencian bahkan dendam.
- Syi’ah .
Sementara itu Samir mengeluarkan dompet dalam sakunya untuk
membeli bunga tersebut, ia tahu jikalau Siham sangat menyukai
bunga.Tiba-tiba saja aku melontarkan kata-kata yang terkejut.
- Tidak, terima kasih. Aku tidak menyukai bunga.
Samir pun menatapku dengan penuh keheranan kemudian ia
mengangguk pertanda ia mengerti keadaanku.sekilas teringat semua
peristiwa yang telah terjadi, tiba-tiba kepalaku terasa ingin pecah,
tubuhku pun terasa seperti tersayat oleh pisau, hidup terasa suram,
diskriminasi terhadap kesukuan, kekejaman, kriminalitas semua itu
hanya terangkum dalam satu kata yaitu Syi’ah.
Berdasarkan beberapa dialog teks di atas memperlihatkan bahwa
sikap dan tindakan dari seorang Siham ini menunjukkan bahwa ia sangat
membenci terhadap kelompok Syi‟ah, kebencian ini telah merasuk ke dalam
hati mereka bahkan mereka sama sekali tidak ingin sama sekali membeli
barang-barang yang dijual orang yang dianggap Syi‟ah. Melihat sikap Siham
ini, penulis berkesimpulan bahwa kebencian diantara mereka sudah
melewati kadar ukurannya, kecil sekali kemungkinan bahwa mereka akan
bersatu, mengingat perjalanan sejarah konflik diantara mereka penuh liku-
liku dan telah banyak memakan korban jiwa yang tidak terhitung jumlahnya.
Dan sekali lagi memperkuat hipotesa penulis bahwa konflik antar sekte
(ideologi) sangat dominan dalam novel ini. Dan konflik antar ideologi ini
akan menjadi sejarah dan pelajaran yang sangat berharga bagi seluruh umat
muslim yang ada di berbagai penjuru dunia.

4.3.3. Tentara Assad vs Tentara FSA ( Free Syrian Army) Sebagai


Konflik Internal Suriah.
136

Sebagaimana dalam teori mikro menyebutkan bahwa kekuasaan bisa


bersumber dari materi, kedudukan atau status sosial maupun dari segi
intelektual. Maka dalam hal ini Bashar Assad merupakan pihak yang
berkuasa berdasarkan dari kedudukan atau status sosial yang tinggi. Orang
yang berkuasa akan mempunyai kekuasaan penuh untuk melakukan sesuatu.
Ia bebas untuk memerintahkan apapun yang ia inginkan. Seseorang yang
berada pada posisi tertinggi di suatu negara seringkali mereka lupa bahwa
mereka mengemban amanah dan aspirasi rakyatnya. Manakala mereka telah
terlena dengan kekuasaan serta melupakan rakyat bawahan maka disaat
seperti itulah konflik mulai bermunculan akibat dari kelalaian pemerintah
terhadap rakyatnya. Pada akhirnya rakyat semakin brutal dan mereka tidak
bisa memadamkan kemarahan rakyatnya dan akhirnya terjadilah aksi
kekerasan antara rezim dan rakyatnya sebagaimana yang terjadi di Suriah.
Biasanya rakyat akan melakukan perlawanan bahkan banyak yang menjadi
pemberontak untuk melawan rezimnya. Dalam teks diceritakan mengenai
tentara FSA (Free Syrian Army) atau tentara pembebasan Suriah yang
dianggap sebagai pemberontak oleh rezim Assad.

Salah satu oknum yang selalu membantu Assad dalam menteror


rakyat Suriah adalah Tentara Assad dan pasukan bersenjata

Dalam teks dikisahkan mengenai sosok Samir yang merupakan

seorang tentara Suriah telah lama menghilang dari kehidupan Siham.


Beberapa tahun kemudian ia kembali dengan berprofesi sebagai seorang
tentara Suriah. Sebagaimana teks di bawah ini menggambarkan hal tersebut.
137

Artinya.
Ia memakai kostum seorang tentara di bahunya terdapat
senapan Sedangkan pada pergelangan tangannya terdapat sebuah pita
yang berwarna hitam putih, merah...bercampur warna kehijau-
hijauan.Aku tertegun melihat warna putih itu. Namun pandangannya
menatapku penuh dengan tajam dan sinis. (Ya, memang benar ia
merupakan anggota tentara Assad, ia telah menjadi tentara Assad).
Teks di atas menggambarkan bahwa sebelumnya pada saat masih
kuliah di kampus antara Siham dan Samir memiliki hubungan khusus,
namun tiba-tiba saja Samir menghilang dari kehidupan Siham. Setelah
beberapa tahun lamanya mereka tidak berjumpa dan berpisah. Pada akhirnya
Samir kembali dan mereka bertemu kembali dan Samir telah menjadi
seorang tentara di Suriah. Sedangkan Siham sangat membenci profesi
tentara atau hal apapun yang berhubungan dengan rezim Assad. Diketahui
bahwa tentara Assad telah banyak bertindak brutal terhadap rakyat Suriah
dan telah banyak membuat rakyat Suriah sengsara. Mereka telah kehilangan
keluarga dan tempat tinggal mereka dikarenakan telah diledakkan dan
dihancurkan oleh aparat keamanan dan tentara Assad. Pada akhirnya Siham
memutuskan untuk bertanya pada Samir apakah Samir telah bergabung
dengan tentara Assad. Sebagaimana yang tergambar dalam kutipan teks di
bawah ini.

-
-

62
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm. 27.
63
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 122
138

Artinya.
Siham : Kenapa kamu bersama tentara Assad?
Samir: Aku bukanlah termasuk anggota tentara Assad, Siham! Aku
seorang tentara Suriah.

Dari teks di atas memperlihatkan bahwa Samir membantah tuduhan


Siham yang mengatakan bahwa dirinya termasuk kelompok tentara Assad.
Dan ia menegaskan bahwa ia merupakan bagian dari tentara Suriah yang
melindungi rakyat-rakyat sipil Suriah. Mendengar hal tersebut, Siham tidak
mudah percaya begitu saja karena pada dasarnya tidak ada tentara di Suriah
yang pro terhadap rakyat sipil semua tentara kejam dan brutal yang hanya
bisa menyiksa saja. Samir telah berusaha untuk meyakinkan Siham bahwa
dirinya bukan termasuk tentara Assad. Ia bukanlah seorang penjahat seperti
tentara rezim Assad pada umumnya. Melainkan hanya seorang tentara
Suriah yang ingin melindungi rakyat Suriah dari kebrutalan tentara Assad.Ia
menambahkan bahwa tidak semua tentara Suriah itu penjahat seperti tentara
Assad pada umumya yang suka membuat menyiksa rakyat sipil. Namun
usaha itu sia-sia Siham bersikukuh untuk tidak percaya bahkan ayahnya pun
mengatakan hal yang sama.

Artinya .
Dia orang yang sangat baik, akan tetapi ia merupakan
anggota dari tentara Assad

64
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 89
65
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 102
139

Artinya.
Aku mencoba untuk menenangkan diriku sendiri dan tetap
pada pendirianku dengan perasaan yang sangat marah dia sama saja
seperti mereka, dari tentara Bashar yang seorang penjahat, Samir
pun juga seorang penjahat.
Meskipun Samir berusaha sekuat tenaga untuk menjelaskan pada
siham bahwa ia bukan merupakan tentara Assad, namun semua itu sia-sia.
Karena Siham sama sekali tidak akan pernah percaya. Melalui teks ini
novelis menggambarkan bagaimana kebencian seorang Siham terhadap
rezim Assad telah mencapai puncaknya. Rezim Assad dan jajarannya telah
diklaim sebagai pembunuh rakyatnya sendiri. Dan melalui tokoh Siham
dalam teks tersebut, pengarang memberitahukan pada dunia bahwa seluruh
rakyat Suriah mayoritas Sunni sangat membenci rezim Assad itu.

Ada sesuatu hal yang unik menurut penulis dalam teks di bawah ini
ialah mengenai profesi tokoh Samir ini, ia bersikukuh menjelaskan pada
Siham bahwa ia bukan merupakan tentara Assad melainkan ia seorang
tentara Suriah yang dianggap oleh Siham sebagai tentara yang

bekerja pada Assad. Hemat penulis, dalam hal ini pengarang secara tidak
langsung memberitahu bahwa dalam Suriah terdapat dua bagian kelompok
tentara yaitu tentara Suriah dan tentara Assad. Tentara Suriah yang
dimaksudkan adalah FSA (Free Syrian Army) yaitu tentara pembebasan
Suriah yang terdiri dari sekelompok rakyat sipil bersatu untuk
menumbangkan rezim Assad. Kelompok ini mendukung aksi yang dilakukan
oleh rakyat Suriah. Sebagaimana dalam teks disebutkan dengan kalimat
, atau tentara pembebasan Suriah yang dimaksud dalam

hal ini ialah (FSA). Posisi Samir di atas merupakan tentara yang berpihak
pada rakyat . Apakah yang dimaskud pro-rakyat adalah kelompok FSA
140

? FSA merupakan tentara Suriah yang membelot yang memberontak

menginginkan Assad turun dari kursi kekuasaannya. Mereka berseragam


militer sama seperti tentara lainnya namun mereka berasal dari rakyat sipil
Suriah yang bersatu untuk menumbangkan rezim Assad.

Dan kalimat

merupakan lambang atau simbol dari FSA atau tentara pembebasan Suriah
yaitu berwarna hitam, putih, merah bercampur dengan warna kehijauan.
Kelompok pemberontak FSA ini dipimpin oleh kolonel Riad al-Asaad
yang didirikan pada Juli tahun 2011 lalu. Ada empat warna yang terdapat
dalam logo FSA yaitu warna hitam bermakna gelap yang tidak mempunyai
efek cahaya apapun di dalamnya. Dalam istilah lain bermakna
ketidakmampuan dalam menangkap cahaya revolusi. Warna putih lebih
kepada menunjukkan kehadiran seluruh warna dasar yang bisa membedakan
dengan warna-warna dasar lainnya dalam istilah lainnya bermakna.
Sedangkan warna merah lebih kepada berani menghadapi situasi apapun.
Sementara warna hijau lebih bermakna sekuler. Motto dari organisasi ini
adalah (kemenangan atau mati), sebuah motto yang sangat

ekstrim sekali pilihan antara hidup dengan kemenangan atau mati dalam
keadaan tidak berguna. Jadi mereka akan berjuang sampai pada titik darah
penghabisan untuk mendapatkan hak-hak mereka kembali yang telah di
rampas oleh rezim Assad. Mereka hanya menginginkan agar Assad turun
dari kekuasaannya. Berdasarkan kalimat di atas telah menunjukkan bahwa
Samir itu termasuk anggota tentara FSA. Dan pengarang dalam hal ini ingin
mengungkapkan bahwa di Suriah terdapat dua tentara. Ada yang pendukung
Assad dan ada juga atau tentara pembebasan Suriah ( FSA).

Tentara Bashar lebih brutal dibandingkan dengan tentara FSA. Keduanya


141

merupakan dua kubu yang berlawanan di Suriah. Tentara FSA pro rakyat
sedangkan tentara Assad malah melakukan sebaliknya yang selalu
melakukan tindakan kejam terhadap rakyatya sendiri sebagaimana yang
tergambar dalam teks di bawah ini.

-
-

66

Artinya.

- Pelayanan angkatan perang atau kemiliteran.


- Mereka membunuh, memncuri, membordir, merampas. Apakah
kamu tidak melihat itu semua? Mereka meruntuhkan seluruh
kota kami dengan alasan bahwa mereka angkatan bersenjata, dan
mereka menahan orang-orang dengan senjata mereka lalu
memasukkan kami ke dalam kekecauan peperangan tersebut,
semua itu dilakukan karena ketamakan, kerakusan dan tipu daya
mereka saja. Mereka akan membinasakan orang-orang yang
tidak mau mengikuti sekte (Syi‟ah) mereka!. Seluruh dunia
mengetahui kegilaan serta kebiadaban mereka, dan kamu tidak
lain hanyalah bagaikan sebutir atom dan debu yang menempel di
dinding yang hanya mencari perlindungan dari mereka.Kamu
merupakan bahan bakar karena melawan bangsamu sendiri,
melawan Suriah, melawan Halb.
Dari teks di atas, pengarang ingin memperlihatkan bahwa tentara
Assad sangat brutal dan kejam, mereka suka menyiksa, membunuh orang-

66
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm.40-41
142

orang yang tidak berdosa kemudian membordir tempat tinggal mereka.


Mereka tidak mempunyai rasa kasihan sedikitpun terhadap warga sipil.
Dengan mereka selalu menyiksa rakyat Suriah secara tidak langsung mereka
melawan Suriah, melawan golongan mereka sendiri. Karena mereka pada
dasarnya juga dari kalangan rakyat sipil yang bekerja menjadi tentara
bayaran Assad. Sedangkan FSA berasal dari kalangan rakyat sipil yang
merasa tertekan dengan selama pemerintahan Bashar Assad sedangkan FSA
mereka terinspirasi untuk bersatu melawan rezim Assad karena mereka telah
jenuh dengan semua perlakuan dan tindak kebrutalan penguasa kepada
mereka.Saatnya mereka bersatu untuk menumbangkan rezim Assad
kemudian merebut Suriah dari tangan pemimpin diktator tersebut. Mayoritas
yang menjadi tentara atau pasukan bersenjata adalah pemuda-pemuda
Suriah. Sebagaimana yang tergambar dalam teks di bawah ini.

Artinya.
Mayoritas yang menjadi pasukan bersenjata itu adalah
pribumi Suriah yang bekerja melayani para tentara militer dan
mereka bisa berbuat apa sesuai dengan kemauan mereka.
- Kenapa kamu tidak membebaskan diri dari mereka?
-Membebaskan diri artinya bergabungan dengan tentara pembebasan,
bahasa Inggris (Free Syrian Army) FSA .

67
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm.123
143

Artinya.

- Apabila tidak dihormati akankah mau menjadi tentara perang ?

- Bagaimana ia tidak menghormatimu! Mereka berperang untuk


membela negara, tentu mereka dihormati oleh orang banyak.
Beberapa teks di atas memperlihatkan bagaimana perseteruan antara
tentara Assad dan FSA. Apabila keluar dari barisan tentara Assad, maka
akan dianggap bergabung dengan FSA dan dianggap sebagai pemberontak
kepada negara oleh rezim Assad. Maka bersiap akan menjadi buronan dan
dibunuh oleh aparat militer Assad sebagaimana yang terjadi pada tokoh
Samir dalam novel ini, ia mati terbunuh ditembak oleh kelompok bersenjata
dari tentara Assad. Pada akhirnya Siham menyadari bahwa Samir bukanlah
termasuk tentara Assad melainkan tentara Suriah.

Artinya.
Aku ingin mengatakan pada mereka bahwa kami semuanya sangat
mencintai Suriah. Dan kami juga mencintai Suriah serta bangsanya,
Samir juga sangat mencintai negaranya. Aku ingin mengatakan
bahwa Samir bukanlah termasuk tentara Assad itu. Samir....Samir
merupakan anggota tentara Suriah.

Dari teks di atas penulis menemukan posisi Dina Nasrini sebagai


pengarang dalam novel ini. Melihat bagaimana pengarang menjelaskan
mengenai tentara Assad versus FSA yang diwakilkan oleh tokoh Samir
kemudian di akhir teks tersebut pengarang melontarkan kalimat yang
bermakna seolah-olah membela bahwa Samir bukanlah seorang tentara

68
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm.144
144

Assad melainkan tentara Suriah yang berjuang melindungi negaranya.


Melihat pembelaan dari pengarang tersebut, penulis berkesimpulan bahwa
pengarang ini cenderung memihak kepada kelompok tentara FSA mengingat
tentara ini berasal dari rakyat sipil yang bersatu untuk menurunkan rezim
Assad dari takhtanya. Selain itu juga pengarang novel ini merupakan
penduduk asli Aleppo yang ikut merasakan penderitaan yang diberikan oleh
rezim Assad jadi adalah sikap wajar jika sang novelis mendukung tentara
FSA ini dan hal ini semakin memperkuat asumsi penulis bahwa pengarang
sangat mendukung terhadap kelompok tentara FSA ini. Dan pada akhir cerita
Samir dibunuh oleh tentara Assad.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis mengambil kesimpulan


bahwa pada dasarnya konflik Suriah juga dilatarbelakangi oleh faktor
internal misalnya saja dalam aspek ekonomi menyebabkan banyak rakyat
yang mati kelaparan, tidak adanya lapangan pekerjaan sehingga mereka
melakukan upaya pemberontakan untuk menuntut hak-hak mereka
sebagaimana yang dijanjikan dahulu. Jika semua hak mereka tidak terpenuhi
maka sangat besar peluang terjadinya konflik dalam negeri sebagaimana
yang terjadi di Suriah saat ini. Jika faktor internal tidak bisa terselesaikan
dengan baik, maka akan sangat besar faktor eksternal masuk dan
mengintervensi dalam negara. Meskipun dalam novel ini tidak ada
menyinggung mengenai faktor eksternal tetapi secara tidak langsung
memberi kesempatan untuk pihak luar mengintervensi permasalahan yang
ada dalam negeri Suriah. Sebagaimana realitanya saat ini ada beberapa
negara yang sangat bersahabat dengan Suriah yaitu Rusia dan China. Mereka
mempunyai niat dan kepentingan yang tersembunyi terhadap Suriah baik
dari segi ekonomi, politik maupun militer.
145

4.3.4 Novel Amal fī Sūriā Sebagai Kritikan Terhadap


Pemerintahan Bashar Assad.

Novel Amal fī Sūriā karya perdana Dina Nasrini ini mengisahkan


mengenai tragedi krisis kemanusiaan berupa konflik berkepanjangan di
Suriah. Novel ini mengkritik sistem pemerintahan Bashar Assad yang telah
lama berkuasa di Suriah. Rakyat hanya menginginkan perubahan agar negara
mereka menjadi negara yang menganut sistem demokratis yang menjunjung
tinggi nilai kebebasan baik itu bebas berpikir, berpendapat serta menyatakan
apirasi-aspirasi mereka terhadap rezimnya. Dalam novel ini diceritakan
secara transparan mengenai konflik Suriah baik itu konflik bertipe vertikal
yaitu antara rezim dan rakyat sipil Suriah. Konflik harizontal terlihat pada
pertikaian antara dua kelompok keagamaan yaitu Sunni dan Syi‟ah
(Alawite). Novel ini mengkritik sistem kepemimpinan Bashar Assad
terutama mengenai peristiwa berdarah yang terjadi pada tahun 2011 lalu. Di
dalam novel ini pengarang secara langsung mencantumkan nama Bashar
Assad sebagai bentuk dari protesnya terhadap rezim tersebut. Sebagaimana
yang terdapat dalam beberapa teks di bawah ini.

-
-

Artinya.

69
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 42.
70
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm.155
71
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm.164
146

- Aku membuat tanda seperti rumah komandan kepolisiaan dan


foto yang tertempel di dinding merupakan gambar seorang
keriminal besar di negeriku,orang-orang menamainya dengan
sebutan presiden agar ia bisa melakukan semua tindakan yang
mengerikan dan melampaui batas itu terhadap rakyat Suriah dan
itu adalah potret seorang Bashar Assad.”
- Penyembah Bashar. Apa yang kamu harapkan dari mereka.
- Baik, alhamdulillah. Kami telah menerima sebagian dari
perbaikan dari rumah-rumah yang diteror oleh Bashar Assad dan
pasukan bersenjata Suriah.
Dari beberapa teks di atas semuanya mencantumkan nama Bashar
Assad. Melalui novel Amal fī Sūriā ini, pengarang ingin mengkritik
pemerintahan Bashar Assad dan menyampaikan amanat atau pesan bahwa
sebuah harapan rakyat Suriah tidak akan pernah mati, meskipun negeri
Suriah telah hancur lebur diratakan oleh debu, namun harapan serta cinta
mereka terhadap Suriah tidak akan pernah luntur sama sekali. Bagaimana
sebuah harapan selalu menjadi obat paling mujarab pada saat mereka
disiksa bahkan dibunuh. Sebuah harapan akan menjadi sumber kekuatan
bagi mereka. Keyakinan dan kepercayaan itu telah menyusup dan mengalir
dalam darah rakyat Suriah. Begitulah amanat yang akan disampaikan oleh
pengarang dalam novel ini mengenai harapan anak-anak agar kehidupan
mereka di hari mendatang jauh lebih baik dari sebelumnya. Mereka ingin
melihat matahari esok lebih bersinar hari hari ini. Secara tidak langsung
novel ini seolah-olah mengisyaratkan dan memberi tahu kepada kita semua
bahwa rezim Assad Suriah merupakan rezim yang sangat tiran,otoriter serta
diktator terhadap rakyatnya sendiri. Dina Nasrini sebagai pengarang novel
ini merupakan bagian dari masyarakat Suriah, Aleppo. Sebagai penduduk
asli yang sangat cinta terhadap tanah air tentunya sangat peduli terhadap
nasib rakyat Suriah dan ia sangat membenci terhadap rezim Assad. Di sini
terlihat posisi pengarang yang pro rakyat Suriah. Melalui karya ini,
pengarang mewakili suara hati nurani rakyat Suriah ingin mengutarakan
147

bagaimana sakit dan menderitanya rakyat Suriah di bawah kepemimpinan


Bashar Assad. Harapan mereka rakyat Suriah tergambar dalam teks di bawah
ini.

Artinya.

Hari esok adalah harapan, kekejaman mereka tidaklah akan lama,


kekejaman mereka tidaklah berlangsung lama, melainkan telah
terjadi masa lalu, sedangkan hari esok merupakan sebuah
harapan untuknya dan untuk mereka.
Harapan hanyalah tinggal harapan...Suriah hanya tersisa simbol
saja baginya.
Di Suriah, harapan tidak akan pernah mati.
Dari penggalan teks di atas menggambarkan mengenai harapan
rakyat Suriah yang tiada pupus, setiap hari mereka selalu berharap bahwa
hari esok akan ada keajaiban dari harapan-harapan merek itu. Intisari yang
ingin disampaikan pengarang dari novel Amal fī Sūriā ini adalah tentang
sebuah harapan dari anak-anak Suriah terhadap negaranya. Mereka berharap
keadaan Suriah semakin membaik dari sebelumnya. Mereka menginginkan
konflik berkepanjangan ini segera berakhir agar mereka bisa menjalani hidup
dengan tenang, damai seperti negara-negara Arab lainnya yang telah berhasil
melewati peristiwa Arab Spring tersebut.

Dalam teks Amal fī Sūriā pengarang mengutip surah al-Quran yaitu


surah asy-Syarh 1-8 dan Surah asy-Syarh merupakan surah ke-94 yang turun
di Mekkah. asy-Syarh berarti lapang dada yang diambil dari ayat pertama

72
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 174
148

. Asbabun an-Nuzul dari surah ini adalah untuk menenangkan hati

nabi Muhammad SAW karena gelisah dan bimbang akibat tidak turunnya
wahyu yaitu surat adh-Dhuha dan setelah turunnya surah tersebut, hati
beliau menjadi lapang dan tenang sehingga Allah SWT mengingatkan
beliau pada bagian awal surah ini tentang anugerah yang telah ia berikan.
Selain dari itu surah ini juga menerangkan tentang keadaan nabi dalam
berdakwah menyampaikan risalahnya yang banyak melewati rintangan
dan hambatan dari kaum Quraish. Allah SWT mengingatkan beliau agar
selalu optimis, kuat dalam melewati cobaan apapun. Karena setiap
kesulitan pasti ada kemudahan. Sebagaimana dalam surah asy-Syarh

73
(sesungguhnya sesudah kesulitan pasti ada kemudahan). Jika

dikorelasikan dengan kondisi Suriah, maka ayat tersebut sangat tepat dengan
kesulitan dan penderitaan yang tengah mereka alami. Dan kalimat ini
merupakan obat mujarab yang bisa meneguhkan iman, selalu memberi
kekuatan di saat mereka menghadapi semua kesulitan dan penderitaan. Di
sini terlihat bagaimana anak-anak dan rakyat Suriah sangat merasakan
penderitaan yang amat luar biasa dengan semua permasalahan yang ada di
negara mereka. Mereka hanya bisa meyakini bahwa setiap kesulitan pasti
akan ada kemudahan. Pengarang dalam teks seolah ingin menyampaikan
bahwa mereka tidak akan pernah putus asa terhadap apa yang tengah
menimpa di negara mereka. Selalu ada harapan untuk negara mereka agar
bisa kembali seperti semula.

Jika dilihat secara seksama bahwa ada kesamaan antara judul novel
ini dengan nama tokoh anak yaitu Amal binti Siham. Kata Amal dalam
novel ini bermakna ganda, bisa bermakna nama seseorang yaitu Amal. Dan

73
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 22
149

bisa juga Amal dalam bahasa Arab bermakna harapan ( ). Hal yang bisa

dipahami pada kata ini adalah bahwa seorang pengarang selalu


mengharapkan ada secercah harapan dibalik semua peristiwa yang terjadi
di Suriah yang telah berlangsung dalam beberapa tahun terakhir ini dan
tentunya mengharapkan agar secepatnya menemukan titik terang dan
solusi dari apa yang telah terjadi. Selain daripada itu juga dengan
kehadiran anaknya yang bernama Amal diharapkan akan mampu memberi
kebahagiaan, harapan dalam hidup si tokoh utama perempuan yaitu Siham.
Anak merupakan kebahagiaan yang tiada bandingannya dalam hidup.
Kemudian penulis juga menemukan bahwa Amal itu merupakan sebuah
nama yayasan tempat mengajarnya Dina Nasrini dalam dunia nyata. Oleh
karena itu, kata Amal di sini memiliki multimakna dan tentunya seorang
pengarang telah mempertimbangkan hal ini terlebih dahulu pada saat karya
ini diciptakan

Selain tokoh antagonis Abu Dhaba‟u dan Bashar Assad yang


mempunyai kemiripan dari segi karakternya, tokoh protagonis Siham pun
jika dicermati secara seksama ternyata ada kesamaan dengan sosok
pengarang novel ini yaitu Dina Nasrini, hal itu terlihat jelas dari profesi
pengarang dengan Siham dalam novel ini yaitu sama-sama seorang guru TK.
Meskipun seandainya pengarang memang benar-benar menceritakan dan
memasukkan dirinya secara langsung dalam kisah tersebut, namun sebagai
sebuah karya fiksi semua itu bukanlah menjadi pokok persoalan penting.
Sebuah karya fiksi dan dianggap sebagai hasil dari renungan dan imajinasi
pengarangnya. Selain itu ada juga tokoh dalam novel tersebut yang benar-
benar ada keberadaannya dalam dunia nyata. Tokoh tersebut adalah bibi
Radwa, ternyata beliau benar-benar ada dalam kehidupan nyata dan apa
yang telah dialami oleh bibi Radwa merupakan sebuah fakta yang benar-
150

benar terjadi yang dimasukkan oleh pengarang ke dalam karyanya ini.


Selain daripada itu juga, melihat dari profesi seorang pengarang dalam
dunia nyata sebagai seorang guru TK Yayasan yang bernama al-Amal, secara
tidak langsung memberi pemahaman kepada penulis, bahwa pengarang
sedikit banyaknya melibatkan dirinya dalam novel Amal fī Sūriā tersebut.
Dari sini terlihat jelas bahwa pengarang sangat berusaha untuk menguasai
dirinya ketika menulis novel ini,apalagi dengan menceritakan pengalaman
pribadi secara langsung. Namun seberapa pun banyaknya dalam teks itu
mengisahkan tentang fakta yang terjadi, tidak akan mengurangi nilai dari
karya sastra itu sendiri yang tidak lepas dari imajinasi di dalamnya. Karena
Imajinasi merupakan salah satu unsur pokok dalam dunia karya sastra.

Sebagai novel realis historis yang lebih mengutamakan sejarah


yang yang bersifat realita, namun sebagai sebuah karya sastra tidak semua
apa yang terkandung dalam novel tersebut merupakan sebuah fakta yang
benar-benar terjadi melainkan sebuah fakta dalam teks tersebut harus
dibarengi oleh khayal atau imajinasi di dalamnya. Dalam dunia sastra ada
hal-hal yang perlu diungkapkan oleh sastrawan dalam karyanya, namun ada
hal-hal yang dianggap tidak perlu diceritakan secara gamblang di dalamnya.
Hal tersebut dikhawatirkan dapat menyinggung suatu golongan ataupun
komunitas tertentu bahkan akan berdampak saling menebar kebencian
diantara komunitas seperti yang terjadi di Suriah hingga saat ini apalagi jika
mengingat Suriah merupakan sebuah negara yang kaya akan kebudayaan
baik itu ras, suku bahkan agama yang beranekaragam di dalamnya. Tentunya
akan sangat sensitif sekali menyinggung pada hal-hal yang berbau ideologi
tersebut karena akan menyebabkan perselisihan yang tiada akhir.

Jika di buat dalam bentuk presentase, relevansi antara kisah dalam


novel Amal fī Sūriā dengan realita yang terjadi di Suriah berkisar 75% .
151

Maka dapat dikatakan bahwa novel ini sarat sekali menceritakan mengenai
peristiwa revolusi Suriah pada tahun 2011 lalu. Selain itu juga, setelah
penulis memperhatikan secara seksama mengenai latar belakang dari
pengarangnya, banyak sekali terdapat kemiripan antara kehidupan dari
Dina Nasrini dengan tokoh Siham dalam novel ini. Oleh sebab itu, penulis
berani menegaskan bahwa novel ini merupakan novel realis historis. Dan
yang menjadi point penting di sini adalah bahwa sebuah karya sastra
tidak hanya dilatarbelakangi oleh fiksi atau khayalan belaka, namun fiksi
tersebut diperoleh melalui pemahaman total mengenai suatu fakta

Hal yang tak kalah pentingnya juga untuk dipaparkan bahwa novel
Amal fī Sūriā karya Dina Nasrini ini diterbitkan bukan di Suriah melainkan
di Dār, an-Nūn , Mesir. Pertanyaan yang terdapat di awal adalah

kenapa tidak diterbitkan di Suriah? Apakah semua buku maupun karya sastra
lainnya dilarang keras untuk diterbitkan di Suriah, kenapa harus Mesir yang
menerbitkan, apakah ada hubungan Suriah dan Mesir sebelumnya dalam
aspek kesusasteraan? Penulis mengutip dalam sebuah majalah yang berhasil
mewawancarai Dina Nasrini secara langsung. Ia menyatakan bahwa ada
beberapa faktor yang membuat novel ini diterbitkan di Mesir bukan di
Suriah. Pertama, Mesir dan Suriah, kedua negara ini sama-sama memiliki
permasalahan yang sangat krusial dalam negara mereka. Mesir telah dilanda
peristiwa pergolakan politik, sedangkan Suriah dilanda dengan krisis
kemanusiaan. Kedua, Suriah tidak akan pernah menerbitkan karya sastra
maupun karangan ilmiah lainnya yang mana di dalamnya mengisahkan
mengenai fakta-fakta yang terjadi di negara mereka. Tentunya mereka tidak
ingin jika keburukan mereka terbongkar dan diketahui oleh dunia. Lebih
lanjut Dina mengatakan bahwa mayoritas teman-teman seprofesinya yang
lain mengurungkan niatnya untuk menerbitkan hasil karya mereka
152

dikarenakan takut akan dibunuh oleh rezim Assad. Ketiga, karya sastra yang
diterbitkan di Mesir tidak membutuhkan waktu yang lama. Hal ini bertujuan
agar semua orang di seluruh dunia bisa membaca dan mengetahui konflik
apa yang sebenarnya terjadi di Suriah hingga saat ini.74

Melihat dari hasil wawancara Dina Nasrini di atas penulis


menemukan jawaban kenapa pengarang tidak terlalu transparan
menceritakan peristiwa 2011 lalu. Jawabannya adalah dikarenakan akan
berdampak buruk terhadap kehidupan pengarang dan masayarakat Sunni
lainnya. Hubungan antara Sunni dan Syi‟ah tidak pernah membaik dari
zaman dahulu. Dengan menceritakan peristiwa itu maka akan sangat
dikhawatirkan adanya ketersinggungan terhadap suatu kelompok tertentu.
Apalagi saat ini kelompok Syi‟ah yang mendominasi di Suriah, maka akan
sangat dimungkinkan terjadinya kekerasan yang semakin berlarut. Hemat
penulis, tujuan pengarang menyembunyikan mengenai peristiwa kekerasan
pada anak-anak yang terjadi pada tahun 2011 lalu adalah dikarenakan takut
kepada rezim Assad yang berkuasa.

74
Hannan A‟qil, Novelis Suriah: Dina Nasrini ,(Kelompok Intelektual Suriah Yang
Hidup di Bawah Tekanan Politik Suriah), Kairo, Majalah Suriah Syahriyah: No.10 Juli
2014. hlm.130-132.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Novel Amal fī Sūriā karya Dina Nasrini ini dikategorikan sebagai


novel sejarah. Di dalamnya mengisahkan mengenai pergolakan krisis
kemanusiaan yang terjadi tahun 2011 pada masa pemerintahan Bashar Assad
di Suriah. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa konflik yang terjadi di
Suriah bisa dikatakan sebagai konflik multidimensi baik itu vertikal maupun
harizontal dan juga internal. Konflik sosial vertikal terlihat pada kekejaman-
kekejaman yang dilakukan oleh Bashar Assad terhadap rakyatnya terutama
yang beraliran Sunni. Sedangkan konflik bertipe harizontal terlihat pada
perseteruan antara dua teologi keagamaan Sunni dan Syi’ah Suriah. Tidak
dapat dipungkiri bahwa perbedaan ideologi menjadi salah satu faktor pemicu
lahirnya konflik tersebut. Sedangkan konflik internal terlihat pada
pertarungan antara dua tentara yaitu tentara Assad dan tentara FSA ( tentara
pembebasan Suriah).

Konflik antarkelompok keagamaan merupakan konflik laten


yang telah ada semenjak pada masa kepemimpinan ayahnya Hafedz Assad.
Pada masa pemerintahan Bashar Assad konflik ini semakin diperkuat dengan
banyaknya kekejaman-kekejaman yang telah dilakukan olehnya. Diantaranya
adalah penyiksaan terhadap kelompok Sunni, krisis ekonomi, ledakan bom
berdampak pada banyaknya rakyat Suriah yang mengungsi ke negara
tetangga. Novel ini memperlihatkan bagaimana Bashar Assad mempertajam
konflik-konflik tersebut pada masa pemerintahannya sehingga terjadinya
konflik begitu menajam dan sangat tinggi dan tidak bisa lagi diredam oleh
masyarakat tingkat lokal maupun internasional. Secara tidak langsung novel

153
154

ini mampu menjadi cermin yang bisa memperlihatkan konflik sosial yang
benar-benar terjadi pada masa pemerintahan Bashar Assad tahun 2011 lalu.
Oleh karena itu novel ini dikategorikan sebagai fiksi sejarah (historical
fiction).

Meskipun novel ini menjadi cermin yang memperlihatkan mengenai


peristiwa tragedi kemanusiaan pada tahun 2011 lalu. Namun ada hal-hal
yang tidak direpresentasikan oleh pengarang dalam novel ini mengenai
konflik sosial yang terjadi. Di dalam sejarah diceritakan tentang belasan
anak laki-laki yang menyebabkan lahirnya gelombang revolusi, akan tetapi
dalam novel ini tidak ditemukan sebuah teks yang menceritakan mengenai
peristiwa itu. Meskipun ada beberapa teks yang mencantumkan nama
belasan anak laki-laki namun tidak ditemukan sebuah teks yang
menceritakan mengenai peristiwa besar tersebut. Hanya saja dalam teks
diceritakan mengenai sosok ibunya Amal yaitu Siham yang disiksa oleh
kelompok Abu Dhaba’u. Menurut hemat penulis, pengarang dalam hal ini
ingin menyembunyikan mengenai peristiwa lahirnya revolusi tersebut
dikarenakan pengarang takut kepada rezim Assad yang dikenal sangat
tiran dan tidak segan-segan membunuh rakyatnya sendiri.

Novel Amal fī Sūriā merupakan ungkapan hati seorang Dina Nasrini


terhadap badai besar yang menimpa negaranya. Suaranya mungkin tidak
dapat didengar jika ia berbicara secara langsung karena ia hanya seorang
perempuan dan guru TK. Semua orang boleh menyuarakan isi hatinya
melalui demosntrasi dan aksi sosial lainnya akan tetapi Dina Nasrini
menyuarakan isi hatinya melalui novel ini. Dengan begitu semua orang
dapat membaca karyanya ini tidak hanya pada level lokal tetapi juga
internasional. Dapat dikatakan bahwa peran sastra dalam konteks sosiologi
155

sastra dalam novel ini adalah sebagai kritik sosial pada masa pemerintahan
Bashar Assad terhadap apa yang ia dan rakyat Suriah alami.

Ada dua karya lainnya setelah novel Amal fī Sūriā ini yaitu Saya’tii
(2014), Zaakiratul Wurud (2016). Dari semua karya yang ditulisnya hanya
novel Amal fī Sūriā yang memperlihatkan tentang konflik sosial Suriah.
Sebagai alumni dari jurusan sastra Prancis, ia mempunyai peran dan
tanggung jawab yang besar terhadap eksistensi dalam dunia sastra. Meskipun
ia masih terbilang muda berkecimpung dalam dunia sastra namun tidak
menurunkan semangatnya untuk terus menyalurkan bakat yang ia miliki.
Hal ini menunjukkan bahwa Dina Nasrini memperlakukan dirinya dan
karyanya untuk kemanusiaan.

B. Saran.

Novel Amal fī Sūriā merupakan karya monumental perdana dari


seorang novelis asal Aleppo, Dina Nasrini. Novel ini diterbitkan di Daar
an-Nuun, Mesir pada tahun 2014. Sejauh ini penulis belum menemukan
peneliti-peneliti yang telah menggunakan novel ini sebagai korpus utama
dalam penulisan karya ilmiah baik itu skripsi maupun tesis dan karya ilmiah
lainnya. Penulis merupakan peneliti pertama yang menggunakan novel ini
dalam karya sastra apalagi dalam jurusan bahasa dan sastra Arab oleh
karena itu sangat diharapkan akan ada peneliti-peneliti selanjutnya yang
meneruskan objek kajian dari novel Amal fī Sūriā ini dalam aspek yang
berbeda, mengingat isu-isu yang terdapat dalam novel ini masih dikatakan
update. Dan konflik Suriah masih berlangsung hingga saat ini tentunya
sangat membutuhkan penggalian lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku

al-Fath, Abu Muhammad „Abd al-Karim ibn Bakr Ahmad al- Shahrastani, al-
Milal wa al-Nihal , Beirut: Dār al-Fikr, 1976.

al-Halabi, Sulaiman, Thaifah al-Nushairiyah Tārikhuhā wa „Aqā‟iduhā,


Kuwait: ad-Dār as-Salafiyah, cet. 2, 1404.

al-Fakhuri, Hanna, Tarikh al-Adab al-Arabi, Al-Maktabah al- Bulisiyah, 1987

Agastya, M. ABM, Arab Spring Badai Revolusi Timur Tengah Yang Penuh
Darah, Jogjakarta: IRCiSoD, 2013.

al-Aziz, Abdul bin Muhammad al-Faisal, al-Adab al-Arabi wa Tarikhuhu, al-


„Asr al-Jahili wa „Asr Sadr al-Islam wa al-A‟sr al-Umawi, Riyad:
Kerajaan Saudi Arabia, 1405

as-Syayib, Ahmad, Usul an-Naqd al-Adabi, Kairo: Maktabah an-Nahdah al-


Misriyyah,1964.

Asmuni, Yusran, Ilmu Tauhid, Jakarta: Raja Grafindo Persada,1996.

Bakhtin, Mikhail, Discourse Typology in Prose, dalam Vassilis Lambropoulos


and David Neal Miller (ed). Twentieth Century Literary Theory: an
Introductory Anthology. State University of New York Press: New
York,1987.

Candra, Helmi, Pengaruh Sejarah Politik Syi‟ah dan Sunni Terhadap Ilmu
Hadis Syi‟ah Perspektif Syi‟ah dan Sunni, Tangerang Selatan: Young
Progressive Muslim, 2016.

Cleveland, William L. Martin Bunton, A History of The Modern Middle East,


Westview Press, 2013.

Dahrendorf, Ralf, Teori Sosiologi Modern Edisi Keenam, (Jakarta: Prenada


Media, 2004.

Djoko, Sapardi, Damono, Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas, Pusat


Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1978.
Garfinkle, Adam, How to Think About The Middle East Before The “Arab
Spring”-And After, Foreign Policy Research Institute Footnotes,
November 2013.

Haran, VP, Roots of the Syrian Crisis Institute of Peace and Conflict Studies,
March 2016.

Hendarto, Heru, Mengenal Konsep hegemoni Gramsci dalam Diskursus


Kemasyarakatan dan Kemanusiaan, Jakarta: Gramedia,1993.

Huaco, George A, The Sociological Model, dalam Milton C. Albrecht, dkk.1970

Ibish, Hussein, Was The Arab Spring Worth It?, Foreign Policy, No. 194 (July
/ August 2012.

Ira, Lapidus M, Sejarah Sosial Umat Islam Jilid 3, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2000.

Isya,M, Novel Sebagai Kritik Politik, Studi Sastra Realis Historis Novel al-Zaini
Barakat Karya al-Ghitani, Mahasiswa Uin Syarif Hidayatullah Jakarta,
2016.

Kamil, Sukron, Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern, Jakarta: Rajawali
Pers, 2009.

Kamil, Sukron, Najib Mahfuz : Sastra, Islam, dan Politik (Studi Semiotik
Terhadap Novel Aulad haratina), Jakarta: PT Dian rakyat, 2013.

Keraf, Gorys, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2004.

Kuncahyono, Trias, Musim Semi di Suriah: Anak-anak Penyulut Revolusi.


Jakarta: Kompas, 2012.

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang Budaya,1955.

Kuncahyono, Trias, Musim Semi di Suriah Anak-Anak Sekolah Penyulut


Revolusi, Jakarta, Kompas, 2012.

Kutha, Nyoman, Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra,


Yogyakarta : Pustaka pelajar, 2007.
Kutha, Nyoman, Ratna, Paradigma Sosiologi Sastra, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009.

Lembaga Kajian Syamina Bekerja Mencegah Kezaliman, Yaman Konflik Yang


Tak Kunjung Usai, XVII/Januari-Februari 2015.

Maryam, Siti, Damai dalam Budaya : Integrasi Tradisi Syiah dalam Komunitas
Ahlusunnah Waljama‟ah di Indonesia, Jakarta : Badan Litbang dan
Diklat Kementerian Agama RI, 2012.

M. Jeremy Sharp and Christopher M. Blanchard, “Armed Conflict in Syria:


Background and U.S. Response,” Congressional Research and Servise, 6
September, 2013.

Mbogo, Stephen, “The Triving Arms Bazaar”, West Africa, No. 496, 8-14
Oktober 2001.

Minderop, Albertino, Metode Karakterisasi Telaah Fiksi, Jakarta: Yayasan


Obor Indonesia, 2005.

Muhammad, Musthafa al-Shak„ah, Islam Bilā Madzahib, Jakarta: Gema Insani


Press, 1994.

Nasir, Ms, Teori-Teori Sosiologi, (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009.

Nurgiyantoro, Burhan, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajah Mada


University Press, 2009.

Nurgiyantoro, Burhan, Teori Pengkajian Novel, Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press, 2010.

Patria, Nezar dan Andi Arief, Antonio Gramsci Negara dan Hegemoni,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003.

Pruitt, Dean G, Jeffrey Z. Rubin, Teori Konflik Sosial, Yogyakarta, Pustaka


Pelajar, 2004.

Razak, Abdul, Zaidan, Kamus Istilah Sastra, Jakarta : Balai Pustaka,2007.


Robert, Ted Gurr, Introduction dalam Handbook of Political Conflict,Theory
and Research, Ted Robert Gurr Penyunting New York :NY: The Free
Press, 1980.

Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan
Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.

Semi, M. Atar, Metode Penelitian Sastra , Bandung : Angkasa, 2012.

Simon, Roger, Gagasan-gagasan Politik Gramsci, Yogyakarta : Pustaka Pelajar


dan Insist, 1999.

Sulaeman, Dina Y, Praha Suriah: Membongkar Persekongkolan Multinasional


Depok: IMaN, 2013.

Sugihastuti, Teori Apresiasi Sastra, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.

Susan, Novri, Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer, Jakarta:


Kencana Prenda Media Group, 2009.
Tamburuka, Apriadi, Revolusi Timur Tengah, Kejatuhan Para Penguasa
Otoriter di Negara-Negara Timur Tengah, Jakarta: PT. Buku Seru, 2011.

Tarigan, Henry Guntur, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra, Bandung, Angkasa,1993.

Teeuw, A, Sastra dan Ilmu Sastra, Pengantar Teori Sastra. Jakarta; Pustaka
Jaya, 1984.

Tuaimah, Sabir, Dirasat fi al-Firaq, Riyadh: Maktabah al-Ma„arif, 1983.

Umar, Junus, Sosiologi Sastra, Persoalan Teori dan Metode, Kuala Lumpur:
Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pelajaran Malaysia, 1986.

Van, Jan Luxwmburg Mieke Bal Willen G Weststeijn, Di indonesiakan oleh


Dick Hartoko, Pengantar Ilmu Sastra, Jakarta: PT.Gramedia, 1986.

Warson, Ahmad, Munawwir, al-Munawwir, Kamus Arab Indonesia,


Yogyakarta: Pesantren Krapyak, 1984.

Wildana Wargadinata, Laily Fitriani, Sastra Arab dan Lintas Budaya, Malang:
UIN –Malang Press,2008.
Wellek, Rene dan Austin Warren, Theory of Literature, Terj.oleh Melani
Budianta, Teori Kesusasteraan, Jakarta: PT. Gramedia, 1989 .

Widada, Rh. Saussure, Untuk Sastra Sebuah Metode Kritik Sastra Struktural,
Yogyakarta: Jalasutra, 2009

Wirawan, I.B., Teori –Teori Sosial dalam Tiga Paradigma (Fakta Sosial,
Defenisi Sosial, Dan Perilaku Sosial), Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group, 2013.

Sumber Jurnal.

Allen, Roger, Review of Egyptian Writers Between History and Fiction : Essays
on Naguib Mahfouz, S onallah Ibrahim & gamal al-Ghitani, by Samia
Mehrez, Middle East Studies Association Bulletin, Vol.29, No. 1 1995

Basmah Rahman „Awdah, „‟Dawr „Ilm al-Ijtima‟fi tanzim al-Mujtama‟ „‟for


humanities Science al-qadisiya, Vol 111 No 4 2008.

Biersdet, Robert An Analysis of Social Power, American Sociological Review,


Volume 15, desember 1950.

Burrowes, Robert and Douglas Muzzio', The road to the Six Day War: Aspects
of an Enumerative History of Four Arab States and Israel, 1965-196, The
Journal of Conflict Resolution, Vol. 16, No. 2, Research Perspectives on
the Arab-Israeli Conflict: A Symposium Jun., 1972

Dabashi, Hamid, Arab Studies Quarterly,The Arab Spring:The End of


Postcolonialism, New York: Zed Books, 2012). Paperback. Vol. 34, No.
4 Fall 2012.

Emad Khalili, Sects in Islam: Sunnis and Shias , International Academic Journal
of Humanities Vol. 3, No. 4, 2016, pp. 41- 47. ISSN 2454-2245.

Ghadbian, Najib The New Asad: Dynamics of Continuity and Change in Syria,
Middle East Journal, Vol. 55, No. 4 Autumn, 2001.

Ibrahim, Nader, M.Bani Nasur, Syria-Iran relations ( International Journal of


Humanities and social science, vol.4.No.12 october 2014: Jordan, College
University.
Jannah, Hasanatul, Okara Jurnal Bahasa dan Sastra, Yogyakarta, Unit Bahasa
STAIN pemekasan, vol, III, tahun 2 Mei 2007.

Jurdi, Syarifuddin, Sosiologi Nusantara, Memahami Sosiologi Integralistik,


Jakarta, Kencana, 2013

Lauer, Robert, H, Perspektif Tentang Perubahan Sosial, Jakarta : PT. Rineka


Cipta, 2001.
Lawson, Fred, Why Syria Goes to War,( Shofar, Ithaca and London: Cornell
University Press, 1998) Vol. 16, No. 3.

Muti‟ah, Siti, Setiawati, Pergolakan Panjang Suriah: Masih Adakah Pan-


Arabisme dan Pan-Islamisme, Jurnal CMES , Pusat Studi Timur Tengah
FSSR UNS, Volume V Nomor 1, Edisi Juli - Desember 2012.

Mut‟ah, Siti, Setiawati, Mekanisme Consociational dalam Penyelesaian Konflik


Internal Lebanon, Yogyakarta: Media Wacana 2010.

Ostrand, Nicole, Journal on Migration and Human Security ( JMHS), The Syria
Refugee Crisis: A Comparison of Responses by Germany, Sweden, The
United Kingdom, and The United States, Vol 3 No 3 2015.

Raho, Bernand SVD, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007

Raphaeli, Nimrod Syria‟s Fragile Economy, Middle East Review of


International Affairs ( MERIA), Vol. 11, No. 2 June 2007.

Sahide, Ahmad, Konflik Syi‟ah- Sunni Pasca The Arab Spring. Kawistara, Vol.
3 No.3, 22 Desember 2013

Sinha, Arun, Shia-Sunni Conflict, Economic and Political Weekly, Vol. 13, No.
45 (Nov. 11, 1978), pp. 1841-1842.

Sørli, Mirjam E. Nils Petter Gleditsch and Håvard Strand, Why Is There so
Much Conflict in the Middle East?, The Journal of Conflict Resolution,
Vol. 49, No. 1 Feb., 2005.

Yazqan, Pinar, Migration Letters, vol 12 N0 3 PP.181-192.ISSN: 1741-8984


dan e-ISSN: 1741-8992, (Article History: 16 August, 2015
Rózsa, Erzsébet N., dkk The Arab Spring, Its Impact on the Region and on the
Middle East Conference, Academic Peace Orchestra Middle East, NOS.
9/10 • August 2012.

Warsiman, “Membangun Pemahaman Terhadap Karya Sastra Berbentuk Fiksi:


Telaah Sifat dan Ragam Fiksi Naratif”, Jurnal Thaqafiyyat,Vol 14,No.1.
2013.

Sumber Koran dan artikel lainnya.

Al-Jazeera Tsaurah Dāriyā as-Sūriā, 28-08-2016.Pukul 18:27.

BBC Arabiah,Turkiyā Tan fī Tarhīl Lājī‟n as-Sūriyīn a‟n-Ardīhā Qasron,28


Maret 2013.

Allan, Nevins, The gateway to History, New York : Doubleday & Co, 1962.

An-Najah News, Hilal Society Indonesia, Sekjen Hilal Ahmar : Konflik Suriah
Adalah Konflik Ideologi Sunni dan Syi‟ah, 27-01 2013.

AntaraNews.com. UNICEF : 14 Juta Anak Menderita Akibat Konflik di Suriah-


Irak,Jumat, 13 Maret 2015.

A‟qil, Hannan ar-Ruwāiyah as-Sūriā Dina Nasrini ,( al-Manzūmah al-Fikriyah


as-Sūriā Tudāru tahta Watatu Raqābah as-Siyāsiyah al-Musyaddadah ),
Kairo, Majalah Suriah Syahriyah: No.10 Juli 2014

Berlianto,Sindonews.com. Assad Sebut Barat Ingin Gantikannya dengan


Presiden Boneka, Sabtu, 22 April 2017.

Berlianto,Sindonews.com, Komisi PBB Belum Pastikan Jenis Gas dan Pelaku


Serangan Kimia, Sabtu, 22 April 2017

Berlianto, Damaskus Rabu, 8 Maret 2017 -10:52

Biografi Bashar Assad, Merdeka.com, 5 Desember 2013.

Catherine BurnsBBC Newsbeat 15 Desember 2016.

David Wlesch, Mark L Haas, The Arab Spring: Change and Resistence in the
Middle East,https:www.amazon.com/Arab-Spring-Change-Resistance
Middle/dp/0813348196.
Departemen PendidikanNasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta:
Balai Pustaka, 2002). Hlm.6.

Denny, Armandhanu, 6 Februari 2014, Jadi Tawanan, Anak-anak Suriah


Disiksa dan Diperkosa (Mereka dipukuli kabel besi, disundut rokok dan
dicabuti kukunya) (Online) ,
http://dunia.news.viva.co.id/news/read/479120-jadi-tawanan--anak-anak-
suriah-disiksa-dan-diperkosa/ 1 Maret 2014.

Dimas, Angga, Hilal Ahmar Society Indonesia, Konflik Suriah Bukan Perang
Saudara, Tetapi Perang Ideologis, Lihat youtube ,
http://www.hasi.or.id/konflik-suriah-bukan-perang-saudara-tapi-perang-
ideologis-angga-dimas-relawan-suriah.aspx.8 Desember 2013

Ensiklopedia Geografi 9, Jakarta: PT Lentera Abadi, 2006.

Fira Nursya'bani, Republika.co. id, Jenewa, PBB: Jumlah Pengungsi Suriah


Tembus 5 Juta Orang, Jumat , 31 Maret 2017, 08:39 WIB.

HATAY,(Panjimas.com) Yayasan Turki IHH Salurkan 21.000 Truk


Kemanusiaan ke Keluarga Suriah Sejak Awal 2017.11 Agustus 2017

Hadis Shahih, HR Tirmidzi (2192), beliau berkata: Hadits Hasan Shahih, di


shahihkan oleh Syeikh Al-Albani.

INDEX SUARA-ISLAM.COM, Selasa, 25 Apr 2017 / 28 Rajab 1438

Merdeka.com, “Mereka mau hancurkan Suriah, bukan sekadar tumbangkan


Assad,” 24 September 2013.

M Akbar, News, Republika.co.id PBB: Hentikan Pertempuran di Aleppo,


Selasa, 09 Agustus 2016, 19:40 WIB

M.Sharp dan Christopher, M.Blanchard, Armed Conflict in Syria: US and


International Response, Congressional Research Service, 21 Agustus
2012.

Ratna, H. UNICEF: 14 Juta Anak Menderita Akibat Konflik di Suriah-Irak.


New York: Antaranews.com. 2015

Sumber: Ensiklopedia Islam PT Ichtiar Baru Van Hoeve 1999.


Sami Daud, Koran Tsaqafah al-Arabiyyah Kairo, Jumat, 13 Juni, 2014.

Berlianto, Sindonews.com, Korban Tewas Konflik Suriah Sentuh Angka 470


Ribu Jiwa, Kamis, 11 Februari 2016 - 22:30 WIB.

Sulaiman, Surat Kabar Harian alarab.co.uk, London, 1977 terbitan 12-


September, 2014.

Sulhi El-Izzi, Al-Jazeera.Pada Kamis, 30 Maret 2017. Pukul 23:00 lihat juga
https://m.kiblat.net/2017/03/30/Jumlah-Pengungsi-Suriah-di-Negara-
Tetangga-Tembus-Lima-Juta.

VosIslam, http://www.voislam.com/read/worldworld/2012/02/26/17918/Bagai-
Firaun-Rezim Syiah-Suriah-Paksa-Tahanan-Sujud-Pada-Foto-

www.al.jazeera.net/portal.

www.dw.de, “Kepentingan Arab Saudi dalam Perang Suriah,” 24 Januari 2014.

William, Ochsenwald, Sydney, Nettleton Fisher, The Middle East a History.


TENTANG PENULIS

Zuhirawati atau kerap dipanggil dengan ira ini lahir di desa Rantau
Api, 05 Juli 1993. Perempuan asal Tebo-Jambi ini sebelumnya menempuh
pendidikan Sekolah Dasar di SDN 101/VIII ( 1998-2004) Rantau Api.
Setelah menyelesaikan sekolah dasar, penulis melanjutkan SMP dan SMA di
pesantren selama 7 tahun ( 2004-2011) yaitu di Pondok Pesantren Zulhijjah,
Muara Bulian, Jambi. Setahun penulis mengabdi di sana. Kemudian penulis
melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Penulis mengambil jurusan Bahasa
Sastra Arab di IAIN Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi (2011-2015). Pada
bulan agustus 2015 penulis memutuskan untuk melanjutkan studi ke jenjang
Magister (S2). Pada akhirnya penulis memutuskan untuk kuliah di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta (2015-2018). Setelah menamatkan pada program
Magister ini, penulis bercita-cita ingin mengembangkan ilmu yang diperoleh
untuk mengabdi di negeri sepucuk jambi sembilan lurah.

Penulis.

Anda mungkin juga menyukai