Pembimbing:
Oleh :
Zuhirawati
(21150222000001)
JAKARTA
2018
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI
Nama : Zuhirawati
No Nim : 21150222000001
Judul Tesis : SASTRA DAN KONFLIK SOSIAL KEAGAMAAN PASCA ARAB SPRING
( Studi Sosiologi Sastra Terhadap Novel Amal fī Sūriā Karya Dina Nasrini)
Tim Penguji
Tesis yang berjudul “Sastra dan Konflik Sosial Keagamaan Pasca Arab Spring
( Studi Sosiologi Sastra Dalam Novel Amal fī Sūriā Karya Dina Nasrini)” yang ditulis oleh :
Nama : Zuhirawati
Nim : 21150222000001
Bahwa tesis ini telah melalui proses ujian beberapa tahap yaitu ujian proposal, Work in
progress (WIP), kompre ,pendahuluan dan promosi serta telah diperiksa dan diperbaiki sebagaimana
semestinya. Dengan ini saya menyetujui untuk dicetak buku.
Jakarta. 2018
Pembimbing,
A. Konsonan
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan
Ba b Be
Ta t Te
Jim j Je
Ḥa ḥ Ha (dengan titik di
bawah)
Kha kh Ka dan Ha
Dal d De
Ra r Er
Zai z Zet
Sin s Es
Syin sy Es dan Ye
Ṣ ad ṣ Es (dengan titik di
bawah)
Ḍ ad ḍ De (dengan titik di
bawah)
Ṭa ṭ Te (dengan titik di
bawah)
ii
Ẓa ẓ Zet (dengan titik di
bawah)
„Ain „ Koma terbalik (di atas)
Gain g Ge
Fa f Ef
Qaf q Qi
Kaf k Ka
Lam l El
Mim m Em
Nun n En
Waw w We
ھ Ha h Ha
Hamzah ' Apostrof
Ya y Ye
B. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap (tasydid) ditulis rangkap.
Contoh : = muqaddimah
= al-Madīnah al-munawwarah
C. Vokal Pendek
َ Fatḥ ah a
ِ Kasrah i
ُ Ḍ ammah u
iii
D. Vokal Panjang
َ...ا َ...ى Fatḥ ah dan alif atau ya ā
ِ...ى Kasrah dan ya ī
ُ...و Ḍ ammah dan wau ū
F. Ta Marbutah
a. Ta marbutah yang berharkat sukun ditransliterasikan dengan huruf
“h”.
= al-sunnatu al-mutawātirah
G. Hamzah
iv
H. Lafzu al-Jalālah
2. Huruf “a” pada kata sandang “al” tetap ditulis dengan huruf kecil
meskipun merupakan nama diri.
Contoh : = al-Māwardi
= al-Azhar
3. Kata sandang “al” pada awal kalimat dan pada kata “Allah Swt,
Qur‟an” ditulis dengan huruf kapital.
Contoh : Al-Afgani adalah seorang tokoh pembaharu.
Saya membaca Al-Qur‟ān al-Karīm.
v
ABSTRAK
The result of this study gives a clear picture that novel Amal fī Sūriā
depicts the horizontal conflict between Sunni and Shi'i Alawite in Syria.
The conflict between the two groups is rooted in ideology difference which
later led to civil war in Syria. Through this novel, the author has illustrated
that the Assad regime is one example of an authoritarian, tyrant and
dictatorial regime against his own people.
(Rene Wellek)
(Ralf Dahrendorf)
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik
dan hidayahnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini
yang berjudul “ sastra dan konflik sosial keagamaan pasca Arab Spring studi
sosiologi dalam novel Amal fi Suriah karya Dina Nasrini”. Shalawat dan
salam tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah penulis
telah bisa merampungkan tesis ini dengan baik, segala bentuk rintangan dan
cobaan yang merupakan suatu perjuangan bagi penulis sendiri, tentu semua
itu membutuhkan proses yang panjang, kesabaran dan keuletan sehingga
tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Di balik semua itu banyak
pihak-pihak yang ikut membantu serta mendoakan tesis ini dalam jangka
satu tahun. Tanpa doa dari mereka semua, tentu tesis ini belum bisa
terselesaikan hingga saat ini. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima
kasih ada semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini. Berbagai
pihak tersebut antara lain:
Tidak akan pernah lupa ucapan terima kasih juga penulis haturkan
kepada orang tua yang sangat saya cintai, tentu sebagai seorang anak,
seorang putri satu-satunya dalam keluarga, penulis sangat banyak
mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada orang tua tercinta, Ayah
Rahali dan Ibu Nurhidayah serta saudara laki-laki satu-satunya Nasrullah
yang turut mendoakan, memberi motivasi, membantu baik itu moril maupun
materil kepada penulis agar segera menyelesaikan tesis ini. Mudah-mudahan
Allah SWT membalas kebaikan mereka dengan pahala yang terhingga.
Amiiin. Tak terlupakan juga ucapan terima kasihku untuk teman-teman
seperjuangan terutama sahabatku Isnawati Nurul Azizah, kak Mela yang
selalu menjadi tempat untuk berdiskusi mengenai berbagai hal dalam
penulisan tesis ini, semoga Allah membalas semua kebaikan kalian. Dan
untuk Isna tetap semangat agar secepatnya bisa menyusul wisuda berikutnya.
Terakhir penulis tidak pernah lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada
calon imamku Akbar Gafari Awinda, seseorang yang selalu memberikan
motivasi serta semangat ketika penulis bermalas-malasan dalam
mengerjakan tesis ini bahkan ketika penulis mengalami situasi terburuk
sekalipun, dia selalu ada dengan memberi dukungan kepada penulis agar
selalu siap untuk bangkit dalam keadaan apapun. Alhamdulillah dengan
bantuan doa darinya tesis ini rampung juga. Semoga secepatnya juga
menyelesaikan studi s2 nya dan meraih gelar Magister Hukum.
Penulis sangat menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kata
sempurna, akan tetapi penulis berharap dapat memberikan sumbangsih dan
kontribusi pada prodi Bahasa dan Sastra Arab Magister Fakultas. Atas kritik
dan saran dari semua pihak untuk kesempurnaan tesis ini penulis sekali lagi
mengucapkan beribu-ribu terima kasih. Penulis memohon maaf apabila
dalam penyelesaian tesis ini terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan,
selayaknya penulis masih dalam proses belajar.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul...............................................................................................i
Pedoman Transliterasi..................................................................................ii
Kata Pengantar............................................................................................iii
Abstrak.........................................................................................................iv
Daftar Isi........................................................................................................v
BAB I – PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................................1
1.1.1 Arab Spring Suriah...........................................................................1
1.1.2. Konflik Sosial Suriah dalam Karya Dina Nasrini..........................10
B. Permasalahan.............................................................................................14
C. Tujuan Penelitian .....................................................................................15
D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian........................................................16
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan.........................................................16
F. Metodologi Penelitian .............................................................................17
G. Sistematika Penulisan ..............................................................................19
A. Kesimpulan................................................................................153
B. Saran..........................................................................................154
DAFTAR PUSTAKA
Glosarium
Indeks
Lampiran
Tentang Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1
Lihat. Adam Garfinkle, How to Think About The Middle East Before The “Arab
Spring” - And After, Foreign Policy Research Institute Footnotes, November 2013. Di
akses pada tanggal 11 November 2016. Pukul 19:20. WIB.
2
Ada beberapa istilah yang digunakan oleh berbagai media dalam menyoroti
fenomena besar yang terjadi di dunia Arab. Media Arab menyebut fenomena tersebut
dengan Arab Spring, sedangkan Al-Jazeera yang merupakan stasiun tv terbesar di Timur
Tengah menyebutnya dengan istilah ats-Tsaurah al-Arabiyyah atau dengan menyebut
nama tempat di mana revolusi itu terjadi dengan Jazmin revolution dan Tahrir Revolution.
Lihat : www.al.jazeera.net/portal.
3
“Arab Spring” over other terms like “Arab Awakening” or “Arab revolutions”
because of its metaphorical significance in creating a sense of hope. Lihat selengkapnya
Hamid Dabashi, Arab Studies Quarterly, The Arab Spring: The End of Postcolonialism,
(New York: Zed Books, 2012). Paperback. Vol. 34, No. 4 (Fall 2012). hlm. 287-289.
1
2
4
Lihat Lembaga Kajian Syamina Bekerja Mencegah Kezaliman, Yaman Konflik
Yang Tak Kunjung Usai, XVII/Januari-Februari 2015.hlm. 9-11.
5
Trias Kuncahyono, Musim Semi di Suriah: Anak-anak Penyulut Revolusi.
(Jakarta: Kompas, 2012), hlm. 114.
3
6
Denny Armandhanu, 6 Februari 2014, Jadi Tawanan, Anak-anak Suriah Disiksa
dan Diperkosa (Mereka dipukuli kabel besi, disundut rokok dan dicabuti kukunya) (Online) ,
lihat juga pada. http://dunia.news.viva.co.id/news/read/479120- jadi-tawanan--anak-anak-
suriah-disiksa-dan-diperkosa/(1 Maret 2014). Di akses pada tanggal 20 Agustus 2016.
7
Lihat Erzsébet N. Rózsa, dkk The Arab Spring, Its Impact on the Region and on
the Middle East Conference, Academic Peace Orchestra Middle East, NOS. 9/10 • August
2012 hlm. 11.Lihat juga Siti Muti’ah Setiawati, Pergolakan Panjang Suriah: Masih
Adakah Pan-Arabisme dan Pan-Islamisme, Jurnal CMES Volume V Nomor 1, Edisi Juli -
Desember 2012, (Pusat Studi Timur Tengah FSSR UNS).hlm.4.
8
Merdeka.com, Mereka Mau Hancurkan Suriah, Bukan Sekadar Tumbangkan
Assad, 24 September 2013. Di akses pada tanggal 12 September 2017. Pukul 14:40.WIB.
4
Gelombang revolusi Suriah ini sangat unik dan berbeda sekali dengan
revolusi yang terjadi di berbagai negara Arab lainnya seperti Mesir dan
Tunisia. Kedua negara ini tidak membutuhkan waktu lama untuk
melengserkan rezim mereka yaitu rezim Zein El-Abidin Ben Ali Tunisia
dan presiden Gamal Abdul Nasir di Mesir. Revolusi Suriah sudah memasuki
tahun ke-6 namun hingga saat ini belum tampak tanda-tanda konflik akan
segera berakhir. Dalam hal ini penulis akan mengklasifikasikan beberapa
perbedaan antara revolusi Suriah dan negara-negara Arab lainnya. Pertama,
dari segi waktu. Revolusi Suriah memakan waktu lebih lama dibandingkan
dengan negara Arab lainnya seperti Tunisia dan Mesir yang hanya
membutuhkan waktu penyelesaian hanya satu tahun saja. Sedangkan Suriah
telah memasuki tahun ke-6 namun belum menemukan titik terang bahkan
masih berlangsung hingga saat ini. Kedua, revolusi Suriah jauh lebih banyak
memakan korban jiwa dibandingkan dengan negara Arab lainnya. Konflik
Suriah telah memakan ratusan ribu korban yang tewas setiap harinya. Dan
hal ini merupakan angka yang sangat besar dibandingkan dengan negara
Mesir dan Tunisia. Ketiga, perlawanan dimulai dari kota kecil seperti
Deera dan Homs lalu menyebar ke kota besar seperti Damaskus dan Aleppo.
Sedangkan Tunisia dan Mesir dimulai dari ibukota yaitu Tunis dan Kairo.
Keempat, Suriah adalah negara yang kuat secara militer dan inteljen
sehingga sangat sulit sekali untuk menumbangkan rezim Assad yang
berkuasa. Dan negara ini sangat banyak diminati oleh negara-negara oposisi
Barat maupun Timur yang ingin mengambil keuntungan dari konflik Suriah
tersebut.
9
Apriadi Tamburuka, Revolusi Timur Tengah, Kejatuhan Para penguasa Otoriter
di Negara-negara Timur Tengah, (Jakarta: PT. Buku Seru, 2011), hlm. 9
10
Pinar Yazqan, Migration Letters, vol 12 N0 3 PP.181-192.ISSN: 1741-8984 dan
e-ISSN: 1741-8992, (Article History: 16 August, 2015) hlm. 181.
11
Nicole Ostrand, Journal on Migration and Human Security ( JMHS), The Syria
Refugee Crisis: A Comparison of Responses by Germany, Sweden, The United Kingdom,
and The United States, Vol 3 No 3 ( 2015) : hlm. 255.
12
Hussein Ibish, Was The Arab Spring Worth It?, Foreign Policy, No. 194 (July /
August 2012), pp. 92-93
6
15
Fred Lawson. Why Syria Goes to War,( Shofar, Ithaca and London: Cornell
University Press, 1998) Vol. 16, No. 3, hlm. 172.
8
Suriah dikenal sebagai negara yang sangat kaya akan hasil minyak
bumi. Selain itu rakyat Suriah juga bergantung hidup pada sektor tradisional
yakni pertanian. Dalam beberapa tahun terakhir pendapatan negara baik itu
minyak bumi maupun hasil pertanian lainnya semakin menurun.17 Akibat dari
berbagai persoalan yang membelit itu berdampak pada rakyat. Mayoritas
rakyat Suriah harus hidup di bawah garis kemiskinan, pengangguran terjadi
di mana-mana, hutang negara terhadap luar negeri semakin meningkat
bahkan mencapai 12,5 persen dari GDP terutama hutang pada Russia,
18
tingkat inflasi semakin tinggi. Sementara pemerintah cenderung korupsi,
represif serta tidak memperhatikan kepentingan dan apresiasi rakyatnya.
Hal yang paling krusialnya lagi yang membuat rakyat semakin frustasi,
putus asa bahkan murka adalah tidak imbangnya pemerataan hasil kekayaan
16
Lihat www.dw.de, Kepentingan Arab Saudi dalam Perang Suriah, 24 Januari
2014.
17
Lihat selengkapnya Nimrod Raphaeli, Syria’s Fragile Economy, Middle East
Review of International Affairs ( MERIA), Vol. 11, No. 2 (June 2007).hlm. 34-35.
18
VP Haran, Roots of the Syrian Crisis (Institute of Peace and Conflict Studies,
March 2016). hlm. 2
9
19
Lihat selengkapnya M.Agastya ABM, Arab Spring Badai Revolusi Timur Tengah
Yang Penuh Darah, Jogjakarta: IRCiSoD, 2013.hlm.175.
20
Robert Burrowes and Douglas Muzzio', The road to the Six Day War: aspects of
an enumerative history of four Arab states and Israel, 1965-196, The Journal of Conflict
Resolution, Vol. 16, No. 2, Research Perspectives on theArab-Israeli Conflict: A
Symposium (Jun., 1972), pp. 211-226 7 hlm.211.
10
21
Jeremy M. Sharp and Christopher M. Blanchard, “Armed Conflict in Syria:
Background and U.S. Response,” Congressional Research and Servise, 6 September, 2013,
hlm.6
11
dan lainnya.22 Novel ini menggugat penguasa Assad yang tengah dimabuk
kekuasaan sehingga ia lupa bahwa banyak sekali rakyat yang hidup
menderita karena keserakahannya. Kekuasaan berada di atas segalanya.
Demi mempertahankan sebuah kekuasaan mereka rela melakukan apapun
bahkan tega membunuh rakyatnya tidak berdosa sekalipun. Secara tidak
langsung novel ini menggambarkan bagaimana mengerikannya sebuah
kekuasaan. Pihak penguasa tentunya mereka ingin mempertahankan
kekuasaannya dengan cara apapun agar tetap bertahan di kursi kekuasaan
tersebut. Sedangkan sebagai pihak yang dikuasai dalam hal ini adalah rakyat,
mereka juga menginginkan perubahan-perubahan dalam negara mereka.
Mereka tidak sanggup jika terus menerus hidup di bawah penindasan rezim
Assad selama puluhan tahun lamanya.
Ada beberapa alasan penulis memilih novel ini menjadi korpus
utama. Pertama, novel ini ditulis oleh seorang perempuan asli Suriah yang
bisa dikatakan sangat berani untuk mengungkapkan realitas di Suriah.
Kedua, isu mengenai konflik Suriah hingga saat ini masih terbilang hangat
dan up to date. Peristiwa besar ini masih berlangsung hingga saat ini. Ketiga,
novel Amal fī Sūriā ini tidak hanya menyinggung mengenai tragedi
kemanusiaan melainkan juga menyinggung mengenai politik, sosial serta
hukum di Suriah. Alasan keempat adalah Novel Amal fī Sūriā dianggap
sebagai cerminan dari kondisi sosial masyarakat Suriah tahun 2011 pada
masa kepemimpinan Bashar Assad. Beberapa faktor di atas menjadi alasan
22
Hannan A’qil, ar-Ruwāiyah as-Sūriā Dina Nasrini ,( al-Manzūmah al-Fikriyah
as- Sūriā Tudāru tahta Watatu Raqābah as-Siyāsiyah al-Musyaddadah ), Kairo, Majalah
Suriah Syahriyah: No.10 Juli 2014. hlm.130.
13
penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam novel Amal fī Sūriā ini lebih
lanjut.
Novel sebagai salah satu karya sastra yang diciptakan oleh sastrawan
untuk mengkomunikasikan baik itu masalah sosial maupun individual yang
tengah dialami oleh sastrawan maupun masyarakatnya. Seringkali terjadi
kesamaan antara realita dengan dunia fiksi. Sebuah karya tidak akan lahir
hanya karena faktor khayalan atau imajinasi semata. Melainkan sebuah
karya lahir sedikit banyaknya terinspirasi dari fenomena-fenomena yang
telah terjadi kemudian seorang sastrawan memasukkan unsur fakta di
dalamnya baik itu dirasakan langsung oleh pengarang sendiri ataupun
masyarakatnya. Meskipun sebuah karya sastra itu bersifat imajinatif namun,
fakta sosial merupakan objek dominan dari penciptaan sebuah karya sastra.
Novel juga dianggap sebagai upaya untuk menciptakan kembali dunia sosial
baik itu relasi sosial dengan keluarga, lingkungan, ekonomi, budaya bahkan
politik dalam suatu negara. Melalui novel ini, seorang pengarang ingin
menceritakan kembali serta memberitahu kepada pembaca mengenai
peristiwa besar yang telah terjadi tahun 2011 lalu. Banyaknya peristiwa
dalam novel ini hampir mirip dengan data-data faktual yang dapat dibuktikan
kebenarannya. Sebagai sebuah karya sastra tentu tidak dapat menghilangkan
unsur imajinasi di dalamnya.
Berdasarkan pada alasan-alasan di atas, maka novel Dina Nasrini
dipilih menjadi korpus utama dalam penelitian ini untuk memperlihatkan
konflik sosial di Suriah sejak kurun 2011 tepatnya semenjak pecahnya Arab
Spring Suriah hingga saat ini. Dari beberapa argumen-argumen yang telah
dikemukakan tersebut menjadi landasan bagi penulis untuk mengkaji lebih
dalam mengenai konflik sosial Suriah yang terdapat dalam teks novel
Amal fī Sūriā kemudian dikorelasikan dengan fakta-fakta yang terjadi. Dan
sejauh mana novel Amal fī Sūriā ini merepresantasikan realita yang terjadi di
14
Suriah. Dengan demikian, sekiranya karya ini sangat layak untuk diteliti
dan oleh penulis dirangkum dalam judul besar: Sastra Dan Konflik
Sosial Keagamaan Pasca Arab Spring (Studi Sosiologi Sastra Terhadap
Novel Amal fī Sūriā Karya Dina Nasrini).
B. Permasalahan.
23
Rene Wellek dan Austin Warren, Teori Kesusasteraan, 79.
15
beberapa aspek bisa konflik bathin, ideologi dan sistem didalamnya. Agar
penelitian ini tidak meluas, sehingga menjadi jelas dan fokus, maka dalam
penelitian ini diberikan batasan-batasan sebagai berikut:
C. Tujuan Penelitian.
mengenai korpus utama ini. Diantaranya, Sami Daud dalam koran Tsaqafah
al-Arabiyyah (Kairo, Jumat, 13 Juni, 2014), ia menyatakan bahwa novel
Amal fī Sūriā mengisahkan mengenai revolusi dan peperangan di Suriah Dan
novel ini sarat sekali menceritakan mengenai tragedi kemanusiaan di Aleppo,
Suriah. Hal yang sama juga telah dilakukan oleh Sulaiman dalam surat
kabar harian alarab.co.uk, London,1977 (terbitan 12-September, 2014) ia
menyatakan bahwa novel Amal fī Sūriā karya Dina Nasrini ini benar-benar
mengungkapkan tentang revolusi Suriah dalam skala besar di dalamnya
tidak hanya menyinggung mengenai tragedi kemanusiaan, tetapi juga
menyinggung mengenai politik dan sumber hukum di Suriah secara langsung
itulah yang membuat novel ini sangat berpotensial untuk diteliti lebih lanjut.
Hannan A’qil, ar-Ruwāiyah as-Sūriā Dina Nasrini, (al-Manzūmah al-
Fikriyah as-Sūriā Tudāru tahta Watatu Raqābah as-Siyāsiyah al-
Musyaddadah), Kairo, Majalah Suriah Syahriyah: No. 10 Juli 2014.
Sedangkan penelitian terdahulu dari sebuah penelitian secara ilmiah seperti
skripsi,tesis maupun disertasi sejauh ini penulis belum menemukannya.
F. Metodologi Penelitian.
24
M. Atar Semi, Metode Penelitian Sastra , (Bandung : Angkasa, 2012). hlm. 53
18
25
Hasanatul Jannah Okara Jurnal Bahasa dan Sastra, (Yogyakarta, Unit Bahasa
STAIN pemekasan), vol, III, tahun 2 Mei 2007. hlm. 246.
26
M. Atar Semi, Metode penelitian Sastra ( Bandung : Angkasa, 2012). hlm. 10.
19
G. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari lima bab, setiap bab terdapat sub bab untuk
memperjelas fokus dari judul besar tersebut.
kondisi dan stuasi Suriah pra- Arab Spring (2000-2010) dan pasca Arab
Spring (2011-sekarang). Hal yang tidak kalah pentingnya lagi penulis juga
menyinggug mengenai sejarah munculnya Sunni dan Syi’ah, mengingat
konflik antara mereka masih hangat dan segar di Suriah.Terakhir tidak lupa
penulis memaparkan mengenai biografi pengarang dari novel Amal fī Sūriā.
Bab kelima berisi penutup, berupa kesimpulan dalam tulisan ini yang
merupakan hasil penelitian untuk menjawab permasalahan-permasalahan
yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya dan terakhir berupa saran atau
rekomendasi yang diharapkan dapat menambah khazanah mengenai konflik
sosial dalam tinjauan sosiologi sastra.
BAB II
1
Lihat selengkapnya Albertino Minderop, Metode Karakterisasi Telaah Fiksi,
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005). hlm. 1
2
Webster‟s New Collegiate Dictionary,1959. hlm. 308.
3
Henry Guntur tarigan, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra, ( Bandung, Angkasa,1993)
cet.ke-1.hlm. 120.
4
Warsiman, Membangun Pemahaman Terhadap Karya Sastra Berbentuk Fiksi:
Telaah Sifat dan Ragam Fiksi Naratif , Jurnal Thaqafiyyat, Vol 14,No.1. (2013). hlm. 181
21
22
disebabkan fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran pada
kebenaran sejarah. Secara garis besar ada dua macam karya fiksi. Pertama,
fiksi imajinatif yang berdasarkan imajinasi. Kedua, fiksi ilmiah yang
berdasarkan analisa ilmiah.
Fiksi merupakan suatu karya sastra yang mengungkapkan realitas
kehidupan sehingga mampu mengembangkan daya imajinasi atau khayalan.
Fiksi merupakan hasil dialog, kontemplasi dan reaksi seorang pengarang
terhadap lingkungan dan kehidupan. Meskipun fiksi berupa khayalan namun
tidak benar jika fiksi dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka,
melainkan suatu penghayatan dan perenungan secara intens seorang
pengarang, perenungan terhadap hakikat hidup dan kehidupan. Perenungan
dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab dari pengarangnya. Fiksi
merupakan sebuah karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung
jawab dari segi kreativitas sebagai karya seni.
Sebagai sastra fiksi atau imajinatif, secara tidak sadar seorang
pengarang mengungkapkan data yang menyangkut keadaan sosial dari
periode waktu cerita itu terjadi. Sedangkan dalam sebuah cerita realistik
tidak boleh terjadi hal-hal yang sangat kebetulan. Dalam menilai hal-hal
tersebut kita mengukur dunia fiksi dengan bayangan kita tentang kenyataan
yang terjadi. Di sinilah kadang-kadang kita sukar sekali untuk membedakan
antara sebuah teks fiksi dari sebuah teks nonfiksi ataupun sebaliknya. Ada
perbedaan antara kebenaran dalam dunia fiksi dengan kebenaran di dunia
nyata. Kebenaran dalam dunia fiksi adalah kebenaran yang sesuai dengan
keyakinan pengarang. Sebuah kebenaran yang telah diyakini keabsahannya
sesuai dengan pandangannya terhadap masalah hidup dan kehidupan.
Kebenaran dalam karya fiksi tidak harus sejalan dengan kebenaran yang
berlaku di dunia nyata misalnya kebenaran dari segi hukum, moral, agama
23
bahkan logika. Sesuatu yang tidak mungkin terjadi dan tidak dianggap
benar di dunia dapat saja terjadi dan dianggap benar dalam dunia fiksi.
Adanya ketegangan yang terjadi karena hubungan faktual dan kebenaran
imajinatif bersumber dari pandangan Aristoteles :
Karya sastra merupakan paduan antara unsur mimetik dan kreasi,
peniruan dan kreativitas, khayalan dan realitas. Teori mimetik
menganggap bahwa fiksi hanya merupakan peniruan atau
pencerminan terhadap realitas kehidupan sekaligus merupakan hasil
kreativitas seorang pengarang.5
Jika dilihat sekilas bahwa fiksi sangat erat sekali kaitannya dengan
teks naratif dan adab (bahasa Arab) atau sastra. Fiksi naratif (cerita)
5
A .Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra,Pengantar Teori Sastra. (Jakarta; Pustaka
Jaya, 1984). hlm. 222
24
berkaitan dengan urutan waktu dan cerita tersebut banyak bersumber dari
sejarah.6 Dalam bahasa Inggris ada dua ragam fiksi naratif utama disebut
dengan romance ( romansa) dan novel. Romansa adalah sesuatu yang ditulis
dengan bahasa agung dan diperindah di dalamnya menggambarkan apa yang
tidak pernah terjadi bahkan tidak mungkin terjadi. Sifatnya adalah puitis
dan epik. Sedangkan novel merupakan suatu gambaran kehidupan dan
perilaku yang benar-benar nyata pada saat novel itu ditulis yang sifatnya
realistis.7 Sedangkan sastra atau adab (bahasa Arab) yaitu kumpulan teks-
teks tertulis yang terkandung di dalamnya ide-ide berupa karangan atau seni
tulisan.8 Defenisi tersebut tidak jauh berbeda dengan sastra dalam bahasa
Indonesia yaitu suatu tulisan yang berupa puisi atau prosa dan nilainya
sangat tergantung dengan ekspresi jiwa serta kedalaman pikiran manusia.9
Makna adab ini mengalami perkembangan dari satu masa ke masa yang lain
mulai dari masa Jahiliyah, masa nabi Muhammad SAW, sahabat sampai saat
ini.10 Demikian juga dalam literatur Indonesia kata adab ini bermakna sopan
santun, budi bahasa dan kemudian bermakna kemajuan atau kecerdasan.11
Secara leksikal, kata adab mempunyai banyak pengertian selain bermakna
sastra juga bermakna etika (sopan santun), tata cara filologi, kemanusiaan,
kultur dan juga ilmu humaniora.12 Kata adab baru memiliki pengertian
sastra sebagaimana pada saat ini. Dalam arti bahasa adab mengandung nilai
estetika dari segi bentuk maupun isi baik itu lisan maupun tulisan. Oleh
6
Lihat selengkapnya Rene Wellek dan Austin Warren terj. (1962). hlm.258.
7
Lihat selengkapnya Rene Wellek dan Austin Warren terj. (1962). hlm.260.
8
Hanna al-Fakhuri, Tarikh al-Adab al-Arabi( tt. Al-Maktabah al- Bulisiyah, 1987).
hlm. 83.
9
Abdul Razak Zaidan, Kamus Istilah Sastra ( Jakarta : Balai Pustaka, 2007). hlm.
180.
10
Lihat Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2012), hlm 4.
11
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta:
Balai Pustaka, 2002). hlm.6.
12
Ahmad, Warson Munawwir, al-Munawwir, Kamus Arab Indonesia, (Yogyakarta:
Pesantren Krapyak, 1984). hlm. 13-14.
25
karena itulah pada masa modern, kata adab disamping bermakna sopan
santun, juga memiliki dua makna lain yaitu ilmu humaniora secara umum
dan sastra sebagai makna khusus.13 Pada dasarnya ketiga jenis yang telah
dipaparkan di atas sama hanya perbedaan dalam peristilahan saja.
Sementara itu, nonfiksi merupakan suatu karya sastra yang dibuat
tidak hanya berdasarkan data-data yang otentik saja, namun bisa juga data
tersebut dikembangkan sesuai dengan imajinasi pengarang. Sastra nonfiksi
adalah karya sastra yang ditulis berdasarkan kajian keilmuan atau
pengalaman. Karangan nonfiksi dapat berupa esai, artikel, jurnalistik, artikel
ilmiah, biografi dan lain sebagainya. Menurut Tarigan (1993) perbedaan
utama fiksi dan nonfiksi terletak pada tujuan. Maksud dan tujuan dari cerita
atau narasi yang nonfiksi seperti biografi, sejarah dan sains bertujuan untuk
menciptakan kembali apa-apa yang telah terjadi secara aktual. Dengan kata
lain bahwa nonfiksi dapat dikatakan bahwa.
13
Ahmad as-Syayib, Usul an-Naqd al-Adabi, Kairo: Maktabah an-Nahdah al-
Misriyyah,1964. Cet-ke 7. Hlm. 1-15. Lihat juga Abdul al-Aziz bin Muhammad al-Faisal,
al-Adab al-Arabi wa Tarikhuhu, al-‘Asr al-Jahili wa „Asr Sadr al-Islam wa al-A‟sr al-
Umawi, Riyad : Kerajaan Saudi Arabia, 1405,H. hlm. 5-8.
14
Djago Tarigan dan H.G Tarigan, Teknik Keterampilan Berbahasa,
(Bandung:Angkasa, 1990).hlm.74
26
15
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2009 ). hlm.4
16
Lihat selengkapnya Sugihastuti, Teori Apresiasi Sastra, ( Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002 ). hlm. 161.
27
road to the future.17 Posisi dari sastra baik itu tertulis maupun lisan dapat
memberikan keterangan masa lampau berupa imformasi yang disebut
sebagai bahan dokumenter bagi studi sejarah. Karena sastra berfungsi
sebagai sumber sejarah. Sastra sebagai pelengkap studi sejarah. Pemanfaatan
sastra sebagai sumber sejarah dapat dipahami dengan cara terlebih dahulu
menempatkan sastra dalam kerangka sastra dan realitas. Dalam novel Amal
fī Sūriā ini terdapat banyak sekali mengisahkan mengenai sejarah pada masa
pemerintahan Bashar Assad di Suriah tepatnya peristiwa Arab Spring
tahun 2011 lalu. Melalui karya sastra yang bernuansa sejarah ini, seorang
pengarang ingin memberitahu kepada pembaca bagaimana perjuangan dan
penderitaan rakyat Suriah pada masa pemerintahan rezim otoriter Bashar
Assad di Suriah. Dikarenakan unsur sejarah tidak bisa lepas dari karya sastra.
Oleh karena itu novel Amal fī Sūriā dikategorikan ke dalam fiksi sejarah.
2.1.2 Fiksi Sains (science fiction).
Fiksi sains (Science fiction) dapat dipahami dalam beberapa pengertian.
Robert Heinlein, seorang pengarang fiksi sains mengemukakan bahwa fiksi
sains merupakan fiksi spekulatif di mana seorang pengarang mengambil
postulat dari dunia nyata sebagaimana yang kita ketahui dan mengaitkan
fakta dengan hukum alam.18 Senada dengan itu juga Kingsley Amis dalam
(Lukens,1999) merupakan seorang kritikus, mengatakan bahwa fiksi sains
adalah hipotesis yang berdasarkan sejumlah inovasi dalam sains dan
teknologi. Kadang-kadang tidak mudah untuk dibedakan apakah ia murni
fantasi atau sains 19.
17
Nevins Allan, The Gateway to History, New York : Doubleday & Co, 1962.
18
Rebecca Lukens, A,Critical Handbook of Children’s, ( New York:Longman,
1999). hlm. 23.
19
Lihat Rebecca Lukens, 1999. hlm. 23.
28
20
Sosiologi sastra berkembang dengan pesat sejak penelitian-penelitian dengan
memanfaatkan teori strukturalisme dianggap mengalami kemunduran, stagnasi bahkan
dianggap sebagai involusi. Analisis strukturalisme dianggap telah mengabaikan relevansi
masyarakat yang justru merupakan asal usulnya. Lihat selengkapnya dalam Nyoman Kutha
Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian sastra. hlm.332.
29
Jika dirunut pengertian sosiologi sastra, terdapat dua kata yang pada
dasarnya memiliki hubungan yaitu sosiologi dan sastra.Sosiologi merupakan
studi ilmiah terhadap perilaku sosial atau tindakan manusia.23 Sastra adalah
akhlak dan jiwa pengarang berdasarkan jumlah pola hidup di lingkungannya
yang berbeda-beda baik itu pola sosial, mental maupun emosional.24 Sastra
berhubungan dengan manusia dalam masyarakat seperti halnya dengan
sosiologi yang sangat erat kaitannya dengan manusia baik itu dikalangan
keluarga, lingkungannya, politik dan negara. Itulah tugas sosiologi sebagai
suatu disiplin ilmu yang otonom yang akan mengungkapkan kembali
problema sosial tersebut. Masyarakat adalah orang-orang yang hidup
bersama dan menghasilkan kebudayaan. Perbedaannya dengan sastrawan
21
Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern, hlm. 11.
22
Lihat selengkapnya Nyoman Kutha Ratna, Paradigma Sosiologi Sastra,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009).hlm. 26.
Teks asli
24
Teks asli
25
Sapardi Djoko damono, sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas, ( Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978).
hlm 6-8.
26
Basmah Rahman, Awdah, Dawr ‘ Ilm al-Ijtima’ fi Tanzim al-Mujtama, For
humanities Sciences al-Qadisiya, Vol, 11 No. 4 (2008). hlm. 428.
31
untuk mengetahui apa tujuan dan pesan atau amanat yang hendak
disampaikan oleh seorang pengarang. Ketiga, sosiologi sastra yakni
mempermasalahkan tentang pembaca dan pengaruh sosialnya terhadap
masyarakat.27 Sejalan dengan Rene Wellek dan Austin Warren, telaah
sosiologi sastra menurut Ian Watt mencakup tiga hal. Pertama, konteks
sosial pengarang.Hal ini berkaitan dengan masyarakat pembaca yang
berhubungan dengan posisi sosial pengarang. Faktor-faktor sosial yang
ditemukan dalam konteks ini adalah pengarang sebagai pribadi yang
berpengaruh besar bagi isi karya sastranya. Kedua, sastra sebagai cerminan
masyarakat. Pada aspek kedua ini sejauh mana sastra dapat dianggap
mencerminkan keadaan masyarakat. Ketiga, fungsi sosial sastra, yang
mengaitkan sastra dengan nilai sosial.28 Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan perspektif yang kedua yaitu sastra sebagai cerminan dari
masyarakat. Dan hemat penulis, novel Amal fī Sūriā ini merupakan cerminan
atau representasi dari masa pemerintahan Bashar Assad di Suriah setelah
terjadinya Arab Spring 2011 lalu.
Dan perlu diketahui juga bahwa apa yang tersirat dalam karya
sastra meskipun mencerminkan kenyataan, namun kenyataan sosial yang
ada dalam karya sastra tersebut merupakan olahan pengarang. Meskipun
seorang pengarang melukiskan kondisi sosial yang berada di lingkungannya
namun belum tentu menyuarakan keamanan masyarakatnya dan yang pasti
pengarang hanya menyalurkan atau mewakili hati nuraninya sendiri.
Apabila seorang pengarang kebetulan mengucapkan sesuatu yang bergejolak
dalam masyarakat. Hal ini merupakan suatu kebetulan dan ketajaman
batinnya dapat menangkap isyarat-isyarat tersebut. Itu semua disajikan oleh
27
M. Atar Semi, Metode Penelitian Sastra , (Bandung : Angkasa, 2012). hlm. 53
28
Hasanatul Jannah Okara Jurnal Bahasa dan Sastra, (Yogyakarta, Unit Bahasa
STAIN pemekasan), vol, III, 2 Mei tahun 2007. hlm. 246.
32
29
Rh. Widada, Saussure, Untuk Sastra Sebuah Metode Kritik Sastra Struktural,
(Yogyakarta: Jalasutra, 2009.).
30
Rene Wellek dan Austin Warren, Teori Kesusasteraan, Terj. Melani Budianta,
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1995. hlm.26-27.
33
Istilah konflik secara etimologi berasal dari bahasa latin con yang
31
berarti bersama dan Fligere yang berarti benturan atau tabrakan. Menurut
Webster (1966), istilah conflict di dalam bahasa aslinya berarti perkelahian,
peperangan atau perjuangan yakni berupa konfrontasi fisik antara beberapa
pihak. Dikarenakan istilah konflik sangat universal, maka dirumuskanlah
konflik yang berarti persepsi mengenai perbedaan kepentingan (Perceived
divergence of interest) atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi pihak-pihak
yang berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan.32 Sedangkan dalam
Kamu Umum Bahasa Indonesia yang disusun oleh Poerwadarminta (1976),
konflik berarti pertentangan atau percekcokan. Pertentangan di sini bisa
muncul disebabkan oleh pertentangan ide ataupun fisik antara dua belah
31
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan
Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2011), hlm. 345.
32
Lihat selengkapnya Dean G.Pruitt, Jeffrey Z. Rubin, Teori Konflik Sosial,
(Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004). hlm.9.
34
33
Lihat Novri Susan, Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer. hlm.4.
34
Soerjono Suekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, ( Jakarta : Rajawali Pers, 1992),
hlm. 86.
35
Novri Susan. Sosiologi dan Isu-Isu Konflik Kontemporer. hlm.105.
36
Elly M.Setiadi.Usman Kolip. hlm.52.
37
Novri Susan, Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer. hlm.5.
35
ada hubungan sosial atau interaksi sosial antar individu ataupun kelompok
dengan kelompok yang lainnya. Dalam berinteraksi itulah sering terjadi
pertentangan, perdebatan pendapat diantara mereka. Konflik Tidak hanya
berbentuk fisik saja, namun bisa juga berbentuk lisan atau nonfisik.
Konflik lisan ini bisa berupa polemik maupun perbedaan pendapat yang
hanya terbatas adu argumen saja. Jika tidak dapat diselesaikan maka akan
meningkat menjadi konflik fisik seperti pemberontakan, revolusi bahkan
berakhir dengan peperangan antar bangsa.38 Seperti yang terjadi di dunia
Arab beberapa tahun terakhir, terutama yang terjadi di Suriah hingga saat
ini. Faktor utama terjadinya konflik menurut Marx adalah faktor ekonomi.
Bagi Marx, faktor ekonomi memainkan peran penting dalam teorinya
sehingga teori Marx ini dapat dikategorikan sebagai determinisme
ekonomi.39 Perjuangan kelas yang merupakan tema utama dalam teori Marx
ini disebabkan oleh faktor ekonomi yakni penderitaan kelas proletar sebagai
akibat keinginan kelas borjuis untuk memperoleh keuntungan sebesar-
besarnya. Menurut Marx, ekonomi yang memainkan peran penting dalam
kehidupan manusia. Manusia akan dikatakan terpenuhi kebutuhan hidupnya
apabila bisa memenuhi kebutuhan materinya.
38
Lihat Ted Robert Gurr, Introduction dalam Handbook of Political
Conflict,Theory and Research, Ted Robert Gurr Penyunting ( New York :NY: The Free
Press, 1980), hlm. 1-16.
39
Lihat Noveri susan, hlm. 31
40
I.B. Wirawan, Teori –Teori Sosial dalam Tiga Paradigma ( Fakta Sosial,
Defenisi Sosial, Dan Perilaku Sosial), Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,cet.ke-2,
2013 hlm.69.
36
41
Rene Wellek, dan Austin Warren, Theory of Literature, Terj.oleh Melani
budianta, Teori Kesusasteraan, Jakarta: PT. Gramedia, 1989. hlm. 285.
37
konflik. Sebagaimana yang terdapat dalam novel Amal fī Sūriā ini yang di
dalamnya banyak sekali mengisahkan mengenai konflik di Suriah pada masa
pemerintahan Bashar Assad terutama pada saat pecahnya gelombang
revolusi 2011 lalu.
Konflik dalam persepektif Ralf Dahrendorf merupakan separuh
penerimaan, separuh penolakan serta modifikasi dari teori sosiologi Karl
Marx. Ia merupakan seorang tokoh utama dalam teori konflik. Wewenang
dan posisi kekuasaan sebagai konsep sentral teorinya. Ia juga mengatakan
bahwa sebuah kekuasaan dan otoritas merupakan sumber-sumber yang
menakutkan karena mereka yang memegangnya memiliki kepentingan untuk
mempertahankan status quo.42 Ia menambahkan bahwa kedua jenis ini
merupakan kepentingan yang objektif yang terbentuk dalam peran-peran itu
sendiri bersamaan dengan kepentingan atau fungsi dari semua peran dalam
mempertahankan organisasi itu sebagai keseluruhan. Suatu peran yang
mengandung kekuasaan bertujuan untuk mengukuhkan kekuasaannya agar
tetap berkuasa. Ada perbedaan antara kekuasaan dan otoritas. Kekuasaan
cenderung menaruh kepercayaan pada kekuatan. Sedangkan otoritas adalah
kekuasaan yang dilegitimasikan atau yang telah mendapat pengakuan umum.
Kedua jenis ini merupakan fakta sosial. Distribusi kekuasaan dan wewenang
secara tidak merata tanpa kecuali menjadi faktor yang menentukan konflik
sosial secara sistematis. Perbedaan wewenang merupakan suatu tanda dari
adanya berbagai posisi dalam masyarakat.
Kekuasaan dapat bersumber dari milik kebendaaan (materi),
kedudukan sosial dan demokrasi, kemampuan dalam ilmu pengetahuan
(intelektualitas).43 Dan kekuasaan erat kaitannya dengan authority (otoritas
42
I.B. Wirawan, Teori –Teori Sosial dalam Tiga Paradigma ( Fakta Sosial,
Defenisi Sosial, Dan Perilaku Sosial), Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, cet.ke-2,
2013. hlm.88.
43
Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar.hlm.149.
38
44
Lihat Robert Biersdet, An Analysis of Social Power, American Sociological
review, Volume 15, desember 1950. Hlm. 732.
45
Ralf Dahrendorf, Teori Sosiologi Modern Edisi Keenam, (Jakarta : Prenada
Media, 2004), hlm. 156.
46
Nasir, Ms, Teori-Teori Sosiologi, (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), hal.25
47
Lihat Bernand Raho, SVD, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi Pustaka,
2007), cet.ke-1.hlm.79-80.
48
Lihat I.B. Wirawan, Teori –Teori Sosial dalam Tiga Paradigma. hlm. 89.
39
49
Robert H. Lauer, Perspektif Tentang Perubahan Sosial, (Jakarta : PT. Rineka
Cipta, 2001), hlm.102
50
Roger Simon, Gagasan-Gagasan Politik Gramsci, Yogyakarta : Pustaka Pelajar dan
Insist, 1999. hlm. 19-20
40
51
Hendarto, Heru, Mengenal Konsep Hegemoni Gramsci dalam Diskursus
Kemasyarakatan dan Kemanusiaan, (Jakarta: Gramedia,1993). Hlm. 74.
41
Suriah dan menjadi presiden pertama Suriah pada tahun 1970 an sampai saat
ini kekuasaan kembali dipegang oleh anaknya yaitu Bashar Assad. Salah
satunya inilah yang menyebabkan Suriah selalu mengalami pergolakan
konflik sepanjang sejarah yakni tidak harmonisnya hubungan antar
kelompok di Suriah terutama kelompok Sunni dan Syi‟ah Suriah tujuan
mereka hanya satu yaitu ingin menjadi kelompok superior yang berkuasa
di Suriah. Oleh karena itu, hemat penulis teori konflik Ralf Dahrendorf yang
didukung oleh teori hegemoni Antonio Gramsci sangat relevan dalam
penelitian ini.
BAB III
42
43
1
Nader Ibrahim, M.Bani Nasur, Syria-Iran relations ( International Journal of
Humanities and social science, vol.4.No.12 october 2014: Jordan, College University). hlm.
80. Baca juga George Antonius, Syria and the French Mandate,International Affairs (Royal
Institute of International Affairs 1931-1939), Vol. 13,No. 4 (Jul. - Aug., 1934), pp. 523-539.
Lihat juga William Ochsenwald Sydney Nettleton Fisher, The Middle East a History, sixth
edition, hlm. 626
2
Negara Suriah hidup di bawah mandat Perancis pada tahun 1920 an. Lima tahun
kemudian, 1925, pecah revolusi rakyat Suriah melawan penguasa kolonial Perancis.
Kemudian Revolusi pecah lagi pada tahun 1936 dan 1945. Tiga revolusi itu tidak mampu
menghasilkan kemerdekaan bagi rakyat Suriah. Lihat. Trias Kuncahyono, Musim Semi di
Suriah Anak-anak Sekolah Penyulut Revolusi, (Jakarta, Kompas, 2012) . hlm 27.
3
Lihat selengkapnya William L. Cleveland,Martin Bunton, A History of The
Modern Middle east, (Westview Press, 2013). fifth edition, hlm. 202.
4
Ensiklopedia Geografi 9, (Jakarta: PT Lentera Abadi, 2006), hal 247.
5
Sumber: Ensiklopedia Islam PT Ichtiar Baru Van Hoeve 1999. hlm.321, akan
tetapi dalam Ensiklopedia geografi, Intermassa cetakan tahun 1990, hlm 217 menyatakan
bahwa penduduk Suriah berjumlah 12.210.000 dengan kepadatan penduduk 65/.km²
44
Artinya :
Jika penduduk Syam rusak agamanya maka tak tersisa
kebaikan di tengah kalian. Akan selalu ada satu kelompok dari
umatku yang dimenangkan oleh Allah, tak terpengaruh orang yang
6
Lihat selengkapnya M.Agastya ABM,Arab Spring Badai Revolusi Timur Tengah
Yang Penuh Darah, (Yogyakarta:IRCiSoD2013), hlm.156
7
Damaskus juga pernah menjadi pusat pemerintahan Sultan Salah al-Din Yusuf ibn
Ayyub (1137-1193). Dia merupakan seorang sultan besar pendiri dinasti ayyubiyah di mesir
yang oleh dunia barat lebih dikenal dengan nama Sultan saladin. Dialah pahlawan besar
Islam yang pernah menaklukkan Jerussalem pada 2 Oktober 1187. Hampir semua negeri di
Timur tengah ada jalan yang diberi nama Saladin, dan kini patung Saladin tersebut
menunggang kuda berdiri megah dan kokoh di Damaskus. Lihat Trias Kuncahyono. hlm. 25.
8
Syam, Sham diambil dari kata Shem yaitu putra tertua Nabi Nuh AS yang memilih
tinggal di wilayah itu setelah banjir bandang. Dalam kitab Perjanjian Lama dikisahkan,
bahwa Nabi Nuh As memiliki tiga anak laki-laki yaitu Shem, Ham dan Yafet. Dan Shem
inilah yang memilih tinggal di Damaskus. Sebagian orang menyebutnya dengan Suriah
Raya. Lihat selengkapnya Trias Kuncahyono, hlm. 19-21.
45
9
Hadis Shahih, HR Tirmidzi (2192), beliau berkata: Hadits Hasan Shahih di
shahihkan oleh Syeikh Al-Albani.
10
Biografi Bashar Assad, merdeka.com, 5 Desember. 2013. Di unduh pada tanggal
30 Maret 2017. Pukul 12:00 WIB
46
11
Trias Kuncahyono, Musim Semi di Suriah, hlm. 48.
47
12
Najib Ghadbian, The New Asad: Dynamics of Continuity and Change in Syria,
Middle East Journal, Vol. 55, No. 4 (Autumn, 2001), pp. 624-641. hlm. 625
13
Biografi Bashar Assad, Merdeka.com, 5 Desember 2013. Di akses pada tanggal
20 Agustus 2017. Pukul 13: 00.WIB
48
14
Trias Kuncahyono, Tahriri Square Jantung Revolusi Mesir, hlm. 46.
15
Trias Kuncahyono, Musim Semi di Suriah, hlm.62.
49
Suri) yang didirikan pada tahun 2003 yang diketuai oleh seorang usahawan
AS-Suriah, Farid Nahid al-Ghadry. Partai ini mengadakan rapat di Brussels
pada bulan Januari dan mengundang semua partai oposisi yang berada di luar
Suriah. Partai Pembaharuan Suriah juga ingin membangun aliansi dengan
partai-partai lain yang mereka sebut untuk demokrasi (al-Tahaluf min ajl al-
Dimuqratiyya).16 Musim semi pun kembali lagi terjadi pada tahun 2011.
Musim semi kedua inilah kemudian sering disebut dengan Syria Spring
yang telah menelan ribuan nyawa. Telah banyak korban jiwa yang telah
gugur dalam peristiwa ini. Dan pada akhirnya musim semi 2011 ini
memberikan inspirasi lahirnya kelompok oposisi di Suriah. Semakin hari
kelompok yang menyatakan oposisi semakin banyak, mereka berkumpul
kemudian bersatu untuk menurunkan rezim Assad yang telah memimpin
selama beberapa dekade. (1970-sekarang).
18
Index Suara -Islam .Com, Selasa, 25 Apr 2017 / 28 Rajab 1438.
19
Dikutip dari laman Al Arabiya, Rabu (26/4/2017) . di unduh pada tanggal 21
Juli 2017.Pukul 10:00 WIB
20
Berlianto,Sindonews.com. Assad Sebut Barat Ingin Gantikannya dengan
Presiden Boneka, Sabtu, 22 April 2017 - 16:56 WIB
21
Berlianto, Sindonews.com, , Komisi PBB Belum Pastikan Jenis Gas dan Pelaku
Serangan Kimia, Sabtu, 22 April 2017 - 14:30 WIB
51
22
VosIslam, http://www.voislam.com/read/worldworld/2012/02/26/17918/bagai-
firaun-rezim-syiah-suriah-paksa-tahanan-sujud-pada-foto-presiden. Di unduh pada tanggal
25 april 2017. pukul. 12:00 Wib.
23
M.Agastya ABM, Arab Spring Badai Revolusi Timur Tengah Yang Penuh
Darah. hlm. 165 .
24
Lihat selengkapnya Trias Kuncahyono, 2013. hlm. 230.
52
dikatakan bukan Islam, karena dalam ajaran Syi’ah Alawite ini banyak sekali
memasukkan unsur dari kekeristenan dan agama lainnya. Dalam hal
peribadatan pun mereka menghadap matahari, dan membolehkan perzinahan.
Pendukung Assad yang ketiga adalah partai Ba’ath. Partai Ba’ath
(Hizb al-Ba’ath al-‘Arabi allishtiraki) ini merupakan salah satu partai
terbesar di dunia Arab. Partai ini didirikan pada tahun 1943 di Damaskus
oleh Michel Aflak, Salah al-Din al-Blitar dan Zaki Arsuzi. Michel Aflak
merupakan pemikir sekaligus politisi sosialis kelahiran Damaskus pada tahun
1910. Tokoh Ba’ath ini merupakan lulusan Universitas Sorbonne, Paris,
Prancis yang membawa Partai Ba’ath ke Irak pada akhirnya meninggal di
Baghdad.25 Semenjak berlangsung pergolakan pada tahun 1950-an, nasib
Syria di tentukan oleh (partai Ba’ath dan rezim militer. Sepanjang
1950-an, melalui pemilihan umum dan kudeta, partai Ba’ath pun pada
akhirnya memperluas kekuasaannya terhadap Syria, pada tahun yang sama
partai Ba’ath memperkasai persekutuan dengan Mesir.26 Di Irak Partai Ba’ath
dipimpin oleh Saddam Hussein. Sedangkan di Suriah Partai ini diketuai oleh
Hafedz Assad dan merupakan partai satu-satunya terbesar dan berkuasa di
Suriah. Mereka berdua bersaing untuk menjadi pemimpin di Dunia Arab.
Dengan jatuhnya Partai Ba’ath di Irak, maka Partai Ba’ath di Suriah
merupakan satu-satunya kekuasaan tunggal.
Jika dirunut kata Ba’ath berarti kelahiran kembali, kebangkitan.
Mottonya adalah Persatuan, Kebebasan, Sosialisme (Wahda, Hurriya,
ishtirakiya) mengacu pada persatuan Arab dan kebebasan dari non-Arab
kontrol dan gangguan bangsa non Arab. Persatuan adalah persatuan
bangsa Arab. Kebebasan merupakan kebebasan dari imperialisme dan
25
Trias Kuncahyono, 2013. Hlm. 36
26
Lapidus, Ira, M, Sejarah Sosial Umat Islam Jilid 3, (Jakarta :PT. Raja Grafindo
Persada, 2000) . hlm. 160.
53
27
Lihat selengkapnya Trias Kuncahyono, 2013. hlm. 37.
54
Salman al- Farisi, Abū Dhar al-Giffari yang muncul pada akhir pemerintahan
Usman ibn Affan, dan berkembang pesat ketika Ali ibn Abi Thalib
memegang kekuasaan sebagai khalifah.30 Kata Syi’ah digunakan untuk
menunjuk kepada segolongan orang yang loyal pada Ali ibn Abi Thalib dan
Ahl al-bayt serta mereka meyakini bahwa Ali adalah orang yang berhak atas
imamah dan khilafah baik berdasarkan Nas maupun wasiat baik eksplisit
maupun implisit bahwa imamah tersebut tidak akan lepas dari anak cucunya
sampai hari akhir nanti.
Dalam al-Quran kata Syi’ah, menurut al-Jauzi memiliki makna empat
aspek, yaitu Pertama bermakna kelompok sebagaimana yang terdapat dalam
surat al-An’am ayat 159.31 dan Al-Hijr ayat 10. Kedua, bermakna al-ahl wan
nasab, anggota keluarga (keturunan) seperti yang terdapat dalam surat al-
Qasas ayat 15.32 Ketiga, bermakna ahl al-Millah, kelompok pemeluk agama
30
Sabir Tuaimah, Dirasat fi al-Firaq (Riyadh: Maktabah al-Ma„arif, 1983),
hlm.10
Artinya.
Dan Musa masuk ke kota ( Memphis) ketika penduduknya sedang lengah,
maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang
seorang dari golongannya ( Bani Israel) dan seorang (lagi) dari musuhnya
(Firaun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya,
untuk megalahkan musuhnya itu. Lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya
itu. Musa berkata: Ini adalah perbuatan syaitan. Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).
32
Artinya.
Kemudian pasti kami akan tarik dari tiap-tiap golongan siapa di antara
mereka yang sangat duraka kepada Tuhannya Yang Maha Pemurah .
56
33
Artinya.
Katakanlah ‘’Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu,
dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam
golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada
sebahagian) kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami
mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami
(nya).
34
Lihat selengkapnya Musthafa Muhammad asy-Syak’ah, Islam Bila Madzahib,
Jakarta: Gema Insani Press, 1994. Terdapat beberapa defenisi yang dibuat oleh para
ilmuwan mengenai kata Syi‟ ah. Secara harfiyah, kata Syi’ah berasal dari kata sya’a-
syiya’an yang berarti mengikuti, menemani. Lihat juga Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi
Mudhor, Kamus Kontemporer Arab Indonesia (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1999).
hlm. 110
35
Lihat Siti Maryam, Damai Dalam Budaya: Integrasi Tradisi Syi’ah Dalam
Komunitas Ahlussunnah Waljama’ah di Indonesia ( Jakarta: Badan Litbang dan Diklat
Kementrian Agama RI, 2012). hlm. 5.
36
Lihat Siti Maryam, Damai Dalam Budaya: Integrasi Tradisi Syi’ah Dalam
Komunitas Ahlussunnah Waljama’ah di Indonesia ( Jakarta: Badan Litbang dan Diklat
Kementrian Agama RI, 2012). hlm. 5.
57
sebagai seorang pendidik atau pun guru di sebuah Yayasan Private School
(TK) yang bernama al-Amal yang berada di Perkampungan Aleppo.
BAB IV
Novel Amal fī Sūriā ini terdiri dari 175 halaman (sudah termasuk
sampul novel). Novel ini mengisahkan mengenai peristiwa revolusi yang
terjadi di Suriah pada tahun 2011 lalu. Dalam novel ini diperankan oleh
seorang tokoh utama perempuan yang bernama Siham merupakan sosok
pejuang tanggguh, meskipun dia perempuan namun ketangguhannya bisa
mengalahkan laki-laki, berprofesi sebagai guru TK di sebuah sekolah di
perkampungan kota Halb (Aleppo). Ia mempunyai anak perempuan yang
bernama Amal sangat relevan sekali dengan judul dari novel ini namun
sosok suaminya tidak dicantumkan dalam teks. Di dalam teks diceritakan
mengenai seorang pemuda yang bernama Samir merupakan kekasih masa
60
61
Berbeda dengan Siham, ia sama sekali tidak mau untuk mengungsi ataupun
keluar dari negaranya. Ia harus berjuang sendiri mempertaruhkan nyawanya
demi anak dan keluarga yang sangat ia cintai. Meskipun pada akhirnya dia
harus menerima kenyataan bahwa Samir dan Amal putri tunggalnya telah
meninggal dunia disebabkan ledakan bom. Mengungsi atau tidak baginya
sama saja. Ia hanya ingin seperti rakyat Palestina yang selalu cinta dan setia
untuk tetap tinggal di negaranya meskipun kematian selalu menghampiri
mereka. Baginya Suriah tetaplah sebuah negara yang damai, tentram.
Secercah harapan selalu tertanam di hati mereka berharap suatu saat
peperangan Suriah akan segera berakhir. Meskipun mereka tahu bahwa
Suriah tidak akan pernah sama seperti negara yang mereka agung-agungkan
dahulu lagi. Harapan hanyalah tinggal sebuah harapan. Suriah telah mati,
namun harapan di hati mereka tidak akan pernah mati.
Ada beberapa tokoh yang terdapat dalam novel ini baik itu berperan
sebagai tokoh protagonis yaitu tokoh dalam karya sastra yang memegang
peranan baik dan tokoh antagonis merupakan tokoh dalam karya sastra
yang merupakan penantang dari tokoh utama, biasanya memegang peranan
jahat. Ada tiga tokoh utama (Central Character, Main Character) yang
ditampilkan dalam novel Amal fī Sūriā. Dalam novel ini yang bertindak
sebagai penggerak cerita yaitu seorang pahlawan perempuan bernama Siham
mempunyai anak yang bernama Amal, selain tokoh utama perempuan yang
bernama Siham. Ada juga tokoh utama laki-laki bernama Samir yang
merupakan kekasih masa lalu Siham. Sedangkan tokoh tambahan atau
pembantu (Peripheral Character) merupakan tokoh yang tidak memegang
peranan penting bahkan muncul hanya sesekali saja. Ada lima tokoh
63
tambahan yang terdapat dalam novel ini yaitu ayah Siham, bibi Ridwa,
Ja‟far, Abu Dhaba‟u dan paman Yasir.
1. Siham
-
64
1
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 31.
65
Selain pemberani, tokoh ini juga dikenal sebagai seorang yang sangat
penyabar dalam menghadapi situasi yang sangat menyakitkan sekalipun. Dan
ia tidak akan mudah menyerah dengan begitu saja apalagi ketika semua
rakyat Suriah memutuskan untuk mengungsi ke negara-negara tetangga, ia
tetap teguh pada pendiriannya untuk tetap tinggal di Suriah sambil
menunggu perang berakhir. Sebagaimana teks di bawah ini menggambarkan
karakter Siham itu.
Artinya.
- Siham ?
- Kenapa kalian bisa sabar menghadapi kondisi seperti ini?
- Allah SWT yang memberikan pada kami kesabaran dan hanya
dia yang mengubah hidup kami, permasalahan itu bukanlah suatu
perkara yang sulit, alhamdulillah kondisi kami jauh lebih baik dari
kebanyakan orang lainnya.
Dari penggalan teks di atas terlihat bahwa sosok Siham memiliki sifat
yang sangat penyabar, menerima dengan lapang dada semua yang telah
ditakdirkan oleh Allah SWT untuknya dan mengembalikan semua itu
2
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 58
66
-
67
Artinya.
- Apakah kamu tidak melihat?
- Melihat apa?
Aku melontarkan kata-kata tersebut dengan penuh kebencian dan
perasaan dendam.
- Syi‟ah !
- Ia memegang kepalanya dengan penuh kesedihan.
-
-
3
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 131.
68
4
.
- Apa mimpi kalian? Suatu pertanyaan penutup agar terbuka pemikiran
baru.
- Aku ingin kembali ke rumahku.
- Agar listrik tidak terputus lagi.
- Allah SWT menyanyangi kalian semua dan ia akan memberikan
semua hak-hak kalian, insya allah. Bagaimana menurutmu jika kita
berdoa bersama.Hatiku menjadi tenang ketika melihat telapak tangan
yang mungil sambil berdoa dan mengangkat tangan mereka. Allah
SWT akan mendengar dan mengetahui semua permohonan kalian.
4
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm. 15
69
-
Artinya .
Aku menyadari bahwa mereka semua mengetahui kalau itu
adalah suara ledakan, ledakan demi ledakan, perselisihan demi
perselisihan, pengeboman, penembak dan juga tentara. Semua kata-
kata tersebut aku temukan di buku anak-anak seperti pelangi,bintang,
bunga, kupu-kupu, mawar merah, bunga melati sampai pada kue,
Barbie, Spiderman, Yoyo dan Naruto. Di sana juga terdapat
tank,burung. Aku sangat tahu bahwa mereka juga telah mengetahui
makna di balik suara yang telah kami dengar. Akan tetapi aku
menyadari bahwa aku harus sedikit berbohong dengan tidak
5
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm.18.
70
-
71
-
Artinya.
- Kami tinggal di daerah pusat pertempuran.
- Izaa’ah........merupakan pusat pertempuran dan perkelahian di
kota Aleppo sehingga dijadikan nama daerah dikarenakan sering
dijadikan sebagai tempat yang menjadi titik rawan terjadinya aksi
kekerasan. Pertempuran yang terjadi di sana merupakan
pertempuran untuk mempertahankan atau melindungi kekuasaan
dan hegemoni di kota Aleppo.
- Aku berharap padamu agar bisa membantu kami.
Berdasarkan redaksi di atas terlihat bahwa Siham dianggap sebagai
sosok pahlawan menjadi tempat tumpuan mengadu bagi orang tua anak
didiknya untuk membantu mengenai permasalahan yang mereka alami. Hal
itu membuktikan bahwa Siham mempunyai pengaruh yang cukup besar
sebagai seorang pahlawan perempuan di Suriah. Dengan posisi status sosial
yang ia miliki maka dengan sangat mudah untuk mempengaruhi dan
memprovokasi orang lain agar menebar kebencian untuk tidak menyukai
apalagi bergaul dengan kelompok Syi‟ah Alawite yang dianut oleh keluarga
besar Bashar Assad .
6
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm.120.
72
Keras
kepala
Tidak
membuka
diri
7
.
Artinya.
Seburuk-buruk karakterku adalah keras kepala.
7
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm, 135.
73
2. Samir
-
-
-
-
-
- Siham : Kenapa kamu bersama tentara Assad?
- Samir: Aku bukanlah termasuk anggota tentara Assad, Siham!
Aku seorang tentara Suriah.
- Siham : Omong kosong.
- Samir: Jadi maksudmu jika menjadi seorang tentara di Suriah
berarti sama dengan tentara Assad.?
- Bukan begitu..maksudku.
Dari penggalan di atas terlihat Samir berusaha untuk meyakinkan
Siham bahwa ia bukan termasuk tentara Assad, melainkan ia merupakan
bagian dari tentara Suriah yang pro terhadap rakyat Suriah. Teks di atas
sekaligus memperlihatkan bahwa Samir memiliki karakter yang sangat
penyabar dalam menghadapi sikap Siham yang keras kepala yang tidak
pernah mempercayainya. Tokoh Samir ini selalu berusaha untuk meredam
amarah agar tidak menimbulkan konflik berkepanjangan baik itu konflik
pribadi dengan Siham maupun konflik antarkelompok keagamaan di Suriah.
8
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm, 122
75
Toleran
Penyabar
3. Amal .
Amal juga berperan sebagai tokoh utama dalam novel ini dan ia
merupakan anak semata wayang dari Siham. Meskipun ia masih anak-anak
yang duduk di bangku sekolah TK namun ia sangat pintar dan mempunyai
pemikiran yang sangat kritis. Ia selalu bertanya dan bertanya kepada ibunya
mengenai fenomena-fenomena yang ia lihat di Suriah. Sebagaimana teks di
bawah ini memperlihatkan karakter dari sosok Amal ini.
Artinya.
Ada seorang anak kecil membawa beberapa ember yang penuh
berisi air menuju rumahnya. Amal pun bertanya.
- Dari mana berasalnya air itu, Ma? Berulang kali Amal bertanya
kepadaku, hal tersebut menunjukkan bahwa ia sangat penasaran
dan membutuhkan jawabanku segera. Aku masih berpikir
bagaimana harus menjelaskan padanya bahwa ada lobang yang
terdapat di bawah kota Aleppo, terlintas dalam pikiranku untuk
mengatakan ( sumur) yang terdapat di bawah gedung di daerah
kami. Akan tetapi aku tidak tahu bagaimana cara untuk
menjelaskan padanya.
- Dari sumur, sayang. Dengan tenang aku mencoba menjawab
semua pertanyaannya.
9
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 14
77
4. Abu Dhaba‟u
Artinya.
Kenapa kamu ingin menyelidikiku? Apakah kamu melihatku
seperti seorang teroris?. Aku adalah penduduk di daerah ini.
Kembalikan aku ke rumahku dengan aman !
11
Artinya.
Abu Dhaba‟u mendekati dan menarik penutup kepalaku lalu
ia menarik kepalaku ke depan, aku pun berusaha untuk memberontak
namun ia semakin kuat mencengkramku. Ia memperlakukanku
dengan kasar lalu ia mendekatkan mulutnya pada telingaku.
12
!؟
- Abu Dhaba‟u......buka pintunya!
Dia berteriak dan penuh kemarahan, memakinya seperti hewan.
- a********kenapa kamu menyekapku?!
10
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm. 31
11
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm. 71.
12
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 78.
80
-
-
-
-
Artinya :
- Abu Dhaba‟u kami akan memberimu hadiah.
- Hei anak pr a****g ! diikuti oleh tertawa terbahak-bahak.
- Belum pernah membawa hadiah apapun padamu yang memiliki
jenggot (Abu Dhaba‟u) dia termasuk sosok yang kau senangi.
- Berikan padanya.
13
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 72.
81
5. Bibi Radwa
-
14
-
Artinya.
- Bibi Radwa: kamu baik-baik saja nak, jangan takut kami
selalu ada bersamamu.
- Siham : Terima kasih bibi, aku sangat menyayangimu.
Teks di atas menggambarkan situasi di mana Siham sedang
mengalami depresi setelah peristiwa penangkapan dirinya. Sebagai figur
seorang bibi yang telah menganggap Siham sebagai anak kandungnya
sendiri, ia berusaha menenangkan Siham agar bisa bersikap tenang seperti
sediakala. Begitupun dengan Siham ia yang sangat menyayangi bibinya
itu. Sebagai tokoh pembantu, sosok bibi Radwa memang tidak terlalu
berperan penting dalam novel ini, hanya sesekali saja ia dimunculkan dalam
cerita, namun ia sangat berjasa terhadap proses penyembuhan tokoh utama
Siham .
14
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm.98.
82
memang telah ada sejak lama dan merupakan isu yang sangat sensitif di
Suriah. Sebagai orang tua yang sudah lama hidup di Suriah tentu ia sangat
memahami konflik yang tengah dihadapi negaranya itu, akan tetapi apa
yang bisa dilakukan oleh orang tua yang sudah renta seperti dirinya. Ia
hanya butuh mencari tempat aman di tengah kondisi Suriah yang semakin
berkecamuk itu. Hal itu terlihat dalam teks di bawah ini.
Artinya.
Rambutnya yang putih, keriting rontok di setiap tempat.
Sedangkan pakaiannya bertaburan di mana-mana, seharusnya ia
sudah waktunya tidur sebagai tamu aku masuk ke dalam rumahnya.
Kemudian aku bilang padanya mengenai urusanku bahwa aku harus
buru-buru pulang ke rumah sebelum hari gelap. Ia pun mengangguk
dengan ragu-ragu akan tetapi terlihat keraguan dari matanya yang
bersinar sebagai tanda kebahagiaan. Aku pun langsung pamitan
pulang kepadanya.
Dari redaksi di atas terlihat bahwa bibi Radwa lebih memilih
berdiam diri di rumahnya, menutup diri dari dunia luar dan ia hanya
menjadi penonton dengan melihat situasi yang bergejolak di negaranya itu.
Hal itu dikarenakan usianya tidak muda lagi. Ia berpikir tidak ada hal yang
bisa ia lakukan untuk menyelamatkan negaranya dengan tangan orang tua
15
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm.68
83
seperti dirinya, oleh karena itulah ia lebih memilih berdiam diri dan pasrah
melihat semua itu. Berbeda halnya dengan Siham yang masih muda tentu
mempunyai semangat berjuang yang masih menggebu-gebu. Ia hanya bisa
berharap bahwa keadaan Suriah akan semakin membaik dari sebelumnya.
Hemat penulis tokoh bibi Radwa merupakan tokoh yang bersifat netral tidak
memihak pihak manapun mengingat usianya yang tidak muda lagi. Tidak
ada lagi hal yang bisa ia lakukan dan hanya bisa menerima apapun yang
terjadi saat itu.
6. Ja‟far
Artinya.
Aku di sini dikarenakan ibu saya dan aku berada di sini karena
saudaraku.
16
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm. 113.
84
-
-
Artinya.
- Siham : Itu semua karena uang! dengan suara yang agak pelan.
Sambil duduk ia menjawab dengan cepat.
- Ja‟far : Tentu saja tidak! Bukan masalah uang ! dengan profesi
seperti itu maka sangat mudah bagiku untuk mendapatkan uang
puluan ribu dalam waktu sekejap.
- Siham : Jadi karena apa?
- Ja‟far : Karena dendam
Beberapa kutipan redaksi di atas menggambarkan bahwa tokoh Ja‟far
seringkali beradu argumen dengan tokoh utama Siham mengenai alasan ia
bekerja menjadi pelayan di angkatan bersenjata Assad. Dan alasan ia bekerja
bukan semata-mata karena uang melainkan karena ingin balas dendam. Di
sini terlihat bahwa tokoh Ja‟far ini sangat berperan penting dalam novel ini.
Ia adalah salah satu orang yang membangun pembentukan konflik. Meskipun
ia hanya sebagai tokoh pembantu, namun ia berperan sekali menimbulkan
konflik harizontal. Ada yang unik dari karakter Ja‟far ini, meskipun ia
sangat pendendam, namun ia memiliki toleran yang tinggi terhadap paham
keagamaan lainnya sebagaimana yang terlihat dalam teks di atas. Jika
memang ia tidak memiliki sikap toleran yang tinggi serta sangat militan
terhadap kelompok sendiri, tentu ia tidak akan mau bekerja dengan rezim
Assad yang menganut aliran Syi‟ah. Sedangkan ia sendiri beraliran Sunni.
Dikarenakan tokoh ini memiliki rasa toleransi yang tinggi. Ia mampu
bekerja dengan mereka, hanya saja tujuan ia bekerja dikarenakan ingin
17
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm.109
85
-
Artinya.
- Siham : Kamu beraliran Syi‟ah?
Sesaat ia memandangku lalu tersenyum dan menjawab dengan
bijaksana.
- Aku seorang muslim Sunni.
Melihat pertanyaan yang dilontarkan Siham kepada Ja‟far di atas
membuktikan bahwa Siham sangat anti terhadap Syi‟ah Alawite dan ternyata
ja‟far menganut Islam Sunni sama seperti dirinya. Mereka berdua
mempunyai permasalahan yang sama yaitu ingin balas dendam terhadap
tokoh Abu Dhaba‟u. Skema di bawah ini akan memperlihatkan lebih jelas
karakter dari tokoh Ja‟far.
18
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm.114.
86
Toleran
Balas
dendam
7. Paman Yasir.
-
87
-
Artinya.
- Ini tidak masuk akal.! Apa yang bisa kamu harapkan dari negeri
ini. Jika kamu bertekad untuk tinggal di sini ? Mungkin saja jika
kamu mengungsi kamu bisa melakukan hal yang bisa kamu
lakukan di sana.
- Tidak, Paman. Ini adalah negaraku. Negaraku bukan negara
mereka, aku tidak akan pernah meninggalkannya.
- Anakku!.
19
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm. 59.
88
20
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm. 88.
89
Melihat sikap ayah Siham di atas menunjukkan bahwa setiap orang tua
berkewajiban menasehati anaknya jika berbuat kesalahan. Meskipun tokoh
ayah Siham ini hanya berperan sebagai tokoh tambahan. Namun ia sangat
berperan dalam meredam amarah konflik pribadi yang terjadi antara Samir
dan Siham. Tidak terlihat ujaran maupun tindakan yang menunjukkan bahwa
ayahnya ini menebar kebencian kepada kelompok lain. Meskipun ia tidak
pernah mengeyam pendidikan yang tinggi namun ia sangat memahami
kondisi Suriah saat itu. Sebagai orang tua tentu ia lebih tahu apa yang telah
terjadi selama ini. Konflik antarkelompok keagamaan ini telah ada benih-
benihnya sejak zaman dahulu kala ia sebagai seorang muslim yang beriman
hal yang perlu dilakukannya adalah saling menghormati dan menghargai
keberagaman dalam sebuah negara. Islam adalah agama yang rahmatan
lil’alamin, agama yang mengajarkan kepada umatnya agar saling
menghargai dan menghormati satu sama lainnya, agama yang mengajarkan
kedamaian dan membenci kekerasan. Dalam Alquran Surah al-Kafirun
ayat ke- 6 . ( bagimu agamamu, bagiku agamaku). Ayat ini
Tokoh kedua adalah Ja‟far terlihat dari aksinya yang rela bekerja
melayani tentara Assad agar bisa membalaskan dendam saudaranya
terhadap rezim otoriter itu. Meskipun tokoh Ja‟far ini sangat membenci
rezim Assad seperti halnya Siham, namun ia tidak pernah melakukan upaya
menebar kebencian terhadap kelompok keagamaan lainnya. Ia juga tidak
pernah membatasi diri dalam bergaul dengan siapapun. Hal ini menunjukkan
bahwa ia merupakan contoh anak muda memiliki pemikiran terbuka, rasa
toleransi yang tinggi, bisa menghargai perbedaan yang ada di Suriah
sehingga ia tidak mudah mengkafirkan kelompok keagamaan tertentu. Ia
hanya perlu bersikap menerima dengan segala perbedaan yang ada,
bagaimanapun perbedaan itu merupakan rahmat tuhan. Di manapun kita
berada perbedaan itu pasti ada tergantung sikap kita yang bisa atau tidaknya
menerima segala keberagaman yang ada.
Tokoh ketiga adalah Abu Dhaba‟u terlihat dalam aksi kekerasan dan
penyiksaan yang dilakukan olehnya terhadap Siham dan rakyat Sunni Suriah
lainnya. Tokoh ini sangat ekstrem dan tiran selayaknya tokoh antagonis
selalu menebar kebencian terhadap siapapun. Memiliki sikap intoleran
91
terhadap paham Sunni dan sangat militan terhadap kelompok Alawite . Sikap
militan tokoh ini terlihat pada upaya-upaya yang dilakukannya dalam
mempropaganda anak buahnya untuk membenci muslim Sunni Suriah. Ia
tidak segan-segan menyiksa orang-orang Sunni dan orang-orang yang dapat
mengancam posisi kedudukan rezim Assad di Suriah. Hal ini menunjukkan
bahwa tokoh ini sangat militan dan sangat fanatik terhadap paham
keagamaan yang ia anut. Ia tidak menghargai perbedaan dan keberagaman
dalam hidup bernegara. Baginya Suriah tetaplah sebuah negara yang
dikuasai oleh paham Alawite sebagaimana dalam beberapa dekade terakhir
telah dipimpin oleh Hafedz Assad sampai pula pada kepemimpinan anaknya
Bashar Assad hingga saat ini.Sedangkan tokoh Amal meskipun ia
dikategorikan sebagai tokoh utama penyebab konflik, namun ia tidak
melakukan tindakan ataupun melontarkan ujaran apapun yang berbentuk
menebar kebencian kepada teman-teman di sekolahnya. Akan tetapi
disebabkan dirinyalah ibunya Siham ditahan dan di penjara oleh tokoh Abu
Dhaba‟u.
v Bashar Assad
Siham
netral
h
Siham Abu Dhaba‟u Amal
Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur maju (progresif).
Pada bagian awal kisah, pengarang menyinggung mengenai akibat dari
konflik internal yang terjadi di Suriah yaitu berupa aksi kekerasan yang
dilakukan oleh tentara Assad dengan meledakkan bom di seluruh kota
94
Aleppo hal itu menyebabkan terputusnya semua air, listrik dan juga jaringan
seluler di kota tersebut. Akibatnya banyak rakyat Aleppo yang harus
hidup dalam keadaan kekurangan air bahkan tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan mereka sehari-hari. Hal yang paling krusialnya yang dirasakan
oleh mayoritas penduduk Aleppo adalah mereka harus tinggal di kamp
perkemahan yang disediakan oleh pemerintah Turki. Mereka telah
menyediakan tempat tinggal, persediaan makanan dan juga beberapa
fasilitas lainnya. Oleh sebab itu, Turki sangat berjasa dalam memberikan
bantuan kepada rakyat Suriah. Sebagaimana yang telah digambarkan
dalam teks di bawah ini.
21
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 13.
95
Artinya.
Dengan segera aku menghilangkan orang tersebut dari
pikiranku dan ia menarikku jauh dari jalan itu. Akhirnya kami
kembali kepada trotoar tadi, tidak beberapa lama setelah itu kami
melihat ada kamp yang dipenuhi oleh balastik yang bermacam bentuk
dan warna, sebagiannya ada yang ditingggali oleh anak-anak,
perempuan dan para orang tua. Akan tetapi, perbandingan mereka
lebih besar dari toko bahan makanan, daging dan produksi lainnya
dari Turki, “ Perbatasan Turki” Ini adalah pasar yang dimaksudkan
itu dan kami membeli keperluan apapun dari pasar ini. Sedangkan
pasar yang lainnya itu hancur bahkan sering berpindah-pindah dan
juga pasar ini terletak di tempat yang rawan disebut juga dengan‟‟
area berbahaya „‟dengan melewati tempat-tempat seperti ini
membuatku berpikir sejenak. Apakah kamu melihat mereka para
pengungsi yang berkemah itu mencuri barang dagangan ini atau
mereka membeli? Apakah kamu melihat bahwa pakaian ini dicuri
dari penyimpanan rumah yang dirampas? Apakah lobang-lobang ini
dirampas dari orang yang punya pabrik dan membunuh mereka
dengan membidik peluru ke tubuhnya ? Mungkin saja dengan kamu
membeli bisa mendapat jawaban yang bisa menenangkan hatimu‟‟
apakah kamu melihatku membayar untuk orang yang akan
membunuhku besok?.
Teks di atas mencantumkan nama negara Turki. Melalui teks ini,
pengarang ingin memperlihatkan kepada pembaca bahwa negara Turki
pernah berjasa dalam memberikan bantuan sumbangsih kepada para
pengungsi Suriah setelah peristiwa pecahnya revolusi 2011 lalu. Peristiwa-
peristiwa yang di utarakan oleh pengarang pada bagian awal novel ini
semuanya menggambarkan mengenai dampak-dampak yang harus diterima
oleh rakyat Suriah setelah terjadinya ledakan yang dilancarkan oleh rezim
Assad. Hal ini menunjukkan bahwa novel ini di awali dari akibat, disebabkan
keserakahan akan kekuasaan dari seorang pemimpin otoriter, Bashar
Assad. Novel ini dimulai dari kisah tentang peristiwa terjadinya revolusi
Suriah. Ledakan-ledakan yang dilancarkan tentara Assad kepada rakyat
96
Tema merupakan sesuatu yang menjadi dasar cerita atau pun yang
menjadi judul pokok dari sebuah cerita. Tema mayor yang disajikan
dalam novel Amal fī Sūriā adalah mengenai krisis kemanusiaan baik itu
berbentuk pergolakan revolusi, peperangan, konflik Suriah pada masa
pemerintahan Bashar Assad. Sedangkan tema minornya adalah tentang
ekonomi, kemiskinan dan pendidikan, percintaan semuanya itu berujung
pada konflik baik itu konflik antarindividu maupun antarkelompok
keagamaan di Suriah. Berawal dari perbedaan ideologi berujung pada
peperangan yang tiada akhir hingga saat ini. Pada bagian novel ini telah
dicantumkan kalimat yang memperlihatkan mengenai konflik telah terjadi.
Terdapat kata-kata “buuuuuuuuum” dalam teks ini bahkan berulang kali
99
22
Artinya.
Buuuuuum... Suara dentuman dari ledakan itu tidak langsung
membuat kami merasa ketakutan, namun tergambar jelas dari
wajah kami bahwa semua itu cukup membuat kami sangat
menderita. Sehingga burung-burung yang terbang di langit pun ikut
merasakan ketakutan seperti yang kami rasakan, semua itu terdengar
pada saat kicauannya di pagi hari.
Berdasarkan teks di atas semakin memperjelas bahwa novel ini sarat
sekali menyinggung mengenai krisis kemanusiaan yang terjadi di Suriah
pada masa pemerintahan Bashar Assad. Rezim Assad ini merupakan salah
satu contoh rezim yang otoriter yang tega menyiksa rakyatnya sendiri di
Timur Tengah. Dalam novel ini, pengarang secara terang-terangan
menceritakan mengenai konflik sosial yang terjadi di Suriah sebagaimana
yang telah dipaparkan dalam teks sebelumnya.
4.2.4. Amanat.
Setiap karya sastra yang diciptakan tentu mempunyai pesan atau
amanat yang ingin disampaikan oleh pengarangnya kepada pembacanya.
Ada beberapa hal yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui novel ini
yaitu perdamaian dan harapan. Pesan universal yang tersirat dalam novel ini
22
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā.hlm. 11.
100
sendiri ikut terlibat dalam bagian cerita ini. Hemat penulis, pengarang
berada diantara tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel ini, dan itu terlihat
101
Buuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuum
Suara ledakan bom kali ini lebih dekat dan kuat dari sebelumnya
sehingga pintu ikut terbuka dengan sangat kuat. Dengan segera
aku langsung mendekat ke pintu itu kemudian menutupnya.
- Apa tugas seorang dokter?
Ketakutan dalam diri anak-anak juga tergambar dalam teks di
bawah ini.
- Apa yang akan kita lakukan jika mereka datang untuk membunuh
kita.?
- Itu adalah suara ledakan bom. Akan tetapi sangat jauh dari
tempat kita, Nak. Dan yang terpenting kita tidak ada hubungan
sama sekali dengan mereka.
Dari beberapa kutipan teks di atas menggambarkan bagaimana
kesulitan dan ketakutan yang telah dialami oleh anak-anak Suriah pada
saat menghadapi situasi yang sangat mengerikan itu. Setiap hari mereka
23
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 17
24
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 18
104
harus mendengar suara ledakan, tembakan bahkan mereka tidak tahu sampai
kapan mereka bisa selamat dari maut itu.
Artinya.
Ibu, lihatlah ....Ia berkata padaku sambil tersenyum penuh bangga
terpancar dari wajahnya yang cantik, aku melihat ia memegang
sebuah papan tulis yang telah di lukis dengan coretan gambaran anak-
anak yang indah, belum sempat aku bertanya padanya. Amal telah
menyodorkan padaku :
- Ini untukmu, Mama. Ia membawa sebotol air hangat agar ia
bisa mengangatkanku, dan ternyata ia benar-benar membawa
secangkir teh agar bisa menghangatkan tangan serta wajahnya.
25
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 23
106
26
Lihat koran Sindonews.com, Berlianto, Korban Tewas Konflik Suriah Sentuh
Angka 470 Ribu Jiwa, Kamis, 11 Februari 2016 - 22:30 WIB. Di unduh pada tanggal 22
Oktober 2017. Pukul 15:00 WIB.
107
Rami....Sami....Hani...Ramiz....Hamid ...Kamal...Jamal
Jamil...Samir....Hadir....Samih.
Hisam...Wisam...Abdullah...Abdurraman...Abdussami‟..Abdurrazzaq.
Abdul-Mun‟im...Hasan...Husain..Sa‟id.
27
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 115-116
108
apa yang tercantum dalam teks novel tersebut bahwa anak-anak Suriah
sangat berperan penting dalam lahirnya revolusi Suriah.
serta kekesalan mereka. Mereka frustasi dengan sistem yang ada di Suriah,
bukan terhadap pemerintah Suriah. Lebih lanjut David juga mengutip
pendapat James L gelvin dalam The Arab Spring: Change and Resistence in
the Middle East bahwa pemilihan kata mengindikasikan bahwa anak-
anak Suriah lebih tertarik pada isu-isu tentang keadilan sosial dan korupsi
dibandingkan isu-isu demokrasi.29 Karena anak-anak secara langsung ikut
merasakan dampak dari persoalan sosial yang tengah dialami oleh negara
mereka. Mereka harus menjalani hidup dalam penderitaan dan kelaparan
setiap harinya. Yang jelas anak-anak Suriah mencoret dinding tersebut
sebagai bentuk ekspresi kemarahan mereka terhadap rezim Assad, mereka
tidak mempunyai cara lain untuk menyalurkan ataupun mengungkapkan
apa yang telah mereka rasakan selama ini. Telah banyak sekali tindakan serta
kebijakan yang telah dibuat oleh penguasa, namun di lain pihak merugikan
rakyatnya. Misalnya saja faktor ekonomi, mayoritas rakyat Suriah sulit
mendapatkan pekerjaan, banyak lulusan sarjana Suriah menganggur karena
tidak tersedianya lapangan pekerjaan bagi mereka, korupsi semakin
28
Trias Kuncahyono, 2013. hlm. 114.
29
Lihat selengkapnya David Wlesch, Mark L Haas, The Arab Spring: Change and
Resistence in the Middle East, https: www.amazon.com/Arab-Spring-Change-Resistance-
Middle/dp/0813348196. Di unduh pada tanggal 12 Agustus 2017. Pukul 14: 00 WIB.
109
Artinya.
Terdengar suara seorang laki-laki yang sudah tua melewati
kami, ternyata dia seorang pedagang yang mengomel sendiri,
tatapannya kosong sambil membawa kantong plastik yang berisi
roti . Dia menarik anak kecil tersebut kesampingnya, dia langsung
meneruskan perjalanannya sambil berbicara sendiri tanpa memahami
apa yang dikatakannya.Aku menatapnya dengan perasaan sedih,
terlihat air mata mengalir di pipi anak kecil tersebut, dengan
cepat ia mengusap dengan lengan bajunya. Kemudian dia mengikuti
jalan lelaki tua tersebut.
30
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm. 21.
110
.
-
-
31
-
-
Artinya.
Aku tidak pernah lupa dengan aktifitas facebook, setiap kali ada
kesempatan, aku akan mengupdate atau mempublikasikannya dalam
berbentuk status.
- Allah SWT akan mengutuk ruh mu wahai Hafedz.
- kemerdekaan jaya jaya.
- Allah akan memberikan pertolongan pada tentara pembebasan.
31
Trias Kuncahyono, 2013. hlm. 26
112
oleh Tunisia dan negara Arab lainnya, oleh karena itu, untuk mengantisipasi
terjadinya hal tersebut, mereka memblok semua media sosial baik itu
facebook, twitter, youtbe dan lainnya, tidak seorangpun rakyat Suriah yang
diperbolehkan menggunakannya. Larangan penggunaan facebook ini telah
berlaku selama empat tahun, apalagi yang memegang saham terbesar
perusahaan telepon nasional Suriah, Rami Makhlouf yang merupakan adik
iparnya Bashar Assad sendiri dan ia menguasai 55 persen pasar di Suriah.32
Sedangkan realita yang terjadi adalah semakin pemerintah melarang
menggunakannya, maka semakin banyak pula rakyat Suriah yang
menggunakannya. Menurut The New York Time dalam Trias Kuncahyono
(2013) tercatat ada sekitar 580.000 pengguna media sosial terutama facebook
di Suriah dan itu angka yang sangat fantastis dari sebelumnya. Setelah
sebulan pecahnya revolusi, pengguna media sosial di Suriah bukannya
semakin berkurang malah semakin bertambah banyak menjadi 180.000.33
Dengan sarana media sosial ini, rakyat bisa menyebarluaskan semua
peristiwa-peristiwa berdarah, pembunuhan serta pembantaian terhadap
warga sipil di Suriah, agar semua orang di dunia bisa melihat betapa kejam
dan brutalnya rezim Assad ini.
Berdasarkan teori Dahrendorf menyebutkan bahwa sebagai pihak
yang berkuasa akan berbuat apapun demi mempertahankan legitimasinya di
Suriah. Sedangkan sebagai pihak yang dikuasai akan melakukan apapun
untuk melengserkan rezim hanya ingin memperoleh perubahan di Suriah,
sebagaimana yang dilakukan oleh rakyat Suriah. Bashar Assad merupakan
contoh dari salah satu pemimpin yang rakus akan kekuasaan menginginkan
menjadi penguasa abadi di Suriah. Kedudukan telah membutakan mata dan
hati nuraninya sehingga ia tidak merasa kasihan apalagi simpati melihat apa
32
Trias Kuncahyono,2013.hlm.94.
33
Trias Kuncahyono, 2013. hlm. 100.
114
yang tengah menimpa pada rakyatnya bahkan ia sendiri sebagai aktor utama
yang membunuh rakyatnya sendiri, setiap hari korban terus berjatuhan
akibat dari otoriternya rezim Assad tersebut. Ia akan melakukan apapun
untuk mempertahankan status quo di Suriah. Akibat dari kerakusan Assad
akan kekuasaan menyebabkan peperangan yang tiada akhir sampai saat
ini. Dan salah satu upaya agar mereka bisa mempertahankan kekuasaannya
yaitu dengan memblokir semua media sosial.
ini bermakna penuh dengan rasa amarah yang amat luar biasa sehingga
Siham menyebut nama “hafez” yaitu ayah dari Bashar Assad yang pernah
menjabat puluhan tahun lamanya sebelum dilanjutkan oleh Bashar Assad.
Teks di bawah ini akan menggambarkan mengenai kekejaman-
kejaman yang selalu dilakukan oleh Bashar Assad terhadap rakyatnya
Kekejaman-kekejaman yang dilakukan itu tidak berdasarkan rasa
prikemanusiaan.
-
-
115
Artinya.
Aku teringat pada cerita bahwa beribu-ribu orang yang
terkurung dalam penjara mereka disiksa. Dalam pikiranku selalu
terlintas sosok Abu Dhaba‟u yang menyiksa pemuda - pemuda
dengan sangat kejam karena dendam terhadap mereka. aku pun
menjawab perkataannya:
- Mereka disiksa?
- Tidak, ia meninggal akibat dari kelalaian mereka sendiri.Ia
meninggal dalam penjara bawah tanah, mereka menimbunnya
bersama enam orang lainnya dalam satu lobang, lalu mereka
meninggalkannya.
- Telah meninggal selama tiga hari.
Artinya.
Mereka (rezim Assad) telah membunuh keluarga kami!
Mereka telah menyembelih mereka seperti biri-biri, lalu mereka
mengumumkan dalam pertempuran tersebut bahwa Suriah
pendukung Bashar. Kamu masih mengatakan bahwa aku tidak
mengetahui hal apapun.!
34
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm. 154.
35
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 131.
116
Artinya.
Mereka memasukkan enam orang ke dalam satu lobang,
jangan bertanyakan padaku bagaimana! Pada waktu yang lain mereka
memasukkan lebih dari lima belas orang dalam satu lobang lagi!!!
Juga jangan tanyakan padaku bagaimana! Akan tetapi pada saat kami
bangun pada pagi harinya kami mendapat berita bahwa ada enam
orang dari mereka yang memberi kesaksian, bahwa ada seorang
algojo yang pada hari itu menyiksa mereka mendapat penghargaan
dan merupakan sebuah pencapaian yang besar.
36
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm. 154-155
117
oleh Dina Nasrini dalam novel ini. Hemat penulis peristiwa tersebut sangat
sensitif untuk diceritakan dalam sebuah karya sastra.
Artinya.
Para pengungsi yang berpindah harus merasakan kesedihan,
hidup dalam kesederhanaan disekitar tempat pengungsian. Mengapa
dinamakan republik Suriah, kenapa ? Untuk siapa? Siapa yang akan
bisa menjawab semua pertanyaan yang besar ini. Apakah ini yang
dinamakan revolusi?
Pertanyaan-pertanyaan besar yang diungkapkan oleh pengungsi
Suriah dalam teks di atas menunjukkan bahwa rakyat sipil Suriah merasa
kebingungan, tidak mengetahui apa yang sebenarnya yang menimpa negara
mereka itu. Jika memang ini revolusi untuk membawa perubahan untuk
kepentingan siapa? Dan kenapa revolusi Suriah lebih parah dibandingkan
dengan negara lainnya? Mereka saling bertanya diantara mereka sendiri.
Revolusi merupakan suatu perubahan terhadap sistem ketatanegaraan
(pemerintahan maupun keadaan sosial) yang dilakukan dengan cara
kekerasan atau menggunakan senjata. Revolusi seringkali dikaitkan dengan
37
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm 15.
118
mundurnya rezim Assad yang sudah terlalu lama berkuasa (dimulai sejak
Hafedz al-Assad tahun 1972, lalu digantikan anaknya Bashar al-Assad
sejak tahun 2000 hingga kini).
Melihat revolusi yang tidak kunjung usai tersebut, rakyat Suriah
pun mulai merasa putus asa dan tidak tahan harus terus berada dalam kondisi
yang menyakitkan itu. Mereka rakyat Suriah memutuskan untuk mengungsi
ke negara tetangga seperti Turki, Yodania bahkan sampai pada Lebanon.
Sebagaimana teks di bawah ini menggambarkan mengenai dampak revolusi
tersebut.
Artinya.
Siham : Itu bukanlah revolusi.
Ja‟far: Aku tahu itu ya Sayyidah, aku tahu, bahwa revolusi akan
menentang peraturan dari rezim tersebut dan akan menimbulkan
masyarakat tetekan.Jumlah revolusioner semakin hari semakin
banyak. Terutama ketika para revolusioner memutuskan untuk
menyelamatkan diri dan meminta pertolongan kepada negara
luar untuk mendapat perlindungan terhadap masalah yang
mereka alami seperti Turki, Yordania bahkan sampai Lebanon.
38
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 111.
39
Ratna, H. UNICEF: 14 Juta Anak Menderita Akibat Konflik di Suriah-Irak. New
York: Antaranews.com. (2015). Di unduh pada tanggal 23 Juli 2017. Pukul: 12:30 WIB.
120
Artinya.
40
AntaraNews.com. UNICEF : 14 Juta Anak Menderita Akibat Konflik di Suriah-
Irak,Jumat, 13 Maret 2015. Di unduh pada tanggal 23 Juli 2017. Pukul: 12:30 WIB.
41
Lihat selengkanya BookReview Dina Y. Sulaeman, Prahara Suriah: Membongkar
Persekongkolan Multinasional, oleh A.Muchaddam Fahham, 2014.
42
Sulhi El-Izzi, Al-Jazeera.Pada Kamis, 30 Maret 2017. Pukul 23:00. Lihat juga
https://m.kiblat.net/2017/03/30/jumlah-pengungsi-suriah-di-negara-tetangga-tembus-lima-
juta. Di unduh pada tanggal 21 Agustus.Pukul. 20: 30 Wib..
43
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm.13.
121
44
BBC Arabiah,Turkiyā Tan fī Tarhīl Lājī’n as-Sūriyīn a’n-Ardīhā Qasron,28 Maret
2013.
122
bahwa total korban tewas akibat konflik lima tahun di Suriah telah
mencapai angka lebih dari 470.000 jiwa.45
Berbeda halnya dengan tokoh utama perempuan Siham, ia sama
sekali tidak ingin mengungsi ataupun meninggalkan Suriah untuk
menyelamatkan diri seperti pengungsi lainnya yang tinggal di kamp
pengungsian. Sebagaimana yang tergambar dalam teks di bawah ini.
-
-
-
-
-
Artinya.
- Siham : Aku tidak akan mengungsi untuk sementara waktu
sampai perang ini berakhir. Aku pikir dengan mengungsi juga
tidak menjamin rakyat Palestina berbeda dari keadaan mereka
semula.
- Paman: Ini bukan Palestina anakku.
- Siham : Iya aku tahu itu, Paman, akan tetapi aku tidak akan
pernah meninggalkan negaraku.
Dikisahkan dalam novel Amal fī Sūriā bahwa tokoh utama perempuan
Siham sedang dilanda kebingungan, bagaimana tidak semua rakyat Suriah
memutuskan untuk mengungsi dan keluar dari Suriah. Sedangkan Siham
tidak ingin melakukan hal yang serupa, ia bersikukuh untuk tetap tinggal di
negerinya menunggu sampai perang akan berakhir. Menurutnya dengan
mengungsi tidak akan menjamin keamanan pada seseorang. Ia ingin seperti
rakyat Palestina yang tetap setia untuk tinggal di negaranya. Dan dari dialog
diatas terlihat bahwa betapa Siham tetap dengan pendiriannya, ia tidak
45
Lihat selengkapnya, Al-Jazeera Tsaurah Dāriyā as-Sūriā, 28-08-2016.Pukul
18:27.
46
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm. 59.
123
-
-
Artinya.
- Paman Yasir: Ini tidak masuk akal.! Apa yang bisa kamu
harapkan dari negeri ini jika kamu masih tetap tinggal di sini.
Barangkali kamu bisa melakukannya di sana sebagaimana yang
kamu lakukan di sini.
- Siham : Tidak, Paman, ini adalah negaraku buka negara mereka,
aku tidak akan pernah meninggalkannya hanya karena mereka.
- Paman Yasir: Anakku!.
Sikap Siham dalam teks di atas menunjukkan bahwa ia sangat
mencintai negaranya, Suriah. Suriah adalah negaranya bukan negara mereka
yang menghancurkan Suriah. Sikap cinta tanah air yang dicontohkan oleh
Siham ini menunjukkan bahwa setiap orang harus mempunyai rasa
nasionalisme yang tinggi terhadap tanah airnya. Bukankah setiap orang
berkewajiban untuk mencintai negara mereka sendiri. Ada sebuah kalimat
47
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 59
124
48
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm. 59
49
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm. 8
50
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm. 8
125
51
Lihat Trias Kuncahyono, 2013.
126
52
Sulaiman al- Halabi, Thaifah al-Nushairiyah Tārikhuhā wa ‘Aqā’iduhā, (Kuwait:
Ad-Dār As-Salafiyah, cet.ke- 2), hlm. 21-26.
127
53
Artinya.
54
Ahmad Sahide, Konflik Syi’ah- Sunni Pasca The Arab Spring. (Kawistara, Vol. 3
No.3, 22 Desember 2013). hlm.319.
55
Lihat selengkapnya Sahide, Ahmad, Ketegangan Politik Syi’ah-Sunni di Timur
Tengah. (Yogyakarta: The Phinisi Press, 2013). hlm. 319.
129
56
Selengkapnya lihat Wildana Wargadinata, Laily Fitriani, Sastra Arab dan Lintas
Budaya, ( Malang: UIN Malang Press, 2008). hlm.51-58.
130
semakin menegaskan penulis bahwa isu agama atau ideologi akan sangat
rentan terjadinya konflik. Dan banyak juga diantara mereka
mengatasnamakan agama, agama dijadikan kambing hitam untuk
mendapatkan kekuasaan. Baik itu berbentuk partai ataupun kekuasaan
lainnya. Di Suriah terdapat sebuah partai terbesar di dunia Arab yaitu Partai
Ba‟ath (Hizb al- Ba’ath al -‘Arabi allishtiraki). Mottonya adalah Persatuan,
Kebebasan, Sosialisme (Wahda, Hurriya, ishtirakiya) mengacu pada
persatuan Arab. Partai ini didirikan pada tahun 1943 di Damaskus oleh
Michel Aflak, Salah al-Din al-Blitar dan Zaki Arsuzi. Michel Aflak
merupakan pemikir sekaligus politisi sosialis kelahiran Damaskus pada
58
tahun 1910. Partai ini merupakan partai komunis yang berkedok sosialis
dan partai inilah pendukung rezim Assad tetap berkuasa sampai saat ini. Di
dalamnya hanya dikuasai oleh kelompok Syi‟ah saja meskipun ada kalangan
dari Sunni namun kehadiran mereka hanya sebatas formalitas saja.
kepentingan politik dan ekonomi sebagai konsesi dari aliansi ideologis.
Hemat penulis, salah satunya inilah faktor yang menyebabkan peperangan
terus berlangsung hingga hari ini.
57
Lihat Trias Kuncahyono pada bagian pendahuluan, Musim Semi di Suriah
Anak-Anak Penyulut Revolusi.2013.
58
Trias Kuncahyono, 2013. Hlm. 36..
132
Artinya.
Putih, pendek, partai politik semuanya mengangkat senjata
berkumpul di Aleppo dan Hamah, tentunya kubu atau kelompok
Sunni di Suriah, perang saudara, perang antar golongan...lebih
besar dari mati syahid.
(perang saudara, perang antar sekte lebih besar daripada mati syahid)
. Istilah lain dari perang saudara adalah perang sipil dan perang
madani. Peperangan yang terjadi diantara sesama rakyat sipil terlepas itu
muslim Sunni, Syi‟ah, Kurdi, Kristen Druze dan agama lainnya. Di Suriah
juga terjadi perang sektarian yaitu peperangan yang disebabkan
59
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 56.
133
60
. -
Artinya.
- Siham : Kamu beraliran Syi‟ah ?
Dia berbalik ke belakang lalu ia memandangku dengan raut wajah
terkejut sembari tersenyum dan menjawab.
- Ja‟far : Saya muslim Sunni.
Dilihat dari pertanyaan yang dilontarkan oleh Siham kepada Ja‟far
di atas memperlihatkan bahwa sosok siham ini sangat anti terhadap orang-
orang Suriah yang menganut sekte Syi‟ah. Teks di atas memperlihatkan
bagaimana sikap Siham ketika bertemu dengan orang lain yang dianggap
menganut aliran Syi‟ah. Sikap seperti ini menunjukkan bahwa ia sangat anti
dan benci terhadap kelompok tersebut. Sikap Siham ini dapat juga mewakili
sikap orang-orang Sunni lainnya yang anti terhadap Alawite tersebut.
Apalagi keluarga Assad termasuk ke dalam aliran tersebut. Selain daripada
60
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 114
134
itu, orang Alawite ini dikenal suka membunuh, menyiksa orang Sunni
Suriah. Dina Nasrini, pengarang dalam novel ini menganut aliran Sunni,
tentu ia termasuk orang yang ikut merasakan kekejaman yang telah
diperbuat kelompok Alawite terhadap kelompok Sunni.
Ada hal yang menarik dalam pandangan penulis yaitu Sunni dan
Syi‟ah ini memang saling membenci satu sama lainnya.Dan novel ini seperti
ungkapan hati seorang yang menganut aliran Sunni yang sangat membenci
terhadap aliran Syi‟ah sebagaimana tokoh Siham di atas. Dalam teks di
bawah ini pengarang banyak sekali menggambarkan rasa kebencian diantara
dua sekte Suriah Sunni dan Syi‟ah. Sebagaimana yang diperlihatkan oleh
tokoh Siham dalam teks di bawah ini.
Artinya.
61
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 130- 131.
135
- Tuan apakah mau membeli bunga? Hanya ada satu kata yang
menggelora dalam hatiku pada saat itu,dipenuhi dengan perasan
amarah, kebencian bahkan dendam.
- Syi’ah .
Sementara itu Samir mengeluarkan dompet dalam sakunya untuk
membeli bunga tersebut, ia tahu jikalau Siham sangat menyukai
bunga.Tiba-tiba saja aku melontarkan kata-kata yang terkejut.
- Tidak, terima kasih. Aku tidak menyukai bunga.
Samir pun menatapku dengan penuh keheranan kemudian ia
mengangguk pertanda ia mengerti keadaanku.sekilas teringat semua
peristiwa yang telah terjadi, tiba-tiba kepalaku terasa ingin pecah,
tubuhku pun terasa seperti tersayat oleh pisau, hidup terasa suram,
diskriminasi terhadap kesukuan, kekejaman, kriminalitas semua itu
hanya terangkum dalam satu kata yaitu Syi’ah.
Berdasarkan beberapa dialog teks di atas memperlihatkan bahwa
sikap dan tindakan dari seorang Siham ini menunjukkan bahwa ia sangat
membenci terhadap kelompok Syi‟ah, kebencian ini telah merasuk ke dalam
hati mereka bahkan mereka sama sekali tidak ingin sama sekali membeli
barang-barang yang dijual orang yang dianggap Syi‟ah. Melihat sikap Siham
ini, penulis berkesimpulan bahwa kebencian diantara mereka sudah
melewati kadar ukurannya, kecil sekali kemungkinan bahwa mereka akan
bersatu, mengingat perjalanan sejarah konflik diantara mereka penuh liku-
liku dan telah banyak memakan korban jiwa yang tidak terhitung jumlahnya.
Dan sekali lagi memperkuat hipotesa penulis bahwa konflik antar sekte
(ideologi) sangat dominan dalam novel ini. Dan konflik antar ideologi ini
akan menjadi sejarah dan pelajaran yang sangat berharga bagi seluruh umat
muslim yang ada di berbagai penjuru dunia.
Artinya.
Ia memakai kostum seorang tentara di bahunya terdapat
senapan Sedangkan pada pergelangan tangannya terdapat sebuah pita
yang berwarna hitam putih, merah...bercampur warna kehijau-
hijauan.Aku tertegun melihat warna putih itu. Namun pandangannya
menatapku penuh dengan tajam dan sinis. (Ya, memang benar ia
merupakan anggota tentara Assad, ia telah menjadi tentara Assad).
Teks di atas menggambarkan bahwa sebelumnya pada saat masih
kuliah di kampus antara Siham dan Samir memiliki hubungan khusus,
namun tiba-tiba saja Samir menghilang dari kehidupan Siham. Setelah
beberapa tahun lamanya mereka tidak berjumpa dan berpisah. Pada akhirnya
Samir kembali dan mereka bertemu kembali dan Samir telah menjadi
seorang tentara di Suriah. Sedangkan Siham sangat membenci profesi
tentara atau hal apapun yang berhubungan dengan rezim Assad. Diketahui
bahwa tentara Assad telah banyak bertindak brutal terhadap rakyat Suriah
dan telah banyak membuat rakyat Suriah sengsara. Mereka telah kehilangan
keluarga dan tempat tinggal mereka dikarenakan telah diledakkan dan
dihancurkan oleh aparat keamanan dan tentara Assad. Pada akhirnya Siham
memutuskan untuk bertanya pada Samir apakah Samir telah bergabung
dengan tentara Assad. Sebagaimana yang tergambar dalam kutipan teks di
bawah ini.
-
-
62
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā. hlm. 27.
63
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 122
138
Artinya.
Siham : Kenapa kamu bersama tentara Assad?
Samir: Aku bukanlah termasuk anggota tentara Assad, Siham! Aku
seorang tentara Suriah.
Artinya .
Dia orang yang sangat baik, akan tetapi ia merupakan
anggota dari tentara Assad
64
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 89
65
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 102
139
Artinya.
Aku mencoba untuk menenangkan diriku sendiri dan tetap
pada pendirianku dengan perasaan yang sangat marah dia sama saja
seperti mereka, dari tentara Bashar yang seorang penjahat, Samir
pun juga seorang penjahat.
Meskipun Samir berusaha sekuat tenaga untuk menjelaskan pada
siham bahwa ia bukan merupakan tentara Assad, namun semua itu sia-sia.
Karena Siham sama sekali tidak akan pernah percaya. Melalui teks ini
novelis menggambarkan bagaimana kebencian seorang Siham terhadap
rezim Assad telah mencapai puncaknya. Rezim Assad dan jajarannya telah
diklaim sebagai pembunuh rakyatnya sendiri. Dan melalui tokoh Siham
dalam teks tersebut, pengarang memberitahukan pada dunia bahwa seluruh
rakyat Suriah mayoritas Sunni sangat membenci rezim Assad itu.
Ada sesuatu hal yang unik menurut penulis dalam teks di bawah ini
ialah mengenai profesi tokoh Samir ini, ia bersikukuh menjelaskan pada
Siham bahwa ia bukan merupakan tentara Assad melainkan ia seorang
tentara Suriah yang dianggap oleh Siham sebagai tentara yang
bekerja pada Assad. Hemat penulis, dalam hal ini pengarang secara tidak
langsung memberitahu bahwa dalam Suriah terdapat dua bagian kelompok
tentara yaitu tentara Suriah dan tentara Assad. Tentara Suriah yang
dimaksudkan adalah FSA (Free Syrian Army) yaitu tentara pembebasan
Suriah yang terdiri dari sekelompok rakyat sipil bersatu untuk
menumbangkan rezim Assad. Kelompok ini mendukung aksi yang dilakukan
oleh rakyat Suriah. Sebagaimana dalam teks disebutkan dengan kalimat
, atau tentara pembebasan Suriah yang dimaksud dalam
hal ini ialah (FSA). Posisi Samir di atas merupakan tentara yang berpihak
pada rakyat . Apakah yang dimaskud pro-rakyat adalah kelompok FSA
140
Dan kalimat
merupakan lambang atau simbol dari FSA atau tentara pembebasan Suriah
yaitu berwarna hitam, putih, merah bercampur dengan warna kehijauan.
Kelompok pemberontak FSA ini dipimpin oleh kolonel Riad al-Asaad
yang didirikan pada Juli tahun 2011 lalu. Ada empat warna yang terdapat
dalam logo FSA yaitu warna hitam bermakna gelap yang tidak mempunyai
efek cahaya apapun di dalamnya. Dalam istilah lain bermakna
ketidakmampuan dalam menangkap cahaya revolusi. Warna putih lebih
kepada menunjukkan kehadiran seluruh warna dasar yang bisa membedakan
dengan warna-warna dasar lainnya dalam istilah lainnya bermakna.
Sedangkan warna merah lebih kepada berani menghadapi situasi apapun.
Sementara warna hijau lebih bermakna sekuler. Motto dari organisasi ini
adalah (kemenangan atau mati), sebuah motto yang sangat
ekstrim sekali pilihan antara hidup dengan kemenangan atau mati dalam
keadaan tidak berguna. Jadi mereka akan berjuang sampai pada titik darah
penghabisan untuk mendapatkan hak-hak mereka kembali yang telah di
rampas oleh rezim Assad. Mereka hanya menginginkan agar Assad turun
dari kekuasaannya. Berdasarkan kalimat di atas telah menunjukkan bahwa
Samir itu termasuk anggota tentara FSA. Dan pengarang dalam hal ini ingin
mengungkapkan bahwa di Suriah terdapat dua tentara. Ada yang pendukung
Assad dan ada juga atau tentara pembebasan Suriah ( FSA).
merupakan dua kubu yang berlawanan di Suriah. Tentara FSA pro rakyat
sedangkan tentara Assad malah melakukan sebaliknya yang selalu
melakukan tindakan kejam terhadap rakyatya sendiri sebagaimana yang
tergambar dalam teks di bawah ini.
-
-
66
Artinya.
66
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm.40-41
142
Artinya.
Mayoritas yang menjadi pasukan bersenjata itu adalah
pribumi Suriah yang bekerja melayani para tentara militer dan
mereka bisa berbuat apa sesuai dengan kemauan mereka.
- Kenapa kamu tidak membebaskan diri dari mereka?
-Membebaskan diri artinya bergabungan dengan tentara pembebasan,
bahasa Inggris (Free Syrian Army) FSA .
67
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm.123
143
Artinya.
Artinya.
Aku ingin mengatakan pada mereka bahwa kami semuanya sangat
mencintai Suriah. Dan kami juga mencintai Suriah serta bangsanya,
Samir juga sangat mencintai negaranya. Aku ingin mengatakan
bahwa Samir bukanlah termasuk tentara Assad itu. Samir....Samir
merupakan anggota tentara Suriah.
68
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm.144
144
-
-
Artinya.
69
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 42.
70
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm.155
71
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm.164
146
Artinya.
72
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 174
148
nabi Muhammad SAW karena gelisah dan bimbang akibat tidak turunnya
wahyu yaitu surat adh-Dhuha dan setelah turunnya surah tersebut, hati
beliau menjadi lapang dan tenang sehingga Allah SWT mengingatkan
beliau pada bagian awal surah ini tentang anugerah yang telah ia berikan.
Selain dari itu surah ini juga menerangkan tentang keadaan nabi dalam
berdakwah menyampaikan risalahnya yang banyak melewati rintangan
dan hambatan dari kaum Quraish. Allah SWT mengingatkan beliau agar
selalu optimis, kuat dalam melewati cobaan apapun. Karena setiap
kesulitan pasti ada kemudahan. Sebagaimana dalam surah asy-Syarh
73
(sesungguhnya sesudah kesulitan pasti ada kemudahan). Jika
dikorelasikan dengan kondisi Suriah, maka ayat tersebut sangat tepat dengan
kesulitan dan penderitaan yang tengah mereka alami. Dan kalimat ini
merupakan obat mujarab yang bisa meneguhkan iman, selalu memberi
kekuatan di saat mereka menghadapi semua kesulitan dan penderitaan. Di
sini terlihat bagaimana anak-anak dan rakyat Suriah sangat merasakan
penderitaan yang amat luar biasa dengan semua permasalahan yang ada di
negara mereka. Mereka hanya bisa meyakini bahwa setiap kesulitan pasti
akan ada kemudahan. Pengarang dalam teks seolah ingin menyampaikan
bahwa mereka tidak akan pernah putus asa terhadap apa yang tengah
menimpa di negara mereka. Selalu ada harapan untuk negara mereka agar
bisa kembali seperti semula.
Jika dilihat secara seksama bahwa ada kesamaan antara judul novel
ini dengan nama tokoh anak yaitu Amal binti Siham. Kata Amal dalam
novel ini bermakna ganda, bisa bermakna nama seseorang yaitu Amal. Dan
73
Dina Nasrini, Amal fī Sūriā, hlm. 22
149
bisa juga Amal dalam bahasa Arab bermakna harapan ( ). Hal yang bisa
Maka dapat dikatakan bahwa novel ini sarat sekali menceritakan mengenai
peristiwa revolusi Suriah pada tahun 2011 lalu. Selain itu juga, setelah
penulis memperhatikan secara seksama mengenai latar belakang dari
pengarangnya, banyak sekali terdapat kemiripan antara kehidupan dari
Dina Nasrini dengan tokoh Siham dalam novel ini. Oleh sebab itu, penulis
berani menegaskan bahwa novel ini merupakan novel realis historis. Dan
yang menjadi point penting di sini adalah bahwa sebuah karya sastra
tidak hanya dilatarbelakangi oleh fiksi atau khayalan belaka, namun fiksi
tersebut diperoleh melalui pemahaman total mengenai suatu fakta
Hal yang tak kalah pentingnya juga untuk dipaparkan bahwa novel
Amal fī Sūriā karya Dina Nasrini ini diterbitkan bukan di Suriah melainkan
di Dār, an-Nūn , Mesir. Pertanyaan yang terdapat di awal adalah
kenapa tidak diterbitkan di Suriah? Apakah semua buku maupun karya sastra
lainnya dilarang keras untuk diterbitkan di Suriah, kenapa harus Mesir yang
menerbitkan, apakah ada hubungan Suriah dan Mesir sebelumnya dalam
aspek kesusasteraan? Penulis mengutip dalam sebuah majalah yang berhasil
mewawancarai Dina Nasrini secara langsung. Ia menyatakan bahwa ada
beberapa faktor yang membuat novel ini diterbitkan di Mesir bukan di
Suriah. Pertama, Mesir dan Suriah, kedua negara ini sama-sama memiliki
permasalahan yang sangat krusial dalam negara mereka. Mesir telah dilanda
peristiwa pergolakan politik, sedangkan Suriah dilanda dengan krisis
kemanusiaan. Kedua, Suriah tidak akan pernah menerbitkan karya sastra
maupun karangan ilmiah lainnya yang mana di dalamnya mengisahkan
mengenai fakta-fakta yang terjadi di negara mereka. Tentunya mereka tidak
ingin jika keburukan mereka terbongkar dan diketahui oleh dunia. Lebih
lanjut Dina mengatakan bahwa mayoritas teman-teman seprofesinya yang
lain mengurungkan niatnya untuk menerbitkan hasil karya mereka
152
dikarenakan takut akan dibunuh oleh rezim Assad. Ketiga, karya sastra yang
diterbitkan di Mesir tidak membutuhkan waktu yang lama. Hal ini bertujuan
agar semua orang di seluruh dunia bisa membaca dan mengetahui konflik
apa yang sebenarnya terjadi di Suriah hingga saat ini.74
74
Hannan A‟qil, Novelis Suriah: Dina Nasrini ,(Kelompok Intelektual Suriah Yang
Hidup di Bawah Tekanan Politik Suriah), Kairo, Majalah Suriah Syahriyah: No.10 Juli
2014. hlm.130-132.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.
153
154
ini mampu menjadi cermin yang bisa memperlihatkan konflik sosial yang
benar-benar terjadi pada masa pemerintahan Bashar Assad tahun 2011 lalu.
Oleh karena itu novel ini dikategorikan sebagai fiksi sejarah (historical
fiction).
sastra dalam novel ini adalah sebagai kritik sosial pada masa pemerintahan
Bashar Assad terhadap apa yang ia dan rakyat Suriah alami.
Ada dua karya lainnya setelah novel Amal fī Sūriā ini yaitu Saya’tii
(2014), Zaakiratul Wurud (2016). Dari semua karya yang ditulisnya hanya
novel Amal fī Sūriā yang memperlihatkan tentang konflik sosial Suriah.
Sebagai alumni dari jurusan sastra Prancis, ia mempunyai peran dan
tanggung jawab yang besar terhadap eksistensi dalam dunia sastra. Meskipun
ia masih terbilang muda berkecimpung dalam dunia sastra namun tidak
menurunkan semangatnya untuk terus menyalurkan bakat yang ia miliki.
Hal ini menunjukkan bahwa Dina Nasrini memperlakukan dirinya dan
karyanya untuk kemanusiaan.
B. Saran.
Sumber buku
al-Fath, Abu Muhammad „Abd al-Karim ibn Bakr Ahmad al- Shahrastani, al-
Milal wa al-Nihal , Beirut: Dār al-Fikr, 1976.
Agastya, M. ABM, Arab Spring Badai Revolusi Timur Tengah Yang Penuh
Darah, Jogjakarta: IRCiSoD, 2013.
Candra, Helmi, Pengaruh Sejarah Politik Syi‟ah dan Sunni Terhadap Ilmu
Hadis Syi‟ah Perspektif Syi‟ah dan Sunni, Tangerang Selatan: Young
Progressive Muslim, 2016.
Haran, VP, Roots of the Syrian Crisis Institute of Peace and Conflict Studies,
March 2016.
Ibish, Hussein, Was The Arab Spring Worth It?, Foreign Policy, No. 194 (July
/ August 2012.
Ira, Lapidus M, Sejarah Sosial Umat Islam Jilid 3, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2000.
Isya,M, Novel Sebagai Kritik Politik, Studi Sastra Realis Historis Novel al-Zaini
Barakat Karya al-Ghitani, Mahasiswa Uin Syarif Hidayatullah Jakarta,
2016.
Kamil, Sukron, Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern, Jakarta: Rajawali
Pers, 2009.
Kamil, Sukron, Najib Mahfuz : Sastra, Islam, dan Politik (Studi Semiotik
Terhadap Novel Aulad haratina), Jakarta: PT Dian rakyat, 2013.
Keraf, Gorys, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2004.
Maryam, Siti, Damai dalam Budaya : Integrasi Tradisi Syiah dalam Komunitas
Ahlusunnah Waljama‟ah di Indonesia, Jakarta : Badan Litbang dan
Diklat Kementerian Agama RI, 2012.
Mbogo, Stephen, “The Triving Arms Bazaar”, West Africa, No. 496, 8-14
Oktober 2001.
Patria, Nezar dan Andi Arief, Antonio Gramsci Negara dan Hegemoni,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003.
Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan
Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.
Teeuw, A, Sastra dan Ilmu Sastra, Pengantar Teori Sastra. Jakarta; Pustaka
Jaya, 1984.
Umar, Junus, Sosiologi Sastra, Persoalan Teori dan Metode, Kuala Lumpur:
Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pelajaran Malaysia, 1986.
Wildana Wargadinata, Laily Fitriani, Sastra Arab dan Lintas Budaya, Malang:
UIN –Malang Press,2008.
Wellek, Rene dan Austin Warren, Theory of Literature, Terj.oleh Melani
Budianta, Teori Kesusasteraan, Jakarta: PT. Gramedia, 1989 .
Widada, Rh. Saussure, Untuk Sastra Sebuah Metode Kritik Sastra Struktural,
Yogyakarta: Jalasutra, 2009
Wirawan, I.B., Teori –Teori Sosial dalam Tiga Paradigma (Fakta Sosial,
Defenisi Sosial, Dan Perilaku Sosial), Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group, 2013.
Sumber Jurnal.
Allen, Roger, Review of Egyptian Writers Between History and Fiction : Essays
on Naguib Mahfouz, S onallah Ibrahim & gamal al-Ghitani, by Samia
Mehrez, Middle East Studies Association Bulletin, Vol.29, No. 1 1995
Burrowes, Robert and Douglas Muzzio', The road to the Six Day War: Aspects
of an Enumerative History of Four Arab States and Israel, 1965-196, The
Journal of Conflict Resolution, Vol. 16, No. 2, Research Perspectives on
the Arab-Israeli Conflict: A Symposium Jun., 1972
Emad Khalili, Sects in Islam: Sunnis and Shias , International Academic Journal
of Humanities Vol. 3, No. 4, 2016, pp. 41- 47. ISSN 2454-2245.
Ghadbian, Najib The New Asad: Dynamics of Continuity and Change in Syria,
Middle East Journal, Vol. 55, No. 4 Autumn, 2001.
Ostrand, Nicole, Journal on Migration and Human Security ( JMHS), The Syria
Refugee Crisis: A Comparison of Responses by Germany, Sweden, The
United Kingdom, and The United States, Vol 3 No 3 2015.
Raho, Bernand SVD, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007
Sahide, Ahmad, Konflik Syi‟ah- Sunni Pasca The Arab Spring. Kawistara, Vol.
3 No.3, 22 Desember 2013
Sinha, Arun, Shia-Sunni Conflict, Economic and Political Weekly, Vol. 13, No.
45 (Nov. 11, 1978), pp. 1841-1842.
Sørli, Mirjam E. Nils Petter Gleditsch and Håvard Strand, Why Is There so
Much Conflict in the Middle East?, The Journal of Conflict Resolution,
Vol. 49, No. 1 Feb., 2005.
Allan, Nevins, The gateway to History, New York : Doubleday & Co, 1962.
An-Najah News, Hilal Society Indonesia, Sekjen Hilal Ahmar : Konflik Suriah
Adalah Konflik Ideologi Sunni dan Syi‟ah, 27-01 2013.
David Wlesch, Mark L Haas, The Arab Spring: Change and Resistence in the
Middle East,https:www.amazon.com/Arab-Spring-Change-Resistance
Middle/dp/0813348196.
Departemen PendidikanNasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta:
Balai Pustaka, 2002). Hlm.6.
Dimas, Angga, Hilal Ahmar Society Indonesia, Konflik Suriah Bukan Perang
Saudara, Tetapi Perang Ideologis, Lihat youtube ,
http://www.hasi.or.id/konflik-suriah-bukan-perang-saudara-tapi-perang-
ideologis-angga-dimas-relawan-suriah.aspx.8 Desember 2013
Sulhi El-Izzi, Al-Jazeera.Pada Kamis, 30 Maret 2017. Pukul 23:00 lihat juga
https://m.kiblat.net/2017/03/30/Jumlah-Pengungsi-Suriah-di-Negara-
Tetangga-Tembus-Lima-Juta.
VosIslam, http://www.voislam.com/read/worldworld/2012/02/26/17918/Bagai-
Firaun-Rezim Syiah-Suriah-Paksa-Tahanan-Sujud-Pada-Foto-
www.al.jazeera.net/portal.
Zuhirawati atau kerap dipanggil dengan ira ini lahir di desa Rantau
Api, 05 Juli 1993. Perempuan asal Tebo-Jambi ini sebelumnya menempuh
pendidikan Sekolah Dasar di SDN 101/VIII ( 1998-2004) Rantau Api.
Setelah menyelesaikan sekolah dasar, penulis melanjutkan SMP dan SMA di
pesantren selama 7 tahun ( 2004-2011) yaitu di Pondok Pesantren Zulhijjah,
Muara Bulian, Jambi. Setahun penulis mengabdi di sana. Kemudian penulis
melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Penulis mengambil jurusan Bahasa
Sastra Arab di IAIN Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi (2011-2015). Pada
bulan agustus 2015 penulis memutuskan untuk melanjutkan studi ke jenjang
Magister (S2). Pada akhirnya penulis memutuskan untuk kuliah di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta (2015-2018). Setelah menamatkan pada program
Magister ini, penulis bercita-cita ingin mengembangkan ilmu yang diperoleh
untuk mengabdi di negeri sepucuk jambi sembilan lurah.
Penulis.