Disusun Oleh :
Tasya Septianti Riyadi (030.12.268)
Alanggia Latona Sidarta (030.13.013)
Annisa Kartikasari (030.13.021)
Arif Muhammad (030.13.026)
Citra Permata (030.13.047)
Devi Prillianti (030.13.053)
Grace Hardiana Puspitasari (030.13.083)
Heike Esfandari (030.13.091)
Tiar Ilman Hernawan (030.13.188)
Puti Alimah (030.13.242)
Ghiyata Syadza Bahiriah (030.13.256)
Dibimbing oleh :
dr. Raditya W, Sp.OG (K)
Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan ridha-Nya kami dapat menyelesaikan makalah berjudul
“Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja di Tingkat Pelayanan Kesehatan
Primer di Indonesia”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi syarat
kelulusan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat periode 14 Januari –
23 Maret 2019.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para staf
pengajar di Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat, dr. Raditya W,
Sp.OG (K) atas bimbingannya dalam materi Obsgyn Sosial dan makalah ini, serta
teman-teman yang turut berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami terbuka sekali bagi kritik dan saran yang membangun bagi
perbaikan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
Keterpaduan dalam pelayanan kesehatan reproduksi, merupakan upaya
untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi kepada
setiap individu pada siklus hidupnya. Menjadi lebih penting lagi karena
keterpaduan dalam pelayanan kesehatan reproduksi ini akan menjamin efektivitas
dan efisiensi dalam pelayanan.1
Kesehatan reproduksi telah tercantum di dalam Undang-Undang
Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 yaitu pasal 71, yang menyebutkan bahwa
kesehatan reproduksi sebagai suatu keadaan sehat secara fisik, mental dan sosial
secara utuh,tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan
dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi pada perempuan dan laki-laki.
Dengan pengertian tersebut, maka kesehatan reproduksi mempunyai ruang
lingkup yang sangat luas yang mencakup keseluruhan siklus hidup manusia mulai
sejak lahir sampai lanjut usia. Selanjutnya untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan reproduksi yang terjangkau dan berkualitas ditetapkan Peraturan
Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi. Peraturan ini
bertujuan untuk menjamin pemenuhan hak Kesehatan setiap orang yang diperoleh
melalui pelayanan kesehatan yang bermutu, aman, dan dapat
dipertanggungjawabkan serta menjamin kesehatan ibu dalam usia reproduksi agar
mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas, serta mengurangi angka
kematian ibu.2
Setelah hampir 20 tahun sejak rekomendasi ICPD yang menekankan
pentingnya pemenuhan hak-hak reproduksi disepakati, namun belum semua
individu mendapatkan akses yang sama terhadap pelayanan kesehatan reproduksi.
Hal ini dapat dilihat dengan masih tingginya angka kematian ibu (AKI), tingginya
kehamilan usia remaja, rendahnya pemakaian kontrasepsi, dan lain sebagainya.
Melihat kenyataan tersebut, kunci rekomendasi agenda pasca tahun 2014, bahwa
setiap negara harus melakukan intensifikasi kebijakan politik yang mendorong
kesehatan reproduksi dapat diakses semua individu dengan fokus pada agenda
ICPD Cairo yang tertunda:
5
1. Menghargai, melindungi, memenuhi hak seksual dan reproduksi se-
individu melalui pendidikan masyarakat serta penyesuaian kebijakan
dan peraturan.
2. Pencapaian akses universal terkait dengan pelayanan kesehatan
reproduksi, pendidikan dan informasi kesehatan seksual dan
reproduksi yang berkualitas, komprehensif, dan terintegrasi.
3. Menjamin akses universal dalam pendidikan kesehatan reproduksi
yang komprehensif bagi kaum muda.
4. Penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak serta menjamin
akses universal pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan bagi
semua penyintas kekerasan berbasis gender.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.1.1 Remaja
7
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah
10-24 tahun dan belum menikah. Jumlah kelompok usia 18-19 tahun di
Indonesia menurut Senss Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18%
dari jumlah penduduk. Di dunia diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2
milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia.3
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang
berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi.3 Suatu kondisi sehat
yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh
remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau
bebas dari kecacatan namun sehat secara mental serta sosial kultural.3
8
2.2 Prevalensi
Seks aktif pra nikah pada remaja beresiko terhadap kehamilan remaja
dan penularan penyakit menular seksual. Kehamilan yang tidak direncanakan
pada remaha perempuan dapat berlanjut pada aborsi dan pernikahan remaja.
Kejadian aborsi dan penikahan pada usia remaja akan berdampak pada masa
depan remaja tersebut, janin yang dikandung dan keluarganya.4
Gambar 1. Persentase Seks Pra Nikah Pada Remaja, Tahun 2007 dan
2012 (SDKI 2007 dan 2012 Kesehatan Reproduksi Remaja, Badan
Pusat Statistik)
9
2.2.2 Pernikahan Usia Muda
10
ideal pernikahan pertama bagi laki-laki menurut sebagian besar remaja laki-
laki (49%) maupun perempuan (41%) adalah usia 24-25 tahun.
11
2.2.3 Kehamilan pada Remaja
Kehamilan remaja berdampak negatif pada kesehatan remaja dan bayinya,
juga dapat berdampak sosial dan ekonomi. Kehamilan pada usia muda atau
remaja antara lain beresiko kelahiran prematur, berat badan bayi lahir rendah,
perdarahan persalinan, yang dapat meningkatkan kematian ibu dan bayi.
Kehamilan pada remaja juga terkait dengan kehamilan tidak dikehendaki dan
aborsi tidak aman. Persalinan pada ibu dibawah usia 20 tahun memiliki
kontribusi dalam tingginya angka kematian neonatal, bayi, dan balita. SDKI
2012 mendapatkan bahwa angka kematian neonatal, postneonatal, bayi dan
balita pada ibu yang berusia kurang dari 20 tahun lebih tinggi dibandingkan
pada ibu usia 20-39 tahun.
12
Angka fertilitas kelompok usia 15-19 tahun (Age Specific Fertility Rate,
ASFR 15-19) menunjukkan penurunan yang tidak signifikan dalam 5 tahun
terakhir, maish jauh dari target RPJMN 2014 yaitu 30 kelahiran per 1000
perempuan.
13
Gambar 7. Proporsi Kehamilan Remaja di Indonesia Tahun 2013
(RISKESDAS 2013 Kementerian Kesehatan)
14
sendiri, telah ada laporan mengenai prevalensi infeksi menular seksual ini.
Di Indonesia sendiri, belum banyak laporan mengenai prevalensi infeksi
menular seksual ini. Beberapa laporan yang ada dari beberapa lokasi antara
tahun 1999 sampai 2001 menunjukkan prevalensi infeksi gonore dan
klamidia yang tinggi antara 20%-35%.7
15
2.3.2 Aborsi.
Penyebab utama dari kematian pada perempuan usia 15-19 tahun secara
global adalah komplikasi dari kehamilan dan persalinan. Persalinan pada usia
ini mencakup 11% dari seluruh persalinan di dunia, dan sebagian besar dari
persalinan ini adalah pada negara dengan pemasukan rendah-menengah. PBB
16
menghitung kelahiran pada remaja pada tahun 2018 adalah 44 kelahiran per
1000 perempuan. Akses yang lebih baik ke informasi dan pelayanan
kontrasepsi dapat menurunkan jumlah perempuan yang hamil dan melakukan
persalinan pada usia muda. Undang-undang yang mengatur mengenai
ketentuan usia minimal untuk hamil juga dapat membantu.
17
2.4.2 Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
PKPR adalah pelayanan kesehatan kepada remaja yang mengakses semua
golongan remaja, dapat diterima, sesuai, komprehensif, efektif dan efisien. Ciri
khas dari PKPR adalah pelayanan konseling dan peningkatan kemampuan
remaja dalam menerapkan Pendidikan dan Keterampilan Hidup Sehat
(PKHS).1 Manfaat Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja ( PKPR) adalah:
18
Adapun kriteria Puskesmas mampu melaksanakan PKPR sebagai berikut :
a. Memberikan pelayanan konseling pada semua remaja yang memerlukan
konseling yang kontak dengan petugas PKPR.
b. Melakukan pembinaan pada minimal 1 (satu) sekolah dalam 1 (satu) tahun
di sekolah umum atau sekolah berbasis agama, dengan minimal
melaksanakan kegiatan KIE di sekolah binaan minimal 2 kali dalam setahun.
c. Melatih konselor sebaya di sekolah minimal sebanyak 10% dari jumlah
murid sekolah binaan.14
19
BKKBN menyelenggarakan program Generasi Berencana (GenRe) yang
dilaksanakan melalui pendekatan dari dua sisi yaitu pendekatan kepada remaja
itu sendiri dan pendekatan kepada keluarga yang memiliki remaja. Pendekatan
kepada remaja dilakukan melalui pengembangan Pusat Informasi dan
Konseling Remaja/Mahasiswa (PIK R/M), sedangkan pendekatan kepada
keluarga dilakukan melalui pengembangan kelompok Bina Keluarga Remaja
(BKR). Remaja sebagai sasaran program, adalah penduduk usia 10-24 tahun
yang belum menikah. Kegiatan yang pernah dilaksanakan antara lain
pemilihhan duta mahasiswa, seminar remaja, gelar seni buadaya, pentas
komedi, penyebaran poster, Junior Eagle Award, Genre Goes to School
Kampus/ Pesantren, jambore kreatifitas Remaja, dan temu kader BKR (Bina
Ketahanan Remaja).16
Tujuan dari program GenRe tersebut adalah untuk meningkatkan
pemahaman remaja mengenai Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
dalam penyiapan kehidupan dalam berkeluarga, melalui; pengembangan
kebijakan dan strategi yang komprehensif dan terpadu, antar sektor dan antara
pusat – daerah, tentang KIE dan konseling kesehatan reproduksi remaja dengan
melibatkan orang tua, teman sebaya, tokoh agama/ tokoh masyarakat/ tokoh
adat, sekolah dengan memperhatikan perubahan paradigma masyarakat akan
pemahaman nilai-nilai pernikahan, dan penanganan kehamilan yang tidak
diinginkan pada remaja untuk mengurangi aborsi; peningkatan pengetahuan
Kesehatan Reproduksi (Kespro) remaja dalam pendidikan, yaitu peningkatan
fungsi dan peran, serat kualitas dan kuantitas kegiatan kelompok remaja
tentang pengetahuan Kespro bagi remaja dan mahasiswa dengan mendorong
remaja untuk mempunyai kegiatan positif dalam meningkatkan status
kesehatan, pendidikan, jiwa kepemimpinan, serta dalam penyiapan kehidupan
berkeluarga.17
20
reproduksi remaja dengan melibatkan orang tua, teman sebaya, toga/toma,
sekolah dengan memperhatikan perubahan paradigma masyarakat akan
pemahaman nilai-nilai pernikahan, dan penanganan kehamilan yang tidak
diinginkan pada remaja untuk mengurangi aborsi.
b) Peningkatan fungsi dan peran, serat kualitas dan kuantitas kegiatan
kelompok remaja tentang pengetahuan Kespro bagi remaja dan mahasiswa
dengan mendorong remaja untuk mempunyai kegiatan positif dengan
meningkatkan status kesehatan, pendidikan, jiwa kepemimpinan.
c) Pengembangan dan peningkatan fungsi dan peran kegiatan kelompok Bina
Keluarga Remaja (BKR) sebagai wahana untuk meningkatkan kepedulian
keluarga dan pengasuhan kepada anak-anak remaja mereka.
d) Peningkatan jumlah dan kompetensi/kapasitas SDM kader/penyuluh
dalam memberikan KIE dan konseling kepada remaja dan orang tua, serta
penguatan lembaga dengan mengembangkan intervensi bersifat lintas sektor
(forum koordinasi antara pemerintah dan LSM).17
a) PIK - Remaja
Tujuan umum dari PIK remaja adalah untuk memberikan infromasi
PKBR, pendewasaan usia perkawinan, keterampilan hidup, pelayanan
konseling dan rujukan PKBR. Disamping itu juga dikembangkan kegiatan-
kegiatan lain yang khas dan sesuai minat dan kebutuhan remaja untuk
mencapai Tegar Remaja dama rangka Tegar Keluarga guna mewujudkan
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.
PIK remaja tidak mengikuti tingkatan wilayah administrasi seperti tingkat
desa, tingkat kecamatan/kabupaten/kota/provinsi. Artinya PIK remaja dapat
21
melayani remaja lainnya yang berada di luar lokasi wilayah administrasinya.
PIK remaja dalam penyebutannya bisa dikaitkan dengan tempat dan institusi
pembinanya seperti PIK Remaja Sekolah, PIK Remaja Masjid, PIK remaja
pesantren, dan lain-lain.
Pengelola PIK remaja adalah pemuda/remaja yang punya komitmen dan
mengelola langsung PIK remaja serta telah mengikuti pelatihan dengan
mempergunakan modul dan kurikulum standar yang telah disusun oleh
BKKBN atau yang sejenis. Pengelola PIK remaja terdiri dari Ketua, Bidang
Administrasi, Bidang Program dan Kegiatan, Pendidik Sebaya, dan Konselor
Sebaya.
Pembina PIK remaja adalah seseorang yang mempunyai kepedulian yang
tinggi terhadap masalah-masalah remaja, memberikan dukungan dan aktif
membina PIK remaja, baik yang berasal dari pemerintah, LSM, atau
organisasi kepemudaan/remaja lainnya, seperti pemerintah (kepala desa/lurah,
camat, bupati, walikota, pimpinan SKPDKB), pimpinan LSM (pengurus
masid, pastor, pendeta, biksu, dan pimpinan organisasi), pimpinan media
massa (surat kabar, majalah, radio, dan TV), rektor/dekan, kepala SMP/SMA,
pimpinan pondok pesantren, komite sekolah, pimpinan kelompok sebaya
(karang taruna, pramuka, remaja masjid), orang tua (melalui BKR, majelis
ta’lim, program PKK).
PIK remaja dikembangkan melalui tiga tahap yaitu tahap tumbuh, tegak,
dan tegar. Prosesn pengembangan dan pengelolaan masing-masing tahapan
tersebut didsarakan pada 1) Materi dan isi pesan (asset yang diberikan); 2) Ciri
kegiatan yang dikalukan; 3) Dukungan dan jaringan yang dimiliki.18
b) PIK – Mahasiswa
Tujuan umum dari PIK mahasiswa adalah dalam ragka meningkatkan
akses dan kualitas pelayanan program penyiapan kehidupan berkeluarga bagi
mahasiswa. Sedangkan tujuan khususnya antara lain: 1) Membentuk PIK
mahasiswa di kampus; 2) Meningkatkan PIK mahasiswa dari tahap tumbuh
22
menjadi tahap tegak dan tegar; serta 3) Mengembangkan PIK mahasiswa
sebagai pusat unggulan.
Pengelola PIK mahasiswa adalah mahasiswa yang memiliki komitmen dan
mengelola langsung PIK serta telah telah mengikuti pelatihan dengan
mempergunakan modul dan kurikulum standar yang telah disusun oleh
BKKBN atau yang sejenis. Pengelola PIK mahasiswa terdiri dari Ketua,
Bidang Administrasi, Bidang Program dan Kegiatan, Pendidik Sebaya, dan
Konselor Sebaya.
Khalayak dari PIK mahasiswa ada tiga sasaran, terdiri dari: 1) Sasaran
utama yaitu seluruh mahasiswa kampus; 2) Sasaran antara yaitu dosen
pembina, aktivis mahasiswa, kelompok diskusi, kelompok perminatan,
pengurus BEM, dan lain-lain; 3) Sasaran penentu yaitu ketua jurusan,
pembantu dekan bidang kemahasiswaan, dekan, pembantu rekotr bidang
kemahasiwaan, rektor/pimpinan perguruan tinggi, koodinator kopetis wilayah,
Dirjen Dikti, Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama.
PIK mahasiswa dikembangkan melalui tiga tahap yaitu tahap tumbuh,
tegak, dan tegar. Proses pengembangan dan pengelolaan masing-masing
tahapan tersebut didasarkan pada 1) Materi dan isi pesan (asset yang
diberikan); 2) Ciri kegiatan yang dikalukan; 3) Dukungan dan jaringan yang
dimiliki.18
23
tempat magang bagi kelompok BKR yang lain. Sedangkan tujuan khusus BKR
adalah meningkatnya kemampuan kelompok BKR dalam mengembangkan
materi dan isi pesan program GenRe dalam rangka penyiapan kehidupan
berkeluarga bagi remaja, meningkatnya kemampuan kelompok BKR dalam
mengembangkan kegiatan yang lebih inovatif dan kreatif, meningkatnya
kemampuan kelompok BKR dalam memperluas dukungan dan jejaring kerja,
meningkatnya minat orang tua yang memiliki remaja dalam kegiatan dan
pengelolaan kelompok BKR.
Hasil yang diharapkan dengan adanya kelompok BKR adalah
meningkatnya dukungan pemangku kepentingan dan mitra kerja terhadap
program Genre khususnya dalam menumbuhkembangkan kelompok BKR,
meningkatnya jumlah keluarga yang mengakses kelompok BKR,
meningkatnya jumlah orang tua yang memiliki remaja aktif dalam kegiatan
BKR, dan meningkatnya keterampilan kader BKR.
24
d) Pemantapan kegiatan BKR :
- Pemantapan jaringan kerja
- Pembinaan kelompok BKR
- Peningkatan kualitas kegiatan kelompok BKR
e) Langkah-langkah pelaksanaan
Langkah-langkah pelaksanaan dibagi setiap tingkatan, yaitu tingkat pusat,
tingkat propinsi, tingkat kabupaten/kota, tingkat kecamatan, tingkat
desa/kelurahan, pengelolaan kelompok, pengorgnisasian kelompok BKR.
25
BAB III
KESIMPULAN
Kesehatan reproduksi sebagai suatu keadaan sehat secara fisik, mental dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang
berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi pada perempuan dan laki-
laki. Dengan pengertian tersebut, maka kesehatan reproduksi mempunyai ruang
lingkup yang sangat luas yang mencakup keseluruhan siklus hidup manusia mulai
sejak lahir sampai lanjut usia.Kesehatan reproduksi remaja adalah Suatu kondisi
sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh
remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau
bebas dari kecacatan namun sehat secara mental serta sosial kultural. Seks aktif
pra nikah pada remaja beresiko terhadap kehamilan remaja dan penularan
penyakit menular seksual. Dari survei yang sama didapatkan alasan hubungan
seksual pranikah sebagian besar karena rasa penasaran dan ingin tahu (57,5%
pria), terjadi begitu saja (38% perempuan) dan dipaksa oleh pasangan (12,6%
perempuan).
26
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, yang mendata perempuan usia 10-54 tahun
yang sedang hamil, masih didapatkan kehamilan pada usia sangat muda
(<15tahun), meskipun dengan proporsi yang sangat kecil (0,02%), terutama di
pedesaan (0,03%). Sedangkan proporsi kehamilan pada usia 15-19 tahun adalah
1,97% di pedesaan lebih tinggi dibanding perkotaan. Selain itu pada remaja belum
mengetahui mengenai Infeksi menular Seksual, maka dari itu pentingnya remaja
dalam mengetahui mengenai IMS.
27
jelas. Pada remaja di kota besar yang mempunya tipe Early sexual experience,
late marriage, maka hal inilah yang menunjang terjadinya masalah aborsi
biasanya terjadi di kota besar, Disinyalir bahwa saat ini di Indonesia terjadi 2,6
juta aborsi setiap tahunnya. Sebanyak 700.000 diantaranya adalah remaja.
Pencegahan aborsi adalah usaha yang harus diutamakan terlebih dahulu dalam
upaya penurunan angka kematian maternal. Jika sudah berhubungan dianjurkan
untuk memakai alat kontrasepsi terutama kondom (pencegahan Infeksi Menular
Seksual) atau alat kontrasepsi lain untuk mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan, dan dianjurkan untuk mempunyai pasangan yang sehat.
Penyebab utama dari kematian pada perempuan usia 15-19 tahun secara
global adalah komplikasi dari kehamilan dan persalinan. Persalinan pada usia ini
mencakup 11% dari seluruh persalinan di dunia, dan sebagian besar dari
persalinan ini adalah pada negara dengan pemasukan rendah-menengah.
Perempuan yang hamil membutuhkan akses ke pelayanan antenatal yang
berkualitas. Apabila diizinkan oleh konstitusi yang berlaku, remaja yang memilih
untuk melakukan terminasi kehamilan sebaiknya mendapatkan akses ke aborsi
yang aman. Dengan adanya pelayanan kesehatan reproduksi remaja, dalam rangka
menumbuh kembangkan perilaku hidup sehat bagi remaja, maka perlu kepedulian
dalam bentuk pelayanan dan penyediaan informasi yang benar serta kesepahaman
akan pentingnya kesehatan reproduksi remaja sehingga dapat membantu mereka
dalam menentukan pilihan masa depannya seperti Rekomendasi Pelayanan
Remaja, Pelayanan Remaja Berbasis Sekolah, Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR), Pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja,
28
BKKBN menyelenggarakan program Generasi Berencana (GenRe) yang
dilaksanakan melalui pendekatan dari dua sisi yaitu pendekatan kepada remaja itu
sendiri dan pendekatan kepada keluarga yang memiliki remaja. Pendekatan
kepada remaja dilakukan melalui pengembangan Pusat Informasi dan Konseling
Remaja/Mahasiswa (PIK R/M), sedangkan pendekatan kepada keluarga dilakukan
melalui pengembangan kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR). Remaja sebagai
sasaran program, adalah penduduk usia 10-24 tahun yang belum menikah.
Kegiatan yang pernah dilaksanakan antara lain pemilihhan duta mahasiswa,
seminar remaja, gelar seni buadaya, pentas komedi, penyebaran poster, Junior
Eagle Award, Genre Goes to School Kampus/ Pesantren, jambore kreatifitas
Remaja, dan temu kader BKR (Bina Ketahanan Remaja). Tujuan dari program
GenRe tersebut adalah untuk meningkatkan pemahaman remaja mengenai
Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi dalam penyiapan kehidupan
dalam berkeluarga, melalui; pengembangan kebijakan dan strategi yang
komprehensif dan terpadu, antar sektor dan antara pusat – daerah, tentang KIE
dan konseling kesehatan reproduksi remaja dengan melibatkan orang tua, teman
sebaya, tokoh agama/ tokoh masyarakat/ tokoh adat, sekolah dengan
memperhatikan perubahan paradigma masyarakat akan pemahaman nilai-nilai
pernikahan, dan penanganan kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja untuk
mengurangi aborsi; peningkatan pengetahuan Kesehatan Reproduksi (Kespro)
remaja dalam pendidikan, yaitu peningkatan fungsi dan peran, serat kualitas dan
kuantitas kegiatan kelompok remaja tentang pengetahuan Kespro bagi remaja dan
mahasiswa dengan mendorong remaja untuk mempunyai kegiatan positif dalam
meningkatkan status kesehatan, pendidikan, jiwa kepemimpinan, serta dalam
penyiapan kehidupan berkeluarga
29
DAFTAR PUSTAKA
30
9. Kesehatan reproduksi remaja dalam aspek sosial. IDAI. 2013. Diakses
dari: http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kesehatan-
reproduksi-remaja-dalam-aspek-sosial
10. Adolescents: health risks and solutions. WHO. 2018. Diakses dari:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/adolescents-health-
risks-and-solutions
11. The 2nd Adolescent Health National Symposia: Current Chalenges in
Management. Departemen IKA FKUI-RSCM, Jakarta 9-10 Agustus 2009
12. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pelaksanaan
Kegiatan Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) Kesehatan Reproduksi.
Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2008; p. 17-8.
13. Tim Revisi Field Lab. Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) Kesehatan
Reproduksi. Fakultas KedokteranUniversitas Sebelas Maret; 2013.
14. KEMENKES RI. Pedoman Standar Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja. Jakarta:Kemenkes. 2014
15. Utami D. Penyuluhan Program BKKBN Mengenai Generasi Berencana
(GenRe) dan Sikap Remaja. Jurnal Simbolika. 2015;1(2):199-200.
16. Departemen Kesehatan RI. Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Pusat
Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Jakarta: 2018;7.
17. BKKBN. Rencana Strategis Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional Tahun 2015-2019. Jakarta: 2015; 12-14.
18. BKKBN. PIK Remaja dan Mahasiswa. Jakarta: 2009.
19. BKKBN. Pedoman Pengelolaan Bina Keluarga Remaja (BKR). Direktorat
Bina Ketahanan Remaja. Jakarta: 2012
31