Anda di halaman 1dari 7

50 Tips Pemasangan Infus

Tulisan Asli :
http://www.nerslicious.com/2017/08/pemasangan-infus.html

Kumpulan artikel keperawatan Nugraha Fauzi :


http://www.nerslicious.com/p/nursingtalks.html

Kebanyakan keluhan yang diterima perawat dari pasien dan keluarga ketika dirawat di
rumah sakit adalah tidak jalannya infusan atau bengkaknya lokasi pemasangan infus.
Pun dengan keluhan "sakit ketika sedang di infus" karena dilakukan beberapa kali
tusukan.
Pernahkah mendapatkan keluhan seperti itu? Jika pernah, maka artikel ini sangat cocok
untuk kamu!

Disini kamu akan mengetahui bagaimana cara pemasangan infus atau insersi IV Cath
yang baik dan benar, yang dapat mengurangi rasa sakit pasien, dan dalam satu tusukan.
Dari A sampai Z, dari tahap persiapan sampai akhir, semuanya akan dibahas. So, here
we go!

DAFTAR ISI
1 Pengantar dan Ikhtisar
2 Mencari Vena Terbaik untuk Insersi
3 Memperjelas Visual Vena
4 Teknik Pemasangan Infus
5 Seni Fiksasi Area Insersi
6 Hal-hal yang Harus Diketahui

I. Pengantar dan Ikhtisar

Terapi intravena merupakan salah satu perawatan yang paling dasar yang diberikan
hampir kepada setiap pasien yang dirawat di rumah sakit. Dan tentunya, keterampilan
pemasangan infus atau insersi IV Cath ini haruslah dikuasai oleh setiap perawat.

Untuk menghindari keluhan ini, dan menghindari rasa sakit yang tidak semestinya
dirasakan oleh pasien, lihatlah beberapa tips keperawatan dibawah ini tentang
bagaimana menjadi seorang Sniper dalam hal pemasangan infus atau insersi IV Cath.

Berikut 50 Tips Pemasangan Infus (Insersi IV Kateter) dalam 1 Tusukan!

1. Tetap tenang dan siapkan segala sesuatunya. Pemasangan infus atau Insersi IV
Cath dalam satu tusukan akan tergantung dari persiapan, keterampilan dan pengalaman
yang dimiliki. Umumnya, karena belum memiliki pengalaman yang banyak, para
perawat fresh graduate gagal melakukan insersi ini. Namun faktanya, persiapan dan
ketenanganlah yang menjadi kunci keberhasilan insersi IV Cath. Sehingga, hilangkan
kecemasan, jangan terburu-buru dan jelaskan prosedur kepada pasien. Pastikan pasien
merasa nyaman dan cukup hangat untuk mencegah vasokontriksi. (Jika memungkinkan,
hindari insersi di subuh hari).

2. Bangun kepercayaan diri. Percaya pada diri sendiri dan yakinkan pasien bahwa
kamu tahu apa yang kamu lakukan. Pasien akan terdorong oleh rasa percaya diri kamu
(hilangnya kecemasan - hilangnya vasokontriksi), dan kamu akan terdorong oleh
kepercayaan pasien.

3. Kaji adanya fobia jarum. Fobia jarum adalah respon dari pemasangan infus
sebelumnya. Gejalanya termasuk takikardia dan hipertensi sebelum insersi. Ketika
insersi, bradikardi dan penurunan tekanan darah akan terjadi dengan tanda gelaja pucat,
diaforesis, dan sinkop. Yakinkan pasien dengan nada menghibur dan mendidik. Jaga
jarum agar terhindar dari pandangan pasien sampai detik terakhir sebelum insersi.
Gunakan anestesi topikal untuk membantu mengelola nyeri dan fobia jarum berulang.

4. Observasi tindakan pengendalian infeksi. Gunakan sarung tangan ketika insersi


pada pasien. Insersi IV Cath merupakan prosedur invasif dan membutuhkan teknik
aseptik serta langkah-langkah pengendalian infeksi yang tepat. Gunakan alcohol swab
di area insersi untuk meminimalkan mikroorganisme dan memvisualisasikan vena agar
lebih jelas.

5. Kaji vena yang akan di insersi. Sebelum memasukan jarum ke pembuluh darah,
kamu harus pengkaji terlebih dahulu kondisinya. Pasien dengan hidrasi yang baik akan
memiliki vena yang tegas, jelas, lentur dan "mudah ditemukan". Namun adakalanya
pasien yang harus di terapi intravena adalah pasien-pasien dengan dehidrasi, sehingga
ini merupakan tantangan tersendiri. Tips nomor 6 akan membantu kamu menemukan
vena yang tepat.

6. Jangan dilihat, tapi rasakan. Jika kamu tidak dapat melihat vena yang tepat,
percayalah pada jari-jari tangan kamu adalah hal terakhir yang dapat kamu lakukan.
Sebuah tendon mungkin akan terlihat seperti pembuluh darah, namun jari dan perasaan
kamu dapat membedakannya.

7. Tanya pasien. Pasien mungkin akan tahu lebih banyak lokasi-lokasi vena yang tepat
berdasarkan riwayat insersi sebelumnya.

8. Gunakan ukuran IV Cath yang sesuai. Pada pasien dewasa, umumnya ukuran IV
Cath yang dipakai adalah 20 G (warna pink). Namun jangan pernah mengasumsikan
bahwa semua pasien adalah sama. Sehingga lihat dan kaji vena yang akan di insersi
sebelum menentukan ukuran IV Cath yang hendak dipakai. Hal ini dapat
menghindarkan pasien dari rasa sakit akibat ruptur dan tekanan jarum.
9. Pertimbangan penggunaan. Apa jenis infusan yang diperlukan pasien? RL kah?
NaCl kah? Transfusi kah? Atau kemo kah? Lantas berapa cc cairan yang dibutuhkan
dalam 24 jam? Berapa tetesan infus yang harus diberikan? Ketahui hal-hal tersebut
sebelum melakukan pemasangan infus atau insersi IV Cath.
10. Lakukan insersi di tangan yang tidak dominan (Jika dan hanya jika
memungkinkan). Jika memungkinkan, lakukan insersi dengan prioritas pertama
tangan yang tidak dominan. Hal ini dilakukan agar pasien masih dapat melakukan
fungsi sederhana dengan menggunakan tangan yang dominan. Namun jika kamu tidak
dapat menemukan vena yang tepat pada tangan yang tidak dominan, carilah di tangan
yang dominan.

II. Mencari Vena Terbaik untuk Insersi

11. Mulailah dengan urutan area distal - proksimal. Agar kamu tidak kehilangan
area-area lainnya yang mungkin mempunyai vena yang baik, maka mulailah dari area
distal terlebih dahulu semisal di punggung tangan. Jika tidak ada vena yang baik untuk
dilakukan penusukan, maka naiklah secara proksimal semisal di atas sendi pergelangan
tangan. Jika kamu melakukannya di area proksimal terlebih dahulu (misal di vena
cephalic pergelangan tangan), mungkin kamu tidak akan bisa melakukan penusukan di
area distal (vena cephalic di punggung tangan) karena vena atasnya sudah rusak akibat
tusukan yang pertama. (Lihat gambar dibawah ini).

12. Gunakan Cuff Tensi Darah. Jika pasien mempunyai tekanan darah rendah (bisa
diakibatkan oleh fobia jarum - lihat bagian pertama dari artikel ini), maka agar dilatasi
vena merata lebih baik menggunakan cuff tensi darah sebagai tourniquet. Cuff tensi
darah akan memberikan tekanan yang merata dan dapat disesuaikan ketimbang
tourniquet. Teknik ini juga berguna untuk pasien-pasien lansia dengan vena yang sulit
di akses. Caranya? Lihat no 13!

13. Bagaimana menggunakan Cuff Tensi Darah sebagai Tourniquet? Ketika


hendak menggunakan cuff tensi darah sebagai tourniquet, balikan posisinya sehingga
tubing (2 selang karet cuff) berada di posisi atas. Dengan cara ini, kamu akan
mendapatkan visual yang jelas tanpa adanya halangan dan menghindari kontaminasi
dari tubing ke area insersi. Mulailah dengan tekanan yang kecil, lihat apakah vena
muncul atau tidak. Jika tidak, tingkatkan tekanannya. Teknik ini selain memudahkan
kamu menemukan vena yang baik, juga meningkatkan kenyamanan pasien karena
tekanan yang lebih lebar yang dihasilkan oleh cuff.
14. Lakukan tusukan tanpa tourniquet. Jika pasien kamu memiliki vena yang jelas
namun rapuh, lakukan tusukan tanpa menggunakan tourniquet. Tekanan yang
dihasilkan oleh tourniquet mungkin akan menyebabkan tekanan berlebih pada vena
yang rapuh sehingga ketika dilakukan tusukan dengan tourniquet, vena mungkin akan
ruptur.

Selengkapnya baca di : http://www.nerslicious.com/2017/08/pemasangan-infus.html

Atau jika menginginkan artikel keperawatan lainnya, bisa baca di :


http://www.nerslicious.com/p/nursingtalks.html

Terima kasih.
Nugraha Fauzi – www.Nerslicious.com

Anda mungkin juga menyukai