Denver Ii-1
Denver Ii-1
RADANG PANGGUL
JUMRIANA
MOH. YASIN
SITI NAHDALIA
SRI WAHYUNI
UNI OKTAVIANINGSIH
UUN PRAYOGI
YULIANA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan leh karena
itu sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
penulis
BAB 1
ENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Insidensi PRP pada pengguna alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah
sekitar 9,38 per 1000 wanita di 20 hari setelah pemasangan. Namun, angka kejadian
PRP pada pengguna AKDR akan menurun menjadi 1,39 per 1000 wanita pada satu
tahun setelah pemasangan (Farley, 1992). Angka PRP pada pemakaian AKDR adalah
sebanyak 1,4 – 1,6 kasus per 1000 wanita selama tahun pemakaian. (BKKBN, 2009).
Beberapa faktor merupakan risiko untuk penyebab PRP antara lain hubungan seksual,
prosedur kebidanan/kandungan (misalnya pemasangan AKDR, persalinan, aborsi),
aktivitas seksual, berganti-ganti pasangan seksual, riwayat PRP sebelumnya, proses
menstruasi, dan kebiasaan menggunakan pembersih kewanitaan, dan lain-lain.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Krisnadi menyebutkan bahwa sebagian besar
PRP disebabkan akibat hubungan seksual. Terdapat peningkatan jumlah penyakit ini
dalam 2-3 dekade terakhir berkaitan dengan beberapa faktor, termasuk diantaranya
adalah peningkatan jumlah Penyakit Menular Seksual (PMS) dan penggunaan AKDR.
Risiko terkena PRP pada pemakaian AKDR 1,5 – 10 kali lebih besar dibandingkan
pemakaian kontrasepsi lain atau yang bukan pemakai sama sekali. 15% kasus
penyakit ini terjadi setelah tindakan operasi seperti biopsi endometrium, kuret,
histeroskopi. (Krisnadi, 2009).
A. Rumusan masalah
1. Apa itu penyakit radang panggul ?
2. Penyebab radang panggul ?
3. Bagaimana patofisiologi radang panggul ?
4. Bagaimana manifestasi penyakit radang panggul ?
5. Bagaimana pencegahan penyakit radang panggul ?
6. Bagaimana penatalaksaan penyakit radang panggul ?
7. Komplikasi penyakit radang panggul ?
8. Asuhan keperawatan radang panggul ?
B. Tujuan
1. Mengetahui apa itu penyakit radang panggul
2. Mengetahaui penyebab radang panggul
3. Menjelaskan patofisiologi prnyakit radang panggul
4. Mengetahui tanda dan gejala penyakit radang panggul
5. Mengetahui pencegahan penyakit radang panggul
6. Menjelaskan penatalaksaan penyakit radang panggul
7. Bagaimana komplikasi radang panggul
8. Asuhan keperawatan penyakit radang panggul
BAB II
PEMBAHASAN
B. Etiologi
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital
bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam
hitungan hari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang
panggul. Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia
trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga
menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi
daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses
menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan
endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim, serta
menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).
1. Faktor Risiko
Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko
tinggi untuk mendapat penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita
muda berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan seksual dan
melakukan hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur.
Faktor lainnya yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher
rahim). Lendir servikal yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri
melalui serviks (seperti gonorea), namun wanita muda dan remaja cenderung
memiliki lendir yang tipis sehingga tidak dapat memproteksi masuknya
bakteri.
Faktor risiko lainnya adalah:
a) Riwayat penyakit radang panggul sebelumnya
b) Pasangan seksual berganti-ganti, atau lebih dari 2 pasangan dalam waktu
30 hari
c) Wanita dengan infeksi oleh kuman penyebab PMS
d) Menggunakan douche (cairan pembersih vagina) beberapa kali dalam
sebulan
e) Penggunaan IUD (spiral) meningkatkan risiko penyakit radang panggul.
Risiko tertinggi adalah saat pemasangan spiral dan 3 minggu setelah
pemasangan terutama apabila sudah terdapat infeksi dalam saluran
reproduksi sebelumnya.
C. Patofisiologi
Infeksi dapat terjadi pada bagian manapun atau semua bagian saluran genital
atas endometrium (endometritis), dinding uterus (miositis), tuba uterina
(salpingitis), ovarium (ooforitis), ligamentum latum dan serosa uterina
(parametritis) dan peritoneum pelvis (peritonitis). Organisme dapat menyebar ke
dan di seluruh pelvis dengan salah satu dari lima cara.
1. Interlumen
Penyakit radang panggul akut non purpuralis hampir selalu (kira-kira 99%)
terjadi akibat masuknya kuman patogen melalui serviks ke dalam kavum
uteri. Infeksi kemudian menyebar ke tuba uterina, akhirnya pus dari ostium
masuk ke ruang peritoneum. Organisme yang diketahui menyebar dengan
mekanisme ini adalah N. gonorrhoeae, C. Tracomatis, Streptococcus
agalatiae, sitomegalovirus dan virus herpes simpleks.
2. Limfatik
Infeksi purpuralis (termasuk setelah abortus) dan infeksi yang berhubungan
dengan IUD menyebar melalui sistem limfatik seperti infeksi Myoplasma
non purpuralis.
3. Hematogen
Penyebaran hematogen penyakit panggul terbatas pada penyakit tertentu
(misalnya tuberkulosis) dan jarang terjadi di Amerika Serikat.
4. Intraperitoneum
Infeksi intraabdomen (misalnya apndisitis, divertikulitis) dan kecelakaan
intra abdomen (misalnya virkus atau ulkus denganperforasi) dapat
menyebabkan infeksi yang mengenai sistem genetalia interna.
5. Kontak langsung
Infeksi pasca pembedahan ginekologi terjadi akibat penyebaran infeksi
setempat dari daerah infeksi dan nekrosis jaringan.
Periode yang paling rawan terjadinya radang panggul adalah pada minggu
pertama setelah haid. Cairan haid dan jaringan nekrotik merupakan media yang
sangat baik untuk tumbuhnya kuman – kuman N gonore. Pada saat itu penderita
akan mengalami gejala – gejala salpingitis akut disertai panas badan. Oleh
karena itu gejala ini sering juga disebut sebagai ”Febril Menses”.
D. Manifestasi klinik
Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan
nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual
atau muntah. Biasanya infeksi akan menyumbat tuba falopii. Tuba yang tersumbat
bisa membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun,
perdarahan menstruasi yang tidak teraturdan kemandulan.Infeksi bisa menyebar
ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan
perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ-organ perut serta
menyebabkan nyeri menahun. Di dalam tuba, ovarium maupun panggul bisa
terbentuk abses (penimbunan nanah).Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga
panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa mengalami syok . Lebih
jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga terjadi sepsis.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada PID:
1. Keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang abnormal
2. Demam
3. Perdarahan menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak
kemerahan di celanadalam
4. Kram karena menstruasi
5. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
6. Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
7. Nyeri punggung bagian bawah
8. Kelelahan
9. Nafsu makan berkurang
10. Sering berkemih
11. Nyeri ketika berkemih.
E. Pencegahan
Salah satu penyebab radang panggul adalah infeksi menular seksual,
seperti penyakit chlamydia (klamidia) yang kasusnya umum menimpa
kalangan pria muda serta memiliki gejala yang tidak terlihat. Infeksi ini dapat
dihindari dengan menerapkan kebiasaan yang aman saat berhubungan seksual.
Kebiasaan ini dapat dimulai dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual dan
menggunakan alat kontrasepsi kondom, spiral, dan/atau spermisida tiap
berhubungan seks. Hindari alat kontrasepsi yang dipasang di dalam rahim jika
Anda melakukan hubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan.
Selain memulai kebiasaan seksual yang sehat, Anda juga dapat melakukan
beberapa tindakan pencegahan seperti berikut:
1. Pemeriksaan kesehatan rutin pada diri Anda dan pasangan, lakukan
pemeriksaan ginekologi maupun tes infeksi menular seksual untuk
mendeteksi gejala penyakit radang panggul atau penyakit lainnya. Makin
cepat penyakit dapat terdiagnosis, maka makin besar pula tingkat kesuksesan
pengobatan.
2. Segera temui dokter jika Anda merasakan gejala radang panggul atau infeksi
menular yang tidak biasa, seperti sakit panggul berat atau perdarahan di
antara periode menstruasi.
3. Saling terbuka mengenai sejarah infeksi menular seksual dengan pasangan
Anda adalah salah satu tindakan pencegahan yang dapat menyelamatkan
kesehatan bersama.
4. Pertahankan kebiasaan kebersihan yang sehat, hindari mencuci vagina
(vaginal douching) dan bilaslah alat kelamin dari arah depan ke belakang
seusai buang air untuk mencegah bakteri masuk melalui vagina.
5. Hindari atau pantang berhubungan seksual beberapa saat khususnya setelah
persalinan, keguguran, aborsi, atau setelah melalui prosedur ginekologi lain
untuk menjaga agar kondisi rahim tetap aman dari infeksi bakteri.
Pencegahan radang panggul, atau pelvic inflammatory
disease, akan lebih mudah dilakukan bersama pasangan. Saling mengetahui
sejarah infeksi menular seksual, informasi penyakit menular seksual terkini,
dan saling mendukung selama proses pengobatan dapat memperlancar proses
penyembuhan. Pemeriksaan dan konsultasi dokter yang rutin sangat
disarankan jika Anda sedang mengidap penyakit lain di saat bersamaan.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan PID (pelvic inflammatory disease) atau penyakit radang panggul
yang berat adalah rawat inap karena memungkinkan pemberian antibiotik dalam
pengawasan, selain itu pasien juga dapat melakukan tirah baring. Namun, pada
kasus PID yang ringan atau sedang, terapi dapat dilakukan secara rawat jalan.
Berikut ini adalah beberapa kriteria rawat inap pada pasien PID:
1. Kedaruratan bedah tidak dapat dikesampingkan
2. Pasien sedang hamil
3. Pasien tidak memberi respon klinis antibiotik oral
4. Pasien tidak mampu mengikuti atau menaati pengobatan rawat jalan
5. Pasien menderita sakit berat, mual, dan muntah atau demam tinggi
6. Pasien imunodefisiensi (mis.pada pasien yang juga menderita HIV dengan
CD4 yang rendah atau sedang dalam terapi imunosupresi)
7. Terdapat abses tubo-ovarial (TOA)
G. Komplikasi
Bahaya Radang Panggul (Komplikasi), beberapa hari yang lalu, ada beberapa
pertanyaan dari mediskuser mengenai bahaya radang panggul (PID = Pelvic
infalammatory Disease), sebagian besar takut akan terjadinya kemandulan, dan
ingin tahu adakah hal-hal lain yang berbahya? Berikut mari kita ketahui bersama.
Sekilas meri kita mengingat apa itu radang panggul, PID adalah infeksi pada
organ reproduksi wanita. Ini merupakan komplikasi yang sering disebabkan oleh
beberapa penyakit menular seksual, seperti klamidia dan gonore. Infeksi lain yang
tidak termasuk menular seksual juga dapat menyebabkan PID. Lebih lanjut
silahkan artikel saya tentang Radang Panggul. Terkadang Penyakit radang
panggul dapat menyebabkan masalah serius dan jangka panjang, selanjutnya kita
sebut sebagai komplikasi. Apa saja komplikasi PID yang mungkin? Berikut
bahaya atau komplikasi radang panggul :
a. Radang Panggul Berulang
Beberapa wanita akan mengalami episode PID berulang. Hal ini dikenal
sebagai penyakit radang panggul Recurrent. Hal ini terjadi ketika infeksi awal
tidak diobati dengan tuntas dengan berbagai alasan, termasuk penggunaan
antibiotik yang tidak diminum sampai habis (selesai), atau karena “pasangan”
belum diperiksa dan diobati. Jika kerusakan rahim atau saluran tuba berulang-
ulang terjadi, maka akan lebih mudah bagi bakteri untuk menginfeksinya lagi,
membuat seorang wanita lebih rentan untuk terkana radang panggul lagi. Jika
PID sering berulang, maka bisa meningkatkan risiko infertilitas (Kemandulan)
yang akan dijelaskan nanti.
b. Abses
Radang panggul juga dapat menyebabkan koleksi cairan nanah pada saluran
tuba dan ovarium, lebih lanjut hal ini kita sebut sebagai abses. Abses ini dapat
diobati dengan antibiotik, tapi kadang-kadang merlukan moperasi laparoskopi
untuk menyingkirkannya. Cairan nanah ini juga kadang-kadang dapat dibuang
dengan menggunakan jarum yang dipandu dengan ultrasound.
c. Nyeri Panggul Jangka Panjang (Kronis)
Beberapa wanita dengan PID akan mengembangkan sakit di sekitar panggul
dan perut bagian bawah jangka panjang (kronis), yang tentunya sangat tidak
rasanya dan dapat menyebabkan masalah lebih lanjut seperti depresi dan sulit
tidur (insomnia). Jika Anda mengembangkan nyeri panggul kronis, mungkin
dokter akan memberikan obat penghilang rasa sakit untuk membantu
mengontrol gejala dan menganjurkan beberapa pemeriksaan termasuk
pemeriksaan penunjang untuk menentukan penyebabnya.
d. Kehamilan Ektopik (Hamil di Luar Kandungan)
Kehamilan ektopik terjadi ketika telur yang telah dibuahi yang seharusnya
menempel (implantasi) pada rahim malah di luar rahim, biasanya di salah satu
saluran tuba. Hal ini terjadi karena PID yang menginfeksi saluran tuba, dapat
melukai lapisannya dan bahkan menimbulkan jaringan parut, sehingga lebih
sulit bagi telur untuk melewatinya. Jika telur yang telah dibuahi terjebak dan
mulai tumbuh di dalam tabung falopi, maka lama kelamaan tuba falopi dapat
meledak, hal ini dapat menyebabkan pendarahan internal yang parah dan
mengancam nyawa. Oleh karena itu, obat untuk menghentikan pertumbuhan
sel telur atau operasi untuk menghilangkan kehamilan ektopik mungkin
dianjurkan jika Anda mengalami Hal ini.
e. Infertilitas (Kemandulan)
Selain meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik, jaringan parut atau
abses pada tuba falopi juga bisa membuat seorang wanita sulit hamil dengan
alasan yang sama, yaitu telur tidak bisa lewat dengan mudah ke dalam rahim.
Tuba falopi yang rusak atau tersumbat terkadang dapat diobati dengan
pembedahan, tetapi jika hal ini tidak berhasil dan Anda ingin memiliki anak,
mungkin sebagai solusinya adalah menggunakan teknik bayi tabung (IVF = In
Vitro Fertilization). Bayi tabung dilakukan dengan prosedur pengangkatan sel
telur dari ovarium seorang wanita dan membuahinya dengan sperma yang
dilakukan di laboratorium, lalu dilakukan penanaman telur yang telah dibuahi
ke dalam rahim ibu. Teknik ini dapat membantu seorang wanita untuk hamil
jika tidak bisa memiliki anak secara alami. Namun perlu diketahui bahwa
teknik ini tidak memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi.
Penyakit radang panggul dapat diobati dengan tuntas dan hasilnya akan lebih
baik apabila ini segera dilakukan setelah dignosis dini. Namun, pengobatan
tidak akan memperbaiki kerusakan yang telah terjadi pada organ reproduksi.
Semakin lama Anda menunggu untuk mendapatkan pengobatan, semakin
besar kemungkinan terjadinya komplikasi seperti disebutkan di atas. Oleh
karena itu sangat penting untuk mengenal Gejala Radang Panggul secara dini
agar segera dilakuakan pemeriksaan dan pengobatan secepatnya. Selama
minum obat antibiotik, gejala radang panggul mungkin akan hilang sebelum
infeksi sembuh. Bahkan jika gejala sudah tidak ada lagi, Anda harus tetap
minum obat sampai habis. Pastikan untuk memberitahu “pasangan” Anda,
sehingga mereka dapat dites dan diobati juga. Karena jika tidak maka akan
terjadi fenomena ping-pong.
H. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama, jenis kelamin, usia, pekerjaan, agama, suku, dll
b. Keluhan utama
Demam, mual muntah, perdarahan menstruasi yang tidak teratur, kram karena
menstruasi, nyeri BAK, nyeri saat hubungan, sakit pada perut bagian bawah,
lelah, nyeri punggung bagian bawah, nafsu makan berkurang.
c. Riwayat kesehatan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada
hipotalamus,perubahan pada reagulasi temperatur.
b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan sepsis akibat infeksi.
c. Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan seksual.
d. Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada pelvis.
e. Resiko terhadap infeksi (sepsis) b/d kontaak dengan mikroorganisme
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi Doengoes,
Marilyn. E. 2001. Rencana Keperawatan. Jakarta. EGC.
3. Intervensi NOC-NIC
4. Evaluasi Keperawatan
a. Klien dapat meningkatkan kesehatan di buktikan dengan bertambahnya kemampuan
dan pemahaman klien dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.
b. klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang.
c. Klien memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dalam menigkatkan kemampuannya
dalam memelihara kesehatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Jauhi seks bebas karena itu sangat berpotensi pada PMS. Jadi lindungi diri kita
sendiri karena masa depan yang cerah sedang menanti kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/359367580/Makalah-Radang-Panggul-Asli
https://www.scribd.com/doc/24586434/Penyakit-Radang-Panggul
https://www.scribd.com/doc/91793634/Makalah-Penyakit-Radang-Panggul