Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERKOLOSIS PARU

A. PENGERTIAN

Tuberkolosis yang terjadi pada kelenjar superfisial yang


disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberkulosis, terjadi dalam 6
bulan pertama setelah terjadi infeksi sebagai akibat penyebaran
limfogen dan atau hematogen, biasanya multipel.
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh Mycobacterium tubeculosis.

B. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya Tuberkulosis adalah:


1. Mycobacterium tuberculosa
2. Mycobacterium bovis
3. Faktor faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi
oleh mycobacterium tuberculosis
a. Herediter : resistensi terhadap infeksi kemungkinan diturunkan
secara genetik
b. Jenis kelamin: pada akhir masa kanak – kanak dan remja, angka
kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak
perempuan
c. Usia:pada masa bayi kemungkinan terinnfeksi sangat tinggi
d. Keadaan stres: situasi yang pennuh stress (injury atau
penyakit, kurang nutrisi, stress emosional, kelelahan yang
kronik)
e. Nutrisi: status nutrisi yang kurang
f. Infeksiberulang: HIV, measles, pertusis
g. Tidak mematuhi aturan pengobatan

C. PATOFISIOLOGI
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan
terinfeksi. Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli untuk
memperbanyak diri, basil juga dipindahkan melalui system limfe dan
pembuluh darah ke area paru lain dan bagian tubuh lainnya.
System imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.
Fagosit menelan banyak bakteri, limfosit specific tuberculosis
melisis basil dan jaringan normal, sehingga mengakibatkan
penumpukkan eksudat dalam alveoli dan menyebabkan bronkopnemonia.
Massa jaringan paru/granuloma (gumpalan basil yang masih hidup
dan yang sudah mati) dikelilingi makrofag membentuk dinding
protektif. Granuloma diubah menjadi massa jaringan fibrosa, yang
bagian sentralnya disebut komplek Ghon. Bahan (bakteri dan makrofag)
menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat
mengalami kalsifikasi, memebentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi
dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif. Individu dapat mengalami
penyakit aktif karena gangguan atau respon inadekuat system imun,
maupun karena infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus
ini tuberkel ghon memecah, melepaskan bahan seperti keju ke bronki.
Bakteri kemudian menyebar di udara, mengakibatkan penyebaran lebih
lanjut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak mengakibatkan
bronkopnemonia lebih lanjut. (Smeltzer & Bare,2001)

D. NURSING PATHWAY
Udara tercemar dihirup individu rentan kurang informasi

Mycobacterium
tuberculosis masuk paru
Kurang pengetahuan

menempel alveoli

reaksi inflamasi/peradangan Hipertermia

penumpukkan eksudat dalam alveoli

tuberkel produksi secret berlebih

meluas mengalami perkejuan Secret sukar dikeluarkan dibatukkan/bersin

penyebaran kalsifikasi terh


Tidak efektif
pembersihan jalan nafas
hematogen

limfogen mengganggu perfusi Resti penyebaran infeksi


& difusi O2 pada orang lain

peritoneum
Kerusakan
asam lambung ↑ pertukaran gas

mual, anoreksia
Resti penyebaran infeksi
Perubahan nutrisi kurang pada diri sendiri
dari kebutuhan

E. TANDA DAN GEJALA


Pada stadium dini penyakit TBC biasanya tidak tampak adanya tanda
dan gejala yang khas. Biasanya keluhan yang muncul adalah :
a. Demam : sub fibril, fibril ( 40 – 410C ) hilang timbul.
b. Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini
membuang / mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk
kering sampai batuk purulent ( menghasilkan sputum ).
c. Sesak nafas : terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang
sampai setengah paru.
d. Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi
radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
e. Malaise : ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit
kepala, nyeri otot dan keringat di waktu di malam hari.

F. KOMPLIKASI

1. Hemoptisis berat
Sumbatan jalan napas bawah & syok hipovolemik
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial
3. Bronkhiektasis (pelebaran bronchus) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru
4. Pneumothoraks
Udara di dalam rongga pleura
5. Penyebaran TB ke jaringan lain
Otak, tulang, ginjal, dll
6. Insufisiensi Kardiopulmonal
TBC tanpa pengobatanTBC tanpa pengobatan secara alamiah setelah
5 tahun 50% penderita meninggal, 25% sembuh sendiri dengan daya
tahan tubuh tinggi dan 25% sebagai “kasus kronik”.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Uji tuberkulin
Infeksi TB  imunitas seluler  hipersensitifitas tipe lambat 
uji tuberkulin +.

2. Foto rontgent
Rutin: foto pada Rö paru.
Atas indikasi: tulang, sendi, abdomen.
Rontgent paru tidak selalu khas.
3. Gambaran klinis:
 Tanpa gejala.

 Gejala umum/tidak spesifik.

- Demam lama.
- BB turun/tidak naik.
- Malnutrisi.
- Malaise.
- Batuk lama.
- Diare berlanjut/berulang.
 Gejala spesifik, sesuai organ yang terkena.

Kelenjar: kelenjar membesar skrofulodivina.


Respiratorik: batuk, sesak, mengi.
Neurologik: kejang, kaku kuduk.
Ortopedik: pincang, gibbus.
GI: diare berlanjut.
4. Pemeriksaan mikrobiologis
- Bakteriologis
Memastikan TB.
Hasil normal: tidak menyingkirkan diagnosa TB.
Hasil +: 10 – 62% dengan cara lama.
Cara : cara lama radio metrik (Bactec); PCK.
5. Pemeriksaan darah tepi
Tidak khas.
LED dapat meninggi.
6. Pemeriksaan patologik anatomik
Kelenjar, hepar, pleura; atas indikasi.
7. Sumber infeksi
Adanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria diagnosa.
8. Lain-lain
- Uji faal paru.

- Bronkoskopi.
- Bronkografi.

- Serologi

H. PENATALAKSANAAN
- Penyuluhan
- Pencegahan
- Pemberian obat-obatan
1. OAT ( obat anti tuberkulosa )
2. Bronchodilator
3. Expectoran
4. OBH
5. Vitamin
6. Antibiotik.
7. Operasi untuk mengeluarkan kelenjar yang membesar.

I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien: selain nama klien, juga orang tua, asal kota
dan daerah, jumlah keluarga.
b. Keluhan utama:
Batuk lebih dari 2 minggu, malaise, demam yang ringan, adanya
tanda terkena flu, adanya nyeri dada, dan batuk darah.
c. Riwayat penyakit sekarang:
Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada
tempat-tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan
sub mandibula.
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan
penyakit yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak
napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan
menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita
untuk mencari pengobatan. Perlu juga ditanyakan mulai
kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah
dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-
keluhannya tersebut.
d. Riwayat penyakit dahulu
ISPA, efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali
aktif.
e. Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru
yang menderita penyakit tersebut sehingga sehingga
diteruskan penularannya.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Demam: sub fibril, fibril (40 – 41oC) hilangtimbul.
1. Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk
ini membuang/mengeluarkan produksi radang, dimulai dari
batuk kering sampai batuk purulen (menghasilkan sputum).
2. Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi
radang sampai setengah paru.
3. Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila
infiltrasi radang sampai ke pleura.
4. Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun,
sakit kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari.
5. Ronchi basah, kasar dan nyaring.
6. Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan
pada auskultasi memberi suara limforik.
7. Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan
fibrosis.
8. Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi
memberikan suara pekak)
2) Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla,
inguinal dan sub mandibula.
3) Kadang terjadi abses.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun
orang lain b.d virulensi kuman, pertahanan primer tidak
adekuat, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan
pathogen.
b. Tidak efektifnya pembersihan jalan nafas b.d secret kental,
upaya batuk buruk.
c. Resiko kerusakan pertukaran gas b.d kerusakan membrane
alveolar kapiler, penurunan permukaan efektif paru.
d. Perubahan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
dengan peningkatan produksi spuntum/batuk.
e. Hiperthermia b.d proses peradangan dan infeksi.
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan
pencegahan penyakit b.d kurang/tidak lengkap informasi yang
ada.
3. Perencanaan
a. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri maupun
orang lain b.d virulensi kuman, pertahanan primer tidak
adekuat, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan
pathogen.
Tujuan : klien dapat mengidentifikasi tindakan untuk
mencegah/menurunkan resiko infeksi.
Kriteria hasil : klien menunjukkan perubahan pola hidup untuk
meningkatkan lingkungan yang aman.
Intervensi :
1) Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infekasi
melalui droplet
2) Identifikasi orag lain yang beresiko (anggota
keluarga/teman)
3) Anjurkan klien untuk batuk / bersin pada tisu dan
menghindari meludah
4) Lakukan tindakan isolasi sebagai pencegahan
5) Pertahankan teknik aseptic saat melakukan tindakan perawatan
6) Kaji adanya tanda-tanda klinis proses infeksi
7) Identifikasi adanya factor resiko terjadinya infeksi ulang
8) Beritahu klien dan keluarga tentang pentingnya pengobatan
yang tuntas
9) Kolaborasi pemberian obat anti tuberculosis
b. Tidak efektifnya pembersihan jalan nafas b.d secret kental,
upaya batuk buruk.
Tujuan : mempertahankan jalan nafas adekuat
Kriteria hasil : klien dapat mengeluarkan secret tanpa
bantuan, menunjukkan perilaku memperbaiki bersihan jalan nafas
Intervensi :
1) Kaji fungsi pernafasan, bunyi nafas, kecepatan irama,
kedalaman, penggunaan otot aksesori
2) Kaji kemempuan klien untuk mengeluarkan sputum/batuk efektif
3) Berikan posissi semi atau fowler tinggi
4) Bantu klien untuk latihan nafas dalam dan batuk efektif
5) Bersihkan secret dari mulut/trachea, lakukan penghisapan
jika perlu
6) Pertahankan asupan cairan 2500 ml per hari
7) Kolaborasi pemberian obat agen mukolitik, bronkodilator
c. Resiko kerusakan pertukaran gas b.d kerusakan membrane
alveolar kapiler, penurunan permukaan efektif paru.
Tujuan : klien tidak menunjukkan gejala distress pernafasan
Kriteria hasil : rentang AGD dalam batas normal, tidak ada
dispnea
Intervensi :
1) Kaji dispnea, takipnea, peningkatan upaya bernafas,
terbatasnya ekspansi dada dan kelemahan
2) Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis,
perubahan warna kulit
3) Tingkatkan tirah baring/batasi aktifitas, bantu ADL
4) Kolaborasi pemberian oksigen dan pengawasan AGD
d. Perubahan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.
Tujuan : klien bebas dari tanda malnutrisi
Kriteria hasil : BB naik,
Intervensi :
1) Kaji status nutrisi, turgor kulit, integritas mukosa oral,
berat badan dan kekurangan BB, kemampuan menelan, riwayat
mual, muntah, diare
2) Pastikan pola diet yang disukai atau tidak disukai klien
3) Berikan diit tinggi protein dan karbohidrat dalam porsi
kecil tetapi sering
4) Awasi masukan/pengeluaran dan perubahan BB secara periodik
5) Berikan perawatan mulut setiap hari
6) Dorong orang terdekat untuk membawa makanan kesukaan klien,
kecuali kontraindikasi
7) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diet
e. Hiperthermia b.d proses peradangan.
Tujuan : mempertahankan suhu tubuh normal
Intervensi :
1) Pantau suhu tubuh klien, perhatikan menggigil/diaforesis
2) Pantau suhu lingkungan dan ventilasi
3) Batasi penggunan pakaian atau linen tebal
4) Berikan kompres hangat, hindari penggunaan alcohol
5) Anjurkan untuk mempertahankan masukan cairan adekuat untuk
mencegah dehidrasi
6) Kolaborasi pemberian antipiretik
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan
pencegahan penyakit b.d kurang/tidak lengkap informasi yang
ada.
Tujuan : klien memahami proses penyakit dan kebutuhan
pengobatan
Kriteria hasil : klien melakukan perubahan pola hidup untuk
memperbaiki kesehatan
Intervensi :
1) Kaji kemampuan klien untuk belajar, tingkat partisipasi
2) Identifikasi gejala yang harus dilaporkan klien ke perawat
(hemoptisis, nyeri dada, demam, sulit bernafas)
3) Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus untuk klien
(jadwal obat)
4) Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, efek samping dan
alasan pengobatan lama
5) Anjurkan klien untuk tidak merokok dan minum alcohol
6) Berikan inforamasi mengenai proses penyakit, prognosis, cara
pencegahan dan penularan
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat A.A, 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak . Jakarta: Salemba


Medika
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi
8. EGC. Jakarta.

IDAI dan PP IDAI UKK Pulmonologi. 2000. Tatalaksana Mutakhir


Penyakit Respiratorik Pada Anak; Dalam Temu Ahli Respirologi
Anak-Anak. Jakarta.

Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak; Volume 2 Edisi 15. EGC.


Jakarta.

Soeparman. 1999. Ilmu Penyakit Dalam; Jilid I. FKUI. Jakarta.

Staf Pengajar Ilmu Keperawatan Anak FKUI. 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu
Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta.

LAPORAN RESUME
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK “F”
DENGAN DIAGNOSA MEDIS “TUBERKULOSIS”
DI POLI ANAK RSUP NTB
Disusun Oleh:

SUCIYANI SYAMSIDAR
04.01.0152

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN IX B


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM
2013

LAPORAN RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN “F”


DENGAN DIAGNOSA MEDIS “TUBERKULOSIS PARU”
DI POLI ANAK RSUP NTB

A. MASALAH UTAMA
Tuberkulosis

B. TINJAUAN TEORITIS KASUS


Terlampir

C. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkaji

Nama Mahasiswa : Suciyani Syamsidar


Pengkajian tanggal : 01 Oktober 2013
Ruangan : Poli Anak RSUP NTB
Waktu : Pukul 09.30 Wita

1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama : An. “F”
Jenis kelamin : Laki-laki
TTL : Kuripan,11 Juni 2007
Umur : 8 tahun
Anak ke : 2
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sasak/Indonesia
No.RM : 09-07-99
Sumber informasi : Kakek Pasien
Dx. Medis : Tuberkulosis paru
Alamat : Kuripan
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama Ibu : Tn “M”
Umur : 63 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : -
Alamat : Kuripan

c. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan Utama
Batuk lama, BB menurun.
2) Riwayat penyakit sekarang
Kakek datang memeriksakan cucunya di poli anak RSUP NTB
dengan keluhan anak batuk berdahak sudah 3 bulan, sering
berkeringat pada malam hari, anak tampak lemah, nafsu makan
menurun 2 minggu terakhir.
3) Riwayat penyakit dahulu
Kakek pasien mengatakan pasien sebelumnya pernah didiagnosa
oleh dokter puskesmas menderita TB paru sejak 2 bulan yang
lalu dan sudah di berikan terapi OAT selama 2 bulan
lamanya.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Kakek pasien mengatakan mempunyai anggota keluarga yang
mempunyai penyakit seperti ini sebelumnya, yaitu ibu pasien
menderita penyakit yang sama tetapi sudah meninggal.

5) Genogram

Keterangan:

: Laki-laki hidup
: Perempuan hidup
: Garis Pernikahan
: Garis Keterunan
: Tinggal Serumah
: Pasien
6) Riwayat kehamilan
a) Prenatal
Kakek pasien mengatakan usia kehamilan ibu pasien 9
bulan, saat ibu pasien mengandung setiap bulan ibu
pasien rajin memeriksakan kandungannya ke puskesmas dan
rumah sakit terdekat. Ibu pasien juga rajin minum
vitamin dan susu untuk ibu hamil, imunisasi TT lengkap
(2x),

b) Natal
Kakek pasien mengatakan bahwa cucunya dilahirkan normal
di puskesmas dibantu oleh bidan.

c) Post Natal
Kakek pasien mengatakan pas dilahirkan cucunya tidak
memiliki kelainan apapun, lahir langsung menangis, BB
lahir : lupa

d) Riwayat Imunisasi
Kakek pasien mengatakan bahwa cucunya sudah
mendapatkan imunisasi sesuai dengan usianya. Imunisasi
lengkap.
Imunisasi I II III KET
Hepatitis 1 bln - - Lengkap
B
POLIO 2 bln 3 bln 4 bln Lengkap
DPT 2 bln 3 bln 4 bln Lengkap
BCG 2 bln - - Lengkap
CAMPAK - - 9 bln Lengkap

d. Data Bio, Psiko, Sosio, dan Spiritual


1) Data Biologis
a) Makan dan minum
- Sebelum sakit : Kakek mengatakan sebelum sakit
tidak ada masalah dengan makanan, cucunya makan 3x
sehari dan selalu habis.
- Saat sakit : Kakek mengatakan selera makan cucunya
menurun, hanya mau makan setengah porsi saja.
b) Istirahat dan tidur
- Sebelum sakit: anak mengatakan tidur tidak ada
gangguan dengan lama 8-10 jam sehari.
- Saat sakit : anak mengatakan tidak ada gangguan
dengan pola tidur dan waktu tidur.
c) Eliminasi
- Sebelum sakit : kakek mengatakan tidak ada gangguan
BAB maupun BAK. Pasien BAB 2-3 kali sehari dengan
konsistensi lembek, warna kuning, dan bau khas
feses. Sedangakan BAK 3-4 kali sehari, warna kuning,
dan bau khas urine.
- Saat sakit : kakek mengatakan saat sakit
BAB dan BAK anak tidak mengalami perubahan atau
masih seperti saat sebelum sakit.
d) Akivitas
- Sebelum sakit : kakek pasien mengatakan aktivitas
sehari-hari yaitu sekolah, makan, tidur, dan bermain
di rumah.
- Saat sakit : kakek mengatakan saat sakit anak
cepat merasa lelah.
e) Personal hygiene
Anak mengatakan mandi 2x sehari. Saat berangkat
sekolah dan sore hari. Mencuci rambut 2 kali seminggu
menggunakan shampo.

2) Data Psikologis
Kakek pasien mengatakan cemas dan khawatir dengan keadaan
cucunya yang menderita penyakit TB paru .

3) Data Sosial
Pasien diasuh oleh kakek dan neneknya di rumah. pasien
bergaul dengan teman-teman di sekitar lingkungan rumahnya
dan teman sekolahnya.

e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
K/u : Baik + kurus RR : 20 x/mnt

Kesadaran : Composmentis Suhu : 36 0C

BB : 18,5 kg TB : 114 Cm

TD : 100/70 mmHg Nadi : 80 x/mnt

2) Kepala
bentuk kepala simetris, rambut warna hitam dan bersih,
lurus, distribusi merata dan tipis, tidak ada benjolan dan
nyeri tekan

3) Mata
Mata terlihat simetris, conjungtiva anemis, sklera jernih
dan tidak ikterus. Koordinasi gerak bola mata simetris dan
mampu mengikuti pergerakan benda.

4) Hidung
bentuk normal, simetris, tidak pilek, dan lubang hidung
bersih, tidak ada sekret.

5) Telinga
Bentuk telinga simetris, lubang telinga bersih, tidak ada
tanda radang telinga atau mastoid, dan anak bisa mendengar
suara dengan jelas.

6) Mulut
Bibir tampak kering. mukosa mulut lembab, kebersihan gigi
dan mulut cukup.

7) Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada
lesi.

8) Dada
Bentuk dada simetris, gerakan dinding dada simetris, tidak
ada benjolan.

9) Abdomen
Tidak terlihat adanya lesi, tidak ada massa, penyebaran
warna kulit merata

10) Genitalia
Tidak terkaji
11) Ekstremitas
Pada Ekstremitas atas dan bawah tidak terdapat adanya
lesi, tidak tampak adanya kelainan pada daerah ekstermitas

f. Keadaan saat ini


1. Diagnosa medis
Tuberkulosis Paru

2. Status nutrisi
a. BB lahir : - gram
b. BB sekarang : 18,5 kg
c. BB seharusnya : 25,5 kg
d. TB : 114 cm
e. LD : 59 cm
f. LK : 49 cm
g. Lila : 18 cm

g. Diagram TB paru (scoringg)


1) Riwayat kontak : 3
2) Uji tuber kulin : -
3) Berat badan : 1
4) Demam > 1 minggu : -
5) Batuk > 3 minggu : 1
6) Pembesaran kelenjar getah bening: (-): 0
7) Radiologi rondgen thorax TB : 1
SKOR: > 5 + TB
h. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Mantoux
Hasil : 17 mm (Nilai normal: Negatif)
2) Foto Thorax : positif
i. Program terapi
1) OAT
2) Rifampisin 1x300 mg
3) INH 1x185 mg
ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1. S: Infeksi primer Risiko tinggi
L - Klien menyatakan tuberkulosis paru terhadap infeksi
pernah berobat di PKM ↓ sekunder
dan mendapatkan OAT selama Penurunan (reaktivasi) dan
2 bulan. kondisi imunitas dan penyebaran
kesehatannya belum pulih Terapi OAT tidak penularan
(batuk(+), BB menurun) adekuat penyakit.

- Klien tidak memahami
Infeksi kronis
dengan jelas bagaimana
tuberkulosis paru
proses penularan

tuberkulosis
Risiko infeksi
O: sekunder
- Gizi kurang (reaktivasi) dan
penyebaran
- Hasil pemeriksaan
penularan
penunjang
penyakit
 Pemeriksaan Mantoux
Hasil : 17 mm (Nilai
normal: Negatif)
 Foto Thorax : positif

S:
- Kakek pasien mengatakan
nafsu makan anak Batuk Nutrisi kurang
2.  dari kebutuhan
menurun/tidak ada nafsu
L Anorexia tubuh
makan, berat badan turun
tidak naik 
Intake
O:

- Penampilan tampak kurus, Nutrisi
TB: 144 cm, BB: 18,5 kg.
Porsi makan tidak habis,
bibir kering
BB seharusnya: 25,5 kg

S:
- Kakek klien mengatakan
Klien dengan Kurang
tidak memahami dengan
penyakit pengetahuan
jelas bagaimana proses
Tuberkulosis Paru tentang
penularan tuberculosis
3. ↓ kondisi, terapi
O: Kebutuhan dan pencegahan
k
- Klien tidak memahami terhadap berhubungan
proses penularan informasi tentang dengan
tuberculosis paru proses terapi, infornmasi
pemeriksaan ulang kurang/tidak
- Klien tidak memahami cara
dan perawatan akurat.
pencegahan dan penularan
penyakit
dari penyakit yang di
Tuberkulosis Paru
derita (TB PARU)

Kurang
terpajan/Salah
interpretasi/
Keterbatasan
kognitif/
Informasi yang
ada kurang
akurat/lengkap

Kurang
Pengetahuan
2. Diagnosa keperawatan
a.Risiko tinggi terhadap infeksi sekunder (reaktivasi) dan
penyebaran penularan penyakit b/d penurunan imunitas dan kurang
pengetahuan tentang proses reaktivasi dan penularan penyakit.

b.Perubahan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia


dengan peningkatan produksi spuntum/batuk.

c.Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan


pencegahan penyakit b.d kurang/tidak lengkap informasi yang ada
ditandai dengan klien tidak memahami proses penularan
tuberculosis paru dan klien tidak memahami cara pencegahan dan
penularan dari penyakit yang diderita (TB PARU).
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Tgl dan DX KEPERAWATAN DAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL


No DX KRITERIA HASIL
01-10- Risiko tinggi - Kaji fase - Membantu klien
2013 terhadap infeksi klinis penyakit menyadari dan

I sekunder (reak- (aktif / tidak menerima per-


lunya mematuhi
tivasi) dan aktif) dan
program
penyebaran pemahaman klien
pengobatan untuk
penularan penyakit tentang potensi
men-cegah
b/d penurunan penyebaran infeksi
reaktivasi,
imunitas dan melalui droplet komplikasi dan
kurang pengetahuan udara selama penularan kepada
tentang proses batuk, bersin, orang lain.
reaktivasi dan meludah, bicara - Pemahaman klien
penularan dan tertawa. tentang bagaimana
penyakit. penyakit

- Jelaskan disebarkan dan


kesadaran
Kriteria Hasil: penyebab penyakit,
kemungkinan
1. Klien mampu proses penularan
transmisi dapat
meng- dan upaya
membantu klien
identifikasi pencegahan
dan orang
tindakan penularan yang terdekat
pencegahan dapat dilakukan mengambil langkah
risiko klien (Anjurkan untuk mencegah
penyebaran klien untuk penularan kepada
infeksi. batuk/bersin dan orang lain.

2. Klien mampu mengeluarkan - Orang-orang yang


terpajan ini
meng- sekret pada tisu
perlu pemeriksaan
identifikasi sekali pakai dan
kesehatan untuk
tindakan menghindari
memastikan tidak
pencegahan meludah).
terjadinya
risiko penularan
reaktivasi tuberkulosis.
- Identifikasi
infeksi tuber- - Pengetahuan
orang lain yang
kulosis. tentang faktor
berisiko (anggota
ini membantu
keluarga, teman
pasien untuk
karib)
mengubah pola
hidup dan
menghindari hal-
hal yang dapat
- Identifikasi menghambat
faktor risiko penyembuhan
individu terhadap penyakit.

reaktivasi - Fase aktif


berakhir 2-3 hari
tuberkulosis
setelah periode
(alkoholisme,
kemoterapi awal
merokok, malnut-
tetapi pada
risi,minum obat
caverne atau lesi
imunosupresant/ yang luas risiko
kortikosteroid, penye-baran
adanya penyulit infeksi dapat
DM) berlanjut sampai
3 bulan.
- Pemeriksaan
diagnostik
- Tekankan
tersebut
pentingnya merupakan satu-
melanjutkan terapi satunya alat

obat sesuai jangka evaluasi


keberhasilan
waktu yang
terapi, bukan
diprogramkan.
berdasarkan
kemajuan klinis
penyakit

- Tekankan
pentingnya
mengikuti
pemeriksaan
ulangan (kultur,
BTA, foto thoraks)
sesuai jadual yang
ditetapkan.

II Perubahan nutrisi  Diskusikan  Membantu memper


kurang dari penyebab baiki kepatuhan
kebutuhan tubuh anoreksia, sesak terapeutik.
b.d anoreksia dan mual.  Keletihan
dengan peningkatan  Ajarkan dan bantu menurunkan
produksi klien untuk keinginan makan.
sputum/batuk, istirahat sebelum
degan ktiteria makan.  Mengurangi
hasil:
 Tawarkan untuk kejenuhan dan
peningkatan porsi
makan sedikit dan pemenuhan
makan, berat badan
sering. gaster.
meningkat,
menyatakan selera  Atur makanan  Memungkinkan
makan bertambah. dengan TKTP klien
disajikan pada mengkonsumsi
waktu klien merasa lebih banyak.
paling suka
memakannya.  Kebanyakan
 Batasi cairan pada cairan dilambung
saat makan dan membatasi intake
satu jam sebelum nutrisi.
dan sesudah makan.  Vitamin
 Jelaskan fungsi mengkopensasi
dari nutrisi dalam penurunan
proses metabolisme dan
penyembuhan, perlu penyimpangan
peningkatan vitamin.
element vitamin B12 Mensuplai
( telur, ayam, kekurangan
kerang), Asam intake
folat, thiamin  Memungkinkan
,Fe. pemberian
suplemen
 Kolaborasi
dokter / gizi bila
konsumsi nutrisi
tidak cukup
III Kurang pengetahuan - Kaji kemampuan klien  Memotifasi klien
mengenai kondisi, untuk belajar, agar mau belajar
aturan tindakan tingkat partisipasi
- Identifikasi gejala
dan pencegahan  Memotifasi klien
yang harus
penyakit b.d agar mau
dilaporkan klien ke
kurang/tidak menginformasikan
perawat (hemoptisis,
lengkap informasi nyeri dada, demam, gejala yang
yang ada. sulit bernafas) harus dilaporkan
Kriteria hasil : - Berikan instruksi pada perawat
dan informasi
klien melakukan
tertulis khusus
perubahan pola  Memberikan
untuk klien (jadwal
hidup untuk catatan khusus
obat)
memperbaiki jadwal obat
- Jelaskan dosis obat,
kesehatan frekuensi pemberian,
efek samping dan
alasan pengobatan  Memberikan
lama penjelasan
- Anjurkan klien untuk tentang dosis
tidak merokok dan obat dan lama
minum alcohol pengobatan
- Berikan informasi - menganjurkan klien
mengenai proses untuk tidak
penyakit, prognosis, merokok dan minum
cara pencegahan dan alcohol
penularan - memberi informasi
mengenai proses
penyakit dan cara
pencegahan
penularan
IMPLEMENTASI & EVALUASI

HARI/ DX TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI


TGL
I 1.Mengkaji fase klinis penyakit (aktif / tidak
aktif) dan pemahaman klien tentang potensi
penyebaran infeksi melalui droplet udara
selama batuk, bersin, meludah, bicara dan
tertawa.
2.Menjelaskan penyebab penyakit, proses
penularan dan upaya pencegahan penularan
yang dapat dilakukan klien (Menganjurkan
klien untuk batuk/bersin dengan menutup
mulut dengan sapu tangan dan mengeluarkan
sekret pada tisu sekali pakai dan
menghindari meludah di sembarang tempat).
3.Mengidentifikasi orang lain yang berisiko
(anggota keluarga, teman karib)
4.Mengdentifikasi faktor risiko individu
terhadap reaktivasi tuberkulosis
(alkoholisme, merokok, malnutrisi, minum
obat imunosupresant/ kortikosteroid, adanya
penyulit DM)
5.tatus nutrisi cukup, tidak minum obat-obatan
6.Mendiskusikan dengan klien pentingnya
melanjutkan terapi obat sesuai jangka waktu
yang diprogramkan.
7.Mendiskusikan dengan klien pentingnya
mengikuti pemeriksaan ulangan (kultur, BTA,
foto thoraks) sesuai jadual yang ditetapkan.
8.Memberikan obat sesuai program
II 1. Mengajarkan klien tentang metode yang
tepat pengontrolan batuk agar tidak
keras-keras.

2. Auskultasi paru sebelum dan sesudah


klien batuk.

3. Mendorong keluarga dalam memberikan


perawatan mulut yang baik setelah
batuk.

4. Menjelaskan pada klien dan keluarga


mematuhi anjuran dari dokter dan
perawat : seperti menghindari makanan
yang menyebabkan batuk, serta bau-
bauan, menghindari banyak
bergerak/bicara, tidak boleh batuk
dengan keras-keras.

5. Memberikan advis dokter


III 1. Kaji status nutrisi, turgor kulit,
integritas mukosa oral, berat badan dan
kekurangan BB, kemampuan menelan, riwayat
mual, muntah, diare
2. Pastikan pola diet yang disukai atau tidak
disukai klien
3. Berikan diit tinggi protein dan karbohidrat
dalam porsi kecil tetapi sering
4. Awasi masukan/pengeluaran dan perubahan BB
secara periodik
5. Berikan perawatan mulut setiap hari
6. Dorong orang terdekat untuk membawa makanan
kesukaan klien, kecuali kontraindikasi
7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan komposisi diet.

Anda mungkin juga menyukai