Aqidah
Aqidah
Rosul kita yang mulia telah memberitahu kepada kita seluruh perkara
yang bisa mengantarkan kita pada kebahagiaan yang hakiki dan abadi
yaitu surga Allah subhanahu wa ta’ala dan beliau juga telah
memperingatkan kita dari seluruh perkara yang dapat menjerumuskan
kita pada kehancuran dan kebinasaan yang abadi yaitu azab neraka yang
sangat pedih yang Allah sediakan bagi orang-orang yang bermaksiat
kepada-Nya. Demikianlah kasih sayang Rosul kita kepada umatnya
bahkan melebihi kasih sayang seorang ibu pada anaknya.
علَي ُكم بِّال ُمؤ ِّمنِّينَ َرؤُ وف َّر ِّحيم َ علَي ِّه َما
َ عنِّتُّم َح ِّريص َ سول ِّمن أَنفُ ِّس ُكم
َ ع ِّزيز ُ لَقَد َجاء ُكم َر
Rosul kita telah memberi tahu pada kita tentang pilar agama Islam yang
mulia ini. Beliau bersabda yang artinya, “Islam ini dibangun di atas lima
perkara: (1) Persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang berhak
disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, (2)
mendirikan sholat, (3) menunaikan zakat, (4) pergi haji ke baitullah, dan
(5) berpuasa pada bulan Romadhon.” (HR. Bukhari Muslim)
2
bulan Ramadhon, kemudian Engkau menunaikan haji jika mampu.”
Kemudian ketika beliau kembali ditanya oleh malaikat Jibril, “Wahai
Muhammad! Beri tahukan kepada ku tentang Iman?” Kemudian beliau
menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya,
utusan-Nya, hari akhir dan Engkau beriman pada takdir Allah yang baik
maupun yang buruk.” (HR. Muslim)
Berdasarkan hadits tersebut sekarang kita tahu bahwa agama Islam ini
dibangun di atas lima pilar:
Dan kelima hal inilah yang disebut dengan Rukun Islam yang merupakan
pilar utama tegaknya agama Islam ini. Barang siapa yang mengerjakan
kelima pilar ini, maka ia berhak mendapatkan janji Allah subhanahu wa
ta’ala berupa surga-Nya yang penuh dengan kenikmatan.
Makna Islam
Jika kita mendengar kata Islam, maka ada dua pengertian yang dapat
kita ambil. Pengertian islam yang pertama adalah Islam secara umum
yang memiliki makna: Berserah diri kepada Allah dengan tauhid dan
tunduk serta patuh pada Allah dengan menjalankan ketaatan kepadanya
dan berlepas diri dari perbuatan menyekutukan Allah (syirik) dan
3
berlepas diri dari orang-orang yang menyekutukan Allah (musyrik). Islam
dengan makna yang umum ini adalah agama seluruh Nabi Rosul
semenjak nabi Adam ‘alaihi salam. Sehingga jika ditanyakan, apa agama
nabi Adam, Nuh, Musa, Isa nabi dan Rosul lainnya? Maka jawabannya
bahwa agama mereka adalah Islam dengan makna Islam secara umum
sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Demikian juga agama para
pengikut Nabi dan Rasul sebelum nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah Islam dengan pengertian di atas, pengikut para Nabi dan
Rasul terdahulu berserah diri pada Alah dengan tauhid, tunduk dan patuh
kepada-Nya dengan mengerjakan amal ketaatan sesuai dengan syariat
yang dibawa oleh nabi dan Rasul yang mereka ikuti serta berlepas diri
dari kesyirikan dan orang-orang yang berbuat syirik. Agama pengikut
nabi Nuh adalah Islam, agama pengikut nabi Musa pada zaman beliau
adalah Islam, agama pengikut nabi Isa pada zaman beliau adalah Islam
dan demikian pula agama pengikut nabi Muhammad pada zaman ini
adalah Islam. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
ََما َكانَ إِّب َراهِّي ُم يَ ُهودِّيا َولَ نَص َرانِّيا َولَ ِّكن َكانَ َحنِّيفا ُّمس ِّلما َو َما َكانَ ِّمنَ ال ُمش ِّركِّين
“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan
tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan
sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.” (QS.
Ali Imran: 67)
4
samping itu, ada pengertian Islam secara bahasa yaitu Istislam yang
berarti berserah diri.
Inilah pilar Islam yang pertama dan utama yaitu persaksian bahwa tidak
ada Tuhan yang berhak untuk disembah selain Allah subhanahu wa
ta’ala dan persaksian bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Tanpa
adanya pilar ini, maka tidak ada bangunan Islam dari diri seseorang.
Demikian pula jika pilar ini hancur, maka akan ikut hancur pula bangunan
Islam dari diri seseorang. Oleh karena itu sudah seharusnya seorang
muslim memperhatikan dan senantiasa memelihara hal yang satu ini
dalam seluruh waktu dan kehidupannya.
Persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah selain
Allah subhanahu wa ta’ala dan persaksian bahwa Muhammad adalah
utusan Allah tidak cukup hanya sekedar di lisan saja, namun lebih dari
itu, seorang yang bersaksi haruslah mengetahui dan meyakini hal yang
dia saksikan serta mengamalkan konsekuensi kesaksiannya tersebut.
Jika ada seorang saksi yang berbicara dengan lisannya bahwa dia telah
melihat sesuatu namun ternyata hal tersebut tidaklah benar alias dia
hanya berbohong maka saksi seperti ini disebut saksi palsu. Demikian
juga, jika ada orang yang mengucapkan kedua kalimat syahadat dengan
lisannya, namun ternyata hatinya tidak meyakininya, maka orang ini
adalah seorang pendusta. Allah subhanahu wa ta’ala menyebutnya
sebagai orang munafik ketika mereka mengatakan bahwa mereka
bersaksi bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan
Allah, namun Allah mendustakan persaksian palsu mereka yang tidak
muncul keyakinan tersebut. Allah berfirman:
َّ سولُهُ َو
َّللاُ يَش َه ُد إِّ َّن ال ُمنَافِّقِّين ُ ّللاُ يَعلَ ُم إِّ َّنكَ لَ َر
َّ ّللاِّ َو ُ إِّذَا َجاءكَ ال ُمنَافِّقُونَ قَالُوا نَش َه ُد إِّنَّكَ لَ َر
َّ سو ُل
َلَكَا ِّذبُون
Kalimat yang pertama dari dua kalimat syahadat ini, yaitu kalimat Laa
Ilaha Illallah bukanlah kalimat yang ringan dan sepele. Ada makna yang
sangat dalam dan konsekuensi yang sangat besar di balik kedua kalimat
5
ini. Bahkan Allah pun menjadi saksi kalimat Laa Ilaha Illallah ini. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman,
ُ ش ِّه َد ّللاُ أَنَّهُ لَ إِّلَـهَ إِّلَّ ه َُو َوال َمالَئِّ َكةُ َوأُولُوا ال ِّعل ِّم قَآئِّ َما بِّال ِّقس ِّط لَ إِّلَـهَ إِّلَّ ه َُو العَ ِّز
يز ال َح ِّكي ُم َ
ُ ِّي ال َكب
ير َّ اط ُل َوأ َ َّن
ُّ ّللاَ ه َُو العَ ِّل ِّ َّللاَ ه َُو ال َح ُّق َوأ َ َّن َما يَدعُونَ ِّمن دُونِّ ِّه ه َُو الب
َّ ذَلِّكَ بِّأ َ َّن
ُون ّللاِّ ِّمن شَيء ِّل َّما َجاء أَم ُر َربِّكَ َو َما زَ ادُوهُم غَي َر
ِّ عن ُهم آ ِّل َهت ُ ُه ُم الَّتِّي يَدعُونَ ِّمن د
َ فَ َما أَغنَت
ت َتبِّيب
6
Dalam ayat ini, Allah menyebutkan bahwa orang-orang musyrik memiliki
sesembahan selain Allah. Namun sesembahan itu sama sekali tidak
dapat memberikan manfaat pada mereka ketika datang azab Allah.
Dalam kalimat ل اله إل للاterkandung dua aspek yang sangat penting. Yang
pertama yaitu aspek peniadaan/negasi, hal ini tercermin pada kata-kata
( ل الهTidak ada sesembahan yang berhak disembah) yang berarti
meniadakan dan segala macam bentuk peribadatan pada selain Allah,
apapun bentuknya. Para ulama mengistilahkan aspek pertama ini dengan
istilah An Nafyu ()النفي. Sedangkan aspek yang kedua yaitu aspek
penetapan, hal ini tercermin pada kata-kata ( إل للاkecuali Allah) yang
berarti menetapkan bahwa seluruh macam bentuk peribadatan hanyalah
untuk Allah semata. Para ulama mengistilahkan aspek pertama ini
dengan istilah Al Itsbat ()اإلثبات.
Kedua aspek ini sangatlah penting untuk dipahami dengan benar oleh
seorang muslim yang ingin merealisasikan dua kalimat syahadat ini.
Karena, jika seorang muslim salah dalam memahaminya, maka ia akan
salah pula dalam merealisasikannya. Contohnya bisa kita lihat pada
orang-orang yang sekarang disebut dengan JIL (Jaringan Islam Liberal),
sebagian mereka (baca: Nurcholis Madjid jazaahullahu bimaa yastahiq)
menafsirkan dan memaknai kalimat Tauhid dengan makna “tidak ada
tuhan (dengan t kecil) kecuali Tuhan (dengan T besar)”. Dengan tafsiran
yang salah ini, mereka menyamakan seluruh Tuhan yang ada yang
disembah manusia. Ujung kesimpulan mereka, mereka mengatakan
bahwa Tuhan seluruh agama adalah satu hanya berbeda-beda dalam
penyebutannya. Semoga Allah membinasakan orang-orang seperti ini
dan menjauhkan kaum muslimin dari pemikiran seperti ini.
Kedua aspek ini pulalah yang telah dipahami oleh Nabi Ibrahim ‘alaihi
salam Imam orang-orang yang bertauhid, bapaknya para Nabi dan Rasul.
Allah berfirman ketika menceritakan perkataan Ibrahim ‘alaihi salam,
7
ِّين َو َجعَلَ َها َك ِّل َمة بَاقِّيَة فِّي َ ََوإِّذ قَا َل إِّب َراهِّي ُم ِِّلَبِّي ِّه َوقَو ِّم ِّه إِّنَّنِّي بَ َراء ِّم َّما ت َعبُدُونَ إِّ َّل الَّذِّي ف
َ ُط َرنِّي فَإِّنَّه
ِّ سيَهد
َع ِّقبِّ ِّه لَعَلَّ ُهم يَر ِّجعُون
َ
Kemudian bagian kedua dari dua kalimat syahadat ini yaitu persaksian
bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Allah subhanahu wa ta’ala telah
menegaskan bahwa telah ada seorang Rasul di antara manusia ini yang
Allah utus, dan dialah Nabi kita, teladan kita Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam. Allah ‘azza wa jalla berfirman,
علَي ُكم بِّال ُمؤ ِّمنِّينَ َرؤُ وف َّر ِّحيم َ علَي ِّه َما
َ عنِّتُّم َح ِّريص َ سول ِّمن أَنفُ ِّس ُكم
َ ع ِّزيز ُ لَقَد َجاء ُكم َر
َاب َوال ِّحك َمةَ َوإِّن كَانُوا ُ ث فِّي اِل ُ ِّميِّينَ َر
َ سول ِّمن ُهم يَتلُو
َ علَي ِّهم آيَاتِّ ِّه َويُزَ ِّكي ِّهم َويُعَ ِّل ُم ُه ُم ال ِّكت َ َه َُو الَّذِّي بَع
َ ِّمن قَب ُل لَ ِّفي
ض َالل ُّمبِّين
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di
antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As
Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata.” (QS. Al Jumuah: 2)
8
Makna kalimat kedua ini adalah yang meyakini bahwa
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi wahyu oleh Allah dan
meyakini beliau adalah benar-benar utusan Allah, serta beliau adalah
penutup para Nabi (Syarah Arba’in An Nawawiyah Syaikh Shalih Alu
Syaikh: hadits kedua). Oleh karena itu, barang siapa yang berkeyakinan
bahwa beliau tidaklah diberi wahyu oleh Allah subhanahu wa ta’ala maka
persaksiannya tidaklah sah. Hal ini banyak kita saksikan di zaman
sekarang, ada orang-orang yang meragukan agama Islam. Mereka
mengatakan bahwa Al Quran dan Hadits hanyalah konsep yang disusun
oleh Muhammad dan bukan wahyu yang diturunkan oleh Allah
subhanahu wa ta’ala yang kemudian konsep tersebut dijalankan oleh
para sahabatnya, wal’iyadzubillah.
9
bersabda, “Barang siapa yang beramal dengan amalan yang tidak ada
perintahnya dari kami maka amalan tersebut tertolak.” (HR.
Muslim)” (Taisir Wushul hal: 73).
Pilar Islam yang kedua setelah dua kalimat syahadat adalah menegakkan
sholat lima waktu. Bahkan sholat ini adalah pembeda antara seorang
yang beriman dan yang tidak beriman, sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya yang
memisahkan antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah
meninggalkan sholat.” (HR. Muslim). Oleh karena itu seorang muslim
haruslah memperhatikan sholatnya. Namun sungguh suatu hal yang
sangat memprihatinkan, banyak kaum muslimin di zaman ini yang
meremehkan masalah sholat bahkan terkadang lalai dari
mengerjakannya.
Lima waktu sholat tersebut adalah sholat Zhuhur, sholat Ashar, sholat
Magrib, Sholat Isya dan Sholat Subuh. Inilah sholat lima waktu yang
wajib dilakukan oleh seorang muslim. Mari kita simak sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Anas bin Malik, beliau berkata, “Sholat lima waktu
diwajibkan pada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pada malam Isra Mi’raj
sebanyak 50 waktu, kemudian berkurang sampai menjadi 5 waktu
kemudian beliau diseru, “Wahai Muhammad sesungguhnya perkataan-Ku
tidak akan berubah dan pahala 5 waktu ini sama dengan pahala 50 waktu
bagimu.” (Muttafaqun ‘alaihi)
ق اللَّي ِّل َوقُرآنَ الفَج ِّر إِّ َّن قُرآنَ الفَج ِّر َكانَ َمش ُهودا
ِّ س َ شم ِّس إِّلَى
َ غ َّ وك ال َّ أَقِّ ِّم ال
ِّ ُصالَة َ ِّل ُدل
ق اللَّي ِّل
ِّ س َ شم ِّس إِّلَى
َ غ َّ وك ال َّ أَقِّ ِّم ال
ِّ ُصالَة َ ِّل ُدل
10
Terkandung di dalamnya kewajiban mengerjakan sholat Zuhur sampai
dengan Isya kemudian pada firman-Nya,
َوقُرآنَ الفَج ِّر إِّ َّن قُرآنَ الفَج ِّر َكانَ َمش ُهودا
Mendirikan sholat adalah kewajiban setiap muslim yang sudah baligh dan
berakal. Adapun seorang muslim yang hilang kesadarannya, maka ia
tidak diwajibkan mengerjakan sholat berdasarkan hadits dari
Ali rodhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau
berkata, “Pena diangkat dari tiga golongan, dari orang yang tidur sampai
dia bangun, dari anak kecil sampai dia mimpi dan dari orang gila sampai
dia sembuh.” (HR. Abu Daud No 12,78 dan 4370 Lihat di Shohih Jami’us
Shaghir 3513 ).
Inilah rukun Islam yang ketiga yaitu menunaikan zakat. Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman,
الزكَاة َ َوذَلِّكَ ِّدينُ القَيِّ َم ِّة َّ صينَ لَهُ الدِّينَ ُحنَفَاء َويُ ِّقي ُموا ال
َّ ص َالة َ َويُؤتُوا َّ َو َما أ ُ ِّم ُروا إِّ َّل ِّليَعبُدُوا
ِّ ّللاَ ُمخ ِّل
11
ط َّوقُونَ َما بَ ِّخلُوا بِّ ِّه َ سبَ َّن الَّذِّينَ يَب َخلُونَ بِّ َما آت َاهُ ُم ّللاُ ِّمن فَض ِّل ِّه ه َُو خَيرا لَّ ُهم بَل ه َُو شَر لَّ ُهم
َ ُسي َ َولَ يَح
ض َوّللاُ بِّ َما ت َع َملُونَ َخبِّير ِّ ت َواِلَر ِّ اوا
َ س َم ُ ير
َّ اث ال َ يَو َم ال ِّقيَا َم ِّة َو ِِّلِّ ِّم
ط َّوقُونَ َما بَ ِّخلُوا بِّ ِّه َ سبَ َّن الَّذِّينَ يَب َخلُونَ بِّ َما آت َاهُ ُم ّللاُ ِّمن فَض ِّل ِّه هُ َو خَيرا لَّ ُهم بَل ه َُو شَر َّل ُهم
َ ُسي َ َولَ يَح
ض َوّللاُ بِّ َما ت َع َملُونَ َخبِّير َ
ِّ ت َواِلر ِّ اوا
َ س َم ُ ير
َّ اث ال َ يَو َم ال ِّقيَا َم ِّة َو ِِّلِّ ِّم
Inilah rukun Islam keempat yang wajib dilakukan oleh seorang muslim
yaitu berpuasa selama satu bulan penuh pada bulan Ramadhan dengan
menahan makan, minum dan berhubungan suami istri serta pembatal lain
dari mulai terbit fajar sampai tenggelamnya matahari. Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman,
علَى الَّذِّينَ ِّمن قَب ِّل ُكم لَعَلَّ ُكم تَتَّقُونَ أَيَّاما ِّ علَي ُك ُم
َ ِّالصيَا ُم َك َما ُكت
َ ب َ ب َ ِّيَا أَيُّ َها الَّذِّينَ آ َمنُوا ُكت
َّ
َ علَى الذِّينَ ي ُِّطيقُونَهُ فِّديَة
ط َعا ُم ُ َ
َ سفَر فَ ِّعدَّة ِّمن أيَّام أخ ََر َوَ ع لَ ى َ
َ َّمعدُو َدات فَ َمن َكانَ ِّمن ُكم َّم ِّريضا أو
12
َ ضانَ الَّذ
ِّي َ صو ُموا خَير لَّ ُكم إِّن ُكنتُم ت َعلَ ُمونَ شَه ُر َر َم ُ َ ع خَيرا فَ ُه َو خَير لَّهُ َوأَن تَ ط َّو َ َ ِّمس ِّكين فَ َمن ت
ُصمه ُ َشه َر فَليَّ ش ِّه َد ِّمن ُك ُم ال ِّ َاس َوبَيِّنَات ِّمنَ ال ُه َدى َوالفُرق
َ ان فَ َمن ِّ َّنز َل فِّي ِّه القُرآنُ هُدى ِّللنِّ ُ أ
13
berpuasa dan bahagia dengan sebab berpuasa ketika bertemu dengan
Rabbnya.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Rukun Islam yang kelima yaitu menunaikan haji ke Baitullah jika mampu
sekali seumur hidup. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
َ ع إِّلَي ِّه
سبِّي َ َ ت َم ِّن است
َ طا ِّ َّعلَى الن
ِّ اس ِّح ُّج البَي َ َِّو ِِّل
Dalam hadits lain yang diriwayatkan dari Abu Hurairah beliau berkata
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
berkhotbah, “Wahai manusia, Allah telah mewajibkan pada kalian ibadah
haji, maka berhajilah.” Kemudian ada seorang laki-laki yang berkata,
“Apakah pada setiap tahun wahai Rasulullah?” kemudian beliau terdiam
sampai-sampai laki-laki itu bertanya sebanyak tiga kali. Kemudian beliau
bersabda, “Seandainya aku katakan Iya, niscaya akan wajib bagi kalian
padahal kalian tidak mampu. Biarkan apa yang aku tinggalkan karena
sesungguhnya sebab kebinasaan orang setelah kalian adalah banyak
bertanya dan menyelisihi nabinya. Jika aku perintahkan satu hal maka
lakukan semampu kalian dan jika aku melarang sesuatu maka
jauhilah.” (HR. Muslim).
14
Apakah yang dimaksud dengan mampu pada pelaksanaan ibadah haji?
Syaikh Abdul ‘Azhim bin Badawi menjelaskan bahwa kemampuan dalam
melaksanakan ibadah haji terkait dengan 3 hal yaitu:
Penutup
Demikianlah penjelasan ringkas tentang lima pilar Islam yang kita kenal
dengan rukun Islam. Semoga apa yang kami sampaikan ini bisa
bermanfaat bagi kita semua. Amiin ya mujibbas Saailiin…
15
oleh para sahabat yang ada pada saat itu, dia menanyakan kepada
beliau tentang Islam, Iman dan Ihsan. Setelah beliau menjawab berbagai
pertanyaan Jibril dan dia pun telah meninggalkan mereka, maka pada
suatu kesempatan Rosululloh bertanya kepada sahabat Umar bin
Khoththob, “Wahai Umar, tahukah kamu siapakah orang yang bertanya
itu ?” Maka Umar menjawab, “Alloh dan Rosul-Nya lah yang lebih tahu”.
Nabi pun bersabda, “Sesungguhnya dia itu adalah Jibril yang datang
kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.” (HR. Muslim). Syaikh
Ibnu Utsaimin rohimahulloh mengatakan: Di dalam (penggalan) hadits ini
terdapat dalil bahwasanya Iman, Islam dan Ihsan semuanya diberi
nama ad din/agama (Ta’liq Syarah Arba’in hlm. 23). Jadi agama Islam
yang kita anut ini mencakup 3 tingkatan; Islam, Iman dan Ihsan.
Tingkatan Islam
Tingkatan Iman
Tingkatan Ihsan
16
Nabi juga ditanya oleh Jibril tentang ihsan. Nabi bersabda, “Yaitu engkau
beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila
kamu tidak bisa (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia melihatmu”. Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan:
Diantara faedah yang bisa dipetik dari hadits ini adalah penjelasan
tentang ihsan yaitu seorang manusia menyembah Robbnya dengan
ibadah yang dipenuhi rasa harap dan keinginan, seolah-olah dia melihat-
Nya sehingga diapun sangat ingin sampai kepada-Nya, dan ini adalah
derajat ihsan yang paling sempurna. Tapi bila dia tidak bisa mencapai
kondisi semacam ini maka hendaknya dia berada di derajat kedua yaitu:
menyembah kepada Alloh dengan ibadah yang dipenuhi rasa takut dan
cemas dari tertimpa siksa-Nya, oleh karena itulah Nabi bersabda, “Jika
kamu tidak bisa melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu” artinya
jika kamu tidak mampu menyembah-Nya seolah-olah kamu melihat-Nya
maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (Ta’liq Syarah Arba’in hlm. 21). Jadi
tingkatan ihsan ini mencakup perkara lahir maupun batin.
17
belumlah beriman tapi hendaklah kalian mengatakan: ‘Kami telah
berislam’.” (Al Hujuroot: 14). Dengan demikian jelaslah sudah
bahwasanya agama ini memang memiliki tingkatan-tingkatan, dimana
satu tingkatan lebih tinggi daripada yang lainnya. Tingkatan pertama yaitu
islam, kemudian tingkatan yang lebih tinggi dari itu adalah iman,
kemudian yang lebih tinggi dari tingkatan iman adalah ihsan (At Tauhid li
shoffil awwal al ‘aali, Syaikh Sholih Fauzan, hlm. 64)
Kesimpulan
18
ت
ِّ اوا َ س َم َّ سو ُل للاِّ إِّلَي ُكم َج ِّميعا الَّذِّي لَهُ ُملكُ ال ُ اس ِّإنِّي َرُ َّقُل يَاأَيُّ َها الن
ِّ سو ِّل ِّه النَّ ِّبي ِّ َ ض آل إِّلَهَ إِّلَّ هُ َو يُحي ِّ َويُ ِّميتُ فَئ
ُ امنُوا بِّاهللِّ َو َر ِّ َواِلَر
َاِل ُ ِّمي ِّ الَّذِّي يُؤ ِّم ُن بِّاهللِّ َو َك ِّل َماتِّ ِّه َواتَّبِّعُوهُ لَعَلَّ ُكم تَهتَدُون
Katakanlah: “Hai manusia, sesung-guhnya aku adalah utusan Alloh
kepadamu semua, yaitu Alloh yang mempunyai kerajaan langit dan bumi;
tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan
dan yang mematikan, maka berimanlah kamu kepada Alloh dan
RosulNya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Alloh dan kepada
kalimat-kalimatNya (kitab-kitabNya) dan ikutilah dia, supaya kamu
mendapat petunjuk. [QS. Al-A’rof (7): 158]
Oleh karena itulah siapa saja yang telah mendengar dakwah agama
Islam, agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad , yang membawa kitab
suci Al-Qur’an, kemudian tidak beriman, tidak percaya dan tidak tunduk,
maka dia adalah orang kafir dan di akhirat menjadi penghuni neraka,
kekal selamanya. Allah Ta’ala berfirman,
ُار َمو ِّع ُدهُ فَالَ ت َكُ فِّي ِّمريَة ِّمنهُ إِّنَّه ُ َّب فَالن ِّ َو َمن يَكفُر بِّ ِّه ِّمنَ اِلَحزَ ا
َاس لَ يُؤ ِّمنُون ِّ َّال َح ُّق ِّمن َّر ِّب َك َولَ ِّك َّن أَكث َ َر الن
Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-
sekutunya yang kafir kepada al-Qur’an, maka nerakalah tempat yang
diancam-kan baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap al-
Qur’an itu. Sesungguhnya (al-Qur’an) itu benar-benar dari Robbmu,
tetapi kebanyakan manusia tidak beriman”. [QS. Hud (11): 17]
19
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
َس ُم َح َّمد بِّ َي ِّد ِّه لَ يَس َم ُع بِّي أ َ َحد ِّمن َه ِّذ ِّه اِل ُ َّم ِّة يَ ُهودِّي َول
ُ َوالَّذِّي نَف
ِّ نَص َرانِّي ث ُ َّم يَ ُموتُ َولَم يُؤ ِّمن بِّالَّذِّي أُر ِّسلتُ بِّ ِّه إِّلَّ َكانَ ِّمن أَص َحا
ب
ِّ َّالن
ار
Demi (Allah) Yang jiwa Muhammad di tanganNya, tidaklah seorangpun di
kalangan umat ini, Yahudi atau Nashrani, mendengar tentang aku,
kemudian dia mati, dan tidak beriman kepada apa yang aku diutus
dengan-nya, kecuali dia termasuk para peng-huni neraka. [Hadits Shohih
Riwayat Muslim, no: 153, dari Abu Huroiroh]
20
Aku diberi syafa’at (oleh Allah).
Dan Nabi-Nabi dahulu (sebelum-ku) diutus khusus kepada kaumnya,
sedangkan aku diutus kepada manusia semuanya.
[Hadits Shohih Riwayat Bukhori, no: 335]
سو ُل للاِّ إِّلَي ُكم ِّ سى اب ُن َمريَ َم يَا بَنِّي إِّس َر
ُ اءي َل إِّنِّي َر َ َوإِّذ قَا َل ِّعي
سول يَأتِّي ِّمن بَعدِّي ُ ي ِّمنَ التَّو َراةِّ َو ُمبَ ِّشرا بِّ َر
َّ ص ِّدقا ِّل َما بَينَ يَ َد
َ ُّم
اس ُمهُ أَح َم ُد
Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata: “Hai bani Israil,
sesungguhnya aku adalah utusan Alloh kepadamu, membenarkan kitab
(yang turun) sebelumku, yaitu Taurot dan memberi khabar gembira
dengan (datangnya) seorang Rosul yang akan datang sesudahku, yang
namanya Ahmad (Muhammad)”. Maka tatkala Rosul itu datang kepada
mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini
adalah sihir yang nyata”. [QS. Ash-Shoff (61): 6]
21
giat menyebarkan agamanya kepada semua bangsa, termasuk di
Indonesia. Bahkan sampai ke ber-bagai pelosok yang tidak ada orang
Bani Israel di sana! Maka apakah manfaat bangsa selain Bani Israel yang
mengikuti agama Kristen, yang pembawa agama itu telah mene-gaskan
bahwa agamanya hanya untuk umat Israel?!
Atau mungkin mereka berpegang ayat lain pada kitab mereka yang
memerintahkan untuk menyebarkan agama Kristen kepada seluruh
bangsa. Ayat itu berbunyi: “Karena itu pergi-lah, jadikanlah semua
bangsa murid-Ku, dan baptiskan mereka dalam nama Bapa dan anak
dan Roh Kudus”. (Matius 28:19)
َّ أَفَتَط َمعُونَ أَن يُؤ ِّمنُوا لَ ُكم َوقَد َكانَ فَ ِّريق ِّمن ُهم يَس َمعُونَ َكالَ َم
ّللاِّ ث ُ َّم
َعقَلُوهُ َوهُم يَعلَ ُمون
َ يُ َح ِّرفُونَهُ ِّمن بَع ِّد َما
Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu,
padahal segolongan dari mereka (Ahli Kitab) mendengar firman Allah,
lalu mereka mengubahya setelah mereka memahaminya, sedang mereka
menge-tahui? [QS. Al-Baqoroh (2): 75]
22
tangan-tangan mereka, dan kecelakaan besarlah bagi mereka akibat dari
apa yang mereka kerjakan. [QS. Al-Baqoroh (2): 79]
Setiap ibadah memiliki rukun dan syarat yang harus dipenuhi agar ibadah
tersebut sah. Seseorang yang hendak sholat tentu akan berwudhu
terlebih dahulu, karena suci adalah syarat sah sholat. Begitu pula ibadah
yang lain seperti haji, puasa dan zakat juga memiliki rukun-rukun dan
syarat yang tidak boleh tidak harus dipenuhi. Segala sesuatu yang harus
dipenuhi sebelum mengerjakan sesuatu yang lain disebut syarat. Lalu
bagaimana pula dengan mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illalloh? Tidak
diragukan lagi bahwa syahadat adalah setinggi-tingginya derajat
keimanan dan rukun islam yang paling utama. Di sana ada syarat-syarat
yang harus dipenuhi agar kalimat Laa Ilaaha Illalloh yang kita ucapkan
dianggap sah.
1. Ilmu
Sebuah pengakuan tidak dianggap kecuali dengan ilmu. Oleh karena itu,
wajib bagi kita untuk mengucapkan kalimat syahadat ini dengan
mengilmui makna dari kalimat tersebut. Alloh berfirman, “Dan sembahan-
sembahan yang mereka sembah selain Alloh tidak dapat memberi
syafa’at; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa’at ialah) orang
yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya).” (Az
Zukhruf: 86). Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
mati dalam keadaan mengilmui Laa Ilaaha Illalloh pasti masuk
surga.” (HR. Al Bukhori dan Muslim). Dan makna yang benar dari
kalimat Laa Ilaaha Illalloh yaitu tidak ada sesembahan yang haq
melainkan Alloh Ta’ala.
2. Yakin
23
orang yang percaya (beriman) kepada Alloh dan Rasul-Nya, kemudian
mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan
jiwa mereka pada jalan Alloh. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (Al
Hujurat: 15)
3. Menerima
4. Tunduk
5. Jujur
24
Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tak seorang pun bersaksi
Laa Ilaaha Illalloh dan Muhammad hamba Alloh dan rasul-Nya dengan
kejujuran hati kecuali Alloh mengharamkan neraka untuk
menyentuhnya.” (HR. Al Bukhori dan Muslim)
6. Ikhlas
7. Cinta
25
karena Alloh, dan dia benci untuk kembali kafir sebagaimana
kebenciannya jika dilempar ke dalam api.” (HR. Al Bukhori dan Muslim)
Tak terasa, sudah sejak lama sekali (mungkin sudah 20-an tahun atau
bahkan lebih) kita menjadi sebagai seorang muslim. Nikmat yang besar
ini patutlah kita syukuri, karena banyak diantara manusia yang tidak
memperoleh nikmat ini. Dan nikmat inilah yang sangat menentukan
bahagia atau sengsaranya kita di hari akhir nanti.
Pada kesempatan ini, tidaklah kami ingin menanyakan ‘Sejak kapan kita
masuk islam?’ atau ‘Bagaimana ceritanya kita masuk islam?’ karena
jawaban pertanyaan ini bukanlah suatu yang paling mendasar dan paling
26
penting. Namun pertanyaan paling penting yang harus kita renungkan
dan kita jawab pada setiap diri kita adalah: ‘Sudah sejauh manakah kita
telah memahami dan mengamalkan ajaran kita ini?’ Pertanyaan inilah
yang paling penting yang harus direnungkan dan dijawab, karena
jawaban pertanyaan inilah yang nantinya sangat menentukan kualitas
keislaman dan ketakwaan seseorang.
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa ajaran Islam ini adalah ajaran
yang paling sempurna, karena memang semuanya ada dalam Islam,
mulai dari urusan buang air besar sampai urusan negara, Islam telah
memberikan petunjuk di dalamnya. Alloh berfirman, “Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam menjadi agama
bagimu.” (Al-Maidah: 3)
27
Semua orang mengaku punya hubungan cinta dengan Laila,
namun laila tidak mengakui perkataan mereka
Yaitu kerendahan diri dan tunduk kepada Alloh dengan tauhid, yakni
mengesakan Alloh dalam setiap peribadahan kita. Tidak boleh
menujukan satu saja dari jenis ibadah kita kepada selain-Nya. Karena
memang hanya Dia yang berhak untuk diibadahi. Dia lah yang telah
menciptakan kita, memberi rizki kita dan mengatur alam semesta ini,
pantaskah kita tujukan ibadah kita kepada selain-Nya, yang tidak
berkuasa dan berperan sedikitpun pada diri kita?
Pokok Islam yang kedua adalah adanya ketundukan dan kepatuhan yang
mutlak kepada Alloh. Dan inilah sebenarnya yang merupakan bukti
kebenaran pengakuan imannya. Penyerahan dan perendahan semata
tidak cukup apabila tidak disertai ketundukan terhadap perintah-perintah
28
Alloh dan Rosul-Nya dan menjauhi apa-apa yang dilarang, semata-mata
hanya karena taat kepada Alloh dan hanya mengharap wajah-Nya
semata, berharap dengan balasan yang ada di sisi-Nya serta takut akan
adzab-Nya.
Kita tidak dibiarkan mengatakan sudah beriman lantas tidak ada ujian
yang membuktikan kebenaran pengakuan tersebut. Alloh
berfirman, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan
mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan
sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka,
maka sesungguhnya Alloh mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” ( Al-Ankabut: 2-
3)
Orang yang beriman tidak boleh memiliki pilihan lain apabila Alloh dan
Rosul-Nya telah menetapkan keputusan. Alloh berfirman, “Dan tidaklah
patut bagi laki-laki yang beriman dan tidak pula perempuan yang
beriman, apabila Alloh dan Rosul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan,
akan ada bagi mereka pilihan tentang urusan mereka. Dan barangsiapa
mendurhakai Alloh dan Rosul-Nya maka sungguh dia telah sesat dengan
kesesatan yang nyata.” (Al Ahzab: 36)
Seorang muslim yang tunduk dan patuh terhadap perintah dan larangan
Alloh, maka konsekuensi dari benarnya keimanannya maka ia juga harus
berlepas diri dan membenci perbuatan syirik dan pelakunya. Karena ia
belum dikatakan beriman dengan sebenar-benarnya sebelum ia
mencintai apa yang dicintai Alloh dan membenci apa yang dibenci Alloh.
Padahal syirik adalah sesuatu yang paling dibenci oleh Alloh. Karena
syirik adalah dosa yang paling besar, kedzaliman yang paling dzalim dan
sikap kurang ajar yang paling bejat terhadap Alloh, padahal Allohlah
Robb yang telah menciptakan, memelihara dan mencurahkan kasih
sayang-Nya kepada kita semua.
29
Alloh telah memberikan teladan kepada bagi kita yakni pada diri
Nabiyulloh Ibrohim ‘alaihis salam agar berlepas diri dan memusuhi para
pelaku syirik dan kesyirikan. Alloh berfirman, “Sesungguhnya telah ada
suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:
‘Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang
kamu sembah selain Alloh, kami mengingkari kamu dan telah nyata
antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya
sampai kamu beriman kepada Alloh saja.'” (Al-Mumtahanah: 4)
Aku memohon kepada Allah Al Karim Rabb pemilik Arsy yang agung
semoga Dia melindungimu di dunia dan di akhirat. Aku juga memohon
kepada-Nya supaya menjadikan dirimu diberkahi di manapun kamu
berada. Aku juga memohon kepada-Nya supaya menjadikan dirimu
termasuk di antara orang-orang yang bersyukur apabila diberi
kenikmatan, bersabar ketika tertimpa cobaan, dan meminta ampunan
tatkala terjerumus dalam perbuatan dosa, karena ketiga hal itulah
tonggak kebahagiaan.
30
Itulah perintah yang Allah berikan kepada segenap umat manusia dan
hikmah penciptaan mereka.
KAIDAH PERTAMA
Hendaknya kamu mengerti bahwa orang-orang kafir yang diperangi oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengakui
Allah ta’ala sebagai pencipta dan pengatur segala urusan. Sedangkan
pengakuan mereka ini tidaklah membuat mereka tergolong orang Islam.
Dalilnya adalah firman Allah ta’ala (yang artinya), “Katakanlah, Siapakah
yang memberikan rezeki kepada kalian dari langit dan bumi. Atau
siapakah yang kuasa menciptakan pendengaran dan penglihatan. Dan
siapakah yang mampu mengeluarkan yang hidup dari yang mati serta
mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Dan siapakah yang mengatur
segala urusan, maka pasti mereka akan menjawab, ‘Allah’. Maka
katakanlah, ‘Lantas mengapa kalian tidak mau bertakwa?’.” (QS. Yunus
[10]: 31)
31
KAIDAH KEDUA
Orang-orang musyrik tersebut mengatakan, “Kami tidaklah berdoa
kepada mereka (sesembahan selain Allah, pen) dan bertawajjuh
(menggantungkan harapan) kepada mereka melainkan hanya dalam
rangka mencari kedekatan diri (di sisi Allah, pen) dan untuk mendapatkan
syafa’at.”
32
mendapatkan izin (dari Allah, pen). Hal ini sebagaimana
difirmankan Allah ta’ala (yang artinya), “Lalu siapakah yang bisa
memberikan syafa’at di sisi-Nya kecuali dengan izin-Nya?”. (QS. Al
Baqarah [2]: 255)
KAIDAH KETIGA
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam muncul di tengah-tengah masyarakat
yang memiliki peribadatan yang beraneka ragam. Di antara mereka ada
yang beribadah kepada malaikat. Ada pula yang beribadah kepada para
nabi dan orang-orang saleh. Ada juga di antara mereka yang beribadah
kepada pohon dan batu. Dan ada pula yang beribadah kepada matahari
dan bulan. Mereka semua sama-sama diperangi oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa sedikitpun membeda-
bedakan di antara mereka. Dalil tentang hal ini adalah firman
Allah ta’ala (yang artinya), “Dan perangilah mereka semua hingga tidak
ada lagi fitnah (syirik) dan agama (amal) semuanya hanya diperuntukkan
kepada Allah.” (QS. Al Anfaal [8]: 39)
33
Dalil yang menunjukkan adanya peribadatan kepada orang-orang salih
adalah firman-Nya Yang Maha Tinggi (yang artinya), “Sosok-sosok yang
mereka seru justru mencari wasilah kepada Rabb mereka; siapakah di
antara mereka yang lebih dekat, dan mereka juga sangat mengharapkan
curahan rahmat-Nya dan merasa takut dari azab-Nya.” (QS. Al Israa’
[17]: 57)
KAIDAH KEEMPAT
Orang-orang musyrik pada masa kita justru lebih parah kesyirikannya
daripada orang-orang musyrik zaman dahulu. Sebab orang-orang
terdahulu hanya berbuat syirik di kala lapang dan beribadah (berdoa)
dengan ikhlas di kala sempit. Adapun orang-orang musyrik di masa
kita melakukan syirik secara terus menerus, baik ketika lapang
ataupun ketika terjepit. Dalil yang menunjukkan hal ini adalah firman
Allah ta’ala (yang artinya), “Apabila mereka sudah naik di atas kapal (dan
diterpa ombak yang hebat, pen) maka mereka pun menyeru (berdoa)
kepada Allah dengan penuh ikhlas mempersembahkan amalnya. Namun
setelah Allah selamatkan mereka ke daratan, tiba-tiba mereka kembali
berbuat kesyirikan.” (QS. Al ‘Ankabuut [29]: 65)
34
AGAR IBADAH DITERIMA DISISI ALLAH
35
SYARAT DITERIMANYA AMAL IBADAH
Ketahuilah, semua amalan dapat dikatakan sebagai ibadah yang diterima
bila memenuhi dua syarat, yaitu Ikhlash dan mutaba’ah (mengikuti
tuntunan Nabi shollallohu ‘alaihi wassalam). Kedua syarat ini terangkum
dalam firman Alloh, “…Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan
Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang sholih dan
janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Tuhannya.” (Al Kahfi: 110). Beramal sholih maksudnya yaitu
melaksanakan ibadah sesuai dengan tata cara yang telah diajarkan oleh
Nabi, dan tidak mempersekutukan dalam ibadah maksudnya
mengikhlashkan ibadah hanya untuk Alloh semata.
Hal ini diisyaratkan pula dalam firmanNya, “(Tidak demikian) dan bahkan
barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Alloh, sedang ia berbuat
kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Robbnya dan tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati.” (Al-Baqoroh: 112). Menyerahkan diri kepada Alloh berarti
mengikhlashkan seluruh ibadah hanya kepada Alloh saja. Berbuat
kebajikan (ihsan) berarti mengikuti syari’at Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wa sallam.
36
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama yang lurus, dan agar mereka mendirikan sholat dan menunaikan
zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Al Bayyinah: 5)
37
BERIBADAH HANYA DENGAN SYARI’AT
ROSULULLOH SHOLLALLOHU ‘ALAIHI WA
SALLAM
Ketahuilah, ibadah bukanlah produk akal atau perasaan manusia. Ibadah
merupakan sesuatu yang diridhoi Alloh, dan engkau tidak akan
mengetahui apa yang diridhoi Alloh kecuali setelah Alloh kabarkan atau
dijelaskan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam. Dan seluruh kebaikan
telah diajarkan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, tidak tersisa
sedikit pun. Tidak ada dalam kamus ibadah sesorang melaksanakan
sesuatu karena menganggap ini baik, padahal Rosululloh shollallohu
‘alaihi wa sallam tidak pernah mencontohkan. Sehingga tatkala
ditanya, “Mengapa engkau melakukan ini?” lalu ia menjawab, “Bukankah
ini sesuatu yang baik? Mengapa engkau melarang aku dari melakukan
yang baik?” Saudaraku, bukan akal dan perasaanmu yang menjadi hakim
baik buruknya. Apakah engkau merasa lebih taqwa dan sholih ketimbang
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya? Ingatlah
sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang
melakukan satu amalan (ibadah) yang tiada dasarnya dari kami maka ia
tertolak.” (HR. Muslim)
38
sah, karena menyalahi syari’at dalam jenisnya. Jenis binatang yang boleh
dijadikan kurban adalah unta, sapi dan kambing.
39
AWAS SYIRIK!
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah
kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabat dan seluruh pengikut
mereka yang setia. Amma ba’du, sesungguhnya sebenar-benar ucapan
adalah Kitabullah. Sebaik-baik jalan adalah jalan Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek urusan adalah bid’ah. Dan setiap bid’ah
pasti sesat.
إِّ َّن ّللاَ لَ َيغ ِّف ُر أَن يُش َركَ بِّ ِّه َويَغ ِّف ُر َما دُونَ ذَلِّكَ ِّل َمن يَشَا ُء
Syirik adalah menyamakan antara selain Allah dengan Allah ta’ala dalam
perkara yang termasuk kategori kekhususan yang hanya dimiliki oleh
Allah ta’ala saja. Kekhususan Allah itu meliputi tiga hal utama,
Pertama; hak rububiyah, seperti mencipta, mengatur alam,
menguasainya, mengabulkan do’a dan lain-lain. Kedua; hak uluhiyah,
seperti berhak untuk diibadahi, menjadi tujuan do’a, permintaan tolong,
permintaan perlindungan, tujuan dalam melaksanakan persembahan atau
sembelihan, menjadi tujuan harapan, rasa takut dan kecintaan yang
disertai dengan ketundukkan. Ketiga, hak kesempurnaan Nama-nama
dan Sifat-sifat, seperti menyandang nama Allah, Ar Rabb dan Ar
Rahman, atau memiliki sifat mengetahui yang Gaib, Maha Mendengar,
Maha Melihat, Maha Mengetahui, yang tidak ada sesuatupun yang
menyamai-Nya. Jadi kesyirikan itu bisa terjadi dalam hal rububiyah,
uluhiyah maupun nama dan sifat-Nya.
40
Syaikh Al Albani rahimahullah mengatakan, “Barang siapa yang bisa
membersihkan diri dari ketiga macam syirik ini dalam penghambaaan dan
tauhidnya kepada Allah, dia mengesakan Zat-Nya, beribadah hanya
kepada-Nya dan mengesakan sifat-sifatNya, maka dialah muwahhid
sejati. Dialah pemilik berbagai keutamaan khusus yang dimiliki oleh kaum
yang bertauhid. Dan barangsiapa yang kehilangan salah satu bagian
darinya maka kepadanyalah tertuju ancaman yang terdapat dalam firman
Allah ta’ala, semacam, “Sungguh jika kamu berbuat syirik niscaya akan
terhapus seluruh amalmu dan kamu benar-benar termasuk orang yang
merugi”. Camkanlah perkara ini, sebab inilah perkara terpenting dalam
masalah akidah…” (Al ‘Aqidah Ath Thahawiyah, Syarh wa Ta’liq, hal. 17-
18) Adapun yang sering disebut dengan syirik saja oleh para ulama maka
yang dimaksud adalah syirik dalam hal uluhiyah/ibadah, dan inilah yang
akan kita bicarakan sekarang. Yaitu syirik dalam hal ibadah.
Pertama, Dosa syirik tidak akan diampuni oleh Allah. Allah ta’ala
berfirman,
إِّ َّن ّللاَ لَ َيغ ِّف ُر أَن يُش َركَ بِّ ِّه َويَغ ِّف ُر َما دُونَ ذَلِّكَ ِّل َمن يَشَا ُء
41
صار َّ ار َو َما ِّل
َ لظا ِّل ِّمينَ ِّمن أَن ُ َّعلَي ِّه ال َجنَّةَ َو َمأ َواهُ الن
َ ُإِّنَّهُ َمن يُش ِّرك بِّاِلِّ فَقَد َح َّر َم ّللا
Ketiga, seorang musyrik akan kekal berada di dalam siksa neraka. Allah
ta’ala berfirman,
َار َج َهنَّ َم خَا ِّلدِّينَ فِّي َها أُولَئِّكَ هُم ش َُّر البَ ِّريَّ ِّة ِّ إِّ َّن الَّذِّينَ َكف َُروا ِّمن أَه ِّل ال ِّكت َا
ِّ ب َوال ُمش ِّركِّينَ فِّي ن
َع َملُكَ َولَت َ ُكون ََّن ِّمنَ الخَا ِّس ِّرين َ َي إِّلَيكَ َوإِّلَى الَّذِّينَ ِّمن قَبلِّكَ لَئِّن أَش َركتَ لَيَحب
َ ط َّن ِّ ُ َولَقَد أ
َ وح
ع ِّظيم ُ َالشركَ ل
َ ظلم َّ ِّي َل تُش ِّرك ب
ِّ اِلِّ إِّ َّن ُ َوإِّذ قَا َل لُق َمانُ ِّلبنِّ ِّه َوه َُو َي ِّع
َّ َظهُ يَا بُن
ُ َّوم الن
اس بِّال ِّقس ِّط َ ت َوأَنزَ لنَا َمعَ ُه ُم ال ِّكت
َ َُاب َوال ِّميزَ انَ ِّليَق ِّ سلَنَا بِّالبَيِّنَا َ لَقَد أَر
ُ سلنَا ُر
42
“Sungguh Kami telah mengutus para utusan Kami dengan keterangan-
keterangan, dan Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca
supaya manusia menegakkan keadilan.” (QS. Al Hadiid: 25)
Kedelapan, amal yang tercampur dengan syirik akan sia-sia dan sirna
sebagaimana debu-debu yang beterbangan disapu oleh angin. Allah
ta’ala berfirman,
43
َوقَدِّمنَا إِّلَى َما َع ِّملُوا ِّمن َع َمل فَ َجعَلنَاهُ َهبَاء َّمنثُورا
“Dan Kami akan hadapi semua amal yang pernah mereka amalkan
(sewaktu di dunia) kemudian Kami jadikan amal-amal itu sia-sia seperti
debu-debu yang beterbangan.” (QS. Al Furqan: 23)
Kesembilan, orang yang berbuat syirik dalam beramal maka dia akan
ditelantarkan oleh Allah. Allah ta’ala berfirman dalam sebuah hadits qudsi
yang artinya, “Aku adalah Zat yang Maha Kaya dan paling tidak
membutuhkan sekutu, oleh sebab itu barang siapa yang beramal dengan
suatu amalan yang dia mempersekutukan sesuatu dengan-Ku di dalam
amalnya itu maka pasti Aku akan telantarkan dia bersama kesyirikannya
itu.” (HR. Muslim)
Kedua belas, Syirik adalah bahaya yang sangat dikhawatirkan oleh bapak
para Nabi yaitu Ibrahim ‘alaihis salam akan menimpa pada dirinya dan
44
pada anak keturunannya. Allah ta’ala mengisahkan doa yang dipanjatkan
oleh Nabi Ibrahim di dalam ayat-Nya,
Ketiga belas, orang yang mati dalam keadaan masih musyrik maka pasti
masuk neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang
artinya, “Barang siapa yang menjumpai Allah (mati) dalam keadaan
mempersekutukan sesuatu dengan-Nya maka pasti masuk neraka.” (HR.
Muslim)
Keempat belas, orang yang berbuat syirik maka amalnya tidak akan
diterima. Allah ta’ala berfirman,
صا ِّلحا َو َل يُش ِّرك بِّ ِّعبَا َدةِّ َربِّ ِّه أ َ َحدا َ فَ َمن َكانَ يَر ُجو ِّلقَاء َربِّ ِّه فَليَع َمل
َ ع َمال
45
kepada kepada Tuhannya] Artinya dia adalah orang yang hanya
mengharapkan wajah Allah saja dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Inilah
dua buah rukun diterimanya amalan. Suatu amal itu harus ikhlas untuk
Allah dan benar yaitu berada di atas tuntunan syariat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Tafsir Ibnu Katsir, 5/154).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda yang
artinya, “Barang siapa yang mendatangi paranormal kemudian
menanyakan sesuatu kepadanya maka shalatnya tidak akan diterima
selama 40 malam.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Kelima belas, seorang mujahid, da’i atau ahli baca Quran serta
dermawan yang terjangkiti kesyirikan maka akan diadili pertama kali pada
hari kiamat dan kemudian dibongkar kedustaannya lalu dilemparkan ke
dalam neraka dalam keadaan wajahnya tertelungkup dan diseret oleh
Malaikat.
46
memerintahkan malaikat untuk menyeretnya tertelungkup di atas
wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka. Kemudian seorang yang
menuntut ilmu dan mengajarkannya dan juga membaca Al Quran. Dia
didatangkan kemudian ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang sudah
didapatkannya dan dia pun mengakuinya. Allah bertanya, “Apakah yang
sudah kau perbuat dengannya ?” Maka dia menjawab, “Aku menuntut
ilmu, mengajarkannya dan membaca Al Quran karena-Mu.” Allah
berfirman, “Engkau dusta, sebenarnya engkau menuntut ilmu supaya
disebut orang alim. Engkau membaca Quran supaya disebut sebagai
Qari’.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya
tertelungkup di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam
neraka.” (HR. Muslim)
Ketujuh belas, orang yang menyembah selain Allah adalah orang paling
sesat sejagad raya. Allah ta’ala berfirman,
عائِّ ِّهم غَافِّ ُل َوإِّذَا ُح ِّش َر َ وم ال ِّقيَا َم ِّة َوهُم َعن ُد ُ ّللاِّ َمن َّل يَست َِّج
ِّ َيب لَهُ إِّلَى ي َّ ُون َ َ َو َمن أ
ُ ض ُّل ِّم َّمن يَد
ِّ عو ِّمن د
َاس كَانُوا لَ ُهم أَع َداء َوكَانُوا بِّ ِّعبَا َدتِّ ِّهم كَافِّ ِّرين ُ َّالن
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyeru kepada
sesembahan-sesembahan selain Allah, sesuatu yang jelas-jelas tidak
dapat mengabulkan doa hingga hari kiamat, dan sesembahan itu juga
lalai dari doa yang mereka panjatkan. Dan apabila umat manusia nanti
dikumupulkan (pada hari kiamat) maka sesembahan-sesembahan itu
justru akan menjadi musuh serta mengingkari peribadatan yang dilakukan
oleh para pemujanya.” (QS. Al Ahqaf: 5-6)
47
Kedelapan belas, orang yang berbuat syirik adalah sosok-sosok manusia
yang sangat dungu lagi tidak mau mengambil pelajaran. Allah ta’ala
berfirman,
ّللاُ قُ ِّل ال َحم ُد ِّ َِّلِّ بَل َ اء َماء فَأَحيَا بِّ ِّه اِلَر
َّ ض ِّمن بَع ِّد َموتِّ َها لَيَقُولُ َّن َّ سأَلت َ ُهم َّمن نَّ َّز َل ِّمنَ ال
ِّ س َم َ َولَئِّن
َأَكث َ ُرهُم َل يَع ِّقلُون
َص ُرون َ ُأَيُش ِّر ُكونَ َما لَ يَخلُ ُق شَيئا َوهُم يُخلَقُونَ َولَ يَست َِّطيعُونَ لَ ُهم نَصرا َولَ أَنف
ُ س ُهم يَن
س ِّمعُوا َما است َ َجابُوا َ عاء ُكم َولَو َ عوهُم َل يَس َمعُوا ُد ُ َوالَّذِّينَ ت َدعُونَ ِّمن دُونِّ ِّه َما يَم ِّل ُكونَ ِّمن قِّط ِّمير إِّن ت َد
لَ ُكم َويَو َم ال ِّقيَا َم ِّة يَكفُ ُرونَ بِّ ِّشر ِّك ُكم َو َل يُنَبِّئُكَ ِّمث ُل َخبِّير
48
Kesembilan belas, orang yang berbuat syirik adalah orang yang
berkepribadian rendah dan tidak yakin dengan kemahakuasaan Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Thiyarah
(menganggap sial karena melihat, mendengar atau mengetahui sesuatu)
adalah syirik. Thiyarah adalah syirik…” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi,
hadits hasan shahih, lihat Al Jadid, hal. 259)
Kedua puluh, amalan orang yang berbuat syirik atau mengangkat thaghut
(sesuatu yang disembah, ditaati atau diikuti sehingga menjadi sosok
tandingan bagi Allah) akan berubah menjadi penyesalan abadi di akhirat
kelak. Allah ta’ala berfirman,
اب َوقَا َل الَّذِّينَ اتَّبَعُوا لَو أ َ َّن لَنَا ك ََّرة َّ َاب َوتَق
ُ َط َعت بِّ ِّه ُم اِلَسب َ َإِّذ تَبَ َّرأ َ الَّذِّينَ اتُّبِّعُوا ِّمنَ الَّ ِّذينَ اتَّبَعُوا َو َرأ َ ُوا العَذ
ِّ ََّار ِّجينَ ِّمنَ الن
ار ِّ علَي ِّهم َو َما هُم بِّخ َ س َراتَ فَنَتَبَ َّرأ َ ِّمن ُهم َك َما تَبَ َّر ُؤوا ِّمنَّا َكذَلِّكَ ي ُِّري ِّه ُم ّللاُ أَع َمالَ ُهم َح
“(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang
yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan ketika segala
hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-
orang yang mengikuti; “Seandainya kami dapat kembali ke dunia, pasti
kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri
dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal
perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak
akan keluardari api neraka.” (QS. Al Baqarah: 166-167)
49
Kedua puluh dua, orang yang berbuat syirik maka tidak akan diberikan
kecukupan oleh Allah. Allah ta’ala berfirman,
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah (bertauhid dan tidak
menyandarkan hatinya kepada selain Allah) maka Allah akan
mencukupinya. Sesungguhnya Allah akan menyelesaikan urusannya,
dan Allah telah menentukan takdir dan ketentuan waktu bagi segala
sesuatu.” (QS. Ath Thalaq: 3)
Kedua puluh tiga, celakalah budak harta benda dan pemuja mode
busana. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang
artinya, “Binasalah hamba dinar, hamba dirham, hamba Khamishah,
hamba Khamilah. Jika dia diberi maka dia senang tapi kalau tidak diberi
maka dia murka. Binasalah dan rugilah dia…” (HR. Bukhari)
Khamishah adalah kain dari bahan sutera atau wol yang bercorak,
sedangkan Khamilah adalah kain beludru (lihat Al Jadid, hal. 330
dan Fathul Majid, hal. 365).
Kedua puluh empat, orang yang berbuat syirik pasti akan tertimpa
bencana atau siksa yang sangat pedih dan menyakitkan. Allah ta’ala
berfirman,
50
MEMPERKOKOH KEIMANAN PADA ALLAH
Iman kepada Allah merupakan rukun iman yang pertama. Rukun ini
sangat penting kedudukannya dalam Islam. Sehingga wajib bagi kita
untuk mengilmuinya dengan benar supaya membuahkan akidah yang
benar pula tentang Allah Ta’ala. Dengan memohon pertolongan Allah
kami mencoba mengulas permasalah pokok tentang rukun iman yang
pertama ini. Semoga ulasan berikut dapat memperkokoh iman kita
kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Iman kepada Allah merupakan asas dan pokok dari keimanan, yakni
keyakinan yang pasti bahwa Allah adalah Rabb dan pemilik segala
sesuatu, Dialah satu-satunya pencipta, pengatur segala sesuatu, dan
Dialah satu-satunya yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Semua sesembahan selain Dia adalah sesembahan yang batil, dan
beribadah kepada selain-Nya adalah kebatilan. Allah Ta’ala berfirman,
Dialah Allah yang disifati dengan sifat yang sempurna dan mulia,
tersucikan dari segala kekurangan dan cacat. Ini merupakan perwujudan
tauhid yang tiga, yatu tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhdi asma’
wa shifat. Keimanan kepada Allah mengandung tiga macam tauhid ini,
karena makna iman kepada Allah adalah keyakinan yang pasti tentang
keesaan Allah Ta’ala dalam rububiyah, uluhiyah, dan seluruh nama dan
sifat-Nya. (Al Irysaad ilaa shahiihil I’tiqaad, Syaikh Sholeh al Fauzan).
51
• Iman tentang keberadaan (wujud) Allah.
• Iman tentang keesaan Allah dalam rubuiyah
• Iman tentang keesaan Allah dalam uluhiyah
• Iman terhadap asma’ (nama) dan sifat-Nya.
Keberadaan Allah adalah sesuatu yang sudah sangat jelas. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan dalil akal, hissi (inderawi), fitrah, dan dalil syariat.
Dalil akal menunjukkan adanya Allah, karena seluruh makhluk yang ada
di alam ini, baik yang sudah ada maupun yang akan datang, sudah tentu
ada penciptanya. Tidak mungkin makhluk itu mengadakan dirinya sendiri
atau ada begitu saja dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan.
Indera yang kita miliki juga bisa menunjukkan tentang keberadaan Allah.
Kita semua bisa menyaksikan dikabulkannya permohonan orang-orang
yang berdoa dan ditolongnya orang-orang yang kesusahan. Ini
menunjukkan secara qath’i (pasti) akan adanya Allah. Demikian pula
ayat-ayat (tanda-tanda) para nabi yang dinamakan mukjizat yang
disaksikan oleh manusia atau yang mereka dengar merupakan bukti yang
nyata akan adanya Dzat yang mengutus mereka, yaitu Allah Ta’ala.
52
Sebab, kemukjizatan-kemukjizatan itu di luar jangkauan manusia pada
umumnya, yang memang sengaja diberlakukan oleh Allah Ta’ala untuk
mengokohkan dan memenangkan para rasul-Nya.
علَى العَر ِّش َ ض فِّي ِّست َّ ِّة أَيَّام ث ُ َّم است ََوى
َ ت َواِلَر ِّ اوا
َ س َم َّ إِّ َّن َربَّ ُك ُم للاُ الَّذِّي َخلَقَ ال
ُس َّخ َرات بِّأَم ِّر ِّه أَلَلَه
َ وم ُمَ س َوالقَ َم َر َوالنُّ ُج
َ شم َّ ار يَطلُبُهُ َحثِّيثا َوالَ يُغ ِّشى الَّي َل النَّ َه
َ َالخَل ُق َواِلَم ُر تَب
َار َك للاُ َربُّ العَالَ ِّمين
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit
dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy . Dia
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan
(diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-
masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan
memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.”
(QS. Al A’rof: 54).
53
Tidak ada satupun dari makhluk yang mengingkari rububiyah
Allah Ta’ala kecuali karena sombong. Namun sebenarnya ia tidak
meyakini apa yang diucapkannya. Sebagaimana terdapat pada diri
Fir’aun yang mengatakan kepada kaumnya,
علَى َ ان ُ ع ِّلمتُ لَ ُكم ِّمن ِّإلَه غَي ِّري فَأَوقِّد ِّلي يَاهَا َم َ عو ُن يَآأَيُّ َها ال َمل ُ َما
َ َوقَا َل فِّر
ُ َ سى َو ِّإنِّي ِل
َظنُّهُ ِّمنَ ال َكا ِّذ ِّبين َّ َ صرحا لَّعَ ِّلي أ
َ ط ِّل ُع ِّإلَى إِّلَ ِّه ُمو َ ين فَاجعَل ِّلي ِّ الط
ِّ
“Dan berkata Fir’aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui
tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat
kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat
naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin
bahwa dia termasuk orang-orang pendusta”.” (QS. Al Qashash: 38)
Namun sebenarnya yang dia katakan itu bukan berasal dari keyakinan.
Allah Ta’ala berfirman,
َسأَلت َ ُهم َّمن َخلَقَ ُهم لَيَقُولُ َّن للاُ فَأَنَّى يُؤفَ ُكون
َ َولَئِّن
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang
menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah”, maka
54
bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?” (QS.
Az Zukhruf:87). (Syarh Ushuulil Iman, Syaikh Muhammad bin Sholih al
‘Utsaimin)
Kita wajib beriman terhadap tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah. Disebut
tauhid uluhiyah karena penisbatannya kepada Allah dan disebut tauhid
ibadah karena penisbatannya kepada makhluk. Adapun yang dimaksud
tauhid uluhiyah adalah pengesaan Allah dalam ibadah karena hanya
Allah satu-satunya yang berhak diibadahi. Allah Ta’ala berfirman,
ِّ َذَ ِّل َك بِّأ َ َّن للاَ ُه َو ال َح ُّق َوأ َ َّن َمايَدعُونَ ِّمن دُونِّ ِّه الب
اط ُل
” Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan
sesungguhnya yang mereka seru selain Alloh, itulah yang batil” (QS.
Luqman: 30).
Banyak manusia yang kufur dan ingkar dalam hal tauhid ini. Karena itulah
Allah mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab kepada mereka,
sebagaimana Allah jelaskan,
55
Antara tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah mempunyai hubungan yang
tidak dapat dipisahkan. Tauhid rububiyah mengkonsekuensikan tauhid
uluhiyah. Maksudnya pengakuan seseorang terhadap tauhid rububiyah
mengharuskan pengakuannya terhadap tauhid uluhiyah. Barangsiapa
yang telah mengetahui bahwa Allah adalah Tuhan yang menciptakannya
dan mengatur segala urusannya, maka ini mengharuskan baginya untuk
beribadah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Sedangkan
tauhid uluhiyah terkandung di dalamnya tauhid rububiyah. Maksudnya,
jika seseorang mengimani tauhid uluhiyah pasti ia mengimani tauhid
rububiya. Barangsiapa yang beribadah kepada Allah semata dan tidak
menyekutukan-Bya, pasti ia akan meyakini bahwa Allahlah Tuhannya dan
penciptanya. Hal ini sebgaimana perkataan Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam,
َ }فَإِّنَّ ُهم76{ َ }أَنتُم َو َءابَآ ُؤ ُك ُم اِلَق َد ُمون75{ َقَا َل أَفَ َر َءيتُم َّما ُكنتُم ت َعبُدُون
عدُو
} َوالَّذِّي ُه َو يُط ِّع ُمنِّي78{ ِّين
ِّ }الَّذِّي َخلَقَ ِّني فَ ُه َو يَهد77{ َِّلي إِّلَّ َربَّ العَالَ ِّمين
ِّ } َوالَّذِّي يُ ِّميتُنِّي ث ُ َّم يُح ِّي80{ ين
}81{ ين ِّ } َو ِّإذَا َم ِّرضتُ فَ ُه َو يَش ِّف79{ ين
ِّ َويَس ِّق
}82{ ِّين ِّ َوالَّذِّي أَط َم ُع أَن يَغ ِّف َر ِّلي خ
ِّ َطيئَتِّي يَو َم الد
56
kalimat yang disebutkan secara bersamaan dengan kata sambung
menunjukkan dua hal yang berbeda. Hal ini sebagaimana firman Allah,
}30{ ِّإ َّن الَّذِّينَ قَالُوا َربُّنَا للاُ ث ُ َّم استَقَا ُموا
57
uluhiyah. (Lihat Al irsyaad ilaa shohiihili i’tiqood, Syaikh Sholeh al
Fauzan)
}11{ ير
ُ ص َ لَي
َّ س َك ِّمث ِّل ِّه شَى ُءُُ َو ُه َو ال
ِّ َس ِّمي ُع الب
” Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, dan Dialah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.”(QS. Asy Syuuro: 11) . (Al Qoulul Mufiid
bi Syarhi Kitaabit Tauhiid, Syaikh Muhammad bin Sholih al ’Utsaimin).
58
seluruh cabang-cabang keimanan adalah cabang dan buah dari asas ini
(yakni iman kepada uluhiyah Allah)” (Bahjatu Quluubil Abrar wa
Qurrotu ‘Uyuunil Akhyaar, Syaikh Abdurrahman As Sa’di)
Iman kepada Allah dengan benar akan menghasilkan buah yang agung
bagi orang-orang yang beriman, di antaranya:
59
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, dan beriman
dengan takdir yang baik dan buruk.” (Muttafaq `alaih)
Setelah itu, setiap kali bertambah ilmu seseorang tentang rincian hal
tersebut (malaikat), wajib baginya mengimaninya. Dengan begitu, maka
imannya akan bertambah. Allah Ta`ala berfirman yang artinya: “Dan
apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang
munafik) ada yang berkata: ‘Siapakah di antara kamu yang bertambah
imannya dengan (turannya) surat ini?’ Adapun orang-orang yang
beriman, maka surat ini menambah imannya, dan mereka merasa
gembira.” (QS. At-Taubah: 124)
Hakikat malaikat
60
• Malaikat merupakan salah satu makhluk di antara makhluk-makhluk
ciptaan Allah.
• Allah menciptakan mereka untuk beribadah kepada-Nya,
sebagaimana Allah menciptakan jin dan manusia juga untuk
beribadah kepada-Nya semata.
• Mereka adalah makhluk yang hidup, berakal, dan dapat berbicara.
• Malaikat hidup di alam yang berbeda dengan alam jin dan manusia.
Mereka hidup di alam yang mulia lagi suci, yang Allah memilih tempat
tersebut di dunia karena kedekatannya, dan untuk melaksanakan
perintah-Nya, baik perintah yang yang bersifat kauniyyah,
maupun syar`iyyah.
Allah Ta`ala berfirman yang artinya: “Dan mereka berkata: ‘Tuhan Yang
Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak’, Maha Suci Allah.
Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang
dimuliakan. Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan
mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. Allah mengetahui segala
sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang
mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang
yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut
kepada-Nya. Dan barangsiapa di antara mereka, mengatakan:
‘Sesungguhnya Aku adalah tuhan selain daripada Allah’, maka orang itu
Kami beri balasan dengan Jahannam, demikian Kami memberikan
pembalasan kepada orang-orang zalim.” (QS. Al-Anbiyaa`: 26 – 29)
(Lihat Mu`taqad Firaqil Muslimiin wal Yahud wan Nashara wal Falasifah
wal Watsaniyyiin fil Malaikatil Muqarrabiin hal. 15)
61
Jumlah Malaikat
Jumlah mereka sangat banyak. Hanya Allah saja yang tahu berapa
banyak jumlah mereka. Allah Ta`ala berfirman yang artinya: “Dan tidak
ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri.” (QS. Al-
Muddatstsir: 31) Ketika Rasulullah shallallahu `alaihi wa
sallammelakukan Isra` Mi`raj, berkata Jibril `alaihis salam kepada beliau:
“Ini adalah Baitul Ma`mur. Setiap hari shalat di dalamnya 70 ribu
malaikat. Jika mereka telah keluar, maka mereka tidak kembali lagi…. ”
(Muttafaqun `alaihi)
62
• Tidak membutuhkan makan dan minum
Allah Ta`ala berfirman yang artinya: “Dan sesungguhnya utusan-
utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada lbrahim dengan
membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: “Selamat.” Ibrahim
menjawab: “Selamatlah,” maka tidak lama kemudian Ibrahim
menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala
dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang
aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat
itu berkata: ‘Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-
ma]aikat) yang diutus kepada kaum Luth.’” (QS. Huud: 69 –
70)As Suyuthi rahimahullah berkata: “Ar-Razi dalam tafsirnya
mengatakan bahwa para ulama sepakat bahwasanya malaikat tidak
makan, tidak minum, dan juga tidak menikah.”
Ke-ma`shum-an Malaikat
63
wal Watsaniyyiin fil Malaikatil Muqarrabiin karya DR. Muhammad bin
`Abdul Wahhab al-`Aqiil. Wallahu Ta`ala a`lam.
Iman terhadap kitab suci merupakan salah satu landasan agama kita.
AllahTa`ala berfirman yang artinya: “Bukanlah menghadapkan wajahmu
ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan. Akan tetapi, sesungguhnya
kebajikan itu ialah beriman dengan Allah, hari Kemudian, malaikat-
malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi….” (QS. Al-Baqarah: 177) Rasulullah
ketika ditanya oleh Jibril `alaihis salam tentang iman, beliau
menjawab:“(Iman yaitu) Engkau beriman dengan Allah, para Malaikat,
kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, dan beriman dengan takdir
yang baik dan buruk.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Masih dalam kitab yang sama, beliau juga mengatakan: “Iman dengan
kitab suci mencakup 4 perkara:
64
3.Pembenaran terhadap berita-berita yang shahih, seperti berita-berita
yang ada dalam al-Qur`an dan kitab-kitab suci sebelumnya selama kitab-
kitab tersebut belum diganti atau diselewengkan.
Seluruh kitab-kitab suci sumbernya adalah satu, yaitu dari Allah Jalla wa
`Alaa. Allah Ta`ala berfirman yang artinya: “ Allah, tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia. yang hidup kekal lagi terus menerus
mengurus makhluk-Nya. Dia menurunkan al-Kitab (al-Quran) kepadamu
dengan sebenarnya; membenarkan Kitab yang telah diturunkan
sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil, sebelum (al-Quran),
menjadi petunjuk bagi manusia, dan dia menurunkan al-Furqaan.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan
memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai
balasan (siksa).” (QS. Ali Imran: 2-4)
Al-Qur`an merupakan kitab suci terakhir dan penutup dari kitab-kitab suci
sebelumnya. Selain itu, al-Qur`an juga merupakan hakim atas kitab-kitab
suci sebelumnya. Allah Ta`ala berfirman yang artinya: “Dan kami telah
turunkan kepadamu al-Qur`an dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan muhaiminan (batu ujian) terhadap kitab-kitab yang lain
itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan
65
dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang telah datang kepadamu…. ” (QS. Al-Maidah: 48)
Taurat adalah kitab yang Allah turunkan kepada Musa `alahis salam.
Taurat merupakan kitab yang mulia yang tercakup didalamnya cahaya
dan petunjuk. Allah Ta`ala berfirman yang artinya: “Sesungguhnya kami
Telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya
(yang menerangi)….” (QS. Al-Maidah: 44)
Taurat yang ada saat ini – biasa disebut dengan kitab perjanjian lama – ,
setiap orang yang berakal tentu mengetahui bahwa taurat tersebut
bukanlah taurat yang dahulu diturunkan kepada Musa `alaihis salam. Hal
itu bisa diketahui dari beberapa bukti berikut:.
66
• Terjadi banyak kontradiksi di dalamnya, yang menunjukkan bahwa
sudah banyak terjadi campur tangan para ulama yahudi dalam
merubah isi Taurat.
• Banyak terdapat kesalahan ilmiah.
• Dan masih banyak bukti lainnya.
Sedangkan Injil, dia adalah kitab yang Allah turunkan kepada Isa `alaihis
salam sebagai penyempurna dan penguat bagi Taurat, mencocoki
dangannya dalam sebagian besar syariatnya, petunjuk kepada jalan yang
lurus, membedakan kebenaran dan kebatilan, dan menyeru kepada
peribadatan kepada Allah Ta`ala semata.
67
(untuk mendapatkan pembahasan lebih rinci tentang keberadaan Taurat
dan Injil yang ada sekarang, silahkan merujuk ke kitab Izhaarul
Haq karya Rahmatullah al-Hindy)
Bahkan wajib bagi Yahudi dan Nashrani saat ini untuk mengikuti al-
Qur`an. Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: “Demi Dzat
Yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya! Tidaklah seorang pun dari
Yahudi dan Nasrani yang mendengar akan diutusnya aku, kemudian mati
dalam keadaan tidak beriman dengan apa yang aku diutus dengannya,
kecuali dia termasuk penghuni neraka.” (HR. Bukahri dan Muslim)
Rukun Iman keempat yang harus diimani oleh setiap mukmin adalah
beriman kepada para Nabi dan Rasul utusan Allah. Diutusnya Rasul
merupakan nikmat yang sangat agung. Kebutuhan manusia terhadap
diutusnya Rasul melebihi kebutuhan manusia terhadap hal-hal lain. Untuk
itu, kita tidak boleh salah dalam meyakini keimanan kita kepada utusan
68
Allah yang mulia ini. Berikut adalah penjelasan mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan iman kepada Nabi dan Rasul.
ِ َولَ ِك َّن ْالبِ َّر َم ْن َءا َمنَ ب ِاهللِ َو ْال َي ْو ِم اْأل َ ِخ ِر َو ْال َملَئِ َك ِة َو ْال ِكت َا
َب َوالنَّبِيِن
“Akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kiamat, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi” (QS. Al Baqarah:
177)
َ َ س ِم ْعنَا َوأ
ط ْعنَا ُ س ِل ِه الَ نُف َِر ُق بَيْنَ أ َ َح ٍد ِمن ُّر
َ س ِل ِه َوقَالُوا ُ ُك ٌّل َءا َمنَ بِاهللِ َو َمالَئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر
69
• Beramal dengan syariat Rasul yang diutus kepada kita, yaitu penutup
para Nabi, Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallaam. (Syarhu Ushuuill
Iman, hal 34-35)
• Nabi dan Rasul sama-sama utusan Allah yang diberi wahyu oleh
Allah, berdasarkan firman Allah,
“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak
(pula) seorang nabi…” (QS. Al Hajj:52). Dalam ayat ini Allah
membedakan antara nabi dan rasul, namun menjelasakan kalau
keduanya merupakan utusan Allah.
70
dalam sebuah hadist, ”Dan akan datang Nabi yang tidak memiliki satu
pun pengikut”. Sedangkan rasul diutus untuk menyampaikan syariat
kepada kaum yang menyelisihinya.
• Nabi mengikuti syariat sebelumnya yang sudah ada, sedangkan
Rasul terkadang mengikuti syariat sebelumnya -seperti Yusuf yang
diutus untuk kaumnya dengan syariat yang dibawa oleh Ibrahim dan
Ya’qub- dan terkadang membawa syariat baru. (Diringkas dari Syarh
al ‘Aqidah Ath Thahawiyah Syaikh Sholeh Alu Syaikh, hal 227-234)
“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan
kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa,
dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah
tentangnya…. ”(QS. Asy Syuuraa:13)
71
Agama seluruh para Nabi adalah satu, yaitu agama Islam. Allah tidak
akan menerima agama selain Islam. Yang dimaksud dengan islam
adalah berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk
kepada Allah dengan mentaatinya, dan menjauhkan diri dari perbuatan
syirik dan orang-orang musyrik. (Al Irsyaad ilaa Shahiihil I’tiqaad hal 159-
160).
“Kaum Nabi Nuh telah mendustakan para Rasul” (QS. Asy Syu’araa’:105)
Termasuk pokok keimanan adalah kita beriman bahwa para Rasul Allah
memiliki nama. Sebagiannya diberitakan kepada kita dan sebagiannya
tdak diberitakan kepada kita. Yang diberikan kepada kita seperti
Muhanmad, Ibrahim, Musa, ‘Isa, dan Nuh ‘alahimus shalatu wa salaam.
Kelima nama tersebut adalah para Rasul ‘Ulul Azmi. Allah Ta’ala telah
menyebut mereka pada dua (tempat) surat di dalam Al Quran yakni surat
Al Ahzaab dan As Syuraa,
72
“Dan ingatlah ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari
kamu (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa bin Maryam…” (QS. Al
Ahzab:7)
“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang apa yang telah diwasiatkan-
Nya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa
yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu:
Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah-belah tentangnya”
(QS. Asy Syuraa:13)
Adapun terhadap para Rasul yang tidak kita ketahui nama-namanya, kita
beriman secara global. Allah Ta’ala berfirman,
َعلَيْك
َ ص ُ علَيْكَ َو ِم ْن ُهم َّمن لَّ ْم نَ ْق
ْ ص َ صنَا ُ س ْلنَا ُر
َ َسال ِمن قَ ْبلِكَ ِم ْن ُهم َّمن ق
ْ ص َ َولَقَ ْد أ َ ْر
“Dan sesungguhnya telah Kami utus bebrapa orang rasul sebelum kamu,
di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara
mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu” (QS. Al
Mukmin:78). (Syarhu Ushuulil Iman,hal 35)
س ِّل َو َكانَ للاُ َع ِّزيزا َح ِّكيما ُّ علَى للاِّ ُح َّجةُُُ بَع َد
ُ الر ِّ َّسال ُّمبَ ِّش ِّرينَ َو ُمنذ ِِّّرينَ ِّلئَالَّ يَ ُكونَ ِّللن
َ اس ُ ُّر
73
Ayat ini merupakan dalil bahwa tugas para Rasul ialah memberikan kabar
gembira bagi siapa saja yang mentaati Allah dan mengikuti keridhaan-
Nya dengan melakukan kebaikan. Dan bagi siapa yang menentang
perintah-Nya dan mendustakan para rasul-Nya akan diancam dengan
hukum dan siksaan. (Husuulul Ma’muul bi Syarhi Tsalaatsatil Ushuulhal
195-196)
Para ulama berdalil dengan ayat ini bahwa Nuh adalah rasul pertama.
Sisi pendalilannya adalah dari kalimat “dan nabi-nabi yang
kemudiannya”. Jika ada rasul sebelum Nuh tentunya akan dikatakan
dalam ayat ini.
Adapun dalil dari sunnah adalah sebuah hadist shahih tentang syafa’at,
ketika manusia mendatangi Nabi Adam untuk meminta syafaat, beliau
berkata kepada mereka, “Pergilah kalian kepada Nuh, karena ia adalah
rasul pertama yang diutus ke muka bumi”. Maka mereka pun mendatangi
Nuh dan berkata: “engkau adalah rasul pertama yang diutus ke bumi…”
(Muttafaqun ‘alaihi). Hadist ini merupakan dalil yang paling kuat
menunjukkan bahwa Nuh adalah rasul pertama. Dan Nabi Adam sendiri
menyebutkan bahwa Nuh sebagai Rasul pertama di atas muka bumi.
(Husuulul Ma’muul bi Syarhi Tsalaatsatil Ushuulhal 196-197)
74
Sedangkan Rasul yang terakhir adalah Muhammad sholallahu ‘alaihi wa
salaam. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala.
ع ِليما
َ ٍَىء ُ َّما َكانَ ُم َح َّم ٌد أَبَآ أ َ َح ٍد ِمن ِر َجا ِل ُك ْم َولَ ِكن َّر
ْ سو َل هللاِ َوخَات ََم النَّبِيِينَ َو َكانَ هللاُ بِ ُك ِل ش
75
Semoga Allah Ta’ala senantiasa menetapkan hati kita kepada keimanan
yang benar. Washolallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad.
Iman kepada hari akhir hukumnya wajib dan kedudukannya dalam agama
merupakan salah satu di antara rukun iman yang enam. Banyak sekali
Allah Ta’ala menggandengkan antara iman kepada Allah dan iman
kepada hari akhir, karena barangsiapa yang tidak beriman kepada hari
akhir, tidak mungkin akan beriman kepada Allah. Orang yang tidak
beriman dengan hari akhir tidak akan beramal, karena seseorang tidak
akan beramal kecuali dia mengharapkan kenikmatan di hari akhir dan
takut terhadap adzab di hari akhir.[1]
Disebut hari akhir karena pada hari itu tidak ada hari lagi setelahnya, saat
itu merupakan tahapan yang terakhir[2]. Keimanan yang benar terhadap
hari akhir mancakup tiga hal pokok yaitu mengimani adanya hari
kebangkitan, mengimani adanya hisaab (perhitungan)
dan jazaa’ (balasan), serta mengimani tentang surga dan neraka.
Termasuk juga keimanan kepada hari akhir adalah mengimani segala
peristiwa yang akan terjadi setelah kematian seperti fitnah kubur, adzab
kubur, dan nikmat kubur.
76
ب َك َما بَ َدأنَآ أ َ َّو َل خَلق
ِّ ُ لس ِّج ِّل ِّلل ُكت
ِّ طي ِّ اَ س َمآ َء َك
َّ يَو َم نَط ِّوي ال
}104{ َعلَينَآ ِّإنَّا ُكنَّا فَا ِّع ِّلين َ نُّ ِّعي ُدهُ َوعدا
“Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran –
lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama
begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami
tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya.” (QS. Al
Anbiyaa’:104)
َ{ ث ُ َّم ِّإنَّ ُكم يَو َم ال ِّقيَا َم ِّة تُبعَثُون15} َث ُ َّم إِّنَّ ُكم بَع َد ذَ ِّل َك لَ َميِّتُون
{16}
“Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan
mati(15). Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan
(dari kuburmu) di hari kiamat.(16)” (QS. Al Mukminun:15-16)
77
juga telah ditetapkan oleh Al Quran, As Sunnah dan ijmaa’ kaum
muslimin.
ط ِّليَو ِّم ال ِّقيَا َم ِّة فَالَ تُظلَ ُم نَفس شَيئا َوإِّن َ ض ُع ال َم َو ِّازينَ ال ِّقس
َ ََون
ََكانَ ِّمثقَا َل َحبَّة ِّمن خَر َدل أ َتَينَا بِّ َها َو َكفَى بِّنَا َحا ِّس ِّبين
{47}
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka
tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu)
hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan
cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (QS. Al Anbiyaa’:47)
ومن هم بحسنة فلم يعملها كتبت له حسنة فإن عملها كتبت له
عشرا ومن هم بسيئة فلم يعملها لم تكتب شيئا فإن عملها كتبت
سيئة واحدة
“Barangsiapa yang berniat melakukam suatu kebaikan, lalu
mengerjakannya, maka Allah telah menulisnya sepuluh hingga tujuh ratus
kebaikan, bahkan sampai kelipatan yang lebih banyak lagi. Sedangkan
barangsiapa yang berniat melakukan keburukan, lalu mengerjakannya,
maka Allah hanya akan menulisnya satu keburukan saja“ [5].
78
Mengimani Adanya Surga dan Neraka
Hal lain yang harus diimani seorang muslim adalah tentang surga dan
neraka. Keduanya merupakan tempat kembali yang abadi bagi makhluk.
Surga adalah kampung kenikmatan yang dipersiapkan oleh
Allah Ta’ala bagi orang-orang yang beriman. Sedangkan neraka adalah
hunian yang penuh dengan adzab yang dipersiapkan oleh
Allah Ta’ala untuk orang-orang kafir. Allah Ta’ala berfirman :
Berkaitan dengan surga dan neraka, ada beberapa hal penting yang
merupakan keyakinan ahlus sunnah yang membedakannya dengan ahlul
bid’ah :
Keberadaan surga dan nereka adalah haq (benar adanya). Tidak ada
keraguan di dalamnya. Neraka disediakan bagi musuh-musuh Allah,
sedangkan surga dijanjikan bagi wali-wali Allah. Penyebutan tentang
surga dan neraka dalam Al Quran dan As Sunnah sangatlah banyak.
Terkadang disebutkan tentang kondisi penduduk surga dan neraka.
Terkadang disebutkan tentang janji kenikmatan surga dan adzab di
neraka. Terkadang disebutkan dorongan agar bersemangat meraih surga
dan ancaman dari neraka. Demikian pula As Sunnah banyak
menyebutkan tentang surga dan neraka. Itu semua menunjukkan bahwa
keberadaan surga dan neraka adalah benar adanya. [7]
79
Kedua: Surga dan Neraka Sekarang Sudah Ada
ُاوات
َ س َم
َّ ض َها ال َ عوا إِّلَى َمغ ِّف َرة ِّمن َّربِّ ُكم َو َجنَّة
ُ عر ُ ار
ِّ س
َ َو
}133 { َض أ ُ ِّعدَّت ِّلل ُمت َّ ِّقين
ُ َواِلَر
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada
surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang telah disediakan untuk
orang-orang yang bertakwa” (QS. Ali Imran:133)
80
saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini,
lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim.”” (QS. Al
A’raf: 19)
Surga ada setelah ditiupkannya ruh pada diri Adam. Hal ini menunjukkan
surga sudah ada sebelum penciptaan Adam. [9].
ِّ َولَقَد ذَ َرأنَا ِّل َج َهنَّ َم َكثِّيرا ِّمنَ ال ِّج ِّن َوا ِّإل
نس
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)
kebanyakan dari jin dan manusia … ”(QS. Al A’raf: 179)
إن للا خلق للجنة أهال خلقهم لها وهم في أصالب آبائهم وخلق
للنار أهال خلقهم لها وهم في أصالب آبائهم
“… Sesungguhnya Allah telah menciptakan para penghuni untuk jannah.
Allah telah menentukan mereka sebagai penghuninya, sedangkan
mereka masih dalam tulang sulbi bapak-bapak mereka. Allah juga telah
menciptakan para penghuni bagi neraka. Allah telah menentukan mereka
sebagai penghuninya, padahal mereka masih dalam tulang sulbi bapak-
bapak mereka” [10].[11]
81
ُاوات
َ س َم
َّ ت ال ُ ََوأ َ َّما الَّذِّين
ِّ س ِّعدُوا فَ ِّفي ال َجنَّ ِّة خَا ِّلدِّينَ فِّي َها َما َدا َم
}108{ طآء غَي َر َمجذُوذ َ ع َ ض إِّلَّ َماشَآ َء َرب َُّك ُ َواِلَر
“Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam
surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika
Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-
putusnya.” (Huud:108)
ينادي مناد إن لكم أن تصحوا فال تسقموا أبدا وإن لكم أن تحيوا
فال تموتوا أبدا وإن لكم أن تشبوا فال تهرموا أبدا وإن لكم أن
تنعموا فال تبأسوا أبدا فذلك قوله عز وجل } ونودوا أن تلكم
} الجنة أورثتموها بما كنتم تعملون
“Datanglah suara berkumandang :Wahai ahli surga, sesungguhnya kamu
sekalian akan sehat dan tak pernah sakit. Kamu sekalian akan menjadi
muda belia dan tak pernah tua lagi. Dan kalian pun akan hidup dan tak
akan pernah mati.”[12].
82
Mengimanai Fitnah, Adzab, dan Nikmat Kubur
83
Faedah Iman yang Benar
• 1) Takdir Azali
• 2) Takdir ‘umri
• 3) Takdir Sanawi
• 4) Takdir Yaumi.
• Berikut penjelasannya:
84
1) Takdir Azali
• Yaitu takdir yang ditulis dalam lauhil mahfudz 50.000 tahun sebelum
penciptaan langit dan bumi. Takdir azali ini adalah takdir yang
merupakan takdir utama yang pasti terjadi bagi semua mahkluk.
• Allah berfirman,
85
:أأأأأأ أأأأأأأ أأأأأ
أأأأأأأأأأ أأأأأ أأأأأأأأ
• “Allah menentukan berbagai ketentuan para makhluk, 50.000 tahun
sebelum menciptakan langit dan bumi. “Beliau bersabda, “Dan adalah
)‘Arsy-Nya di atas air.” (HR. Muslim
86
أأأأأأأأأأأ أأأأأأأأأ أأأأ
أأأأأأأأ
• “Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya
dalam perut ibunya selama mpat puluh hari, kemudian menjadi
segumpal darah seperti itu pula (empat puluh hari), kemudian menjadi
segumpal daging seperti itu pula, kemudian Dia mengutus seorang
Malaikat untuk meniupkan ruh padanya, dan diperintahkan (untuk
menulis) dengan empat kalimat: untuk menulis rizkinya, ajalnya,
amalnya, dan celaka atau bahagia(nya).” (HR. Bukhari Muslim)
3) Takdir Sanawi
• Takdir yang berlaku tahunan dan ditulis kejadian setahun ke depan
setiap malam lailatul qadar.
• Allah berfirman,
•أأأأأأأأأ أأأأأأأأأأأأأأ
أأأأأأأأأأ أأأأأأ أأأأأأأأ
أأأأأأأأأ أأأأ أأأأأ أأأأأأ
87
أأأأأأأ أأأأ أأأأأأأ
أأأأأأأأ أأأأأأأأأ
• “Pada malam itu turun para Malaikat dan juga Malaikat Jibril dengan
izin Rabb-nya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh)
kesejahteraan sampai terbit fajar.” [Al-Qadr/97 : 4-5]
4) Takdir Yaumi
• Yaitu takdir yang berlaku harian.
• “Perubahan takdir (‘umri, sanawi dan yaumi) ini tertulis dalam takdir
azali di lauhil mahfudz.”
• Contohnya: bisa saja dalam takdir ‘umri tertulis dia seorang yang
celaka, tetapi karena dia bersungguh-sungguh mencari hidayah, maka
ia menjadi orang yang beruntung. Perubahan takdir ‘umri ini tertulis
dalam lauhil mahfudz.
• Ini juga yang dimaksud dengan “takdir bisa dirubah dengan doa”.
88
• ۗ ۗۗۗ ۗۗۗۗۗ ۗۗ ۗۗۗۗۗۗ
• “Tidaklah merubah suatu takdir melainkan doa.” [HR. Al Hakim, hasan]
89
CINTA DAN BENCI DALAM ISLAM
Pembahasan tentang cinta dan benci dalam Islam masuk dalam ranah
pembahasan akidah yang sering diistilahkan dengan al wala’ wal
bara’. Al-Wala’ artinya mencintai kaum muslimin dan membantu mereka
serta memuliakan dan menghormati mereka dan berusaha dekat dengan
mereka. Al-Bara’ artinya membenci orang-orang kafir dan menjauhi serta
memusuhi mereka. Akidah al wala’ wal bara’ merupakan sesuatu yang
penting karena:
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim
dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata
90
kepada kaum mereka, ‘Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dari
apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan
telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian untuk
selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.’ Kecuali
perkataan Ibrahim kepada bapaknya, ‘Sesungguhnya aku akan
memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak
sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah.’ (Ibrahim berkata), ‘Ya Tuhan kami
hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada
Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali’”
(Al-Mumtahanah: 4).
Jenis-jenis muwalah
Sikap wala’ (cinta dan loyal) terhadap orang kafir ada dua macam :
91
• Sikap muwalah sughra. Yaitu sikap mencintai orang-orang kafir dan
musyrik karena alasan dunia dan tidak disertai pembelaan terhadap
mereka. Hukum sikap seperti ini adalah haram dan termasuk dosa
besar, namun bukan merupakan kekufuran. Dalilnya adalah firman
Allah:
Ada tiga golongan orang dalam al wala’ wal bara’ yang harus kita
perhatikan:
92
• Orang yang harus kita cintai secara total dan tidak disertai kebencian.
Mereka adalah mukmin yang sempurna keimanannya, yaitu para
Nabi, shiddiqin, syuhada’, dan orang-orang shalih. Tentu saja yang
paling terdepan di antara mereka adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Beliaulah yang mendapat kecintaan paling besar
dibandingkan cinta seseorang kepada anaknya, orangtuanya, dan
seluruh manusia. Kemudian setelah itu adalah para istri-istri Nabi dan
keluarga beliau, serta para sahabat Nabiradiyallahu
‘anhum. Kemudian orang-orang yang mengkuti jalannya para sahabat,
seperti imam yang empat. Allah Ta’ala berfirman :
• Orang yang harus kita benci dan kita musuhi secara mutlak, serta
tidak boleh mencintai dan loyal terhadap mereka. Mereka adalah
orang-orang kafir, musyrik, munafik, dan orang yang murtad,
sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Mujadilah ayat 22.
• Orang yang kita cintai dan sekaligus kita benci. Pada diri mereka
terkumpul kecintaan sekaligus kebencian, mereka adalah orang
mukmin yang bermaksiat. Kita mencintai mereka karena mereka
adalah orang yang beriman, dan kita membenci mereka karena
93
maksiat mereka yang tidak termasuk kemusyrikan dan kekafiran.
Kecintaan kepada mereka menuntut seseorang untuk menasehati
mereka dan mengingkarinya. Tidak boleh diam terhadap maksiat
mereka, bahkan harus mengingkarinya dan memerintahkan mereka
untuk berbuat baik dan mencegah kemungkaran. Namun tidak boleh
seseorang membenci mereka secara mutlak dan berlepas diri dari
mereka seperti perbuatan khawarij (dalam masalah
ini, khawarij berpendapat bahwa pelaku dosa besar adalah kafir.)
terhadap pelaku dosa besar yang bukan dosa kekafiran. Tidak boleh
pula mencintai dan loyal secara mutlak terhadap mereka seperti
perbuatan murji’ah (dalam masalah ini, murji’ah berpendapat bahwa
pelaku dosa besar tetap seorang mukmin yang sempurna imannya).
Kita harus bersikap adil terhadap mereka, mencintai karena keimanan
mereka, dan membenci karena kemaksiatan yang mereka lakukan.
Inilah madzhab ahlussunnah wal jama’ah (Lihat Al-Wala’ wal Bara’ fil
Islam 27-30).
94
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari
akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang
Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-
anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Meraka itulah
orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan
menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya.
Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka,
dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka
itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu
adalah golongan yang beruntung” (Al Mujadilah: 22).
95