1Delirium yang tidak diinduksi oleh alkohol atau zat psikoaktif lainnya 3A
2 Intoksikasi akut zat psikoaktif 3B
3 Adiksi/ketergantungan Narkoba 3A
4 Delirium yang diinduksi oleh alkohol atau zat psikoaktif lainnya 3A
5 Skizofrenia 3A
6 Gangguan waham 3A
7 Gangguan psikotik 3A
8 Gangguan skizoafektif 3A
9 Gangguan bipolar, episode manik 3A
10 Gangguan bipolar, episode depresif 3A
11 Gangguan siklotimia 2
12 Depresi endogen, episode tunggal dan rekuran 2
13 Gangguan distimia (depresi neurosis) 2
14 Gangguan depresif yang tidak terklasifikasikan 2
15 Baby blues (post-partum depression) 3A
16 Agorafobia dengan/tanpa panik 2
17 Fobia sosial 2
18 Fobia spesifik 2
19 Gangguan panik 3A
20 Gangguan cemas menyeluruh 3A
21 Gangguan campuran cemas depresi 3A
22 Gangguan obsesif-kompulsif 2
23 Reaksi terhadap stres yg berat, & gangguan penyesuaian 2
24 Post traumatic stress disorder 3A
25 Gangguan disosiasi (konversi) 2
26 Gangguan somatoform 4A
27 Trikotilomania 3A
28 Gangguan kepribadian 2
29 Gangguan identitas gender 2
30 Gangguan preferensi seksual 2
31 Gangguan perkembangan pervasif 2
32 Retardasi mental 3A
33 Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif (termasuk autisme) 2
34 Gangguan tingkah laku (conduct disorder) 2
35 Anoreksia nervosa 2
36 Bulimia 2
37 Pica 2
38 Gilles de la tourette syndrome 2
39 Chronic motor of vocal tics disorder 2
40 Transient tics disorder 3A
41 Functional encoperasis 2
42 Functional enuresis 2
43 Uncoordinated speech 2
44 Parafilia 2
45 Gangguan keinginan dan gairah seksual 3A
46Gangguan orgasmus, termasuk gangguan ejakulasi (ejakulasi dini)3A
47Sexual pain disorder (termasuk vaginismus,diparenia) 3A
48 Insomnia 4A
49 Hipersomnia 3A
50 Sleep-wake cycle disturbance 2
51 Nightmare 2
52 Sleep walking 2
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia, gangguan jiwa dibagi
menjadi :
1. Gangguan mental organic
2. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif
3. Skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham
4. Gangguan mood/afektif
5. Gangguan neurotic, gangguan somatoform, dan gangguan terkait stress
6. Gangguan kepribadian dan perilaku dewasa
7. Sindroma perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan factor fisik
8. Retardasi mental
9. Gangguan perkembangan psikologis
10. Gangguan perilaku dan emosional dengan onset usia anak dan remaja
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I
Gangguan Klinis (F00-09, F10-29, F20-29, F30-39, F40-48, F50-59, F62-68, F80-89, F90-
98, F99). Kondisi Lain yang Menjadi Focus Perhatian Klinis (tidak ada diagnosis à Z03.2,
diagnosis tertunda à R69)
Aksis II
Gangguan Kepribadian (F60-61, gambaran kepribadian maladaptive, mekanisme defensi
maladaptif). Retardasi Mental (F70-79) (tidak ada diagnosis à Z03.2, diagnosis tertunda à
R46.8)
Aksis III
Kondisi Medik Umum
Aksis IV
Masalah Psikososial dan Lingkungan (keluarga, lingkungan social, pendidikan, pekerjaan,
perumahan, ekonomi, akses pelayanan kesehatan, hukum, psikososial)
Aksis V
Penilaian Fungsi Secara Global (Global Assesment of Functioning = GAF Scale). Biasanya
untuk fungsi psikologis, sosial dan okupasional.
LAPORAN KASUS
EPISODE DEPRESI BERAT DENGAN GEJALA PSIKOTIK ( F32.3 )
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M. GR
Jenis Kelamin : Laki-laki
TTL : Makassar 4 Juni 1986
Status Perkawinan : Menikah
Warga Negara : Indonesia
Suku Bangsa : Bugis Makassar
Pendidikan / Sekolah : SMA
Alamat/Tlp : BTN Minasa Upa
B. LAPORAN PSIKIATRI
Alloanamnesa didapatkan dari :
Nama : Tn. S.R
Pendidikan : S1
Agama : ISLAM
Alamat : BTN. Minasa Upa
Hubungan Dengan Pasien : Ayah Kandung
Keluhan Utama :
Gelisah, Susah tidur
Hendaya/ Disfungsi
Hendaya Sosial ( +)
Hendaya Pekerjaan (+)
Hendaya Waktu senggang (+)
Riwayat Pendidikan
- Pasien Tamat SMA
Riwayat Pekerjaan
- Pekerjaan Wiraswasta
Riwayat Pernikahan
- Sudah menikah selama 1 tahun 5 bulan
Riwayat Keluarga
- Tinggal bersama Ayah
- Hubungan dengan keluarga baik, akan tetapi sudah beberapa minggu pasien tidak ingin
bersosialisasi.
- Anak kedua dari 3 bersaudara
Riwayat Agama :
ISLAM, Pasien rajin melaksanakan ibadah sholat 5 waktu namun semenjak mengalami
perubahan perilaku pasien lebih sering menyendiri dan tidak ingin bersosialisasi.
Gangguan Persepsi
a. Halusinasi
Halusinasi Audiotorik : Pasien biasa mendengar suara istrinya memenggil-manggil
padahal sedang tinggal berjauhan.
Halusinasi Visual : Tidak didapatkan
b. Ilusi : Tidak ada
c. Depersonalisasi : Tidak ada
d. Derealisasi : Tidak ada
Pikiran
a. Arus Pikiran : Relevan, Koheren
b. Gangguan Isi Pikir : Ide-Ide Curiga
Pengendalian Impuls
Tidak terganggu
Daya Nilai dan Tilikan
Norma Sosial : Tidak Terganggu
Uji daya nilai : Tidak Terganggu
Penilaian Realitas : Terganggu
Tilikan : Derajat 6 ( Pasien mengetahui dirinya sakit dan mau berobat )
Status Internus
Tensi : 130/110 mmHg
Nadi : 98x/m
Suhu : 36,2 C
Status Neurologis
GCS : Composmentis E4M6V5
Aksis I
Berdasarkan alloanamnesis, autoananamnesis dan penilaian status mental didapatkan gejala
klinis berupa gelisah, susah tidur, kurang bersemangat, kadang pasien berbicara sendiri, tidak ingin
bersosialisasi, pasien sering menyendiri Keadaan ini menimbulkan distress kepada pasien dan orang-
orang disekitarnya terutama keluarganya, sehingga dapat disimpulkan pasien mengalami Gangguan
Jiwa.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan bahwa pasien mengalami hendaya dalam menilai
realita berupa halusinasi auditorik, yaitu mendengar seuara-suara istrinya padahal sedang tinggal
berjauhan, sehingga dapat dimasukkan dalam Gejala Psikotik.
Pada Alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status mental adaya Afek yang
menurun, keadaan tidak bersemangat, dan keadaan ahnedonia dimana pasien seperti kehilangan minat
untuk melakukan aktivitas apapun, didapatkan pula adanya penurunan berat badan yang drastis,
sehingga dapat dimasukkan ke dalam Episode Depresi Berat.
Aksis II
Berdasarkan Autoanamnesis tidak didapatkan kepribadian yang mengarah ke salah satu
kepribadian sehingga ciri kepribadian tidak khas.
Aksis III
Tidak ada diagnosis
Aksis IV
Pasien ada masalah keluarga dengan istri, ada permasalahan sejak bulan desember 2015, dan
sudah seminggu tidak ada komunikasi dengan istri. Akhir-akhir ini Pasien suka menyendiri dan tidak
ingin bersosialisasi.
Aksis V
GAF Scale 80 -71 : Gejala Sementara dan dapat diatasi, Disabilitas ringan dalam sosial dan
pekerjaan.
II. ANAMNESA
a. KELUHAN UTAMA
Pasien sering bicara sendiri, marah-marah dan memukuli ayahnya
b. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
AUTOANAMNESIS
Wawancara dengan pasien dilakukan di salah satu ruang pemeriksaan di Poli Psikiatri RSD Dr.
Soebandi Jember. Ketika pasien dipanggil masuk dan didampingi kakak dan pamannya, pasien hanya
diam saja dan langsung duduk di ruang pemeriksaan. Pandangan pasien tampak kosong dan tidak
memperhatikan pemeriksa, pasien diam dan sering menggerakkan kakinya. Ketika ditanya tentang
identitasnya, siapa namanya pasien menjawab dia bernama Zaelani dan saat ditanya berapa umurnya,
dia hanya menjawab mulai tahun 1978 sekarang 2009, setelah menjawab pasien diam kembali sambil
menggerak-gerakkan kakinya (saat ditanya ke kakak dan pamannya sekarang umurnya 30 tahun).
Ketika ditanya dimana alamat rumahnya, dia menjawab di sebelah masjid, saat ditanya masjid mana,
dia menjawab di Kencong, kemudian pamannya menjelaskan kalau rumahnya benar di dekat masjid
An-Nur Ponjen Kencong. Saat ditanya dengan siapa datang kesini dan kenapa, pasien menyatakan dia
datang diantar oleh kakak pertamanya dan pamannya, dia tidak tahu mengapa dibawa ke rumah sakit
padahal dia tidak sakit. Saat ditanya dia tinggal serumah dengan siapa saja, pasien menyatakan dia
tinggal sendiri, ibu sudah meninggal dan saat ditanya ayah dimana dia menjawab tidak tahu. Waktu
ditanya apakah sudah menikah dan mempunyai anak, pasien menjawab sudah menikah dan punya tiga
orang anak yang masih kecil, padahal sebenarnya pasien belum menikah. Ketika ditanya tentang apa
yang dirasakan sekarang, pasien menyatakan kalau dia tidak merasakan apa-apa. Saat ditanya kerja
apa, pasien menjawab kerja tani, bertani apa, pasien menjawab nanam ketela dan langsung cerita
seputar tanaman yang dia tanam yang tidak jelas maksudnya dan sulit dimengerti. Menurut keluarga,
pasien sering mukul ayahnya dan sering keluar dari rumah. Saat ditanya hal itu pasien menjawab tidak
pernah mukul ayahnya, setelah ditanya lebih lanjut akhirnya pasien cerita kalau ayahnya sudah
dilarang angkat kayu tapi tidak mau, menurut dia ayahnya bisa terbakar karena yang diangkat adalah
kayu bakar. Saat ditanya kenapa sering keluar rumah, pasien menjawab dari pada rumahnya hancur,
kenapa bisa hancur, pasien menjawab kalau lantai rumahnya sudah jelek mau diganti keramik
karena keramik itu lebih bagus, selanjutnya pasien menjelaskan tentang keramik yang sulit dimengerti
maksudnya.
Ketika ditanya cita-citanya apa, pasien menjawab tidak ada padahal menurut keluarga, pasien
dulu ingin jadi tentara tetapi tidak diterima. Saat ditanya apa dulu mau jadi tentara, pasien menjawab
iya dulu, sejak ibu meninggal sudah tidak lagi, dulu pernah tes tetapi tidak lulus karena tinggi
badannya kurang. Kemudian pasien mengeluarkan rokok dan uangnya untuk dilihatkan pada kakak
dan pamannya. Ketika dsuruh membaca tulisan yang ada di rokoknya, pasien bilang tidak bisa
membaca, menurut dia pilot bisa membaca karena pilot itu pintar, kalau dia cuma tani jadi tidak bisa
membaca. Saat disuruh menghitung jumlah uangnya pasien dapat menghitung dengan benar.
Berikutnya saat ditanya berapa kali pasien mandi dalam sehari, dia menjawab dua kali sehari.
Sholatnya bagaimana, pasien menjawab tidak pernah sholat, mengapa tidak pernah sholat, pasien
hanya bilang tidak apaapa. Saat ditanya apakah sering mendengar bisikan-bisikan atau melihat sesuatu
yang tidak didengar atau dilihat orang lain, pasien menjawab tidak pernah mendengar apa-apa dan
tidak pernah melihat bayangan-bayangan, dia tinggal di rumah cuma sendiri.
HETEROANAMNESIS
Heteroanamnesis dilakukan pada kakak dan paman pasien di tempat yang sama. Paman pasien
menyatakan pasien tiba-tiba bicara ngelantur sendiri, tertawa sendiri, bernyanyi, berjoget, kadang
marah-marah sudah sejak lima tahun ini, suasanan hatinya sering berubah-ubah tanpa ada sebab yang
jelas. Ketika marah pasien sering memukuli ayahnya dengan besi, dua minggu yang lalu hal itu
terjadi, sejak kejadian itu ayah pasien sekarang tinggal bersama kakak pertamanya. Pasien juga sering
keluar, kadang di luar mukuli orangorang, sehingga keluarga pasien jadi khawatir. Saat malampun
juga seperti itu, pasien susah tidur dan akhirnya keluar rumah.
Awalnya dulu memang pasien sudah sakit seperti ini tapi kakak pasien lupa kapan tepatnya lebih
kurang lima tahun yang lalu sejak pasien tidak diterima masuk TNI, sejak saat itu pasien sering
melamun dan pandangan kosong, keluar rumah seperti orang ling-lung, lama-kelamaan menjadi
tambah parah. Pasien tidak pernah di bawa berobat ke rumah sakit. Oleh keluarga hanya dibawa ke
dukun dan pasien sempat dirawat dirumah dukun selama tiga bulan, setelah pasien dirawat di rumah
dukun keadaan pasienmembaik dan pasien dipulangkan. Beberapa bulan kemudian pasien kumat
lagi, oleh keluarga dibawa ke mantri dan diberi suntikan penenang. Karena keadaan pasien yang tidak
membaik juga dan bertambah parah seluruh keluarga menganjurkan untuk di bawa ke Poli Psikiatri
RSD Dr. Soebandi Jember.
Pasien tinggal dirumah dengan ayahnya, ibunya sudah lama meninggal. Sejak ayah pasien sering
dipukul, keluarga memutuskan membawa ayahnya ke rumah kakak pertama, sehingga sekarang
pasien tinggal sendiri di rumah. Ayahnya seorang petani, pasien juga membantu ayahnya bertani,
akan tetapi sekarang pasien tidak bejerja lagi. Kadang keluarga datang ke rumah pasien untuk
membawakan makanan dan melihat keadaan pasien. Menurut kakak pasien, makan dan minumnya
enak, setiap hari makanan selalu dihabiskan, tidak pernah pilih-pilih makanan, apa saja yang
diberikan selalu dimakan. Masalah yang dihadapi pasien saat ini adalah susah tidur, setiap malam
pasien selalu terbangun dan keluar rumah, keluarnya tidak jelas kemana, akan tetapi pasien tidak
pernah lupa pulang. Kegiatan sehari-hari pasien dirumah tidak ada, kalau tidak jalan-jalan keluar
pasien hanya diam di rumah saja. Pasien belum menikah. Pendidikan terakhir pasien adalah SMU.
Menurut paman pasien, tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti pasien.
d. RIWAYAT PENGOBATAN
Pasien pernah dibawa ke dukun dan sempat dirawat di rumah dukun selama tiga bulan, setelah tiga
bulan dirawat pasien pulang ke rumah karena keadaannya sudah membaik. Beberapa bulan kemudian
pasien kambuh lagi, kemudian pasien dibawa ke mantri dan diberi suntikan penenang, karena keadaan
tidak juga membaik akhirnya pasien dibawa berobat ke Poli Psikiatri RSD Dr. Soebandi.
f. RIWAYAT SOSIAL
1. Pendidikan : Sekolah Menengah Umum
2. Premorbid : Cenderung pendiam
3. Faktor Organik : (Tidak ditemukan)
4. Faktor Keturunan : Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti pasien
5. Faktor Pencetus : Pasien gagal mengikuti tes masuk TNI
6. Faktor Psikososial : Hubungan pasien dengan anggota keluarga yang lain baik
Kontak :
Mata (+), Verbal (+)
Kesadaran :
Kualitatif : Psikotik Kuantitatif : GCS 4-5-6
Afek / Emosi :
Datar
Proses Berpikir :
Bentuk : Non Realistik
Arus : Tidak relevan/inkoheren
Isi : Pikiran tidak menentu
Persepsi :
Halusinasi Auditorik (-)
Intelegensi :
Dalam batas normal
Kemauan :
menurun
Psikomotor :
meningkat
V. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I : Skizofrenia Hebefrenik
Aksis II : -
Aksis III : -
Aksis IV : Gagal masuk TNI
Aksis V : GAF Scale 70-61