Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH BUDAYA TERHADAP KOMUNIKASI

MAHASISWA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNISBA


2017

KARYA TULIS ILMIAH

diajukan untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Bahasa
Indonesia

disusun oleh :

Dhaifina Fakhrana

NPM 10080017053

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

BANDUNG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Komunikasi merupakan sebuah proses terjadinya interaksi dari
komunikator kepada komunikan, interaksi tersebut berupa pertukaran pesan
yang terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi
berlangsung dengan menggunakan media dan dapat terjadi umpan balik dari
komunikan kepada komunikator setelah terjadinya interaksi tersebut.
Dewasa ini peradaban manusia telah berkembang dengan sangat pesat.
Manusia selain sebagai makhluk sosial yang hidup berkelompok dan
berkomunikasi sesamanya, juga sebagai individu-individu dengan latar
belakang yang berlainan.
Dalam berkomunikasi dengan konteks keberagaman kebudayaan sering
kali menimbulkan masalah atau terjadinya hambatan-hambatan yang tidak
diharapkan sebelumnya. Misalnya saja dalam penggunaan bahasa, nilai atau
norma-norma masyarakat dan lain sebagainya.
Terdapat banyak bukti bahwa kekeliruan dalam menafsirkan suatu pesan,
atau perilaku komunikasi, dapat menimbulkan kesan dan penilaian buruk.
Bahkan, lebih jauh lagi, telah banyak mengakibatkan permusuhan, pertikaian,
malah peperangan antarras, antarsuku, bahkan antarnegara. Seperti contoh
berikut ini; suatu perang terjadi antara sebuah kerajaan dengan penjajah
karena perkara “sepele”. Ketika berkunjung ke kerajaan itu, komandan bule
mencium tangan sang permaisuri sebagai tanda penghormatan. Raja marah,
menganggap pemimpin kolonial itu kurang ajar (Khotimah, 2000; 47).
Ini menandakan bahwa komunikasi antarbudaya bukanlah hal baru dan
asing. Pada kegiatan komunikasi tersebut, ada yang menimbulkan masalah,
ada juga yang tidak. Maka dari itu, saya mengambil judul “Pengaruh Budaya
terhadap Komunikasi Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNISBA 2017”
karena ingin menambah wawasan tentang komunikasi terutama dalam aspek
komunikasi lintas budaya dan ingin meminimalisir masalah yang dapat terjadi
akibat dari kesalahpahaman di kalangan mahasiswa.

1.2. Identifikasi Masalah


1. Bagaimanakah budaya yang ada di daerah asal mahasiswa Fakultas Ilmu
Komunikasi UNISBA 2017 kelas B?
2. Bagaimana perbedaan budaya daerah mempengaruhi kegiatan
berkomunikasi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNISBA 2017
kelas B?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Mengetahui budaya yang ada di daerah asal mahasiswa Fakultas Ilmu
Komunikasi UNISBA 2017 kelas B.
2. Mengetahui pengaruh perbedaan budaya dalam kegiatan berkomunikasi
mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNISBA 2017 kelas B.

1.4. Ruang Lingkup


1. Penelitian ini ditujukan pada mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi
UNISBA 2017 Kelas B.
2. Penelitian ini mengamati budaya-budaya daerah asal mahasiswa yang
mempengaruhi kegiatan berkomunikasi.

1.5. Kemaknawian Penelitian


1.5.1 Manfaat Teoritis
Memahami khazanah dalam berkomunikasi khususnya dalam aspek
komunikasi lintas budaya.
1.5.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini sebagai bukti bahwa dengan adanya perbedaan budaya
dapat memberikan manfaat untuk membangun dan menciptakan sikap
toleransi dan saling menghargai satu sama lain terutama di kalangan
mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNISBA 2017 kelas B.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu


Tabel 1. Penelitian Terdahulu
1 2 3
Dampak Migrasi Memahami Pengaruh
Terhadap Komunikasi Komunikasi Budaya
Lintas Budaya Antarbudaya Terhadap
Komunikasi
Judul
Mahasiswa
Fakultas Ilmu
Komunikasi
UNISBA 2017
Konsep migrasi, Konsep persepsi, Konsep budaya,
komunikasi, lintas komunikasi komunikasi,
budaya antarbudaya, komunikasi
Teori
komunikasi lintas budaya,
verbal dan mahasiswa
nonverbal
Kualitatif, Analisis
Metodologi Kualitatif, deskriptif
deskriptif deskriptif
Perubahan sosial yang Sekalipun
terjadi dalam dibesarkan dalam
kehidupan warga lingkungan
masyarakat Kabupaten budaya yang
Bengkalis terjadi sama, belum
dengan cepat yang tentu setiap orang
tinggal di daerah dalam kelompok
Hasil kecamatan yang maju tersebut itu akan
antara lain di daerah persis sama
Selat, Panjang, dalam berpikir
Mandau, Pinggir, dan dan berperilaku,
Bengkalis. Sedangkan karena akan ada
kecamatan yang jarang sub-sub kultur
dijadikan migran yang lebih
sebagai tempat menetap spesifik yang
lambat menerima berpengaruh
perubahan. terhadapnya.
Faktor penghambat
dalam hubungan sosial
kemasyarakatan pada
umumnya unsur darah,
unsur kebudayaan,
unsur daerah atau
danah dan daerahisme,
unsur minoritas dan
mayoritas secara
keseluruhan dapat
merugikan masyarakat.

2.2. Kerangka Teoritis


2.2.1. Budaya
Bertahun-tahun lalu Raymond Williams (1962) secara ringkas-
tegas mendefinisikan budaya sebagai “suatu cara hidup tertentu” yang
dibentuk oleh nilai, tradisi, kepercayaan, objek material, dan wilayah
(territory). Budaya adalah suatu ekologi yang kompleks dan dinamis
dari orang, benda, pandangan tentang dunia, kegiatan, dan latar
belakang (setting) yang secara fundamental bertahan lama tetapi juga
berubah dalam komunikasi dan interaksi sosial yang rutin. Budaya
adalah cara kita berbicara dan berpakaian, makanan yang kita makan
dan cara kita menyiapkan dan mengkonsumsinya, dewa-dewa yaang
kita ciptakan dan cara kita memujanya, cara kita membagi waktu dan
ruang, dan semua detail lainnya yang membentuk kehidupan sehari-
hari. Perspektif mengenai budaya ini mengimplikasikan bahwa tak ada
budaya yang secara inheren lebih unggul dari budaya yang lain dan
bahwa kekayaan budaya tidak ada kaitan sama sekali dengan status
ekonomi (Lull, 1995; 77)

2.2.2. Komunikasi
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris
berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico,
communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to
make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut
sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin
lainnnya yang mirip. Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah
komunitas (community) yang juga menekankan kesamaan atau
kebersamaan. Komunitas adalah sekelompok orang yang berkumpul
atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu, dan mereka berbagi
makna dan sikap. Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada
definisi yang benar ataupun yang salah. Seperti juga model atau teori,
definisi harus dilihat dari kemanfaatannya untuk menjalaskan fenomena
yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin
terlalu sempit, misalnya “Komunikasi adalah penyampaian pesan
melalui media elektronik,” atau terlalu luas mislanya “Komunikasi
adalah interaksi antara dua makhluk hidup atau lebih,” sehingga para
peserta komunikasi ini mungkin termasuk hewan, tanaman, dan bahkan
jin (Mulyana, 2000; 45).
Banyak pengertian definisi menurut banyak ahli. Menurut Harold
Lasswell (cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah
dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What In
Which Channel To Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan
Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?.
Berdasarkan definisi Lasswell ini dapat diturunkann lima untur
komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu: Pertama,
sumber (source), sering disebut juga pengirim (sender), penyanyi
(encoder), komunikator (communicator), pembicara (speaker) atau
originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai
kebutuhan untuk berkomunikasi. Kedua, pesan, yaitu apa yang
dikomunikasikan oleh suber kepada penerima. Pesan merupakan
seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang mewakili perasaan.
Ketiga, saluran atau media, yakni alat ataupun wahana yang digunakan
sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Keempat,
penerima (receiver), sering juga disebut sasaran/tujuan (destination),
komunikate (communicatee), penyandi-balik (decoder), yakni orang
yang menerima pesan dari sumber. Kelima, efek, yaitu apa yang terjadi
pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya
penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur,
perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan
keyakinan, perubahan perilaku (dari tidak bersedia membeli barang
yang ditawarkan menjadi bersedia membelinya, atau dari tidak besedia
membelinya). Kelima unsur di atas sebenarnya belum lengkap, unsur-
unsur yang sering ditambahkan adalah, umpan balik (feed back),
gangguan/kendala komunikasi (noise/barriers), dan konteks atau situasi
komunikasi. Kesemua unsur itu saling bergantung dan atau tumpang
tindih, namun diasumsikan terdapat unsur-unsur utama yang dapat
diidentifikasi (Mulyana, 2000; 69)

2.2.3. Komunikasi Antar Budaya


Komunikasi Antar Budaya sebagai salah satu studi sistematik
mengenai apa yang terjadi apabila kontak atau interaksi antara orang-
orang yang berbeda latar belakang kebudayaannya memang relatif
masih baru. Masing-masing pihak yang terlibat dalam komunikasi antar
budaya (KAB) tersebut mempunyai perbedaan dalam aspek-aspek
tertentu, mislanya ideologi, orientasi dan gaya hidup serta masing-
masing pihak tiak mau memahami pihak lainnya maka berbagai
problema akan terjadi.
Pada mulanya, komunikasi antar budaya terjadi hanya dalam
lingkup masyarakat yang sangat kecil, yang merupakan golongan
minoritats. Misalnya pejabat-pejabat pemerintah atau pedagang-
pedagang tertentu yang mempunyai kepentingan dan keempatan untuk
berkunjung ke negeri-negeri lain. Bagian terbesar kelompok masyarakat
lainnya baru dalam dekade-dekade terakhir saja dapat pergi
meninggalkan tempat asalnya atau negaranya. Namun sekarang ini,
sejalan dengan kemjuan teknologi komunikasi keadaan tersebut telah
berubah karena duna saat ini dipenuhi oleh masyarakat manusia yang
bersifat mobil dan dinamis, siap untuk berjumpa dengan partner-partner
komunikasi yang sama sekali belum pernah dikenal maupun
terbayangkan sebelumnya (Daryanto dan Rahardjo, 2016; 197).

Hal yang paling krusial ketika membahas komunikasi antarbudaya


adalah masalah etnosentrisme, yaitu sikap atau pandangan yang
berpangkal pada masyarakat dan kebudayaan sendiri, yang biasanya
disedisertai sikap dan pandangan yang meremehkan masyarakat dan
budaya lain. Sehingga setiap kelompok budaya bahkan sampai pada
tingkatan individu dengan latar belakang budaya yang berbeda, akan
cenderung bersikap etnosentris. Bangsa-bangsa tertentu, dengan
etnosentrik yang dominan, diantaranya, adalah bangsa kulit putih –
yang dalam sejarah, telah mencatat lembaran hitam dalam menindas
bangsa kulit hitam, di Australia terhadap suku Aborigin, dan di
Amerika terhadap suku-suku Indian (Khotimah, 2000; 51-52).

2.2.4. Mahasiswa
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba
ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada
salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik,
politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas (Pujiono, 2015; 22).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif, dimana data yang
diperoleh dijelaskan serta dianalisis. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan pengisian angket/kuesioner.
Angket/kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi pertanyaan tertulis kepada para responden untuk
dijawab. Tipe angket yang digunakan adalah angket dengan pertanyaan
tertutup. Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang jawabanya telah
disediakan, sehingga akan membantu responden untuk menjawab dengan
cepat sesuai jawaban yang tersedia dan memudahkan peneliti dalam
menganalisis data terhadap seluruh angket yang terkumpul.
Angket/kuesioner ini dibagikan kepada mahasiswa kelas B Fakultas Ilmu
Komunikasi UNISBA 2017 baik laki-laki ataupun perempuan. Dalam kurun
waktu 5 hari didapatkan 36 orang responden. Kuesioner ini disebarkan untuk
mengetahui pengaruh budaya terhadap komunikasi mahasiswa Fakultas Ilmu
Komunikasi UNISBA 2017 kelas B karena di kelas ini terdapat perbedaan
budaya antar mahasiswa.
Berikut pertanyaan kuesioner yang diberikan :
1. Apakah di daerah asal anda memiliki budaya yang khas terkait dengan
aspek bahasa, berpakaian, tata krama dan cara berkomunikasi? *
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah budaya di daerah asal anda memiliki perbedaan dengan budaya
yang ada di daerah kampus? *
a. Ya
b. Tidak
c. Mungkin
3. Apakah perbedaan budaya memiliki pengaruh positif terhadap
berkomunikasi? *
a. Ya
b. Tidak
c. Mungkin
4. Apakah perbedaan budaya memiliki pengaruh negatif terhadap
berkomunikasi? *
a. Ya
b. Tidak
c. Mungkin
5. Apakah dampak negatif tersebut dapat diatasi dengan cara saling
meningkatkan rasa toleransi antar sesama? *
a. Ya
b. Tidak
c. Mungkin

3.2 Tahapan Penelitian


Tahap 1 : Identifikasi Masalah Penelitian
Identifikasi masalah dari penelitian ini adalah tentang budaya yang ada di
daerah asal mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Unisba 2017 kelas B dan
pengaruh dari perbedaan yang ada di budaya tiap daerah tersebut. Penelitian
ini dilakukan sebagai bukti bahwa perbedaan budaya dapat memberikan
manfaat untuk membangun dan menciptakan sikap toleransi dan saling
menghargai satu sama lain terutama di kalangan mahasiswa Fakultas Ilmu
Komunikasi Unisba 2017 kelas B
Tahap 2 : Tinjauan Kepustakaan
Penelitian ini didukung oleh teori-teori dari penelitian terdahulu. Teori yang
dibahas adalah teori budaya, komunikasi, komunikasi antarbudaya, dan
mahasiswa.

Tahap 3 : Metode Penelitian dan Pengumpulan Data


Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan cara membagikan angket/kuesioner tertutup kepada
responden.

Tahap 4 : Analisis dan Interpretasi Data


Analisis dilakukan dengan mengajukan pertanyaan tentang budaya,
perbedaan budaya, pengaruh budaya, dan cara meminimalisis pengaruh
negatif dari budaya. Setiap responden memiliki pendapat yang berbeda-beda
tentang hal ini.

Tahap 5 : Simpulan Penelitian


Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
budaya yang khas dan setuju akan adanya perbedaan budaya di tiap daerah.
Perbedaan budaya memiliki pengaruh positif dan negatif. Salah satu cara
untuk meminimalisir perbedaan negatif adalah dengan cara meningkatkan
rasa toleransi antar sesama.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Budaya yang ada di daerah asal mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi
UNISBA 2017 kelas B
Data penelitian ini dikumpulkan dengan cara membagikan
angket/kuesioner pada 36 responden mahasiswa kelas B Fakultas Ilmu
Komunikasi UNISBA 2017. Responden diberi pertanyaan “Apakah di daerah
asal anda memiliki budaya yang khas terkait dengan aspek bahasa,
berpakaian, tata krama dan cara berkomunikasi?”.
Pada umumnya setiap daerah memiliki budaya yang khas. Budaya khas
di setiap daerah adalah cara kita berbicara dan berpakaian, makanan yang kita
makan dan cara kita menyiapkan dan mengkonsumsinya, dewa-dewa yang
kita ciptakan dan cara kita memujanya, cara kita membagi waktu dan ruang,
dan semua detail lainnya yang membentuk kehidupan sehari-hari (Lull, 1995;
77)

4 orang
(10,3%)

Ya
Tidak

32 orang
(89,7%)

Diagram 1. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Budaya Khas yang Dimiliki


Daerahnya Terkait dengan Aspek Bahasa, Berpakaian, Tata Krama dan Cara
Berkomunikasi
Berdasarkan data yang diperoleh (Diagram 1) menunjukan bahwa 32
orang (89,90%) responden memiliki budaya yang khas di daerahnya terkait
dengan aspek bahasa, berpakaian, tata krama dan cara berkomunikasi dan 4
orang (11,10%) responden tidak memiliki budaya yang khas di daerahnya
terkait dengan aspek bahasa, berpakaian, tata krama dan cara berkomunikasi.

4.2 Perbedaan Budaya Daerah Mempengaruhi Kegiatan Berkomunikasi


Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNISBA 2017 kelas B
Pertama, responden diberi pertanyaan “Apakah terdapat perbedaan
budaya antara daerah asal dengan daerah di kampus?”.

9 orang
(25%)
Ya
18 orang Tidak
(50%)
Mungkin
9 orang
(25%)

Diagram 2. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Terdapatnya Perbedaan


Budaya Antara Daerah Asal dengan Daerah di Kampus.
Berdasarkan data yang diperoleh (Diagram 2) menunjukan bahwa 18
orang (50%) responden memiliki perbedaan budaya antara daerah asal dan
daerah di kampus, 9 orang (25%) responden ragu terhadap perbedaan yang
dimiliki antara daerah asal dan daerah di kampus dan 9 orang (25%)
responden tidak memiliki perbedaan budaya antara daerah asal dan daerah di
kampus.
Kedua, responden diberi pertanyaan “Apakah perbedaan budaya
memiliki pengaruh positif terhadap berkomunikasi?”.
13 orang
Ya
(36%)
Tidak
20 orang
Mungkin
(56%)
3 orang
(8%)

Diagram 3. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Perbedaan Budaya itu


Memiliki Pengaruh Positif.
Berdasarkan data yang diperoleh (Diagram 3) menunjukan bahwa 20
orang (56%) responden setuju jika perbedaan budaya memiliki pengaruh
positif, 13 orang (36%) responden ragu jika perbedaan budaya memiliki
pengaruh positif dan 3 orang (8%) responden tidak setuju jika perbedaan
budaya memiliki pengaruh positif.
Ketiga, responden diberi pertanyaan “Apakah perbedaan budaya
memiliki pengaruh negatif terhadap berkomunikasi?”.

14 orang Ya
15 orang
(39%)
(42%) Tidak
Mungkin

7 orang
(19%)

Diagram 4. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Perbedaan Budaya itu


Memiliki Pengaruh Negatif.
Berdasarkan data yang diperoleh (Diagram 4) menunjukan bahwa 14
orang (39%) responden setuju jika perbedaan budaya memiliki pengaruh
negatif, 15 orang (42%) responden ragu jika perbedaan budaya memiliki
pengaruh negatif dan 7 orang (19%) responden tidak setuju jika perbedaan
budaya memiliki pengaruh negatif.
Keempat, responden diberi pertanyaan “Apakah dampak negatif
tersebut dapat diatasi dengan cara saling meningkatkan rasa toleransi antar
sesama?”.

7 orang
(19%)
Ya
Tidak
Mungkin
29 orang
(81%)

Diagram 5. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Dampak Negatif dari


Perbedaan Budaya dapat Diatasi dengan Cara Saling Meningkatkan Rasa Toleransi
Antar Sesama.
Berdasarkan data yang diperoleh (Diagram 5) menunjukan bahwa 29
orang (81%) responden setuju jika dampak negatif dari perbadaan budaya
dapat diatasi dengan cara saling meningkatkan rasa toleransi antas sesama, 7
orang (19%) responden ragu jika dampak negatif dari perbedaan budaya
dapat diatasi dengan cara saling meningkatkan rasa toleransi antar sesama dan
tidak ada responden yang tidak setuju jika dampak negatif dari perbedaan
budaya dapat diatasi dengan cara saling meningkatkan rasa toleransi antar
sesama.
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswa kelas B
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung 2017 dapat
disimpulkan bahwa :
1. Sebagian besar daerah responden memiliki budaya yang khas. Budaya-
budaya khas tersebut terkait dengan aspek bahasa, berpakaian, tata krama
dan cara berkomunikasi.
2. Sebgaian besar responden setuju bahwa budaya khas yang ada di setiap
daerah menimbulkan adanya perbedaan budaya.
3. Sebagian besar responden setuju bahwa perbedaan budaya di setiap
daerah memiliki pengaruh positif.
4. Sebagian responden meragukan adanya pengaruh negatif dari perbedaan
budaya.
5. Sebagian besar responden setuju bahwa toleransi adalah salah satu cara
untuk meminimalisir pengaruh negatif yang timbul akibat perbedaan
budaya tiap daerah.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah bahwa kita
tidak boleh memiliki sikap ataupun pandangan yang meremehkan masyarakat
dan budaya lain yang berbeda dengan kita. Kita harus saling menghargai dan
menerima perbedaan-perbedaan budaya. Karena sejatinya, perbedaan itu
diciptakan untuk saling menyatukan dan saling melengkapi bahkan perbedaan
juga dapat menghasilkan suatu hal yang baru.
DAFTAR PUSTAKA

Daryanto., Mulyo Rahardjo. 2016. Teori Komunikasi. Yogyakarta. Gava Media.

Khotimah, Emma. 2000. “Memahami Komunikasi Antarbudaya”, dalam jurnal


Mediator, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2000 (hal 47-56).

Lull, James. 1995. Media Communication, Culture: A Global Approach. Cetakan


ke-1. Penerjemah: A. Setiawan Abadi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Mulyana, Deddy. 2016. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Pujiono, Cri Hery. 2015. “Tingkat Ketakutan akan Kegagalan Mahasiswa


Angkatan 2011 Jurusan Psikologi dengan IPK Kurang Dari 2,75 dalam
Menghadapi Persaingan Kerja”. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan, Jurusan
Psikologi, Universitas Negeri Semarang: belum diterbitkan.

Tinambunan, W.E.. 2012. “Dampak Migrasi terhadap Efektifitas Komunikasi


Lintas Budaya”, dalam jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 1, Nomor 1, Tahun
2012 (hal 43-49)

Anda mungkin juga menyukai