Anda di halaman 1dari 10

DELIK MATERIL

KASUS PEMBUNUHAN BERENCANA (PASAL 338 KUHP)

(Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Hukum Pidana)
Dosen : Kombes Pol. (Purn) Hidiono Adi, Drs., SH

Disusun Oleh :
Imaniar Kustiara
41153040170006

PROGRAM STUDI D-III KEPOLISIAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL POLITIK
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk Allah yang paling mulia, Allah menciptakan manusia
sebagai sebaik-baiknya makhluk. Allah menjamin segala macam hak-hak yang dibutuhkan
manusia, mulai dari hak hidup, hak kepemilikan, hak memelihara kehormatan, hak
kemerdekaan, hak persamaan, hak menuntit ilmu pengetahuan, dan hak-hak yang lain.
Hak yang paling utama dan wajib mendapat perhatian ialah hak hidup. Sebab hal itu
merupakan hak yang suci dan tidak seorang pun yang dibenarkan secara hukum untuk
melanggar hak ini, dengan alasan apapun yang tidak dibenarkan. Allah SWT berfirman:
”dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan
dengan suatu alasan yang dibenarkan.”(Q.S. Al-Isra: 33)

Pembunuhan merupakan kejahatan yang sangat berat dan cukup mendapat perhatian di
dalam kalangan masyarakat. Berita di surat kabar, majalah dan surat kabar online sudah
mulai sering memberitakan terjadi nya pembunuhan. Tindak pidana pembunuhan di kenal
dari zaman ke zaman dan karena bermacam-macam faktor. Zaman modern ini tindak
pidana pembunuhan malah makin marak terjadi. Tindak pidana pembunuhan berdasarkan
sejarah sudah ada sejak dulu, atau dapat dikatakan sebagai kejahatan klasik yang akan
selalu mengikuti perkembangan kebudayaan manusia itu sendiri. Tindak pidana
pembunuhan adalah suatu perbuatan yang dengan sengaja maupun tidak, menghilangkan
nyawa orang lain. Pembunuhan berencana sesuai Pasal 340 KUHP adalah suatu
pembunuhan biasa seperti Pasal 338 KUHP, akan tetapi dilakukan dengan direncanakan
terdahulu. Direncanakan lebih dahulu (voorbedachte rade) sama dengan antara timbul
maksud untuk membunuh dengan pelaksanaannya itu masih ada tempo bagi si pembuat
untuk dengan tenang memikirkan misalnya dengan cara bagaimanakah pembunuhan itu
akan dilakukan.

Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah “Barang siapa sengaja
dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur
hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun”. Pembunuhan berencana
itu dimaksudkan oleh pembentuk undang-undang sebagai pembunuhan bentuk khusus
yang memberatkan, yang rumusannya dapat berupa “pembunuhan yang dilakukan dengan
rencana terlebih dahulu dipidana karena pembunuhan dengan rencana”.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembunuhan Berencana

1. Pengertian Pembunuhan Berencana

Pembunuhan berencana adalah kejahatan merampas nyawa manusia lain, atau


membunuh, setelah dilakukan perencanaan mengenai waktu atau metode, dengan
tujuan memastikan keberhasilan pembunuhan atau untuk menghindari penangkapan.
Pembunuhan terencana dalam hukum umumnya merupakan tipe pembunuhan yang
paling serius, dan pelakunya dapat dijatuhi hukuman mati atau penjara seumur hidup.

Pembunuhan berencana merupakan suatu pembunuhan biasa seperti pasal 338 KUHP,
akan tetapi dilakukan dengan direncanakan terdahulu. Direncanakan lebih dahulu
(voorbedachte rade) sama dengan antara timbul maksud untuk membunuh dengan
pelaksanaannya itu masih ada tempo bagi si pembuat untuk dengan tenang memikirkan
misalnya dengan cara bagaimanakah pembunuhan itu akan dilakukan.

Sedangkan, M.H. Tirtaamidjaja mengutarakan “direncanakan lebih dahulu” antara lain


sebagai : “bahwa ada suatu jangka waktu, bagaimanapun pendeknya untuk
mempertimbangkan, untuk berfikir dengan tenang.”[23] Sedangkan Chidir Ali,
menyebutkan: Yang dimaksud dengan direncanakan lebih dahulu, adalah suatu saat
untuk menimbang-nimbang dengan tenang, untuk memikirkan dengan tenang.
Selanjutnya juga bersalah melakukan perbuatannya dengan hati tenang.

Perbedaan antara pembunuhan dan pembunuhan direncanakan yaitu kalau pelaksanaan


pembunuhan yang dimaksud pasal 338 itu dilakukan seketika pada waktu timbul niat,
sedang pembunuhan berencana pelaksanan itu ditangguhkan setelah niat itu timbul,
untuk mengatur rencana, cara bagaimana pembunuhan itu akan dilaksanakan. Jarak
waktu antara timbulnya niat untuk membunuh dan pelaksanaan pembunuhan itu masih
demikian luang, sehingga pelaku masih dapat berfikir, apakah pembunuhan itu
diteruskan atau dibatalkan, atau pula nmerencana dengan cara bagaimana ia melakukan
pembunuhan itu.

Perbedaan lain terletak dalam apa yang terjadi didalam diri si pelaku sebelum
pelaksanaan menghilangkan jiwa seseorang (kondisi pelaku). Untuk pembunuhan
direncanakan terlebih dulu diperlukan berfikir secara tenang bagi pelaku. Didalam
pembunuhan biasa, pengambilan putusan untuk menghilangkan jiwa seseorang dan
pelaksanaannya merupakan suatu kesatuan, sedangkan pada pembunuhan
direncanakan terlebih dulu kedua hal itu terpisah oleh suatu jangka waktu yang
diperlukan guna berfikir secara tenang tentang pelaksanaannya, juga waktu untuk
memberi kesempatan guna membatalkan pelaksanaannya. Direncanakan terlebih dulu
memang terjadi pada seseorang dalam suatu keadaan dimana mengambil putusan untuk
menghilangkan jiwa seseorang ditimbulkan oleh hawa nafsunya dan di bawah
pengaruh hawa nafsu itu juga dipersiapkan pelaksanaannya.

Pembunuhan Bayi Oleh Ibunya Secara Berencana (kinder-moord)

Hal ini diatur oleh Pasal 342 KUHP yang bunyinya sebagai berikut :”Seorang ibu
dengan sengaja akan menjalankan keputusan yang diambil sebab takut ketahuan bahwa
ia tidak lama lagi akan melahirkan anak, menghilangkan jiwa anaknya itu pada saat
dilahirkan atau tidak lama kemudian daripada itu dihukum karena membunuh bayi
secara berencana dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun.” Pasal 342
KUHP dengan Pasal 341 KUHP bedanya adalah bahwa Pasal 342 KUHP, telah
direncanakan lebih dahulu, artinya sebelum melahirkan bayi tersebut, telah dipikirkan
dan telah ditentukan cara-cara melakukan pembunuhan itu dan mempersiapkan alat-
alatnya. Tetapi pembunuhan bayi yang baru dilahirkan, tidak memerlukan peralatan
khusus sehingga sangat rumit untuk membedakannya dengan Pasal 341 KUHP
khususnya dalam pembuktian karena keputusan yang ditentukan hanya si ibu tersebut
yang mengetahuinya dan baru dapat dibuktikan jika si ibu tersebut telah
mempersiapkan alat-alatnya.

2. Unsur Unsur Pembunuhan Berencana

Adapun unsur-unsur dari Pasal 340 KUHP yaitu:


a. Barangsiapa: Merupakan unsur subjek hukum yang berupa manusia dan badan
hukum.
b. Dengan sengaja: Artinya mengetahui dan menghendaki,maksudnya mengetahui
perbuatannya dan menghendaki akibat dari perbuatannya.
c. Dengan rencana: artinya bahwa untuk penerapan pasal 340 KUHP ini harus
memuat unsur yang direncanakan (voorbedachte raad), menurut Simons, jika kita
berbicara mengenai perencanaan terlebih dahulu, jika pelakunya telah menyusun
dan mempertimbangkan secara tenang tindakan yang akan di lakukan, disamping
itu juga harus mempertimbangakn kemungkinan-kemungkinan tentang akibat-
akibat dari perbuatannya, juga harus terdapat jangka waktu tertentu dengan
penyusunan rencana dan pelaksanaan rencana. Nyawa orang lain: nyawa selain diri
si pelaku tersebut.
Mengenai unsur dengan rencana terlebih dahulu, pada dasarnya mengandung tiga
unsur/ syarat:
1. Memutuskan kehendak dalam suasana tenang.
2. Ada tersedia waktu yang cukup sejak timbulnya kehendak sampai dengan
pelaksanaan kehendak.
3. Pelaksanaan kehendak ( perbuatan ) dalam suasana tenang

Pembunuhan berencana mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:


a. Unsur Subyektif:
1. Dengan sengaja
2. Dengan rencana terlebih dahulu
b. Unsur Obyektif
1. Perbuatan : menghilangkan nyawa.
2. Obyeknya : nyawa orang lain

3. Hukum Pidana Pembunuhan Berencana

Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang dimiliki Indonesia telah mengatur


mengenai pembunuhan berencana. Pasal 340 KUHP menjelaskan sebagai berikut:
"Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain,
diancam karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana
penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun."
Pembentuk undang-undang memberikan pengertian dan hukuman berbeda dengan
pembunuhan biasa sebagaimana diatur Pasal 338 KUHP. Hal demikian dikarenakan
bobot kejahatan dan adanya niat untuk melakukan pidana menjadi hal yang
memberatkan jika dibanding pembunuhan biasa. Jadi jika dilihat definisi yang
diberikan oleh KUHP, pembunuhan berencana sebenarnya suatu pembunuhan biasa
(seperti Pasal 338 KUHP), namun dilakukan dengan direncanakan terlebih dahulu
(voorbedachte rade).

Dalam menentukan apakah ada rencana atau tidak, para penegak hukum melihat
apakah ada niat dalam perencanaan pembunuhan dengan perbuatan membunuhnya
terdapat jeda diantaranya untuk memikirkan, misalnya, dengan cara bagaimanakah
pembunuhan akan dilakukan. Membedakan pembunuhan (338 KUHP) dan
pembunuhan direncanakan, dapat dilihat: jika pembunuhan biasa itu dilakukan
seketika, sedangkan pembunuhan berencana, perbuatan menghilangkan nyawa orang
lain itu dilakukan setelah ada niat, kemudian mengatur rencana bagaimana
pembunuhan itu akan dilaksanakan dalam waktu luang yang dapat diperkirakan si
pelaku dapat berpikir dengan tenang.

Ancaman pidana pada pembunuhan berencana ini lebih berat dari pada pembunuhan
yang ada pada Pasal 338 dan 339 KUHP bahkan merupakan pembunuhan dengan
ancaman pidana paling berat, yaitu pidana mati, di mana sanksi pidana mati ini tidak
tertera pada kejahatan terhadap nyawa lainnya, yang menjadi dasar beratnya hukuman
ini adalah adanya perencanaan terlebih dahulu. Selain diancam dengan pidana mati,
pelaku tindak pidana pembunuhan berencana juga dapat dipidana penjara seumur hidup
atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.

4. Pembunuhan Menurut Hukum Positif

Adapun sanksi tindak pidana pembunuhan sesuai dengan KUHP bab XIX buku II
adalah sebagai berikut :
1. Pembunuhan biasa, menurut pasal 338 diancam dengan hukuman penjara selama-
lamanya lima belas tahun
2. Pembunuhan dengan pemberatan, menurut 339 diancam dengan hukuman penjara
seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun
3. Pembunuhan berencana, menurut 340 diancam dengan hukuman mati atau penjara
seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun
4. Pembunuhan bayi oleh ibunya, menurut pasal 341 diancam dengan hukuman
penjara selama-lamanya tujuh tahun
5. Pembunuhan bayi oleh ibunya secara berencana, menurut pasal 342 diancam
dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun
6. Pembunuhan atas permintaan sendiri, menurut pasal 344 bagi orang yang
membunuh diancam dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun
7. Penganjuran agar bunuh diri, menurut pasal 345 jika benar-benar orangnya
membunuh diri pelaku penganjuran diancam dengan hukuman penjara selama-
lamanya empat tahun
8. Pengguguran kandungan
a. Pengguguran kandungan oleh si ibu, menurut pasal 346 diancam dengan
hukuman penjara selama-lamanya empat tahun
b. Pengguguran kandungan oleh orang lain tanpa izin perempuan yang
mengandung, menurut pasal 347 diancam dengan hukuman penjara selama-
lamanya : (1)dua belas tahun;(2) lima belas tahun, jika perempuan itu mati.
c. Pengguguran kandungan dengan izin perempuan yang mengandungnya,
menurut pasal 348 diancam dengan hukuman penjara selama-lamanya :(1) lima
tahun enam bulan;(2)tujuh tahun, jika perempuan itu mati
1. Contoh Kasus Pembunuhan Berencana

Jumat 14 Juni 2019, 16:35 WIB

Habisi Nyawa 3 Anak Kandung, Ibu Ini


Dihukum 7,5 Tahun Penjara
Andi Saputra - detikNews

Gedung MA di Jalan Medan Merdeka Utara (ari/detikcom)

Jakarta - Mahkamah Agung (MA) memperberat hukuman Ni Luh Putu Septyan Parmadani dari
4,5 tahun penjara menjadi 7,5 tahun penjara. Ia terbukti membunuh ketiga anaknya dengan
membekap menggunakan bantal. Kasus itu terjadi pada 8 Februari 2018, sekitar pukul 13.00 Wita.
Septyan membeli obat nyamuk cair dan disimpan di lemari pakaian. Saat tengah malam, Septyan
mengunci pintu kamar.

Sejurus kemudian, ia membekap anak pertamanya dengan kain sehingga meninggal karena
kekurangan napas. Hal itu dilakukan juga kepada anak kedua dan anak ketiga.
Septyan lalu berusaha bunuh diri dengan menenggak obat nyamuk cair. Namun aksi tersebut
ketahuan penghuni rumah dan kasus itu pun terungkap. Septyan kemudian diadili di PN Gianyar.
Pada 10 Oktober 2018, Septyan dihukum 4,5 tahun penjara. Hukuman itu dikuatkan oleh

Pengadilan Tinggi (PT) Denpasar sebulan setelahnya. Jaksa mengajukan kasasi karena menilai
putusan itu tidak tepat dan tetap pada tuntutannya agar Septyan dihukum 19 tahun penjara. Apa
kata MA? "Tolak dengan perbaikan," demikian lansir panitera MA dalam websitenya, Jumat
(14/6/2019). Duduk sebagai ketua majelis Andi Samsan Nganro dengan anggota Sumardjiatmo
dan Desnayeti. Ketiganya sepakat memperberat hukuman Septyan menjadi 7,5 tahun penjara.
2. Analisis Kasus Pembunuhan Berencana

KASUS PEMBUNUHAN DI PASAR BINTAN CENTRE

a. Tersangka : A Hiang/ Kie Hai/ Apek koboy


b. Korban : A bak/ Tjia Mei
c. Tempus : 4 Oktober 2010 sekitar pukul 04.00 WIB.
d. Locus : Pasar Bestari Bintan Center
e. Modus : cek-cok mulut dan rasa kesal yang berkepanjangan

1. Kronologi Kasus Kejadian diawali dengan cekcok mulut saat dagangan mulai
dipersiapkan. Ketika itu, A Hiang sedang duduk di kedai kopi. Dari kejauhan A Hiang
melihat Tjiang Ming alias A Bak sedang memindahkan kayu untuk menggantung kantong
plastik miliknya. A Hiang mendatangi A Bak dan menanyakan tentang pemindahan
gantungan kantong plastik tersebut, A Bak mengungkapkan bahwa gantungan kantong
plastik itu mengenai gantungan plastik miliknya.3 Cekcok mulut pun terjadi hingga A Bak
mengeluarkan bahasa kotor dalam bahasa Cina. Mendengar bahasa kotor tersebut, A Hiang
naik darah dan mengambil parang yang berada di dekatnya dan mendaratkan ke batang
leher sebelah kiri A Bak hingga mengeluarkan darah segar. A Bak berusaha melarikan diri
dengan membalikkan badannya. Tapi tebasan kedua kalinya hinggap di kepalanya dan lalu
tersungkur di lantai. Setelah menebas leher A Bak dan meninggalkannya dalam kondisi
bersimbah darah, A Hiang mendatangi Polsek Tanjungpinang Timur yang berada di depan
Pasar Bestari. A Hiang mengatakan ke petugas jaga bahwa ia baru saja membunuh orang
dengan parang yang masih berada di tangannya.

2. Rumusan Masalah:
a. Apa yang dimaksud dengan pembunuhan?
b. Bagaimana analisa dari kasus tersebut, beserta pasal-pasal yang terkait di dalamnya??

a. Pengertian Pembunuhan
Pembunuhan merupakan suatu kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain.
Pembunuhan merupakan suatu perbuatan atau tindakan yang tidak manusiawi dan atau
suatu perbuatan yang tidak berperikemanusiaan, karena pembunuhan merupakan suatu
tindak pidana terhadap nyawa orang lain tanpa mempunyai rasa kemanusiaan.
Pembunuhan juga merupakan suatu perbuatan jahat yang dapat mengganggu
keseimbangan hidup, keamanan, ketentraman, dan ketertiban dalam pergaulan hidup
bermasyarakat. Oleh karena itu, pembunuhan merupakan suatu perbuatan yang tercela,
ataupun tidak patut. Pengertian pembunuhan menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia, adalah perkara membunuh ; perbuatan (hal dan sebagainya) membunuh.
b. Analisa Kasus
Berdasarkan kasus, pelaku termasuk melakukan tindak pidana pembunuhan berencana
(moord). Moord adalah salah satu jenis pembunuhan dimana memuat unsur yang
memberatkan (gequalificeerde doodslag) yaitu yang berupa unsur perencanaan
(voorbedachte raad). Maka, pelaku dijerat dengan pasal 340 KUHP tentang
pembunuhan berencana. Pasal 340 KUHP : “ Barangsiapa sengaja dan dengan rencana
lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan dengan
rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun “

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) KUHP : (Asas Legalitas) “ Tiada suatu perbuatan dapat
dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang undangan yang telah
ada, sebelum perbuatan dilakukan” Berdasarkan pasal tersebut, Tidak ada suatu tindak
pidana yang dapat dipidana tanpa ada peraturan tertulis yang mengaturnya terlebih
dahulu. Dalam pasal 1 ayat (1) tersebut mengandung asas-asas hukum pidana. A Hiang
diancam dengan hukuman 14 tahun penjara atas perbuatannya terhadap A Bak. Antara
unsur subjektif sengaja dengan wujud perbuatan menghilangkan nyawa terdapat syarat
yang harus juga dibuktikan adalah pelaksanaan perbuatan menghilangkan nyawa orang
lain harus tidak lama setelah timbulnya kehendak (niat) untuk menghilangkan nyawa
orang lain itu. Oleh karena apabila terdapat tenggang waktu yang cukup lama sejak
timbulnya atau terbentuknya kehendak untuk membunuh dengan pelaksanaannya,
dimana dalam tenggang waktu yang cukup lama itu petindak dapat memikirkan tentang
berbagai hal, misalnya memikirkan apakah kehendaknya itu akan diwujudkan dalam
pelaksanaan ataukah tidak, dengan cara apa kehendak itu akan diwujudkan. Maka
pembunuhan itu masuk kedalam pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHP), dan
bukan lagi pembunuham biasa. Unsur dengan sengaja (dolus/opzet) merupakan suatu
yang dikehendaki dan diketahui. Dalam doktrin, berdasarkan tingkat kesengajaan
terdiri dari 3 bentuk, yakni: 1. Kesengajaan sebagai maksud (opzet als oogmerk) 2.
Kesengajaan sebagai kepastian (opzet bij zakerheids bewustzijn) 3. Kesengajaan
sebagai kemungkinan (opzet bij mogelijkheids bewustzijn atau dolus eventualis).
Berdasarkan pandangan bahwa unsur opzettelijk bila dicantumkan dalam rumusan
tindak pidana, maka pengertian opzettelijk itu harus diartikan termasuk kedalam 3
bentuk kesengajaan tersebut. Pandangan ini sesuai dengan praktik hukum yang dianut
selama ini. Rumusan Pasal 338 KUHP dengan menyebutkan unsur tingkah laku sebagai
menghilangkan nyawa orang lain, menunjukkan bahwa kejahatan pembunuhan adalah
suatu tindak pidana materil. Tindak pidana materil adalah suatu tindak pidana yang
melarang menimbulkan akibat tertentu (akibat yang dilarang).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembunuhan berencana merupakan salah satu perbuatan yang diancam dengan pidana mati, selain
itu juga ancaman hukumannya adalah pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu,
paling lama dua puluh tahun.
Ancaman pidana bagi pelaku pembunuhan berencana yaitu hukuman mati atau penjara seumur
hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun.

Pasal 340 KUHP : “ Barangsiapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang
lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana
penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun “

Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dinyatakan bahwa suatu perbuatan
tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan peraturan perundangundangan
pidana yang telah ada seluruhnya, berdasarkan pasal tersebut jelaslah bahwa untuk menjatuhkan
pidana kepada seseorang perbuatannya dapat dipidana jika perbuatan tersebut telah diatur dalam
ketentuan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai